1 PERSEPSI REMAJA GEMUK TERHADAP MAKANAN

Download faktor psikologis, yaitu makan berlebihan saat mengalami kecemasan dan depresi.Kegemukan yang ... pembentukan persepsi informan terhadap ma...

0 downloads 459 Views 194KB Size
PERSEPSI REMAJA GEMUK TERHADAP MAKANAN Perception of Overweight Teenager about Food Sitti Annnisa Maharani H, Citrakesumasari, Burhanuddin Bahar Bagian Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin ([email protected] / 082115544413) ABSTRACT Salah satu faktor yang menyebabkan seorang remaja mengalami kegemukan dan obesitas adalah faktor psikologis, yaitu makan berlebihan saat mengalami kecemasan dan depresi.Kegemukan yang dialami oleh remaja memiliki efek jangka panjang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui proses pembentukan remaja gemuk terhadap makanan dan bentuk tubuhnya.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.dengan metode studi kasus. Informan dalam penelitian ini diambil secara sampling purposive, yaitu tiga orang remaja yang berstatus gizigemuk berdasarkan pengukuran antropometri. Pengumpulan data, melalui teknik wawancara mendalam dengan menggunakan panduan pertanyaan wawancara lalu diolah dengan memindahkan rekaman wawancara informan ke dalam transkrip wawancara. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini berbentuk deskripsi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Proses pembentukan persepsi informan terhadap makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Motivasi dan harapan informan; Orang-orang sekitar, berupa orang tua, guru, dokter, dan info dari internet; Pengalaman dan informasi dari lingkungan sekitar; dan Minat informan terhadap makanan kesukaan; Bentuk tubuh yang dimiliki oleh informan menimbulkan gangguan psikososial, berupa kepercayaan diri yang kurang dan ketidaksukaan terhadap bentuk tubuh; Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi informan adalah kegemukan yang telah dialami sejak SD, kebiasaan makan, dan keluarga; Makanan yang dikonsumsi oleh informan memiliki kandungan yang mempengaruhi suasana hati, yaitu phenyl ethylamine, kafein, theobromine karbohidrat tinggi, vitamin B12, dan protein. Disarankan kepada remaja untuk mengontrol pola konsumsi makanan dan memiliki pengetahuan mengenai efek jangka panjang yang ditimbulkan oleh kegemukan. Kata Kunci :Remaja, Kegemukan, Persepsi, Makanan

ABSTRACT One of the factor that cause a teenager experience overweight and obesity is psychological factor, i.e. excessive eat when experience anxiety and depression. Overweight that happen in teenager has long phase effect. The purpose of this research is to understand the establishment process at overweight teenager about food and their body. This research use qualitative approach with case study method. Informants in this research are taken by purposive sampling, i.e. three overweight teenager who are have nutrient status overweight based on antropometri measurement. Data collecting through deep interview technique and use guide interview then processed by displace interview recording of informants to interview transcript. Data analysis which is using in this research is description. The result of this research refer that the establishment process of informant’s perception about food are influenced by some factor, i.e. Informant’s motivation and hope; Parents, teacher, doctor, and information from internet; Experience and information from environment; and Informant’s interest about their favorite food; The factors which are influence informant’s nutrient status are overweight that happen from elementary school, food habit, and family; The foods which are consumed by the informants have contents that influence mood, i.e. phenyl ethylamine, caffeine, theobromine, high carbohydrate, vitamin B12, and protein.The suggestion for the teenagers to control their food consumption and have a knowledge about the long phase effect which are appeared by overweight. Keywords: Teenager, Overwieght, Perception, Food.

