voLUME
32, NO. 3, AGUSTUS 2012
Optimasi Kondisi Fermentasi Whey Dangke sebagai Produk Minuman dengan Response Surfoce Methodologt Optimization of Fermentation Conditions of Dangke Wey as Beverage Produciby Usiig Responie Surface Methiiologl
215
Ekstraksi Selulosa dari Pod lluslr Kakao Menggunakan Sodium Hidroksida Cellulose Extractionfrom Cacao Pod Husk lJsing Sodium Hydroxide
223
Simak Fatma, Soeparno, Nurliyani, Chusnul Hidayat, Muhammad Taufik
Gatot Siswo Hutomo, Djagal Wiseso Marseno, Sri Anggrahini, Supriyanto
Formulasi dan Stabilitas Mikroemulsi OAil sebagai pembawa tr'ucoxanthin Formulation and Stability of O/W Microemulsion as Fucoxanthin Delivery Lutfi Suhendra, Sri Raharjo, Pudji Hastuti, Chusnul Hidayat Perbandingan Ekstraksi Oleoresin Biji Pala (myrictica Fragrans Iloutt) Asal Maluku Utara Menggunakan Metode Maserasi dan Gabungan Distilasi - Maserasi COMPARISON OF NUTMEG (Myristicafragrans Houtt) Oleoresin Extractionfrom North Maluku (Jsing Maceration and Combination of Distillation-Maceration Methods Muhammad Assagaf, Pudji Hastuti, Chusnul Hidayat, Supriyadi
230
240
Aktivitas Antioksidan Berbagai Fraksi dan Ekstrak Metanolik Daun Beluntas (Pluchea indicaLess) lnligxidant Activities of Various Fractions and Methanolic Extract of Beluntas (Pluchea Indica Less) Leaves
249
Potensi Bakteri Asam Laktat yang Diisolasi dari Bekasam sebagai Penghasil Angiotensin Converting Eozy*" Inhibitor pada Fermentasi Be-kasam Like Product
258
Paini Sri Widyawati, Hanny Wijaya, Peni Suprapti Harjosworo, Dondin Sajuthi
Potency of Lactic Acid Bacteria Isolatedfrom Bekasam as Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor Producing-Bacteria in Fermentation of Bekasam "Like Product" Prima Rebro Wikandari, Suparmo, Yustinus Marsono, Endang Sutriswati Rahayu
Pemodelan Matematik Perubahan Parameter Mutu selama Penyimpanan dan Sorpsi-isotermi Kerupuk Goreng Pasir Mathematical Modeling of Change of Quality Parameter during Storage and Sorption-Isotherm of Chip Fries Sand Siswantoro, Budi Rahardjo, Nursigit Bintoro, Pudji Hastuti Pengaruh Suhu dan Lama Proses Sulfonasi dalam Proses Prcduksi Methvl Ester Salfonic Acid (mesa) Menggunakan Single Tube Falling Film Reactor (STFR) Effects of Temperature and Sulfonation Time on Methyl Ester Sulfunic Acid (MESA) Production Process using Single Tube Falling Film Reactor 6fFR) Siti Mujdalipah, E Hambali, A Suryani, E Zulchaidir
265
275
Sjntesis Fosfolipid Mengandung Asam Lemak Sl-3 dari Fosfolipid Kedelai dan Minyak Kaya Asam Lemak f,t-3 dari Hasil Samping Pengalengan Tuna Synthesis of Phospholipid Containing ro-3 Fatty Acids from Soy Phospholipids and Fish Oil Enriched with ro-3 Fatty Acids
284
Tuna Canning Processing Teti Estiasih, Moch. Nur, Jaya Mahar Maligan, Satrio Maulana
from
Pengaruh Perendaman dan Perebusan terhadap Kandungan Protein, Gula, Total tr'enolik dan Aktivitas Antioksidan Kerandang (C an av a lia viro s a) The Effect of Soaking and Boiling on Protein, Oligosaccharides, Total Phenolic Content and Antioxidant Activity of Keran d an g ( C anav alia viro s a) Titiek Farianti Djaafar, Umar Santosa, Muhammad Nur Cahyanto, Endang Sutriswati Rahayu
Perkiraan Umur Simpan Kacang Rendah Lemak Dilapisi dengan Carboxymethyl Cellulose Menggunakan Metode Accelerated Shelf-ffi Test (ASLT) Shelf-life Prediction of Partially Defotted Peanut Coatedwith Carboxymethyl Cellulose (JsingAccelerated Shelf-Life Test @SLD Method Yudi Pranoto, Djagal Wiseso Marseno, Haryadi Potensi Biji dan Ekstrak Biji Teratai (Nymphaea pubescens Willd) sebagai Pencegah Diare pada Tikus percobaan yang Diintervensi,E coli Enteropatogenik (The Potency of Waterlily's Seed Qtlymphaea pubescens Willd) and Its Extract as Diarrhea preventatiye in Rats that Intervented wilh Enterophato genic Es cherichia coli) Yuspihana Fitrial, Made Astawan, soewamo T.Soekarto, Komang G.wiryawan, Tutik wresdiyati
Studi rntersepsi Hujan pada Hutan Tanaman Eucalyptus Pellita F.muell di Riau study of Rainfall Interception at Eucalyptus pellita EMuell Plantation Forest in Riau Agung Budi Supangat, Putu Sudira, Haryono Supriyo, Erny Poedjirahajoe Aplikasi Model Avswat2000 untuk Prediksi Limpasan Permukaan, Erosi, dan Sedimentasi di Sub Das Keduang:
Das Bengawan Solo Hulu Aplication Model AVSWAT2000 to Predict Surface Runofi Erosion, and Sedimentation in Keduang Watershed: (Ipper B engawan Solo Watershed Siti Mechram, Muhjidin Mawardi, Putu Sudira
