ANALISA KESULITAN PEMAHAMAN KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI

Download Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No. 4 (43 - 51). 43 ... Kelarutan Pada Siswa SMA Inshafuddin Tahun Ajaran 2015/2016...

0 downloads 303 Views 136KB Size
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No. 4 (43 - 51)

Analisa kesulitan Pemahaman Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Pada Siswa SMA Inshafuddin Tahun Ajaran 2015/2016 Tya Ulfah, Rusman, Ibnu Khaldun Prodi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111 *Corresponding author: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesulitan pemahaman konsep yang dialami oleh siswa kelas XI IPA SMA Inshafuddin. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Data penelitian diperoleh dari hasil tes siswa terhadap materi kelarutan dan hasil kelarutan. Penelitian dilakukan di SMA Inshafuddin dengan subjek 24 orang siswa-siswi kelas XI IPA. Penelitian dilakukan melalui tes diagnostik dengan menggunakan instrumen tes uraian tentang konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan. Kesulitan pemahaman konsep yang dialami oleh siswa kelas XI IPA SMA Inshafuddin pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan meliputi kesalahan penulisan persamaan reaksi ionisasi sebanyak 56,4%, penulisan ungkapan Ksp sebanyak 66,67%, faktor-faktor yang memengaruhi kelarutan 24,39%, pengaruh ion senama 12,5%, pengaruh pH terhadap kelarutan 75%, dan hubungan Ksp dengan Qsp 58,33%. Simpulan penelitian ini adalah sebagian besar siswa-siswi pada SMA Inshafuddin mengalami kesulitan dalam memahami konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan. persentase rata-rata siswa yang tidak memahami konsep adalah 95% mencakup seluruh konsep yang diujiankan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor yang berasal dari diri siswa dan faktor dari guru atau lingkungan. Kata kunci: pemahaman konsep, tes diagnostik, kesulitan PENDAHULUAN Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan proses belajar yang dicapai oleh siswa dalam penguasaan tugas atau materi pelajaran yang diterima dalam jangka waktu tertentu (Olivia, 2011:73). Seseorang dikatakan memiliki prestasi belajar apabila telah menunjukkan peningkatan hasil belajar. Demikian halnya dengan prestasi belajar kimia yang merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran kimia itu sendiri. Marsita dkk, (2010:512) mengungkapkan bahwa materi kimia cenderung abstrak dan penuh dengan konsep yang sulit dipahami siswa. kesulitan yang dihadapi siswa ditunjukkan dari hasil belajar yang masih rendah (Madiya, 2012:2). Kesulitan siswa dalam memahami konsep kimia dapat dilihat dengan menggunakan tes diagnostik. Tes diagnostik dapat berupa tes multiple choice dengan alasan terbuka, tes multiple choice dengan alasan yang telah ditentukan dan tes uraian tertulis (Susanti, dkk., 2014:16-17). Hasil Observasi di SMA Inshafuddin dengan cara pemberian angket respon siswa yang berisi materi kimia dari kelas X hingga kelas XII, materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dikategorikan materi yang paling sulit dimengerti oleh siswa karena cakupan dan keluasan materinya. Siswa harus dapat menguasai materi ini yang berupa konsep, perhitungan, reaksi yang terlibat, menganalisis sifat-sifat garam, memprediksi jumlah endapan yang terbentuk dan pengaruh penambahan ion senama (Chuningham dan Stanovich, dalam Firdausi, 2014:194 ). Sudarminta (2002:87) mengemukakan bahwa konsep merupakan representasi abstrak tentang sesuatu. Konsep dapat menggambarkan fenomena-fenomena tertentu berdasarkan kesamaan gejala yang terlihat (Rianto, 2004:27). Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti dengan benar, sedangkan pemahaman berarti proses yang dilakukan untuk mengetahui sesuatu dengan baik (Fajri dan Senja, 2008:607608). Pemahaman konsep berupa tuntutan bagi seseorang untuk mengetahui makna atau arti yang diajarkan, memanfaatkan isi bahan yang dipelajari serta memecahkan masalah 43

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No. 4 (43 - 51) yang berkaitan dengan apa yang dipelajari tersebut (Nurjanah, dkk., 2012:2). Dalam memahami dan mengembangkan suatu konsep, diperlukan kemampuan berpikir induktif karena aplikasinya lebih dominan sesuai dengan metode ilmiah (Sulistyani, 2010:53). Dewasa ini banyak sekali masalah yang disebabkan oleh penyalahgunaan bahanbahan kimia, baik dalam makanan, maupun yang berbentuk pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, siswa diharapkan mampu dan cekatan dalam menghadapi masalah global ini (Rafika, 2014:14-15). Kesulitan dalam memahami konsep sama hal nya dengan kesulitan belajar yang dialami siswa. Kesulitan belajar ini berdampak langsung kepada kendalakendala dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Kesulitan belajar merupakan hambatan yang dialami siswa yang ditunjukkan dengan penguasaan materi pembelajaran yang tidak tuntas (Kusumaningrum, dkk., 2015:38; Aristiani, 2013:295).

