ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN TERHADAP

Download ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN TERHADAP DAYA. TARIK WISATA DI KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN ... persepsi wisatawan terhadap daya ...

0 downloads 543 Views 359KB Size
ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (The analysis of Waterworks Carrying Capacity to Tourist Attactions in Ajibata District Toba Samosir) 1

Enzelia R Gultom, 2Hesti Wahyuningsih, 3Yoes Soemaryono 1 Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155 Email: [email protected] 2 Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155 3 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155 ABSTRACK Ajibata is one of the tourist area in Lake Toba travelers who declined significantly in recent years.The objectives of this research are determining the effect of the presence of ferry ports and floating net cages to the carrying capacity of the Ajibata waterworks tourist area, knowing the environmental suitability as a tourist destination and knowing the perception of tourists to the carrying capacity of the waterworks environment. The research was conducted from April-May 2016 in Ajibata district which was divided into three (3) stations. The existence of ferry port and floating net cage aquaculture activities have an impact on tourism activities seen through the content of nitrate and phosphate on all respectively < 0.50 and 0.01. Ajibata tour area is still quite suitable as a tourist area with suitability index of 66.66%. Carrying capacity region with the area of 15.476 m2 which is 767 people/day. Tourist adequate attraction of Ajibata tour area seen from the perception of tourists that are 66.66% stated a slight smell, brown waters of 78.57%, 38.46% dissatisfied in touring, lack of tourist facilities 83.33%, 53.84% stated quite comfortable, the accessibility stated as quite easy as much as 66.66%, and 69.23% stated beautiful, so Ajibata is less attractive as the tourist destination to be visited. Keywords: Capability Areas, Tourist Attractions, Keramba Cage, Travel Suitability Index, Ferry Ports PENDAHULUAN Latar Belakang Danau merupakan genangan air yang berada pada suatu cekungan luas di daratan yang merupakan tempat hidup berbagai biota air yang memanfaatkannya sebagai tempat untuk mencari makan dan bereproduksi. Disamping itu, danau juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seiring perkembangan zaman, setiap orang akan memerlukan waktu untuk berlibur dan membebaskan diri dari

aktivitas sehari-hari. Danau menjadi salah satu obyek daerah wisata. Salah satu daerah wisata di Danau Toba adalah Ajibata. Masing-masing daerah tujuan wisata memiliki kelebihan serta daya tarik tersendiri dan para wisatawan akan memilih kemana tujuan yang dikehendaki. Daya tarik tujuan wisata tergantung pada kehendak dan keinginan wisatawan itu sendiri. Penurunan kunjungan pada wisata Ajibata sangat signifikan beberapa tahun terakhir, diduga akibat semakin dibukanya

daerah wisata-wisata yang baru di daerah lain, limbah budidaya ikan karamba jaring apung dan pelabuhan penyeberangan kapal. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kualitas perairan karena adanya keramba jaring apung dan pelabuhan penyeberangan kapal terhadap daya dukung lingkungan perairan daerah wisata Ajibata Kabupaten Toba Samosir, Menganalisis kesesuaian lingkungan sebagai daerah tujuan wisata, Menganalisis persepsi wisatawan terhadap daya dukung lingkungan perairan sebagai salah satu wisata di daerah wisata Ajibata Kabupaten Toba Samosir METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2016 di Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian adalah Global Positioning System (GPS), kamera, alat tulis, thermometer, secchi disk, botol sampel, tali dan bola duga, cool box, beaker glass. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sampel air, MnSO4, KOH-KI, H2SO4, Na2S2O3, amilum, aquades, pipet tetes, jarum, serta kuisioner yang dibagikan kepada wisatawan. Jenis dan Sumber Data Adapun jenis dan sumber data yang digunakan, yaitu: 1. Data Primer Yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui pengukuran parameter kualitas air dan kuisioner. Data pengukuran parameter yaitu data yang diperoleh dari pengukuran yang dilakukan dilokasi penelitian maupun di laboratorium, sementara data kuisioner diperoleh dari hasil responden yang berasal dari wisatawan yang datang berkunjung.

2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari studi pustaka berupa buku, jurnal, dan penelitianpenelitian sebelumnya. Data perbandingan kualitas air dan kesesuaian wisata atau rekreasi danau, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini diawali dengan melihati kondisi daerah wisata Ajibata serta melakukan analisis kelayakan daya dukung lingkungan sebagai tujuan wisata. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pembahasan adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Lapangan, berupa: a. Pengukuran parameter kualitas air, yang dilakukan di lapangan dan di dalam laboratorium. b. Lembar pertanyaan terstruktur, yaitu pengumpulan data dengan cara menyebarkan lembar pertanyaan yang diisi oleh wisatawan yang menjadi responden penelitian ini. 2. Penelitian Kepustakaan, pengumpulan data dengan cara membaca serta menelaah literatur maupun buku-buku yang terkait dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan data sekunder. Deskripsi Area Lokasi penelitian dan pengambilan sampel berada di daerah wisata Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi adalah purposive sampling yang dibagi menjadi 3 stasiun yang berbeda berdasarkan aktivitas masyarakat yaitu daerah wisata, pelabuhan penyeberangan dan keramba jaring apung. Pengambilan Data Parameter Kualitas Air Pengambilan data parameter kualitas air dilakukan dengan pengukuran di lapangan dan di laboratorium.

