1
KERENTANAN REMAJA TERHADAP DUGEM
Primastuti Murniningsih Hepi Wahyuningsih
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah kerentanan remaja terhadap dugem. Subjek dalam penelitian ini adalah lima orang mahasiswa yang mempunyai gaya hidup dugem. Karakteristik subjek sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dengan harapan individu yang sudah ditentukan bisa memberikan informasi mendalam yang dibutuhkan tentang tema yang diteliti. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Penelitian ini bersifat induktif yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Hasil analisis data yang diperoleh menunjukkan bahwa subjek 2, 3 dan 5 menjadikan dugem sebagai gaya hidup yang menyebabkan berbagai dampak negative dalam kehidupan subjek, terutama membuat kuliah subjek menjadi berantakan. Subjek 2, 3 dan 5 terlena dengan gaya hidup dugem dan melakukan berbagai perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam seperti minum alkohol dan seks bebas. Sedangkan subjek 1 dan 4 menjadikan dugem sebagai gaya hidup tetapi mempunyai kontrol diri dengan tidak minum alkohol dan seks bebas. Subjek 1 dan 4 ketika dugem hanya sekedar menikmati musik. Oleh sebab itu, dugem tidak menimbulkan dampak yang negatif pada kehidupan subjek 1 dan 4, terutama dalam bidang akademik. Kata kunci: Remaja, Dugem.
2
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak – anak dengan masa dewasa yang disertai banyak perubahan baik fisik, kognitif, maupun sosial (Feldman dkk dalam Yuniardi, 2006). Oleh karena itu, masa remaja dianggap sebagai masa yang paling rentan masalah. Sebagaimana Erikson dan Hurlock (Yuniardi, 2006) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa paling kritis dalam delapan tahap perkembangan manusia. Menurut Lisnawati (2007), dugem adalah gaya hidup yang sedang menjadi sebuah fenomena bagi remaja. Seorang yang ingin disebut ‘gaul’ dianggap ketinggalan jaman jika tidak pernah berkunjung ke tempat-tempat dugem. Kemudian mereka mencari hiburan yang artinya mencari teman kencan, melampiaskan nafsu sahwati, tampaknya ( www.pemerhatipatologisosial.com/31/10/2007 ). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi secara langsung, dugem merupakan gaya hidup moderen dalam menghabiskan sebagian waktu malam untuk berpesta pora dengan teman atau pasangannya yang dilakukan dengan berbagai suguhan menu makanan dan minuman berakohol dan sangat identik dengan ikhtilath atau pergaulan lawan jenis tanpa batas. Selain itu gaya hidup dugem identik dengan kehidupan glamour dengan menggunakan pakaian seksi yang memperlihatkan aurat
3
dan mereka melakukan dance atau tarian diatas dance floor atau lantai tari. Tidak hanya itu di dalam cafe atau diskotik disajikan berbagai tampilan seksi dancer diatas bar dengan baju yang sangat mini dan memperlihatkan auratnya. Tentu saja hal – hal diatas dapat mendatangkan syahwat dan maksiat sehingga dugem merupakan suatu gaya kehidupan yang sangat bertentangan dengan nilai – nilai dan ajaran Islam. Selain itu, bedasarkan wawancara dan observasi secara langsung, ternyata tidak semua remaja yang mengunjungi tempat dugem mengkonsumsi alkohol hingga melakukan pergaulan bebas. Ada beberapa remaja yang datang hanya untuk sekedar mencari hiburan dan menikmati musik. Beberapa remaja diantaranya tersebut juga tidak melalaikan tugas mereka sebagai seorang mahasiswa atau pelajar yang terlena dengan kehidupan malam atau dugem sehingga kuliah mereka menjadi terbengkalai. Berdasarkan beberapa kasus yang diungkapkan di atas dapat dilihat bahwa dugem adalah gaya hidup remaja dalam berkelompok dengan teman sebaya. Pengaruh teman sebaya ini sangat mewarnai remaja baik dalam sikap, minat penampilan maupun perilaku remaja. Oleh karena itulah peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan ini dengan judul “Kerentanan Remaja Terhadap Dugem”.
1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah kerentanan remaja terhadap dugem?
