1 HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI

Download kekurangan dan kelebihan gizi sama-sama berdampak negatif. ... bawah kebutuhan, sedangkan kelebihan gizi timbul karena asupan gizi melebihi...

1 downloads 464 Views 230KB Size
Hubungan Antara Asupan Energi Dan Zat Gizi Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Kelas 4 Dan Kelas 5 SDN 1 Tounelet Dan SD Katolik St. Monica Kecamatan Langowan Barat Yanti M. Makalew, Sherly E.S. Kawengian, Nancy S.H. Malonda Program Studi Gizi Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat-Universitas Sam Ratulangi Manado 2013 [email protected] ABSTRAK Indonesia mengalami dua masalah gizi yang besar, yaitu kekurangan gizi dan kelebihan gizi, kekurangan dan kelebihan gizi sama-sama berdampak negatif. Kekurangan dan kelebihan gizi muncul karena pola makan bergizi tak seimbang. Kekurangan gizi terjadi akibat asupan gizi di bawah kebutuhan, sedangkan kelebihan gizi timbul karena asupan gizi melebihi kebutuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara asupan energi dan protein dengan status gizi (BB/U, TB/U, BB/TB, dan IMT/U) anak sekolah dasar kelas 4 dan kelas 5 SDN 1 Tounelet dan SD Katolik St. Monica Kecamatan Langowan Barat. Penelitian dilaksanakan di SDN 1 Tounelet kelas 4 dan kelas 5, dan SD Katolik St. Monica kelas 4 dan kelas 5 Kecamatan Langowan Barat, Kabupaten Minahasa. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Mei 2013. Dari 109 siswa, 70 siswa yang bersedia untuk dijadikan responden. Hasil penelitian asupan energi dan protein yang tergolong cukup masing-masing sebesar 57,1 % dan 47,1%. Hasil penelitian status gizi BB/U dengan kategori gizi baik 94,2%, TB/U dengan kategori gizi normal 88,6%, BB/TB dengan kategori gizi normal 91,4%% dan IMT/U dengan kategori gizi normal 84,3%. Setelah dianalisis dengan korelasi Spearman dimana α=95% dan nilai p=0,05 tidak terdapat hubungan antara asupan energi dan protein dengan status gizi (BB/U, TB/U, dan IMT/U) anak sekolah dasar kelas 4 dan kelas 5 SDN 1 Tounelet dan SD Katolik St. Monica Kecamatan Langowan Barat. Ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi (BB/TB) anak sekolah dasar kelas 4 dan kelas 5 SDN 1 Tounelet dan SD Katolik St. Monica Kecamatan Langowan Barat, dengan nilai p = 0,023. Kata Kunci: Asupan Energi, Asupan Protein, Status Gizi, dan Anak Sekolah Abstract There are two Indonesia major nutritional problems in Indonesia, namely malnutrition and overnutrition, they both have negative impact.Malnutrition and overnutrition occurs because of imbalanced nutritious diet. Malnutrition occurs due to under nutrition needs, while overnutrients caused by nutritional intake that exceeds needs. This research aimed to analyze the relationship between energy and protein intake with nutritional status (Weight/Age), Height/Age (Weight/Height, and Body Mass Index/Age) of elementary school students grade 4 and 5 of SDN 1 Tounelet and SD Katolik st.Monika in West Langowan, Minahasa Regency. Research is done in February-May 2013. From among 109, there were 70 students that are agreed to be respondents. The results of energy and protein intake was quite respectively 57.1% and 47.1%.The results of W/A nutritional status with good nutrition category was approximately 94.2%, H/A with normal nutritional category was 88.6%, W/H with normal nutritional category was 91.4%, and BMI/A with nutrition category normal was 84.3%.Having analyzed by Spearman correlation where a = 95 and p = 0.05 there is no relationship between energy and protein intake with nutritional status (W/A, H/A, and IBM/A) children of elementary school grade 4 and grade 5 of SDN 1 Tounelet and SD Katolik St. Monika in West Langowan. There is a relationship between energy intake with nutritional status (W/H) grade 4 elementary school children and grade 5 elementary school of SDN 1 Tounelet and SD Katolik Monika West Langowan, with a value of p = 0.023. Keywords : Energi intake, Protein intake, nutrition status, and schoolchild. 1