Parameter Fisika Suhu Suhu diukur di lapangan menggunakan thermometer yang dimasukkan ke dalam air selama kurang lebih 15 menit, kemudian dibaca skala pada thermometer tersebut. Kecerahan Kecerahan dilihat dengan menggunakan Secchi disk yang telah diberi pipa berskala, yaitu dengan menurunkan Secchi disk kedalam air dengan tegak lurus permukaan air sampai bagian Secchi disk yang berwarna putih tidak tampak lagi dan dicatat kedalamannya (d1). Kemudian turunkan Secchi disk yang sedikit lagi, dan perlahan-lahan tarik ke atas. Jika sudah mulai terlihat bagian secchi disk berwarna hitam untuk pertama kalinya catat ke dalamannya (d2). Selanjutnya menghitung rata-rata dari nilai kedalaman tersebut yang merupakan nilai dari kecerahan dan dinyatakan dalam meter (m). Berdasarkan (Bratadiredja, 2010), nilai kecerahan diperoleh dengan menggunakan rumus : Kecerahan (m) = Keterangan, d1= Skala saat bagian secchi disk berwarna putih mulai tidak tampak lagi (m) d2= Skala saat secchi disk berwarna hitam pertama kali tampak (m) Warna Warna perairan diamati dengan cara visual (langsung) berdasarkan indera dengan menyebar kuisioner di daerah wisata. Kekeruhan Kekeruhan perairan diketahui dengan melakukan pengukuran di laboratorium, yaitu dengan mengambil sampel air untuk diteliti di laboratorium Kedalaman Kedalaman perairan untuk setiap kegiatan wisata dapat diketahui melalui pengelola wisata. Arus

Arus perairan dapat diketahui dengan melakukan pengukuran langsung dengan menggunakan bola duga. Bau Perairan Bau perairan diketahui dengan cara visual (langsung) berdasarkan indera dengan menyebar kuisioner di daerah wisata. Parameter Kimia Nitrat Pengukuran nitrat dilakukan dilaboratorium. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2001, menyatakan pada kelas dua air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasaranan/sarana rekreasi air untuk kadar nitrat dengan baku mutu 0,06 mg/L. Tabel 1. Tingkat kesuburan berdasarkan kandungan Nitrat Kandungan N (mg/L) < 0,226 0,227 – 1,129 1,130 – 11,29

perairan

Kesuburan Perairan Kurang Subur Kesuburan Sedang Kesuburan Tinggi

Sumber : Nugroho (2006) Posfat Pengukuran posfat dilakukan dilaboratorium. Manurut Isnaini (2011), kandungan posfat yang terdapat di perairan umumnya tidak lebih dari 0,1 mg/L, kecuali bagian badan air yang menerima limbah dari rumah tangga dan industri tertentu, serta dari daerah pertanian yang mendapatkan pemupukan posfat. Perairan yang mengandung kadar posfat melebihi kadar normal kebutuhan organisme akuatik akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi, sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2001, menyatakan pada kelas dua air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasaranan/sarana rekreasi air dengan kadar posfat memiliki baku mutu 0,2 mg/L. Menurut Nugroho (2006), untuk melihat tingkat kesuburan perairan yang dipengaruhi oleh kandungan posfat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkat kesuburan perairan berdasarkan kandungan posfat

Kandungan P (mg/L) 0,000 – 0,020 0,021 – 0,050 0,051 – 0,100 0,101 – 0,200 > 0,201

Kesuburan Perairan Rendah Cukup Baik Baik Sekali Sangat Baik Sekali

Sumber : Nugroho (2006) DO DO (Dissolved Oxygen) diukur dengan menggunakan metode Winkler. Menurut Nugroho (2006), derajat pencemaran berdasarkan kadar DO di perairan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Derajat pencemaran berdasarkan kadar DO terlarut di dalam perairan Derajat Pencemaran Sangat Ringan Ringan atau rendah Sedang Berat/tinggi

DO (mg/L) > 6,5 4,5 – 6,5 2,0 – 4,0 < 2,0

Sumber : Nugroho (2006) Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2001, pada kelas dua air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasaranan/sarana rekreasi air untuk kadar DO memiliki baku mutu 3 mg/L. BOD5 BOD (Biological Oxygen Demand) diukur dengan metode Inkubasi. Menurut Nugroho (2006), derajat pencemaran BOD di perairan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Tingkat pencemaran berdasarkan kadar BOD di dalam perairan Derajat Pencemaran Sangat Ringan Ringan atau rendah Sedang Berat/tinggi

BOD (mg/L) < 3,0 3,0 – 4,9 5,0 – 15 >15

Sumber : Nugroho (2006) Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2001, pada kelas dua air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasaranan/sarana rekreasi air untuk kadar BOD memiliki baku mutu 4 mg/L. Parameter Biologi Tanaman air

Pengambilan data tanaman air danau dilakukan dengan pengamatan langsung di ecamatan Ajibata, jenis yang ditemukan diidentifikasi langsung di lapangan dan atau di laboratorium, selanjutnya dicatat. Analisis Kesesuaian Wisata Berdasarkan Yulianda persamaan yang digunakan kesesuaian wisata adalah: IKW =

(2007), untuk

Keterangan IKW = Indeks Kesesuaian Wisata i = Parameter kesesuaian n = Jumlah jenis parameter Ni = Nilai Parameter ke-i (bobot x skor) Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata Parameter kesesuaian wisata untuk kegiatan sumber daya sepeda air dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Parameter kesesuaian sumberdaya untuk sepeda air No. 1.

Parameter Kedalaman Perairan (m)

Bobot 4

2.

