1 ANALISIS PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS

Download likuiditas (current rasio), rasio solvabilitas (debt to equity ratio), rasio aktivitas ( ... Bagaimana rasio likuiditas (current ratio) ber...

0 downloads 381 Views 314KB Size
1  

ANALISIS PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS, RASIO AKTIVITAS, DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Farida Wahyu Lusiana Dr. H. M. Chabachib, M.si., Akt ABSTRACT The aims of this study is to determine the influence of financial ratios of Price Earing Ratio in manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. In fundamental analysis, Price Earning Ratio is often used because it is easy to understood by investors or prospective investors as a measure to determine how the market value or price of a company. Financial ratios used in the liquidity ratio, solvability ratio, activity ratio, and profitability ratio. Variable in this study are independent and dependent variables. The

independent

variable consist of Current Ratio (CR) , Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turnover (INTO), Return On Equity (ROE), and the dependent variable is Price Earning Ratio. Research method used is multiple linear regression model. Type of data is secondary data from each manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange for three years in 2006, 2007, and 2008. The samples are taken by purposive random sampling. The samples is fifty four manufacturing companies. Results show that the liquidity ratio, activity ratio, and profitability ratio has a significant effect on price earning ratio manufacturing company shares. However solvability ratio have no significant effect on price earning ratio manufacturing company shares. This research can be used as a reference for investors to predicting the company’s stock price in the future and in making decesions to invest. Keywords

: CR, DER, INTO, ROE, PER

2  

PENDAHULUAN Faktor fundamental selalu dijadikan acuan investor dalam membuat keputusan investasi di pasar modal. Analisis faktor fundamental didasarkan pada laporan keuangan perusahaan yang dapat dianalisis melalui analisis rasio-rasio keuangan dan ukuran-ukuran lainnya seperti cash flow untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio keuangan dikelompokkan dalam lima jenis yaitu : (1) rasio likuiditas, yaitu rasio yang menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek; (2) rasio aktivitas, menyatakan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan harta yang dimikinya; (3) rasio profitabilitas, menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan keuntungan; (4) rasio solvabilitas (leverage), menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang, dan (5) rasio pasar, menunjukkan informasi penting perusahaan dan diungkapkan dalam basis per saham. Dalam analisis fundamental, cukup banyak analisis rasio-rasio yang dipergunakan. Salah satu rasio yang paling sering dipergunakan adalah rasio harga dengan laba bersih (price earning ratio -- PER), karena cukup mudah dipahami oleh investor maupun calon investor. PER merupakan bagian dari rasio pasar dimana sudut pandang rasio pasar ini lebih banyak pada sudut pandang investor dan juga merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai/harga pada suatu perusahaan. Price Earning Ratio (PER) digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan menghasilkan laba dimasa depan dari suatu perusahaan. Investor dapat mempertimbangkan rasio ini untuk memilah–milah saham mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar di masa mendatang. Perusahaan dengan kemungkinan pertumbuhan yang tinggi biasanya mempunyai Price Earning Ratio (PER) yang besar, sedangkan perusahaan dengan pertumbuhan yag rendah biasanya mempunyai Price Earnng Ratio (PER) yang rendah. PER juga merupakan indikator dari pertumbuhan suatu perusahaan, PER sendiri dipengaruhi oleh banyak variabel. Penelitian yang dilakukan oleh Kaziba A Mpataa dan Agus Sartono (1997), mengatakan bahwa PER dipengaruhi oleh aktiva tetap (fixed assets), pertumbuhan laba, penjualan, dividend payout ratio (DPR), ukuran perusahaan, return on equity (ROE), leverage ratio. Sedangkan Zaeni (1997), mengatakan bahwa PER dipengaruhi oleh pertumbuhan laba, dividend payout ratio (DPR), return on equity (ROE), dividend yield (DY), book value per share (BVS), dan closing price. Menurut Chandra (2001), mengatakan bahwa PER dipengaruhi oleh profit margin, leverage ratio, perputaran aktiva (total assets turnover), dan ukuran perusahaan.

3  

Berhubungan dengan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “ ANALISIS PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS, RASIO

AKTIVITAS,

DAN

RASIO

PROFITABILITAS

TERHADAP

PRICE

EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh rasio likuiditas (current rasio), rasio solvabilitas (debt to equity ratio), rasio aktivitas (inventory turnover), dan rasio profitabilitas (return on equity) terhadap price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini variable yang digunakan adalah variable bebas yaitu rasio keuangan dan variable terikat yaitu price earning ratio. Variable bebas dalam penelitian ini terdiri dari: Current Ratio (X1), Debt to Equity Ratio (X2), Inventory Turnover (X3), Return On Equity (X4). Variable terikat (dependent variable) yaitu price earning ratio. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana rasio likuiditas (current ratio) berpengaruh terhadap price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. 2. Bagaimana rasio solvabilitas (debt to equity ratio) berpengaruh terhadap price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. 3. Bagaimana rasio aktivitas (inventory turn over) berpengaruh terhadap price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. 4. Bagaimana rasio profitabilitas (retutn on equity) berpengaruh terhadap

price

earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh rasio likuiditas (current rasio) berpengaruh terhadap price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk menganalisis pengaruh rasio solvabilitas (debt to equity ratio) berpengaruh terhadap price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

