ANALISIS KELENGKAPAN LABORATORIUM DALAM

Download Pelaksanaan praktikum respirasi tidak pernah dilakukan karena 100% sekolah tidak memiliki alat fotometer. Ditemukan juga mikroskop yang mas...

0 downloads 390 Views 332KB Size
JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 3 NO. 4 Rezeki, S Halaman: 239-246

ISSN : 2338 – 3003 DESEMBER 2015

Analisis Kelengkapan Laboratorium Dalam Pelaksanaan Praktikum Biologi Di SMA Negeri Se-Kabupaten Karo The Analysis of Biology Laboratory Equipments At Senior High School in Karo District Salwa Rezeqi Program Studi Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Medan Jalan Williem Iskandar Psr. V Medan Estate, Medan, Indonesia, 20221 Email: [email protected]

Abstrak Tujun penelitian ini adalah untuk mengungkap kelengkapan laboratorium yang ada di 9 sekolah SMA Negeri se Kabupaten Karo. Teknik analisis data pada penelitian ini berupa deskriptif kuantitatif yang menggunakan metode survey. Sampel yang digunakan adalah 9 orang guru dengan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peralatan laboratorium di SMA Negeri se Kabupaten Karo sekolah 33% sangat lengkap, 56% sudah lengkap dan 11% masih tergolong tidak lengkap. Laboratorium Biologi hanya 22% saja yang sudah tersendiri sedangkan 56% masih bergabung dengan laboratorium Kimia dan 22% lagi bergabung dengan laboratorium Fisika dan Kimia. Begitu pula dengan perlatan berupa bak cuci sudah seluruh sekolah memilikinya namun hanya 11% saja yang sudah memiliki air sedangkan 89% sekolah belum memiliki air. Pelaksanaan praktikum respirasi tidak pernah dilakukan karena 100% sekolah tidak memiliki alat fotometer. Ditemukan juga mikroskop yang masih bisa digunakan pada tiap sekolah rata-rata hanya 2-4 buah saja selebihnya sudah rusak dengan kondisi tidak terawat. Kata Kunci: Laboratorium, praktikum, peralatan

Abstract The purpose of this study is to discover the completeness biology laboratory in nine high schools in the Karo regency. This research employs data analyzing technique in the form of quantitative descriptive with survey method. The sample is nine teachers which choose by total sampling technique. The instrument is observation, interview, and documentation. The results of this study show that the laboratory equipments in high schools of Karo regency already have biology laboratories, with percentage 33% well-equipped,56%fair equipped, and 11% less equipped. Only 22% biology laboratory have separate building, while 45% still gather with physic and chemistry laboratory. As for the equipments such as sink, all of the schools have owned them but only 11% have water while 89% others do not have. The implementation practical respiration has never been done because all the schools do not have fotometer. The study also find that amount of microscope can still work in each school only 2-4 pieces while others already broken. Keywords: laboratory, practicum, equipment

239

JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 3 NO. 4 Rezeki, S Halaman: 239-246

ISSN : 2338 – 3003 DESEMBER 2015

PENDAHULUAN

2003)

Pelajaran

memiliki

activities appeal as a way of allowing

kegiatan

students to learn with understanding

laboratorium, pengamatan, penelitian,

and, at the same time, engage in a

percobaan dan praktikum. Praktikum

process of constructing knowledge by

dapat diartikan sebagai kegiatan siswa

doing science”.

yang menggunakan bahan atau alat

Menurut

kaitan

serta

Biologi

“Laboratory

mengemukakan

erat

dengan

melakukan

pengamatan

dan

laboratorium

harus

percobaan untuk melatih keterampilan

sebagai berikut:

IPA (Sapriati, 2006).

bereksperimen;

Christofi, dkk (dalam Sapriati, 2006)

mengatakan

praktikum

bahwa

adalah

mengembangkan memecahkan kreatif,

meningkatkan

terhadap

IPA

dan

mengembangkan percobaan,

dan

berfungsi

(1) Tempat siswa (2)

Tempat

siswa

mendiskusikan eksperimen; (3) Tempat siswa melatih demonstrasi; (4) Tempat

untuk

siswa mendengarkan pelajaran konsep-

berpikir

pemahaman

metode

dapat

(2008)

tujuan

keterampilan

masalah

Mahiruddin

konsep sains dari guru. Pengertian menurut

laboratorium

IPA

Sutrisno (2007) adalah: (1)

ilmiah,

tempat yang dilengkapi peralatan untuk

keterampilan

melangsungkan eksperimen IPA atau

penyelidikan

ilmiah,

melakukan pengujian dan analisis; (2)

menganalisis data, mengkomunikasikan

bangunan atau ruangan yang dilengkapi

hasil,

bekerja

peralatan

sama, menumbuhkan sikap positif dan

penelitian

minat, serta meningkatkan kepedulian

pembelajaran bidang IPA; (3) tempat

terhadap lingkungan.