Kecepatan Arus (m/s)

3

3.

Bau

5

4.

Warna perairan

5

Kategori 2≤x<3 35 0
Skor 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1

Sumber :Yulianda (2007) Parameter kesesuaian wisata untuk kegiatan sumber daya duduk santai dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Parameter kesesuaian sumberdaya untuk duduk santai No.

Parameter

Bobot

1.

Lebar tepi danau

1

2.

Pemanda ngan

5

Kategori x≥8 4≥x<8 1≤x<4 Danau, hutan,

Skor 3 2 1 3

3.

4.

Hamparan dataran

3

Biota berbahaya

3

perbukit an, sungai 2 s.d 3 dari 4 pemanda ngan Satu dari 4 pemanda ngan Rumput / pasir Berbatu Tanah liat / Lumpur Tidak ada 1 s.d 3 jenis Lebih dari 3 jenis

Parameter kesesuaian wisata untuk kegiatan sumber daya sepeda air dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Parameter kesesuaian sumberdaya untuk berenang

2

No.

1

1. 3

2.

2 1

Tabel 7. Parameter kesesuaian sumberdaya untuk foto dan shooting No.

Parameter

1.

Pemandan gan (object view)

2.

3.

4.

Hamparan Dataran

Bobot

5

3

Kecerahan Perairan (m)

1

Warna Perairan

5

Kategori Danau, hutan, perbukit an, sungai 2 s.d 3 dari 4 pemandangan Satu dari 4 pemandangan Rumput / pasir Berbatu Tanah liat/Lumpur >10 meter >3 – 10 meter <3 meter Hijau jernih Hijau Cokelat

Sumber : Modifikasi Yulianda (2007), Yulianda (2010)

Skor 3

2

1

3 2 1 3 2 1 3 2 1

5

5

Material dasar perairan

3

4.

Kecerahan Perairan (m)

1

5.

Biota Berbahaya

3

6.

Bau

5

7.

Warna perairan

5

1

Sumber : Modifikasi Yulianda (2007), Yulianda (2010) Parameter kesesuaian wisata untuk kegiatan sumber daya foto dan shooting dapat dilihat pada Tabel 7.

Bobot

3. 3 2

Parameter Kedalaman Perairan (m) Lebar Wisata Danau (m)

Kategori 0 - 3 meter >3- 5 meter > 5 meter >30 meter 10- 30 meter 3 - <10 meter Pasir Karang Berpasir Pasir Berlumpur >5 meter >3 – 10 meter <3 meter Tidak Ada Satu Spesies Lebih Dari Satu Spesies Tidak berbau Sedikit berbau Berbau Hijau jernih Hijau Cokelat

Skor 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1

Sumber : Modifikasi Yulianda (2007) Kategori kesesuaian lahan pada kegiatan wisata yang ada disuatu daerah wisata dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Kategori Kesesuaian lahan wisata berdasarkan interval kesesuaian. No.

Kategori

1. 2. 3. 4.

S1 (Sangat Sesuai) S2 (Sesuai) S3 (Sesuai Bersyarat) TS (Tidak Sesuai)

Nilai Interval Kesesuaian 83 – 100 % 50 - < 83 % 17 - < 50 % < 17 %

Sumber : Modifikasi Yulianda, 2007 Analisis Daya Dukung Kawasan Adapun rumus untuk menghitung Daya Dukung Kawasan (DDK) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2007) yaitu:

Keterangan, DDK = Daya Dukung Kawasan

K Lp Lt Wt

Wp

= Potensi Ekologis Pengunjung per satuan unit area = Luas area atau pengunjung area yang dapat dimanfaatkan = Unit area yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan tertentu = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam 1 hari = Waktu yang dihabiskan pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu

mempertimbangkan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt). Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata No. 1. 2.

Luas kawasan yang dapat dimanfaatkan wisatawan untuk kegiatan tertentu disesuaikan dengan kemampuan alam dalam mentoleransi kegiatan-kegiatan wisata sehingga keaslian alamnya tetap terjaga. Potensi ekologis wisatawan dan luas area kegiatan disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Potensi Ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) No.

Jenis Kegiatan

K (∑ Wisata wan)

Unit Area (Lt)

1.

Duduk Santai

1

5 m2

2.

Berenang

1

50 m2

3.

Sepeda Air

1

625 m2

4.

Pengambi lan gambar untuk foto dan shooting

1

50 m

Keterangan Setiap satu orang membutuhkan ruang untuk duduk santai sepanjang 5 m 1 org setiap 10m x 5 m panjang Danau Dihitung luas danau yang dibutuhkan untuk 2 orang (1 sepeda air) untuk mengelilingi danau sebesar 62,5 m x 10 m 1 orang setiap 50 m panjang tepi danau

Sumber : Yulianda (2007) Waktu kegiatan wisatawan (Wp) dihitung berdasarkan lamanya wisatawan melakukan kegiatan wisata tersebut. Waktu wisatawan diperhitungkan dengan dengan

3.

4.