4  

3. Untuk menganalisis pengaruh rasio aktivitas (inventory turn over) berpengaruh terhadap price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. 4. Untuk menganalisis pengaruh rasio profitabilitas (return on equity) berpengaruh terhadap price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Untuk memberikan sumbangan pikiran terhadap pengembangan ilmu pengetahuan ekonomi mengenai analisis pengaruh rasio keuangan terhadap price earning ratio. Dan dapat digunakan sebagai dasar perluasan penelitian terutama yang berhubungan dengan faktor-faktor fundamental lainnya yang dikaitkan dengan price earning ratio saham pada penelitian selanjutnya. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi Calon Investor Dapat melakukan analisis saham yang akan diperjual-belikan di pasar modal melalui

analisis

faktor-faktor

fundamental

mikro

perusahaan

yang

mempengaruhi price earning ratio saham, sehingga investor dapat melakukan portofolio investasinya secara bijaksana. Disamping itu dengan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual saham di pasar modal dengan berdasarkan pedoman perilaku PER. b. Bagi Emiten Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang berharga dalam mengevaluasi dan sekaligus untuk memperbaiki kinerja manajemen keuangan di masa yang akan datang c. Bagi akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan berpijak dan referensi bagi para peneliti yang tertarik untuk meneliti kajian yang sama untuk waktu yang akan datang

5  

TELAAH TEORI Analisis Fundamental Analisis faktor fundamental didasarkan pada laporan keuangan perusahaan yang dapat dianalisis melalui analisis rasio-rasio keuangan dan ukuran-ukuran lainnya seperti cash flow untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Analisis fundamental merupakan suatu teknik analisis yang beranggapan bahwa setiap saham mempunyai nilai intrinsik (intrinsic value), atau nilai yang tepat sebagaimana yang diperkirakan oleh investor, yang merupakan fungsi gabungan variabel perusahaan baik dalam menghasilkan pengembalian (return) yang diharapkan maupun risiko yang mungkin timbul. Dalam analisa fundamental, cukup banyak analisa rasio-rasio yang dipergunakan. Salah satu rasio yang paling favorit dipergunakan adalah rasio harga dengan laba bersih (price earning ratio -- PER). PER menjadi favorit karena cukup mudah dipahami oleh investor maupun calon investor. PER merupakan bagian dari rasio pasar dimana sudut pandang rasio pasar ini lebih banyak pada sudut pandang investor dan juga merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai/harga pada suatu perusahan. Jones (1991) menyatakan pendekatan fundamental yang dapat digunakan untuk penilaian saham adalah: Present Value Approach, Price Earning Ratio Approach, Price to book value, Sales to price ratio Pengertian Rasio Keuangan Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain (Munawir, 2000:54). Rasio sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam aritmathical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial (Bambang Riyanto, 2001:329). Rasio keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan hubungan antara berbagai macam akun (accounts) dari laporan keuangan yang mencerminkan keadaan keuangan serta hasil operasional perusahaan.

Sedangkan studi yang berfungsi untuk mempelajari rasio

keuangan tersebut disebut analisa rasio keuangan (financial ratios analysis). Financial ratio analysis ini dapat dibagi atas dua jenis berdasarkan variate yang digunakan dalam analisa (Robert Ang, 1997:18.23), yaitu: Unvariate Ratio Analysis & Multivariate Ratio Analysis. Penggolongan Rasio Menurut Robert Ang (1997:18.23-18.38) rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan ruang lingkup atau tujuan yang ingin dicapai, yaitu: Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios), Rasio Aktivitas (Activity Ratios), Rasio Rentabilitas/Profitabilitas (Profitability Ratios), Rasio Solvabilitas (Solvency Ratios), Rasio Pasar (Market Ratios). Dari

6  

rasio-rasio tersebut, yang berkaitan langsung dengan kepentingan analisis kinerja perusahaan dalam penelitian ini meliputi: Current Rasio, Debt to Equity Ratio, Inventory Turnover, Return On Equity Saham Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal. Saham merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan atas perusahaan penerbitnya (Ang,1997:11). Bagi beberapa investor, membeli saham merupakan cara untuk mendapatkan kekayaan besar (capital gain) yang relatif cepat. Sementara bagi investor yang lain, saham memberikan penghasilan yang berupa deviden. Adapun jenis-jenis saham antara lain saham biasa (common stock) saham preferen (preferren stock) dan saham komulatif preferen (commulative preferren stock) (Riyanto, 1999:240). Harga Saham Harga saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Menurut anoraga (2001 : 100) harga saham adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti penyertaan atau pemilikan suatu perusahaan. Harga saham juga dapat diartikan sebagai harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatar belakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan, untuk itu investor memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan saham tersebut dalam mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham.    Surat berharga saham memiliki bermacam-macam bentuk.   Penilaian Harga Saham Harga saham di bursa ditentukan oleh kekuatan pasar, yang berarti harga saham tergantung dari kekuatan permintaan dan penawaran. Kondisi permintaan atau penawaran atas saham yang fluktuatif tiap harinya akan membawa pola harga saham yang fluktuatif juga. Pada kondisi dimana permintaan saham lebih besar, maka harga saham akan cenderung naik, sedang pada kondisi dimana penawaran saham lebih banyak maka harga saham akan menurun. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham di pasar adalah : a. Taksiran penghasilan yang akan di terima. b. Besarnya tingkat keuntungan yang di syaratkan oleh investor, yang mana di pengaruhi oleh keuntungan yang beresiko serta resiko yang di tanggung investor. Penilaian harga saham merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian variabel ekonomi perusahaan yang diramalkan (atau yang di amati) menjadi perkiraan tentang harga saham. Variabel-variabel ekonomi tersebut seperti misalnya laba perusahaan, deviden yang dibagikan, varibilitas laba, dan sebagainya (Suad Husnan, 1998 : 290 ).

7  

Menurut Manurung (1997 : 28) model penilaian harga saham yang sering dipergunakan untuk analisis sekuritas adalah adalah : 1. Pendekatan Present Value . dirumuskan : Po = D R Model Pertumbuhan Konstan ( Constant growth Model ) dirumuskan : Po =

D r-g

2. Pendekatan PER (Price Earning Ratio) Price Earning Ratio (PER) Robbert Ang (1997) mengemukakan kegunaan PER adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh EPSnya.

