06. JURNAL PI_RAHMA

Download 6 Jul 2015 ... JURNAL PERMATA INDONESIA. Halaman ... Abstrak : Asma merupakan penyakit respiratorik yang paling sering di temukan dan palin...

0 downloads 540 Views 213KB Size
JURNAL PERMATA INDONESIA Volume 6, Nomor 1, Mei 2015

Halaman : 49 - 57

ISSN 2086 – 9185

PENGARUH PEMBERIAN KONSELING APOTEKER TERHADAP HASIL TERAPI PASIEN ASMA ANAK DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU (BP4) YOGYAKARTA

Rahma Aliya Program Studi Farmasi, POLTEKKES Permata Indonesia

Abstrak : Asma merupakan penyakit respiratorik yang paling sering di temukan dan paling sering menjadi masalah di masyarakat. Penyakit ini umumnya dimulai sejak dari masa anak-anak terutama pada usia lima tahun. Anak- anak yang tinggal diperkotaan rentan menderita asma. Hal ini disebabkan karena di perkotaan banyak terpapar polusi dan debu serta memiliki jumlah penduduk yang padat. Berdasarkan data dari Yayasan Penyantun Asma, kasus asma di Indonesia mencapai 12 juta atau sekitar 6% dari jumlah penduduk. Setiap tahun angka ini akan mengalami peningkatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh konseling apoteker terhadap kemajuan hasil terapi pada pasien asma anak umur 5-12 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental dengan rancangan pre dan post test tanpa kontrol. Subyek penelitian adalah pasien asma anak umur 5-12 tahun yang datang ke Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta, dengan diagnosa asma. Terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah pemberian konseling terhadap frekuensi serangan asma pada anak. Nilai t-test pada kelompok pasien asma anak yang menderita asma lebih dari 5 tahun adalah 6,320 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai t-test pada perbandingan kedua kelompok adalah 2,385 dengan signifikansi sebesar 0,024 (0,024 < 0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara lama waktu terpapar asma terhadap kemajuan hasil terapi. Berdasarkan uji anova diperoleh [sig.(2-tailed)/p] sebesar 0,701 (0,701 > 0,05). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara jenis terapi dan perubahan frekuensi serangan. Kata kunci : Asma, Apoteker, Konseling. Abstract : Asthma is a respiratory disease that is most often found, and most often a problem in this community. Penyakit generally starting from childhood, especially at the age of five. Children living in urban prone to suffer from asthma. This is because in many urban areas exposed to pollution and dust and has a dense population. Based on data from the Foundation Trustees Asthma, asthma cases in Indonesia reaches 12 milion or about 6% of the population. Every year this figure will increase. This study was conducted to determine how much influence the pharmacist counseling on the progress of therapy in patients with asthma children aged 5-12 years. This study is a quasi experimental design with pre and post test without control. Subjects were patients with asthma children aged 5-12 years who come to the Center for Lung Disease Treatment (BP4) Yogyakarta, with a diagnosis of asthma. There is a significant difference between before and after counseling with respect to frequency of asthma attacks in children. T-test values in the group of patients with asthma who asthmatic children over 5 years is 6.320 with a significance of 0.000. T-test on value comparison of both groups was 2.385 with a significance of 0.024 (0.024 <0.05). This may imply that there are significant differences between the long time exposure to asthma to the advancement of therapeutic results. Based on the 49

Rahma Aliya | Pengaruh Pemberian Konseling Apoteker Terhadap ............... ANOVA test was obtained [sig. (2-tailed) / p] as big as 0.701 (0.701> 0.05). There is no significant difference between the type of therapy and change frequency of attacks. Key words : Asthma, Pharmacists, Counseling.

keparahannya berubah secara spontan maupun

PENDAHULUAN

sebagai akibat pengobatan (6).

Asma merupakan penyakit respiratorik yang paling sering di temukan dan paling sering

menjadi

masalah

Masalah penanganan penderita asma

di

anak yang tidak adekuat dapat disebabkan dari

masyarakat.Penyakit ini umumnya dimulai

keluarga

sejak dari masa anak-anak terutama pada usia

penyakit dan pengobatannya, karena tidak

lima

mendapat pengetahuan yang cukup tentang

tahun.