1

PENDAHULUAN Saat ini, obesitas (keadaan di mana terdapat kelebihan lemak dalam tubuh) menjadi salah satu masalah kesehatan global.Obesitas diklasifikasikan berdasarkan IMT menurut Asia Pasifik, yaitu Obese I dengan nilai IMT 25,0-29,9 (kg/m2) dan Obese II dengan nilai IMT ≥ 30,0 (kg/m2)1. Menurut badan kesehatan dunia (WHO) terdapat sekitar 400 juta remaja yang mengalami obesitas di seluruh dunia dan WHO memprediksikan pada tahun 2015, angka tersebut akan mengalami kenaikan sampai 700 juta remaja2. Obesitas pada anak dan remaja merupakan cikal bakal terjadinya penyakit degenerative kardiovaskuler, diabetes mellitus,danpenyakit degeneratif lainnyayangdapat timbulsebelum atausetelahmasadewasa. Selain masalah kesehatan, obesitas juga bisa memunculkan kondisi-kondisi psikologis pada remaja3.Ancaman obesitas di kalangan anak dan remaja juga melanda Indonesia.Hasil penelitian terhadap siswi SMA di Bandung yang menunjukkan prevalensi gizi lebih sebesar 14,7% responden4. Data Riskesdas mengemukakan bahwa di provinsi Jawa Barat, 8,5 % anak yang berusia 6-18 tahun termasuk golongan gemuk5. Obesitas yang dialami oleh remaja dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor psikologis.Proses peralihan yang sulit dari masa kanak-kanak ke masa dewasa menyebabkan remaja mengalami perasaan cemas, ketidakstabilan emosi, bimbang, dan mudah tersinggung6.Kondisi emosi yang tidak stabil menyebabkan individu cenderung untuk melakukan mekanisme pertahanan diri.Salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri yang dilakukan adalah mengkonsumsi makanan yang mengandung kalori dan kolesterol tinggi dalam jumlah yang berlebihan.Bagi individu yang mengalami kegemukan, khususnya remaja, makanan dipersepsikan sebagai alat untuk mengurangi kecemasan dan menstabilkan kondisi emosional7.Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor fungsional, seperti kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang disebut faktor-faktor personal8.Individu yang mengalami kegemukan cenderung mengkonsumsi makanan lebih banyak jika mengalami ketegangan atau kecemasan.Penderita obesitas mengkonsumsi makanan 5 kali lebih banyak pada saat depresi9. Beberapa penelitian menjelaskan mengenai comfort food, yaitu makanan yang menghasilkan rasa nyaman ketika dikonsumsi10.Penelitian yang dilakukan oleh Marcht, dkk memaparkan bahwa setelah mengkonsumsi cokelat, responden mengalami peningkatan suasana hati11.Hasil penelitian terhadap 79 orang anak menunjukkan bahwa anak-anak mengkonsumsi cokelat dalam jumlah yang banyak ketika mengalami kegembiraan dan kesedihan12. Jenis makanan yang dikonsumsi oleh remaja dalam jumlah yang berlebih juga menjadi faktor penyebab obesitas, salah satu jenis makanan tersebut adalah fast food. Di Indonesia, hasil penelitian 2

mengenai kebiasaan makan remaja di enam kota besar, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Denpasar memaparkan bahwa dari 518 remaja yang menjadi responden di kota Bandung, 48 orang (9,3%) mengkonsumsi fried chicken saat makan siang dan 43 orang (8,3%) mengkonsumsi fried chicken saat makan malam13. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif karena fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah persepsi remaja overweight terhadap makanan. Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Negeri di Bandung dan dilakukan selama 2 minggu. Pengambilan sampel dilakukan secara sampling purposive. Peneliti terlebih dahulu melakukan survei di salah satu SMP Negeri di kota Bandung untuk mencari siswi yang termasuk gemuk. Setelah itu, peneliti meminta kesediaan siswisiswi untuk dilakukan pengukuran antropometri dan hanya lima orang siswi yang bersedia untuk melakukan pengukuran antropometri. Dari pengukuran antropometri tersebut, peneliti mendapatkan tiga orang responden yang sesuai dengan kriteria, yaitu termasuk dalam golongan berat badan lebih.Proses pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dengan menggunakan panduan wawancara. Selain wawancara, peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi berupa informasi yang berasal dari rekaman suara responden.Pengolahan data dilakukan dengan memindahkan rekaman wawancara responden ke dalam transkrip wawancara lalu data disajikan dalam bentuk narasi dan bagan. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini berbentuk deskripsi dengan tahap-tahap analisis untuk metode studi kasus. HASIL Ketiga informan pada penelitian ini memiliki status gizi gemuk. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi ketiga informan.Faktor pertama adalah kegemukan yang telah dialami dari SD. Faktor kedua adalah kebiasaan makan informan.Faktor ketiga adalah keluarga.Kedua informan memiliki keluarga dengan status gizi gemuk, yaitu ibu, tante, dan sepupu.Ketiga informan mengkonsumsi makanan kesukaan setiap hari, berupa cokelat, susu, kentang goreng, burger, dan pizza karena memiliki rasa yang enak. Informan mengkonsumsi cokelat dan susu saat mengerjakan tugas. Hal tersebut membuat informan lebih mudah menyelesaikan tugas.Informan juga mengkonsumsi cokelat ketika bertengkar dengan pacar dan teman.Efek yang informan rasakan saat mengkonsumsi makanan yang disukai membuat informan mengkonsumsi makanan tersebut lebih sering dan dalam jumlah yang banyak.Selain itu, efek yang dirasakan saat mengkonsumsi makanan yang disukai juga membuat informan mempersepsikan makanan dapat memberikan ketenangan ketika mengalami masalah. 3

