BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kopi (Coffea spp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi merupakan tanaman unggulan yang sudah dikembangkan dan juga menjadi salah satu komoditas unggulan di Indonesia. Secara umum, terdapat 2 jenis kopi yang banyak di budidayakan dan dijual di pasar, yaitu kopi arabika (Coffea arabica) dan robusta (Coffea robusta). Masing-masing jenis kopi memiliki keunggulan dan pasarnya masing-masing. Minuman kopi adalah jenis minuman yang berasal dari pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Minuman ini kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Selain rasanya yang nikmat dan aromanya yang khas, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit tertentu, seperti mengurangi risiko diabetes tipe 2, melawan risiko kanker usus besar, kanker mulut, lalu menurunkan risiko demensia (pikun), dan mencegah depresi (Anonim, 2012). Kopi robusta adalah tanaman kopi yang paling tahan terhadap serangan penyakit sehingga banyak ditanam di dunia. Kopi robusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas dua, karena rasanya yang lebih pahit, sedikit asam dan mengandung kadar kafein lebih banyak daripada kopi arabika. Namun kopi
1
robusta memiliki kelebihan dari segi karakteristik yaitu tahan terhadap serangan penyakit, memiliki aroma dan rasa paling kuat diantara jenis kopi lainnya (Andika, 2011). Indonesia termasuk negara salah satu penghasil dan pengekspor kopi robusta karena kondisi lahan dan iklim Indonesia lebih cocok untuk budidaya kopi robusta. Ekspor kopi Indonesia sudah dimulai pada jaman penjajahan Belanda untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kopi dunia. Permintaan ekspor kopi dari Indonesia mengalami penurunan menyangkut kualitaas dari kopi robusta yang tidak memenuhi standar mutu internasional pada tahun 2012 dan tahun 2013, salah satunya pada perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Pabrik Kopi Banaran. Ekspor kopi robusta pada tahun 2012 sebesar 704.324 ton dan pada tahun 2013 sebesar 354.548 ton (PTPN IX Pabrik Kopi Banaran, 2014). Penurunan mutu kopi robusta yang dimaksud seperti banyaknya biji kopi pecah terdapat banyak benda asing seperti kerikil, ranting-ranting yang terikut kedalam karung ketika di ekspor dan biji kopi busuk. Penurunan mutu ini disebabkan berbedanya tata cara pengolahan biji kopi yang baik dan benar. Keadaan lingkungan pada dasarnya berpengaruh dalam mengasilkan mutu biji kopi. Lingkungan kebun kopi yang mengalami curah hujan tinggi saat sebelum panen raya menjadikan kerugian tersendiri bagi perusahaan pengolahan kopi. Curah hujan yang tinggi dapat merubah suhu udara dan kelembaban disekitar kebun kopi. Selain itu juga mendukung serangga dalam berkembang biak sehingga dapat memakan buah kopi sebagai makanan mereka. Buah kopi yang terkena serangan serangga menghasilkan biji kopi
2
yang berlubang, sehingga dapat menurunkan mutu biji kopi ketika akan di ekspor ke negara lain. Pengolahan biji kopi robusta di Indonesia dilakukan oleh berbagai produsen, salah satunya oleh PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) IX (Persero) Pabrik Kopi Banaran yang khusus mengolah biji kopi robusta menjadi kopi bubuk yang siap konsumsi. Perusahaan PTPN IX (Persero) Pabrik Kopi Banaran mengolah kopi robusta ini menjadi kopi bubuk untuk dikonsumsi, baik untuk domestik maupun ekspor ke berbagai negara, antara lain Italia, Jepang, dan Meksiko. Walaupun demikian, pengolahan kopi robusta yang dilaksanakan oleh PTPN IX (Persero) Pabrik Kopi Banaran lebih ditekankan untuk memenuhi pasar ekspor dalam bentuk biji kopi. Kondisi fisik dari biji kopi robusta yang akan di ekspor tersebut harus disesuaikan dengan standar dari masing-masing tiap negara. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua biji kopi robusta yang diproduksi dapat memenuhi standar di masing-masing negara, sehingga diperlukan adanya evaluasi dan perbaikan dengan menggunakan alat bantu pengendalian mutu seperti Peta Kendali mutu (Control Chart), Diagram Pareto, dan Diagram Ishikawa pada biji kopi robusta tersebut.
3
1.2. Batasan Masalah Agar pembahasan dapat lebih fokus dan terarah, maka pembatasan masalah pada kasus yang akan diidentifikasi adalah : 1. Evaluasi dilakukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia 01-29072008 mengenai nilai cacat kopi untuk target ekspor. 2. Mutu biji kopi yang akan di evaluasi adalah mutu 1 dan mutu 4b dikarenakan permintaan ekspor kedua mutu tersebut cukup tinggi. 3. Evaluasi mutu biji kopi dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa Diagram Pareto, Peta Kendali dan Diagram Ishikawa.
1.3. Tujuan 1. Mengevaluasi mutu biji kopi robusta ekspor. 2. Mengetahui penyebab-penyebab penurunan mutu biji kopi robusta ekspor. 3. Memberikan rekomendasi perbaikan mutu biji kopi robusta ekspor.
1.4. Manfaat 1. Bagi Perusahaan Memperoleh saran perbaikan mutu dalam melaksanakan perlakuan penanganan biji kopi robusta ekspor. 2. Bagi Mahasiswa Menambah wawasan dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu dan memperoleh pengalaman praktis dalam mempraktekkan teori-teori yang pernah didapat, baik dalam perkuliahan maupun dalam literatur-
4
literatur yang ada mengenai pengendalian mutu dan kualitas produk khususnya biji kopi 3. Bagi Universitas Sebagai bahan pembelajaran di perpustakaan yang dapat berguna bagi mahasiswa Program Diploma III Agroindustri khususnya, terutama terkait informasi mengenai pengendalian mutu pada suatu industri.
5