HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH

Download asupan gizi melebihi kebutuhan. Penelitian ini ... Kata Kunci: Asupan Energi, Status Gizi, dan Anak Sekolah ..... Jurnal Pendidikan Science...

0 downloads 465 Views 222KB Size
Hubungan Antara Asupan Energi Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Kelas 4 Dan Kelas 5 SD Katolik St, Malalayang Kota Manado Natalia Pusungulaa, Alexander Bolang ,Rudolf B Purba Program Studi Gizi Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat-Universitas Sam Ratulangi Manado 2013 [email protected]

ABSTRAK Indonesia mengalami dua masalah gizi yang besar, yaitu kekurangan gizi dan kelebihan gizi, kekurangan dan kelebihan gizi sama-sama berdampak negatif. Kekurangan dan kelebihan gizi muncul karena pola makan bergizi tak seimbang. Kekurangan gizi terjadi akibat asupan gizi di bawah kebutuhan, sedangkan kelebihan gizi timbul karena asupan gizi melebihi kebutuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara asupan energi dengan status gizi (BB/U, TB/U, BB/TB, dan IMT/U) anak sekolah dasar kelas 4 dan kelas 5 SD Katolik St. Malalayang Kota Manado. Penelitian dilaksanakan di SD Katolik St. Malalayang Kota Manado. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Mei 2013. Dari 175 siswa, 60 siswa yang bersedia untuk dijadikan responden. Hasil penelitian asupan energi yang tergolong cukup masing-masing sebesar 73%. Hasil penelitian status gizi BB/U dengan kategori gizi baik 90%, TB/U dengan kategori gizi normal 96,7%, BB/TB dengan kategori gizi normal 85%% dan IMT/U dengan kategori gizi normal 80%. Setelah dianalisis dengan korelasi Spearman dimana α=95% dan nilai p=0,05 tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan status gizi (BB/U, TB/U, dan IMT/U) anak sekolah dasar SD Katolik St. Malalayang Kota Manado p = 1,000 Kata Kunci: Asupan Energi, Status Gizi, dan Anak Sekolah ABSTRACT ndonesia experienced two major nutritional problems, namely malnutrition and over nutrition, nutritional deficiencies and excess equally negative impact. Nutritional deficiencies and excess arises because the diet is not nutritionally balanced. Malnutrition caused by under nutrition needs, while excess nutrients caused by nutritional intake exceeds needs. This study aimed to analyze the relationship between energy intake and nutritional status (weight / age, TB / U, weight / height, and BMI / U) grade 4 elementary school children and 5 th grade Catholic St. Malalayang Manado. Research conducted at Catholic elementary St. Malalayang Manado. The study was conducted in FebruaryMay 2013. Of the 175 students, 60 students who are willing to be the respondent. The results are considered sufficient energy intake amounted to 73%. The results nutritional status BW / U with good nutrition category 90%, TB / U with normal nutrition category 96.7%, BB / TB with normal nutrition category 85%% and IMT / U with 80% normal nutritional category. Having analyzed by Spearman correlation where α = 95% and p = 0.05 there is no relationship between energy intake and nutritional status (weight / age, TB / U, and IMT / U) elementary school children elementary Catholic St. Manado City Malalayang p = 1.000 Keywords: Energy Intake, Nutritional Status, and School Children

1

Utara rata-rata asupan protein 115,8. Terdapat perbedaan asupan protein antara Sulawesi Utara dengan angka nasional, dimana Sulawesi Utara 20,6 di bawah angka rata-rata asupan protein nasional. (Depkes RI, 2010). Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti hubungan asupan energi dengan status gizi (BB/U, TB/U, BB/TB, dan IMT/U) pada anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 di SD St THERESIA Malalayang Kota Manado. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa hubungan antara asupan energi dengan status gizi (BB/U, TB/U, BB/TB, dan IMT/U) anak sekolah dasar kelas 4 dan kelas 5 SD St THERESIA Malalayang Kota Manado. Manfaat dari penelitian ini yaitu hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan menambah pengetahuan masyarakat akan pengaruh asupan zat gizi terhadap status gizi anak sekolah.

