92 UPAYA PERBAIKAN GIZI 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN DALAM

Download UPAYA PERBAIKAN GIZI 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN DALAM. RANGKA PENCEGAHAN ... Periode pertama 1.000 hari kehidupan adalah periode sensitif ...

0 downloads 486 Views 220KB Size
UPAYA PERBAIKAN GIZI 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN DALAM RANGKA PENCEGAHAN STUNTING BALITA MELALUI OPTIMALISASI PERAN TENAGA GIZI DI KABUPATEN BANYUMAS NUTRITION IMPROVEMENT EFFORTS FOR 1000 FIRST DAY OF LIFE IN ORDER TO PREVENT STUNTING IN CHILDREN THROUGH THE NUTRITIONIST OPTIMIZATION IN DISTRICT BANYUMAS Erna Kusuma Wati1), Setiyowati Rahardjo2), dan Hesti Permata Sari3) Jurusan Kesehatan Masyarakat1-2), Program Studi Ilmu Gizi3) Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman ABSTRAK Periode pertama 1.000 hari kehidupan adalah periode sensitif karena dampaknya bagi bayi selama periode ini. Dampak akan permanen dan tidak dapat diperbaiki. Salah satu upaya untuk mencegah stunting adalah pemberian layanan gizi di puskesmas dengan cara surveilans. Metode yang digunakan partisipatif dengan melibatkan mitra untuk berperan aktif dalam kegiatan dan disertai tim berperan sebagai sumber dan fasilitator. Analisis data menggunakan uji independen yang diukur dengan perubahan nilai pretest dan posttest. Ada 80% ijazah gizi, kebanyakan dari mereka (60%) memiliki 5 tahun pengalaman kerja. Ada peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan yaitu 9,63 sampai 9,94, namun tidak ada perbedaan pengetahuan yang signifikan sebelum dan sesudah pelatihan p = 0,078 (> 0,05). Untuk pelatihan, ada peningkatan keterampilan sebelum dan sesudah pelatihan (3,66 sampai 6.09), p = 0.000 (<0, 05), ini berarti ada perbedaan yang signifikan dalam keterampilan sebelum dan sesudah intervensi. Agar program surveilans stunting diharapkan melibatkan dinas kesehatan, ahli gizi dan bidan untuk memantau kegiatan pelacakan dan pelaporan gizi, terutama rutinitas stunting. Kata kunci: Stunting, Nutrisi, Surveilans ABSTRACT The first period of 1,000 days of life is a sensitive period due to the impact of the baby during this period. It will be permanent and can not be corrected. One of effort to prevent stunting is provide nutrition services in health centers by using surveillance stunting. The method used participatory by involving partners to play an active role in the activities and accompanied by a team act as a resource and facilitator. The data analysis useddependentt-test measured by changes in pretest and posttest scores. There are 80 % diploma of nutrition, most of them (60%) have 5 years work experience. There was an increased knowledge before and after training is of 9.63 to 9.94, but there was no significant differences in knowledge before and after training p=0,078 (>0.05). For the training, there was an increased skills before and after the training (3.66 to 6.09), p= 0.000 (<0 , 05), it mean that there was significant differences in the skills before and after the intervention. In order stunting surveillance program is expected to involve the health department for nutritionist and midwife to monitor nutrition tracking and reporting activities, especially stunting routine. Keywords : Stunting, Nutritionist, Surveilans

