UPAYA PERBAIKAN GIZI 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN DALAM RANGKA PENCEGAHAN STUNTING BALITA MELALUI OPTIMALISASI PERAN TENAGA GIZI DI KABUPATEN BANYUMAS NUTRITION IMPROVEMENT EFFORTS FOR 1000 FIRST DAY OF LIFE IN ORDER TO PREVENT STUNTING IN CHILDREN THROUGH THE NUTRITIONIST OPTIMIZATION IN DISTRICT BANYUMAS Erna Kusuma Wati1), Setiyowati Rahardjo2), dan Hesti Permata Sari3) Jurusan Kesehatan Masyarakat1-2), Program Studi Ilmu Gizi3) Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman ABSTRAK Periode pertama 1.000 hari kehidupan adalah periode sensitif karena dampaknya bagi bayi selama periode ini. Dampak akan permanen dan tidak dapat diperbaiki. Salah satu upaya untuk mencegah stunting adalah pemberian layanan gizi di puskesmas dengan cara surveilans. Metode yang digunakan partisipatif dengan melibatkan mitra untuk berperan aktif dalam kegiatan dan disertai tim berperan sebagai sumber dan fasilitator. Analisis data menggunakan uji independen yang diukur dengan perubahan nilai pretest dan posttest. Ada 80% ijazah gizi, kebanyakan dari mereka (60%) memiliki 5 tahun pengalaman kerja. Ada peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan yaitu 9,63 sampai 9,94, namun tidak ada perbedaan pengetahuan yang signifikan sebelum dan sesudah pelatihan p = 0,078 (> 0,05). Untuk pelatihan, ada peningkatan keterampilan sebelum dan sesudah pelatihan (3,66 sampai 6.09), p = 0.000 (<0, 05), ini berarti ada perbedaan yang signifikan dalam keterampilan sebelum dan sesudah intervensi. Agar program surveilans stunting diharapkan melibatkan dinas kesehatan, ahli gizi dan bidan untuk memantau kegiatan pelacakan dan pelaporan gizi, terutama rutinitas stunting. Kata kunci: Stunting, Nutrisi, Surveilans ABSTRACT The first period of 1,000 days of life is a sensitive period due to the impact of the baby during this period. It will be permanent and can not be corrected. One of effort to prevent stunting is provide nutrition services in health centers by using surveillance stunting. The method used participatory by involving partners to play an active role in the activities and accompanied by a team act as a resource and facilitator. The data analysis useddependentt-test measured by changes in pretest and posttest scores. There are 80 % diploma of nutrition, most of them (60%) have 5 years work experience. There was an increased knowledge before and after training is of 9.63 to 9.94, but there was no significant differences in knowledge before and after training p=0,078 (>0.05). For the training, there was an increased skills before and after the training (3.66 to 6.09), p= 0.000 (<0 , 05), it mean that there was significant differences in the skills before and after the intervention. In order stunting surveillance program is expected to involve the health department for nutritionist and midwife to monitor nutrition tracking and reporting activities, especially stunting routine. Keywords : Stunting, Nutritionist, Surveilans
92
Suryanto,Pencegahan Kecelakaan Kerja Human And Technical Approach
93
Anak-anak yang mengalami
PENDAHULUAN Stunting atau terhambatnya
hambatan
dalam
pertumbuhan
pertumbuhan tubuh merupakan salah
disebabkan
satu bentuk kekurangan gizi yang
makanan yang memadai dan penyakit
ditandai
infeksi
dengan
tinggi
badan
kurangnya
yang
asupan
berulang,
dan
menurut umur dibawah (< - 2 SD)
meningkatnya kebutuhan metabolik
standar
serta
WHO oleh
deviasi dengan
referensi
2005. Stunting disebabkan beberapa
faktor
seperti
mengurangi
gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit
hamil,
gangguan
asuh
yang
tidak
makan,
sehingga meningkatnya kekurangan
kurangnya asupan ibu pada saat pola
nafsu
untuk
mengatasi
pertumbuhan berpeluang
yang
tepat.Kejadian stunting pada anak
akhirnya
terjadinya
merupakan suatu proses kumulatif
stunting (Allen and Gillespie, 2001).
yang terjadi sejak kehamilan, masa
Berdasarkan profil kesehatan
kanak-kanak dan sepanjang siklus
Kabupaten Banyumas tahun 2013,
kehidupan.