Anak-

anak

yang

tinggal

yang

tidak

penyakit

disebabkan

diperlukan terhadap penentuan keberhasilan

di

perkotaan

banyak

apoteker

sangat

terapi dan perbaikan kualitas hidup (1).

terpapar polusi dan debu serta memiliki jumlah penduduk yang padat.

Peran

kondisi

diperkotaan rentan menderita asma. Hal ini karena

asma.

memahami

Berdasarkan

Konseling

apoteker

adalah

usaha

data dari Yayasan Penyantun Asma, kasus

apoteker agar pasien mampu memahami

asma di Indonesia mencapai 12juta atau

permasalahan yang dialami terkait penyakit

sekitar 6% dari jumlah penduduk (2).

dan sediaan farmasi, sehngga pasien mampu

Berdasarkan data organisasi kesehatan

mengambil keputusan terbaik sesuai dengan

dunia (WHO), jumlah penderita asma di dunia

kemampuannya. Dalam melakukan konseling

mencapai

ini

seorang apoteker harus mampu menguasai

dikhawatirkan terus meningkat hingga 400 juta

tehnik-tehnik konseling. Karena keberhasilan

orang pada tahun 2025. Di dunia penyakit

konseling salah satunya ditentukan oleh

asma termasuk 5 besar penyebab kematian.

kemampuan

Diperkirakan 250.000 orang meninggal setiap

tehnik-tehnik

300

juta

orang.

Angka

(4)

apoteker

dalam

konseling

penguasaan

selain

juga

pengalaman dalam memberikan konseling (3).

tahunnya dikarenakan asma . Asma merupakan penyakit respiratorik

Ditinjau dari berbagai alasan tersebut

kronik yang paling sering ditemukan terutama

maka perlu dilakukan penelitian mengenai

pada negara maju. Penyakit ini pada umunya

bagaimana pengaruh pemberian konseling

dimulai sejak masa anak-anak sehingga sangat

apoteker terhadap hasil terapi pasien asma

berpotensi untuk menggangu pertumbuhan dan

pada anak umur 5-12 tahun. Penelitian ini

perkembangan anak

(5)

. Asma terjadi karena

dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

adanya peningkatan responsivitas bronkus

pengaruh

terhadap berbagai stimulus, diantaranya sel

kemajuan hasil terapi pada pasien asma anak

mast, eosinofil, neutrofil, limfosit T, makrofag

umur 5-12 tahun.

dan

epitel

penyempitan

sel, jalan

bermanifestasi nafas

meluas

sebagai yang 50

konseling

apoteker

terhadap

Rahma Aliya | Pengaruh Pemberian Konseling Apoteker Terhadap ............... METODE PENELITIAN

Distribusi Jumlah Pasien Asma Anak

Penelitian ini merupakan penelitian quasi

Berdasarkan Jenis Kelamin

eksperimental dengan rancangan pre dan post

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

test tanpa kontrol. Subyek penelitian adalah

jumlah pasien asma anak yang datang berobat

pasien asma anak umur 5-12 tahun yang

ke Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4)

datang ke Balai Pengobatan Penyakit Paru-

pada saat penelitian berlangsung adalah laki-

Paru (BP4) Yogyakarta, dengan diagnosa

laki

asma.

perempuan (30%).

Perlakuan

yang

diberikan

berupa

(70%)

lebih

besar

daripada

anak

pemberian konseling terhadap pasien asma Tabel 2. Distribusi jumlah pasien asma anak

anak yang datang ke Balai Pengobatan

berdasarkan jenis kelamin

Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta selama

Jenis Kelamin Laki-laki Wanita (n=30)

periode Februari - April 2012.

HASIL Distribusi Jumlah Pasien Asma Anak Berdasarkan Umur

Jumlah Persentase(%) pasien 21 70 9 30

Distribusi Jumlah Pasien Asma Anak

Pasien asma anak yang datang berobat

Berdasarkan Lama Waktu Terpapar

ke Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Yogyakarta pada saat penelitian dilaksanakan

53,5% pasien asma anak yang berobat ke Balai

paling banyak adalah umur 12 tahun

Pengobatan

sebanyak 26,7%.

Yogyakarta

Penyakit

Paru-Paru

(BP4)

menderita asma kurang dari 5

Tabel 1. Distribusi pasien asma anak

tahun dan 46,7% pasien asma anak yang

berdasarkan umur

datang berobat ke Balai Pengobatan Penyakit

Umur (tahun) 5 6 7 8 9 10 11 12

Paru-Paru (BP4) telah menderita asma lebih

Jumlah Persentase Pasien (%) 4 13,3 4 13,3 2 6,67 6 20 2 6,67 3 10 1 3,3 8 26,7

dari 5 tahun.