92

Suryanto,Pencegahan Kecelakaan Kerja Human And Technical Approach

93

Anak-anak yang mengalami

PENDAHULUAN Stunting atau terhambatnya

hambatan

dalam

pertumbuhan

pertumbuhan tubuh merupakan salah

disebabkan

satu bentuk kekurangan gizi yang

makanan yang memadai dan penyakit

ditandai

infeksi

dengan

tinggi

badan

kurangnya

yang

asupan

berulang,

dan

menurut umur dibawah (< - 2 SD)

meningkatnya kebutuhan metabolik

standar

serta

WHO oleh

deviasi dengan

referensi

2005. Stunting disebabkan beberapa

faktor

seperti

mengurangi

gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit

hamil,

gangguan

asuh

yang

tidak

makan,

sehingga meningkatnya kekurangan

kurangnya asupan ibu pada saat pola

nafsu

untuk

mengatasi

pertumbuhan berpeluang

yang

tepat.Kejadian stunting pada anak

akhirnya

terjadinya

merupakan suatu proses kumulatif

stunting (Allen and Gillespie, 2001).

yang terjadi sejak kehamilan, masa

Berdasarkan profil kesehatan

kanak-kanak dan sepanjang siklus

Kabupaten Banyumas tahun 2013,

kehidupan.

Kabupaten

Faktor gizi ibu sebelum dan selama

kehamilan

penyebab

merupakan

tidak langsung

Banyumas

menduduki

nomor tiga angka kematian ibu (AKI) tertinggi di Jawa Tengah, yaitu

yang

sebesar 112 per 100.000 kelahiran

terhadap

hidup, prevalensi anemia pada ibu

perkembangan

hamil 36%, AKB (Angka Kematian

janin. Ibu hamil dengan gizi kurang

Bayi) sebesar 35 per 1000 kelahiran

akan menyebabkan janin mengalami

hidup, persentase Berat Badan Lahir

Intrauterine

Retardation

Rendah (BBLR) kurang dari 2500 g

(IUGR), sehingga bayi akan lahir

sebesar 5,2%, prevalensi balita gizi

dengan kurang gizi, dan mengalami

buruk sebesar 0,27 %, gizi kurang

gangguan

(BB/U) 12,13 %, stunting atau

memberikan

kontribusi

pertumbuhan

dan

Growth

pertumbuhan

dan

perkembangan serta be untuk terkena

pendek

(TB/U)

29,79%,

kurus

penyakit degeneratif saat dewasa

(BB/TB) sebesar 4,6%, gizi lebih 5,6

kelak (fetal origin desease) (Victora,

%, rendahnya cakupan ASI Eksklusif

2008).

(55,8 %) dan masih banyak masalah

94

Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8 No 2, Juli 2016, Hal 92-101

lain yang merupakan faktor risiko stunting.

Berdasarkan mendalam

Pada penelitian Kusumawati

KaSie

tim pengusul dengan

Gizi

(2013) diperoleh hasil karakteristik

Kesehatan

Batita

wawancara

dan

KIA

Banyumas

Dinas

diperoleh

stunting,

sering

terkena

informasi bawah di setiap puskesmas

infeksi

(82%),

riwayat

telah memiliki Pojok Gizi akan tetapi

penyakit

panjang badan lahir < 48cm (66%),

dalam

riwayat pemberian ASI dan makanan

beberapa kendala antara lain belum

pendamping ASI kurang baik (66%),

semua puskesmas memiliki tenaga

riwayat berat badan lahir rendah

pelaksana gizi (74 %) dan setiap

adalah

puskesmas hanya ada satu orang

(8%).

Faktor

stunting

penyakit

infeksi,

lingkungan

dan

sanitasi ketersediaan

operasional

mengalami

yang menangani gizi baik dari tenaga pelaksana gizi atau bidan yang ditugaskan.Pencegahan

stunting

terutama pada 1000 HPK bukan pangan. Variabel yang paling

hanya

dominan

program gizi tetapi juga program

berhubungan

dengan

menjadi

tanggung

jawab

KIA. Program KIA di puksemas kejadian stunting adalah penyakit infeksi dengan nilai OR yang

menjadi tanggung jawab bidan desa. Belum

adanya

paket

intervensi

kelanjutan perawatan kesehatan dan paling besar yaitu 8,28 artinya bahwa

anak

yang

sering

gizi dari konsepsi sampai usia dua tahun sehingga ada kendala dalam pelaksanaan

program

gerakan

menderita penyakit infeksi be

nasional

mengalami stunting

termasuk pencegahan stunting.