Kabupaten
Faktor gizi ibu sebelum dan selama
kehamilan
penyebab
merupakan
tidak langsung
Banyumas
menduduki
nomor tiga angka kematian ibu (AKI) tertinggi di Jawa Tengah, yaitu
yang
sebesar 112 per 100.000 kelahiran
terhadap
hidup, prevalensi anemia pada ibu
perkembangan
hamil 36%, AKB (Angka Kematian
janin. Ibu hamil dengan gizi kurang
Bayi) sebesar 35 per 1000 kelahiran
akan menyebabkan janin mengalami
hidup, persentase Berat Badan Lahir
Intrauterine
Retardation
Rendah (BBLR) kurang dari 2500 g
(IUGR), sehingga bayi akan lahir
sebesar 5,2%, prevalensi balita gizi
dengan kurang gizi, dan mengalami
buruk sebesar 0,27 %, gizi kurang
gangguan
(BB/U) 12,13 %, stunting atau
memberikan
kontribusi
pertumbuhan
dan
Growth
pertumbuhan
dan
perkembangan serta be untuk terkena
pendek
(TB/U)
29,79%,
kurus
penyakit degeneratif saat dewasa
(BB/TB) sebesar 4,6%, gizi lebih 5,6
kelak (fetal origin desease) (Victora,
%, rendahnya cakupan ASI Eksklusif
2008).
(55,8 %) dan masih banyak masalah
94
Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8 No 2, Juli 2016, Hal 92-101
lain yang merupakan faktor risiko stunting.
Berdasarkan mendalam
Pada penelitian Kusumawati
KaSie
tim pengusul dengan
Gizi
(2013) diperoleh hasil karakteristik
Kesehatan
Batita
wawancara
dan
KIA
Banyumas
Dinas
diperoleh
stunting,
sering
terkena
informasi bawah di setiap puskesmas
infeksi
(82%),
riwayat
telah memiliki Pojok Gizi akan tetapi
penyakit
panjang badan lahir < 48cm (66%),
dalam
riwayat pemberian ASI dan makanan
beberapa kendala antara lain belum
pendamping ASI kurang baik (66%),
semua puskesmas memiliki tenaga
riwayat berat badan lahir rendah
pelaksana gizi (74 %) dan setiap
adalah
puskesmas hanya ada satu orang
(8%).
Faktor
stunting
penyakit
infeksi,
lingkungan
dan
sanitasi ketersediaan
operasional
mengalami
yang menangani gizi baik dari tenaga pelaksana gizi atau bidan yang ditugaskan.Pencegahan
stunting
terutama pada 1000 HPK bukan pangan. Variabel yang paling
hanya
dominan
program gizi tetapi juga program
berhubungan
dengan
menjadi
tanggung
jawab
KIA. Program KIA di puksemas kejadian stunting adalah penyakit infeksi dengan nilai OR yang
menjadi tanggung jawab bidan desa. Belum
adanya
paket
intervensi
kelanjutan perawatan kesehatan dan paling besar yaitu 8,28 artinya bahwa
anak
yang
sering
gizi dari konsepsi sampai usia dua tahun sehingga ada kendala dalam pelaksanaan
program
gerakan
menderita penyakit infeksi be
nasional
mengalami stunting
termasuk pencegahan stunting.
8,28 kali
sadar
gizi
(GERNAS)
Oleh karena itu perguruan lebih besar dibandingkan anak
tinggi (tim pengusul) perlu bermitra
sehat.
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas dalam melakukan PKM berbasis
Riset
sebagai
―upaya
Suryanto,Pencegahan Kecelakaan Kerja Human And Technical Approach
perbaikan gizi 1000 hari pertama
Pelaksanaan
kehidupan dalam rangka pencegahan
metode ceramah dan diskusi disertai
stunting balita melalui optimalisasi
praktek pengolahan data survailans
peran tenaga gizi‖ sehingga dapat
dengan menggunakan modul .
meningkatkan masyarakat
derajat
kesehatan
Kabupaten
Banyumas
penelitian
95
dengan
Analisis dilakukan dengan uji statistik
uji
paired
t
testuntuk
khususnya kesehatan ibu dan anak.
mengetahui peningkatan pengetahuan
METODE PENELITIAN
dalam pencegahan stunting dan dan
Jenis penelitian adalah Quasi Experiment,
yaitu
penelitian
keterampilan survailans sebelum dan sesudah
penelitian.
Penelitian
eksperimen dimana pengalokasian
dilaksanakan selama 8 bulan(Maret –
perlakuan terhadap kelompok subjek
November
tidak
Banyumas.
dilakukan
pengacakan.
dengan
Adapun
cara
2015)
di
Kabupaten
desainnya
adalah Satu kelompok Pra-Uji dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pasca-Pengamatan dengan kelompok
A. Karakteristik sampel
perlakuan berperan sebagai kontrol
Karakteristik
atas dirinya sendiri, pengamatan
pelatihan
dilakukan
Kabupaten Banyumas
sebelum
dan
sesudah
perlakuan (Siagian, 2010).