PENDAHULUAN Indonesia mengalami dua masalah gizi yang besar, yaitu kekurangan gizi dan kelebihan gizi, kekurangan dan kelebihan gizi samasama berdampak negatif. Kekurangan dan kelebihan gizi muncul karena pola makan bergizi tak seimbang. Kekurangan gizi terjadi akibat asupan gizi di bawah kebutuhan, sedangkan kelebihan gizi timbul karena asupan gizi melebihi kebutuhan (Nakita, 2010). Menurut Depkes (Departemen Kesehatan) 2007, di Indonesia prevalensi status gizi berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) untuk anak laki-laki usia 6-14 tahun yaitu kurus 13,3% dan gemuk 9,5%, untuk anak perempuan usia 614 tahun yaitu kurus 10,9% dan gemuk 6,4%. Di Sulawesi Utara prevalensi status gizi berdasarkan IMT/U untuk anak laki-laki usia 6-14 tahun yaitu kurus 9,6% dan gemuk 9,2%, untuk anak perempuan usia 6-14 tahun yaitu kurus 7,4% dan gemuk 8,0%. Menurut Depkes 2010, di Indonesia prevalensi status gizi berdasarkan IMT/U yaitu kurus 7,6% dan gemuk 9,2%. Di Sulawesi Utara prevalensi status gizi berdasarkan IMT/U yaitu kurus 5,4% dan gemuk 6,4%. Pada tahun 2010 secara nasional, prevalensi status gizi kurus berdasarkan IMT/U mengalami penurunan sebesar 2,0% dan di Sulawesi Utara mengalami penurunan sebesar 2,0% dari tahun 2007. Secara nasional, penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal yaitu kurang dari 70% dari angka kecukupan gizi bagi orang Indonesia adalah sebanyak 40,7%. Kontribusi konsumsi karbohidrat terhadap konsumsi energi adalah 61%, sedikit diatas angka yang dianjurkan PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang) yaitu 50-60%. Kontribusi protein terhadap konsumsi energi hanya 13,3% di bawah dari yang dianjurkan PUGS yaitu 15%, dan kontribusi konsumsi lemak terhadap energi sebesar 25,6% melebihi yang dianjurkan PUGS yaitu 25%. Asupan protein pada anak usia 7-12 tahun secara nasional rata-rata 113,2 dan di Sulawesi utara rata-rata 126,4. Di Indonesia asupan rata-rata protein sebesar 105,8, sedangkan di Sulawesi Utara rata-rata asupan protein 115,8. Terdapat perbedaan asupan protein antara Sulawesi Utara dengan angka nasional, dimana Sulawesi Utara 20,6 di bawah angka rata-rata asupan protein nasional. (Depkes RI, 2010).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti hubungan asupan energi dan protein dengan status gizi (BB/U, TB/U, BB/TB, dan IMT/U) pada anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 SDN 1 Tounelet dan SD Katolik St. Monica Kecamatan Langowan Barat. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa hubungan antara asupan energi dan protein dengan status gizi (BB/U, TB/U, BB/TB, dan IMT/U) anak sekolah dasar kelas 4 dan kelas 5 SDN 1 Tounelet dan SD Katolik St. Monica Kecamatan Langowan Barat. Manfaat dari penelitian ini yaitu hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan menambah pengetahuan masyarakat akan pengaruh asupan zat gizi terhadap status gizi anak sekolah. METODE Penelitian ini bersifat survei analitik dengan rancangan cross sectional atau potong lintang. Penelitian dilaksanakan di SDN 1 Tounelet kelas 4 dan kelas 5, dan SD Katolik St. Monica kelas 4 dan kelas 5 Kecamatan Langowan Barat, Kabupaten Minahasa. Penelitian dilakukan pada bulan FebruariMei 2013. Siswa kelas 4 dan 5 SDN 1 Tounelet yang berjumlah 30 siswa, dan siswa kelas 4 dan kelas 5 SD Katolik St. Monica yang berjumlah 79 siswa, jadi total populasi yang dijadikan penelitian berjumlah 109 siswa. Sampel dalam penelitian ini yaitu semua siswa kelas 4 dan 5 SD yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang berjumlah 70 siswa. Kriteria inklusi : 1. Siswa terdaftar di sekolah yang dijadikan tempat penelitian. 2. Siswa yang bersedia dijadikan responden. 3. Orang tua/wali dari siswa yang bersedia untuk anaknya dijadikan responden. Kriteria eksklusi yaitu siswa yang tidak hadir pada saat penelitian disebabkan karena sakit. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Korelasi Spearman pada tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05) dengan bantuan komputer program SPSS versi 20. HASIL Distribusi karakteristik responden, distribusi energi, distribusi protein dan distribusi status gizi dapat dilihat pada tabel 1 – tabel 3. 2