4
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan kajian pengetahuan dalam bidang psikologi pada umumnya dan khususnya psikologi islami dan psikologi perkembangan yang berkaitan dengan permasalahan dalam pergaulan remaja secara lebih mendalam, khususnya mengenai kenakalan remaja atau juvenil delinquency. 2. Manfaat praktis Diharapkan para remaja akan mampu memahami sejauh mana tingkat spiritualitasnya ketika mereka sudah terjebak dalam gaya hidup modern dugem sehingga mereka dapat melakukan instropeksi diri.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja 1. Pengertian Remaja Pada tahun 1974, WHO (Sarwono, 2002) memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kcriteria yaitu biologik, psikologik, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut: Remaja adalah suatu masa di mana: 1. Individu berkembang dari saat pertama kali dia menunjukkan tanda – tanda seksual sekundernya sampai saat dia mencapai kematangan seksual. 2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari anak – anak menjadi dewasa. 3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
2. Aspek – aspek Perkembangan Sosialisasi Remaja Menurut Santrock (Suwarti, 2006), ada beberapa aspek yang berperan dalam perkembangan sosialisasi remaja, yaitu: 1. Keluarga
6
2. Teman sebaya (peer) 3. Kelompok formal dan informal 4. Hubungan heteroseksual
3. Faktor – faktor Pernyebab Remaja Melakukan Tindakan Penyimpangan Menurut Hurlock (Wahyuningtyastuti, 2004), faktor – faktor yang mempengaruhi remaja melakukan tindakan penyimpangan adalah sebagai berikut: 1. Pertambahan penduduk yang berlangsung sangat cepat dan tidak mampu menyediakan prasarana – prasarana yang memadai untuk hidup nyaman, menyebabkan remaja tertekan secara psikis yang kemudian menyelut gelembung emosional sehingga menimbulkan tingkahlaku agresif. 2. Ketimpangan kaya dan miskin pada masyarakat, menyebabkan kondisi e konomi masyarakat ada kecemburuan sosial yang sangat tajam, sehingga menyebabkan sikap antipati kalangan miskin terhadap golongan kaya. 3. Memudarnya semangat sosial di wilayah perkotaan, menyebabkan semakin suburnya individualitas warga perkotaan daat menimbulkan persaingan antar daerah. 4. Pengaruh tayangan audiovisual televisi atau layar lebar yang sarat adegan kekerasan dan kaya – kaya trik – trik kriminal.
7
5. Gagalnya pengembangan disiplin yang dikembangkan di keluarga, sekolah maupun masyarakat. 6. Retaknya keharmonisan keluarga
B. Dugem 1. Dugem Dugem adalah kebiasaan sebagian besar orang yang gemar menghabiskan waktu malamnya untuk berpestapora dengan teman atau pasangannya yang dilakukan dengan berbagai suguhan menu makanan dan minuman berakohol dan sangat identik dengan ikhtilath atau pergaulan lawan jenis tanpa batas (Hidayah, 31/10/2007). Kehidupan yang hangar bingar itu tidak hanya di kota besar saja, tapi kota kecil juga, dan telah menjadi gaya hidup manusia modern. Dugem merujuk pada suatu dunia malam yang bernuansa kebebasan, ekspresif,
modern,
teknologis,
konsumeristik
dan
metropolis
yang
menjanjikan segala bentuk kegembiraan sesaat (Perdana, 2003).
2. Faktor – fator yang Menyebabkan Dugem Menurut Gerungan (Perdana, 2003), faktor utama yang menyebabkan remaja dugem adalah kaum remaja yang memiliki status ekonomi yang cukup baik. Hal ini terlihat dari kebutuhan – kebutuhan materal (finansial) yang
8
menopang aktifitas dugem yang jelas membutuhkan dana yang besar. Mulai dari kebutuhan kostum, properti, kendaraan hingga perangkat di dugem itu sendiri seperti minuman keras atau narkoba.
C. Pertanyaan Penelitian Bagaimanakah kerentanan remaja terhadap dugem?
9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
B. Fokus Penelitian Fokus dalam penelitian ini adalah kerentanan remaja yang mempunyai gaya hidup dugem.
C. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif yang bertujuan untuk memahami secara mendalam obyek dari penelitian ini. Menurut Sarantakos (Poerwandari, 2005) penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkrip wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan lain sebagainya.