Sedangkan menurut Jones (1991) menyatakan analisis

fundamental yang dapat digunakan untuk penilaian saham adalah dengan menggunakan pendekatan Price Earning Ratio (PER approach).

Pendekatan ini digunakan untuk

memperkirakan nilai saham dengan cara membagi harga saham (price) pada saat ini dengan earnings per share (EPS).

Pendekatan ini tidak memperhatikan nilai waktu dari uang.

Investor dapat mempertimbangkan rasio ini untuk memilah–milah saham mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar di masa mendatang. Perusahaan dengan kemungkinan pertumbuhan yang tinggi biasanya mempunyai Price Earning Ratio (PER) yang besar, sedangkan perusahaan dengan pertumbuhan yag rendah biasanya mempunyai Price Earnng Ratio (PER) yang rendah Penelitian Terdahulu Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu No.

Judul / Peneliti

1.

Pengaruh Return On Investment (ROI), Price Earning Ratio (PER), & Earning Per Share (EPS) Terhadap

Variabel yang diamati Return On Investment (ROI), Price Earning Ratio (PER),

Metode / Alat Analisis Alat statistik regresi berganda, Uji statistik F, Uji

Hasil -Secara simultan variabel ROI, PER, EPS berpengaruh

8  

2.

Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta ANUNG SAPTADI 2007

& Earning statistik t Per Share (EPS), Harga Saham

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Saham-Saham Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta ABDUL KHOLID 2006

Variabel pertumbuhan penjualan, return on equity, Deviden Payout Ratio, tingkat suku bunga sertifikat Bank Indonesia, Debt to Equity Ratio, Return On Investment

Alat statistik regresi berganda, Uji statistik F, Uji statistik t

terhadap harga saham -ROI berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham - PER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham - EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham -Variabel pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh signifikan terhadap PER -Variabel ROE mempunyai pengaruh signifikan terhadap PER -Variabel DPR mempunyai pengaruh signifikan terhadap PER -Variabel tingkat suku bunga sertifikat Bank Indonesia mempunyai pengaruh

9  

3.

4.

Pengaruh Current Ratio, Debt Ratio, Debt to Equity Ratio, Earning After Tax to Sale, Retained Earning to Total Assets Terhadap Price Earning Ratio WINARNO 1998 Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) RIA NURANITA SARI 2009

signifikan terhadap PER -Variabel Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh signifikan terhadap PER -Variabel ROI mempunyai pengaruh signifikan terhadap PER Alat statistik -Semua regresi Variabel berganda Independent secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio

Current Ratio, Debt Ratio, Debt to Equity Ratio, Earning After Tax to Sale, Retained Earning total Assets EPS, PER, Alat statistik -Rasio DER, ROI, regresi linear keuangan yang ROE berganda terdiri dari rasio EPS, PER, DER, ROI, dan ROE berpengaruh secara serentak terhadap return saham. -Rasio keuangan yang berpengaruh secara parsial terhadap return saham adalah rasio ROI sehingga secara langsung rasio

10  

ini dominan mempengaruhi perubahan return saham. Merefleksi dari penelitian sebelumnya maka peneliti berusaha mengembangkan penelitian ini dengan tetap berpijak pada penelitian yang terdahulu ada dengan tujuan untuk kesempurnaan penelitian. Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan landasan teori yang telah dikemukakan di atas maka kerangka pemikiran teoritis yang diajukan adalah sebagai berikut: Kerangka Pemikiran Teoritis Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas Terhadap Price Earning Ratio RASIO LIKUIDITAS (Current Ratio) RASIO SOLVABILITAS (Debt to Equity Ratio)

RASIO AKTIVITAS (Inventory Turnover)

PRICE EARNING RATIO (PER)

RASIO PROFITABILITAS ( Return on Equity) Sumber: Winarno (1998), Abdul Kholid (2006), Anung Saptadi (2007) Perumusan Hipotesis Berdasarkan gambar 2.1, hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah: H1: Rasio likuiditas (Current Ratio) berpengaruh positif terhadap price earning ratio saham pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. H2: Rasio solvabilitas (Debt to Equity Ratio) berpengaruh positif terhadap price earning ratio saham pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. H3: Rasio aktivitas (Inventory Turnover) berpengaruh positif terhadap price earning ratio saham pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

11  

H4: Rasio profitabilitas (Return on Equity) berpengaruh positif terhadap price earning ratio saham pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

12  

METODE PENELITIAN Variable Penelitian Menurut Arikunto (1998:91) variable penelitian yaitu obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini variable yang ada adalah variable bebas yaitu rasio keuangan dan variable terikat yaitu price earning ratio saham. Variable bebas dalam penelitian ini terdiri dari: Current Ratio (X1), Debt to Equity Ratio (X2), Inventory Turnover (X3), Return On Equity (X4) Definisi Operasional Definisi operasional dari variable terikat (dependent variable) yaitu price earning ratio saham. Price Earning Ratio (PER) digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan menghasilkan laba dimasa depan dari suatu perusahaan. yang dapat diformulasikan sebagai beriku Harga pasar per lembar saham PER = Laba per lembar saham Definisi operasional dari variable bebas (independent variable) yang terdiri dari current ratio, debt to equity ratio , inventory turnover , return on equity; definisi dari masing-masing variable tersebut adalah sebagai berikut: a. Rasio Likuiditas (Current Ratio) Rasio likuiditas merupakan suatu indicator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancer yang tersedia. Rasio likuiditas yang digunakan adalah: Current Ratio (CR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. CR dapat diformulasikan sebagai berikut: CR = Aktiva Lancar Hutang Lancar b. Rasio Solvabilitas (Debt to Equity Ratio) Rasio Solvabilitas merupakan suatu indikator untuk mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan (dibelanjai dari hutang). Rasio Solvabilitas yang digunakan adalah: Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri perusahaan. Rumus DER yaitu: DER = Total Hutang Modal Sendiri

13  

c.