PENDAHULUAN

Indonesia mengalami dua masalah gizi yang besar, yaitu kekurangan gizi dan kelebihan gizi, kekurangan dan kelebihan gizi sama-sama berdampak negatif. Kekurangan dan kelebihan gizi muncul karena pola makan bergizi tak seimbang. Kekurangan gizi terjadi akibat asupan gizi di bawah kebutuhan, sedangkan kelebihan gizi timbul karena asupan gizi melebihi kebutuhan (Nakita, 2010). Menurut Depkes (Departemen Kesehatan) 2007, di Indonesia prevalensi status gizi berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) untuk anak lakilaki usia 6-14 tahun yaitu kurus 13,3% dan gemuk 9,5%, untuk anak perempuan usia 6-14 tahun yaitu kurus 10,9% dan gemuk 6,4%. Di Sulawesi Utara prevalensi status gizi berdasarkan IMT/U untuk anak laki-laki usia 614 tahun yaitu kurus 9,6% dan gemuk 9,2%, untuk anak perempuan usia 6-14 tahun yaitu kurus 7,4% dan gemuk 8,0%. Menurut Depkes 2010, di Indonesia prevalensi status gizi berdasarkan IMT/U yaitu kurus 7,6% dan gemuk 9,2%. Di Sulawesi Utara prevalensi status gizi berdasarkan IMT/U yaitu kurus 5,4% dan gemuk 6,4%. Pada tahun 2010 secara nasional, prevalensi status gizi kurus berdasarkan IMT/U mengalami penurunan sebesar 2,0% dan di Sulawesi Utara mengalami penurunan sebesar 2,0% dari tahun 2007. Secara nasional, penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal yaitu kurang dari 70% dari angka kecukupan gizi bagi orang Indonesia adalah sebanyak 40,7%. Kontribusi konsumsi karbohidrat terhadap konsumsi energi adalah 61%, sedikit diatas angka yang dianjurkan PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang) yaitu 50-60%. Kontribusi protein terhadap konsumsi energi hanya 13,3% di bawah dari yang dianjurkan PUGS yaitu 15%, dan kontribusi konsumsi lemak terhadap energi sebesar 25,6% melebihi yang dianjurkan PUGS yaitu 25%. Asupan protein pada anak usia 7-12 tahun secara nasional rata-rata 113,2 dan di Sulawesi utara rata-rata 126,4. Di Indonesia asupan rata-rata protein sebesar 105,8, sedangkan di Sulawesi

METODE Penelitian ini bersifat survei analitik dengan rancangan cross sectional atau potong lintang. Penelitian dilaksanakan di SD Katolik St Theresia Malalayang Kota Manado . Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Mei 2013. Siswa kelas 4 dan 5 SD Katolik St Theresia Kota Manado berjumlah 175 siswa, Sampel dalam penelitian ini yaitu semua siswa kelas 4 dan 5 SD yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang berjumlah 60 siswa. Kriteria inklusi : 1) Siswa kelas 4 dan 5 yang berumur 9 – 11 tahun 2) Siswa yang dalam keadaan sehat 3) Siswa yang bersedia menjadi responden Kriteria eksklusi yaitu siswa yang tidak hadir pada saat penelitian disebabkan karena sakit. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama berupa analisis univariat yaitu mendeskripsikan setiap variabel penelitian maupun karakteristik subjek penelitian dalam bentuk distribusi frekuensi. Selanjutnya pada tahap kedua dilakukan analisis bivariat yaitu analisis antara variabel bebas dan variabel terikat, dalam hal ini membuktikan hubungan antara asupan energi dengan status gizi melalui pengujian statistik. Uji statistik yang digunakan yaitu Korelasi Spearman pada tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05) dengan bantuan komputer program SPSS versi 20. 2

SMA D3 S1 S2 Jumlah

HASIL Karakteristik Responden 1 Karakteristik Jenis Kelamin Berdasarkan hasil pendataan, distribusi responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah

N 38 22 60

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa tingkat pendidikan SMA adalah yang paling banyak yaitu 31 (51,7%) orang, sedangkan yang paling sedikit adalah tingkat pendidikan S2 yaitu 4 (6,7%) orang. Berdasarkan hasil pendataan, distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu dapat dilihat pada Tabel 3.