Tabel 3. Distribusi jumlah pasien asma anak berdasarkan lama waktu terpapar Lama terpapar (tahun) Kurang dari 5 tahun Lebih dari 5 tahun (n=30)

51

Jumlah pasien

Persentase (%)

16

53,3

14

46,7

Rahma Aliya | Pengaruh Pemberian Konseling Apoteker Terhadap ............... Tabel 4. Data Perubahan frekuensi serangan

Tabel 5. Data Perubahan frekuensi serangan

asma anak sebelum dan setelah

asma anak sebelum dan setelah mendapat

mendapat konseling apoteker pada pasien anak

konseling apoteker pada pasien anak yang

yang menderita asma kurang dari 5 tahun

menderita asma lebih dari 5 tahun

Sebelum 1 3 3 1 3 4 4 3 4 4 3 1 4 2 1 1 X = 2,63 SD = 1,258 (n=16)

Sesudah 1 2 4 1 1 3 1 2 2 2 4 0 2 1 1 1 X= 1,75 SD = 1,125

Selisih 0 1 -1 0 2 1 3 1 2 2 -1 1 2 1 0 0 X = 0,875 SD = 1,147

Sebelum 5 4 4 3 4 5 3 2 3 2 4 2 4 3 X = 3,43 SD = 1,016 (n=14)

Sesudah 4 4 1 3 1 2 1 1 1 1 1 0 1 1 X = 1,57 SD = 1,222

Selisih 1 0 3 0 3 3 2 1 2 1 3 2 3 2 X =1,857 SD = 1,099

Nilai t-test pada kelompok pasien asma anak yang menderia asma lebih dari 5

Nilai t- test pada penilaian tentang

tahun adalah 6,320 dengan signifikansi sebesar

kemajuan hasil terapi sebelum dan setelah

0,000.

mendapat konseling pada pasien yang terpapar

sesudah

nilai p-value yang dihasilkan kurang dari 0,05

pemberian

konseling

terhadap

serangan asma pada anak. bahwa

pemberian

konseling

terhadap

berarti bahwa pemberian konseling mampu

setelah

menurunkan frekuensi serangan asma pada

frekuensi

pasien anak yang mengidap asma lebih dari 5

Hal ini berarti

konseling

pemberian

frekuensi serangan asma pada anak. Hal ini

(0,008 < 0,05). Terdapat perbedaan yang dan

statistik

perbedaan yang signifikan antara sebelum dan

dengan pedoman statistik diperoleh bahwa

sebelum

pedoman

kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05).Terdapat

dengan signifikansi sebesar 0,008. Sesuai

antara

dengan

diperoleh bahwa nilai p-value yang dihasilkan

asma kurang dari 5 tahun sebesar 3,050

signifikan

Sesuai

tahun.

mampu

menurunkan frekuensi serangan asma pada pasien anak yang mengidap asma kurang dari 5 tahun.

52

Rahma Aliya | Pengaruh Pemberian Konseling Apoteker Terhadap ............... Tabel 6. Data perbandingan hasil penurunan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

serangan asma pasien anak yang terpapar asma

orang tua (saksi) yang datang mendampingi

kurang dari 5 tahun dengan lebih dari 5 tahun

anaknya ke Balai Pengobatan Penyakit Paru-

Kurang dari 5 tahun (n=16) 0 1 -1 0 2 1 3 1 2 2 -1 1 2 1 0 0 x = 0,875 SD = 0,147

Paru (BP4) Yogyakarta paling banyak dengan

Lebih dari 5 tahun (n=14) 1 0 3 0 3 3 2 1 2 1 3 2 3 2 x =1,857 SD = 1,099

latar belakang pendidikan terakhir sarjana sebanyak 19 orang (63,3%). Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan

orang

tua

(saksi)

terhadap

kemajuan hasil terapi pada pasien asma anak dilakukan analisa t-test. Analisa tersebut dilakukan dengan cara membagi pasien asma anak menjadi 4 kelompok dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 8. Pengelompokan pasien asma anak berdasarkan latarbelakang pendidikan orang tua dan lamanya menderita asma Kelom pok I