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Karakteristik n % Responden Umur 8 tahun 5 7,1 9 tahun 30 42,9 10 tahun 30 42,9 11 tahun 5 7,1 Jenis Kelamin Laki-laki 39 55,7 Perempuan 31 44,3 Jenis Pekerjaan Ayah 13 18,6 Petani 8 11,4 PNS 32 45,7 Swasta 17 24,3 Wiraswasta Jenis Pekerjaan Ibu 4 5,7 Petani 9 12,9 PNS 11 15,7 Swasta 13 18,6 Wiraswasta 33 47,1 Ibu Rumah Tangga Tingkat Pendidikan Terakhir Ayah 1 1,4 SD 17 24,3 SMP 41 58,6 SMA 11 15,7 Sarjana Tingkat Pendidikan Terakhir Ibu 4 5,7 SD 14 20,0 SMP 42 60,0 SMA 10 14,3 Sarjana Pendapatan Ayah < Rp 1.550.000,38 54,3 ≥ Rp 1.550.000,32 45,7 Pendapatan Ibu < Rp 1.550.000,50 71,4 ≥ Rp 1.550.000,20 28,6

yang ibunya tidak bekerja. Tingkat pendidikan terakhir ayah yang paling banyak yaitu SMA dengan jumlah 41 siswa (58,6%), dan untuk ibu yang paling banyak SMA juga dengan jumlah 42 siswa (60,0%). Sebanyak 32 siswa (45,7%) yang tingkat pendapatan ayahnya ≥ Rp 1.550.000,-. Sebanyak 50 siswa (71,4%) yang tingkat pendapatan ibunya < Rp 1.550.000,-. Tabel 2. Distribusi Asupan Energi dan Protein Kurang Cukup Lebih Asupan n % n % n % Energi 23 32,9 40 57,1 7 10,0 Protein 5 7,2 33 47,1 32 45,7 Berdasarkan tabel 2, jumlah responden dengan asupan energi lebih hanya berjumlah 7 responden (10,0%), dan yang paling banyak asupan energi kategori cukup dengan jumlah 40 responden (57,1%). Jumlah responden dengan asupan protein cukup lebih banyak dibandingkan asupan protein kurang dan lebih yaitu sebanyak 33 siswa (47,1%). Tabel 3. Distribusi Status Gizi BB/U, TB/U, BB/TB dan IMT/U Status Gizi n % BB/U Gizi Kurang 2 2,9 Gizi Baik 66 94,2 Gizi Lebih 2 2,9 TB/U Normal 62 88,6 Pendek 8 11,4 BB/TB Normal 64 91,4 Lebih 6 8,6 IMT/U Normal 59 84,3 Gemuk 5 7,1 Obesitas 6 8,6 Berdasarkan tabel 3, jumlah responden dengan status gizi baik lebih banyak dibandingkan status gizi kurang dan gizi lebih yaitu sebanyak 66 siswa (94,2%). Jumlah responden dengan status gizi normal lebih banyak dibandingkan status gizi kurus yaitu sebanyak 62 siswa (88,6%). Jumlah responden dengan status gizi normal lebih banyak dibandingkan status gizi lebih yaitu sebanyak 64 siswa (91,4%). Jumlah