D. Kredibilitas Penelitian Kredibilitas menjadi istilah yang sangat penting menyangkut kualitas penelitian kualitatif. Kredibilitas studi kualitatif
terletak pada kebehasilannya
mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial, atau pola interaksi yang kompleks (Poerwandari, 2005). Dalam penelitian kali ini peneliti melakukan cross check ke lapangan yang tujuannya untuk mencocokkan data seta informasi dari data subyek atas hasil
10
wawancara yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian dari tema yang diperoleh dari hasil wawancara selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen pembimbing yang dimaksudkan agar penelitian benar – benar akurat.
E. Subyek Penelitian Karakteristik subyek penelitian sampling yang digunakan adalah purposive sampling. dengan harapan individu yang sudah ditentukan bisa memberikan informasi mendalam yang dibutuhkan tentang situasi sosial yang akan diteliti sehingga diperoleh kualitas data yang optimal. Dalam penelitian ini subyek utama adalah remaja yang berperan dan bersatus sebagai mahasiswa yang sering mengunjungi club malam atau mempunyai gaya hidup dugem minimal satu minggu sekali dan beragama Islam. Dalam penelitian kali ini peneliti akan berusaha sebaik mungkin dalam menjalin komunikasi seara langsung dengan melakukan wawancara dengan subyek yaitu remaja yang sering mengunjungi club malam.
F. Metode Pengumpulan Data Pada penelitian kualitatif yang sifatnya fleksibel ini, instumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, oleh karena itu peneliti berusaha menggali secara mendalam untuk mendapatkan data yang akurat.
11
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan sumber primer dan tidak menutup kemungkinan untuk mengunakan sumber sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, jika memungkinkan juga menggunakan dokumentasi. Alasan menggunakan wawancara mendalam dalam penelitian ini adalah untuk meminimalisir terlewatnya hal – hal penting yang akan ditanyakan kepada subyek dan tidak ada hal – hal yang terlewatkan atau keluar dari tujuan penelitian. Dalam penelitian kali ini, peneliti akan mengajukan beberapa panduan dalam wawancara (guide interview), yaitu: 1. Mengapa diri remaja menyukai dugem? 2. Apa yang diri remaja rasakan ketika dugem dan setelah dugem? 3. Apa saja yang diri remaja lakukan ketika dugem? 4. Bagaimana pandangan diri remaja mengenai dugem?
G. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dengan mengikuti konsep Miles and Huberman (1992). Miles and Huberman (Sari, 2007) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas. Adapun aktifitas dalam meneliti situasi sosial yang terjadi ini peneliti akan menggunakan metode analisis data model Miles and
12
Huberman (Sari, 2007), yaitu dengan reduksi data (Reducton data) yaitu memilih hal – hal pokok apa saja yang penting dalam proses pengumpulan data, selanjutnya adalah penyajian data (Display data) yaitu uraian singkat yang bersifat naratif dan yang terakhir adalah verifikasi (Conclusion drawing) yaitu penarikan kesimpulan yang dapat menjadi sebuah hipotesis. Penelitian ini bersifat induktif yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.
13
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini menggunakan responden mahasiswa yang tergabung dalam komunitas cluber
dan berdomisili di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
Resonden penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah komunitas cluber dari salah satu café terkenal di Yogyakarta.
2. Persiapan a. Persiapan Administrasi Penelitian ini dilakukan dengan melakukan perjanjian tertulis dengan materai antara subjek penelitian dengan peneliti yang berisi bahwa peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas subjek penelitian. Surat perjanjian tersebut dimiliki oleh peneliti dan masing – masing subjek penelitian. Sehingga peneliti bertanggung jawab atas kerahasiaan identitas subjek dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. b. Persiapan Pengumpulan Data Dalam poses wawancara ini agar mudah untuk memperoleh data seta informasi dari subjek maka peneliti membuat pedoman wawancara sebagai
14
gambaran umum untuk melontarkan petanyaan kepada subjek. Hal ini untuk lebih mempermudah peneliti untuk memperoleh informasi.