(%) 61.67 38.33 100

Berdasarkan distribusi responden menurut jenis kelamin menunjukan jumlah responden laki-laki berjumlah 38 siswa (61,67%) dari total responden. Jumlah responden perempuan berjumlah 22 siswa (38,33%) dari total responden.

4 Pendidikan Orang Tua Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu

2 Karakteristik Umur Berdasarkan hasil pendataan, distribusi responden menurut umur dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Umur Umur (tahun) 9 10 11 Jumlah

N 24 35 1 60

31 5 20 4 60

(%) 40 58,3 1,7 100

Tingkat Pendidikan Ibu

N

SMA D3 S1 S2 jumlah

24 5 28 3 60

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa tingkat pendidikan ibu responden yang paling banyak yaitu S1 sebanyak 28 orang (46,7%), dan tingkat pendidikan ibu yang terendah adalah S2 sebanyak 3 orang (5%). 5 Pekerjaan Orang Tua Berdasarkan hasil pendataan, distribusi responden berdasarkan pekerjaan ayah dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah Pekerjaan Ayah n Nelayan 2 PNS 13 Swasta 30 TNI/Polri 3 Wiraswasta 12 Jumlah 60

Berdasarkan distribusi responden menurut umur menunjukan jumlah responden yang berumur 9 tahun berjumlah 24 siswa (40%), sedangkan responden yang berumur 10 tahun berjumlah 35 siswa (58,3%) dan responden umur 11 tahun berjumlah 1 siswa (1,7%) dari total responden. 3 Pendidikan Orang Tua Berdasarkan hasil pendataan, distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ayah dapat dilihat pada Tabel . Tabel 3. Distribusi Responden BerdasarkanTingkat Pendidikan Ayah Tingkat Pendidikan Ayah

N 3

(%)

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa pekekerjaan ayah responden bervariasi dimana pekerjaan yang terbanyak digeluti yaitu swasta kecil sebanyak 30 orang (50%), PNS 13 orang (21,7%), wiraswasta 12 orang (20%), TNI/POLRI 3 orang (5%), dan nelayan 2 orang (3,3%).

dengan kategori cukup ber jumlah 44 responden (73%). Tabel 8. Distribusi Asupan Energi Status Gizi

%

BB/U

Gizi Baik 54 90 Gizi Lebih 6 10 Normal 58 96,7 TB/U Pendek 2 3,3 Gemuk 7 11,7 BB/TB Normal 51 85 Kurus 2 3,3 (%) Kurus 5 8,3 26,7 IMT/U Normal 48 80 45 Gemuk 7 11,7 Berdasarkan 3,3 tabel 8, jumlah responden dengan 21,7lebih banyak dibandingkan status status gizi baik gizi kurang 3,3 dan gizi lebih yaitu sebanyak 54 siswa (90%). Jumlah responden dengan status gizi normal 100 lebih banyak dibandingkan status gizi Pendek yaitu sebanyak 58 siswa (96,7%). Jumlah responden dengan status gizi normal lebih banyak dibandingkan status gizi lebih yaitu sebanyak 51 siswa (85%). Jumlah responden dengan status gizi normal lebih banyak dibandingkan status gizi gemuk dan yaitu sebanyak 48 siswa (80%).