Informan memperoleh pengetahuan mengenai makanan dari orang tua, guru, dokter, dan info dari internet. Pengetahuan tersebut memiliki makna yang sama, sehingga informan mempersepsikan makanan sebagai suatu hal yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan. Informan juga memiliki pengalaman dengan seorang teman yang tidak bisa mengontrol porsi makanan yang dikonsumsi, sehingga mengalami kegemukan.Selain itu, informan juga mendapat informasi dari mahasiswa

kedokteran

yang pernah

mengadakan

penyuluhan

untuk

mengontrol

porsi

makanan.Pengalaman informan dan informasi yang didapakan membentuk suatu persepsi bahwa makanan bisa menyebabkan kegemukan jika porsi makanan yang dikonsumsi tidak dikontrol. Persepsi informan mengenai makanan yang bisa menyebabkan kegemukan, membuat informan berusaha membatasi porsi makanan yang dikonsumsi.Salah seorang informan juga memiliki ketakutan untuk makan. Walaupun informan berusaha membatasi porsi makanan, ia tidak mampu membatasi porsi cemilan dan cokelat saat informan mengalami stress. Informan juga mengkonsumsi cemilan sebagai pengganti makanan berat ketika ia merasa lapar. Bentuk tubuh informan yang tergolong gemuk membuat informan memiliki kepercayaan diri yang kurang dan ketidaksukaan terhadap bentuk tubuhnya.Walaupun informan memiliki kepercayaan diri yang kurang dan ketidaksukaan terhadap bentuk tubuhnya, informan tetap berusaha menerima bentuk tubuhnya karena mendapat dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan tiga faktor yang mempengaruhi status gizi gemuk pada informan, yaitu kegemukan yang telah dialami dari SD, kebiasaan makan, dan keluarga.Kegemukan pada masa anak-anak terjadi sejak anak tersebut berumur dua tahunsampai menginjak usia remaja dan secara bertahap akan terus mengalami kegemukansampai usia dewasa14. Keseimbangan energi di dalam tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor dari luar yang berkaitan dengan gaya hidup, seperti kebiasaan makan15. Selain itu, salah satu faktor yang mempengaruhi obesitas adalah genetik15(Gambar 1). Hasil dari penelitian ini adalah informan mengkonsumsi makanan setiap hari, seperti cokelat, susu, kentang goreng, burger, dan pizza karena memiliki rasa yang enak. Parker menjelaskan bahwa makanan yang banyak dikonsumsi dalam rangka mengubah suasana hati memiliki rasa yang lezat.Selain rasa yang enak, makanan tersebut dapat memberikan perasaan yang tenang ketika dikonsumsi16.Cokelat mengandung zat phenyl ethylamine yang berkaitan dengan salah satu bahan kimia yang dapat mempengaruhi suasana hati, yaitu endorphin.Endorphin menghasilkan suasana hati yang positif dan mengurangi stress17. Burger, kentang goreng, dan pizza termasuk jenis makanan yang tinggi karbohidrat.Makanan yang tinggi karbohidrat menyebabkan peningkatan produksi serotonin.Serotonin merupakan salah 4