Jenis Kegiatan Duduk Santai Berenang Pengambi lan Gambar Untuk Foto dan Shooting Sepeda Air

Waktu yang dibutuhkan (Wp-Jam)

Total Waktu 1 hari (WtJam)

2

8

2

4

8

8

0,50

8

Sumber : Modifikasi Yulianda (2007) Persepsi Wisatawan Terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan Persepsi adalah proses seseorang memperoleh informasi dari lingkugan sekitar. Persepsi juga merupakan proses penilaian seseorang/sekelompok orang terhadap obyek, peristiwa, atau stimulus dengan melibatkan pengalamanpengalaman yang berkaitan dengan obyek tersebut (Laksono dan Mussadun, 2014). Penentuan Responden Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel responden dengan metode purposive sampel, yaitu dimana pengambilan sampel dilakukan secara sengaja dengan tujuan tertentu. Responden dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke wisata di kecamatan Ajibata. Pemilihan sampel secara representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas). Keindahan Penilaian terhadap keindahan daerah tujuan wisata dilakukan dengan membuat pertanyaan (kuisioner) yang ditujukan kepada wisatawan yang berkunjung. Keindahan dari daerah tujuan wisata menentukan keberlanjutan dari obyek wisata tersebut. Menurut Yulianda

(2004), secara kuantitatif dapat dihitung dengan rumus : Ka = x 100%

perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus: Na = x 100%

Keterangan: ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah ERo : Jumlah seluruh responden Ka : Nilai Keindahan alam (%)

Keterangan : ERs : Jumlah responden yang mengatakan nyaman ERo : Jumlah seluruh responden Na : Nilai Kenyamanan alam (%)

Kriteria/ nilai keindahan alam: Ka  75% : Indah (3) 40  Ka  75% : Cukup Indah (2) Ka < 40% : Tidak Indah (1)

Kriteria/ Nilai Kenyamanan alam (%) Na  75% : Nyaman (3) 40%  Na  75% : Cukup Nyaman (2) Na < 40% : Tidak Nyaman (1)

Kenyamanan Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kelapangan, ketentraman, dan keamanan. Menurut Yulianda (2004)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Parameter Fisika Kimia Perairan Hasil pengukuran parameter kualitas air dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Nilai Parameter Pengamatan Nilai Parameter Perairan. Parame ter Fisika Suhu Kekeruhan Kimia Nitrat Posfat DO BOD

Stasiun II

Satuan

Baku Mutu

°C NTU

deviasi 3 -

30 2,45

30 1,12

30 1,29

mg/L mg/L mg/L mg/L

10 0,20 4 3

<0,50 0,01 3,85 5,26

< 0,50 0,01 4,10 4,36

< 0,50 0,01 4,30 3,36

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa suhu setiap stasiun sama yaitu 30°C. Tingkat kekeruhan tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 2,45 NTU. Semua stasiun memiliki nilai nitrat yang sama yaitu <0,50 mg/L, dengan tingkat kesuburan perairan yang dinyatakankurang subur. Nilai posfat juga diperoleh hasil yang hampir sama pada setiap stasiunnya yaitu 0,01 mg/L, dengan tingkat kesuburan yang rendah untuk semua stasiun pengamatan. Nilai kandungan oksigen terlarut tertinggi terdapat pada stasiun III sebesar 4,3 mg/L dengan derajat pencemaran sedang, dan memiliki nilai BOD yaitu 3,36 mg/L dengan tingkat pencemaran ringan atau rendah. Kandungan oksigen terlarut terendah terdapat pada stasiun I yaitu 3,85 mg/L dengan derajat pencemaran sedang, dan

I

III

memiliki nilai BOD tertinggi sebesar 5,26 mg/L, dengan derajat pencemaran tergolong sedang. Parameter Biologi Perairan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terdapat hanya 1 jenis tanaman air di daerah perairan Ajibata yaitu Hydrilla. Kesesuaian Wisata Kesesuaian sumberdaya untuk wisata merupakan suatu kemampuan alam untuk menampung kegiatan wisata yang dilakukan secara ekologi. Kegiatan wisata yang ada dan dikelola di wisata Ajibata berupa sepeda air, berenang, duduk santai, foto dan shooting. Tingkat kesesuaian wisata pada kegiatan wisata sepeda air dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Kesesuaian Sumberdaya Untuk Wisata Sepeda Air. No. 1. 2. 3. 4.

Parameter Kedalaman Perairan (m) Kecepatan Arus (m/s) Bau Warna perairan Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata Tingkat Kesesuaian Wisata

Bobot 4 3 5 5 51

Pengukuran berdasarkan parameter yang mempengaruhi aktivitas wisata pada kegiatan duduk santai dinyatakan bahwa kegiatan duduk santai di wisata Ajibata

Hasil 5,5 0,10 Sedikit Berbau Cokelat

Skor 1 3 2 1

Ni 4 9 10 5 28 54,90% S2

Sesuai (S2). Hasil pengukuran berdasarkan parameter yang mempengaruhi kegiatan wisata duduk santai dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Kesesuaian Sumberdaya Untuk Duduk Santai No. 1. 2. 3. 4.

Parameter Lebar tepi danau (m) Pemandangan Hamparan dataran Biota berbahaya Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata Tingkat Kesesuaian Wisata

Bobot 1 5 3 3 36

Kegiatan wisata untuk foto dan Shooting pada daerah wisata Ajibata dinyatakan cukup sesuai (S2). Hasil

Hasil 2 Bukit, Perbukitan Pasir Tidak Ada

Skor 1 2 3 3

Ni 1 10 9 9 29 80,55% S2

pengukuran parameter kegiatan foto dan Shooting dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Kesesuaian Sumberdaya Untuk Foto dan Shooting No. 1. 2. 3. 4.