Berdasarkan hasil pendataan, distribusi responden berdasarkan pekerjaan ibu dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Pekerjaan Ibu N Tidak bekerja 16 PNS 27 Dokter 2 Swasta 13 Wiraswasta 2 Jumlah

N

60

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa pekekerjaan ibu responden bervariasi dimana pekerjaan yang terbanyak digeluti yaitu PNS sebanyak 27 orang (45%), ibu rumah tangga 16 orang (26,7%), swasta 13 orang (21,7%), dokter 2 orang (3,3%), dan wiraswasta 2 orang (3,3%).

Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu asupan gizi dengan status gizi. Hubungan antara asupan zat gizi dengan status gizi dapat dilihat pada dari tabel 9.

Tabel 7. Distribusi Asupan Energi Asupan Energi Kurang < 1440 Kkal Cukup 14401980 Kkal Lebih > 1980 Kkal Jumlah

N

%

9 44 7

15 73 12

60

100

Tabel 9. Hubungan Asupan Energi dengan Status Gizi Asupan Energi

Berdasarkan tabel 8, jumlah responden dengan asupan energi > 1980 dengan kategori Lebih berjumlah 7 responden (12%), dan yang paling banyak asupan energi 1440-1980 Kkal

BB/U

TB/U

P BB/TB

IMT/U

1,000

1,000

1,000

1,000

Pada tabel diatas terdapat hasil analisis bivariat hubungan antara asupan energi dengan status gizi dengan menggunakan analisis bivariat 4

Korelasi Spearman dimana variabel asupan energi dengan status gizi berat badan menurut umur p = 1,000 (p > 0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel asupan energi dengan berat badan menurut umur. Variabel asupan energi dengan status gizi tinggi badan menurut umur p = 1,000 (p > 0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel asupan energi dengan tinggi badan menurut umur. Variabel asupan energi dengan status gizi berat badan menurut tinggi badan p = 1,000 (p < 0,05) yang artinya terdapat hubungan antara variabel asupan energi dengan berat badan menurut tinggi badan.Variabel asupan energi dengan status gizi indeks massa tubuh menurut umur p = 1,000 (p > 0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel asupan energi dengan indeks massa tubuh menurut umur.

zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, sehingga otak tidak berfungsi normal. Anak-anak yang bertubuh pendek pada usia kanak-kanak terus menunjukan kemampuan yang lebih buruk dalam fungsi kognitif dan prestasi sekolah yang lebih buruk jika dibandingkan dengan anakanak yang bertubuh normal hingga usia 12 tahun. Hubungan Status Gizi BB/U dengan Prestasi Belajar Berdasarkan analisis dengan menggunakan uji korelasi Spearman antara variabel Asupan energi dengan status gizi BB/U dengan p= 1,000 (p <0,05) yang artinya terdapat hubungan antara Asupan energi dengan status gizi BB/U.Berat badan merupakan parameter yang memberikan gambaran massa tubuh yang sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak misalnya karena terserang penyakit infeksi. Karakterisitik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarakan status gizi saat ini. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Indra Prakorso yang menyatakan diperoleh hubungan yang signifikan antara Asupan energi dengan status gizi menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p = 0,012. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Sari Purwaningrum (2010) tentang hubungan Asupan Makanan dengan statusgizi yang menyatakan tidak ada hubungan antara Asupan Makanan dengan status gizi dengan nilai p = 0,000 (p > 0,05). Hubungan Asupan energi dengan Status Gizi BB/TB Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi Spearman antara Asupan energi dengan status gizi BB/TB diperoleh p = 1,000 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara Asupan energi dengan status gizi berdasarkan BB/TB. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chusnul (2013) dengan menggunakan korelasi Spearman diperoleh hasil p= 0,025 yang berarti tidak terdapat hubunga Antara Asupan energi dengan status gizi BB/TB. Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan

Pembahasan Hubungan Asupann Energi dengan Status Gizi TB/U Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi Spearman antara variabel Asupan Energi dengan status gizi TB/U diperoleh p= 1,000 (p > 0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara Asupan energi dengan status gizi berdasarkan TB/U. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sari Purwaningrum (2010) tentang hubungan Asupan Makanan dengan Status gizi Balits di Puskesmas Sewon yang menyatakan tidak terdapat hubungan Asupan energi dengan status gizi status gizi TB/U ( p value= 0,000). Hal ini berbeda Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Adanya hubungan antara asupan energi dengan status gizi TB/U,disebabkan karena tinggi badan menurut umur menunjukan status gizi masa lalu. Dimana status gizi masa lalu adalah pada saat balita, yang dapat mempengaruhi kecerdasan anak, karena pertumbuhan otak pada saat usia 3 tahun (Golden age). Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak menurut Cakrawati (2012), apabila makanan tidak cukup mengandung zat5

pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks ini untuk menggambarkan status gizi (malnutrisi) yang baru saja terjadi (1,2 atau 3 bulan yang lalu). Anak yang mengalami gizi kurang akan menyebabkan anak mudah terserang penyakit infeksi. Sehingga berdampak pada pola makan anak masalah gizi siswa di SD Sta Theresia Malalayang masih dalam tahap ringan sehingga Prestasi belajar dalam hal ini dipengaruhi oleh faktor luar dari status gizi seperti faktor sekolah dan faktor lingkungan sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryabrata (2010) bahwa secara garis besar faktor lingkungan social sangat mempengaruhi konsumsi makan anak.

b. Sebesar 96,7% anak sekolah dasar di SD Katolik St Malalayang Kota Manado status gizinya normal berdasarkan tinggi badan menurut umur. c. Sebesar 85% anak sekolah dasar di SD Katolik St Malalayang Kota Manado status gizinya normal berdasarkan berat badan menurut tinggi badan. d. Sebesar 80% anak sekolah dasar di SD Katolik St Malalayang Kota Manado status gizinya normal berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur. 3. Tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan berat badan menurut umur pada anak sekolah dasar di SD Katolik St Theresia Malalayang Kota Manado. 4. Tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan tinggi badan menurut umur pada anak sekolah dasar di SD Katolik St Theresia Malalayang Kota Manado. 5. Terdapat hubungan bermakna antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan berat badan menurut tinggi badan pada anak sekolah dasar di Kecamatan Langowan Barat. 6. Tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur pada anak sekolah dasar di SD Katolik St Theresia Malalayang Kota Manado. Sebagian besar asupan zat gizi dan status gizi anak sekolah di SD Katolik St Theresia Malalayang Kota Manado tergolong baik.

Hubungan Status Gizi IMT/U dengan Prestasi Belajar Menurut Jelliffe (1989) dalam Supariasa (2002), status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya keseimbangan antara pemasukan gizi di satu pihak serta pengeluaran di lain pihak yang terlihat melalui variabel-variabel tertentu yaitu melalui suatu indikator status gizi Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi Spearman antara asupan energi dengan status gizi IMT/U diperoleh p = 1,000 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan IMT/U. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Langowan Barat, maka dapat disimpulkan : 1.

2.

Saran

Gambaran asupan zat gizi didapatkan sebagi berikut: a. Sebesar 73% anak sekolah dasar di SD Katolik St Malalayang Kota Manado asupan energinya cukup. Gambaran status gizi didapatkan sebagi berikut: a. Sebesar 90% anak sekolah dasar di SD Katolik St Malalayang Kota Manado status gizinya baik berdasarkan berat badan menurut umur.

1. Perlunya kerjasama lintas program dan lintas sektoral baik dari pemerintah maupun masyarakat untuk menanggulangi masalah gizi. Penanggulangannya dapat melalui pendidikan gizi yaitu penyuluhan gizi kepada guru-guru, anak-anak, serta pada keluarga dan masyarakat, serta pengawasan dan monitoring secara berkala dari puskesmas untuk mengetahui keadaan gizi dan masalah gizi pada masyarakat.