kerja untuk melangsungkan penelitian

melatih

kemampuan

Laboratorium memiliki peranan

untuk ilmiah

melangsungkan ataupun

praktik

ilmiah; dan (4) ruang kerja seorang

penting dalam kurikulum dan pendidikan

ilmuwan

sains, sebagaimana diungkapkan oleh

percobaan bidang studi IPA (Kimia,

Hofstein

Fisika, Biologi).

&

Naaman

(2007)

bahwa

”Laboratory activities have long had a

dan

Dalam

tempat

Silabus

menjalankan

Biologi

SMA

distinctive and central role in the science

kelas XI beberapa tujuan pembelajaran

curriculum and science educators have

harus dicapai siswa melalui kegiatan

suggested that many benefits accrue

pengamatan dan percobaan yang dalam

from engaging students in science

pelaksanaannya

laboratory activities”. Sementara itu,

laboratorium, baik di dalam ruangan

Tobin (dalam Hofstein dan Lunetta,

maupun di luar ruangan. Sementara itu

memerlukan

sarana

240

JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 3 NO. 4 Rezeki, S Halaman: 239-246

kenyataan

yang

ada

di

ISSN : 2338 – 3003 DESEMBER 2015

lapangan

METODOLOGI PENELITIAN

berdasarkan observasi awal terhadap

Jenis

penelitian

adalah

kegiatan belajar mengajar di beberapa

penelitian

SMA

Karo

menggunakan metode survey. Populasi

kegiatan

yang digunakan adalah 9 sekolah SMA

praktikum masih dilakukan dalam jumlah

Negeri se Kabupaten Karo dengan

yang terbatas. Dari 9 SMA Negeri di

jumlah sampel 9 orang guru yang

Kabupaten

mengajar di kelas XI IPA yang diambil

Negeri

Se

memperlihatkan

sekolah

Kabupaten bahwa

Karo

yang

hanya

rutin

beberapa

melaksanakan

dengan

deskriptif

ini

kuantitatif

menggunakan

teknik

yang

total

praktikum, namun belum semua materi

sampling. Instrumen yang digunakan

yang

berupa dokumentasi, lembar observasi

seharusnya

dipraktikumkan

dilaksanakan

untuk

memperoleh

data

tentang

Kegiatan praktikum ini masih

kelengkapan peralatan laboratorium dan

jarang dilakukan dikarenakan berbagai

wawancara untuk melihat pemanfaatan

permasalahan yang berkaitan dengan

alat praktikum Biologi.

ketidaklengkapan sarana dan prasarana

Data yang diperoleh dari hasil

di laboratorium, kurang tersedianya alat

observasi alat dan bahan praktikum

dan

dihitung dengan rumus dan data hasil

bahan

yang

dibutuhkan,

tidak

tersedianya penuntun praktikum Biologi,

observasi,

lembar kerja praktikum masih sangat

dokumentasi dianalisis secara deskriptif

terbatas dan tergantung kepada guru dan buku pegangan siswa, ketiadaan jadwal

praktikum

yang

tetap

serta

%

wawancara,

dan

skor riil x 100% skor ideal

(Sugiyono, 2012)

keterbatasan waktu pembelajaran yang ada (Hasruddin dan Salwa, 2012). Tabel 1. Interpretasi hasil observasi alat dan bahan praktikum Interval (%) 75 – 100 50 – 74 25 – 49 0 – 24

Kriteria Tingkat Penilaian Sangat lengkap Lengkap Tidak lengkap Sangat tidak lengkap

241

JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 3 NO. 4 Rezeki, S Halaman: 239-246

ISSN : 2338 – 3003 DESEMBER 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN

prasarana. Adapun jenis-jenis sarana prasarana tersebut disajikan dalam tabel

Analisis kelengkapan laboratorium

2.

dilakukan terhadap 39 jenis sarana dan

Tabel 2. Sarana dan Prasarana Laboratorium di SMA Negeri se-Kabupaten Karo No 1

Sarana & Prasarana Tata ruang

No 11

Sarana & Prasarana Alat kebersihan

No

Sarana & Prasarana

No

Sarana & Prasarana

21

Metilen blue

31

Preparat irisan otot lurik.

