1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG SEKTOR PARIWISATA

Download pengembangan pariwisata perlu lebih diintensifkan untuk daerah Bali Utara yang masih banyak menyimpan potensi, khususnya Kabupaten Bangli y...

0 downloads 500 Views 103KB Size
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata masih menjadi basis perekonomian Provinsi Bali. Pariwisata Bali perlu dikembangkan lagi agar manfaat ekonomi yang diberikan lebih optimal. Pengembangan pariwisata dapat dilakukan dengan promosi yang lebih digiatkan, revitalisasi objek wisata atau menciptakan objek-objek wisata yang baru. Bali memiliki modal kuat untuk mengembangkan sektor pariwisatanya dimana banyak terdapat tempat-tempat yang memiliki keindahan alam serta budaya dapat dijadikan objek wisata. Selama ini Bali Selatan masih menjadi basis pariwisata di Provinsi Bali, khususnya daerah Kuta dan Nusa Dua. Maka dari itu pengembangan pariwisata perlu lebih diintensifkan untuk daerah Bali Utara yang masih banyak menyimpan potensi, khususnya Kabupaten Bangli yang banyak memiliki objek wisata. Tabel 1.1 menunjukkan lapangan usaha yang berhubungan dengan sektor pariwisata dalam Produk Domestik Regeonal Bruto (PDRB) Kabupaten Bangli mengalami tren yang meningkat dari Tahun 2009 sampai 2012. Lapangan usaha bangunan menunjukkan peningkatan sebesar 13,57 persen pada Tahun 2010, 4,12 persen pada Tahun 2011, dan 8,92 persen pada Tahun 2012. Perdagangan tumbuh sebesar 6,10 persen Tahun 2010, 7,34 persen Tahun 2011, namun mengalami penurunan pertumbuhan pada 2012 menjadi sebesar 6,93 persen. Pengangkutan dan komunikasi tumbuh 5,39 persen Tahun 2010, 4,46 persen Tahun 2011, dan 5,82 persen pada Tahun 2012. Lembaga keuangan, real estat, persewaan, dan jasa

1

perusahaan juga mengalami peningkatan 5,52 persen Tahun 2010, 3,39 persen Tahun 2011, dan 5,82 persen Tahun 2012. Hal ini diikuti oleh pertumbuhan sektor jasa sebesar 8,43 persen Tahun 2010, 12,14 persen pada Tahun 2011 dan 10,19 persen Tahun 2012. Tabel 1.1 PDRB Kabupaten Bangli Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000,Tahun 2009-2012 (dalam miliar rupiah) Growth Growth Growth Sektor 2009 2010 2011 2012 (%) (%) (%) Pertanian Rp378,54 1,34 Rp383,62 2,55 Rp393,39 2,98 Rp405,10 Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik gas air

Rp1,57

1,88

Rp1,60

3,81

Rp1,66

22,60

Rp2,04

Rp85,53

3,97

Rp88,93

1,62

Rp90,37

2,18

Rp92,33

Rp5,15

13,41

Rp5,85

12,84

Rp6,599

8,47

Rp7,16

Bangunan

Rp45,60

13,57

Rp51,79

4,12

Rp53,93

8,92

Rp58,74

Perdagangan Pengangkutan dan komunikasi Lembaga keuangan Jasa-jasa

Rp261,38

6,10

Rp277,32

7,34

Rp297,68

6,93

Rp318,32

Rp20,89

5,39

Rp22,02

4,46

Rp23,00

6,06

Rp24,39

Rp36,76

5,52

Rp38,79

3,39

Rp40,10

5,82

Rp42,44

Rp204,93

8,43

Rp222,21

12,14

Rp249,17

10,19

Rp274,58

Rp1.155,90

5,99

Rp1.225,10

Total Rp1.040,36 4,97 Rp1.092,12 5,84 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli, 2013