Berdasarkan tabel 1 responden yang berumur 9 dan 10 tahun jumlahnya sama yaitu 30 siswa (42,9%). Jenis kelamin lakilaki yang bersedia untuk menjadi responden berjumlah 39 siswa (55,7%). Jenis pekerjaan dari ayah responden yang paling banyak yaitu pekerjaan swasta dengan jumlah 32 siswa (45,7%). Sebanyak 33 siswa (47,1%) 3

responden dengan status gizi normal lebih banyak dibandingkan status gizi gemuk dan obesitas yaitu sebanyak 59 siswa (84,3%).

bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan berat badan menurut umur. Hubungan Antara Asupan Energi dengan TB/U Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada anak sekolah dasar di Kecamatan Langowan Barat menunjukkan bahwa anak dengan tingkat asupan energi lebih, status normal sebesar 8,6% dan status gizi pendek sebesar 1,4%. Tingkat asupan energi cukup yang status gizi normal sebesar 52,9% dan status gizi pendek sebesar 4,3%. Tingkat asupan energi kurang yang status normal sebesar 27,1% dan status gizi pendek sebesar 5,7%. Hasil uji Korelasi Spearman menunjukkan nilai taraf signifikansi atau nilai p sebesar 0,424, hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan tinggi badan menurut umur.

Tabel 4. Hubungan Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi p Asupan BB/U TB/U BB/TB IMT/U Energi 0,825 0,097 0,023 0,350 Karbohidrat 0,376 0,162 0,702 0,597 Pada tabel diatas terdapat hasil analisis bivariat hubungan antara asupan energi dan protein dengan status gizi dengan menggunakan analisis bivariat Korelasi Spearman dimana variabel asupan energi dengan status gizi berat badan menurut umur p = 0,825 (p > 0,05). Variabel asupan energi dengan status gizi tinggi badan menurut umur p = 0,097 (p > 0,05). Variabel asupan energi dengan status gizi berat badan menurut tinggi badan p = 0,023 (p < 0,05).Variabel asupan energi dengan status gizi indeks massa tubuh menurut umur p = 0,350 (p > 0,05). Variabel asupan protein dengan status gizi berat badan menurut umur p = 0,376 (p > 0,05). Variabel asupan protein dengan status gizi tinggi badan menurut umur p = 0,162 (p > 0,05). Variabel asupan protein dengan status gizi berat badan menurut tinggi badan p = 0,702 (p < 0,05).Variabel asupan protein dengan status gizi indeks massa tubuh menurut umur p = 0,597 (p > 0,05).

Hubungan Antara Asupan Energi dengan BB/TB Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada anak sekolah dasar di Kecamatan Langowan Barat menunjukkan bahwa anak dengan tingkat asupan energi lebih status gizi normal sebesar 7,1% dan status gizi gemuk sebesar 2,9%. Tingkat asupan energi cukup yang status gizi gemuk sebesar 5,7% dan status gizi normal sebesar 51,4%. Tingkat asupan energi kurang status gizi normal sebesar 32,9%. Tidak terdapat tingkat asupan energi kurang yang status gizinya gemuk. Hasil uji Korelasi Spearman yang menunjukkan nilai taraf signifikansi atau nilai p sebesar 0,023, hal ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara asupan energi dengan berat badan menurut tinggi badan. Menurut Hapsari (2004), terdapat hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan BB/TB dengan nilai p = 0,023.