METODE PENELITIAN Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA SMA Inshafuddin Banda Aceh tahun ajaran 2015/2016. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI yang terdiri dari kelas XI IPA 1 dan siwa kelas XI IPA 2 dengan jumlah 24 orang. Sampel dipilih berdasarkan tujuan peneliti (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa seluruh siswa telah mempelajari materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Akmalia dan Sulistianingsih, 2014:1383). Kriteria lain adalah siswa dan siswi yang memiliki tingkat kemampuan rendah hingga tinggi. Tingkat kemampuan ini dilihat dari proses penilaian terhadap pembelajaran sebelumnya. Prosedur Penelitian Peneliti terlebih dahulu melakukan observasi di sekolah untuk melihat secara langsung proses pembelajaran yang berlangsung selama ini. Observasi dilakukan melalui pengamatan dan pemberian angket. Pada angket terdapat materi-materi kimia dari kelas X hingga kelas XII. Siswa diminta untuk mengisi angket dengan cara memberi skor terhadap materi yang disediakan. Materi yang memiliki skor paling sedikit dianggap materi yang paling sulit. Hasil pemeriksaan angket menunjukkan bahwa materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang paling sulit dimengerti siswa. Selanjutnya peneliti menyiap-kan soal-soal yang berhubungan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk diuji kepada siswa-siswi. Selain itu, peneliti juga memberikan angket kepada siswa-siswi yang berisi alasan-alasan kesulitan belajar yang mereka alami selama belajar kimia. Hasil tes yang diperoleh akan dianalisis untuk melihat konsep-konsep apa saja yang sulit dipelajari. Melalui angket kesulitan belajar, peneliti juga dapat mengkaji faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan mereka kesulitan belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kelarutan. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah hasil jawaban siswa terhadap tes tulis berbentuk uraian. Siswa-siswi di sekolah tersebut di berikan waktu 60 menit untuk menyelesaikan 10 soal uraian yang ada dalam instrumen penelitian. Setelah itu, siswa-siswi diberikan angket yang berisi pernyataan-pernyataan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesuitan dalam belajar. Waktu pengisian angket diberikan selama 15 menit. Pemberian angket kepada siswa bertujuan untuk memperkuat data penelitian nantinya. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif yang diperoleh dari hasil tes. Proses analisis data kualitatif dilakukan dengan penskoran terhadap data tes dan menghitung persentase kesulitan pemahaman konsep yang dialami oleh siswa. Persentase tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus: P=

ƩB x 100 N

Keterangan: ƩB = jumlah jawaban yang benar N = banyaknya siswa

44

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No. 4 (43 - 51) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil jawaban siswa terhadap tes yang diberikan kurang memuaskan. Banyak siswa yang tidak memberikan jawaban dari soal yang diberikan. Materi yang diujikan pada tes mencakup penulisan persamaan reaksi ionisasi, penulisan ungkapan Ksp, menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan, menjelaskan pengaruh ion senama terhadap kelarutan, menjelaskan pengaruh pH terhadap kelarutan suatu garam dan memprediksi terbentuknya endapan berdasarkan perbandingan nilai Ksp dengan Qsp. Persamaan Reaksi Ionisasi Tata cara penulisan persamaan reaksi termasuk cara menuliskan rumus senyawa, ion dan muatannya, indeks, koefisien, tanda panah setimbang dan fasa dinilai pada tes ini. Soal yang berhubungan dengan materi di atas terdapat pada soal nomor 1,5 dan 9. Tabel di bawah memuat persentase siswa yang salah dalam menuliskan persamaan reaksi kesetimbangan antara padatan dengan ion-ion yang ada dalam larutan. Masingmasing bagian merupakan contoh dari garam sukar larut yang harus dituliskan persamaan reaksi ionisasinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang keliru dalam menuliskan persamaan reaksi ionisasi. Pemahaman siswa yang keliru dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Kesalahan Siswa dalam Menuliskan Persamaan Reaksi Persentase Kesalahan Jenis Kesalahan a b c d e penulisan rumus 33 38 42 38 50 senyawa penulisan 83 50 58 46 100 koefisien penulisan kation 96 67 71 46 100 dan anion penulisan fasa 100 96 100 100 100 Penulisan tanda 0 0 0 0 0 panah setimbang