Pendidikan

II

SMA

sebesar 0,024 (0,024 < 0,05). Hal ini dapat

III

Sarjana

diartikan bahwa terdapat perbedaan yang

IV

Sarjana

Nilai t-testpada perbandingan kedua

SMA

kelompok adalah 2,385 dengan signifikansi

signifikan antara lama waktu terpapar asma

Lama menderita Lebih dari 5 tahun Kurang dari 5 tahun Lebih dari 5 tahun Kurang dari 5 tahun

Jumlah pasien 5 6 9 10

terhadap kemajuan hasil terapi. Dengan kata lain

lamanya

waktu

terpapar

Tabel berikut menyajikan perubahan

asma

frekuensi serangan pada pasien asma anak

berpengaruh terhadap hasil terapi.

sebelum dan setelah mendapat konseling pada Distribusi Pendidikan Terakhir Orang Tua

masing-masing kelompok.

Dari Pasien Asma Anak Tabel 7. Distribusi pendidikan terakhir orang tua (saksi) pasien asma anak Pendidikan orang tua SMA Sarjana

Jumlah pasien 11 19

Persentase (%) 36.7 % 63,3 %

53

Rahma Aliya | Pengaruh Pemberian Konseling Apoteker Terhadap ............... Tabel 9. Perubahan frekuensi serangan asma

Pada kelompok II nilai t-test sebesar

sebelum dan setelah mendapat

4,392 dengan signifikansi 0,007 (0,007 <

konseling pada pasien asma anak kelompok I

0,05). Terdapat perbedaan yang signifikan

Sebelum konseling 4 4 5 3 2 X = 3,6 SD = 1,140

Setelah konseling 4 1 2 1 0 X = 1,6 SD =1,517

antara perubahan frekuensi serangan asma

Selisih

dengan tingkat pendidikan orang tua. 0 3 3 2 2 X = 2,0 SD =1,225

Tabel 11. Perubahan frekuensi serangan asma sebelum dan setelah mendapat konseling pada pasien asma anak kelompok III Sebelum konseling 5 3 4 3 2 2 4 4 3 X = 3,3 SD = 1,00 (n=9)

(n=5) Nilai t-test kelompok I sebesar 3,651 dengan signifikansi sebesar 0,022. Sesuai dengan pedoman statistik nilai p-value yang dihasilkan kurang dari 0,05 (0,022 < 0,05). Terdapat perbedaan yang signifikan antara penurunan frekuensi serangan asma dengan pendidikan orang tua. Hal ini berarti bahwa pemberian

konseling dapat

menyebabkan

Setelah konseling 4 3 1 1 1 1 1 1 1 X = 1,56 SD = 1,13

Selisih 1 0 3 2 1 1 3 3 2 X= 1,78 SD = 1,09

perubahan frekuensi serangan asma pada anak Pada kelompok III menghasilkan nilai

yang terpapar asma lebih dari 5 tahun dengan

t-test sebesar 4,880 dan signifikansi 0,001

tingkat pendidikan orang tua (saksi) SMA.

(0,001 < 0,05). Terdapat perbedaan yang Tabel 10. Perubahan frekuensi serangan asma

signifikan

sebelum dan setelah mendapat konseling pada

serangan denagn tingkat pendidikan orangtua

pasien asma anak kelompok II

(saksi). Hal ini berarti bahwa pemberian

Sebelum konseling 3 4 4 1 4 2 X = 3,00 SD = 1,265 (n=6)

Setelah konseling 2 3 1 0 2 1 X = 1,50 SD = 1,049

Selisih

konseling

antara

dapat

perubahan

menyebabkan

frekuensi

perubahan

frekuensi serangan asma pada anak yang

1 1 3 1 2 1 X = 1,500 SD = 0,837

terpapar asma lebih dari 5 tahun dengan tingkat pendidkan orang tua (saksi) sarjana.

54

Rahma Aliya | Pengaruh Pemberian Konseling Apoteker Terhadap ............... Tabel 12. Perubahan frekuensi serangan asma

I,II,III)

sebelum dan setelah mendapat konseling pada

perbedaan yang signifikan

pasien asma anak kelompok IV Sebelum konseling 1 3 1 3 3 4 4 3 1 1 X = 2,40 SD = 1,265 (n=10)

Setelah konseling 1 4 1 1 2 2 2 4 1 1 X =1,60 SD = 0,699

dapat

diartikan

bahwa

terdapat

dari terapi yang

diperoleh pasien asma dengan kemajuan hasil terapi berupa perubahan frekuensi serangan.