PEMBAHASAN Hubungan Antara Asupan Energi dengan BB/U Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada anak sekolah dasar di Kecamatan Langowan Barat menunjukkan bahwa anak dengan tingkat asupan energi lebih, status gizi baik sebesar 8,6% dan status gizi kurang sebesar 1,4%. Tingkat asupan energi cukup yang status gizi lebih sebesar 2,9% dan status gizi baik sebesar 54,3%. Tingkat asupan energi kurang yang status gizi kurang sebesar 1,4% dan status gizi baik sebesar 31,4%. Tidak terdapat tingkat asupan energi lebih yang status gizinya lebih, tingkat asupan normal yang status gizinya kurang dan tingkat asupan energi kurang yang status gizinya lebih. Hasil uji Korelasi Spearman menunjukkan nilai taraf signifikansi atau nilai p sebesar 0,825, hal ini membuktikan

Hubungan Antara Asupan Energi dengan IMT/U Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada anak sekolah dasar di Kecamatan Langowan Barat menunjukkan bahwa anak dengan tingkat asupan energi lebih status gizi normal sebesar 7,1% dan status gizi obesitas sebesar 2,9%. Tingkat asupan energi cukup yang status gizi obesitas sebesar 5,7%, status gizi gemuk sebesar 7,1% dan status gizi normal sebesar 44,3%. Tingkat asupan energi kurang yang status gizi normal sebesar 32,9%. Tidak 4

terdapat tingkat asupan energi lebih yang status gizinya gemuk, serta tidak terdapat tingkat asupan energi kurang yang status gizinya obesitas dan gemuk. Hasil uji Korelasi Spearman menunjukkan nilai taraf signifikansi atau nilai p sebesar 0,350, hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan indeks massa tubuh menurut umur. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan status gizi (BB/U, TB/U dan IMT/U), tapi terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan BB/TB. Bertentangan dengan Prakoso dkk (2013), bahwa ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi dan ada faktor lain yang mempengaruhi status gizi yaitu perilaku ibu. Sulistya dan Sunarto (2013) dalam penelitian mereka, bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan status gizi kurang. Penelitian ini sependapat dengan Nura’aini dan Wiyono (2012), bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan asupan energi.

yang status gizi normal sebesar 45,7% dan status gizi pendek sebesar 1,4%. Tingkat asupan protein kurang yang status gizi pendek sebesar 1,4% dan status gizi normal sebesar 5,7%. Hasil uji Korelasi Spearman menunjukkan nilai taraf signifikansi atau nilai p sebesar 0,162, hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan protein dengan berat badan menurut umur. Hubungan Antara Asupan Protein dengan BB/TB Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada anak sekolah dasar di Kecamatan Langowan Barat menunjukkan bahwa anak dengan tingkat asupan protein lebih status gizi normal sebesar 41,4% dan status gizi gemuk sebesar 4,3%. Tingkat asupan protein cukup yang status gizi gemuk sebesar 4,3% dan status gizi normal sebesar 42,9%. Tingkat asupan protein kurang status gizi normal sebesar 7,1%. Tidak terdapat tingkat asupan protein kurang yang status gizinya gemuk. Hasil uji Korelasi Spearman yang menunjukkan nilai taraf signifikansi atau nilai p sebesar 0,702, hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan protein dengan berat badan menurut tinggi badan.