Rata-rata

Rata-rata Kesalahan Penulisan Persamaan Reaksi

40 67 76 99 0 56,4

Penulisan indeks dan koefisien merupakan hal yang sangat penting dalam penulisan rumus senyawa. Karena perbedaan penulisan indeks dalam suatu rumus senyawa akan mengakibatkan pembaca menafsirkan senyawa yang berbeda dari yang dimaksud. Berbeda senyawa kimia berbeda pula sifatnya. Oleh karena itu, penulisan indeks sangat penting untuk diperhatikan. Melalui jawaban yang diperoleh dari tes yang telah dilakukan, kesalahan penulisan yang dilakukan oleh siswa adalah menuliskan indeks sejajar dengan lambang unsur. Padahal indeks harus dituliskan lebih kecil dan penempatannya lebih ke bawah dibandingkan lambang unsur (subscript). Kesalahan penulisan indeks dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Kesalahan Penulisan Indeks Kesalahan penulisan koefisien juga sangat berpengaruh terhadap hasil reaksi dari suatu senyawa. Kesalahan penulisan koefisien pada persamaan reaksi ionisasi akan membuat perbedaan antara senyawa yang terionisasi dengan ion-ionnya. Oleh sebab itu, penulisan koefisien dalam setiap persamaan reaksi harus selalu diperhatikan. Kesalahan penulisan koefisien dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

45

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No. 4 (43 - 51)

Gambar 2. Kesalahan Penulisan Koefisien Persamaan reaksi ionisasi merupakan persamaan reaksi dimana suatu senyawa terurai menjadi ion-ion. Penulisan ion dan muatannya harus diperhatikan agar tidak menimbulkan kesalahan penafsiran terhadap senyawa tersebut. Hasil yang diperoleh dari tes menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih keliru dalam menuliskan ion yang dihasilkan dari suatu senyawa dan muatan masing-masing ion. Kesalahan ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Kesalahan Penulisan Ion Fasa merupakan bagian penting dalam penulisan persamaan reaksi yang tidak dapat dipisahkan. Pada persamaan reaksi ionisasi fasa senyawa berbeda dengan fasa ion-ionnya. Umumnya, fasa senyawa garam berupa padatan karena merupakan senyawa yang sukar larut dan cenderung mengendap, sedangkan ion-ion terlarut dalam larutan. Berdasarkan tes yang dilakukan, tidak ada siswa yang menuliskan fasa pada persamaan reaksi. Penulisan ungkapan Ksp Penulisan ungkapan Ksp merupakan aturan dasar pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sebelum belajar menghitung kelarutan ataupun endapan yang terbentuk. Oleh sebab itu, siswa dituntut untuk mahir dalam menulisakan ungkapan Ksp dari setiap garam sukar larut, baik garam sederhana maupun garam sukar larut. Penulisan ungkapan Ksp melibatkan perpangkatan dan operasi matematika. Hasil jawaban siswa dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Kesalahan Siswa dalam Menuliskan Ungkapan Ksp Persentase Kesalahan Jenis Kesalahan Penulisan rumus Ksp Hubungan Ksp dengan kelarutan Penggunaan operasi matematika

1a

1b

1c

1d

1e

5

6

Ratarata

46

79

75

67

4

100

100

54,17

100

100

100

100

100

100

100

100

54

21

25

33

96

100

100

45,83

Rata-rata Kesalahan Penulisan Ungkapan Ksp

66,67

Di samping itu, banyak siswa yang tidak menuliskan ungkapan Ksp dengan lengkap, sehingga tidak terlihat perngoperasian matematika pada hubungan Ksp dan kelarutan. Padahal operasi bilangan berpangkat sangat penting, terutama apabila soal diaplikasikan dengan angka yang menuntut pengetahuan matematika dari siswa. untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 4. mengenai penulisan pangkat.