Parameter Pemandangan (object view) Hamparan Daratan Kecerahan Perairan (m) Warna Perairan Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata Tingkat Kesesuaian Wisata

Bobot 5 3 1 5 42

Pengkuran parameter kegiatan berenang pada daerah wisata Ajibata dinyatakan cukup sesuai (S2). Hasil

Hasil Danau, Perbukitan Pasir 0,34 Cokelat

Skor 2 3 1 1

Ni 10 9 1 5 25 59,52% S2

pengukuran parameter kesesuaian wisata untuk kegiatan berenang di Ajibata dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Kesesuaian Sumberdaya Untuk Berenang No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Parameter Kedalaman Perairan (m) Lebar wisata danau (m) Material dasar perairan Kecerahan Perairan (m) Biota berbahaya Bau Warna perairan Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata Tingkat Kesesuaian Wisata

Bobot 5 5 3 1 3 5 5 81

Daya Dukung Kawasan Luas daerah wisata Ajibata yang dapat dimanfaatkan oleh wisatawan secara

Hasil 2,5 15 Pasir Berlumpur 0,34 Tidak Ada Sedikit Berbau Cokelat

Skor 2 2 1 1 3 2 1

Ni 10 10 3 1 9 10 5 48 59,25% S2

ekologis untuk melakukan setiap kegiatan wisata pada wisata Ajibata dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Daya Dukung Kawasan Pada Wisata Ajibata No. 1. 2. 3. 4.

Jenis Kegiatan Duduk Santai Berenang Sepeda Air Pengambilan gambar untuk Foto dan Shooting

K 1 1 1

Lt 5 m2 50 m2 625 m2

Wp-Jam 2 2 0,50

Wt-Jam 8 4 8

Lp 424 3.180 11.448

DDK 339,20 127,20 293

1

50 m

8

8

424

8,48

15.476

767.88

Jumlah

Luas daerah wisata Ajibata yang dapat dimanfaatkan oleh wisatawan untuk kegiatan duduk santai yaitu 424 m2 dengan daya dukung 339 orang. Luas daerah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan berenang adalah 3.180 m2 dengan daya dukung 127 orang. Luas daerah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan sepeda air sebesar 11.448 m2 dengan daya dukung 295 orang, dan untuk kegiatan pengambilan gambar untuk foto dan shooting luas wilayah yang dapat dimanfaatkan sebesar 424 m2 dengan daya dukung sebesar 8 orang. Daya Tarik Wisatawan Profil wisatawan Kelompok usia yang paling banyak melakukan wisata di Ajibata adalah pada usia 22-26 tahun. Kelompok usia wisatawan yang berkunjung pada daerah wisata Ajibata dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Komposisi Wisatawan Berdasarkan Kelompok Usia Wisatawan yang datang ke Ajibata juga memiliki perbedaan dari tingkat pendidikan terakhir. Tingkat pendidikan dibagi atas beberapa kelas, yaitu : lulusan SD, lulusan SMP, lulusan SMA, lulusan S1, lulusan S2, dan lulusan S3. Wisatawan yang datang berdasarkan kelompok pendidikan terakhir tertinggi yaitu S2 sebesar 46% dari seluruh wisatawan.

Tinggat pendidikan terakhir SMA sebesar 39%, S1 sebesar 15% dan untuk tingkat pendidikan terakhir SD, SMP dan S3 sebesar 0%. Pendidikan terakhir wisatawan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Komposisi Wisatawan Berdasarkan Pendidikan Terakhir Wisatawan yang berkunjung mendapatkan informasi mengenai wisata Ajibata dari teman dengan persentase sebesar 78,57%, dibandingkan dengan yang lain berasal dari radio/televisi sebesar 7,14, dari brosur sebesar 0% dan dari informasi lainnya sebesar 14,28%. Wisatawan yang datang ke Ajibata sebesar 53,33% datang bersama keluarga, 46,66% datang bersama rombongan dan 0% yang datang sendiri maupun berdua. Kegiatan yang paling disukai yaitu kegiatan untuk menikmati keindahan alam sebesar 38,88%, 22,22% untuk bermain sepeda air dan duduk santai 11,11% untuk kegiatan fotografi dan 5,55% untuk kegiatan lainnya. Persepsi Wisatawan Persepsi wisatawan terhadap keindahan di daerah wisata Ajibata sangat kurang. Berdasarkan hasil responden yang telah dilakukan hanya 30,76% yang menyatakan tidak indah, sementara 69,23% menyatakan indah dengan kriteria cukup indah. Persepsi wisatawan untuk

kenyamanan saat melakukan kegiatan di daerah wisata Ajibata sebesar 53,84% menyatakan nyaman sedangkan 46,15% menyatakan kurang nyaman melakukan kegiatan wisata di Ajibata dengan kriteria cukup nyaman. Perairan Ajibata dinyatakan sedikit berbau. Bau perairan diperoleh dari hasil kuisioner, yaitu sebesar 66,66% wisatawan menyatakan bahwa perairan Ajibata di daerah wisata sedikit berbau, 25% menyatakan berbau dan 8,33% menyatakan tidak berbau. Persepsi wisatawan terhadap warna perairan pada daerah wisata Ajibata sebesar 78,57% menyatakan perairan wisata Ajibata berwarna coklat. 21,42% menyatakan hijau dan 0% menyatakan hijau jernih. Warna perairan juga menentukan ketertarikan wisatawan terhadap suatu objek wisata air. Semakin jernih suatu perairan maka akan semakin tinggi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi atau berkunjung ke suatu objek wisata air. Sebanyak 38,46% wisatawan yang berkunjung menyatakan tidak puas melakukan kegiatan wisata di Ajibata, 23,07% menyatakan cukup puas, 30,76% menyatakan puas dan hanya 7,69% yang menyatakan puas melakukan kegiatan wisata di Ajibata. Fasilitas yang dsediakan oleh pengelola sangat kurang, dapat dilihat dari wisatawan yang menyatakan fasilitas di wisata Ajibata kurang/tidak cukup sebesar 83,33% dan yang menyatakan cukup sebesar 16,66%. Pembahasan Nilai Parameter Perairan Berdasarkan pengukuran nilai parameter kualitas air di setiap stasiun terdapat adanya perbedaan dan persamaan nilai pada beberapa parameter. Hasil pengukuran yang diperoleh keberadaan pelabuhan penyeberangan kapal dan keramba jaring apung di Ajibata tidak memberikan pengaruh yang tinggi terhadap nilai parameter perairan dan pada daerah