Hubungan Antara Asupan Protein dengan BB/U Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada anak sekolah dasar di Kecamatan Langowan Barat menunjukkan bahwa anak dengan tingkat asupan protein lebih, status gizi lebih sebesar 1,4%, status gizi baik sebesar 41,4%, dan status gizi kurang sebesar 2,9%. Tingkat asupan protein cukup yang status gizi lebih sebesar 1,4% dan status gizi baik sebesar 45,7%. Tingkat asupan protein kurang yang status gizi baik sebesar 7,1%. Tidak terdapat tingkat asupan protein cukup yang status gizinya kurang, serta tingkat asupan protein kurang yang status gizinya lebih dan kurang. Hasil uji Korelasi Spearman menunjukkan nilai taraf signifikansi atau nilai p sebesar 0,376, hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan protein dengan berat badan menurut umur.

Hubungan Antara Asupan Protein dengan IMT/U Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada anak sekolah dasar di Kecamatan Langowan Barat menunjukkan bahwa anak dengan tingkat asupan protein lebih status gizi normal sebesar 40%, status gizi gemuk sebesar 1,4% dan status gizi obesitas sebesar 4,3%. Tingkat asupan protein cukup yang status gizi obesitas sebesar 2,9%, status gizi gemuk sebesar 5,7% dan status gizi normal sebesar 38,6%. Tingkat asupan protein kurang yang status gizi normal sebesar 5,7% dan status gizi obesitas sebesar 1,4%. Tidak terdapat tingkat asupan protein kurang yang status gizinya gemuk. Hasil uji Korelasi Spearman menunjukkan nilai taraf signifikansi atau nilai p sebesar 0,597, hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan protein dengan indeks massa tubuh menurut umur. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan status gizi (BB/U, TB/U, BB/TB dan IMT/U). Hasil penelitian tersebut tidak sependapat dengan

Hubungan Antara Asupan Protein dengan TB/U Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada anak sekolah dasar di Kecamatan Langowan Barat menunjukkan bahwa anak dengan tingkat asupan protein lebih, status gizi normal sebesar 37,1% dan status gizi pendek sebesar 8,6%. Tingkat asupan protein cukup 5

penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2003), dimana menurut penelitiannya terdapat hubungan antara konsumsi pangan hewani dengan status gizi anak sekolah dasar. Menurut Aeni (2008), terdapat hubungan antara asupan energi dan protein dengan status gizi, serta ada faktor lain yang mempengaruhi status gizi yaitu tingkat pendidikan orangtua Selain asupan makanan ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi status gizi seperti, aktivitas fisik, kebudayaan, sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan ibu. Menurut Bahabol dkk (2013), dari hasil penelitian mereka pada siswa SD kelas 5 tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan makanan dengan status gizi, tetapi ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan orang tua dengan status gizi anak. Menurut Sulfa (2011) dalam penelitiannya ada hubungan antara konsumsi fast food dengan status gizi. Penelitian yang dilakukan oleh Sumardilah dkk (2010) bertentangan dengan penelitian ini, bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi energi dan protein dengan status gizi. Masdrawati dan Hidayati S (2012) sependapat dengan Sumardilah dkk, bahwa terdapat hubungan antara asupan energi dan protein dengan status gizi, tetapi penelitian mereka dilakukan pada orang dewasa dan penelitian ini pada anak sekolah dasar. Menurut Suranadi dan Candradewi (2008) ada faktor lain yang berhubungan dengan status gizi yaitu pekerjaan ibu. Menurut Fatimah dkk (2005) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi gizi kurang adalah tingkat sosial ekonomi yang rendah. Penelitian Purwaningrum dan Wardani (2012) bertentangan dengan penelitian ini dalam penelitian mereka ada hubungan antara asupan makanan (energi dan protein) dengan status gizi, dan ada faktor lain yang berhubungan dengan status gizi yaitu kesadaran gizi keluarga.