Rasio Aktivitas (Inventory Turnover) Rasio Aktivitas merupakan indikator untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dikelolanya.

Rasio Aktivitas yang digunakan

adalah: Inventory Turnover (INTO) yaitu perbandingan antar penjualan dengan persediaan. Inventory Turnover (INTO) dirumuskan sebagai berikut: INTO = Penjualan Persediaan d.

Rasio Profitabilitas (Return on Equity) Rasio Profitabilitas merupakan indikator untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Rasio Profitabilitas yang digunakan adalah Return on Equity (ROE) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak (laba bersih) dengan modal sendiri. Rumus ROE adalah: ROE = Laba setelah pajak Equity

Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang selalu menyajikan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2006-2008. Dari kriteria tersebut diperoleh 54 perusahaan sebagai sample penelitian.

Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang sumber datanya diperoleh dari Bursa Efek Indonesia terutama Table Trading dan Financial Ratios untuk bulan Desember 2006 sampai dengan 2008 secara tahunan. Metode Pengumpulan Data Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder dan metode sampling dengan menggunakan purposive sampling, maka pengumpulan data didasarkan pada laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui Capital Market Directory (ICMD 2009) periode 2006, 2007, dan 2008. Metode Analisis

14  

Untuk menguji hipotesis tentang kekuatan variabel penentu (independent variable) terhadap price earning ratio dalam penelitian ini digunakan analisis regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil dengan model dasar sebagai berikut: PER= a + b1 CR + b2 DER + b3 INTO + b4 ROE + e Besarnya konstanta tercermin dalam “a”, dan besarnya koefisien dari masing-masing variabel independen ditunjukkan dengan b1, b2, b3, dan b4. Keempat variabel bebas tersebut merupakan faktor fundamental perusahaan, sedangkan variabel dependennya adalah price earning ratio. 1. Uji Asumsi Klasik Karena data yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi. Penyimpangam asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, dan multikolinearitas yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regressi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Test statistik yang digunakan antara lain analisis grafik histogram, normal probability plots dan Kolmogorov-Smirnov test (Imam Ghozali, 2002) b. Multikolinearis Pengujian asumsi kedua adalah uji multikolinearis (multicollinearity) antar variabel-variabel independen yang masuk ke dalam model. Metode untuk mendiagnosa adanya multicollinearity dilakukan dengan uji Varience Inflation Factor (VIF) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: Jika VIF lebih besar dari 10, maka antar variabel bebas (independent variable) terjadi persoalan multikolinearitas (Gujarati, 1993) c. Uji Heteroskedastisitas Pengujian asumsi ketiga adalah heteroskedastisitas (heteroscedasticity) digunakan grafik Scatterplot. Jika dalam grafik terlihat ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada

15  

pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2001:69). d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson. Apabila nilai Durbin Watson berada pada daerah dU sampai 4-dU dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung autokorelasi 2. Uji F dan Uji t Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Uji signifikansi (pengaruh nyata) variabel independen (Xi) terhadap variabel dependen (Y) baik secara parsial maupun secara bersama-sama dilakukan dengan uji statistik F (F-test) dan uji t (t-test). 1) Uji F-statistik Uji digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut: H1 : b1, b2, b3, b4, b5, b6 ≠ 0 Artinya terdapat pengaruh yang significant secara bersama-sama dari variabel independen (X1 s/d X4) terhadap variabel dependen (Y). Pengambilan keputusan: Jika probabilitas > 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak (diterima) Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerimaHa Adapun Hipotesisnya: H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independent secara simultan terhadap variabel dependen. Ha = ada pengaruh dari variabel independent secara simultan terhadap variabel dependen. 2) Uji t-statistik Uji keberartian koefisien (bi) dilakukan dengan statistik-t (student-t).

Hal ini

dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independennya. Adapun hipotesis dilakukan sebagai berikut: H1 : bi ≠ 0

16  

Artinya terdapat pengaruh yang significant dari variabel independen Xi terhadap variabel dependen (Y). Pengambilan keputusan: Jika probabilitas > 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak (diterima) Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha Adapun Hipotesisnya: H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independent secara parsial terhadap variabel dependen. Ha = ada pengaruh dari variabel independent secara parsial terhadap variabel dependen. b. Untuk menguji dominasi variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) dilakukan dengan melihat pada koefisien beta standar. 3. Koefisien Determinasi Dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda maka masing-masing variabel yaitu current ratio, debt to equity ratio, inventory turnover, return on equity secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu price earning ratio saham yang dinyatakan dengan R2 untuk mengetahui koefisien determinasi atau seberapa besar pengaruh terhadap price earning ratio koefisien determinasi ini adalah 0 sampai dengan 1.

saham. Besarnya

17  

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Dari 54 perusahaan sampel dengan menggunakan metode pooled dimana 54 perusahaan dikalikan dengan tahun pengamatan (3 tahun), maka didapatkan data observasi sebanyak 162 data. Pada Tabel Statistik Deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata (mean) price earning ratio dari perusahaan sampel selama periode pengamatan (2006-2008) sebesar 18,2085 kali dengan standar deviasi sebesar 18,08816 dimana nilai standar deviasi ini lebih kecil dari pada rata-rata price earning ratio. Demikian pula nilai minimum lebih kecil dari rata-ratanya (1,41) dan nilai maksimum jauh lebih besar dari rata-ratanya (92,61). Dari tabel berikut juga dapat diketahui perusahaan manufaktur yang menjadi sampel mempunyai current ratio rata-rata sebesar 2,1591 kali dengan standard deviasi 1,44033. CR minimum sebesar 0,74 kali dan maksimum 9,25 kali.