Kesesuaian Model Infiltrasi Philips untuk Prediksi Limpasan Permukaan Menggunakan Metode Bilangan Kurva Suilability Philips Infiltration Model for Surface Runoff Prediction Using Curve Nuiber Method Sri Ritawati, Muhjidin Mawardi, Sunarto Goenadi
294
301
308
318
32s
331
AGRITECH JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN
DITERBITKAI\ OLEII Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada perhimpunan Ahli Teknblogi Pangan Indonesia Cabang Yogyakarta Perhimpunan Teknik Pertanian CabangYogyakarta
KETUAREDAKSI Yudi Pranoto
DEWAN REDAKSI Atris SuYantohadi Hermantoro Kuncoro Harto Widodo Nursigit Bintoro Rudiati Evi Masithoh Sardjono Suharwadji
PRODUKSI DAN DISTRIBUSI AgustinaAsih Tri Utami
ALAMAT REDAKSI Kantor Redaksi Agritech Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Jalan Flora No. l, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 Telp. 085712601130; Faks (0274) 589797 E -mail agr itech@gadjahmada. e du Wrb: http://wwwjurnal-agritech.tp.ugm .ac.idl :
PERCETAKAN Hanggar Kreator, Yo gYakarta
Isi di luar tanggungjawab percetakan
(Instansi) belum Harga langganan per tahun (4 nomor) Rp. 100.000,00. (Perorangan), Rp 150.000,00 i.rrriu.rrt 6igto. i.iri-. pernbayaran dilai
AGRITECII,
VoL 32, No. 3,AGUSTUS 2012
j
perni
STUDI INTERSEPSI HUJAN PADA HUTAN TANAMAN EUCALYPruS PELLITA DI RIAU
Ked tard lebili
.
dan:
Study of Rainfall lnterception al Eucalyptus peilita Plantation Forest in Riau
b"4|
Agung Budisupangatl, Putu Sudira2, Haryono Supriyo3, Erny Poedjirahaioe4
berd
k"d tBalai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS, Jl. Jend. A. Yani
-
Pabelan, Kartasura PO BOX 295
k.lq
Surakarta 57102
ruhij
Telp: (0271) 716709, Fax: (0271) 716959 2Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Jl. Flora No. 1, Bulaksumur Yogyakarta 55281 3Bagian Silvikultur, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Jl. Agro, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 aBagian Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Jl. Agro, Bulaksumur,
med
Yogyakarta 55281
(soi dild Air{ l"nd r.,hi
Email: maz
.
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kehilangan air melalui intersepsi di hutan tanaman E. pellita, di Perawang-Riau. Untuk menghitung besarnya nilai intersepsi, dilakukan pengukuran aliranbatang (stemfiow) dan
Hasilpenelitian
lolosantajuk(throughfalt)padaumurtanaman2,3,4,5,dan6tahun,masing-masing3ulanganpohon. oh;7,7-83,1 o/o dan menunjukkan besaran kisaran nilai intersepsi, throughfall dan stemfiow masing-masing 13,3-18,7 3,6-4,1 % dad, curahhujan. Kapasitas tampungan tajtk(canopy storage capacity)tanamanE. pellitaruta-rata sebesar 0,8mm. Hubungancurahhujandenganthroughfalldanstemfiowmenunjukkankorelasiyangkuat(frata-rata\,99dart 0,79), sedangkan dengan intersepsi korelasinya kurang kuat
(l
rata-rata 0,58).
Kata kunci: Intersepsi Hujan, aliran batang, lolosan tajuk, kapasitas tampungan tajuk, hutan tanamat
E.
pellita
(Hd "{
adai
loloi
-l
arsilI
dd dib{
j"q tnd
k{
h.# ,hq (@
i
ABSTRACT The aim of this study is to know the magnitude of rainfall interception loss in E pellita plantation forest, at PerawangRiau. In order to obtain the magnitude of interception loss, stemflow and throughfall were measured on E. pellita
Desl
dif Kri Suli
plants at ages of 2 to 6 years with replication of 3 times, respectively. The results showed that the magnitudes of interception loss, throughfall and stemflow were 13.3- 18 .7 %; 7 .7 -83.1 Yo and 3.6-4.1 Yo ftom rainfall, respectively. The canopy storage capacity was calculated at 0.8 mm. The relationships of rainfall against both throughfall and stemflow showed strong correlations with r2 values of 0.99 and 0.79, respectively; while rainfall against interception has moderate correlation with 12 value of 0.58.
v4l
Keywords: Rainfall interception, stemflow, throughfall, canopy storage capacity, E. pellita plantation forest
&E
Bru
Ch raq
l0{
rned
sda.i PENDAHULUAN
siklus hidrologi (Saberi dan Rosnani, 1999). Secara
nEJ
vegetasi hutan berperan penting dalam mengendalikan
hl
t
ke
tanah. Melalui mekanisme intersepsi hujan, kanopi menurunkan energi kinetik dan kecepatan butir air
dr" f.E
atmosfer melalui evaporasi dan atau sublimasi. Intersepsi air hujan merupakan salah satu komponen penting dalam
untuk mencapai permukaan tanah (Singh, 1987). In juga berperan dalam menentukan besarnya hasil air dan
lgj
Intersepsi adalah banyaknya air hujan yang tertangkap
oleh tajuk tanaman dan kemudian diuapkan lagi
318
.,
ni
AGRITECH, Vol. 32, No. j,AGUSTUS 2012
permukaan dalam suatu catchment area (Schellekens, 2000).
