ANALISIS KEMAMPUAN PENYELESAIAN SOAL KIMIA BERBASIS

Download Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol. 2 No. 4 (237-244). 237. Analisis ... makroskopik dan simbolik pada materi hukum dasar...

1 downloads 470 Views 506KB Size
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol. 2 No. 4 (237-244)

Analisis Kemampuan Penyelesaian Soal Kimia Berbasis Makroskopik dan Simbolik pada Materi Hukum Dasar dan Perhitungan Kimia di Kelas X SMA Negeri 1 Indrapuri Nurul Aulia, Latifah Hanum, Mukhlis. Prodi Kimia FKIP UniversitasSyiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111 *Corresponding Author: [email protected]

Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang analisis kemampuan penyelesaian soal kimia berbasis makroskopik dan simbolik pada materi hukum dasar dan perhitungan kimia di kelas X SMA Negeri 1 Indrapuri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 1 Indrapuri dalam menyelesaikan soal berbasis makroskopik dan simbolik pada materi hukum dasar dan perhitungan kimia. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian yaitu siswa kelas X IPA 1 yang berjumlah 24 siswa dari 8 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan yang diambil menggunakan teknik nonprobability sampling dengan tipe purposive sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu soal tes multiple choice dan rubrik penilaian. Data diperoleh dengan cara menganalisis jawaban siswa dalam mengerjakan soal tes. Hasil penelitian menunjukkan persentase rata-rata kemampuan makroskopik dan simbolik siswa secara berurutan sebesar 62,5% dan 50,0%. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa (1) kemampuan makroskopik siswa lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan simbolik, (2) kemampuan simbolik siswa masih rendah dalam hal konsep mol dan menyederhanakan soal, (3) Pemahaman makroskopik siswa lebih lama disimpan dalam memori dan siswa lebih mudah mengingat konsep makroskopik (4) pemahaman level simbolik siswa lebih baik jika sejalan dengan perhitungan matematis siswa. Kata Kunci :makroskopik, simbolik, hukum dasar dan perhitungan kimia

Abstract The research has been done to analysis of macroscopic and symbolic based chemistry problems solving skill on basic law material and chemistry calculation in 10th grade class of SMAN 1 Indrapuri. This research is purposed to analyse the ability of 10 th grader student of SMAN 1 Indrapuri. In solving macroscopic dan symbolic based chemistry and chemistry calculation problem. The kind of research used is a descriptive research wit qualitative approach. Subjects in this research of the class X science 1 with total 24 students, consisting of 8 male students and 16 female students which was taken using nonprobability sampling technique with purposive sampling type. The instrument which is used in this research are multiple choice question test and marking column. The data were obtained by analyzing student’s answer in solving the test questions. The result of the research showed that the macroscopic and symbolic skill’s average percentage of the students are consecutively 62,5% and 50%. According to the result of the research, it was concluded that (1) student’s macroscopic skill are hiher than their symbolic skill, (2) student’s symbolic skills are still low in the concept of mole and in standardizing problem’s, (3) student’s macroscopic understanding took longer to be memorized and it’s easier for student’s to remember the macroscopic concept, (4) the symbolic level understanding of the student is better if it’s parallel with student’s mathematical calculation. Keywords: macroscopic, symbolic, basic law and chemistry calculation

237

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol. 2 No. 4 (237-244)