4. Sebesar 88,6% anak sekolah dasar di Kecamatan Langowan Barat status gizinya normal berdasarkan tinggi badan menurut umur. 5. Sebesar 91,4% anak sekolah dasar di Kecamatan Langowan Barat status gizinya normal berdasarkan berat badan menurut tinggi badan. 6. Sebesar 84,3% anak sekolah dasar di Kecamatan Langowan Barat status gizinya normal berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur. 7. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan status gizi (BB/U, TB/U dan IMT/U). 8. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan status gizi (BB/U, TB/U, BB/TB dan IMT/U). 9. Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan status gizi (BB/TB). SARAN 1. Bagi Penelitian Lanjut Diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi, tidak hanya tingkat asupan energi dan protein. 2. Masyarakat dan Institusi Sekolah Dasar Dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi sekolah dalam meningkatkan gizi siswa dan memberikan motivasi serta pendidikan bagi siswa untuk dapat mengkonsusmi zat-zat makanan yang mengandung energi dan protein. DAFTAR PUSTAKA Aeni N. 2008. Hubungan Antara Asupan Energi, Protein dan Faktor Lain dengan Status Gizi Baduta (0-23 Bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Depok Jaya Tahun 2008. Skripsi. FKM-UI Bahabol M, Chuluq A, dan Fadhilah E. Hubungan Asupan Makan dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar (Studi Kasus Siswa SD Kelas V Kecamatan Dekai Suku Momuna kabupaten Yahukimo) Propinsi Papua. Program Studi Pendidikan Dokter FKUB, Program Studi Ilmu Gizi FKUB. Online 8 Juni 2013 (http://www.google.com/url?sa=t&rct=j& q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja &ved=0CEwQFjAG&url=http%3A%2F %2Fpublikasiilmiah.ums.ac.id%2Fbitstrea

KESIMPULAN 1. Asupan energi cukup dengan responden terbanyak dengan persentase 57,1%. 2. Asupan protein cukup dengan responden terbanyak dengan persentase 47,1%. 3. Sebesar 94,2% anak sekolah dasar di Kecamatan Langowan Barat status gizinya normal berdasarkan berat badan menurut umur. 6

m%2Fhandle%2F123456789%2F2065%2 F6.pdf%3Fsequence%3D1&ei=uwHeUZ GyL86aiQfZvIHIDQ&usg=AFQjCNGifd _8lvbMOqv5lvO3v4tx_Bcwg&bvm=bv.48705608,d.aG c). Depkes. 2008. Laporan Survei Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Fatimah S, Nurhadayah I, dan Rahmawati W. 2005. Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Status Gizi Pada Balita Di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Penelitian Vol. 10, No. XVIII. Masdrawati dan Hidayati S. 2012. Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi Pada Mahasiswa FKM-UVRI Makassar Tahun 2009. Jurnal Ilmiah Vol. 1 No. 2. Politeknik Kesehatan Makassar. Nasution M. 2003. Konsumsi Pangan Hewani Dan Status Gizi Siswa SD Negeri 105349, Lubuk Pakam-Deli Serdang. Jurnal Pendidikan Science, Vol.27 No.3, September 2003, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Medan. Online 8 Juni (http://www.google.com/url?sa=t&rct=j& q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja &ved=0CFMQFjAH&url=http%3A%2F %2Fdigilib.unimed.ac.id%2Fpublic%2FU NIMED-Journal-21461pendidikan%2520science%2520vol%252 027%2520no%25203%2520sep%252020 03M.%2520Yusuf%2520Nasution.pdf&ei =uwHeUZGyL86aiQfZvIHIDQ&usg=AF QjCNE4wfd9_59AkZJ1agrdYiEoxgF1Q&bvm=bv.48705608,d.aGc) Nur’aini F dan Wiyono S. 2012. Hubungan Antara Asupan Energi, Protein dan Infeksi Kecacingan dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah Dasar Di Daerah Kumuh Perkotaan RW 10 Kelurahan Angke Kecamatan Tambora Jakarta Barat. Jurnal Penelitian, Vol. 6, No. 2, ISSN 1978-8843, Desember 2012. Jakarta. Hapsari, I. 2004. Hubungan Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Zat Besi Dengan Status Gizi (BB/TB) Anak Sekolah Dasar Di Desa Mojolegi Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali Tahun 2004. Skripsi. Online 8 Juni 2013 (http://eprints.undip.ac.id/10712/) Hapsari K, Sunarto. 2013. Hubungan Tingkat