Ketika curah hujan yang jatuh telah melebihi kapasitas tampung tajuk pohon (canopy storage capacity), maka lebihan air hujan akan menjadi air lolosan tquk(throughfalt) dan atau mengalir melalui batang pohon (stemflow) yang berpotensi menjadi aliran permukaan (Bruijnzeel, 1990).
air hujan yang terintersepsi oleh tanaman tergantung tipe daun tanaman, bentuk tajuk,
Jumlah
bervariasi kecepatan angin, radiasilpenyinaran matahasi, suhu dan kelembaban udara. Perbedaan jenis tanaman akan mempenga-
ruhi perbedaan struktur dan arsitektur tajuk, dan
akan
mempengaruhi perilaku intersepsi tanaman terhadap air hujan (Hutchion dkk., 1986; Herwitz dan Slye,l992). Komponen penyusun intersepsi air hujan oleh tanaman ada dua macam, yaitu aliran batang (stemflow) dan ctrahanJ
lolosan tajuk (throughfal/). Aliran batang atau stemflow (Sf) merupakan proses dimana air hujan secara langsung dilewatkan oleh batang dan cabang tanaman ke bawah/tanah. Air berasal dari stemfiow ini akan meningkatkan kandungan lengas tanah. Banyaknya air yangmenjadi stemflow dipenga-
ruhi oleh bentuk batang dan daun tanaman serta bentuV arsitektur percabangan dari tanaman. Secara umum, tanaman daun lebar mampu menghasilkan stemflow lebih banyak dibanding tanaman daun jarum (konifer). Throughfall menjelaskan proses dari air hujan yang jatuh menerobos tajuk tanaman. Proses.ini dipengaruhi berbagai faktor, antara lain kerapatan batang dan daun tarraman,jenis hujan, intensitas
hujan dan lama kejadian hujan. Jumlah air yang menjadi throughfall bervariasi tergantung jenis vegetasi tanaman
tahun 1978. Namun, pada tahun 1988 timbul kritik dan protes terhadap tanaman ini karena adanya indikasi pengaruh negatif terhadap lingkungan (Pudjiharta, 2001). Di India, dilaporkan bahwa jenis tanaman Eucalyptus sp. telah menyebabkan bencana kekurangan air karena memiliki konsumsi ar yang
tinggi untuk pertumbrhannya (Shiva dan Bandyopadhyay, 1983. dalam Bruijnzeel, 1997). Dibandingkan spesies Eucalyptus yang lain, E. pellita merupakan spesies yang relatif baru, sehingga informasi karakteristik hidrologi jenisnya belum banyak diketahui. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya nilai intersepsi hujan di hutan tanaman E. pellita di propinsi Riau. Tulisan ini merupakan bagian dari penelitian untuk mengetahui neraca air yang teg'adi di kawasan hutan tanaman pellita. Selain sebagai sumbangan dalam ilmu pengetahuan
E.
bidang hidrologi hutan, informasi nilai intersepsi diperlukan dalam rangka pelaksanaan kelola ekologi khususnya terkait neraca air di lahan hutan tanaman E. pellita.
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan
di
kawasan hutan tanaman E
pellita di areal kerja HPHTI PT. Arara abadi perawang, Propinsi Riau, khususnya di Distrik Rasau Kuning, Area Minas. Letak geografis lokasi penelitian berada pada 00 o 41,656'sampai 00 " 45,361 ' LU dan l0l " 34,657 . sampai 101 " 36,384
'BT.
Ketinggian tempat antara3g
- 74mdpl.,
(Chanpaga dan Watchirajutipong, 2000)
dengan jenis tanah Ultisols bertekstur geluh lempung pasiran
Telah banyak hasil penelitian yang memperlihatkan besaran intersepsi, throughfall dan stemflow yang terjadi baik di hutan alam (Rowe, 1983; Herwitz,1985; Scatena, 1990;
penelitian menunjukkan tipe iklim
Klaassen dkk., I 996 ; Asdak dkk., 1 99
8 ; Witthawatchutikul dan Suksawang, 2000; Klinge, dkk. , 200 l ) maupun hutan tanaman yang monokultur (Smith, 1974; Singh, 1987; Waterloo,1994;
Bruijnzeel, 1997; Chanpaga dan Watchirajutipong, 2000; Charoensuk dkk., 2000; Pudjiharta, 2001). Secara urnum, rata-rata besarnya intersepsi tanaman hutan berkisar antara 10 sampai 30 %. Namun demikian, dalam beberapa kasus dilaporkan nilai intersepsi tanaman seperti hutan bambu dapat mencapai 70 % dai curah hujan (Saengkoovong dkk., 2000).