Selisih

Hal ini dapat diartikan bahwa kemajuan hasil 0 -1 0 2 1 2 2 -1 0 0 X = 0,80 SD = 0,919

terapi berupa perubahan frekuensi serangan dipengaruhi oleh terapi yang diterima pasien. Nilai t-test pada kelompok IV sebesar 2,248 dengan signifikansi sebesar 0,066 (0,066 > 0,05). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa pemberian konseling pada pasien anak dengan terapi salbutamol, ambroksol dan deksametason tidak memberikan kemajuan hasil terapi. Pada penelitian ini pemberian terapi salbutamol, ambroxol, dan dexametason tidak

Nilai t-test kelompok IV sebesar 2,753

dapat menunjukkan adanya kemajuan hasil

dengan signifikansi 0,0213 (0,0213 < 0,05).

terapi. Ada beberapa faktor yang dapat

Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan

mempengaruhi ketidakberhasilan terapi antara

signifikan

lain ketidakpatuhan pasien terhadap.

serangan Dengan

antara

perubahan

frekuensi

dengan

pemberian

konseling.

kata

lain

konseling

PEMBAHASAN

dapat

menyebabkan terjadinya perubahan frekuensi

Pasien asma anak yang datang berobat

serangan asma pada anak dengan tingkat

ke Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4)

pendidkan orangtua (saksi) sarjana.

Yogyakarta pada saat penelitian dilaksanakan paling banyak

adalah

26,7%.

Dari

umur 12 tahun

Distribusi Terapi Yang Diberikan Pada

sebanyak

hasil

penelitian

Pasien Asma Anak

menunjukkan bahwa jumlah pasien asma anak

Nilai t-test kelompok I sebesar 3,742

yang datang berobat ke Balai Pengobatan

dengan signifikansi 0,003 (0,003 < 0,05). Pada

Penyakit Paru-Paru (BP4) pada saat penelitian

kelompok II diperoleh nilai t-test sebesar

berlangsung adalah laki-laki (70%) lebih besar

2,970 dengan signifikansi sebesar 0,025 (0,025

daripada anak perempuan (30%). Sedangkan

< 0,05) dan pada kelompok III diperoleh nilai

lama waktu terpapar asma dapat digunakan

t-test

signifikansi

untuk mengetahui tingkat keparahan dan

sebesar 0,016 (0,016 < 0,05). Berdasarkan

kualitas hidup pasien yang berkaitan dengan

nilai t-test dari ketiga kelompok (kelompok

keberhasilan terapi.

sebesar

4,899

dengan

55

Rahma Aliya | Pengaruh Pemberian Konseling Apoteker Terhadap ............... Hasil penelitian menunjukkan bahwa

mempengaruhi ketidakberhasilan terapi antara

53,5% pasien asma anak yang berobat ke Balai

lain

Pengobatan

pengobatan.

Yogyakarta

Penyakit

Paru-Paru

(BP4)

ketidakpatuhan

pasien

Pada

terhadap

penelitian

ini

menderita asma kurang dari 5

ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan

tahun dan 46,7% pasien asma anak yang

disebabkan antara lain karena pasien kurang

datang berobat ke Balai Pengobatan Penyakit

konsisten dalam menggunakan obat.

Paru-Paru (BP4) telah menderita asma lebih

Berdasarkan

uji

anova

diperoleh

dari 5 tahun. Terdapat perbedaan yang

[sig.(2-tailed)/p] sebersar 0,701 (0,701 > 0,05).

signifikan

antara

setelah

Terdapat perbedaan yang tidak signifikan

pemberian

konseling

frekuensi

antara jenis terapi dan penrubahan frekuensi

Hal ini berarti

serangan. Hal ini dapat diartikan bahwa jenis

sebelum

terhadap

serangan asma pada anak. bahwa

pemberian

dan

konseling

mampu

terapi yang diterima oleh pasien asma anak

menurunkan frekuensi serangan asma pada

pada penelitian ini tidak tidak berpengaruh

pasien anak yang mengidap asma kurang dari

terhadap perubahan frekuensi serangan.

5 tahun. Nilai t-test pada kelompok pasien

KESIMPULAN

asma anak yang menderia asma lebih dari 5

1.