Peningkatan PDRB diperkuat oleh tren meningkatnya jumlah wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara yang berkunjung ke objek dan daya tarik wisata Kabupaten Bangli selama Tahun 2008 sampai 2013, ditunjukkan oleh Gambar 1.1. Tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) masingmasing sebesar 22,47 persen, namun terjadi penurunan pada Tahun 2010 sebesar 15,56 persen untuk wisman dan 5,26 persen untuk wisnus. Tahun 2011, 2012, dan 2013 jumlah total wisatawan kembali meningkat sebasar 16,93 persen, 12,11 persen, dan 12,49 persen. Pertumbuhan selama 2011 sampai 2013 disebabkan

2

oleh meningkatnya kunjungan wisnus sebesar 76,60 persen Tahun 2011, 24,67 persen Tahun 2012, dan 10,30 persen Tahun 2013. Pertumbuhan ini juga diikuti oleh pertumbuhan wisman sebesar 0,19 persen Tahun 2011, 5,90 persen Tahun 2012, dan 13,77 persen Tahun 2013. Hal ini menunjukkan Kabupaten Bangli memiliki potensi untuk pengembangan sektor pariwisata. Adapun objek dan daya tarik wisata yang menjadi daya tarik wisatawan di Kabupaten Bangli adalah objek wisata Penulisan, Pura Kehen, Desa Penelokan Batur, Desa Trunyan, Toya Bungkah, dan Desa Wisata Penglipuran. 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% -20,00% -40,00%

2009 2010 2011 2012 2013

700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0

2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total wisatawan Jumlah wisnus Jumlah wisman Gambar 1.1 Jumlah Wisatawan ke Objek Wisata di Kabupaten Bangli Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli, 2014 Pertumbuhan wisman Pertumbuhan wisnus Pertumbuhan total

Desa Wisata Penglipuran merupakan salah satu desa di Bali yang sampai saat ini masih memegang teguh kearifan lokal yang dimiliki. Desa ini merupakan kawasan permukiman adat yang tertata dengan rapi. Desa Wisata Penglipuran berada dalam wilayah administrasi Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Letaknya di jalan utama Kintamani–Bangli, jaraknya sekitar 45km dari Kota Denpasar. Desa Wisata Penglipuran berada di perbukitan dengan ketinggian 500-625m diatas permukaan laut dan memiliki luas sekitar 112ha,

3

yang terdiri dari tegalan, hutan bambu, permukiman, dan beragam fasilitas seperti pura, sekolah, dan fasilitas umum lainnya. Penduduk Desa Penglipuran sebagian besar berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani. Pada masa Kerajaan Bangli, penduduk Desa Bayung Gede ditugaskan oleh Raja Bangli untuk ikut berperang dan melaksanakan kegiatan kerajaan lainnya. Karena Desa Bayung Gede lokasinya jauh dari pusat kerajaan akhirnya oleh raja diberikan daerah di Desa Penglipuran yang sekarang. Prasasti yang tersimpan pada Pura Ratu Pingit, Desa Penglipuran semula disebut Kubu Bayung (Penduduk Bayung Gede). Seiring waktu penduduk pondokan ini membangun desa adat dengan Pura Tri Kayangan dan pura lainnya (Dang Kahyangan) serta dibangun mirip dengan yang ada di Desa Bayung Gede. Hal ini dimaksudkan untuk mengingat pura yang ada di Desa Bayung Gede (ngelingan pura). Menurut tokoh masyarakat, Penglipura berasal dari kata Pengeling dan kata Pura kemudian menjadi kata Penglipuran yang berarti untuk mengingat pura yang ada di Desa Bayung Gede dan untuk mengingat pura leluhurnya. Kata Penglipuran juga berasal dari kata Pelipur dan Lara menjadi Penglipuran, yaitu Penglipuran merupakan tempat menghibur di kala duka raja.