Eucalyptus pellita F.Muel, di Indonesia menjadi salah selainl cacia mangium. Penanaman tanaman ini telah dilakukan dalam skala besar terutama oleh perusahaan HTI (hutan tanaman industri), dan di Propinsi fuau telah mencapai rotasi ketiga. Tanaman Eucalyptus sp. sebenarnya sudah dikenal sejak abad 18, dan di Indonesia mengalami perkembangan pesat pada tahun 1980 setelah Kongres Kehutanan Sedunia ke VIII di Jakarta satu andalan tanaman penghasil pulp
(sandy clay loam). Pengamatan mikroklimat
A
di
lokasi
(Schmidt Ferguson),
dengan curah hujan tahunan berki sar I .937 - 3.484 mm (ratarata 2.456 mr/th). Suhu udara haian rata-rata ta} ;lr_ 20092010 sebesar 27,'7 "C, dengan rata-rata maksimum 29,3 "C
darata-rata minimum 26,4 oC; sedangkan kelembaban udara harianrata-.rata sebesar 68,7 yo, dengan rata-rata maksimum
75,I yo danrata-rata minimum
63,0 yo.
Penelitian dilaksanakan pada tahun 2008 sampai 2009.
Pengukuran aliran batang (stemfiow) dan lolosan tajuk (throughfall) dilakukan pada Bulan Januari sampai Mei 2008 untuk tanaman E. pellita umur 2 dan 3 th, dan Bulan Maret sampai Juni 2009 untuk tanaman E. pellita umur 4, 5 dan 6 th.
Bahan dan Peralatan Bahan yang digunakan adalah tanaman E. pellita umw 2 sampai 6 tahun (masing-masing 3 batang pohon sebagai ulangan). Sedangkan peralatan penelitian meliputi alat
penakar hujan manual (ombrometer), alat pengukur tinggi pohon (hagameter), alat ukur diameter batang (pita ukur), roll
319
AGMTECH,
meter untuk mengukur luas penutupan tajuk (canopy cover),
Tf :vtllt
alat pengukur air aliran batang (stemflow) dan air lolosan
Keterangan:
taltk(throughfall),
Pengumpulan Data
angin).
(1)
lolosi
Tf : Air lolosan tajuk (mm) Vt : Volume air yang tertampung
serta alat tulis kantor.
Pengukuran curah hujan dilakukan dengan memasang alat penakar manual (ombrometer) pada masing-masing umur tanaman yang diamati. Pengukuran volume air hujan dalam satuan (mm) dilakukan setiap pagi hari pukul 07.00 WIB. Pengukuran parameter vegetasi (pohon) di lakukan pada pohon sampel untuk pengukuran aliran batang. Pohon sampel pada masing-masing umur tanaman dipilih (3 batang) yang memiliki tinggi dan diameter mendekati rata-rala dalam tegakan. Pengukuran tinggi total dilakukan dengan menggunakan alat hagameter, sedangkan pengukuran diameter batang (dbh) dilakukan dengan pita ukur (phi-band). Pengukuran luas penutupan tajuk tanaman dilalnrkan melalui pengukuran proyeksi lebar tajuk di atas tanah sebanyak 8 kali pengukuran dari titik pusat pohon (sebanyak arah mata
Vol. 32, No. 3,AGUSTaS 2012
Lt :
jutoh pada alat penakr
Tabe
(ml) Luas permukaan alat penakar (cm2)
Penghitungan air aliran batang pada tiap kejadian hujm
harian (daily rainfall event) dilak:lkan dengan persamaatr sebagai berikut (Yusop dkk., 2003):
Sf :Vs/Ls
(2)
Tf (e r(%,
Keterangan:
'
Sf : Vs : Ls
:
Air aliran batang (mm) Volume air yangtertampung pada alatpenakr (ml) Luas penutupan tajuk pohon (m2)
taju
(Waterloo, 1994):
Lan
E,:P, -Tf-sf
patkan peralatan penampung terbuat dari pipa paralon berukuran diameter lubang l0 cm dengan tinggi pipa 30
(3)
: Pu : Tf : Sf : E,
pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali tiap umur tanaman, ditempatkan di bawah tajuk masing-masing pohon sampel
Pengukuran aliran batang dilakukan dengan melilitkan selang dari bahan perlak (kedap atr) pada batang pohon,
kemudian
air ditampung pada bak
penampung (jerigen).
Sebanyak 3 buah pohon dipilih sebagai ulangan pengukuran pada tiap umur tanaman yang memiliki tinggi dan diameter mendekati rata-rata tegakan, kemudian dipasang peralatan pengukuran aliran batang. Pengukuran dilakukan setiap pagi hari setelah terjadi hujan(rainfall event), dalam satuan (m1), dan dikonversi ke dalam satuan (mm) dengan luas penutupan
tajuk masing-masing pohon. Pengolahan dan Analisis Data Penghitungan air lolosan tajuk pada tiap kejadian hujan harian (daily rainfall event) dilaTotkan dengan persamaan sebagai berikut (Yusop dkk., 2003):
320
pad keh
Intersepsi hujan oleh tajuk pohon (mm)
8.1
Curah hujan harian (mm)
Volume air lolosan tajuk(Throughfall,nm) Volume air aliran batang (Stemflow,nm)
dar
spe
ber
terpilih. Oleh karena lokasi penelitian merupakan hutan
lubang penampung.