Sedangkan DER yang dimiliki

perusahaan manufaktur yang menjadi sampel mempunyai rata-rata sebesar 1,2583 kali dengan standard deviasi 1,13193. DER minimal 0,10 kali dan maksimal sebesar 7,45 kali. Perusahaan manufaktur yang menjadi sampel mempunyai rasio rata-rata Inventory Turnover sebesar 4,9322 kali dengan standard deviasi 3,24427. Rasio minimum sebesar 0,24 kali dan maksimumnya 15,99 kali.

Sedangkan Return On Equity (ROE) perusahaan

manufaktur yang menjadi sampel penelitian memiliki mean sebesar 11,1662 kali dengan standard deviasi 8,72243. ROE minimum 0,02 kali dan maksimum sebesar 57,69 kali. Descriptive Statistics N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

CR

162

.74

9.25

2.1591

1.44033

DER

162

.10

7.45

1.2583

1.13193

INTO

162

.24

15.99

4.9322

3.24427

ROE

162

.02

57.69

11.1662

8.72243

PER

162

1.41

92.61

18.2085

18.08816

Valid N (listwise)

162

Analisis Data Dari data yang diperoleh, maka didapatkan hasil penelitian tentang pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turnover (INTO), Return on Equity (ROE) terhadap Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai berikut: • Uji Normalitas Data

18  

Pengujian normalitas data penelitian adalah untuk menguji apakah dalam model statistik variabel-variabel penelitian berdistribusi normal atau tidak normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, salah satunya dengan menggunakan analisis grafik. Cara yang paling sederhana adalah dengan melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati normal. Dengan melihat tampilan grafik histogram dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati normal. Namun demikian dengan hanya melihat histogram , hal ini dapat memberikan hasil yang meragukan khususnya untuk sampel kecil. Metode yang handal adalah dengan melihat normal probability plot, dimana pada grafik normal plot terlihat titiktitik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.

Berdasarkan grafik histogram dan grafik normal plot, menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai dalam penelitian ini karena memenuhi asumsi normalitas. Untuk menentukan data dengan uji Kolmogrov-Smirnov, nilai signifikansi harus diatas 0,050 atau 5% (Imam Ghozali, 2002:53). Pengujian terhadap normalitas data dengan menggunakan KolmogrovSmirnov sebagai berikut. Kolmogrov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CR N a,,b

Normal Parameters

Most Extreme Differences

Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative

Kolmogorov-Smirnov Z

DER

162

162

.6054

INTO 162

ROE

PER

162

162

-.0965

1.3674 11.1662

2.5228

.54487 .098

.82665 .079

.73090 8.72243 .073 .101

.86870 .027

.098 -.064 1.250

.055 -.079 1.007

.031 -.073 .928

.100 -.101 1.281

.027 -.027 .347

19   Asymp. Sig. (2-tailed)

.088

.263

.356

.075

1.000

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Data diolah Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai K-S untuk variabel CR sebesar 1,250 dengan probabilitas signifikansi 0,088; nilai K-S untuk variabel DER sebesar 1,007 dengan probabilitas signifikansi 0,263; nilai K-S untuk variabel INTO sebesar 0,928 dengan probabilitas signifikansi 0,356; nilai K-S untuk variabel ROE sebesar 1,281 dengan probabilitas signifikansi 0,075; nilai K-S untuk variabel price earning ratio 0,347 dengan probabilitas signifikansi 1,000. Berdasarkan hasil diatas, angka-angka probabilitas untuk variabel CR, DER, INTO, ROE dan PER berada diatas 0,05; maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data-data variabel dalam penelitian ini berdistribusi secara normal dan memenuhi uji normalitas data. Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas antar variabel independent digunakan variance inflation factor (VIF). Berdasarkan Tabel di bawah ini, tidak terdapat satu variabel yang mempunyai nilai VIF > 10, artinya keempat variabel independent tersebut tidak terdapat hubungan multikolinearitas dan dapat digunakan untuk memprediksi price earning ratio selama periode pengamatan (2006-2008). Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan multikolinearitas pada variabel CR, DER, INTO, dan ROE karena nilai VIF tidak lebih besar dari 10,00. Tabel Hasil Perhitungan VIF Coefficients

a

Collinearity Statistics Model

(Constant) CR DER INTO ROE a. Dependent Variable: PER

Tolerance

VIF

.461 .465 .982 .988

2.168 2.151 1.018 1.012

1

Sumber: Data diolah

20  

Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varience dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat grafik scatterplot.

Berdasarkan Gambar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini berdasarkan gambar grafik dimana titik-titik yang ada dalam grafik tidak membentuk pola tertentu yang jelas dan titik-titik tersebut tersebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil Uji Autokorelasi Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian diuji dengan uji Durbin-Watson (DWtest). Hasil regresi dengan level of significance 0.05 (α=0.05) dengan sejumlah variabel independent (k = 4) dan banyaknya data (n = 162). Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi berdasarkan tabel autokorelasi yang menyebutkan bahwa nilai Uji Dw = 1.744.  Nilai DW akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5%, dengan jumlah sampel 162 dengan 4 variabel independent.