satu bahan kimia yang mempengaruhi perubahan suasana hati.Tingkat serotonin yang tinggi berhubungan dengan perasaan gembira, meningkatkan ketenangan, dan relaksasi17.Amy Taylor mengemukakan bahwa serotonin juga diproduksi oleh jenis makanan yang mengandung vitamin B12, salah satunya adalah susu18. Informan mengkonsumsi cokelat dan susu saat mengerjakan tugas. Hal tersebut membuat informan lebih mudah menyelesaikan tugas.Smit, Gaffan, dan Rogers menjelaskan bahwa cokelat mengandung amino biogenic, yaitu kafein dan theobromine yang dapat meningkatkan fungsi kognitif16. Kandungan protein pada susu dapat meningkatkan produksi dopamine yang dapat meningkatkan konsentrasi17(Gambar 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan mengkonsumsi makanan kesukaan setiap hari, saat mengerjakan tugas, dan ketika sedang mengalami masalah, seperti bertengkar dengan pacar dan teman.Efek yang dialami oleh informan ketika mengkonsumsi makanan kesukaan adalah perasaan menjadi lebih tenang dan pengerjaan tugas mudah dilakukan.Taren dan Moris mengemukakan bahwa banyak individu mengkonsumsi cokelat untuk mengurangi suasana hati yang buruk16. Efek yang informan rasakan saat mengkonsumsi makanan yang disukai membuat informan mengkonsumsi makanan tersebut lebih sering dan dalam jumlah yang banyak.Persepsi individu bergantung pada hal-hal yang secara pribadi memiliki makna, dalam hal ini, kesukaan subjek terhadap jenis makanan tertentu membuat subjek mengkonsumsi dalam jumlah berlebih.Selain itu, efek yang dirasakan saat mengkonsumsi makanan yang disukai juga membuat informan mempersepsikan makanan dapat memberikan ketenangan ketika mengalami masalah19.Individu yang memiliki masalah cenderung menjadikan makanan sebagai pelarian untuk melampiaskan masalah yang dihadapi20.Levi, dkk menambahkan bahwa individu mengkonsumsi makanan didasari oleh beberapa kebutuhan, salah satunya adalah kebutuhan psikologis, berupa suasana hati21.Kebutuhan psikologis yang dialami oleh informan dalam mengkonsumsi jenis makanan tertentu merupakan faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi yang terbentuk8(Gambar 3). Informan memperoleh pengetahuan mengenai makanan dari keluarga, dokter, guru, dan info dari internet yang memiliki kemiripan, yaitu makanan merupakan suatu hal yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia.Kemiripan tersebut membuat informan mempersepsikan makanan sebagai suatu hal yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan.Salah satu strategi dalam proses pembentukan persepsi, yaitu strategi eksamplar yang menjelaskan bahwa konsep terbentuk dan diperoleh karena adanya contoh dan kemiripan22(Gambar 4). Persepsi seseorang bergantung pada beberapa hal, salah satunya adalah pengalaman19.Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan8.Informan memiliki pengalaman dengan seorang teman yang tidak bisa mengontrol porsi makanan yang dikonsumsi, sehingga mengalami 5