diel
Keterangan:
cm, dipasang pada70 cm di atas permukaan tanah. Ulangan
maka diasumsikan bahwa pohon terpilih yang memiliki diameter dan tinggi pohon sesuai dengan nilai rata-rata tegakan, dapat mewakili pohon dalam tegakan pada umur yang sama. Pengukuran dilakukan setiap pagi hari setelah terjadi htjan (rainfall event), dalam satuan (ml), dan dikonversi ke dalam satuan (mm) dengan luas permukaan
Keter
Perhitungan besarnya intersepsi hujan (tiap hrui hujan) oleh tajuk pohon dihitung dengan persamaan beritc
Pengukuran air lolosan tajuk dilakukan dengan menem-
tanaman yang memiliki jenis tanaman dan umur yang sama,
CH( Sffz
me
HASILDA]\I PEMBAHASAN
kis
Hasil perhitungan besarnya intersepsi, lolosan tajuk dn aliran batang pada masing-masing umur tanaman disajikr pada Tabel l. Pada tanaman umur 2 dan 3 th dilakuh pengamatan selama 5 bulan, masing-masing sebanyak 45 dr 40 kejadian hujan, dengan curah hujan 1.054 mm dan 1.0il mm. Pada tanaman umur 4, 5 dan 6 th, dilakukan pengamatn selama 4 bttlan, masing-masing sebanyak 43, 46 dan tl{l kejadian hujan, dengan curah hujan 797 mm,824 mm h 765 mm.
Tabel
l.
Umur
Hasil perhitungan intersepsi hujan, lolosan tajuk alir an b atang p ada masing-masing umur tanaman
CH
tanaman (rainfall,
N (No
Tf
of
4 th(jtears) 797 5 th $tears) 824 6 th $tears\ 765
45 40 43 46 44
'
ceptol,
,*), (rnm)
847,4
39,3
t67l
783,6
36,1
188,3
633,9
1r<
130,6
684,6
?r5
106,9
mm 2 th $tears) 1054 3 thQtears) 1008
sf (stemflow)r(intT-'
(throughfall)
634,6
LO2.L
tan
yu jut pe
sp,
AGRITECH,
VoL 32, No. S,AGUSTUS 2012
15% (Soedjoko dkk., 1998; Rusdiana dkk., 2002), namun lebih kecil dibandingkan pada tanaman jati yang mencapai 20,5-40,3 % (Sulaesno dkk., 2002; Hendrayanto dkk.,
Proporsi masing-masing parameter interseps, air lolosan tajuk dan ahranbatang terhadap curah hujan yang jatuh disajikan pada Tabel 2.
2002). Jika dibandingkan dengan intersepsi pada hutan alam
tropika, intersepsi hujan pada tanaman E. pellita jauh lebih kecil. Sebagai contoh, hasil penelitian Soedjoko dkk. (1998) menyebutkan intersepsi hujan pada hutan alam klimaks di Indonesia sebesar 25-350 , sedangkan di Malaysia sebesar 21,8-22,lyo (Manokaran, 1979; Ahmad, 1992 dalam Sabei
Tabel2. Proporsi intersepsi, lolosan tajuk dan aliranbatang terhadap curah hujan pada masing-masing umur tanaman
2th
3th
4th
5th
6th
797
824
$tears) 765
4,1
3,9
79,5
83,1
83,0
16,4
13.0
r3,3
(years\ (years\ (years) (years) CH
(mm) 1054 1008
sf (%) Tf (%) r
3,6 3,7 80,4 77,7
(%) ts,e r8,7
dan Rosnani, 1999). Dilihat sebaran besarnya intersepsi, aliran batang dan lolosan tajuk pada masing-masing umur tidak menunjukkan
kecenderungal yar-.g jelas dengan bertambahnya umlr tanaman (Gambar 1). Besamya aliran batang pada seluruh umur tanaman yang dikaji menunjukkan angka yang hampir sama, yaitu rata-rata 3,85yo dari curah hujan. Namun demikian, pada tanaman umur 3 dan 4 tahun memperlihatkan besaran lolosan tajuk yang paling kecil serta intersepsi yang paling besar, terutama pada umur 3 tahun. Hal tersebut terkait dengan faktor yang mempengaruhi-
Keterangan: CH : curah htjan (rainfalL); Sf = aliran batang (stemflow);Tf (lolosan tajuk (tft roughfall); I : intersepsi (ln terception)
Hubungan antara curah hujan dengan intersepsi, lolosan tajuk dan aliran batang pada masing-masing umur tanaman diekspresikan dalam persamaan regresi, disajikan pada
Lampiran
l.
