PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/40/PBI/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMROSESAN TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
Menimbang
: a.
bahwa perkembangan teknologi dan sistem informasi terus melahirkan berbagai inovasi, khususnya yang berkaitan dengan financial technology (fintech) dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, termasuk di bidang
jasa
instrumen,
sistem
pembayaran,
penyelenggara,
baik
dari
mekanisme,
infrastruktur penyelenggaraan
sisi
maupun
pemrosesan
transaksi
pembayaran; b.
bahwa
inovasi
transaksi
dalam
pembayaran
penyelenggaraan perlu
tetap
pemrosesan mendukung
terciptanya sistem pembayaran yang lancar, aman, efisien, dan andal, sehingga diperlukan pengaturan terhadap penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk melengkapi
ketentuan
yang
sudah
ada
dengan
mengedepankan pemenuhan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang memadai, serta dengan tetap memperhatikan perluasan akses, kepentingan nasional dan perlindungan konsumen, termasuk standar dan praktik internasional;
-2-
c.
bahwa dalam rangka meningkatkan ketahanan dan daya saing
industri
Indonesia antara
sistem
pembayaran
nasional,
Bank
perlu mendorong peran pelaku domestik
lain
melalui
penataan
struktur
kepemilikan
penyelenggara jasa sistem pembayaran; d.
bahwa
pengaturan
mengenai
penyelenggaraan
jasa
sistem pembayaran dalam ketentuan saat ini, perlu terus dilengkapi dan dirumuskan secara lebih komprehensif untuk memberikan arah dan pedoman yang semakin jelas kepada penyelenggara jasa sistem pembayaran dan penyelenggara penunjang transaksi pembayaran, serta kepada masyarakat; e.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan
Peraturan
Bank
Indonesia
tentang
Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran; Mengingat
: 1.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor
3843)
sebagaimana
telah
diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang (Lembaran Nomor
7,
Negara
Republik
Tambahan
Indonesia
Lembaran
Tahun
Negara
2009
Republik
Indonesia Nomor 4962); 2.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843);
3.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
39,
Tambahan
Indonesia Nomor 5204);
Lembaran
Negara
Republik
-3-
MEMUTUSKAN: Menetapkan
: PERATURAN
BANK
INDONESIA
PENYELENGGARAAN
PEMROSESAN
TENTANG TRANSAKSI
PEMBAYARAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan: 1.
Bank
adalah
bank
sebagaimana
dimaksud
dalam
undang-undang yang mengatur mengenai perbankan dan bank syariah sebagaimana dimaksud dalam undangundang yang mengatur mengenai perbankan syariah. 2.
Lembaga Selain Bank adalah badan usaha bukan Bank yang berbadan hukum dan didirikan berdasarkan hukum Indonesia.
3.
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang menyelenggarakan kegiatan jasa sistem pembayaran.
4.
Penyelenggara Penunjang Transaksi Pembayaran yang selanjutnya disebut Penyelenggara Penunjang adalah pihak yang menyediakan layanan kepada Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran dalam rangka menunjang penyelenggaraan kegiatan jasa sistem pembayaran.
5.
Switching adalah infrastruktur yang berfungsi sebagai pusat dan/atau penghubung penerusan data transaksi pembayaran melalui jaringan yang menggunakan alat pembayaran
dengan
menggunakan
kartu,
uang
elektronik, dan/atau transfer dana. 6.
Payment
Gateway
adalah
layanan
elektronik
yang
memungkinkan pedagang untuk memproses transaksi pembayaran
dengan menggunakan
alat pembayaran
dengan menggunakan kartu, uang elektronik, dan/atau Proprietary Channel.
-4-
7.
Dompet Elektronik (Electronic Wallet) yang selanjutnya disebut Dompet Elektronik adalah layanan elektronik untuk menyimpan data instrumen pembayaran antara lain
alat
pembayaran
dengan
menggunakan
kartu
dan/atau uang elektronik, yang dapat juga menampung dana, untuk melakukan pembayaran. 8.
Proprietary Channel adalah kanal pembayaran yang dikembangkan dan dimiliki oleh Bank secara eksklusif untuk kepentingan nasabah sendiri yang antara lain menggunakan teknologi berbasis short message service, mobile, web, subscriber identity module tool kit, dan/atau unstructured supplementary service data.
9.
Penyelenggara Switching adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang menyelenggarakan kegiatan Switching.
10. Penyelenggara Payment Gateway adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang menyelenggarakan kegiatan Payment Gateway. 11. Penyelenggara Dompet Elektronik adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang menyelenggarakan Dompet Elektronik. 12. Prinsipal adalah prinsipal sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai alat pembayaran dengan menggunakan kartu dan ketentuan Bank
Indonesia
yang
mengatur
mengenai
uang
elektronik. 13. Penerbit adalah penerbit sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai alat pembayaran dengan menggunakan kartu dan ketentuan Bank
Indonesia
yang
mengatur
mengenai
uang
elektronik. 14. Acquirer adalah acquirer sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai alat pembayaran dengan menggunakan kartu dan ketentuan Bank
Indonesia
elektronik.
yang
mengatur
mengenai
uang
-5-
15. Penyelenggara
Kliring
adalah
penyelenggara
kliring
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur
mengenai
alat
pembayaran
dengan
menggunakan kartu dan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai uang elektronik. 16. Penyelenggara Penyelesaian Akhir adalah penyelenggara penyelesaian
akhir
sebagaimana
dimaksud
dalam
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai alat pembayaran dengan menggunakan kartu dan ketentuan Bank
Indonesia
yang
mengatur
mengenai
uang
elektronik. 17. Penyelenggara
Transfer
Dana
adalah
penyelenggara
transfer dana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai transfer dana. BAB II PENYELENGGARA DALAM PEMROSESAN TRANSAKSI PEMBAYARAN Pasal 2 (1)
Pemrosesan
transaksi
Penyelenggara
Jasa
pembayaran Sistem
dilakukan
Pembayaran
oleh dan
Penyelenggara Penunjang. (2)
Pemrosesan
transaksi
pembayaran
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan: a.
pratransaksi;
b.
otorisasi;
c.
kliring;
d.
penyelesaian akhir (setelmen); dan
e.
pascatransaksi. Pasal 3
(1)
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) terdiri atas: a.
Prinsipal;
b.
Penyelenggara Switching;
c.
Penerbit;
-6-
d.
Acquirer;
e.
Penyelenggara Payment Gateway;
f.
Penyelenggara Kliring;
g.
Penyelenggara Penyelesaian Akhir;
h.
Penyelenggara Transfer Dana;
i.
Penyelenggara Dompet Elektronik; dan
j.
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
(2)
Acquirer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan
Penyelenggara
dimaksud
pada
Payment ayat
(1)
Gateway huruf
e
sebagaimana merupakan
penyelenggara yang termasuk dalam kategori merchant acquiring services. (3)
Penyelenggara Penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2
ayat
(1)
merupakan
perusahaan
yang
menyelenggarakan kegiatan antara lain: a.
pencetakan kartu;
b.
personalisasi pembayaran;
c.
penyediaan pusat data (data center) dan/atau pusat pemulihan bencana (disaster recovery center);
d.
penyediaan terminal;
e.
penyediaan fitur keamanan instrumen pembayaran dan/atau transaksi pembayaran;
f.
penyediaan
teknologi
pendukung
transaksi
nirkontak (contactless); dan/atau g.
penyediaan penerusan (routing) data pendukung pemrosesan transaksi pembayaran.
(4)
Ketentuan lebih lanjut mengenai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Penyelenggara Penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
-7-
BAB III PERIZINAN DAN PERSETUJUAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMROSESAN TRANSAKSI PEMBAYARAN Bagian Kesatu Umum Pasal 4 (1)
Setiap pihak yang bertindak sebagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Bank Indonesia.
(2)
Pihak yang telah memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan akan melakukan: a.
pengembangan kegiatan jasa sistem pembayaran;
b.
pengembangan produk dan aktivitas jasa sistem pembayaran; dan/atau
c.
kerja sama dengan pihak lain,
wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia. Bagian Kedua Perizinan Pasal 5 (1)
Pihak
yang
mengajukan
izin
untuk
menjadi
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran harus memenuhi persyaratan: a.
umum; dan
b.
aspek kelayakan sebagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran.