wisata. Hal ini dapat dilihat dari nilai parameter perairan yang tidak melebihi ambang baku mutu perairan. Nilai DO dan BOD terburuk terdapat pada stasiun I hal ini disebabkan banyaknya aktivitas wisata dan perairan yang lebih dangkal sehingga memiliki kekeruhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya Parameter Fisika Suhu perairan di Ajibata dalam kisaran normal sebagai daerah tropis yaitu 30°C. Suhu perairan pada kawasan wisata Ajibata sesuai untuk dilakukannya kegiatan wisata air berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 (kelas II). Suhu pada kegiatan budidaya keramba jaring apung juga masih berada dalam kategori sesuai, hal ini sesuai dengan pernyataan Tatangindatu dkk (2013) bahwa suhu mempunyai peranan penting dalam menentukan pertumbuhan ikan dibudidaya, kisaran yang baik untuk menunjang pertumbuhan optimal adalah 28-32°C. Pada stasiun I tingkat kekeruhannya lebih besar dari pada stasiun II dan III, hal ini karena pada stasiun I perairan lebih dangkal/dekat dengan substrat dan terdapat tumbuhan air, yaitu Hydrilla sp. Kecerahan suatu perairan ditentukan oleh adanya kandungan bahan organik yang ada di dalamnya. Semakin tinggi kandungan bahan organik menyebabkan nilai kecerahan semakin berkurang (Zulfia dan Aisyah, 2013), dan menurut Yuningsih dkk (2014), komposisi bahan organik dapat terjadi karena adanya pembusukan dari tanaman air yang menumpuk didasar perairan, limbah pakan ikan, dan banyaknya limbah rumah tangga. Parameter Kimia Nilai nitrat yang diperoleh pada setiap stasiun yaitu sebesar <0,5 mg/L. Hal ini disebabkan oleh arus yang cukup tinggi di Ajibata, sehingga memungkinkan adanya pencampuran air danau. Nilai nitrat belum melebihi batas baku mutu perairan untuk wisata air berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Nitrat dan Posfat merupakan nutrien essensial yang diperlukan bagi pertumbuhan

organisme (Nugroho dan Tanjung, 2014). Nilai nitrat di perairan Ajibata masih dalam kategori yang sesuai. Nilai posfat pada perairan Ajibata untuk setiap stasiun sama yaitu 0,01 mg/L. Keberadaan keramba jaring apung merupakan salah satu penyumbang fospat ke perairan. Menurut Brahmana dkk (2010) menyatakan bahwa kotoran ikan juga mengandung nitrogen dan fospat, sedangkan Irianto dan Triweko (2011) juga menyatakan bahwa kegiatan perikanan dengan keramba jaring apung telah meningkatkan kandungan posfat dalam perairan danau. Hasil yang diperoleh nilai posfat ditemukan hampir sama pada setiap stasiun bukan hanya pada stasiun III yang merupakan kegiatan keramba jaring apung, hal ini disebabkan oleh adanya kecepatan arus pada perairan Ajibata. Oksigen terlarut tertinggi terdapat pada stasiun III yaitu sebesar 4,3 mg/L, hal ini karena pada stasiun III memiliki tingkat kekeruhan yang lebih rendah dibandingkan stasiun lain. Oksigen terlarut terendah terdapat pada stasiun I yang diakibatkan karena memiliki kekeruhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya, sehingga aktivitas fotosintesis akan lebih rendah. Menurut Odum (1971) kekeruhan menyebabkan penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan juga terhambat, akibatnya proses fotosintesis dalam perairan juga terhambat sehingga kadar klorofil berkurang seiring meurunnya produktivitas primer perairan. Ketiga stasiun menurut Nugroho (2006) tergolong kedalam kategori sedang untuk derajat pencemaran perairan, dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 baku mutu untuk aktivitas wisata (stasiun I) telah melewati batas baku mutu sebagai daerah wisata air. Tetapi, untuk daerah budidaya ikan keramba jaring apung (stasiun III) masih memenuhi kriteria. BOD tertinggi terdapat pada stasiun I dengan nilai 5,26 mg/L, sedangkan pada stasiun II sebesar 4,38 mg/L dan stasiun III sebesar 3,36 mg/L. BOD untuk daerah