Survailans
peserta stunting dapat
dilihat dalam Tabel 1.
Sampel dalam penelitian ini adalah 39 tenaga gizi dan bidan puskesmas perwakilan
yang dari
tiap
merupakan puskesmas.
Tabel. 1 Karakteristik peserta pelatihan Survailans stunting Kabupaten Banyumas Tahun 2015 Karakteristik Pendidikan D1 Gizi D3 Gizi/Bidan D4 Gizi S1 Gizi Lama Kerja 1 – 5 tahun
N
%
5 28 1 1
14.3 80 2.9 2.9
14
40.0
96
Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8 No 2, Juli 2016, Hal 92-101
> 5 tahun Jumlah
21 35
60.0 100,0
Tabel 1 menunjukkan karak-
surveilans dapat dilihat pada
teristik peserta pelatihan
Tabel
yang
2
berikut.
Tabel
2.
terdiri dari tenaga gizi dan bidan
menunjukkan bahwa responden
puskesmas,
yang
latar
belakang
mengikuti
pelatihan
pendidikan terakhir yaitu D3
menunjukkan adanya perubahan
Gizi sebanyak 28 responden (80
pengetahuan
%), sebagian besar (60%) telah
surveilansstunting.
berpengalaman kerja lebih dari 5
skor
tahun.
surveilans stunting pada saat pre
B. Pengetahuan Survailans Stunting
tentang Rata-rata
pengetahuan
tentang
test sebesar 9,63, sedangkan
Peserta Pelatihan
rata-rata pada saat post test
Hasil analisis bivariat serta
sebesar 9,94.
nilai rata-rata skor pre test dan post
test
skor
pengetahuan
responden tentang stunting dan Tabel 2. Hasil Uji Beda Pengetahuan Responden Sebelum (pre test) dan Sesudah (post test) Pelatihan di Kabupaten Banyumas Tahun 2015 Skor Pengetahuan
Skor Rata-rata
Pre test (sebelum pelatihan) Post test (sesudah pelatihan)
Pada
tabel
Uji yang Digunakan
Nilai p
Simpulan
paired ttest
0.078
0.05
Tidak ada perbedaan pengetahuan
9,63 9,94
2
dapat
dilihat
sebelum dan sesudah pelatihan.
hasil
uji
statistik
Hal ini karena perbedaan skor
dengan menggunakan uji paired t-
pengetahuan sebelum dan sesudah
test diperoleh nilai p = 0,078 (>
pelatihan
0,05),
sebesar 0,31 (3,22%).Hal ini tidak
berdasarkan
artinya
secara
statistik
sangat
yaitu
menunjukkan tidak ada perbedaan
sejalan
pengetahuan
Alfridsyah dkk (2013) tentang
yang
signifikan
dengan
kecil,
penelitian
Suryanto,Pencegahan Kecelakaan Kerja Human And Technical Approach
perbedaan baru
penggunaan
antropometri
standar
pengalaman
97
yang cukup, baik
WHO-2006
pengalaman yang diperoleh dari
terhadap peningkatan pengetahuan
diri sendiri maupun orang lain,
dan penilaian status gizi pada
juga
tenaga gizi pelaksana di Kota
penge-tahuan seseorang terhadap
Banda Aceh tahun 2009 yang
suatu
menyebutkan bahwa pendidikan
2007).
mampu
mempengaruhi
informasi
(Notoatmodjo,
kesehatan mampu meningkatkan
Berdasarkan hasil analisis
pengetahuan (p = 0,000) Tenaga
penelitian, terdapat pengetahuan
Gizi
yang mengalami penurunan dan
Pelaksana
(TGP)
dalam
menggunakan standar antropometri
tidak
menurut WHO.
(konstan). Penurunan pengetahuan
Terdapat
perubahan
faktor
terjadi pada pengetahuan tentang
mempengaruhi
ciri-ciri perilaku anak stunting
pengetahuan seseorang salah satu
(2,9%), dampak stunting pada anak
di antaranya adalah pendidikan.