(2)
Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pihak yang mengajukan izin untuk menjadi Prinsipal, Kliring,
Penyelenggara
dan/atau
Switching,
Penyelenggara
Penyelenggara
Penyelesaian
Akhir
-8-
harus berbentuk perseroan terbatas yang paling sedikit 80% (delapan puluh persen) sahamnya dimiliki oleh:
(3)
a.
warga negara Indonesia; dan/atau
b.
badan hukum Indonesia.
Dalam hal terdapat kepemilikan asing pada Prinsipal, Penyelenggara
Switching,
Penyelenggara
Kliring,
dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka perhitungan jumlah kepemilikan asing tersebut meliputi kepemilikan secara langsung dan kepemilikan secara tidak langsung. (4)
Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang telah memperoleh
izin
Switching,
sebagai
Prinsipal,
Penyelenggara
Penyelenggara
Kliring,
dan/atau
Penyelenggara Penyelesaian Akhir wajib tetap memenuhi persentase kepemilikan saham sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Pasal 6 (1)
Pihak
yang
mengajukan
izin
untuk
menjadi
Penyelenggara Switching atau Penyelenggara Payment Gateway harus berupa:
(2)
a.
Bank; atau
b.
Lembaga Selain Bank.
Lembaga Selain Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf
b
berbentuk
perseroan
terbatas
yang
melakukan kegiatan usaha di bidang teknologi informasi dan/atau sistem pembayaran. Pasal 7 (1)
Pihak
yang
mengajukan
izin
untuk
menjadi
Penyelenggara Dompet Elektronik harus berupa:
(2)
a.
Bank; atau
b.
Lembaga Selain Bank.
Lembaga Selain Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berbentuk perseroan terbatas.
-9-
Pasal 8 Kewajiban memperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) berlaku bagi Bank atau Lembaga Selain Bank sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
7
ayat
(1)
yang
menyelenggarakan Dompet Elektronik dengan pengguna aktif telah mencapai atau direncanakan akan mencapai jumlah paling sedikit 300.000 (tiga ratus ribu) pengguna. Pasal 9 (1)
Pihak
yang
akan
menjadi
Penyelenggara
Switching
dan/atau Penyelenggara Payment Gateway sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal
6
dan/atau
Penyelenggara
Dompet Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, harus memenuhi persyaratan aspek kelayakan sebagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran yang meliputi:
(2)
a.
legalitas dan profil perusahaan;
b.
hukum;
c.
kesiapan operasional;
d.
keamanan dan keandalan sistem;
e.
kelayakan bisnis;
f.
kecukupan manajemen risiko; dan
g.
perlindungan konsumen.
Bagi pihak yang akan mengajukan izin untuk menjadi Penyelenggara
Dompet
Elektronik
yang
dapat
juga
menampung dana maka pemenuhan persyaratan: a.
kecukupan
manajemen
risiko
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f; dan b.
perlindungan
konsumen
sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) huruf g, harus
mencakup
pula
manajemen
risiko
dan
perlindungan konsumen terkait pengelolaan dana yang ditampung dalam Dompet Elektronik. (3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemenuhan persyaratan sebagai
Penyelenggara
Jasa
Sistem
Pembayaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
- 10 -
Pasal 10 (1)
Persyaratan dan tata cara memperoleh izin sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan Penyelenggara
Penyelesaian
Akhir
mengacu
pada
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai alat pembayaran dengan menggunakan kartu atau ketentuan Bank
Indonesia
yang
mengatur
mengenai
uang
elektronik. (2)
Persyaratan dan tata cara memperoleh izin sebagai Penyelenggara Transfer Dana mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai transfer dana. Bagian Ketiga Persetujuan Pasal 11
(1)
Persetujuan untuk pengembangan kegiatan jasa sistem pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a meliputi: a.
penyelenggaraan Payment Gateway yang dilakukan oleh Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran yang telah memperoleh izin sebagai Penerbit dan/atau Acquirer;
b.
penyelenggaraan Dompet Elektronik yang dilakukan oleh Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran sebagai berikut: 1.
Bank; atau
2.
Lembaga Selain Bank yang telah memperoleh izin sebagai Penerbit uang elektronik; dan/atau
c.
penyelenggaraan Proprietary Channel yang dilakukan oleh Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran berupa Bank.
(2)
Persetujuan untuk pengembangan produk dan aktivitas jasa sistem pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b meliputi pengembangan fitur, jenis, layanan, dan/atau fasilitas dari produk dan/atau aktivitas jasa sistem pembayaran yang telah berjalan.
- 11 -
(3)
Persetujuan untuk melakukan kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c meliputi: a.
kerja sama dengan Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran lain; dan/atau
b. (4)
kerja sama dengan Penyelenggara Penunjang.
Pihak
yang
memperoleh
persetujuan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib tunduk pada ketentuan yang berlaku bagi Penyelenggara Payment Gateway dan Penyelenggara Dompet Elektronik. Pasal 12 (1)
Pemberian Sistem
persetujuan
Pembayaran
kepada
dalam
Penyelenggara
rangka
Jasa
pengembangan
kegiatan jasa sistem pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a dan pengembangan produk
dan
aktivitas
jasa
sistem
pembayaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b mempertimbangkan
pemenuhan
persyaratan
yang
meliputi aspek:
(2)
a.
kesiapan operasional;
b.
keamanan dan keandalan sistem;
c.
penerapan manajemen risiko; dan
d.
perlindungan konsumen.
Selain pemenuhan aspek sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia juga mempertimbangkan hasil pengawasan terhadap kinerja Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran. Pasal 13
Pemberian persetujuan kepada Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran dalam rangka kerja sama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
4
ayat
(2)
huruf
c
mempertimbangkan
pemenuhan persyaratan yang meliputi aspek: a.
legalitas dan profil perusahaan;
b.
kompetensi pihak yang akan diajak bekerjasama;
- 12 -
c.
kinerja;
d.
keamanan dan keandalan sistem dan infrastruktur; dan
e.
hukum. Pasal 14
(1)
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran bertanggung jawab untuk memastikan keamanan dan kelancaran pemrosesan transaksi pembayaran, termasuk dalam hal dilakukan melalui kerja sama dengan Penyelenggara Penunjang.
(2)
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran wajib melakukan evaluasi
secara
berkala
atas
kinerja
Penyelenggara
Penunjang. Bagian Keempat Tata Cara dan Pemrosesan Izin dan Persetujuan Pasal 15 (1)
Bank atau Lembaga Selain Bank yang akan: a.
mengajukan izin sebagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1); atau
b.
mengajukan
persetujuan
dalam
rangka
pengembangan kegiatan jasa sistem pembayaran, pengembangan produk dan aktivitas jasa sistem pembayaran, dan/atau kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), harus menyampaikan permohonan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Bank Indonesia disertai dengan dokumen pendukung pemenuhan aspek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Pasal 12, dan Pasal 13. (2)
Dalam rangka memproses permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Bank Indonesia melakukan hal sebagai berikut: a.
penelitian administratif;
- 13 -
b.
analisis kelayakan bisnis; dan
c.
pemeriksaan terhadap Bank atau Lembaga Selain Bank.
(3)
Dalam
rangka
memproses
permohonan
persetujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, Bank Indonesia melakukan hal sebagai berikut: a.
penelitian administratif;
b.
analisis terhadap kinerja Bank atau Lembaga Selain Bank; dan
c.
pemeriksaan terhadap Bank atau Lembaga Selain Bank, jika diperlukan.