8,28 kali

sadar

gizi

(GERNAS)

Oleh karena itu perguruan lebih besar dibandingkan anak

tinggi (tim pengusul) perlu bermitra

sehat.

dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas dalam melakukan PKM berbasis

Riset

sebagai

―upaya

Suryanto,Pencegahan Kecelakaan Kerja Human And Technical Approach

perbaikan gizi 1000 hari pertama

Pelaksanaan

kehidupan dalam rangka pencegahan

metode ceramah dan diskusi disertai

stunting balita melalui optimalisasi

praktek pengolahan data survailans

peran tenaga gizi‖ sehingga dapat

dengan menggunakan modul .

meningkatkan masyarakat

derajat

kesehatan

Kabupaten

Banyumas

penelitian

95

dengan

Analisis dilakukan dengan uji statistik

uji

paired

t

testuntuk

khususnya kesehatan ibu dan anak.

mengetahui peningkatan pengetahuan

METODE PENELITIAN

dalam pencegahan stunting dan dan

Jenis penelitian adalah Quasi Experiment,

yaitu

penelitian

keterampilan survailans sebelum dan sesudah

penelitian.

Penelitian

eksperimen dimana pengalokasian

dilaksanakan selama 8 bulan(Maret –

perlakuan terhadap kelompok subjek

November

tidak

Banyumas.

dilakukan

pengacakan.

dengan

Adapun

cara

2015)

di

Kabupaten

desainnya

adalah Satu kelompok Pra-Uji dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pasca-Pengamatan dengan kelompok

A. Karakteristik sampel

perlakuan berperan sebagai kontrol

Karakteristik

atas dirinya sendiri, pengamatan

pelatihan

dilakukan

Kabupaten Banyumas

sebelum

dan

sesudah

perlakuan (Siagian, 2010).

Survailans

peserta stunting dapat

dilihat dalam Tabel 1.

Sampel dalam penelitian ini adalah 39 tenaga gizi dan bidan puskesmas perwakilan

yang dari

tiap

merupakan puskesmas.

Tabel. 1 Karakteristik peserta pelatihan Survailans stunting Kabupaten Banyumas Tahun 2015 Karakteristik Pendidikan D1 Gizi D3 Gizi/Bidan D4 Gizi S1 Gizi Lama Kerja 1 – 5 tahun

N

%

5 28 1 1

14.3 80 2.9 2.9

14

40.0

96

Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8 No 2, Juli 2016, Hal 92-101

> 5 tahun Jumlah

21 35

60.0 100,0

Tabel 1 menunjukkan karak-

surveilans dapat dilihat pada

teristik peserta pelatihan

Tabel

yang

2

berikut.

Tabel

2.

terdiri dari tenaga gizi dan bidan

menunjukkan bahwa responden

puskesmas,

yang

latar

belakang

mengikuti

pelatihan

pendidikan terakhir yaitu D3

menunjukkan adanya perubahan

Gizi sebanyak 28 responden (80

pengetahuan

%), sebagian besar (60%) telah

surveilansstunting.

berpengalaman kerja lebih dari 5

skor

tahun.

surveilans stunting pada saat pre

B. Pengetahuan Survailans Stunting

tentang Rata-rata

pengetahuan

tentang

test sebesar 9,63, sedangkan

Peserta Pelatihan

rata-rata pada saat post test

Hasil analisis bivariat serta

sebesar 9,94.

nilai rata-rata skor pre test dan post

test

skor

pengetahuan

responden tentang stunting dan Tabel 2. Hasil Uji Beda Pengetahuan Responden Sebelum (pre test) dan Sesudah (post test) Pelatihan di Kabupaten Banyumas Tahun 2015 Skor Pengetahuan

Skor Rata-rata

Pre test (sebelum pelatihan) Post test (sesudah pelatihan)