wisata juga telah melebihi baku mutu untuk daerah wisata air. Hasil yang didapat menurut Nugroho (2006), derajat pencemaran perairan pada stasiun I tergolong tercemar sedang sementara untuk stasiun II dan III tergolong pencemaran ringan atau rendah. Parameter Biologi Pada daerah wisata terdapat tanaman air yaitu Hydrilla sp yang ada di dasar perairannya. Tanaman air ini sangat mengganggu wisatawan yang sedang berkunjung. Keberadaan tanaman air dengan jumlah yang banyak akan menurunkan daya tarik wisata sendiri, seperti mengurangi kenyamanan saat melakukan aktivitas berenang dan sepeda air. Tanaman Hydrilla sp diduga karena perairan Ajibata sedikit tercemar, hal ini sesuai menurut Silalahi (2010) menyatakan bahwa tingginya Hydrilla verticillata di Danau Toba karena jenis ini cocok hidup di perairan yang tercemar. Menurut Fitra (2008) bahwa Hydrilla sp memiliki stolon yang mengakibatkan perkembangbiakannya terjadi dengan pesat. Daya Tarik Wisata Pengukuran daya tarik wisata diperoleh dari hasil kuisioner dengan kriteria keindahan, kenyamanan, bau perairan, warna perairan, aksesibilitas, kepuasan wisata dan fasilitas yang disediakan. Hasil yang diperoleh bahwa lebih banyak kategori daya tarik wisata yang kurang memadai pada daerah wisata Ajibata sehingga daya tarik wisata Ajibata belum cukup tinggi untuk menjadikan daerah Ajibata sebaga daerah tujuan wisata yang harus dikunjungi oleh wisatawan. Kesesuaian Wisata Daerah wisata Ajibata secara keseluruhan masih tergolong dalam kategori cukup sesuai (S2). Kesesuaian wisata berdasarkan hasil pengukuran parameter perairan yang ada di perairan Ajibata masih terdapat kegiatan yang tidak sesuai atau kurang sesuai untuk melakukan kegiatan wisata air. Parameter yang

termasuk di dalamnya adalah kedalaman perairan yang kurang sesuai dengan kegiatan berenang. Bau perairan pada daerah wisata Ajibata juga tergolong sedikit berbau yang ditentukan oleh banyaknya wisatawan yang menyatakannya sebesar 67%. Warna perairan pada daerah wisata Ajibata berdasarkan hasil dari responden sebanyak 79% menyatakan bahwa perairan memiliki warna yang coklat. Lebar tepi danau yang hanya 1,50 meter, dengan material dasar perairan berupa pasir berlumpur dan hanya 2 pemandangan yang dapat dinikmati oleh wisatawan yaitu danau dan perbukitan. Arus pada daerah wisata juga menentukan kegiatan wisata dapat dilakukan secara nyaman dan aman atau tidak, hasil yang diperoleh kecepatan arus sebesar 0,10 m/s atau 10,3 cm/s yang termasuk dalam kategori kelas sedang menurut Yulianda (2007) menyatakan kecepatan arus terdiri atas 4 kelas yaitu kelas arus lambat dengan kecepatan pada kisaran 0-5 cm/s, kelas arus sedang dengan kecepatan pada kisaran 10-30 cm/s, kelas arus cepat dengan kecepatan kisaran >3050 cm/s dan kelas arus sangat cepat dengan kecepatan di atas 50 cm/s. Menurut Nontji (1987) kecepatan arus sangat erat kaitannya dengan keamanan para wisatawan dalam berenang. Arus yang lemah sangat baik untuk kegiatan renang sedangkan arus yang kuat sangat berbahaya karena dapat menyeret orang-orang yang sedang mandi atau berenang. Kecerahan perairan yang diperoleh dari daerah wisata Ajibata sebesar 34 cm atau 0,34 m dan dinyatakan kurang sesuai untuk kegiatan wisata air. Kecerahan merupakan parameter penting dalam kegiatan wisata, karena berkaitan dengan kenyamanan wisatawan. Semakin cerah perairan, semakin baik untuk kenyamanan wisatawan saat melakukan rekreasi (Putra, 2013). Daya Dukung Kawasan Daya dukung kawasan untuk setiap kegiatan berbeda-beda yang diukur berdasarkan luas daerah yang tersedia

untuk melakukan setiap kegiatan wisata. Kegiatan duduk santai dengan wisatawan sebanyak 339 orang/hari. Pada kegiatan berenang daya dukung kawasan dengan wisatawan 127 orang/hari dan kegiatan sepeda air daya dukung kawasannya dengan wisatawan sebanyak 293 orang/hari. Daya dukung kawasan terendah ada pada kegiatan wisata untuk foto dan shooting yang diperbolehkan 8 orang/hari. Persepsi Wisatawan Terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan Keindahan kurang didapatkan oleh wisatawan yang berkunjung di daerah wisata Ajibata, hal ini dapat dilihat dari hasil kuisioner. 30,76 % yang menyatakan wisata Ajibata indah dan 69,23% menyatakan tidak indah. Wisata Ajibata tidak memiliki keindahan yang lebih, namun lebih dari setengah wisatawan yang datang merasa nyaman dan aman berada dikawasan wisata Ajibata yang dilihat dari persepsi wisatawan sebesar 53,84 % menyatakan nyaman dan 46,15% menyatakan tidak nyaman, hal ini juga dapat dilihat dari wisatawan yang sering datang kembali ke daerah wisata Ajibata yaitu sebesar 84,61% menyatakan sebelumnya sudah pernah datang berkunjung. Strategi Pengelolaan Setiap kegiatan yang dilakukan di perairan ataupun sekitar perairan akan menimbulkan dampak buruk bagi perairan jika melebihi ambang baku mutu yang telah ditetapkan. Hasil pengukuran diperoleh beberapa parameter yang melebihi ambang baku mutu untuk kegiatan wisata air berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Keberadaan posfat dan nitrat di perairan sangat dibutuhkan oleh organisme namun dalam jumlah yang tidak melebihi batas baku mutu. Menurut Nugroho dan Tanjung (2014) jika nitrat dan posfat dalam perairan berlebihan justru akan menjadi pencemar yang dapat menurunkan kualitas perairan.