(4)
Berdasarkan hasil proses sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), Bank Indonesia menetapkan keputusan untuk: a.
menyetujui; atau
b.
menolak,
permohonan izin atau persetujuan yang diajukan. (5)
Bank Indonesia dapat memberikan kemudahan kepada Penyelenggara
Jasa
Sistem
Pembayaran
yang
telah
memperoleh izin atas proses persetujuan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dalam rangka
penggunaan
dan
perluasan
penggunaan
instrumen pembayaran nontunai untuk program yang terkait dengan kebijakan nasional. (6)
Kemudahan diberikan
sebagaimana dengan
dimaksud
tetap
pada
ayat
memperhatikan
(5)
risiko
penyelenggaraan kegiatan jasa sistem pembayaran. Bagian Kelima Kewajiban bagi Pihak Asing Pasal 16 Pihak asing yang menyelenggarakan jasa sistem pembayaran di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan/atau bekerjasama dengan Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran, wajib tunduk pada Peraturan Bank Indonesia ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 14 -
Bagian Keenam Kebijakan Perizinan dan/atau Persetujuan Pasal 17 (1)
Bank
Indonesia
berwenang
menetapkan
kebijakan
perizinan dan/atau persetujuan penyelenggaraan jasa sistem pembayaran. (2)
Penetapan kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada pertimbangan: a.
menjaga efisiensi nasional;
b.
mendukung kebijakan nasional;
c.
menjaga kepentingan publik;
d.
menjaga pertumbuhan industri; dan/atau
e.
menjaga persaingan usaha yang sehat. BAB IV PENYELENGGARAAN PEMROSESAN TRANSAKSI PEMBAYARAN Pasal 18
(1)
Dalam
penyelenggaraan
pembayaran,
setiap
pemrosesan
Penyelenggara
transaksi
Jasa
Sistem
Pembayaran wajib: a.
menerapkan manajemen risiko secara efektif dan konsisten;
b.
menerapkan standar keamanan sistem informasi;
c.
menyelenggarakan
pemrosesan
transaksi
pembayaran secara domestik; d.
menerapkan perlindungan konsumen; dan
e.
memenuhi
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan. (2)
Kewajiban pemrosesan transaksi pembayaran secara domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilaksanakan sebagai berikut: a.
untuk Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran yang memproses
transaksi
alat
pembayaran
dengan
menggunakan kartu, tunduk pada ketentuan Bank
- 15 -
Indonesia yang mengatur mengenai alat pembayaran dengan menggunakan kartu; dan b.
untuk Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran yang memproses transaksi uang elektronik dan/atau transaksi sistem pembayaran lainnya, tunduk pada ketentuan yang akan ditetapkan kemudian oleh Bank Indonesia. Bagian Kesatu Penerapan Manajemen Risiko Pasal 19
(1)
Penerapan manajemen risiko secara efektif dan konsisten atas penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran mencakup: a.
pengawasan aktif manajemen;
b.
kecukupan kebijakan dan prosedur serta struktur organisasi;
c.
fungsi manajemen risiko dan sumber daya manusia pelaksana; dan
d. (2)
pengendalian intern.
Penerapan manajemen risiko oleh Prinsipal, Penerbit, Acquirer,
Penyelenggara
Kliring,
dan
Penyelenggara
Penyelesaian Akhir selain mengacu pada penerapan manajemen risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga mengacu pada ketentuan mengenai manajemen risiko sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu dan/atau Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai uang elektronik, serta ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. (3)
Penerapan manajemen risiko oleh Penyelenggara Transfer Dana selain mengacu pada penerapan manajemen risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga mengacu pada ketentuan penerapan manajemen risiko sebagaimana dimaksud
dalam
Peraturan
Bank
Indonesia
yang
- 16 -
mengatur
mengenai
transfer
dana
dan
ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya. Bagian Kedua Keamanan Sistem Informasi Pasal 20 (1)
Penerapan standar keamanan sistem informasi oleh Prinsipal,
Penerbit,
Acquirer,
Penyelenggara
Kliring,
Penyelenggara Penyelesaian Akhir, dan Penyelenggara Transfer Dana mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu, ketentuan Bank
Indonesia
yang
mengatur
mengenai
uang
elektronik, dan/atau ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai transfer dana. (2)
Penerapan standar keamanan sistem informasi oleh Penyelenggara
Switching,
Penyelenggara
Payment
Gateway, Penyelenggara Dompet Elektronik, dan Bank yang menyelenggarakan Proprietary Channel
paling
sedikit: a.
pemenuhan sertifikasi dan/atau standar keamanan dan keandalan sistem yang berlaku umum atau yang
ditetapkan
oleh
Bank
Indonesia
atau
otoritas/lembaga terkait; b.
pemeliharaan dan peningkatan keamanan teknologi; dan
c.
pelaksanaan audit yang diselenggarakan secara berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali atau setiap terdapat perubahan yang signifikan.
(3)
Pemenuhan
sertifikasi
dan/atau
standar
keamanan
sistem sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a oleh Penyelenggara Switching paling sedikit: a.
pengamanan data dan informasi terkait transaksi pembayaran yang diproses; dan
b.
pengamanan jaringan.
- 17 -
(4)
Pemenuhan
sertifikasi
dan/atau
standar
keamanan
sistem sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a bagi Penyelenggara Payment Gateway paling sedikit: a.
pengamanan data dan informasi terkait transaksi pembayaran yang diproses;
(5)
b.
pengamanan jaringan; dan
c.
penerapan fraud detection system.
Pemenuhan
sertifikasi
dan/atau
standar
keamanan
sistem sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a bagi Penyelenggara Dompet Elektronik paling sedikit: a.
pengamanan data dan informasi pengguna serta data dan informasi instrumen pembayaran yang disimpan dalam Dompet Elektronik;
b.
sistem
dan
prosedur
aktivasi
dan
penggunaan
Dompet Elektronik; dan c.
penerapan fraud detection system. Bagian Ketiga Penyelenggaraan Dompet Elektronik Pasal 21
(1)
Dalam hal terjadi permintaan pengembalian dana (refund) atas pembatalan transaksi pembayaran, Penyelenggara Dompet
Elektronik
wajib
segera
melaksanakan
pengembalian dana (refund) tersebut kepada pengguna Dompet Elektronik. (2)
Penyelenggara
Dompet
Elektronik
wajib
memiliki
prosedur untuk memastikan terlaksananya pengembalian dana (refund) sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3)
Dana hasil pengembalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib segera dikembalikan ke dalam sumber dana asal
yang
pembayaran.
digunakan
untuk
melakukan
transaksi
- 18 -
Pasal 22 (1)
Selain
wajib
dimaksud
memenuhi
dalam
Pasal
ketentuan
18,
sebagaimana
Penyelenggara
Dompet
Elektronik yang menyelenggarakan Dompet Elektronik yang dapat digunakan untuk menyimpan data instrumen pembayaran dan menampung dana, wajib untuk: a.
memastikan
penggunaan
dana
pada
Dompet
Elektronik hanya untuk tujuan pembayaran; b.
mematuhi
ketentuan
Bank
Indonesia
mengenai
batasan nilai dana yang dapat ditampung dalam Dompet Elektronik; c.
memastikan dana yang dimiliki pengguna telah tersedia dan dapat digunakan saat melakukan transaksi;
d.
menempatkan seluruh dana yang tersimpan dalam Dompet Elektronik dalam bentuk aset yang aman dan likuid untuk memastikan ketersediaan dana sebagaimana dimaksud dalam huruf c;
e.
memastikan bahwa penggunaan dana hanya untuk memenuhi kepentingan transaksi pembayaran oleh pengguna Dompet Elektronik; dan
f.
menerapkan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2)
Batasan nilai dana yang dapat ditampung dalam Dompet Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b hanya dapat dilampaui dalam hal: a.
terdapat pengembalian dana (refund) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1); dan
b.
Penyelenggara
Dompet
Elektronik
mampu
mengidentifikasi kelebihan dana tersebut sebagai hasil pengembalian dana (refund). (3)
Penempatan seluruh dana yang tersimpan dalam Dompet Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan dengan: a.
menatausahakan
dana
yang
tersimpan
dalam
Dompet Elektronik melalui pencatatan pada pos
- 19 -
kewajiban
segera
atau
rupa-rupa
pasiva
bagi
Penyelenggara Dompet Elektronik berupa Bank; atau b.
menempatkan dana yang tersimpan dalam Dompet Elektronik sebesar 100% (seratus persen) pada bank umum dalam bentuk rekening simpanan, bagi Penyelenggara Dompet Elektronik berupa Lembaga Selain Bank.
(4)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
kewajiban
Penyelenggara Dompet Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. Bagian Keempat Penyelenggaraan Payment Gateway Pasal 23 Penyelenggara Payment Gateway yang dalam penyelenggaraan kegiatannya
melakukan
fungsi
untuk
menyelesaikan
pembayaran kepada pedagang, wajib: a.
memiliki dan menjalankan mekanisme dan prosedur mengenai: 1.
pemilihan
pedagang
(merchant
acquisition)
yang
difasilitasi dengan penyediaan Payment Gateway; dan 2. b.
penyelesaian pembayaran kepada pedagang; dan
melakukan evaluasi terhadap kelancaran dan keamanan transaksi pembayaran yang dilakukan melalui pedagang. Bagian Kelima Perlindungan Konsumen Pasal 24
(1)
Penerapan
prinsip
perlindungan
konsumen
oleh
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran.