46

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No. 4 (43 - 51)

Gambar 4. Kesalahan Penulisan Pangkat Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata siswa-siswi SMA Inshafuddin tidak mampu menuliskan ungkapan Ksp. Hal ini disebabkan karena kemampuan matematika mereka terutama untuk konsep dasar akar dan perpangkatan masih belum benar. Sehingga masih banyak siswa yang salah dalam menuliskan ungkapan Ksp. Masih berhubungan dengan Ksp, soal yang lain memuat pertanyaan berupa hubungan antara Ksp dengan kelarutan suatu garam. Pada soal ini siswa hanya diminta untuk menentukan garam yang paling mudah larut dari beberapa contoh garam yang disediakan dengan syarat mengurutkan terlebih dahulu nilai-nilai Ksp yang diberikan. Hasil jawaban siswa dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Kesalahan Siswa dalam Menentukan Hubungan Ksp dengan Kelarutan Jenis Kesalahan Persentase Kesalahan Garam yang lebih mudah larut 54,17 Hubungan Ksp dengan Kelarutan 45,83 Rata-rata Kesalahan dalam Menentukan Hubungan Ksp dengan 50 Kelarutan Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian siswa menjawab dengan benar namun tidak sempurna. Contoh jawaban dari salah satu siswa dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.

Gambar 5. Jawaban Salah Satu Sisiwa pada Soal Nomor 6 Siswa tidak menjelaskan alasan mengapa mereka memilih garam AgCl sebagai garam yang mudah larut. Gambar di atas menunjukkan bahwa jawaban yang diberikan oleh salah satu siswa tidak sempurna. Seharusnya siswa menjelaskan mengapa harga Ksp yang lebih rendah menyebabkan garam lebih mudah larut dalam suatu pelarut. Sebagian lagi tidak menjawab atau mengosongkan jawaban mereka. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelarutan Soal yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan terdapat pada soal nomor 2 dan 3. Siswa diminta untuk menjelaskan pengaruh suhu terhadap kelarutan garam pada soal nomor 2. Jawaban dari siswa sangat bervariasi. Hasil jawaban siswa dapat dilihat pada Tabel 4. di bawah ini. Tabel 4. Kesalahan Siswa Terhadap Faktor-faktor yang Memengaruhi Kelarutan Jenis Kesalahan Persentase Kesalahan Menjelaskan pengaruh suhu terhadap kelarutan 46 Menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi 2,78 kelarutan

47

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No. 4 (43 - 51) Rata-rata kesalahan siswa terhadap faktor-faktor yang memengaruhi kelarutan

24,39

Faktor-faktor yang memengaruhi kelarutan ada 3 yaitu jenis pelarut, suhu, dan pengadukan. Soal nomor 2 berisi pertanyaan mengenai pngaruh suhu terhadap kelarutan BaSO4. Jawaban yang diberikan siswa berbeda-beda. Ada yang menyebutkan bahwa BaSO4 adalah gula yang hanya larut dalam air panas, karena suhu air panas adalah 100 0C, ada pula siswa yang hanya mengulang pertanyaan pada soal tanpa disertai alasan bagaimana suhu dapat memengaruhi kelarutan. salah satu contoh jawaban siswa tentang pengaruh suhu terhadap kelarutan dapat dilihat pada Gambar 6 berikut.

Gambar 6. Jawaban Salah Satu Siswa pada Soal Nomor 2 Sedangkan soal lain yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kelarutan secara keseluruhan. Soal ini terdapat pada nomor 3 dimana jawaban terdiri dari tiga poin dan bernilai 4 untuk setiap poin disertai dengan penjelasan singkat. Meskipun rata-rata siswa menyebutkan hal-hal yang memengaruhi kelarutan, namun hanya satu yang benar dan tanpa disertai dengan penjelasan. Contoh jawaban salah satu siswa menyebutkan bahwa faktor yang memengaruhi kelarutan suatu zat adalah ion senama, suhu, dan pH. Sedangkan jawaban yang diharapkan dari soal ini adalah jenis pelarut, suhu dan pengadukan disertai dengan penjelasan untuk masing-masing poin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini.