6

2. Perlunya penganekaragaman makanan pada anak sekolah dasar agar dapat memenuhi kebutuhan zat gizi terutama kebutuhan akan asupan karbohidrat, lemak, protein dan zat besi setiap hari. 3. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dan rendahnya asupan karbohidrat, lemak, protein dan zat besi pada anak-anak sekolah dasar di SD Katolik St.Theresia Malalayang Kota Manado.

_59AkZJ1agrdYiEoxgF1Q&bvm=bv.48705608,d.aGc) Hapsari, I. 2004. Hubungan Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Zat Besi Dengan Status Gizi (BB/TB) Anak Sekolah Dasar Di Desa Mojolegi Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali Tahun 2004. Skripsi. Online 8 Juni 2013 (http://eprints.undip.ac.id/10712/) Hapsari K, Sunarto. 2013. Hubungan Tingkat Asupan Energi dan Protein Dengan Kejadian Gizi Kurang Anak Usia 2-5 Tahun. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang, April 2013, Vol 2, No.1. Online 8 Juni 2013 (http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q= &esrc=s&source=web&cd=10&cad=rja&ved =0CF8QFjAJ&url=http%3A%2F%2Fjurnal. unimus.ac.id%2Findex.php%2Fjgizi%2Fartic le%2Fview%2F753%2F807&ei=uwHeUZGy L86aiQfZvIHIDQ&usg=AFQjCNEr3ABiWzFybEVvl_3_FQPGz3uQ&bvm=bv.48705608,d.aGc) Hastuti N, Zulaekah S. 2009. Hubungan Tingkat Konsumsi Karbohidrat, Protein Dan Lemak Dengan Kesegaran Jasmani Anak Sekolah Dasar Di SD N Kartasura I. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 2, No.1, Juni 2009: Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Online 8 Juni 2013 (http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q= &esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&sqi= 2&ved=0CDYQFjAD&url=http%3A%2F%2 Ffk.ub.ac.id%2Fartikel%2Fid%2Ffiledownlo ad%2Fgizi%2FMARKUS%2520BAHABOL .pdf&ei=OATeUerbNsb_iAesuoGoAg&usg= AFQjCNGyT95M2nK9SKqzAlt7EaOgxHhX eA&bvm=bv.48705608,d.aGc) Kemenkes. 2010. Laporan Survei Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

DAFTAR PUSTAKA Chuluq A, Fadhilah E, Bahabol M. Hubungan Asupan Makan dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar (Studi Kasus Siswa SD Kelas V Kecamatan Dekai Suku Momuna kabupaten Yahukimo) Propinsi Papua. Program Studi Pendidikan Dokter FKUB, Program Studi Ilmu Gizi FKUB. Online 8 Juni 2013 (http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q= &esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&ved= 0CEwQFjAG&url=http%3A%2F%2Fpublika siilmiah.ums.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle% 2F123456789%2F2065%2F6.pdf%3Fsequen ce%3D1&ei=uwHeUZGyL86aiQfZvIHIDQ &usg=AFQjCNGifd_8lvbMOqv5lvO3v4tx_Bcwg&bvm=bv.48705608,d.aGc). Depkes. 2008. Laporan Survei Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Nasution M. 2003. Konsumsi Pangan Hewani Dan Status Gizi Siswa SD Negeri 105349, Lubuk Pakam-Deli Serdang. Jurnal Pendidikan Science, Vol.27 No.3, September 2003, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Medan. Online 8 Juni (http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q= &esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&ved= 0CFMQFjAH&url=http%3A%2F%2Fdigilib. unimed.ac.id%2Fpublic%2FUNIMEDJournal-21461pendidikan%2520science%2520vol%252027 %2520no%25203%2520sep%25202003M.% 2520Yusuf%2520Nasution.pdf&ei=uwHeUZ GyL86aiQfZvIHIDQ&usg=AFQjCNE4wfd9

7

8