Pada

tabel

Uji yang Digunakan

Nilai p



Simpulan

paired ttest

0.078

0.05

Tidak ada perbedaan pengetahuan

9,63 9,94

2

dapat

dilihat

sebelum dan sesudah pelatihan.

hasil

uji

statistik

Hal ini karena perbedaan skor

dengan menggunakan uji paired t-

pengetahuan sebelum dan sesudah

test diperoleh nilai p = 0,078 (>

pelatihan

0,05),

sebesar 0,31 (3,22%).Hal ini tidak

berdasarkan

artinya

secara

statistik

sangat

yaitu

menunjukkan tidak ada perbedaan

sejalan

pengetahuan

Alfridsyah dkk (2013) tentang

yang

signifikan

dengan

kecil,

penelitian

Suryanto,Pencegahan Kecelakaan Kerja Human And Technical Approach

perbedaan baru

penggunaan

antropometri

standar

pengalaman

97

yang cukup, baik

WHO-2006

pengalaman yang diperoleh dari

terhadap peningkatan pengetahuan

diri sendiri maupun orang lain,

dan penilaian status gizi pada

juga

tenaga gizi pelaksana di Kota

penge-tahuan seseorang terhadap

Banda Aceh tahun 2009 yang

suatu

menyebutkan bahwa pendidikan

2007).

mampu

mempengaruhi

informasi

(Notoatmodjo,

kesehatan mampu meningkatkan

Berdasarkan hasil analisis

pengetahuan (p = 0,000) Tenaga

penelitian, terdapat pengetahuan

Gizi

yang mengalami penurunan dan

Pelaksana

(TGP)

dalam

menggunakan standar antropometri

tidak

menurut WHO.

(konstan). Penurunan pengetahuan

Terdapat

perubahan

faktor

terjadi pada pengetahuan tentang

mempengaruhi

ciri-ciri perilaku anak stunting

pengetahuan seseorang salah satu

(2,9%), dampak stunting pada anak

di antaranya adalah pendidikan.

(2,9%), dan manfaat surveilans

Pendidikan

dapat

memperluas

gizi

wawasan

atau

pengetahuan

pengetahuan dimungkinkan terjadi

seseorang. Hasil analisis dalam

karena selama ini tenaga gizi

penelitian

belum melaksanakan surveilans

yang

sebanyak

beberapa

mengalami

dapat

ini

menunjukkan

77,1%

responden

stunting

(5,7%).

di

Penurunan

wilayah

kerja

secara

rutin.

memiliki latar pendidikan D1 Gizi,

puskesmasnya

D3 Gizi, D4 Gizi dan S1 Gizi serta

Adanya penurunan pengetahuan

telah memiliki pengetahuan dasar

juga dapat dimungkinkan terjadi

tentang

karena

surveilans.Hal

ini

terdapat

perbedaan

didukung dengan hasil analisis

pemahaman responden terhadap

tingkat

materi yang disampaikan secara

pengetahuan

responden

sebelum pelatihan yang termasuk dalam kategori pengetahuan baik (77,1%).

Selain

pendidikan,

teoritis selama pelatihan. C. Keterampilan Survailans Stunting selama intervensi

98

Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8 No 2, Juli 2016, Hal 92-101

Gambaran keterampilan responden

dapat dilihat pada Tabel 3.

tentang surveilans stunting balita

Tabel

3.Gambaran

Keterampilan

Responden

dalam

Melaksanakan

SurvailansStunting di Kabupaten Banyumas Tahun 2015 Keterampilan

Kategori Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang

Pre test

Post test

Jumlah 9 12 14 26 8 1

% 25,7 34,3 40,0 74,3 22,9 2,9

Sumber : Data Primer Terolah 2015

Tabel 3. menunjukkan sebanyak

stunting balita sesudah diberikan

40,0%

pelatihan.