Pada tabel kritik Durbin

Watson diperoleh dL = 1,61 dan dU = 1,74 sehingga diperoleh 4-dU = 2,26 dan 4-dL = 2,39. Berdasarkan nilai kritik tersebut, model regresi dikatakan tidak mengandung autokorelasi apabila Durbin Watson berada pada daerah 1,74 sampai dengan 2,26. Dari hasil analisis menggunakan SPSS versi 17 diperoleh dW = 1,744 yang berada pada daerah 1,74 sampai dengan 2,26 yang berarti bahwa du < dw < 4-du yaitu 1,740 < 1,744 < 2,260.    Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model regresi terbebas dari autokorelasi. Analisis Regresi Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda yang berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara kedua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Untuk mengetahui pengaruh antara Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turnover (INTO), Return on Equity (ROE), terhadap Price Earning Ratio (PER) digunakan persamaan regresi: Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e.

21  

Hasil Perhitungan Regresi Coefficients

a

Standardi zed Coefficien ts

Unstandardized Coefficients Std. Error

Collinearity Statistics

Correlations

Beta

t

Zeroorder Partial Part

Sig.

Tolera nce

Model

B

1

(Const ant)

3.610

.176

20.54 4

.000

VIF

CR

-.315

.158

-.198 -1.997

.048

-.122

-.157

-.134

.461 2.168

DER

-.131

.104

-.125 -1.265

.208

.062

-.100

-.085

.465 2.151

INTO

-.291

.081

-.244 -3.601

.000

-.235

-.276

-.242

.982 1.018

ROE

-.046

.007

-.460 -6.804

.000

-.469

-.477

-.458

.988 1.012

a. Dependent Variable: PER

Sumber: Data diolah b

Model Summary Std. Error Mod

R

el

R

1

.538

Adjusted

of the

Square R Square Estimate a

.290

.272

Change Statistics F R Square Chang Change e

.74131

.290 16.022

df2

df1 4

157

Sig. F

Durbin-

Change

Watson

.000

1.744

a. Predictors: (Constant), ROE, INTO, DER, CR b. Dependent Variable: PER

Sumber: Data diolah Dari Tabel di atas, maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: PER = 3,610 – 0,315 CR – 1,31 DER – 0,291 INTO – 0,046ROE + e Dari persamaan regresi linier berganda dapat dijelaskan: •

Konstanta (α) sebesar 3,610.



Koefisien regresi untuk Current Ratio (b1) sebesar -0.315 artinya bahwa setiap perubahan satu satuan rasio keuangan (Current Ratio), maka price earning ratio akan mengalami penurunan sebesar 0,315%.



Koefisien regresi untuk Debt to Equity Ratio (b2) sebesar -0,131 artinya bahwa setiap perubahan satu satuan rasio keuangan (Debt to Equity Ratio), maka price earning ratio akan mengalami penurunan sebesar 0,131%.



Koefisien regresi untuk Inventory Turnover (b3) sebesar -0,291 artinya bahwa setiap perubahan satu satuan rasio keuangan (Inventory Turnover), maka price earning ratio akan mengalami penurunan sebesar 0,291%.

22  



Koefisien regresi untuk Return on Equity (b4) sebesar -0,046 artinya bahwa setiap perubahan satu satuan rasio keuangan (Return on Equity), price earning ratio akan mengalami penurunan sebesar 0,046%.

Uji Hipotesis Penelitian ini menguji hipotesis-hipotesis dengan menggunakan metode analisis regresi berganda (multiple regression). Metode regresi berganda menghubungkan satu variabel dependent dengan beberapa variabel independent dalam suatu model prediktif tunggal. Adapun untuk menguji signifikan tidaknya hipotesis tersebut digunakan Uji F dan Uji t. Uji Simultan (Uji F statistik) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat dilakukan uji F. Uji F dapat dicari dengan membandingkan hasil dari probabilitas value. Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak dan jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima. Dari Tabel 4.9 dapat dilihat probabilitas value dalam penelitian ini yaitu sebesar 0,000 yang berarti angka ini jauh berada di bawah angka 0,05 maka Ha diterima. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turnover (INTO), Return on Equity (ROE), secara bersama-sama berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER). Uji Parsial (Uji t) Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu antara Current Ratio terhadaps Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio, Inventory Turnover terhadap Price Earning Ratio, dan Return on Equity terhadap Price Earning Ratio dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap koefisien regresi yaitu dengan uji t. Berdasarkan hasil analisis regresi maka pengujian koefisien regresinya adalah: a. Pengujian koefisien regresi Current Ratio (b1) Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa probabilitas value sebesar 0,048 lebih kecil dari 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari Current Ratio terhadap Price Earning Ratio, yang berarti bahwa variasi perubahan nilai variabel independent dapat menjelaskan variabel dependent maka Ha diterima dan Ho ditolak. b. Pengujian koefisien regresi Debt to Equity Ratio (b2) Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa probabilitas value sebesar 0,208 lebih besar dari 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Debt to Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio, yang berarti bahwa variasi perubahan nilai

23  

variabel independent tidak dapat menjelaskan variabel dependent maka Ha ditolak dan Ho diterima. c. Pengujian koefisien regresi Inventory Turnover (b3) Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa probabilitas valuesebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari Inventory Turnover terhadap Price Earning Ratio, yang berarti bahwa variasi perubahan nilai variabel independent dapat menjelaskan variabel dependent maka Ha diterima dan Ho ditolak. d. Pengujian koefisien regresi Return on Equity (b4) Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa probabilitas value sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari Return on Equity terhadap Price Earning Ratio, yang berarti bahwa variasi perubahan nilai variabel independent dapat menjelaskan variabel dependent maka Ha diterima dan Ho ditolak. Koefisien Determinasi Untuk mengetahui besar presentase variasi variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas, maka dicari nilai R2. Dari tabel 4.7 diperoleh nilai R2 atau nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) sebesar 0,272 atau 27,2%, hal ini berarti 27,2% variasi price earning ratio bisa dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel bebas yaitu CR, DER, INTO, ROE sedangkan sisanya sebesar 72,8% dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian pengaruh antara Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turnover (INTO), Return on Equity (ROE) terhadap Price Earning Ratio (PER) diatas, secara simultan CR, DER, INTO, ROE, dan berpengaruh secara signifikan terhadap PER. Hasil regresi dengan menggunakan tingkat signifikansi α = 5% menunjukkan hasil R2 = 0,272 : F = 16,022: signifikansi = 0,000. Hasil ini memberikan dasar bagi penarikan kesimpulan bahwa Ha diterima, artinya secara bersama-sama variabel independent (CR, DER, INTO, ROE) berpengaruh terhadap Price Earning Ratio. Variabel Rasio Likuiditas Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel rasio likuiditas (current ratio) berpengaruh secara signifikan terhadap price earning ratio (PER). Rata-Rata current ratio perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian pada tahun 2006 sebesar 2,20, sedangkan pada tahun 2007 turun menjadi 2,15 dan tahun 2008 kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 2,13. Dengan demikian pada tahun 2006, 2007, dan 2008 rata-rata perusahaan manufaktur tidak mempunyai hutang yang besar yang jatuh tempo