- 20 -
(2)
Penerapan prinsip perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a.
keadilan dan keandalan;
b.
transparansi;
c.
perlindungan data dan/atau informasi konsumen; dan
d.
penanganan
dan
penyelesaian
pengaduan
yang
efektif. Pasal 25 Penerapan
prinsip
perlindungan
konsumen
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 oleh Penyelenggara Payment Gateway antara lain: a.
penyediaan informasi yang memadai kepada konsumen mengenai
mekanisme
pembayaran
melalui
Payment
Gateway, termasuk mengenai penggunaan data dan informasi instrumen pembayaran dalam transaksi online; dan b.
turut memastikan terlaksananya penyerahan barang dan/atau jasa dari pedagang kepada konsumen setelah konsumen
melakukan
pembayaran
dalam
transaksi
online. Pasal 26 Penerapan
prinsip
dimaksud
dalam
perlindungan Pasal
24
oleh
konsumen
sebagaimana
Penyelenggara
Dompet
Elektronik antara lain: a.
penyediaan informasi yang memadai kepada konsumen mengenai
Dompet
Elektronik
yang
diselenggarakan,
termasuk informasi mengenai prosedur pengembalian dana (refund) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21; dan b.
memiliki dan melaksanakan mekanisme penanganan pengaduan konsumen.
- 21 -
Bagian Keenam Pemenuhan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Pasal 27 Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran selain tunduk pada Peraturan Bank Indonesia ini juga wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan, antara lain ketentuan yang mengatur mengenai: a.
kewajiban
penggunaan
Rupiah
untuk
transaksi
pembayaran yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; b.
transaksi perdagangan melalui sistem elektronik; dan
c.
penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik. BAB V LAPORAN Pasal 28
(1)
Penyelenggara
Jasa
menyampaikan
laporan
Sistem
Pembayaran
penyelenggaraan
wajib
pemrosesan
transaksi pembayaran kepada Bank Indonesia. (2)
Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
(3)
a.
laporan berkala; dan
b.
laporan insidental.
Penyampaian laporan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas: a.
laporan bulanan;
b.
laporan triwulanan;
c.
laporan tahunan; dan/atau
d.
laporan hasil audit sistem informasi dari auditor independen yang dilakukan secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun.
- 22 -
(4)
Laporan insidental sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas: a.
laporan
gangguan
dalam
pemrosesan
transaksi
pembayaran dan tindak lanjut yang telah dilakukan; b.
laporan
perubahan
pemegang
modal
saham
serta
dan/atau
susunan
perubahan
susunan
pengurus Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran; c.
laporan
terjadinya
force
majeure
atas
penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran; d.
laporan
perubahan
data
dan
informasi
pada
dokumen yang disampaikan pada saat mengajukan permohonan izin kepada Bank Indonesia; dan e.
laporan
lainnya
yang
diperlukan
oleh
Bank
Indonesia. (5)
Format dan tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan Penyelenggara Penyelesaian Akhir mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai
alat
pembayaran
dengan
menggunakan kartu dan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai uang elektronik. (6)
Format dan tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh Penyelenggara Transfer Dana mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai transfer dana.
(7)
Ketentuan lebih lanjut mengenai format dan tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh Penyelenggara Switching, Penyelenggara Payment Gateway, dan Penyelenggara Dompet Elektronik diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. Pasal 29
(1)
Penyelenggara Dompet Elektronik yang tidak terkena kewajiban izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 harus menyampaikan laporan penyelenggaraan Dompet Elektronik kepada Bank Indonesia.
- 23 -
(2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. BAB VI PERALIHAN IZIN PENYELENGGARA JASA SISTEM PEMBAYARAN Pasal 30
(1)
Peralihan
izin
penyelenggaraan
kegiatan
sebagai
Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan Penyelenggara
Penyelesaian
Akhir
mengacu
pada
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai alat pembayaran dengan menggunakan kartu dan ketentuan Bank
Indonesia
yang
mengatur
mengenai
uang
elektronik. (2)
Peralihan
izin
penyelenggaraan
kegiatan
sebagai
Penyelenggara Transfer Dana mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai transfer dana. Pasal 31 (1)
Peralihan
izin
Penyelenggara
penyelenggaraan Switching,
kegiatan
Penyelenggara
sebagai Payment
Gateway, dan/atau Penyelenggara Dompet Elektronik kepada pihak lain hanya dapat dilakukan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemisahan. (2)
Peralihan
izin
Penyelenggara
penyelenggaraan Switching,
kegiatan
Penyelenggara
sebagai Payment
Gateway, dan/atau Penyelenggara Dompet Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib terlebih dahulu memperoleh izin Bank Indonesia. Pasal 32 (1)
Dalam hal akan dilakukan pengambilalihan Bank yang telah memperoleh izin sebagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran, Bank tersebut wajib melaporkan secara tertulis rencana pengambilalihan kepada Bank Indonesia.
- 24 -
(2)
Dalam hal akan dilakukan pengambilalihan Lembaga Selain
Bank
yang
telah
memperoleh
izin
sebagai
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran, Lembaga Selain Bank
tersebut
persetujuan
wajib
secara
menyampaikan
tertulis
kepada
permohonan
Bank
Indonesia
perihal rencana pengambilalihan. (3)
Laporan
rencana
pengambilalihan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) atau permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), paling sedikit meliputi informasi mengenai: a.
latar belakang pengambilalihan;
b.
pihak yang akan melakukan pengambilalihan;
c.
target waktu pelaksanaan pengambilalihan;
d.
susunan
pemilik
pengendali,
dan
dan/atau komposisi
pemegang
saham
kepemilikan
saham
setelah pengambilalihan; dan e.
rencana bisnis setelah pengambilalihan, khususnya terkait
kegiatan
jasa
sistem
pembayaran
yang
diselenggarakan. BAB VII PENGAWASAN Pasal 33 (1)
Bank
Indonesia
Penyelenggara
melakukan
Jasa
Sistem
pengawasan Pembayaran
terhadap
yang
telah
memperoleh izin dari Bank Indonesia yang meliputi:
(2)
a.
pengawasan langsung; dan
b.
pengawasan tidak langsung.
Dalam
hal
pengawasan bekerjasama
diperlukan, kepada dengan
Bank
Indonesia
Penyelenggara Penyelenggara
melakukan
Penunjang Jasa
yang Sistem
Pembayaran, termasuk kepada Penyelenggara Dompet Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29.
- 25 -
(3)
Bank Indonesia dapat menugaskan pihak lain untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pengawasan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau ayat (2). BAB VIII LARANGAN Pasal 34
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran dilarang: a.
melakukan pemrosesan transaksi pembayaran dengan menggunakan virtual currency;
b.
menyalahgunakan data dan informasi nasabah maupun data dan informasi transaksi pembayaran; dan/atau
c.
memiliki
dan/atau
mengelola
nilai
yang
dapat
dipersamakan dengan nilai uang yang dapat digunakan di luar lingkup Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran yang bersangkutan. BAB IX SANKSI Pasal 35 (1)
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), Pasal 5 ayat (4), Pasal 11 ayat (4), Pasal 14 ayat (2), Pasal 18 ayat (1), Pasal 21, Pasal 22 ayat (1), Pasal 23, Pasal 27, Pasal 28 ayat (1), Pasal 31 ayat (2), Pasal 32 ayat (1), Pasal 32 ayat (2), Pasal 34, Pasal 40, dan/atau Pasal 42 dikenakan sanksi administratif berupa: a.
teguran;
b.
denda;
c.
penghentian
sementara
sebagian
atau
seluruh
kegiatan jasa sistem pembayaran; dan/atau d.
pencabutan izin sebagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran.