2

Ukuran laboratorium

12

Kebun Biologi

22

Vaselin

32

Preparat irisan otot polos

3

Lemari penyimpanan

13

Mikroskop

23

Eosin

33

Preparat irisan otot jantung

4

Meja demonstrasi

14

Torso

24

Alkohol

34

Preparat tulang rawan.

5

Meja kerja siswa

15

Alat bedah

25

HCl

35

Preparat tulang sejati.

6

Kursi siswa

16

Fotometer

26

Iodin

36

Preparat syaraf

7

Bak cuci

17

Objek&cover

27

Serum A & B

37

Model kerangka manusia.

8

Sumber listrik (stop kontak)

18

Cawan petri

28

Preparat awetan irisan melintang akar monokotil dan dikotil

38

Gambar/model sirkulasi darah manusia.

9

Alat P3K

19

Pipet tetes

29

Preparat awetan irisan melintang batang monokotil dan dikotil

39

Gambar/model sirkulasi darah pada ikan, amfibi, reptil, burung, dan cacing tanah

10

Pemadam api

20

Aquades

30

Preparat daun monokotil dandikotil.

Berdasarkan

hasil

observasi

Negeri se Kabupaten Karo maka data

yang telah dilakukan terhadap kondisi

yang diperoleh dapat disajikan pada

laboratorium di masing-masing SMA

Tabel .

Tabel 3. Persentase kelengkapan sarana dan prasarana di SMA se-kab. Karo Kelengkapan Persentase

Sekolah A

B

C

D

E

F

G

H

I

70%

72,5%

87.5%

55%

95%

45%

65%

77,5%

72,5%

Dari 9 SMA Negeri di Kabupaten

lengkap yakni dengan persentase 55%

Karo yang diteliti, ditemukan hanya 1

sampai dengan 72,5%; dan 3 sekolah

sekolah

(33%)

(11%)

saja

yang

yang

laboratoriumnya

sudah

laboratoriumnya tidak lengkap dengan

termasuk kriteria sangat lengkap yakni

persentase 45%; 5 sekolah (56%) sudah

77,5% sampai 95%. Namun apabila

memiliki laboratorium dengan kriteria

dilihat pada penelitian sebelumnya rata-

242

JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 3 NO. 4 Brata, WWW Halaman: 239-

ISSN : 2338 – 3003 DESEMBER 2015

rata frekuensi pelaksanaan praktikum

saat laboratorium tidak digunakan, hal

hanya sebesar 30% yang tergolong

ini

tidak

mengganggu

baik,

dengan

frekuensi

tidaklah

efisien

karena

fasilitas

dapat

laboratorium

pelaksanaan praktikum paling tinggi

(Hasruddin dan Salwa, 2012). Hal ini

terdapat pada SMA Negeri A, C, dan E

sejalan

dengan

Mustaphawan

10-12

jenis

pelaksanaan

dengan

yang

(dalam

faktor

yang

dikatakan

Daddy,

2008)

praktikum sedangkan SMA Negeri B, D,

banyak

menyebabkan

F, G, I hanya melakukan 2-4 kali

bergesernya

praktikum saja selam satu semester

tempat untuk mengamati, menemukan,

(Hasruddin dan Salwa, 2012)

dan

laboratorium

memecahkan

sebagai

suatu

masalah

SMA Negeri yang ada di Kabupaten

menjadi ruang kelas ataupun gudang,

Karo sudah 100% memiliki Laboratorium

antara lain : (1) Kurangnya kemampuan

IPA. Namun laboratorium Biologinya

dalam mengelola laboratorium sekolah;

hanya 22% saja yang sudah tersendiri

(2) Kurangnya pemahaman terhadap

sedangkan

bergabung

makna dan fungsi laboratorium sekolah

dengan laboratorium Kimia dan 22% lagi

serta implikasinya bagi pengembangan

bergabung dengan laboratorium Fisika

dan perbaikan sistem pembelajaran IPA;

dan Kimia. Hal ini juga dijumpai pada

(3)

penelitian Hamidah dkk (2013) dari 7

dalam penguasaan mata pelajaran; dan

sekolah yang diteliti hanya 1 sekolah

(4) Belum meratanya pengadaan dan

saja yang memiliki laboratorium Biologi

penyebaran

tersendiri

sehingga

56%

masih

sedangkan

lainnya

masih

Terbatasnya

alat

kemampuan

peraga

menyulitkan

guru

Kit

bagi

IPA pusat

bergabung dengan laboratorium Kimia

kegiatan guru untuk menjalankan fungsi

dan

pembinaannya kepada para guru.