24  

pada tahun-tahun tersebut, sehingga investor menilai bahwa tidak ada permasalahan likuiditas pada perusahaan-perusahaan manufaktur tersebut. Koefisien regresi variabel rasio likuiditas (current ratio) bertanda negatif dan besarnya adalah -0,315. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan sebesar 1 angka pada rasio likuiditas (current ratio) akan menyebabkan price earnings ratio turun sebesar 0,315 dan begitu pula sebaliknya. Dari hasil koefisien regresi tersebut menjelaskan bahwa current ratio mempunyai pengaruh terhadap PER dan tanda negatif menerangkan bahwa pada periode penelitian (2006-2008) aktiva lancar perusahaan manufaktur dinilai oleh investor belum banyak digunakan untuk aktivitas perusahaan, atau perusahaan terlalu khawatir terhadap hutang-hutangnya yang akan jatuh tempo, sehingga hal ini dapat berakibat menurunnya laba yang akan diperoleh perusahaan. Menurunnya laba perusahaan akan berakibat pada turunnya harga saham, yang berarti juga PER akan turun. Variabel Rasio Solvabilitas Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel rasio solvabilitas (debt to equity ratio) berpengaruh secara signifikan terhadap price earnings ratio (PER). Rata-rata DER dapat dilihat pada lampiran D, yaitu pada tahun 2006 tercatat bahwa rata-rata DER perusahaan manufaktur sebesar 1,21, sedangkan pada tahun 2007 naik menjadi 1,24 dan pada tahun 2008 besarnya rata-rata DER tidak mengalami perubahan yaitu tetap sebesar 1,33. Dengan demikian pada tahun 2006, 2007, dan 2008 rata-rata perusahaan manufaktur tidak menambah hutang jangka panjangnya selama tahun penelitian tersebut, sehingga investor menilai bahwa perusahaan-perusahaan manufaktur tersebut dalam keadaan tetap. Koefisien regresi variabel rasio solvabilitas (debt to equity ratio) bertanda negatif dan besarnya adalah -0,131. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan sebesar 1 angka pada rasio solvabilitas (debt to equity ratio) akan menyebabkan price earnings ratio turun sebesar 0,315 dan begitu pula sebaliknya. Dari hasil koefisien regresi tersebut menjelaskan bahwa debt to equity ratio mempunyai pengaruh terhadap PER dan tanda negatif menerangkan bahwa pada periode penelitian (2006- 2008) perusahaan-perusahaan manufaktur kurang memanfaatkan modal sendiri dalam membiayai aktivitas perusahaan, sehingga hal ini menambah biaya bunga dari hutangnya. Keadaan ini menyebabkan penurunan daripada PER saham tersebut. Variabel Rasio Aktivitas Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel rasio aktivitas (inventory turnover) berpengaruh secara signifikan terhadap price earnings ratio (PER). Rata-rata INTO dapat dilihat pada lampiran E, yaitu pada tahun 2006 tercatat bahwa rata-rata

25  

INTO perusahaan manufaktur sebesar 4,81, sedangkan pada tahun 2007 naik menjadi 5,01 dan pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 4,98. Koefisien regresi variabel rasio aktivitas (inventory turnover) bertanda negatif dan besarnya adalah -0,291. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan sebesar 1 angka pada rasio aktiviatas (inventory turnover) akan menyebabkan price earnings ratio turun sebesar 0,291, dan begitu pula sebaliknya. Hasil pengujian statistik (uji t) ini memberikan tanda negatif pada inventory turnover, hal ini dikarenakan penjualan yang banyak namun tidak diikuti dengan persediaan yang cukup dari perusahaan, atau perusahaan tidak mampu menyediakan persediaan dikarenakan banyak piutang yang belum tertagih dan menjadi uang kas. Variabel Rasio Profitabilitas Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel rasio profitabilitas (return on equity) berpengaruh secara signifikan terhadap price earnings ratio (PER). Ratarata ROE pada tahun 2006 sebesar 9,08, sedangkan pada tahun 2007 dan 2008 mengalami kenaikan menjadi sebesar 10,93 dan 13,49. Koefisien regresi variabel rasio profitabilitas (return on equity) bertanda negatif dan besarnya adalah -0,046. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan sebesar 1 angka pada rasio profitabilitas (return on equity) akan menyebabkan price earnings ratio turun sebesar 0,046 dan begitu pula sebaliknya. Hasil pengujian statistik (uji t) ini memberikan tanda negatif return on equity, menjelaskan bahwa peningkatan ROE dikarenakan adanya peningkatan laba perusahaan dan tentunya hal tersebut akan menaikkan nilai PER.