B. Laporan Pelaksanaan 1. Wawancara Proses wawancara diawali dengan rapport, yaitu untuk membangun kedekatan antara subjek dengan peneliti. Proses wawancara tidak banyak mengalami hambatan kaena subyek dapat dengan baik menjawab pertanyaan – ertanyaan yang diajukan. Proses wawancara ini dilakukan menggunakan alat perekam yang sebelumnya sudah meminta ijin kepada subjek. Wawancara dilaksanakan dari tanggal 10 Desember 2007 sampai dengan 7 February 2008 dengan saudara AP, RT, TF, DR dan YD. Kelima orang subjek yang diwawancara adalah mahasiswa yang tergabung dalam komunitas cluber di salah satu café terkenal di Yogyakarta.
C. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil Wawancara Mendalam dengan Subjek Berikut ini adalah hasil wawancara yang telah dilakukan dengan menggunakan panduan pertanyaan yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil wawancara, di dapat informasi bahwa kelima orang subjek menyukai dugem karena ingin menghibur diri dan menghilangkan rasa
15
jenuh. Subjek AP dan DR menyukai dugem karena tidak tertarik dengan kegiatan lain dan hanya bergaul dengan teman – teman sebaya yang sebagian besar menyukai dugem. Subjek AP dan DR merasa setelah mengenal dugem prestasi kuliahnya menjadi meningkat sehingga dugem bagi subjek AP dan DR merupakan hiburan yang dapat meningkatkan motivasi belajar karena setelah dugem, subjek AP dan DR merasa terhibur dan menjadi bersemangat dalam mengerjakan tugas kuliah dan belajar. Subjek RT menyukai dugem selain untuk menghibur diri, yaitu untuk mencari penghasilan karena RT bekerja sebagai seksi dancer di tempat dugem. Subjek TF dan YD menyukai dugem karena menyukai alkohol dan suasana di tempat dugem. Selain itu subjek TF dan YD bergaul dengan teman sebaya yang sebagian besar pemabok dan menyukai dugem. Dugem sudah menjadi kebiasaan bagi subjek RT, TF dan YD yang menimbulkan berbagai dampak negatif, salah satunya kuliah subjek RT, TF dan YD menjadi berantakan. Bahkan YD berniat akan menyelasaikan kuliah dengan cara illegal yaitu membeli ijazah. YD merasa malas dan tidak mampu meanjutkan kuliah. YD telah cuti kuliah selama dua semester karena dugem.
D. PEMBAHASAN Bedasarkan penjelasan di atas, bahwa kerentanan remaja terhadap dugem pada subjek RT, TF dan YD dapat dijelaskan dalam bagan berikut ini:
16
Ingin bersenangsenang
Kurang perhatian dari orang tua
Tidak pernah shalat
Tidak mempunyai kontrol diri dengan iman
Ingin mencari kenalan
Ingin mengkonsumsi alkohol
Jalan pikiran yang sempit
Perilaku di tempat Dugem : - Minum alkohol - seks bebas
Kuliah berantakan Kecanduan alkohol
Ingin hidup bebas
Hidup boros
Bagan 1. Kerentanan pada remaja terhadap Dugem pada subjek 2, 3 dan 5. Bagan 1 menjelaskan bagaimana bagaimana realitas dugem pada kelompok remaja ini mempunyai berbagai dampak yang negatif. Pada kelompok remaja ini, menjadikan dugem sebagai kebiasaan untuk mabok – mabokan, mencari kenalan, bahkan seks bebas sudah menjadi hal yang sangat biasa sehingga norma – norma agama dan etika masyarakat sudah tidak diperhitungkan lagi. Kerentanan terhadap dugem pada subjek AP dan DR dapat dijelaskan dalam bagan berikut ini: Merasa Kesepian
Shalat
Mempunyai kontrol diri dengan iman
Merasa jenuh dengan aktifitas kuliah. Lingkup pergaulan yang terbatas
Perilaku di tempat dugem : - Hanya menikmati musik
17
Ingin berkumpul bersama teman-teman Butuh Hiburan
Bagan 2. Kerentanan pada Remaja yang Mempunyai gaya hidup Dugem pada subjek 1dan 4. Bagan 2 menjelaskan bagaimana realitas dugem pada satu kelompok ini berbeda dengan kelompok yang sebelumnya. Banyak orang yang pergi ke tempat dugem dengan tujuan yang berbeda – beda. Ada yang memang ingin sekedar mencari hiburan dengan menikmati suasana, banyak juga yang ingin mencari kenalan baru atau bahkan ada yang melakukan tindakan negatif seperti mabok – mabokan dan mengkonsumsi narkoba. Pada kelompok ini, menjadikan dugem sebagai gaya hidup tanpa melakukan berbagai tindakan yang menyimpang di tempat dugem seperti mengkonsumsi alkohol, narkoba dan seks bebas.