Fisika

yang

laboratorium

IPA.

disebut

dengan

Untuk

ukuran

Apabila dilihat dari alat dan bahan

laboratorium, lemari penyimpanan, meja

praktikum

demonstrasi, meja kerja siswa, dan kursi

semester gasal ternyata belum semua

siswa sudah memenuhi kriteria standar

tersedia

yang ditentukan oleh Permendiknas

fotometer

No.24 Tahun 2007.

mengukur laju transpirasi tumbuhan

Namun

ditemukan

di

lapangan

tidak

yang

di

ada

dibutuhkan

laboratorium,

yang

digunakan

ditemukan

pada

selama

seperti untuk

setiap

bahwa kebanyakan ruang laboratorium

sekolah sehingga jelas saja praktikum

dijadikan sebagai ruang belajar pada

yang menggunakan alat tersebut tidak di

pelajaran agama dan juga sebagai

laksanakan.

ruang pertemuan Osis/pramuka

pada

243

JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 3 NO. 4 Brata, WWW Halaman: 239-

Berdasarkan guru

Biologi

wawancara

kendala

ISSN : 2338 – 3003 DESEMBER 2015

dengan

penunjang

paling

mengajar.

yang

suatu

proses

Seorang

belajar

siswa

dalam

mendasar untuk pelaksanaan praktikum

melakukan aktivitas belajar memerlukan

Biologi

jumlah

adanya dorongan tertentu agar kegiatan

mikroskop yang ada. Ditemukan pada

belajarnya dapat menghasilkan prestasi

observasi laboratorium Biologi di SMA

belajar yang sesuai dengan tujuan yang

Negeri

Karo jumlah mikroskop yang

diharapkan. Untuk dapat meningkatkan

masih bisa digunakan rata-rata pada

prestasi belajar siswa yang maksimal,

masing-masing sekolah hanya 2-4 buah

tentunya perlu diperhatikan berbagai

saja

faktor yang membangkitkan para siswa

adalah

minimnya

selebihnya

banyak

ditemukan

mikroskop yang sudah rusak dengan

untuk

kondisi tidak terawat. Maka dengan

tersebut dapat ditingkatkan apabila ada

alasan tersebut beberapa guru tidak

sarana penunjang, yaitu faktor sarana

melaksanakan

yang

dan prasarana pendidikan dan dapat

seperti

memanfaatkannya dengan tepat dan

awetan

seoptimal mungkin. Dengan demikian,

tumbuhan dan hewan padahal preparat

maka siswa akan memiliki motivasi yang

tersebut sebahagian besar tersedia di

tinggi untuk belajar dengan sungguh-

laboratorium.

sungguh

praktikum

menggunakan pengamatan

mikroskop pada

Namun

di

preparat

dengan

sehingga

efektif.

proses

Hal

belajar

sekolah

mengajar dapat berjalan dengan lancar,

ditemukan juga dari hasil observasi

teratur, efektif dan efisien dan dapat

laboratorium bahwa ada alat dan bahan

menghasilkan

yang tersedia akan tetapi guru tersebut

sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

tidak melaksanakan praktikum dengan

Proses belajar mengajar akan berjalan

alasan

lancar jika ditunjang dengan sarana dan

tidak

beberapa

belajar

adanya

waktu

untuk

praktikum, seperti pengamatan sistem sirkulasi darah pada hewan vertebrata

prestasi

belajar

yang

prasarana yang lengkap. Dalam

pembelajaran

Biologi

dan invertebrata yang menggunakan

pemanfaatan laboratorium atau kegiatan

gambar dan torso, dan tes golongan

praktikum

darah yang menggunakan serum A dan

proses

B walaupun hanya satu sekolah saja

kegiatan

yang memiliki serum tersebut

membuktikan konsep atau teori yang

Dalam

suatu

proses

mengajar,

sarana

dan

pendidikan

merupakan

merupakan belajar

bagian

mengajar.

praktikum

siswa

dari

Melalui akan

belajar

sudah ada dan dapat mengalami proses

prasarana

atau percobaan itu sendiri, kemudian

salah

satu

mengambil kesimpulan sehingga dapat

244

JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 3 NO. 4 Brata, WWW Halaman: 239-