- 26 -
(2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. BAB X KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 36
Dalam hal setelah berlalunya jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 atau setelah berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini terdapat pihak yang menyelenggarakan jasa sistem pembayaran tanpa izin Bank Indonesia maka Bank Indonesia berwenang: a.
menyampaikan teguran tertulis; dan/atau
b.
merekomendasikan
kepada
otoritas
yang
berwenang
untuk: 1.
menghentikan kegiatan usaha; dan/atau
2.
mencabut izin usaha yang diberikan oleh otoritas yang berwenang. Pasal 37
Selain
dalam
rangka
penerapan
sanksi
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35, Bank Indonesia dapat meminta Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, menghentikan sementara sebagian atau seluruh kegiatan jasa sistem pembayaran, membatalkan atau mencabut izin atau persetujuan yang telah diberikan kepada Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran, dalam hal antara lain: a.
terdapat
hasil
menunjukkan
pengawasan bahwa
Bank
Penyelenggara
Indonesia Jasa
yang Sistem
Pembayaran tidak dapat menyelenggarakan kegiatan jasa sistem pembayaran dengan baik; b.
terdapat permintaan tertulis atau rekomendasi dari pihak yang berwajib atau otoritas pengawas yang berwenang kepada Bank Indonesia untuk menghentikan sementara kegiatan Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran;
- 27 -
c.
terdapat putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap yang memerintahkan Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran untuk menghentikan kegiatannya; dan/atau
d.
terdapat permohonan pembatalan dan/atau pencabutan izin yang diajukan sendiri oleh Bank atau Lembaga Selain Bank yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia. Pasal 38
Sepanjang belum diatur dalam dan tidak bertentangan dengan Peraturan Bank Indonesia ini maka: a.
penyelenggaraan kegiatan sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer,
Penyelenggara
Kliring,
dan
Penyelenggara
Penyelesaian Akhir dilakukan dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai alat pembayaran dengan menggunakan kartu dan ketentuan Bank
Indonesia
yang
mengatur
mengenai
uang
elektronik; dan b.
penyelenggaraan kegiatan sebagai Penyelenggara Transfer Dana dilakukan dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai transfer dana. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 39
(1)
Pihak yang telah menyelenggarakan kegiatan: a.
Switching, Payment Gateway; dan/atau
b.
Dompet Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,
sebelum ketentuan ini berlaku dan belum memperoleh izin dari Bank Indonesia wajib mengajukan izin kepada Bank Indonesia. (2)
Pengajuan
izin
Penyelenggara
sebagai Payment
Penyelenggara Gateway,
Switching, dan/atau
Penyelenggara Dompet Elektronik sebagaimana dimaksud
- 28 -
pada ayat (1) dilakukan paling lambat 6 (enam) bulan sejak Peraturan Bank Indonesia ini berlaku. Pasal 40 Ketentuan persentase kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) wajib dipenuhi oleh pihak yang sebelum Peraturan Bank Indonesia ini berlaku: a.
telah memperoleh izin dari Bank Indonesia sebagai Prinsipal, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir; atau
b.
sedang
dalam
proses
perizinan
dan
kemudian
memperoleh izin dari Bank Indonesia, apabila setelah berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini, akan melakukan perubahan kepemilikan. Pasal 41 Persyaratan dan tata cara permohonan bagi pihak yang mengajukan izin sebagai Prinsipal, Penyelenggara Kliring, dan/atau
Penyelenggara
Penyelesaian
Akhir
sebelum
Peraturan Bank Indonesia ini berlaku, tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai alat pembayaran dengan menggunakan kartu dan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai uang elektronik. Pasal 42 (1)
Bank yang telah menyelenggarakan Proprietary Channel pada saat Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku wajib melaporkan penyelenggaraan kegiatan dimaksud kepada Bank Indonesia untuk ditatausahakan dengan disertai dokumen pendukung paling lambat 6 (enam) bulan sejak Peraturan Bank Indonesia ini berlaku.
(2)
Penyelenggara
Jasa
menyelenggarakan Gateway
dan/atau
Sistem
Pembayaran
pengembangan Dompet
yang
kegiatan
Elektronik
telah
Payment
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a pada saat Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku wajib melaporkan penyelenggaraan kegiatan dimaksud kepada
- 29 -
Bank Indonesia untuk ditatausahakan dengan disertai dokumen pendukung paling lambat 6 (enam) bulan sejak Peraturan Bank Indonesia ini berlaku. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 43 Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
setiap
pengundangan
orang
mengetahuinya,
Peraturan
Bank
memerintahkan
Indonesia
ini
dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 8 November 2016 GUBERNUR BANK INDONESIA,
AGUS D. W. MARTOWARDOJO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 9 November 2016 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 236
PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/40/PBI/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMROSESAN TRANSAKSI PEMBAYARAN I.
UMUM Perkembangan pemanfaatan teknologi internet dan komunikasi seperti smartphone mendorong berkembangnya bisnis perdagangan secara elektronik (e-commerce) dan financial technology (fintech) sehingga memunculkan berbagai inovasi dan keterlibatan pihak baru dalam penyelenggaraan
pemrosesan
transaksi
pembayaran,
seperti
Penyelenggara Payment Gateway dan Penyelenggara Dompet Elektronik, serta Penyelenggara Penunjang seperti perusahaan penyedia teknologi pendukung transaksi nirkontak (contactless). Keberadaan
pihak
baru
dalam
penyelenggaraan
pemrosesan
transaksi pembayaran berdampak pula pada perkembangan infrastruktur maupun mekanisme pembayaran yang belum diatur secara spesifik dalam ketentuan Bank Indonesia saat ini. Untuk memastikan bahwa perkembangan tersebut tetap memenuhi prinsip penyelenggaraan sistem pembayaran
yang
memperhatikan
aman,
aspek
efisien,
perlindungan
lancar,
dan
konsumen,
andal Bank
dengan Indonesia
memberlakukan kewajiban izin atau persetujuan atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran oleh pihak yang belum tercakup dalam ketentuan Bank Indonesia saat ini. Dalam rangka menjaga kedaulatan industri sistem pembayaran nasional dan penguatan aspek perlindungan konsumen, khususnya terkait dengan pengamanan data dan dana masyarakat Indonesia maka diperlukan pengaturan mengenai struktur kepemilikan Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran yaitu Prinsipal,
-2-
Penyelenggara
Switching,
Penyelenggara
Kliring,
dan
Penyelenggara
Penyelesaian Akhir. Selain
itu,
untuk
mendukung
keamanan
dan
kelancaran
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran, Bank Indonesia juga mengatur kewajiban
yang
Pembayaran
harus
baru,
dipenuhi
baik
oleh
berupa
Penyelenggara
Penyelenggara
Jasa
Payment
Sistem
Gateway,
Penyelenggara Switching maupun Penyelenggara Dompet Elektronik. Kewajiban yang harus dipenuhi tersebut antara lain kewajiban penerapan manajemen
risiko,
perlindungan
keamanan,
pemrosesan
konsumen,
transaksi
pemenuhan
pembayaran
secara
standar domestik,
kewajiban penggunaan Rupiah, dan pemenuhan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait lainnya seperti ketentuan yang mengatur mengenai
informasi
dan
transaksi
elektronik
dan
penerapan
anti
pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme. Selain pemenuhan kewajiban dimaksud, pemrosesan transaksi pembayaran perlu dilakukan secara
domestik
Penyelenggara
untuk
Jasa
antara
Sistem
lain
meningkatkan
Pembayaran
domestik
kemandirian
dalam
rangka
mendukung perluasan penggunaan instrumen nontunai. Dalam tersebut
rangka
harus
memastikan
dipenuhi
pula
kesetaraan oleh
pengaturan,
Penyelenggara
kewajiban
Jasa
Sistem
Pembayaran yang telah diatur dalam ketentuan saat ini seperti Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan Penyelenggara Penyelesaian Akhir serta Penyelenggara Transfer Dana. Untuk memastikan pemenuhan ketentuan penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran ini, Bank Indonesia melakukan pengawasan dan mewajibkan penyampaian laporan oleh Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan pengaturan terhadap penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran dalam suatu Peraturan Bank Indonesia. II.
PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas.