(2,9%), dan manfaat surveilans
Pendidikan
dapat
memperluas
gizi
wawasan
atau
pengetahuan
pengetahuan dimungkinkan terjadi
seseorang. Hasil analisis dalam
karena selama ini tenaga gizi
penelitian
belum melaksanakan surveilans
yang
sebanyak
beberapa
mengalami
dapat
ini
menunjukkan
77,1%
responden
stunting
(5,7%).
di
Penurunan
wilayah
kerja
secara
rutin.
memiliki latar pendidikan D1 Gizi,
puskesmasnya
D3 Gizi, D4 Gizi dan S1 Gizi serta
Adanya penurunan pengetahuan
telah memiliki pengetahuan dasar
juga dapat dimungkinkan terjadi
tentang
karena
surveilans.Hal
ini
terdapat
perbedaan
didukung dengan hasil analisis
pemahaman responden terhadap
tingkat
materi yang disampaikan secara
pengetahuan
responden
sebelum pelatihan yang termasuk dalam kategori pengetahuan baik (77,1%).
Selain
pendidikan,
teoritis selama pelatihan. C. Keterampilan Survailans Stunting selama intervensi
98
Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8 No 2, Juli 2016, Hal 92-101
Gambaran keterampilan responden
dapat dilihat pada Tabel 3.
tentang surveilans stunting balita
Tabel
3.Gambaran
Keterampilan
Responden
dalam
Melaksanakan
SurvailansStunting di Kabupaten Banyumas Tahun 2015 Keterampilan
Kategori Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
Pre test
Post test
Jumlah 9 12 14 26 8 1
% 25,7 34,3 40,0 74,3 22,9 2,9
Sumber : Data Primer Terolah 2015
Tabel 3. menunjukkan sebanyak
stunting balita sesudah diberikan
40,0%
pelatihan.
responden
memiliki
keterampilan yang kurang dalam
Analisa
uji
perbedaan
melaksanakan
surveilans
pretest dan posttest keterampilan
stuntingsebelum
diberikan
responden
pelatihan
antara
survailans
pelatihan dan sebanyak 74,3%
stunting dilakukan dengan uji beda
memiliki keterampilan yang baik
T dependen. dapat dilihat pada
dalam melaksanakan
Tabel 4.
surveilans
Tabel 4. Hasil Uji Beda Keterampilan Responden Sebelum (pre test) dan Sesudah (post test) Pelatihan di Kabupaten Banyumas Tahun 2015 Skor Keterampilan
Skor Rata-rata
Pre test (sebelum pelatihan)
3,66
Post test (sesudah pelatihan)
6,09
Uji yang Digunakan
Nilai p
Simpulan
paired test
0.000
0.05
Ada perbedaan keterampilan
t-
Suryanto,Pencegahan Kecelakaan Kerja Human And Technical Approach
Tabel 5.menunjukkan bahwa
99
sebelum dan sesudah pelatihan juga
terdapat peningkatan nilai rata-rata
didukung
keterampilan responden sebelum dan
dilakukan Agung dkk (2013) tentang
sesudah pelatihan yaitu dari 3,66
efektivitas pelatihan terhadap kinerja
menjadi 6,09 dengan peningkatan
petugas surveilans di Kabupaten
nilai
keterampilan
Badung yang menunjukkan bahwa
antara pre test dan post test adalah
pelatihan yang dilakukan terhadap
sebesar 2,43 (66,39%). Berdasarkan
petugas
hasil
meningkatkan
rata-rata
uji
skor
statistik
menggunakan
uji
dengan
paired
oleh
penelitian
surveilans
yang
mampu
kinerja
petugas
t-test
terutama dalam proses pengolahan
diperoleh nilai p = 0,000 (< 0,05),
data dan analisis data termasuk
artinya secara statistik menunjukkan
diseminasi informasi.Hasil ini sesuai
ada perbedaan keterampilan yang
dengan penelitian Mardiana (2011)
signifikan
tentang keterampilan kader posyandu
sebelum
dan
sesudah
intervensi.
sebelum dan sesudah pelatihan yang
Dalam
pelatihan
ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan
responden
diberikan
materi
keterampilan kader posyandu dalam
pelaksanaan
surveilans
stunting
pengukuran antropometri sebelum
menggunakan
media
dan sesudah pelatihan di wilayah
yang
kerja Puskesmas Tarub, Kabupaten
dengan elektronik
(laptop)
didemonstrasikan langsung melalui LCD
dan
responden
Projector dapat
mempraktekan
Tegal.
sehingga
melihat
langsung
dan
langkah-
Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan memberikan
pelatihan
untuk
langkah pengolahan data, analisis
meningkatkan
data dan interpretasi data stunting
seseorang
gizi yang tersedia.