ISSN : 2338 – 3003 DESEMBER 2015

menunjang pemahaman siswa terhadap

SIMPULAN

materi pelajaran. Dalam hal ini jika

Berdasarkan deskripsi data dan

siswa lebih paham terhadap materi

pembahasan

pelajaran diharapkan hasil belajarnya

dapat disimpulkan sebagai berikut: 1)

dapat meningkat. Namun, pembelajaran

Peralatan laboratorium di SMA Negeri

dengan praktikum tidak akan berjalan

se

dengan

pengelolaan

lengkap, 56% sudah lengkap dan 11%

laboratorium tidak teratur. Pengolahan

masih tidak lengkap Laboratorium pada

laboratorium merupakan suatu proses

SMA Negeri di Kabupaten Karo 33%

pendayagunaan sumber daya secara

sekolah sudah memiliki laboratorium

efektif dan efisien untuk mencapai suatu

yang sangat lengkap, 56% dengan

sasaran

kriteria

lancar

jika

yang

diharapkan

secara

optimal.

hasil

Kabupaten

penelitian,

Karo

lengkap

dan

33%

maka

sangat

11%

memiliki

laboratorium yang tidak lengkap; 2)

Pada

dasarnya

pengelolaan

Laboratorium Biologi hanya 22% saja

tanggung

yang sudah tersendiri sedangkan 56%

jawab bersama baik pengelola maupun

masih bergabung dengan laboratorium

pengguna (siswa). Oleh karena itu,

Kimia dan 22% lagi bergabung dengan

setiap orang yang terlibat harus memiliki

laboratorium

kesadaran dan merasa terpanggil untuk

Mikroskop yang masih bisa digunakan

mengatur,

dan

rata-rata

pada

kerja.

berkisar

2-4

banyak

ditemukan

laboratorium

merupakan

memelihara,

mengusahakan Mengatur

dan

laboratorium agar

keselamatan

memelihara

merupakan

laboratorium

berfungsi

selalu

sebagaimana

Sedangkan

upaya

upaya

sudah

rusak

Fisika

dan

tiap buah

Kimia;

sekolah saja

hanya

selebihnya

mikroskop

dengan

3)

kondisi

yang tidak

tetap

terawatt; 4) Pada beberapa sekolah

mestinya.

ditemukan guru tidak melaksanakan

menjaga

praktikum pengamatan sistem sirkulasi

keselamatan kerja mencakup usaha

darah

untuk

mencegah

invertebrata yang menggunakan gambar

terjadinya

dan torso, dan tes golongan darah yang

selalu

kemungkinan kecelakaan laboratorium

sewaktu dan

terjadi kecelakaan.

bekerja

penangannya

di bila

pada

hewan

vertebrata

dan

menggunakan serum A dan B padahal alat

dan

bahan

tersedia

disekolah

tersebut.

245

JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 3 NO. 4 Brata, WWW Halaman: 239-

DAFTAR PUSTAKA Daddy.

2008. Penerapan Metode Praktikum dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa dalam Pokok Bahasan Asam dan Basa di SMP. Artikel. http://www.pascaldady512. wordpress.com/penerapanmetode-praktikum. diakses 15 Januarii 2016.

Hamidah, A., Sari, N., Budianingsih, R. 2013. Manajemen Laboratorium Biologi Beberapa SMA Swasta Di Kota Jambi. Jurnal Sainmatika. 7(11): 1-10. Hasruddin dan Salwa Rezeqi. 2012. Analisis pelaksanaan praktikum biologi dan Permasalahannya di sma negeri sekabupaten Karo. Jurnal TABULARASA PPS UNIMED. 9(1): 29- 30. Hofstein, A. & Lunetta, V. N. 2003. The laboratory in science education:Foundations for the twenty-first century.

ISSN : 2338 – 3003 DESEMBER 2015

education: the state of the art. Journal The Royal Society of Chemistry. 8(2): 105-107. Mahiruddin. 2008. Pengaruh Fasilitas Dan Kompetensi Pengelola Terhadap efektivitas Manajemen Laboratorium IPA SMA Di Kabupaten Konawe. Artikel. http:// www. mardikanyom.tripod.com. diakses 5 Januari 2016. Sapriati, A. 2006. Pengembangan Instrumen Penilaian Fotosintesis. Jurnal Pendidikan. Vol.7 No.1. Hal 1-10 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sutrisno, W. 2007. Pemeliharaan Fasilitas Laboratorium Fisika Untuk Diklat Teknisi Laboratorium. Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA.

Hofstein, A., & Naaman, R. M. (2007). The laboratory in science

246