18
BAB V PENUTUP
E. Kesimpulan Berdasarkan hal – hal yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menghasilkan 24 kategori untuk subjek 2, 3 dan 5 yaitu tingkat keimanan ayah yang rendah, merasa tertekan menghadapi masalah, kepercayaan terhadap kebesaran Tuhan, keyakinan terhadap ajaran Islam, merasakan arti penting shalat, belum bisa menjalankan ajaran Islam, tidak pernah shalat, berbuat dosa, menilai mabok, dugem, menjadi seksi dancer sebagai hal yang wajar, menjadikan dugem sebagai hiburan, berperilaku yang menyimpang dari ajaran agama di tempat dugem, keinginan untuk hidup bersenang – senang, belum ada niat untuk berubah menjadi lebih baik, kurangnya perhatian dari orang tua, awal mengenal alkohol dan dugem, membantu kesulitan yang dialami orang lain, menyadari telah dianggap sebagai cewek nakal oleh orang lain, menggunakan materi untuk bersenang – senang, keinginan mempunyai pacar yang bisa merubah subjek menjadi lebih baik, menyadari kondisi pergaulan yang banyak menyimpang dari agama, ketidakpedulian terhadap kondisi pergaulan bebas, keinginan untuk selalu bersama keluarga, kuliah menjadi terbengkelai akibat hidup, hubungan dengan pacar.
dugem, tidak ada usaha untuk mewujudkan tujuan
19
Sedangkan untuk subjek 1 dan 4, penelitian ini menghasilkan 16 kategori yaitu merasa menjadi orang yang beriman karena menunaikan shalat, keinginan untuk bertaqwa kepada Tuhan, berusaha mendapatkan prestasi yang baik dalam kuliah, prestasi yang baik dalam kuliah, akan berhenti dugem setelah mendapat gelar sarjana, memandang positif diri sendiri, keinginan membanggakan orang tua dengan prestasi kuliah, merasa mempunyai kontrol diri dalam bergaul, tidak pernah minum alkohol ketika dugem, dugem sebagai hiburan, orang tua mengijinkan dugem karena prestasi baik subjek dalam kuliah, menggunakan materi secara tepat guna, keinginan untuk membantu kesulitan orang lain, menyadari kondisi pergaulan yang banyak menyimpang dari agama, kepedulian terhadap kondisi pergaulan bebas.
F. Saran – saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat peneliti berkaitan dengan proses dan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Saran – saran tersebut antara lain: 1. Bagi subjek penelitian Subjek penelitian diharapkan mampu memperluas pergaulan dengan cara bergaul pada kelompok remaja yang mempunyai berbagai kegiatan yang positif, bermanfaat dan tidak melanggar syariah Islam. Sehingga ketika subjek merasa jenuh dan membutuhkan hiburan, maka dapat menghindari kegiatan dugem dan mengalihkannya pada berbagai kegiatan yang lebih bermanfaat dan tidak
20
menyimpang dari etika masyarakat. 2. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya jika tertarik untuk melakukan penelitian dengan fenomena yang serupa mungkin dapat mempertimbangkan tema lain yang berpengaruh dengan remaja yang mempunyai gaya hidup dugem yang sekiranya dapat menunjang penelitian ini.