kegemukan.Selain itu, informan juga mendapat informasi dari mahasiswa kedokteran yang pernah mengadakan penyuluhan untuk mengontrol porsi makanan.Pengalaman informan dan informasi yang didapakan membentuk suatu persepsi bahwa makanan bisa menyebabkan kegemukan jika porsi makanan yang dikonsumsi tidak dikontrol(Gambar 5). Persepsi informan mengenai makanan yang bisa menyebabkan kegemukan, membuat informan berusaha membatasi porsi makanan yang dikonsumsi.Salah seorang informan juga memiliki ketakutan untuk makan. Ketakutan dan usaha tersebut merupakan hasil dari strategi bottom-up yang merupakan salah satu dari tiga cara dalam mempelajari konsep melalui pengalaman, yaitu memperluas pemakaian pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya22. Walaupun informan berusaha membatasi porsi makanan, ia tidak mampu membatasi porsi cemilan dan cokelat. Sasaran yang hendak dicapai menyebabkan individu memberikan penekanan pada halhal yang secara pribadi memiliki makna bagi individu tersebut19.Dalam hal ini, sasaran yang hendak dicapai oleh informan adalah suasana hati yang tenang setelah mengkonsumsi cemilan dan cokelat. Hal tersebut membuat informan memberikan penekanan bahwa ia tidak bisa membatasi cokelat dan cemilan yang dikonsumsi saat informan mengalami stress. Informan juga mengkonsumsi cemilan sebagai pengganti makanan berat ketika ia merasa lapar. Levi, dkk menjelaskan mengenai salah satu alasan seseorang mengkonsumsi suatu makanan, yaitu kebutuhan fisiologis, berupa rasa lapar21(Gambar 6). Bentuk tubuh informan yang tergolong gemuk membuat informan memiliki kepercayaan diri yang kurang dan ketidaksukaan terhadap bentuk tubuhnya.Beberapa dampak obesitas, salah satunya adalah gangguan psikososial, seperti rasa rendah diri23.Walaupun informan memiliki kepercayaan diri yang kurang dan ketidaksukaan terhadap bentuk tubuhnya, informan tetap berusaha menerima bentuk tubuhnya karena mendapat dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat.Havinghurst mengemukakan salah satu tugas perkembangan pada masa remaja adalah menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif24(Gambar 7). KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa Proses pembentukan persepsi informan terhadap makanan melalui empat tahap, yaitu proses penerimaan stimulus oleh alat indera; proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh alat indera melalui saraf-saraf sensoris; proses timbulnya kesadaran informan terhadap stimulus yang dipengaruhi oleh pengalaman, motivasi, minat, pengharapan, lingkungan sekitar, dan kebutuhan; dan yang diperoleh dari persepsi informan berupa tanggapan dan perilaku terhadap makanan. Proses pembentukan persepsi informan terhadap makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Motivasi dan harapan informan; Orang-orang sekitar; Pengalaman dan informasi dari lingkungan; 6

dan Minat informan terhadap makanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi informan adalah kegemukan yang telah dialami sejak SD, kebiasaan makan, dan keluarga; Bentuk tubuh yang dimiliki oleh informan menimbulkan gangguan psikososial; Makanan yang dikonsumsi oleh informan memiliki kandungan yang mempengaruhi suasana hati, yaitu phenyl ethylamine, kafein, theobromine, vitamin B12, dan protein. Saran peneliti adalah perlu dilakukan kontrol terhadap pola konsumsi makanan pada remaja.Remaja juga perlu memiliki pengetahuan mengenai kegemukan dan efek jangka panjangnya.Selain itu, dukungan kepada remaja yang menderita kegemukan sebaiknya dilakukan, sehingga remaja tersebut memiliki motivasi untuk mengatasi kegemukan yang diderita. DAFTAR PUSTAKA 1.

2. 3. 4.

5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

WHO. 2003. Diet, Nutrition, and The Prevention of Chronic Diseases. WHO Technical Report Series.Arbor Clinical Nutrition Update. 2007. Sweet Food and Mood. Clinical Nutrition Update, 28, 1-3. Hayati, F. 2010. Gambaran Pola Makan dan Persepsi Remaja Obesitas dan Overweight di SMP Negeri 2 Padang. Skripsi sarjana. Fakultas Kedokteran. Universitas Andalas, Padang. Subardja, D. 2004. Obesitas Primer pada Anak. Bandung: Kiblat. Lutfah, M. 2004. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Siap Saji Modern dengan Status Gizi pada Remaja SMA Terpilih di Kota Bandung Tahun 2004 (Studi Kasus di SMA Darul Hikam dan SMA Yayasan Atika Sunda). Skripsi Sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia, Depok. Riskesdas. 2010. Riset Kesehatan Dasar Laporan Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Dariyo. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia. Rakhmat, J. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Murphy, dkk. 2009. Obesity and Weight Gain in Relation to Depression: Findings from The Stirling Country Study. International Journal of Obesity, 33. 333-341. Wansink, B & Payne, C. 2007. Mood Self Verification Explain the Selection and Intake Frequency of Comfort Foods. Advances in Consumer Research, 34, 189-190. Arbor Clinical Nutrition Update. 2007. Sweet Food and Mood. Clinical Nutrition Update, 28, 1-3. Cin Cin Tan, Dolan, E.A, & Holub, S.C. 2012. Mood Induction: Effects on Children’s Eating Behavior. Centre of Children and Families. Moedjianto, dkk. 1994. Studi Faktor Pendukung dan Penghambat Perilaku Konsumsi Makanan Modern. Penelitian Puslitbang Gizi. Suyono. 1986. Hubungan Timbal Balik antara Kegemukan dengan Berbagai Penyakit. Jakarta: Fakultas Kedokteran. Soegih, dkk. 2009. Obesitas: Permasalahan dan Terapi Praktis. Jakarta: Sagung Seto. Wong & Lua. 2011. Chocolate: Food and Mood. Review. Centre of Clinical dan Quality of Life Studies. Deepika, B. 2012. Food and Mood. Journal of Advance in Developmental Research, 3, 73-75. Weill Cornell Medical College. 2010. A Food-Mood Connection: B Vitamins and Depression. Weill Cornell’s Food and Fitness Advisor. Davidoff, L.L. 1991. Psikologi Suatu Pengantar.Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. Mu’tadin, Z. 2002. Obesitas dan Faktor Penyebabnya. [online]. http://www.e-psikologi.com. [diakses 10 Agustus 2012]. 7