Gambar 7. Jawaban Salah Satu Siswa pada Soal Nomor 3 Pengaruh Ion Senama Pengaruh ion senama yang dimaksud disini adalah pelarutan suatu garam ke dalam suatu larutan yang memiliki ion yang sama. Misalnya, seorang praktikan melarutkan garam XY ke dalam larutan MY. Garam XY ini terdiri dari ion X + dan Y-. Sedangkan larutan MY terdiri dari ion M+ dan Y-. Ion senama dalam kasus ini adalah ion Y -. Ion Y- dalam larutan MY memiliki konsentrasi tertentu. Apabila ditambahkan garam XY, maka konsentrasi ion Y akan meningkat. Garam XY akan sangat sedikit larut. Hal ini akan berbeda apabila garam XY dilarutkan dalam air. Soal nomor 7 mewakili konsep ini. 12,50% siswa salah dalam menjelaskan pengaruh ion senama terhadap kelarutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya satu siswa yang mampu menjawab benar soal tentang konsep pengaruh ion senama. 3 orang menjawab tidak sempurna dan sisanya mengosongkan jawaban. Pengaruh pH Suatu garam yang sukar larut memiliki kelarutan yang berbeda dalam air, larutan asam, dan larutan basa. Kecenderungan yang terjadi adalah garam yang sifatnya asam akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat basa. Begitu pula sebaliknya. Berdasarkan hasil penelitian, tidak banyak siswa yang mampu menjawab soal yang berisikan konsep pH ini. 48

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No. 4 (43 - 51) Tabel 5. Kesalahan Siswa dalam Menjelaskan Pengaruh pH Terhadap Kelarutan Jenis Kesalahan Persentase Kesalahan Menentukan garam yang kelarutannya meningkat 54 dalam suasana asam Menjelaskan perubahan kelarutan suatu zat 96 dalam larutan yang bersifat asam Rata-rata kesalahan siswa dalam menjelaskan 75 pengaruh ph terhadap kelarutan Hubungan Ksp dengan Qsp Harga Ksp suatu elektrolit dapat digunakan untuk memperkirakan apakah elektrolit tersebut dapat larut atau mengendap dalam suatu larutan. Semakin besar harga Ksp suatu elektrolit, maka semakin mudah larut elektrolit tersebut. Qsp merupakan hasil kali ion-ion di dalam larutan yang dipangkatkan dengan koefisien pada persamaan reaksi ionisasinya. Soal yang memuat hubungan Ksp dengan Qsp, terdapat pada soal nomor 4. Berdasarkan data penelitian, 58,33% siswa mengalami kesulitan dalam menentukan hubungan Ksp dengan Qsp (Sihaloho, 2013:495). Bentuk kesulitan yang mereka alami terlihat pada lembar jawaban yang dikosongkan. Sedangkan sisanya menjawab dengan benar dan sempurna terkait soal dengan materi hubungan Ksp dengan Qsp. Contoh jawaban siswa dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini.

Gambar 8. Jawaban Salah Siswa pada Soal Nomor 4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Pemahaman Materi Siswa-siswi SMA Inshafuddin Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk melihat sejauh mana pemahaman konsep siswa-siswi kelas XI IPA SMA Inshafuddin pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Di samping itu, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam memahami konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan. Data angket tanggapan siswa memperlihat-kan bahwa 58% siswa mengalami kesulitan ketika belajar dikarenakan keributan yang terjadi di kelas. Keributan terjadi pada umumnya ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran. Mereka mengungkapkan bahwa metode mengajar guru dengan ceramah membuat mereka bosan hingga akhirnya mereka berbicara dengan temantemannya (Marsita, 2011:517). Penyebab lain yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan berdasarkan data adalah kebiasaan siswa yang jarang sekali bertanya apa yang tidak dimengerti. Sebanyak 54% siswa malu bertanya kepada guru mengenai materi yang tidak dipahaminya. Sedangkan sisanya 38% siswa mengalami kesulitan dalam memahami perhitungan-perhitungan yang terdapat dalam konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan (Sari, 2014:57). Ketiga faktor utama ini menjadi pemicu untuk menghambat siswa dalam memahami konsep-konsep yang terdapat dalam ilmu kimia khususnya pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Berdasarkan hasil pengisian angket dapat diketahui bahwa pembelajaran yang dilakukan di kelas merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru dengan metode ceramah dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang bervariasi. Siswa mengharapkan dalam pembelajaran kimia terutama pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, guru dapat menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dari pada pembelajaran yang lain, agar siswa tetap fokus dan bersemangat dalam belajar. Sesekali pembelajaran dilakukan di luar kelas seperti di laboratorium dan berbasis eksperimen.