Asupan Energi dan Protein Dengan Kejadian Gizi Kurang Anak Usia 2-5 Tahun. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang, April 2013, Vol 2, No.1. Online 8 Juni 2013 (http://www.google.com/url?sa=t&rct=j& q=&esrc=s&source=web&cd=10&cad=rj a&ved=0CF8QFjAJ&url=http%3A%2F% 2Fjurnal.unimus.ac.id%2Findex.php%2Fj gizi%2Farticle%2Fview%2F753%2F807 &ei=uwHeUZGyL86aiQfZvIHIDQ&usg =AFQjCNEr3ABiWzFybEVvl_3_FQPGz3uQ&bvm=bv.48705608,d.aGc) Hastuti N, Zulaekah S. 2009. Hubungan Tingkat Konsumsi Karbohidrat, Protein Dan Lemak Dengan Kesegaran Jasmani Anak Sekolah Dasar Di SD N Kartasura I. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 2, No.1, Juni 2009: Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Online 8 Juni 2013 (http://www.google.com/url?sa=t&rct=j& q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja &sqi=2&ved=0CDYQFjAD&url=http%3 A%2F%2Ffk.ub.ac.id%2Fartikel%2Fid% 2Ffiledownload%2Fgizi%2FMARKUS% 2520BAHABOL.pdf&ei=OATeUerbNsb _iAesuoGoAg&usg=AFQjCNGyT95M2n K9SKqzAlt7EaOgxHhXeA&bvm=bv.487 05608,d.aGc) Ipa A, Sirajuddin. 2010. Status Gizi Remaja, Pola Makan dan Aktivitas Olahraga Di SLTP 2 Majauleng Kabupaten Wajo. Media Gizi Pangan, Vol. IX, Edisi 1, Januari-Juni 2010: Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan,Makassar. Online 8 Juni 2013 (http://jurnalmediagizipangan.wordpress.c om/2012/03/29/volume-ix-edisi-1-januarijuni-2010/) Kemenkes. 2010. Laporan Survei Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Nakita. 2010. Gizi Seimbang. Jakarta: Gramedia. Prakoso I, Yamin A, dan Susanti R. 2013. Hubungan Perilaku Ibu Dalam Memenuhi Kebutuhan Gizi dan Tingkat Konsumsi Energi dengan Status Gizi Balita Di Desa Cibeusi Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Jurnal. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Purwaningrum S dan Wardani Y. 2012. 7

Hubungan Antara Asupan Makanan dan Status Kesadaran Gizi dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon I, Bantul. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 6 No. 3, September 2012. ISSN: 1978-0575. FKM Universitas Ahmad Dahlan. Sulfa F. 2011. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food Modern Dengan Status Gizi (BB/TB Z-score) Di SD Al Muttaqin Tasikmaya. Jurnal. ISBN 978-602-96943-1-4. Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UNSIL. Sulistya H dan Sunarto. 2013. Hubungan Tingkat Asupan Energi dan Protein dengan Kejadian Gizi Kurang Anak

Usia 2-5 Tahun. Jurnal Vol.2, No. 1, April 2013. Program Studi Gizi Universitas Muhamadiyah Semarang. Sumardilah D, Masra F, dan Nugroho A. 2010. Hubungan Tingkat Konsumsi Makanan Dengan Status Gizi Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Di Bandar Lampung Tahun 2009. Jurnal Kesehatan Vol. 1 No. 1 April 2010. Bandar Lampung. Suranadi L dan Candaradewi A. 2008. Studi Tentang Karakteristik Keluarga Dan Pola Asuh Pada Balita Gizi Kurang Dan Buruk Di Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Kesehatan Vol. 2 No. 2.

8