Masing-masing persamaan terbangun disajikan
nya yaitu tajuk tanaman terutamaparameter luas penutuparurya
pada Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 2
di
(canopy cover). Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa kondisi tajuk tanaman E. pellita beserta sistem percabangat nya yang khas di mana cabanglranting akan lepas dengan sendirinya dimulai dad bawah dengan bertambahnya umur taflatrral, akan mencapai klimaks (luas maksimum) pada umur 3-4 tahun (Supangat, dkk., 2008; 2009). Besarnya luas penutupan tajuk ini akan menyebabkan kecilnya air lolosan
atas terlihat bahwa besarnya
kehilangan air melalui inters epsi (int erc ep ti on I o s s es) tanaman E. pellita (umur 2 sampai 6 th) berkisar antara 13,0 - 18,7 yo dari curah hujan, atau rata-rata 15,8Yo. Dibandingkan dengan spesies Eucalyptus yanglain (Tabel4), angka tersebut sedikit
bervariasi. Sebagai contoh, hasil penelitian Pudjiharta (1999) menyebutkan intersepsi pada tanaman E. urophylla dalam kisaran yang hampir sama (8,8-17,3 'h), sedangkan pada tanaman E. signata menunjukkan angka yang lebih besar, yaitu 22 o/o (Lima,1976 dalam Pudjiharta, 2001). Demikian juga besaran aliran batang dan lolosan tajuk tanaman Z. pellita berada dalam kisaran angka yang hampir sama dengan spesies Eucalyptus yang lain (Tabel 4). Dibandingkan jenis tanaman yang lain di daerah tropis, angka di atas lebih besar dari tanaman Pinus yang hanya 13-
Tabel
3.
tajuk dan meningkatkan intersepsi (Herwitz, I 985; Chanpaga dan V/atchirajutipong, 2000).
Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa besarnya taj* (canopy storage) hampir sama, berkisar
tampungan antara 0,4
-
7,2 mm(rata-rata 0,8 mm). Kapasitas tampungan
tq:ak (canopy storage capacity) merupakan jumlah ai yang dibutuhkan untuk membasahi tajuk hingga jenuh sampai air jatuh menjadi lolosan taj* (throughfall) (Gash dan Morton,
Persamaan regresi hubungan antara curah hujan (P) dengan intersepsi (I), lolosan tajuk (Tf) dan aliran
batang (Sf) pada masing-masing umur tanaman Umur tanaman
Lolosan tajuk,
Qtlant ages)
(throughfalt)
2 th$rears) 3 thQtears)
Tf
Tf:0,8796P-1,7718
n:45 ,f
--0,99
Tf =0,6449P -1,7012
n:40,f:0,99
(stemflow)
Intersepsi, I (interception)
Sf=0,0380P-0,0170
l:0,0824 P+
1,7888
P + 0,0170
r:0,1022P +
1,3742
Aliran batang, Sf
n:45 ,f:0,88 st:0,0229
n:45,f:0,99
n=40 ,12:0,68
n:40 ,f=0,62
n:43,f:0,99
n:43,f:0,82
sf=0,04s7P-0,090r
I:0,1037P+1,1153
5 thQtears)
Tf:0,9000P-1,26s9
Sf:0,0406P-0,0217
I:0,0594
6 th $tears)
Tf:0,8928P-1,1004
4 th$tears)
Tf:0,8306P-1,0252
r:46,*:0,99
r:44,f=0,99
n=46,f-0,82
Sf:0,0489P-0,2084
r:44,f:0,77
n:43,f:0,70 n:46 ,f
+ 1,2876 = 0,31
P
I:0,0583P+1,3089
r:44,f:0,29
321
1
rt
{tr
AGRITECH, Vol. 32, No. 3,AGUSTUS 2012
Tabel 4. Intersepsi hujan pada berbagai spesies Eucalyptus Spesies (species)
Eucalyptus
CH(mm) (rainfalh
E. regnans E. hybrid
1.968
E. camaldulensis
600
E. signata E. saligna
1.280
sf (%) (stemflow)
Tf (%) (throughfall)I (%) (interceprion) Sumber (sources)
5,3
72-76
r8,7
Karschon (1967)*\
76
80,76
11,65
George (1978)*)
4,5
80,84
t4,63
Karschon (1967)*)
t3
65
22
Lima (1976)*r
t2
83,6
12,2
Lima (1976)*r
11,0
Pebble (1980)
Pudjiharta (1999)*)
E. melanophloia E. urophylla E.
pellita **t
1.393
3,7-7,2
74-84
8,8-17,3
765-1.054 (4-5 bulan)
3,6-4,1
77,7-83,1
13,3-18,7
Penelitian ini
Keterangan:
x) **)
Dalun (in) Pudjiharta (2001) Tananan E. pellita lolaur 2
-
6 tahun (E. pellita plants at ages of 2 to
90
6
years)
KESIMPULAN
80 70
Besaran intersepsi hujan, lolosan tajuk dan aliran
suo ;50 F d40 o j30
20 10
0
2th
3th
4th
sth
6th
Umur Tanaman (Prarf Ages); Tahun
Gambar
1.
Grafik besaran intersepsi, lolosan tajuk dan aliran batang
pada tanaman E. Pellita tidak menunjukkan yang jelas dengan bertambahnya umur tanaman, tetapi intersepsi terbesar pada tanaman berumur 3 tahun. rata besaran intersepsi hujan adalah 15,8 oh, dengan alirr batang rata-rata 3,8 %o dan lolosan taJvk 80,4 %. tampungan tajuk tanaman E Pellita rata-rala sebesar 0,8 Model persamaan regresi hubungan antara curah hujan ahran batang maupun lolosan tajuk memiliki korelasi kuat (nilai r atau
1978). Angka di atas lebih besar dibandingkan pada tanaman karet yang hanya sebesar 0,62 mm (Yusop dkk., 2003), namun lebih kecil dibandingkan pada hutan alam tropika yang mencapai 0,9 - 1,5 (Jackson, 1095 dalam Yusop dkk,. 2003; Saberi dan Rosnani, 2004). Hubungan antara curah hujan dan lolosan tajuk maupun aliran batang menunjukkan adarrya korelasi yang kuat (nilai r atau C tinggi), namun tidak pada intersepsi. Korelasi yang kuat antara curah hujan dengan intersepsi hanya terjadi pada tanaman umur 2 tahun (l atau r : 0,99). Hal tersebut menjelaskan bahwa model persamaan lolosan tajuk dan alilan batang yang terbangun dapat dipakai untuk memprediksi besaran aliran batang dan lolosan tajuk. Sedangkan model persamaan intersepsi masih perlu dilakukan penghalusan (smoothing) baik dengan cara penambahan data maupun
mengeluarkan data pencilan (outlayer), sehingga akan diperoleh persamaan dengan
322 l
Ir
nllaif
atau r yang tinggi.