49

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No. 4 (43 - 51) SIMPULAN Kesulitan pemahaman konsep yang dialami oleh siswa kelas XI IPA SMA Inshafuddin pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan meliputi kesalahan penulisan persamaan reaksi ionisasi, penulisan ungkapan Ksp, faktor-faktor yang memengaruhi kelarutan, pengaruh ion senama, pengaruh pH terhadap kelarutan , dan hubungan Ksp dengan Qsp. Tingkat pemahaman konsep siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dikategorikan gagal karena sebagian besar siswa tidak paham konsep sehingga mengakibatkan ketidakmampuan siswa dalam menjawab soal yang diberikan. SARAN Soal yang digunakan pada pelaksanaan penelitian sebaiknya tidak dalam bentuk uraian, karena lebih sukar untuk dianalisis dan tidak dapat dipakai untuk menentukan ketidakpahaman seperti miskonsepsi, tidak paham konsep ataupun hanya menebak. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan instrumen tes three-tier multiple choice. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih kepada Ibu dan Ayah yang selalu memberikan motivasi sepanjang penyusunan proposal hingga penelitian selesai, bapak Darman, S.Pd beserta guru SMA Inshafuddin yang telah membantu kelancaran penelitian, kepada siswa-siswi SMA Inshafuddin yang telah membantu melaksanakan tes sehingga penelitian dapat berjalan sebagaimana mestinya. Terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Adlim, M.Sc, Bapak Muhammad Nazar, MSCST dan Ibu Ratu Fazlia I. R., S.Pd, M.Sc yang telah memberi masukan dan saran terhadap penelitian ini dan juga kepada teman-teman yang ikut membantu pelaksanaan penelitian hingga selesai. DAFTAR PUSTAKA Akmalia F. N., & Sulistianingsih, E. (2014). Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi Asam Basa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 4(2),1380-1389. Aristiani, N. (2013). Penggunaan Media Batang Napier dalam Meningkatkan Kemampuan Operasi Perkalian Bagi Anak Kesulitan Belajar Kelas 3 SD 11 Belakang Tangsi Padang. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, 1(1), 294-310. Fajri, E. Z., & Senja, R. A. (2008). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Edisi Revisi. Semarang: Difa Publisher. Firdausi, N. I. (2014). Perbandingan Hasil Belajar Kimia dengan Model Pembelajaran Inquiry dan Learning Cyrcle 5E pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Jurnal Pendidikan Sains, 2(4),193-199. Kusumaningrum, L., Yamtinah, S., & Saputro, A. N. C. (2015). Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Kesulitan Belajar Kimia SMA Kelas XI Semester I Menggunakan Model Teslet. Jurnal Pendidikan Kimia, 4 (4), 36-45. Madiya, I. W. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Prestasi Belajar dan Konsep Diri Siswa SMA Ditinjau dari Gaya Kognitif. Artikel Tesis, Universitas Pendidikan Ganesha. Marsita, R. A., Priatmoko, S., & Kusuma, E. (2010). Analisis Kesulitan Belajar Kimia Siswa SMA dalam Memahami Materi Larutan Penyangga dengan Menggunakan Two Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 4(1), 512520.

50

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No. 4 (43 - 51) Nurjanah, S. I., Suwarto WA., & Ragil WA. (2012). Model Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Koperasi pada Mata Pelajaran IPS. Artikel Jurnal, Universitas Sebelas Maret. Olivia, F. (2011). Tools for Study Skills; Teknik Ujian Efektif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Rafika, W. (2014). Analisis Implementasi Scientific Approach dalam Proses Pembelajaran IPA SMP Kurikulum 2013. Skripsi, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Rianto, A. (2004). Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit Sihaloho, M. (2013). Analisis Kesalahan Siswa dalam Memahami Konsep Larutan Buffer pada Tingkat Makroskopis dan Mikroskopis. Jurnal Entropi, 3(1), 488-499. Sudarminta, J. (2002). Epistemologi Dasar: Pengantar Filsafat pengetahuan. Yogyakarta; Kansius. Sulistyani. (2010). Pendekatan Induktif dalam Pembelajaran Kimia Beracuan konstruktivisme untuk Membentuk Pemikiran Kritis, Kreatif, dan Berkarakter. Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia, Yokyakarta: UNY ISBN: 978-979-98117-7-6. Susanti, D., Waskito, S., & Surantoro. (2014). Penyusunan Instrumen Tes Diagnostik Miskonsepsi Fisika Kelas XI pada Materi Usaha dan Energi. Jurnal Pendidikan Fisika, 2(2): 16-19.

51