21. Purwaningrum, N.F. 2008. Hubungan antara Citra Raga dengan Perilaku Makan pada Remaja Putri. Skripsi Sarjana. Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah, Surakarta. 22. Atkinson, R.L, dkk. 2004. Pengantar Psikologi. Edisi kesebelas. Jakarta: Interaksara. 23. Nassar, S.S. 1995. Obesitas pada anak: Aspek Klinis dan Pencegahan. Jakarta: Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak. 24. Hurlock. E. 2006. Psikologi Perkembangan: Suatu Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. LAMPIRAN Gambar 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Informan Kegemukan yang telah dialami sejak SD Kebiasaan makan

Kegemukan

Keluarga Gambar 2. Kandungan Makanan yang Mempengaruhi Suasana Hati Phenyl ethylamine

Endorphin

Menghasilkan suasana hati yang positif dan mengurangi stress

Cokelat Kafein dan theobromine

Meningkatkan fungsi kognitif

Burger Pizza

Makanan tinggi karbohidrat Serotonin

Kentang goreng

Meningkatkan ketenangan dan relaksasi

Vitamin B12 Susu Protein

Meningkatkan konsentrasi

8

Gambar 3. Proses Pembentukan Persepsi Informan terhadap Makanan Kesukaan Masa remaja merupakan masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Kebutuhan psikologis berupa suasana hati, dalam mengkonsumsi jenis makanan tertentu

Konsumsi makanan kesukaan untuk mengurangi suasana hati yang buruk

Konsumsi makanan kesukaan untuk menyeimbangkan rendahnya tingkat serotonin dan endorphin

Suasana hati menjadi tenang

Konsumsi makanan kesukaan dalam jumlah berlebih

Makanan dapat memberikan ketenangan ketika mengalami masalah

Gambar 4. Proses Pembentukan Persepsi pada Informan yang Dipengaruhi oleh Pengetahuan Orang Tua Guru Dokter

Pengetahuan mengenai makanan

Makanan merupakan suatu hal yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan

Info dari internet Gambar 5. Pengaruh Pengalaman terhadap Proses Pembentukan Persepsi pada Informan Pengalaman dengan seorang teman yang tidak bisa mengontrol porsi makanan yang dikonsumsi, sehingga mengalami kegemukan Informasi dari mahasiswa kedokteran untuk mengontrol porsi makanan

Makanan dapat menyebabkan kegemukan jika porsi makanan yang dikonsumsi tidak dikontrol

9

Gambar 6. Dinamika Psikologis pada Informan Makanan bisa menyebabkan kegemukan

Ketakutan untuk makan

Sasaran yang hendak dicapai berupa suasana hati yang tenang

Membatasi porsi makanan

Tidak bisa membatasi cokelat dan cemilan yang dikonsumsi saat stress

Konsumsi cemilan sebagai pengganti makanan berat

Kebutuhan fisiologis, berupa rasa lapar

Gambar 7. Persepsi Informan terhadap Bentuk Tubuhnya Bentuk tubuh yang gemuk Gangguan psikososial pada penderita kegemukan

Kepercayaan diri kurang

Dukungan dari keluarga dan orang terdekat

Tidak menyukai bentuk tubuh

Berusaha menerima bentuk tubuhnya

Salah satu tugas perkembangan pada masa remaja

10

Gambar 8. Proses Pembentukan Persepsi Remaja Gemuk terhadap Makanan

11

12