f
tinggi) sehingga dapat digunakan
alat prediksi. Sedangkan model persamaan hubungan hujan dan intersepsi belum menunjukkan korelasi yang (nilai r rata-rata rendah), sehingga belum layak sebagai prediksi. Untuk meningkatkan fungsi hutan tanaman E. sebagai konservasi tanah dan air secara vegetatif, perlu upaya tambahan untuk mengendalikan besarnya lolosan tajuk agar minimal menjadi aliran permukaan menyebabkan erosi. Upaya pada tanaman muda (1-2 dapat dilakukan secara mekanis dengan pembuatan atau secara vegetatif dengan penanaman jenis penutup (legume cover crops). Pada umur 3 tahun ke atas, dapat dilakukan dengan pemeliharaan agar seresah dan tanaman bawah tidak terbakar, sehingga dapat
pengendali daya rusak butir air lolosan tajuk dan permukaan.
AGRITECH,
DAFTAR PUSTAKA Asdak, C., Jarvis, P.G., Van Gardingen, P. dan Fraser, A. (1998). Rainfall interception loss in unlogged and logged forest areas of Central Kalimantan, Indonesia. Hy dro
Io
gt
I
206: 237 -244.
Bruijnzeel, L.A. (1990). Hydrolog,t of moist tropical forest and efficts of conversion:A stage of lenowledge review. UNESCO Intemational Hydrological Programme & Free University, Amsterdam.
Bruijnzeel, L.A. (1997). Hydrology of forest plantations in the tropics. Dalam: Nambiar, E.K.S. dan Brown, A.G. Management of Soil, Nutrient and Water in Tropical
Plantation Forest. ACIAR Monograph No. 43. Canberra, Australia. pp. 125-167.
Charoensuk, S., Jirasuktaveekul, W. dan Onarsa, S. (2000). Rainfall intercepted by teak plantation. h@://www. forest. go.th/Research/English/Research_Proj ectl environment.htm. [2 1 Agustus 2000]. Chanpaga, U. dan Watchirajutipong, T. (2000). Interception, throughfall and stemflow of mixed deciduous with teak forest. http ://www. forest. go.th/Research/English/Research_P r oj ectl
environment.htm. [2 1 Agustus 2000].
VoL
j2,
No. j,AGUSTUS 2012
Klaassen, W., Lankreijer, H.J.M. dan Veen, W.L. (1996). Rainfall interception loss near a forest edge, J. Hydrol 185: 349-361.
Klinge, R., Schmidt, J. dan Folster, H. (2001). Simulation of water drainage of a rain forest and forest conversion plots using a soil water model. Journal of Hydrologt 246:82-95. Manokaran, N. (1979). Stemflow, throughfall and rainfall interception in Peninsular Malaysia. Malay Forester 4: t74-201. Pudjiharta, A. (2001). Pengaruh hutan tanaman industri Eucalyptus terhadap tata ak di Jawa Barat. Jurnal Hutan dan Konseryasi Alam,Tahun 2001. Bogor.
Rowe, L.K. (1983). Rainfall interception by an evergreen
beach forest, Nelson, New Zealand. Journal of Hydrologt 66: 143-158. Rusdiana, O., Arifiaya, N.M. dan Hendrayanfo (2002). Pengaruh hutan tanaman campuran terhadap tata air dan perlindungan tanah, Studi kasus penelitian di SUbDAS Cipeureu, Gunung Walat. Prosiding Workshop
Aplikasi Hasil-Hasil Penelitian Bidang Hidrologi untuk Penyempurnaan Pengelolaan Hutan Berbasis Ekosistem, Yo gyakarta.
Gash, J.H.C. dan Morton, A.J. (1978). An application of the Rutter model to the estimation of the interception loss
Saberi, O. dan Rosnani, H.M. (1999). Rainfall interception by lowland tropical rainforest in Air Hitam, Selangor, Malaysia. Dalam: Rahim, N.A. Wqter: Forestry and
from Theeford forest. Journal of Hydrolog,,38: 49-58.
Land Use Perspectives. Technical Documents in
Herwitz, R.S. (1985). Interception storage capacities of tropical rainforest canopy trees. I Hydrology 77:237252.
Herwitz, R.S. dan Slye, R.E. (1992). Spatial variability in the interception of inclined rainforest by a tropical rainforest canopy. Selbyana 13: 62-71.