Wisatawan juga berharap adanya pengembangan lebih lanjut pada daerah wisata Ajibata yang dapat dilihat dari hasil kuisioner wisatawan terbesar yang menyatakan suatu hambatan/ hal-hal yang mengganggu saat melakukan ataupun saat menuju wisata Ajibata. Hal yang harus dikembangkan yaitu seperti pemberian batas-batas untuk setiap kegiatan wisata, banyaknya sampah, pelayanan yang kurang ramah serta fasilitas yang kurang memadai. Untuk meningkatkan daya tarik wisata Ajibata dan meningkatkan kunjungan wisata di Ajibata perlu adanya suatu destinasi wisata yang baru, seperti menciptakan kuliner dengan ikan khas atau ikan yang dihasilkan di Ajibata. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Keberadaan keramba jaring apung dan pelabuhan pada perairan Ajibata tidak memberikan pengaruh pada daerah wisata Ajibata dengan nilai parameter yang tidak melebihi batas ambang baku mutu. 2. Kesesuaian lingkungan dinyatakan sesuai dengan indeks kesesuaian wisata sebesar 66,66%, dengan daya dukung kawasan untuk setiap kegiatan wisata berupa kegiatan duduk santai sebesar 339 orang, kegiatan berenang 127 orang, kegiatan sepeda air 293 orang dan kegiatan pengambilan foto dan Shooting 8 orang 3. Berdasarkan persepsi wisatawan masih banyak hal-hal yang kurang mendukung ketertarikan pada wisata Ajibata seperti air yang berwarna coklat, air yang sedikit berbau serta fasilitas yang kurang memadai sehingga wisatawan merasa tidak puas melakukan aktivitas wisata. Saran 1. Perlunya pengawasan dan pengelolaan yang lebih tepat agar limbah dari kegiatan budidaya keramba jaring apung dan pelabuhan ini tidak memperburuk atau mencemari perairan hingga mempengaruhi daya tarik wisata.

2. Perlunya pengelolaan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan kesesuaian wisata sehingga pemanfaatan daya dukung kawasannya dapat dimaksimalkan. 3. Untuk pengembangan wisata lebih lanjut dibutuhkan pengelolaan yang tepat untuk setiap kegiatan wisata air supaya kegiatan-kegiatan yang ada di daerah Ajibata dapat berlangsung secara ekologis dan wisatawan merasa puas melakukan setiap aktivitas wisata.

DAFTAR PUSTAKA Brahmana, S.S., Y, Summarriani dan F. Ahmad. 2010. Kualitas Air dan Eutrofikasi Waduk Riam Kanan di Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar Nasional Limnologi V. Bratadiredja, R. R. 2010. Kajian Pengelolaan Sumber Daya Alam Danau Situ Gunung Untuk Pengembangan Ekowisata, di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fitria, E. 2008. Analisis Kualitas Air dan Hubungan dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perairan Parapat Danau Toba. Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan. /Irianto, E. W. dan R. W. Triweko. 2011. Eutrofikasi Waduk dan Danau : Permasalahan, Pemodelan dan Upaya Pengendalian. Pusat Penelitian dan Pengembangan. Kementrian Pekerjaan Umum, Jakarta. Laksono dan Mussadun, 2014. Dampak Aktivitas Ekowisata di Pulau Karimunjawa Berdasarkan Persepsi Masyarakat. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Vol. 3 (2). Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Universitas Trisakti, Jakarta.

Nugroho, A. S., dan S. D. Tanjung. 2014. Distribusi Serta Kandungan Nitrat dan Posfatdi Perairan Danau Rawa Pening. Jurnal Bioma. Vol. 3 (1). Odum, E. P. 1971. Fundementalof Ecology Third Edition. W. B. Sounder company, Toronto. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kuaalitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Putra, A. P. 2013. Studi Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem Terumbu Karang Untuk Wisata Selam dan Snorkling di Kawasan Saporkren Aigeo Selatan Kabupaten Raja Empat. Skripsi. Universitas Hasanuddin, Makasar. Silalahi, J. 2009. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan. Tatangindatu, F., O. Kalesaran., dan R. Rompas. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia Air Pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa. Jurnal Budidaya Perairan. Vol. 1(2) : 8-19 Yulianda, F. 2004. Pedoman Analisis Penentuan Status Kawasan Konservasi Laut. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah.Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yulianda, F. 2010. Konsep Ekowisata Perairan Suatu Pendekatan Ekologis. Makalah. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yuningsih, H. D., P. Soedarsono., S. Anggoro. 2014. Hubungan Bahan Organik dengan Produktivitas Perairan pada Kawasan Tutupan Eceng Gondok, Perairan Terbuka dan Keramba Jaring Apung di

Rawa Pening Kabupaten Semarang Jawa Barat. Diponegoro Journal of Maquares. Vol. 3(1) : 37-43 Zulfia, N., dan Aisyah. 2013. Status Trofik Perairan Rawa Pening Ditinjau dari Kandungan Unsur Hara (NO3 dan PO4) serta Klorofil-a. BAWAL. Vol.5 (3). Hal : 189199.