responden

memiliki

keterampilan yang kurang dalam

Analisa

uji

perbedaan

melaksanakan

surveilans

pretest dan posttest keterampilan

stuntingsebelum

diberikan

responden

pelatihan

antara

survailans

pelatihan dan sebanyak 74,3%

stunting dilakukan dengan uji beda

memiliki keterampilan yang baik

T dependen. dapat dilihat pada

dalam melaksanakan

Tabel 4.

surveilans

Tabel 4. Hasil Uji Beda Keterampilan Responden Sebelum (pre test) dan Sesudah (post test) Pelatihan di Kabupaten Banyumas Tahun 2015 Skor Keterampilan

Skor Rata-rata

Pre test (sebelum pelatihan)

3,66

Post test (sesudah pelatihan)

6,09

Uji yang Digunakan

Nilai p



Simpulan

paired test

0.000

0.05

Ada perbedaan keterampilan

t-

Suryanto,Pencegahan Kecelakaan Kerja Human And Technical Approach

Tabel 5.menunjukkan bahwa

99

sebelum dan sesudah pelatihan juga

terdapat peningkatan nilai rata-rata

didukung

keterampilan responden sebelum dan

dilakukan Agung dkk (2013) tentang

sesudah pelatihan yaitu dari 3,66

efektivitas pelatihan terhadap kinerja

menjadi 6,09 dengan peningkatan

petugas surveilans di Kabupaten

nilai

keterampilan

Badung yang menunjukkan bahwa

antara pre test dan post test adalah

pelatihan yang dilakukan terhadap

sebesar 2,43 (66,39%). Berdasarkan

petugas

hasil

meningkatkan

rata-rata

uji

skor

statistik

menggunakan

uji

dengan

paired

oleh

penelitian

surveilans

yang

mampu

kinerja

petugas

t-test

terutama dalam proses pengolahan

diperoleh nilai p = 0,000 (< 0,05),

data dan analisis data termasuk

artinya secara statistik menunjukkan

diseminasi informasi.Hasil ini sesuai

ada perbedaan keterampilan yang

dengan penelitian Mardiana (2011)

signifikan

tentang keterampilan kader posyandu

sebelum

dan

sesudah

intervensi.

sebelum dan sesudah pelatihan yang

Dalam

pelatihan

ini

menunjukkan bahwa ada perbedaan

responden

diberikan

materi

keterampilan kader posyandu dalam

pelaksanaan

surveilans

stunting

pengukuran antropometri sebelum

menggunakan

media

dan sesudah pelatihan di wilayah

yang

kerja Puskesmas Tarub, Kabupaten

dengan elektronik

(laptop)

didemonstrasikan langsung melalui LCD

dan

responden

Projector dapat

mempraktekan

Tegal.

sehingga

melihat

langsung

dan

langkah-

Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan memberikan

pelatihan

untuk

langkah pengolahan data, analisis

meningkatkan

data dan interpretasi data stunting

seseorang

gizi yang tersedia.

2009).Pemilihan metode pelatihan

Adanya keterampilan

perbedaan tenaga

gizi

yang

tepat

keterampilan (Maulana,

dapat

berpengaruh

dalam

terhadap peningkatan keterampilan

melakukan pengolahan data, analisis

seseorang. Metode pelatihan yang

data dan interpretasi data surveilans

digunakan

dalam

penelitian

ini

100

Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8 No 2, Juli 2016, Hal 92-101

adalah demonstrationand example.

pengalaman menjadi salah satu faktor

Menurut Hasibuan (2005), metode

yang mempengaruhi keterampilan

demonstrationand example adalah

kader

metode yang dilakukan dengan cara

hasil penimbangan pada KMS.

memperagakan

barang,

baik

secara

menginterpretasikan

kejadian,

aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan,

dalam

SIMPULAN DAN SARAN

langsung

Responden dalam penelitian

maupun melalui penggunaan media

ini

berjumlah

39

orang

pengajaran yang relevan dengan

merupakan tenaga gizi perwakilan

pokok bahasan atau materi yang

dari setiap puskesmas yang ada di

sedang disajikan.