Gambar 1.2 Lokasi Desa Wisata Penglipuran Sumber: Google Maps, 2014

4

Gambar 1.3 menunjukkan Desa Wisata Penglipuran selama ini telah banyak dikunjungi oleh wisatawan, dimana menjadi objek wisata dengan jumlah pengunjung terbanyak nomor dua di Kabupaten Bangli sebesar 32.503 wisatawan, objek wisata Penelokan Batur menempati urutan pertama dengan 488.933 wisatawan pada Tahun 2011 menurut Statistik Pariwisata Bali 2012. Ini menunjukkan minat wisatawan yang cukup tinggi untuk berkunjung ke objek wisata tersebut. Angka ini juga membuktikan bahwa objek wisata Desa Wisata Penglipuran masih dapat dikembangkan sehingga dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang optimal bagi masyarakat setempat pada khususnya dan Kabupaten Bangli pada umumnya. Jumlah Wisatawan 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 2007 2008 2009 2010 2011 Penulisan Penelokan Penglipuran

Pura Kehen Trunyan

Pertumbuhan 300,00% 250,00% 200,00% 150,00% 100,00% 50,00% 0,00% -50,00% 2008 -100,00% Penulisan Penelokan

2009

2010

2011

Pura Kehen Trunyan

Penglipuran

Gambar 1.3 Perkembangan Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Bangli Sumber: Statistik Pariwisata Bali, 2011

Survei Dinas Pariwisata Bali Tahun 2012 menghasilkan, daya tarik wisata alam yang paling diminati wisatawan nusantara adalah pantai dan pegunungan sebesar 72,3 persen, sementara untuk jenis daya tarik wisata budaya yang paling diminati adalah kesenian, tradisi, dan barang kerajinan sebesar 73 persen. Gambar 1.4 menunjukkan Desa Wisata Penglipuran telah memiliki modal yang kuat

5

sebagai destinasi wisata, selama ini yang menjadi daya tarik dari Desa Wisata Penglipuran adalah tradisi dan kehidupan masyarakatnya, keseragaman dan arsitektur bali tradisional, serta kondisi alam dan lingkungan yang bersih dan sejuk.

Jika

dibandingkan

dengan

Desa

Penelokan

Kintamani

yang

berlatarbelakang danau dan Gunung Batur, dengan karakteristik objek wisata yang mirip dan adanya Penglipuran Village Festival pada bulan Desember 2013 maka seharusnya Desa Wisata Penglipuran mampu mendatangkan lebih banyak wisatawan. Hal ini menunjukkan masih kurang optimalnya promosi dan manajemen aset untuk menarik wisatawan. Wisatawan yang Berkunjung Objek Wisatawan yang Berkunjung Wisata Alam Objek Wisata Budaya 0,9 Pantai/Laut Kesenian 1,9 1,5 1,3 1,6 1,1 0,2 0,1 3,3 3,1 Pegunungan Tradisi 2,9 Persawahan Kerajinan 9,3 Danau Kuliner 8,7 31,6 Perkebunan Arsitektur 8,9 9,9 Air Terjun Purbakala 54,1 11,1 Hutan Religi 18,2 Sungai 30,3 Spa Air Panas Kehidupan desa Lainnya Lainnya Gambar 1.4 Objek Wisata Alam dan Budaya yang Dikunjungi Wisatawan Sumber: Analisis Pasar Pariwisata Nusantara, Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2013

Desa Wisata Penglipuran merupakan salah satu sumber daya yang dimiliki Kabupaten Bangli. Objek wisata dapat dimanfaatkan secara ekonomis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mengoptimalkan manfaat ekonomis yang dihasilkan perlu dilakukan perhitungan nilai ekonomi objek wisata tersebut dan seberapa besar wisatawan mau membayar untuk objek wisata tersebut. Penilaian ini sangat penting dilakukan karena dapat memberikan gambaran bagi pihak-pihak terkait mengenai sumber-sumber pendapatan potensial