-3-
Pasal 2 Ayat (1) Dalam pemrosesan transaksi pembayaran, Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran dapat bekerjasama dengan Penyelenggara Penunjang
guna
menunjang
terlaksananya
pemrosesan
transaksi pembayaran. Ayat (2) Huruf a Pratransaksi merupakan kegiatan awal yang dilakukan untuk memulai pemrosesan transaksi pembayaran antara lain menyeleksi konsumen, pencetakan kartu, personalisasi kartu, dan penyediaan infrastruktur seperti terminal atau reader. Huruf b Otorisasi merupakan persetujuan atas transaksi setelah dilakukan
kegiatan
penerusan
data
serta
informasi
transaksi pembayaran, verifikasi identitas para pihak yang melakukan transaksi pembayaran, validasi atas instrumen dan
transaksi
pembayaran
yang
dilakukan,
serta
memastikan ketersediaan sumber dana. Huruf c Kliring
merupakan
kegiatan
pertukaran
dan/atau
pengolahan atas data dan/atau informasi dalam rangka perhitungan hak dan kewajiban antar pihak yang terlibat dalam pemrosesan transaksi pembayaran. Huruf d Penyelesaian
akhir
(setelmen)
merupakan
kegiatan
penyelesaian yang bersifat final dan mengikat atas hak dan kewajiban keuangan masing-masing pihak yang terlibat dalam pemrosesan transaksi pembayaran. Huruf e Pascatransaksi merupakan kegiatan setelah penyelesaian akhir transaksi pembayaran selesai dilakukan seperti pencetakan lembar tagihan atas transaksi yang telah selesai dilakukan, penyampaian data dan informasi atas transaksi pembayaran yang telah dilakukan pengguna, dan proses penyelesaian sengketa atau pengaduan konsumen.
-4-
Pasal 3 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Dalam pemrosesan transaksi pembayaran, Penyelenggara Switching
melakukan
penerusan
data
dan
informasi
transaksi pembayaran antar-Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran seperti Penerbit dan Acquirer. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Penyediaan terminal antara lain Automated Teller Machine (ATM), Electronic Data Capture (EDC), dan/atau reader. Huruf e Dalam pemrosesan transaksi pembayaran, Penyelenggara Payment Gateway antara lain melakukan penerusan data dan informasi transaksi pembayaran antara pedagang dan Acquirer. Huruf f Cukup jelas. Huruf g Cukup jelas. Huruf h Cukup jelas. Huruf i Cukup jelas. Huruf j Yang
dimaksud
dengan
“Penyelenggara
Jasa
Sistem
Pembayaran lainnya” adalah pihak yang menyelenggarakan jasa sistem pembayaran pada tahap kegiatan otorisasi, kliring
dan/atau
penyelesaian
akhir
(setelmen)
selain
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran berupa Prinsipal, Penyelenggara Switching, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Payment Gateway, Penyelenggara Kliring, Penyelenggara Penyelesaian Akhir, Penyelenggara Transfer Dana, dan Penyelenggara Dompet Elektronik.
-5-
Ayat (2) Dalam pemrosesan transaksi pembayaran melalui berbagai delivery channel antara lain Electronic Data Capture (EDC), reader,
online
point
of
sales,
dan
Proprietary
Channel,
Penyelenggara Payment Gateway melakukan: a.
penerusan data transaksi pembayaran dari pedagang ke Acquirer atau Penerbit (facilitator); atau
b.
penerusan data transaksi pembayaran dari pedagang ke Acquirer atau Penerbit dan penyelesaian pembayaran dari Acquirer atau Penerbit ke pedagang (merchant aggregator).
Pelaksanaan
penyelenggaraan Payment Gateway
dilakukan
melalui kerja sama dengan: a.
pedagang dan Acquirer;
b.
Acquirer;
c.
pedagang dan Penerbit; atau
d.
Penerbit.
Yang dimaksud dengan “penyelenggara merchant acquiring services”
adalah
para
pihak
yang
memproses
transaksi
pembayaran yang dilakukan melalui pedagang dalam skema four party
business
melibatkan
model
Penerbit,
dalam
transaksi
pembayaran
pemegang/pengguna
yang
instrumen
pembayaran, pedagang, dan Acquirer. Ayat (3) Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran dapat menggunakan jasa Penyelenggara Penunjang pada setiap kegiatan pemrosesan transaksi pembayaran. Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Cukup jelas.
-6-
Huruf f Cukup jelas. Huruf g Data pendukung pemrosesan transaksi pembayaran antara lain data nilai tagihan untuk pembayaran layanan umum seperti air dan listrik. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Dokumen terkait struktur dan porsi kepemilikan saham atas perseroan terbatas disampaikan kepada Bank Indonesia disertai dengan surat pernyataan yang berisi penegasan mengenai kebenaran data dan informasi yang disampaikan. Ayat (3) Yang dimaksud dengan “kepemilikan asing” adalah kepemilikan oleh warga negara asing atau badan hukum asing. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 6 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Yang dimaksud dengan “melakukan kegiatan usaha di bidang sistem pembayaran” antara lain dalam hal terdapat pihak yang belum memperoleh izin namun telah memiliki kesiapan untuk menyelenggarakan kegiatan jasa sistem pembayaran. Pasal 7 Cukup jelas.
-7-
Pasal 8 Yang dimaksud dengan “pengguna aktif” adalah pengguna Dompet Elektronik yang melakukan transaksi pembayaran menggunakan Dompet Elektronik secara reguler dan/atau melakukan transaksi pembayaran menggunakan Dompet Elektronik paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan. Pasal 9 Ayat (1) Huruf a Aspek legalitas dan profil perusahaan antara lain dokumen profil perusahaan, anggaran dasar perusahaan berikut seluruh perubahannya, izin kegiatan usaha yang telah dimiliki, tanda daftar perusahaan, dan persetujuan dari otoritas terkait (apabila ada). Huruf b Aspek hukum antara lain bukti kesiapan perangkat hukum berupa konsep perjanjian tertulis atau pokok perjanjian tertulis antara Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran dengan pihak lain. Huruf c Aspek kesiapan operasional antara lain bukti kesiapan operasional yang berupa rencana struktur organisasi dan kesiapan sumber daya manusia, rencana peralatan dan sarana usaha serta lokasi/ruangan yang akan digunakan untuk kegiatan operasional, peralatan teknis terkait sistem (hardware
dan
software)
serta
jaringan
yang
akan
digunakan dan hasil uji coba (user acceptance test) atas jasa
sistem
pembayaran
yang
akan
diselenggarakan
(apabila ada). Huruf d Aspek keamanan dan keandalan sistem antara lain bukti kesiapan keamanan penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran
antara
lain
laporan
hasil
audit
sistem
informasi dari auditor independen, prosedur pengendalian pengamanan (security control), dan hasil asesmen atas jasa sistem pembayaran yang akan diselenggarakan.
-8-
Huruf e Aspek kelayakan bisnis antara lain hasil analisis bisnis yang paling kurang memuat informasi mengenai uraian potensi pasar, rencana kerja sama,
rencana wilayah
penyelenggaraan, struktur biaya yang diterapkan dalam penyelenggaraan
jasa
sistem
pembayaran,
dan
target
pendapatan yang akan dicapai. Huruf f Aspek kecukupan manajemen risiko antara lain bukti kesiapan penerapan manajemen risiko yang paling kurang mencakup setelmen,
risiko risiko
operasional, likuiditas,
risiko
dan
risiko
hukum,
risiko
reputasi
yang
dibuktikan dengan adanya ketersediaan kebijakan dan prosedur
penyelenggaraan
pemrosesan
transaksi,
pemeliharaan sistem dan audit berkala, disaster recovery plan, dan business continuity plan. Huruf g Aspek
perlindungan
konsumen
antara
lain
mengenai
transparansi jasa sistem pembayaran yang disediakan dan penanganan pengaduan konsumen. Pemenuhan aspek perlindungan
konsumen
tersebut
dimaksudkan
untuk
diterapkan oleh Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran yang memberikan jasa kepada pengguna akhir. Dalam hal Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran tidak memberikan jasa
secara
langsung
kepada
pengguna
akhir,
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran tersebut tetap perlu
untuk
memberikan
dukungan
penerapan perlindungan konsumen. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas.
dalam
rangka
-9-
Pasal 11 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Termasuk dalam pengembangan produk dan aktivitas jasa sistem pembayaran seperti: a. perubahan mekanisme autentikasi instrumen pembayaran dan otorisasi transaksi pembayaran; b. penambahan fitur auto top-up saldo; c.
pengembangan infrastruktur dan standar keamanan;
d. pengembangan produk yang memiliki fungsi lebih dari satu instrumen pembayaran; dan/atau e.
pengembangan produk dan aktivitas yang berkaitan dengan inovasi layanan dan teknologi sistem pembayaran yang meningkatkan eksposur risiko secara signifikan.
Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 12 Ayat (1) Huruf a Kesiapan operasional antara lain dibuktikan dengan: 1.
rekomendasi atau persetujuan dari otoritas terkait atas rencana
pengembangan
kegiatan
jasa
sistem
pembayaran yang akan dilakukan; dan 2.
informasi umum mengenai pengembangan kegiatan jasa sistem pembayaran antara lain berisi penjelasan mengenai
pengembangan
kegiatan
yang
diselenggarakan, potensi pasar, rencana kerja
akan sama,
- 10 -
rencana
wilayah
penyelenggaraan,
struktur
biaya
layanan, dan target pendapatan yang akan dicapai. Rekomendasi
atau
persetujuan
dari
otoritas
terkait
diberlakukan dalam hal terdapat otoritas terkait yang berwenang untuk mengawasi dan memberikan rekomendasi atau persetujuan. Huruf b Keamanan dan keandalan sistem antara lain dibuktikan dengan laporan hasil audit sistem informasi dari auditor independen internal atau eksternal, prosedur pengendalian pengamanan (security control), dan hasil asesmen atas kegiatan
jasa
sistem
pembayaran
yang
akan
dikembangkan. Huruf c Penerapan manajemen risiko antara lain dibuktikan dengan hasil asesmen terhadap manajemen risiko yang telah diselenggarakan serta rencana penyesuaian kebijakan dan prosedur manajemen risiko atas kegiatan yang akan diselenggarakan. Huruf d Cukup jelas. Ayat (2) Kinerja Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran antara lain: a. kepatuhan
terhadap
peraturan
perundang-undangan
dan/atau kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran atau yang berkaitan dengan bidang sistem pembayaran. Khusus untuk Bank antara lain berkaitan dengan kepesertaan dalam Bank Indonesia Real Time Gross Settlement,
Sistem
Kliring
Nasional
Bank
Indonesia,
dan/atau Bank Indonesia Scriptless Security Settlement System; b. penerapan manajemen risiko antara lain risiko operasional dan risiko setelmen; c.
penerapan perlindungan konsumen antara lain penanganan dan penyelesaian pengaduan nasabah;
- 11 -
d. kinerja finansial; dan/atau e.
tata kelola yang baik dalam penyelenggaraan jasa sistem pembayaran.
Pasal 13 Huruf a Aspek legalitas dan profil perusahaan antara lain dibuktikan dengan dokumen profil perusahaan, anggaran dasar perusahaan berikut seluruh perubahannya, izin kegiatan usaha yang telah dimiliki, tanda daftar perusahaan, dan izin atau persetujuan dari otoritas terkait apabila ada. Huruf b Aspek kompetensi pihak yang akan diajak bekerjasama antara lain dibuktikan dengan kecukupan sumber daya manusia, rekam
jejak
pengurus
dan
pengalaman
dalam
menyelenggarakan kegiatan jasa sistem pembayaran, dan/atau kegiatan jasa penunjang. Huruf c Aspek kinerja meliputi kinerja finansial dan kinerja operasional yang antara lain dibuktikan dengan laporan keuangan pihak yang akan diajak bekerjasama, rekam jejak Penyelenggara Jasa Sistem
Pembayaran
dan/atau
Penyelenggara
Penunjang,
dan/atau hasil uji coba sistem. Huruf d Aspek keamanan dan keandalan sistem dan infrastruktur antara lain dibuktikan dengan pemenuhan standar terkait keamanan sistem dan infrastruktur yang digunakan sesuai dengan standar nasional, internasional, atau yang berlaku umum di industri serta keamanan dan kerahasiaan data. Huruf e Aspek hukum dibuktikan antara lain dengan kejelasan ruang lingkup kerja sama dan hak serta kewajiban masing-masing pihak, rencana pelaksanaan, dan jangka waktu kerja sama.
- 12 -
Pasal 14 Ayat (1) Yang
dimaksud
dengan
“bertanggung
jawab”
adalah
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran selalu memastikan bahwa Penyelenggara Penunjang melaksanakan kewajibannya dengan baik. Ayat (2) Evaluasi
dilakukan
penunjang
tetap
untuk
memastikan
mendukung
penyediaan
terlaksananya
jasa
transaksi
pembayaran secara aman, efisien, lancar, dan andal dengan memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Pasal 15 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Penelitian
administratif
memastikan
dilakukan
kelengkapan,
antara
kebenaran,
dan
lain
untuk
kesesuaian
dokumen yang diajukan. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Pemeriksaan
dilaksanakan
dengan
cara
melakukan
kunjungan ke lokasi usaha (on site visit) Bank atau Lembaga Selain Bank yang bersangkutan untuk melakukan verifikasi atas kebenaran dan kesesuaian dokumen yang diajukan, serta untuk memastikan kesiapan operasional. Ayat (3) Huruf a Penelitian
administratif
memastikan
kelengkapan,
dokumen yang diajukan. Huruf b Cukup jelas.
dilakukan
antara
kebenaran,
dan
lain
untuk
kesesuaian
- 13 -
Huruf c Pemeriksaan
dilaksanakan
dengan
cara
melakukan
kunjungan ke lokasi usaha (on site visit) Bank atau Lembaga Selain Bank yang bersangkutan untuk melakukan verifikasi atas kebenaran dan kesesuaian dokumen yang diajukan, serta untuk memastikan kesiapan operasional. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Yang dimaksud dengan “kebijakan nasional” adalah program yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia,
pemerintah pusat,
dan/atau pemerintah daerah dengan tetap memperhatikan kesesuaiannya dengan arah kebijakan Bank Indonesia, misalnya penyaluran bantuan sosial dan subsidi pemerintah, layanan nontunai (elektronifikasi), dan keuangan inklusif. Ayat (6) Cukup jelas. Pasal 16 Yang dimaksud dengan “pihak asing” adalah warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau badan asing lainnya yang tidak berbadan hukum Indonesia. Pasal 17 Ayat (1) Termasuk kebijakan perizinan penyelenggaraan jasa sistem pembayaran antara lain: 1. menutup dan membuka kembali pemberian izin sebagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran; dan/atau 2. memberikan izin penyelenggaraan kegiatan jasa sistem pembayaran secara terbatas dalam rangka: a.
pemenuhan persyaratan sebagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran; atau
b.
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran yang belum diatur oleh Bank Indonesia,
dengan memenuhi kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia.
- 14 -
Pemberian
izin
penyelenggaraan
kegiatan
jasa
sistem
pembayaran secara terbatas dilakukan antara lain dengan membatasi cakupan, jangka waktu, dan/atau wilayah penyelenggaraan kegiatan jasa sistem pembayaran. Ayat (2) Huruf a Pertimbangan menjaga efisiensi nasional dimaksudkan agar tercipta efisiensi di tingkat industri jasa sistem pembayaran yang pada gilirannya akan menurunkan biaya penggunaan jasa sistem pembayaran oleh masyarakat. Huruf b Pertimbangan
mendukung
kebijakan
nasional
dimaksudkan agar pertumbuhan industri jasa sistem pembayaran tidak menjadi penghambat bagi kebijakan nasional yang ditetapkan oleh pemerintah, Bank Indonesia, dan/atau otoritas terkait. Huruf c Pertimbangan menjaga kepentingan publik dimaksudkan agar
industri
jasa
sistem
pembayaran
senantiasa
memenuhi kebutuhan masyarakat secara luas dengan akses dan kualitas yang sama, serta biaya yang terjangkau. Huruf d Pertimbangan menjaga pertumbuhan industri dimaksudkan agar
industri
dapat
tumbuh
secara
optimal
melalui
peningkatan nilai dan volume transaksi pembayaran non tunai yang ada di masyarakat. Huruf e Pertimbangan dimaksudkan
menjaga agar
persaingan
usaha
penyelenggaraan
yang jasa
sehat sistem
pembayaran dapat dilakukan secara jujur, tidak melawan hukum, atau tidak menghambat persaingan usaha. Pasal 18 Cukup jelas.