26  

SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan variabel dependen price earning ratio dan variabel independen yang terdiri dari rasio likuiditas (current ratio), rasio solvabilitas (debt to equity ratio), rasio aktivitas (inventory turnover), dan rasio profitabilitas (return on equity) maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa rasio likuiditas (current ratio) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap price earning ratio saham perusahaan manufaktur, diterima. 2. Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa rasio solvabilitas (debt to equity ratio) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap price earning ratio saham perusahaan manufaktur, ditolak. 3. Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa rasio aktivitas (inventory turnover) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap price earning ratio saham perusahaan manufaktur, diterima. 4. Hipotesis keempat yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas (return on equity) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap price earning ratio saham perusahaan manufaktur, diterima. Dengan demikian dari empat variabel independen hampir semua berpengaruh secara signifikan terhadap Price Earning Ratio, hanya rasio solvabilitas (debt to equity ratio) saja yang tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat kepercayaan 5% terhadap PER. Tetapi semua variabel independen secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PER, atau dengan kata lain semua variabel independen merupakan faktor penjelas bagi variasi dalam variabel dependen (PER). Variabel independen yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PER disebabkan karena pada periode penelitian rata-rata rasio keuangan perusahaan manufaktur tidak mengalami perubahan yang mencolok, sehingga investor lebih memperhatikan rasiorasio keuangan yang lain. Nilai koefisien determinasi (R-Square) persamaan regresi berganda pada penelitian ini adalah sebesar 0,272 atau 27,2%, hal ini berarti 27,2% variasi price earning ratio bisa dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel bebas yaitu CR, DER, INTO, ROE sedangkan sisanya sebesar 72,8% dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.

27  

Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian yang dapat dikemukakan meliputi beberapa hal sebagi berikut: 1. Penelitian ini hanya menggunakan 4 variabel independen, sedangkan price earning ratio (PER) mungkin dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. 2. Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini hanya pada perusahaan manufaktur saja, sehingga hasil dari penelitian ini tidak mutlak dapat dijadikan dasar generalisasi dan memungkinkan terjadi pengaruh dari industri yang berbeda. 3. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan laporan keuangan perusahaan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2006, 2007, dan 2008 (tiga tahun berturut-turut).

Pengukuran indikator dengan

mengambil tahun yang lebih panjang kemungkinan akan lebih menjelaskan hubungan antara rasio-rasio keuangan dengan PER. 4. Dalam penelitian ini hanya menggunakan data sekunder, sehingga analisis data sangat tergantung pada hasil publikasi data (laporan keuangan perusahaan). Laporan keuangan sebagai data rasio mempunyai keterbatasan karena perusahaan mempunyai metode dan kebijakan akuntansi yang berbeda sehingga sulit untuk diperbandingkan. Saran 1.

Bagi Manajemen Investor sebaiknya lebih memperhatikan rasio-rasio keuangan perusahaan dalam memprediksi harga saham perusahaan yang akan datang dan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi, karena sebagaimana yang didapat dari hasil penelitian ini bahwa rasio-rasio keuangan tersebut mempunyai pengaruh secara simultan terhadap Price Earning Ratio saham yang bersangkutan.

2.

Bagi Peneliti Bagi peneliti yang akan datang, sebaiknya menambah variabel-variabel independen yang ada, menambah jumlah sampel perusahaan dengan sektor industri yang berbeda, dan memperpanjang waktu penelitian lebih dari 3 (tiga) tahun berturut-turut.

28  

DAFTAR PUSTAKA Ang, R obert. 1997. “Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia”. Mediasoft Indonesia. Anoraga, Pandji. 1995. “Pasar Modal Keberadaan dan Manfaatnya bagi Pembangunan”. Rineka Cipta: Jakarta. Gujarati, Damodar (dalam Sumarno Zain). 1993. “Ekonometrika Dasar”. Erlangga: Jakarta. Ghozali, Imam Dr, M.Com, Akt. 2001. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Badan Universitas Diponegoro: Semarang. Husnan, Suad. 1998. “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”. UPP AMP YKPN: Yogyakarta. Institute for Economic and Finance Research 2009. ICMD 2009. ECIN: Jakarta. Jogiyanto, H.M. 2003. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. Edisi Ketiga. BPFE UGM. Yogyakarta. Munawir, S. 2002. “Analisis Laporan Keuangan”. Liberty: Yogyakarta Pribawanti, M.T., 2007. “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Total Return Saham Pada Perusahaan Industri Manufaktur Yang Membagikan Deviden Di Bursa Efek Jakarta”. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH013b/49a3546d.dir/doc.p df. Diakses 11 Oktober 2010 Riyanto, Bambang. 2001. “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”. BPFE: Yogyakarta. Saptadi, Anung. 2007. “Pengaruh Return On Investment (ROI), Price Earning Ratio (PER), Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”.http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0131/0b7a7cec. dir/doc.pdf. Diakses 19 Oktober 2010. Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Cetakan Kedua. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Ulupui, I G. K. A., 2005. “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Dan Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Dengan Kategori Industri Barang Konsumsi Di BEJ)”. http://wsclick.searchcanvas.com/clickserver/_iceUrlFlag=1?rawURL=http%3A%2F% 2Fejournal.unud.ac.id%2Fabstrak%2Fi%2520g%2520k%2520a%2520ulupui(1).pdf& 0=&1=0&4=67.63.50.255&5=125.163.179.247&9=ddd5e54599be407e8538c9b3ea0d cb01&10=1&11=blingee.intl.en.ffhome&13=search&14=239138&15=maintitle&17=9&18=9&19=0&20=0&21=9&22=6wPgFn7GaAA%3D&40=t6AwoBkitUt S3W4CyT40vA%3D%3D&_IceUrl=true. Diakses 11 Oktober 2010

29  

Weston, Fred J, dan Thomas E. Copeland. 1992. Managerial Finance. Tokyo CBS Publising Japan. Ltd.