6

yang bisa dihasilkan guna menjaga keberlangsungan dan kelestarian Desa Wisata Penglipuran. Kelvin Lancaster (1966) dalam Boediono (2012: 37) mengatakan yang menimbulkan kepuasan bukanlah konsumsi barang dalam artian sehari-hari. Setiap barang terkandung unsur-unsur yang bersifat lebih fundamental dari barang itu sendiri, dan unsur-unsur inilah yang sebenarnya bisa memuaskan konsumen apabila dikonsumsikan. Unsur-unsur ini disebut dengan karakteristik dari barang. Desa Wisata Penglipuran memiliki beberapa karakteristik yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung, yaitu tradisi dan kehidupan masyarakatnya, arsitektur, kesenian, kuliner, peninggalan sejarah, dan kondisi lingkungan. Kesediaan membayar dapat ditunjukkan oleh besarnya tiket masuk yang besedia dibayar oleh wisatawan. PERDA Kabupaten Bangli Nomor 7 Tahun 2010 menyebutkan besaran retribusi objek wisata Desa Wisata Penglipuran adalah sebagai berikut. 1. Warga negara asing dewasa sebesar Rp10.000,00, 2. Warga negara asing anak-anak sebesar Rp7.500,00, 3. Warga negara Indonesia dewasa sebesar Rp7.500,00, 4. Warga negara Indonesia anak-anak sebesar Rp5.000,00. Tiket masuk yang dibebankan kepada wisatawan cukup rendah jika dibandingkan dengan objek wisata lain di Bali seperti tiket masuk objek wisata monkey forrest di Kabupaten Gianyar untuk warga negara Indonesia sebesar Rp20.000,00 dan tiket masuk objek wisata Pura Uluwatu di Kabupaten Badung sebesar Rp15.000.00 Hal ini menunjukkan pentingnya mengetahui seberapa besar

7

tiket masuk yang harus dibebankan dan masih dapat diterima wisatawan. Tiket masuk yang optimal akan memberikan manfaat ekonomis yang lebih besar. Desa Wisata Penglipuran, selain memiliki manfaat ekonomi juga memiliki manfaat ekologi dan budaya yang tercermin dari pelestarian alam dan budaya arsitektur bali. Nilai ekonomi dan non-ekonomi yang dihasilkan tersebut perlu dihitung untuk memberikan gambaran bagi pembuat kebijakan. Perhitungan nilai ini dapat dilakukan dengan konsep valuasi ekonomi non-pasar. Carson (2012) menyatakan

dengan

dipertimbangkan

tidak

untuk

adanya informasi

dikembangkan

untuk

pasar strategi mengukur

lain

harus

tradeoff

yang

mengandung passive use value (nonuse value), permintaan akan barang publik mungkin bisa diestimasi melalui survei terstruktur yang tepat dengan responden yang representatif, survei ini disebut dengan contingent valuation survey. Fauzi (2006: 209) mengatakan secara umum nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan. metode yang paling sederhana adalah dengan menggunakan travel cost method (TCM) dan contingent valuation method (CVM). Contingen valuation method

digunakan untuk

mengestimasi nilai ekonomi untuk berbagai macam ekosistem dan jasa lingkungan yang tidak memiliki pasar. Carson, dkk. (2013) menyatakan teknik penilaian lingkungan revealed preference seperti travel cost method

dan hedonic pricing method dapat

digunakan untuk menilai warisan budaya, tapi state preference method seperti

8

CVM lebih tepat digunakan karena memiliki kemampuan untuk mendapatkan komponen potensi manfaat terbesar, yaitu nilai bukan penggunanaan (nonuse value).

1.2 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai valuasi ekonomi lingkungan dan objek wisata telah dilakukan di dalam atau di luar negeri. Estimasi nilai ekonomi Desa Wisata Penglipuran belum pernah dilakukan sehingga dirasa sangat penting untuk dilaksanakan. Berikut penelitian-penelitan mengenai valuasi ekonomi lingkungan dan objek wisata. No.