2009).Pemilihan metode pelatihan
Adanya keterampilan
perbedaan tenaga
gizi
yang
tepat
keterampilan (Maulana,
dapat
berpengaruh
dalam
terhadap peningkatan keterampilan
melakukan pengolahan data, analisis
seseorang. Metode pelatihan yang
data dan interpretasi data surveilans
digunakan
dalam
penelitian
ini
100
Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8 No 2, Juli 2016, Hal 92-101
adalah demonstrationand example.
pengalaman menjadi salah satu faktor
Menurut Hasibuan (2005), metode
yang mempengaruhi keterampilan
demonstrationand example adalah
kader
metode yang dilakukan dengan cara
hasil penimbangan pada KMS.
memperagakan
barang,
baik
secara
menginterpretasikan
kejadian,
aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan,
dalam
SIMPULAN DAN SARAN
langsung
Responden dalam penelitian
maupun melalui penggunaan media
ini
berjumlah
39
orang
pengajaran yang relevan dengan
merupakan tenaga gizi perwakilan
pokok bahasan atau materi yang
dari setiap puskesmas yang ada di
sedang disajikan.
Kabupaten
Banyumas.
yang
Sebanyak
Berdasarkan hasil penelitian
80% responden berlatar belakang D3
ini, pengalaman responden yang
Gizi dan 60 % diantaranya telah
kurang
memiliki
dalam
surveilans
melaksanakan
stunting
berpengalaman
kerja
balita
selama 5 tahun. Ada peningkatan
skor
pengetahuan responden sebelum dan
keterampilan responden pada saat pre
sesudah pelatihan sebesar dengan
test rendah, yaitu sebesar 3,66 dan
rata-rata peningkatan 3,22%. Ada
meningkat pada saat post test setelah
peningkatan
diberi pelatihan menjadi 6,09. Hal ini
dan sesudah pelatihan dengan rata-
sejalan
yang
rata peningkatan sebesar 66,39%. Uji
(2011)
dependent t-test menunjukkan tidak
yang
ada perbedaan pengetahuan sebelum
menyebabkan
dengan
dilakukan tentang
oleh
rata-rata
penelitian Putriani
faktor-faktor
dan
posyandu dalam menginterpretasikan
survailans giziserta ada perbedaan
hasil
kartu
keterampilan antara sebelum dan
yang
sesudah intervensi survailans gizi.
menuju
sehat
pada (KMS)
diberikan
sebelum
mempengaruhi keterampilan kader
penimbangan
sesudah
ketrampilan
pelatihan
menunjukkan bahwa lama kerja dan
DAFTAR PUSTAKA
Agung, AAG., IM Suarjana, dan R. larasati. 2013. Efektivitas Pelatihan Terhadap Kinerja Petugas Surveilans Di
Suryanto,Pencegahan Kecelakaan Kerja Human And Technical Approach
Kabupaten Badung. Jurnal Skala Husada Vol 10 No 1 April: 88-93. http://www.poltekkesdenpasar.ac.id/files/JSH/V10N1 Diakses tanggal 1 Juli 2015 Alfridsyah, Ichsan, dan Ampera Miko. 2013. Perbedaan Penggunaan Standar Baru Antropometri WHO-2006 Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Penilaian Status Gizi Pada Tenaga Gizi Pelaksana Di Kota Banda Aceh Tahun 2009. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 16 No. 2 April 2013:143–153. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/in dex.php/hsr/article/view/3305 Diakses tanggal 1 Juli 2015 Allen LH and Gillespie SR. 2001. What Works? A Revies of the Efficacy and Effectivenss of Nutrition Intervenstions. ACC/SCN Nutrition Policy Paper no 19. Manila : Asian Development Bank Hasibuan, M. S. P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Bumi Aksara: Jakarta. Kusumawati dkk. 2013. Model Pengendalian Faktor Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6 – 36 Bulan Di Puskesmas Kedung Banteng. Laporan Penelitian LPPM Unsoed Mardiana. 2011. Keterampilan Kader Posyandu Sebelum dan Sesudah
101
Pelatihan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 7 No 1 Tahun 2011 Hal. 25-31 http://journal.unnes.ac.id/index.php/k emas Diakses tanggal 25 Juni 2015. Maulana, D. J. H. 2009. Promosi KesehatanEdisi I. EGC: Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Putriani, Y. E. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Kader Posyandu Dalam Menginterpretasikan Hasil Penimbangan Pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Skripsi. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. http://repository.unej.ac.id/bitstream/ handle/123456789/778 Diakses tanggal 25 Juni 2015. Siagian, Albiner. 2010. Epidemiologi Gizi. Penerbit Erlangga, Jakarta. Victora CG, Adair L, Fall C, Hallal PC, Martorell M, Richter L, Sachdev HS . 2008 for the Maternal and Child Undernutrition Study Group Maternal and child undernutrition: consequences for adult health and human capital. The Lancet 37: 340357