Hendrayanto, Rusdiana, O. dan Aiflaya, N.M. (2002). Pengaruh hutan tanaman jati terhadap tata ak dan perlindungan tanah, Studi kasus penelitian di SubDAS Cijurey Hulu, KPH Purwakarta. Prosiding Workshop
Aplikasi Hasil-Hasil Penelitian Bidang Hidrologi unhrk Penyempurnaan Pengelolaan Hutan Berbasis Ekosistem, Yo gyakarta.
Hutchion, B. A., Matt, D. R, McMillen, R. T., Gross, L. J., Tajchman, S. J. dan Norman, J..M. (1986). The architecture of a deciduous forest canopy in Eastern Tennessee, USA. Journal of Ecolog 74: 635-646.
Hydrology, No. 70. IJnesco, Paris. pp. 67-68. Saengkoovong, P., Rungrojwanich, S. dan Rouysungaem, S.
(2000). Rainfall interception by bamboo. http ://www forest. go.thlResearch/English/Research_P
rcjectl
environment.htm. [2 I Agustus 2000]. Scatena, F.
N. (1990). Watershed scale rainfall interception
on two forested watersheds in Luquillo mountains in Puerto Rico. Journal of Hydrology 113: 89-102. Schellekens, J. (2000). The interception and runoffgeneration processes in Bisley catchment, Luquillo Experimental
Forest, Puerto Nco. Physical Chemistry Earth (B) 2s(7 -8): 6s9-664. Singh, R.P. (1987). Rainfall interception by Pinus wallichiana
plantation in temperate region of Himachal Pradesh, lndia. Indian Forester 104: 559 -566. Smith, M.K. (1974). Throughfall, stemflow and interception in Pine and Eucalypt Forest. Australian Forestry 36:
190-t97.
323
Hi
li ilH It
Il
fi i l
AGRITECH,
Soedjoko, S.A., Suyono dan Darmadi (1998). Kajian Neraca Air di Hutan Pinus. Makalah Seminar Pengelolaan Hutan dan Produksi Air untuk Kelangsungan Pembangunan,
VoL
i2,
No. 3,AGUSTUS 2012
LAMPIRAN
Sf (2 h) = 0,0380P - 0,0 0,8762
23 September 1998, Jakarta.
1
70
*=
sf
Sukresno, Supangat, A.B., Priyono, C.N.S. dan Murtiono, U.H. (2002). Fungsi hidrologi hutan tanaman jati: Studi kasus pengelolaan hutan jati terhadap erosi dan tata air di BKPH Pasarsore, KPH Cepu. Prosiding Workshop
(3 h) =
f
Sf(4 h)
0,029P =
+
0,3270
o.6so6
= 0,0457P - 0,0901
R'?= 0,8197 Sa(5
h)
=
0,s06P
-
0,0217
R2=0,8225 Sf (6 th) = 0,0489P - 0,2084
*
Aplikasi Hasil-Hasil Penelitian Bidang Hidrologi untuk Penyempumaan Pengelolaan Hutan Berbasis
=o,7672
Ekosistem, Yogyakarta. Supangat, AB., Junaedi, A., Kosasih, Frianto, D. dan Nasrun
(2008). Kajian tata air hutan Acacia mangium dan Eucalyptus pellita. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat. Badan Litbang Kehutanan. Kuok. (idak dipublikasikan). Supangat,
0
4
60
80
100
CuBh Hsian,
120
140
160
P (mm)
Persamaan regresi hubungan antara curah hujan (P) aliran batang (Sf) pada masing-masing umur tanaman
AB., Junaedi, A., Kosasih dan Nasrun (2009).
Kajian tata a;r hutan Acacia mangium dan Eucalyptus pellita. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat. Badan Litbang Kehutanan. Kuok. (tidak dipublikasikan). Waterloo, M.J. (1994). Water and nutrient dynamics of Pinus caribaea plantation forests on former grassland soils in Viti levu, Fiji. PhD dissertation. Vrije Universiteit van Amsterdam, Amsterdam, the Netherlands.
Witthawatchutikul, P. dan Suksawang, S. (2000). Rainfall intercepted in logged-over dry evergreen forest at Huay
Ma Fuang, Rayong Province. http://www.forest.go.thl
160
T(2 h)
I
=
f
0,8796p - 1,7718 = 0.9935
120
E €
roo
i& E
360 4 20
0
-20
Research/English./Research_Proj ectlenvironment.htm.
[2l Agustus 2000].
Gambar
3.
Yusop, 2., Yen, C.S. dan Hui, C.J. (2003). Throughfall,
Persamaan regresi hubungan antara curah hujan (P) lolosan tajuk (Tf) pada masing-masing umur tanaman
Stemflow and Interception Loss of Old Rubber Trees. Jurnal Kejuruteraan Awam 1 5(1): 24-33. I
(2
t!)
0,0824P + 1,7888
=
R2 = 0,:,461
I
(3
tt)
= 0,1322P +'1,37 42
(4
tr)
=
d
(2
=0,6228
I
Linear (3
0,1037P a 1,1153
*
=0.7014
I I
,tl,
h)
= 0,05s4P +
I
(5
I
(6 fr) = 0,0583P +
*=
o,3io2
*=0294 20
40
60
& Cuah Huran,
!00 P
1m
140
161
(mhl
Persamaan regresi hubungan antara curah hujan (P) intersepsi @ pada masing-masing umur tanaman
324
l,:I
ya
hr
St
7',
tE
ta