21
DAFTAR PUSTAKA Alsa, A. 2003. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Basri, H. 1995. Remaja Berkualitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Buseri, K. 2006. Peran Spiritualitas (Agama) Dalam Penyelenggaraan Kepemimpinan. Seminar dan Orasi Ilmiah. Banjarmasin: STIA Bina Banua Banjarmasin. Cantillon, D. 2006. Community Social Organization, Parents, And Peers As Mediator Of Perceived Neighborhood Block Characteristics On Delinquent And Prosocial Activities. American Journal Of Community Psychology, Vol 37 Chaney, D. 1996. Lifestyles. Bandung: Jalasutra. Dahlan, D. 2000. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Penerbit Graha Indonesia. Delaney, C. 2005. The Spirituality Scale: Development and Psychometric Testing of a Holistic Instrument to Asses the Human Spiritual Dimension. Journal Of Holistic Nursing: Western State University. Fadhullah, H. M. 1995. Islam dan Logika Kekuatan: Bandung: Penerbit Mizan. Ferrer. 2001. Introduction, Aims and Rationale: Spirituality, religion and spiritual intelligence. American Behavioral Scientist. London: University Of Akron. Gatra Online.2007. Kenakalan Remaja. Diambil dari http://www.yahoo.com.htm pada 23/01/2007 Hidayat, K. 2006. Psikologi Beragama: PT. Mizan. Hossein, S. 2002. Ensiklopedia Tematis Spiritualitas Islam. Bandung: Penerbit Mizan. Kaut, P. K. 2002. Religion, Spirituality, and Existentialism Near the End of Life. American Behavioral Scientist. London: University Of Akron.
22
Liza. 2007. Psikologi Agama Definisi Dan Arti. Tugas Mata Kuliah Psikologi Agama. Cirebon: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Cirebon. Luskin, F. 2004. Kiat Menjadi Remaja Sukses. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Masngudin. 2007. Kenakalan Remaja Sebagai Perilaku Menyimpang Hubungannya Dengan Keberfungsian Sosial Keluarga. Diambil dari http://www.google.com/kenakalan%20Remaja%Sebagai%20Perilaku%20Me nyimpang.htm pada 2/18/2007 Monks, F. J. 2002. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Poerwandari, K. 2005. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3). Rumini, S. & Sundari, S. 2004. Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta. Santrock, J. W. 2003. Adolescense. New York: McGraw Hill. Sari, P. D. 2007. Kebermaknaan Hidup Pada Istri Yang Suaminya Berselingkuh. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas apsikologi Universitas Islam Indonesia. Sarwono, W.S. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Shears, K & Furman, R. 2005. Eximining Interpersonal Relationship Predicyors Of Delinquency Across Ethnic And Racial Samples. Child and Adolescent Social Work Journal, Vol 22, 3 -4.
Sulistyanngsih, W. 2004. Samadhi Sebagai Wahana Untuk Mencapai Ketenangan Hidup. Karya Ilmiah. Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Suwarti. 2006. Sosialisasi: Suatu Tahapan Penting Dalam Perkembangan Sosial Remaja. Psycho Idea. Purwokerto: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Smith, W. D. 1994. Theory Of Spirituality. Journal Of Holistic Nursing. Portland:
23
University Of Southern Maine School Of Nursing Maine School Of Nursing. Perdana, A. G. 2003. Ekspresi Cinta, Seks dan Jati Diri Dugem.
Thoresen, E. C. 1999. Spirituality and Health. Journal Of Health Psychology. London: Standford University. Wahyuningtyastuti, H. 2004. Keterkaitan Antara Kebiasaan Anak Menonton Film – film Keras di Media Televisi dengan Kenakalan Anak. Media Informasi Penelitian. Wirawan, S. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Yuniardi, S. 2006. Persepsi Remaja Laki – Laki Dengan Perilaku Anti Sosial Terhadap Peran Ayah Dalam Keluarga: Penerapan Nilai Kearifan Lokal dalam Intervensi Permasalahan Keluarga. Temu Ilmiah Nasional IPPI V. _____. 2007. Gaya Hidup Clubbing. http://www.republikaonline.com. _____. 2007. Gaya Hidup Remaja Dengan Dugem. http://www.pemerhatipatologisosial.com. _____. 2007. Gaya Hidup Masyarakat Moderen. http://www.banjarmasinpost.com. _____. 2005. Spiritualitas Dalam Psikologi. http://www.ham.go.id. _____. 2007. Zina Dan Ganjarannya. http://www.hidayah.com.