Konseling yang diberikan oleh apoteker

tahun adalah 6,320 dengan signifikansi sebesar

mampu

0,000. Terdapat perbedaan yang signifikan

terapi

antara

serangan pada pasien asma anak umur 5-

sebelum

dan

sesudah

pemberian

konseling terhadap frekuensi serangan asma

serangan

mampu asma

menurunkan

pada

berupa

kemajuan

penurunan

hasil

frekuensi

12 tahun.

pada anak. Hal ini berarti bahwa pemberian konseling

memberikan

2.

frekuensi

Penurunan frekuensi serangan asma tidak dipengaruhi oleh :

pasien anak yang

Lama waktu terpapar asma :

mengidap asma lebih dari 5 tahun.

a. Terpapar asma kurang dari 5 tahun (p-

Nilai t-testpada perbandingan kedua

value = 0,008).

kelompok adalah 2,385 dengan signifikansi

b. Terpapar asma lebih dari 5 tahun (p-

sebesar 0,024 (0,024 < 0,05). Hal ini dapat

value = 0,000).

diartikan bahwa terdapat perbedaan yang

Tingkat pendidikan orangtua:

signifikan antara lama waktu terpapar asma

a. Pasien asma anak yang terpapar asma

terhadap kemajuan hasil terapi. Dengan kata

lebih dari 5 tahun dengan tingkat

lain

pendidikan orangtua (saksi) SMA (p-

lamanya

waktu

terpapar

asma

berpengaruh terhadap hasil terapi.

value = 0,022).

Pada penelitian ini pemberian terapi

b. Pasien asma anak yang terpapar asma

salbutamol, ambroxol, dan dexametason tidak

kurang dari 5 tahun dengan tingkat

dapat menunjukkan adanya kemajuan hasil

pendidikan orangtua (saksi) SMA (p-

terapi. Ada beberapa faktor yang dapat

value = 0,007). 56

Rahma Aliya | Pengaruh Pemberian Konseling Apoteker Terhadap ............... c. Pasien asma anak yang terpapar asma

DAFTAR PUSTAKA

lebih dari 5 tahun dengan tingkat

1.

pendidikan orangtua (saksi) SMA (p2.

value = 0,001). d. Pasien asma anak yang terpapar asma

3.

kurang dari 5 tahun dengan tingkat pendidikan orangtua (saksi) SMA (pvalue = 0,0231).

4.

Terapi yang diterima pasien : a. Kelompok I : aminofilin, ambroxol, deksametason, cetirizin (p-value = 0,003). b. Kelompok II : Aminofilin, ambroksol, deksametason, combivent nebul (pvalue = 0,025). c. Kelompok

III

ambroksol,

:

Aminofilin, 5.

methylprdenisolon,

cetirizin (p-value = 0,016). 3.

Keberhasilan pengobatan bisa diperoleh dari terapi yang diterima oleh pasien dan

6.

adanya konseling tentang penyakit dan obatnya sehingga akan meningkatkan kepatuhan dalam pengobatan.

SARAN 1.

Perlu dilakukan penelitianlebih lanjut tentang apoteker

konseling pada

pasien

yang

diberikan

asma

dewasa

dengan atau tanpa komplikasi penyakit lain. 2.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan

menggunakan

kontrol

untuk

dapat membandingkan kemajuan hasil terapi antara kelompok yang mendapat konseling dengan kelompok yang tidak mendapat konseling oleh apoteker.

57

Akip A.A., 2002, Asma Pada Anak, Sari Pediatri: 4 : 78-82, Jakarta. Anonim,2006, Case Management Adherence Guideline Version 2.0., www.cmsa.org, 23 November 2012. Ikawati, Z., 2007, Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan, Pustaka Adipura, Yogyakarta, hal 45-63. Kiley, J., Morosco, G.J., Fulwood,R., Schmidt, D.J., Taggart, W.S., et al., 2007, Expert Panel Report 3: Guidelines for the diagnosis and management of asthma, National Asthma Education and Prevention Program, NIH Publication no. 07-4051US dept of Health and Human Services, Bethesda MD, Http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/asth ma/astmagdln.pdf, diakses 12 September 2012. Purnomo, 2008, Faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian asma bronkial pada anak (studi Kasus di RS Kabupaten Kudus), tesis, Universitas Diponegoro. Ward, J.P.T., Ward, J., Leach R.M., and Wiener, C.M., 2008, At a Glance: Sistem Respirasi Edisi Kedua, EMS, Jakarta.