Peneliti Nurlawati (2013)

1

2

Suryadi (2013) Kwak, dkk. (2003)

3

Carson, dkk. (2013) 4

5

6

Carson, dkk. (1994) Purwanto (2011)

Tabel 1.2 Penelitian Mengenai Valuasi Ekonomi Objek Metode Hasil Penelitian Wisata Sari Ater, Travel Cost 1. TCM: Kabupaten Subang. Method dan Rp1.222.000.000.000,00 Contingent sampai Valuation Method Rp2.230.000.000.000,00 2. CVM: Rp22.500.000.000,00 sampai Rp45.000.000.000,00. Museum Bali, Kota Contingent 1. CVM: Rp124.379.220,00 Denpasar. Valuation Method sampai Rp932.844.150,00 2. WTP: Rp9.550,00 Program Contingent 1. CVM: US$2.900.000,00 Konservasi Hutan Valuation Method per tahun Gunung Kwanggyo, Korea Selatan. Fes Medina, Contingent 1. CVM: Maroko. Valuation Method US$1.760.000.000,00 sampai US$2.440.000.000,00 2. WTP per rumah tangga : US$5,86 - US$12,27 Kakadu Contingent 1. CVM: A$435.000.000 Conservation Zone Valuation Method (KCZ), Australia. Widuri Water Park, Income Approach 1.CVM dan Income Kabupaten dan Contingent Approach: Pemalang Jawa. Valuation Method Rp50.837.354.408,00. 2. WTP: Rp43.796,00.

9

Persamaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah penggunaan metode yang sama yaitu contingent valuation method dan pendekatan pendapatan dengan metode discounted cash flow (DCF). Perbedaan penelitian ini terletak pada objek penelitian yaitu Desa Wisata Penglipuran yang terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, waktu penelitian mulai bulan Agustus 2014.

1.3 Rumusan Masalah Harga tiket masuk yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Bangli Nomor 7 Tahun 2010 sebesar Rp5.000,00 untuk WNI anak, Rp7.500 untuk WNI dewasa serta WNA anak, dan Rp10.000,00 untuk WNA dewasa terlalu rendah jika dibandingkan dengan objek wisata lain sehingga perlu diketahui seberapa besar harga tiket masuk yang optimal berdasarkan keinginan wisatawan membayar untuk ke Desa Wisata Penglipuran. Penilaian Desa Wisata Penglipuran sangat penting dilaksanakan untuk mengetahui sumber-sumber pendapatan dan biaya dalam menyediakan jasa pariwisata, sehingga memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat dan menyediakan dana untuk pelestarian dan konservasi lingkungan.

1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah adalah sebagai berikut. 1. Berapakah harga tiket masuk optimal Desa Wisata Penglipuran? 2. Berapakah nilai ekonomi Desa Wisata Penglipuran?

10

1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.

Untuk menganalisis harga tiket masuk optimal Desa Wisata Penglipuran.

2.

Untuk mengestimasi nilai ekonomi Desa Wisata Penglipuran.

1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pemerintah Kabupaten Bangli dan Pengelola Desa Wisata Penglipuran dalam menetapkan besarnya harga tiket masuk dan masyarakat sekitar dalam menjaga dan melestarikan lingkungan desa. 2. Pemerintah Kabupaten Bangli sebagai sarana pengembangan dan pelestarian Desa Wisata Penglipuran melalui pariwisata berbasis masyarakat serta memberikan gambaran besarnya kontribusi ekonomi objek wisata tersebut terhadap PDRB Kabupaten Bangli. 3. Penelitian selanjutnya mengenai valuasi ekonomi lingkungan dan objek wisata.

1.7 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini dibagi menjadi lima bab dengan sistematika penulisan, seperti berikut ini. Bab I berisi latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II menguraikan landasan teori, kajian terhadap penelitian terdahulu, dan kerangka penelitian. Bab III menjelaskan mengenai desain penelitian, metode pengumpulan data, metode penyampelan, definisi

11

operasional, instrumen penelitian, dan metode analisis data. Bab IV berisi analisis objek penelitian, deskripsi data, analisis pasar pariwisata analisis discounted cash flow, dan analisis contingent valuation method. Bab V merupakan bab penutup yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan, dan saran.

12