- 15 -
Pasal 19 Ayat (1) Penerapan manajemen risiko dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas profil risiko penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran. Huruf a Pengawasan aktif manajemen antara lain berupa penetapan akuntabilitas, kebijakan, dan proses pengendalian untuk mengelola
risiko
yang
mungkin
timbul
dari
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran. Huruf b Kecukupan
kebijakan
dan
prosedur
serta
struktur
organisasi antara lain tersedianya struktur organisasi yang jelas dan pemisahan tugas atau kewenangan. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Pengendalian intern atas penyelenggaraan kegiatan jasa sistem pembayaran antara lain mencakup prosedur dan langkah pengamanan yang dilakukan dalam penyediaan layanan
bagi
pengguna,
audit
trail
atas
transaksi
pembayaran yang diproses, dan prosedur yang memadai untuk menjamin integritas data dan informasi, serta langkah untuk melindungi kerahasiaan data dan informasi pengguna. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 20 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “sistem informasi” adalah penerapan teknologi informasi yang berbasis jaringan telekomunikasi dan media
elektronik
menganalisis,
yang
berfungsi
menampilkan,
menyebarkan informasi elektronik.
merancang,
dan
memproses,
mengirimkan
atau
- 16 -
Ayat (2) Huruf a Pemenuhan sertifikasi dan/atau standar keamanan dan keandalan sistem memenuhi prinsip: 1.
kerahasiaan data (confidentiality);
2.
integritas sistem dan data (integrity);
3.
otentikasi sistem dan data (authentication);
4.
pencegahan terjadinya penyangkalan transaksi yang telah dilakukan (non-repudiation); dan
5.
ketersediaan sistem (availability).
Huruf b Pemeliharaan dan peningkatan keamanan teknologi antara lain
dilakukan
penggantian
dengan
melakukan
infrastruktur
atau
peningkatan
sistem
teknologi
atau yang
digunakan dalam hal terjadi penurunan kualitas seperti sistem
dan/atau
teknologinya
terbukti
telah
dapat
ditembus oleh fraudster. Huruf c Pelaksanaan audit dilakukan terhadap sistem informasi oleh
auditor
independen
sesuai
dengan
jasa
yang
diselenggarakan. Cakupan audit sistem informasi paling sedikit: 1.
keamanan operasional;
2.
keamanan jaringan, aplikasi, dan sistem;
3.
keamanan dan integritas data atau informasi;
4.
keamanan fisik dan lingkungan, termasuk kontrol terhadap akses sistem dan data;
5.
manajemen perubahan sistem;
6.
manajemen implementasi sistem; dan
7.
prosedur tertulis terkait keamanan teknologi.
Ayat (3) Huruf a Pengamanan data dan informasi antara lain dilakukan melalui enkripsi terhadap data dan informasi pengguna. Pengamanan data dan informasi juga mencakup data dan informasi yang diproses atau disimpan oleh pihak ketiga yang bekerjasama dengan Penyelenggara Switching.
- 17 -
Huruf b Cukup jelas. Ayat (4) Huruf a Pengamanan data dan informasi antara lain dilakukan melalui enkripsi terhadap data dan informasi pengguna. Pengamanan data dan informasi juga mencakup data dan informasi yang diproses atau disimpan oleh pihak ketiga yang bekerjasama dengan Penyelenggara Payment Gateway. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Penerapan
fraud
detection
system
dilakukan
untuk
mendeteksi adanya penyalahgunaan data dan informasi pengguna. Ayat (5) Huruf a Pengamanan data dan informasi antara lain dilakukan melalui enkripsi terhadap data dan informasi pengguna. Pengamanan data dan informasi juga mencakup data dan informasi yang diproses atau disimpan oleh pihak ketiga yang
bekerjasama
dengan
Penyelenggara
Dompet
Elektronik. Huruf b Sistem dan prosedur aktivasi dan penggunaan Dompet Elektronik
antara
lain
mencakup
tata
cara
aktivasi,
penggunaan atau penggantian password atau Personal Identification Number (PIN). Huruf c Penerapan
fraud
detection
system
dilakukan
untuk
mendeteksi adanya penyalahgunaan data dan informasi pengguna. Pasal 21 Ayat (1) Cukup jelas.
- 18 -
Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Yang dimaksud dengan “sumber dana asal yang digunakan untuk melakukan transaksi pembayaran” adalah dana yang berasal dari instrumen pembayaran dan/atau dana yang ditampung dalam Dompet Elektronik. Pasal 22 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Dalam hal dana yang ditampung dalam Dompet Elektronik melebihi batas paling banyak yang ditetapkan Bank Indonesia karena adanya pengembalian dana (refund), penggunaan dana dimaksud untuk transaksi pembayaran dilakukan dengan tetap mengacu pada batas paling banyak dana Dompet Elektronik. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Huruf a Yang dimaksud dengan “informasi” antara lain biaya, manfaat, risiko,
mekanisme
pembukaan
dan
penutupan
Dompet
Elektronik, instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran melalui Dompet Elektronik, mekanisme top up,
- 19 -
jenis alat pembayaran yang dapat digunakan untuk melakukan top up,
serta mekanisme untuk mengubah, menambah, dan
menghapus data pemegang dan data instrumen pembayaran. Huruf b Yang dimaksud dengan “mekanisme penanganan pengaduan konsumen" antara lain mekanisme penerimaan pengaduan, penanganan dan penyelesaian pengaduan, serta pemantauan terhadap penanganan dan penyelesaian pengaduan konsumen. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Huruf a Gangguan dalam pemrosesan transaksi pembayaran adalah gangguan
yang
berdampak
signifikan
terhadap
kelangsungan pemrosesan transaksi pembayaran. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Laporan perubahan data dan informasi antara lain berisi perubahan nama Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran, alamat
kantor,
hubungan
perubahan
bisnis,
dokumen
perubahan
pengaturan
pokok-pokok hak
dan
kewajiban para pihak, perubahan perjanjian kerja sama, dan
perubahan
perubahan sengketa.
para
prosedur
pihak dan
yang
bekerjasama,
mekanisme
serta
penyelesaian
- 20 -
Huruf e Termasuk dalam laporan lainnya adalah laporan dalam rangka
pengembangan
produk
dan
aktivitas
selain
pengembangan fitur, jenis, layanan, atau fasilitas produk dan/atau aktivitas jasa sistem pembayaran yang telah berjalan. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Ayat (7) Cukup jelas. Pasal 29 Ayat (1) Laporan penyelenggaraan Dompet Elektronik antara lain berisi informasi mengenai profil perusahaan, gambaran/informasi umum mengenai Dompet Elektronik yang diselenggarakan, jumlah pemegang, dan target pendapatan. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 30 Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “pengambilalihan” adalah perbuatan hukum
yang
dilakukan
oleh
badan
hukum
atau
orang
perseorangan untuk mengambilalih saham Bank atau Lembaga Selain Bank yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Bank atau Lembaga Selain Bank tersebut. Ayat (2) Cukup jelas.
- 21 -
Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Huruf a Yang dimaksud dengan “virtual currency” adalah uang digital yang diterbitkan oleh pihak selain otoritas moneter yang diperoleh
dengan
cara
mining,
pembelian,
atau
transfer
pemberian (reward) antara lain Bitcoin, BlackCoin, Dash, Dogecoin, Litecoin, Namecoin, Nxt, Peercoin, Primecoin, Ripple, dan Ven. Tidak termasuk dalam pengertian virtual currency adalah uang elektronik. Huruf b Yang dimaksud dengan “menyalahgunakan data dan informasi” adalah pengambilan atau penggunaan data selain untuk tujuan pemrosesan
transaksi
pembayaran
misalnya
pengambilan
nomor kartu, card verification value, expiry date, dan/atau service code pada Kartu Debet/Kredit melalui cash register di pedagang (double swipe). Huruf c Yang dimaksud dengan “nilai yang dapat dipersamakan dengan nilai uang” antara lain nilai pulsa, bonus, voucher, atau point reward yang dikelola oleh pihak tertentu. Pasal 35 Cukup jelas. Pasal 36 Cukup jelas. Pasal 37 Cukup jelas.
- 22 -
Pasal 38 Cukup jelas. Pasal 39 Cukup jelas. Pasal 40 Cukup jelas. Pasal 41 Cukup jelas. Pasal 42 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “dokumen pendukung” antara lain dokumen yang memuat informasi umum mengenai Proprietary Channel
yang diselenggarakan, keamanan dan keandalan
sistem, dan informasi lainnya yang dibutuhkan. Ayat (2) Yang dimaksud dengan “Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran yang telah menyelenggarakan pengembangan kegiatan Payment Gateway dan/atau Dompet Elektronik” adalah Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran yang sudah pernah menyampaikan permohonan kepada Bank Indonesia untuk menyelenggarakan pengembangan kegiatan dimaksud dan telah memperoleh suatu persetujuan atau penegasan dari Bank Indonesia. Pasal 43 Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5945