Kabupaten

Banyumas.

yang

Sebanyak

Berdasarkan hasil penelitian

80% responden berlatar belakang D3

ini, pengalaman responden yang

Gizi dan 60 % diantaranya telah

kurang

memiliki

dalam

surveilans

melaksanakan

stunting

berpengalaman

kerja

balita

selama 5 tahun. Ada peningkatan

skor

pengetahuan responden sebelum dan

keterampilan responden pada saat pre

sesudah pelatihan sebesar dengan

test rendah, yaitu sebesar 3,66 dan

rata-rata peningkatan 3,22%. Ada

meningkat pada saat post test setelah

peningkatan

diberi pelatihan menjadi 6,09. Hal ini

dan sesudah pelatihan dengan rata-

sejalan

yang

rata peningkatan sebesar 66,39%. Uji

(2011)

dependent t-test menunjukkan tidak

yang

ada perbedaan pengetahuan sebelum

menyebabkan

dengan

dilakukan tentang

oleh

rata-rata

penelitian Putriani

faktor-faktor

dan

posyandu dalam menginterpretasikan

survailans giziserta ada perbedaan

hasil

kartu

keterampilan antara sebelum dan

yang

sesudah intervensi survailans gizi.

menuju

sehat

pada (KMS)

diberikan

sebelum

mempengaruhi keterampilan kader

penimbangan

sesudah

ketrampilan

pelatihan

menunjukkan bahwa lama kerja dan

DAFTAR PUSTAKA

Agung, AAG., IM Suarjana, dan R. larasati. 2013. Efektivitas Pelatihan Terhadap Kinerja Petugas Surveilans Di

Suryanto,Pencegahan Kecelakaan Kerja Human And Technical Approach

Kabupaten Badung. Jurnal Skala Husada Vol 10 No 1 April: 88-93. http://www.poltekkesdenpasar.ac.id/files/JSH/V10N1 Diakses tanggal 1 Juli 2015 Alfridsyah, Ichsan, dan Ampera Miko. 2013. Perbedaan Penggunaan Standar Baru Antropometri WHO-2006 Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Penilaian Status Gizi Pada Tenaga Gizi Pelaksana Di Kota Banda Aceh Tahun 2009. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 16 No. 2 April 2013:143–153. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/in dex.php/hsr/article/view/3305 Diakses tanggal 1 Juli 2015 Allen LH and Gillespie SR. 2001. What Works? A Revies of the Efficacy and Effectivenss of Nutrition Intervenstions. ACC/SCN Nutrition Policy Paper no 19. Manila : Asian Development Bank Hasibuan, M. S. P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Bumi Aksara: Jakarta. Kusumawati dkk. 2013. Model Pengendalian Faktor Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6 – 36 Bulan Di Puskesmas Kedung Banteng. Laporan Penelitian LPPM Unsoed Mardiana. 2011. Keterampilan Kader Posyandu Sebelum dan Sesudah

101

Pelatihan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 7 No 1 Tahun 2011 Hal. 25-31 http://journal.unnes.ac.id/index.php/k emas Diakses tanggal 25 Juni 2015. Maulana, D. J. H. 2009. Promosi KesehatanEdisi I. EGC: Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Putriani, Y. E. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Kader Posyandu Dalam Menginterpretasikan Hasil Penimbangan Pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Skripsi. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. http://repository.unej.ac.id/bitstream/ handle/123456789/778 Diakses tanggal 25 Juni 2015. Siagian, Albiner. 2010. Epidemiologi Gizi. Penerbit Erlangga, Jakarta. Victora CG, Adair L, Fall C, Hallal PC, Martorell M, Richter L, Sachdev HS . 2008 for the Maternal and Child Undernutrition Study Group Maternal and child undernutrition: consequences for adult health and human capital. The Lancet 37: 340357