BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kopi semakin akrab di kehidupan sehari-hari manusia. Menurut data yang
dirilis oleh ICO (International Coffee Organization) pada tahun 2014, tingkat konsumsi kopi di seluruh dunia meningkat sekitar 2,4% setiap tahunnya sejak tahun 2000 dan mencapai angka 142.000.000 bags/tahun pada tahun 2012. Sementara di Indonesia sendiri, menurut data yang dirilis oleh AEKI pada tahun 2012, konsumsi kopi pada tahun 2010 adalah sebesar 0,8 kg/kapita/tahun dan diperkirakan akan meningkat sebesar 43% pada tahun 2016 menjadi 1,15 kg/kapita/tahun. Studi yang dilakukan Alterra (2011) dalam Thomas (2013) pun menunjukkan bahwa 65% pekerja di Amerika Serikat mengkonsumsi kopi ketika bekerja dengan rata-rata hingga tiga cangkir kopi per harinya. Peningkatan tingkat konsumsi kopi sendiri tidak terlepas dari beragam studi mengenai manfaat kopi sendiri, di mana manfaat dari kopi seringkali dikaitkan dengan kandungan kafein di dalamnya. Di bidang kesehatan misalnya, kopi dipercaya dapat mengurangi resiko beragam penyakit seperti diabetes tipe dua, alzheimer, hingga parkinson (Taylor, 2007). Penelitian yang dilakukan Curhan et al. (1996) dalam Gray (1998) juga menunjukkan bahwa rutinitas mengkonsumsi 200 ml kopi berkafein per hari dapat menurunkan resiko terjadinya penyakit batu ginjal hingga 10%. Mengkonsumsi kopi secara rutin juga dianggap bagus sebagai stimulan untuk meningkatkan performa. Survey pra-penelitian yang dilakukan sebelum penelitian ini pun menunjukkan bahwa 45% coffee drinker memilih
mengkonsumsi
kopi
untuk
meningkatkan
performa
mereka,
sebagaimana ditunjukkan pada Lampiran 1. Terkait dengan performa, beragam studi telah dilakukan untuk meneliti manfaat tentang kopi berkafein terhadap performa dalam bekerja. Smith et al. (1993) dalam Gray (1998) menemukan bahwa kopi berkafein dapat meningkatkan kewaspadaan dalam beragam tugas
1
2
pada pekerja shift malam, yang berujung pada berkurangnya kemungkinan terjadi kecelakaan kerja. Smith et al. (1990) dalam Gray (1998) juga menyebutkan bahwa mengkonsumsi secangkir kopi berkafein setelah makan siang dapat mencegah terjadinya tren penurunan konsentrasi setelah makan siang. Ritchie (1975) dalam Bolton dan Null (1981) menyebutkan bahwa peran kopi sebagai stimulan seperti di atas merupakan efek dari kandungan kafein yang dapat memicu aktivitas sistem saraf pusat, membantu kemampuan berpikir, meningkatkan kapabilitas intelektual, dan memperpendek waktu reaksi. Beragam studi tersebut menunjukkan bahwa mengkonsumsi kopi berkafein dapat membantu meningkatkan performa dalam bekerja dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap fisiologis manusia. Performa kerja sendiri merupakan salah satu aspek penting dalam dunia industri, di mana setiap perusahaan tentu menginginkan peningkatkan performa kerja pada setiap karyawannya. Salah satu cara pengukuran performa kerja adalah dengan menggunakan indikator Tes Pauli. Tes Pauli merupakan sebuah pengukuran yang berfokus pada performa pada pekerjaan dengan tekanan dari batas waktu kerja, atau dikenal sebagai time pressure task. Melalui tes ini, dapat dilihat faktor tingkat konsentrasi, kejenuhan mental, dan kelelahan dari individu yang mengerjakannya (Wagner dan Karner, 2011). Kondisi time pressure disebut oleh Amabile et al. (2002) dapat membatasi kemampuan kognitif pekerja, di mana hal ini dapat berujung pada penurunan performa pada pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan kreativitas. Tidak hanya itu, Kelly dan McGrath (1985) dalam Amabile et al. (2002) pun menyebutkan bahwa kondisi time pressure memberikan akibat negatif terhadap kualitas pekerjaan, termasuk dalam pekerjaan yang tidak terlalu membutuhkan kreativitas. Pada lingkungan kerja, time pressure sendiri dapat diakibatkan oleh beragam faktor, seperti beban kerja yang berlebihan, adanya komitmen pada kegiatan lain, ataupun deadline pekerjaan yang ketat (Bamberger, 2007). Dengan mempertimbangkan karakteristik time pressure task dan efek dari suplementasi kopi berkafein yang disebut dapat menjaga konsentrasi, kewaspadaan, dan membantu kemampuan berpikir, maka dirasa perlu adanya
3
penelitian berbasis eksperimen untuk mengetahui efek dari suplementasi kopi berkafein terhadap performa kerja pada time pressure task menggunakan indikator pengerjaan Tes Pauli. Selain itu, dirasa perlu juga adanya pengukuran terhadap efek fisiologis yang diberikan suplementasi kopi berkafein untuk melihat adanya apakah terdapat korelasi antara kondisi fisiologis terhadap performa kerja.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang ingin dikaji dalam
penelitian ini adalah adanya kebutuhan untuk mengetahui apakah suplementasi kopi berkafein yang disebut dapat meningkatkan performa kerja dapat meningkatkan kinerja dalam kondisi time pressure, di mana kondisi time pressure disebut dapat berakibat negatif terhadap performa kerja, sehingga diperlukan penelitian untuk melakukan pengukuran terhadap kondisi fisiologis dan performa kerja pada time pressure task.
1.3
Asumsi dan Batasan Asumsi dan batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kopi jenis Robusta (Cofeea Canephora. L) yang memiliki kadar kafein sebesar 1,91% per gram. 2. Efek fisiologis suplementasi kopi hanya diukur dengan menggunakan parameter denyut jantung. 3. Tes Pauli dalam penelitian ini hanya digunakan sebagai salah satu bentuk time pressure task. 4. Hasil dari Tes Pauli yang dikerjakan setiap responden dalam penelitian ini tidak diinterpretasikan menurut kaidah ilmu psikologi.
4
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh dari suplementasi kopi berkafein terhadap kondisi fisiologis. 2. Mengetahui pengaruh dari suplementasi kopi berkafein terhadap performa kerja pada time pressure task.
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian ini dapat menjelaskan efek dari mengkonsumsi kopi berkafein terhadap kondisi fisiologis dan performa dalam bekerja, terutama dalam jenis pekerjaan yang dibatasi waktu. 2. Hasil penelitian ini dapat menjelaskan perbedaan efek dari mengkonsumsi kopi berkafein terhadap orang yang telah terbiasa mengkonsumsi kopi dengan yang tidak terbiasa mengkonsumsi kopi, serta perbedaan efek di antara lakilaki dan perempuan. 3. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi perusahaan untuk memilih suplemen yang tepat untuk karyawan guna meningkatkan performa kerja.