Pendahuluan Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur kimia, susunan sifat, perubahan materi serta energi yang menyertai. Belajar ilmu kimia lebih menekankan pada penguasaan konsep dalam menyelesaikan permasalahan kimia dan perhitungan. Belajar kimia terkesan sulit dipelajari oleh sebagian besar siswa. Ishartono dkk. (2015) menjelaskan faktor kimia terkesan sulit dipelajari yaitu (1) konsep dalam kimia bersifat abstrak, (2) pembendaharan kata yang khusus pada konsep dan (3) memiliki tiga level pemahaman yaitu makroskopik, submikroskopik dan simbolik. Level makroskopik yaitu representasipertama yang diperoleh dari hasil pengamatan nyata terhadap suatu peristiwa yang dilihat langsung oleh panca indra. Level sub-mikroskopik merupakan representasi kimia kedua yang menjelaskan mengenai struktur dan pergerakan partikel yang terjadi pada peristiwa makroskopik yang diamati. Level simbolik merupakan representasi kimia ketiga yang menjelaskan tentang rumus kimia, perhitungan matematika, diagram, persamaan reaksi, dan gambar. Umumnya pembelajaran kimia disekolah menekankan pada dua level pemahaman yaitu makroskopik dan simbolik (Indrayani, 2013). Pemahaman konsep kimia akan sempurna apabila siswa dapat menghubungkan materi yang dipelajarinya dari satu level ke level lain. Pembelajaran makroskopik siswa tidak cukup dijelaskan hanya menggunakan level simbolik. Siswa sebagian besar disekolah lebih banyak belajar memecahkan soal berbasis simbolik dengan menghafal rumus tanpa memahami konsep dan guru beranggapan siswa yang dapat menyelesaikan soal berbasis simbolik sudah menguasai konsep (Sulistyowati dkk., 2013) Penelitian mengenai kemampuan siswa dalam mengerjakan soal berbasis makroskopik dan simbolik sudah banyak dilakukan. Penelitian Indrayani (2013) pada materi titrasi asam-basa siswa kelas XI IPA menunjukkan bahwa kemampuan pada level simbolik yaitu 54,4%, sedangkan pada level makroskopik 84,0%. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Fauzi’ah dkk. (2016) pada materi larutan penyangga peserta didik kelas XI, SMA Negeri 1 Banguntapan menunjukkan bahwa peserta didik kesulitan dalam menuliskan persamaanreaksi dan kesulitan menentukan pH larutan pada level simbolik sedangkan level makroskopik siswa kesulitan menggali ide dan mengkonstruksi ide dalam identifikasi terhadap sifat larutan. Langitasari (2016) melakukan penelitian tentang materi konsep reaksi redoks menunjukkan bahwa kemampuan yang siperoleh sangat terbatas dan hanya 2,9% mahasiswa yang mampu membuat hubungan antara pengamatan makroskopik, representasi simbolik dan gambaran submikroskopik. Fenomenapembelajaran kimia disekolah menggunakan metode konvensional ceramah yang mana metode tersebut lebih menekankan pemahaman konsep siswa pada level makroskopik (seperti penyetaraan reaksi kimi) dan simbolik (seperti perubahan warna) (Sulistyowati dkk., 2013). Hukum dasar dan perhitungan kimia merupakan salah satu materi yang dipelajari dikelas X semester genap pada kurikulum 2013 yang lebih banyak membahas tentang level makroskopik dan simbolik. Berdasarkanhasil observasi selama melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL), pembelajaran kimia yang dilakukan oleh guru menggunakan metode ceramah dan siswa lebih benyak mengerjakan soal diberikan guru yang berbasis makroskopik dan simbolik. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Penyelesaian Soal Kimia Berbasis Makroskopik dan Simbolik pada Materi Hukum Dasar dan Perhitungan Kimia di Kelas X SMA Negeri 1 Indrapuri”.

MetodePenelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tujuan dari penelitian deskriptif yaitu untuk mendeskripsikan hal-hal dalam menganalisis tingkat kemampuan penyelesaian soal berbasis makroskopik dan simbolik siswa dengan menjawab soal multiple choice yang disertakan alasan pada materi hukum dasar dan perhitungan kimia. 238

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol. 2 No. 4 (237-244) Subjek penelitian yaitu siswa kelas X IPA 1 dengan jumlah 24 siswa yang ditentukan berdasarkan nonprobability sampling dengan tipe purposive sampling yang mana subjek dipilih secara khusus berdasarkan tujuan dari peneliti (Usman dan Agung, 2011). Instrumen dalam penelitian ini yaitu soal tes multiple choice dengan 5 option jawaban dan rubrik penilaian.

Hasil Dan Pembahasan Penelitiantentanganalisis kemampuan penyelesaian soal kimia berbasis makroskopik dan simbolik pada materi hukum dasar dan perhitungan kimia di kelas X SMA Negeri 1 Indrapuri telah dilakukan pada tanggal 6 April sampai 13 Mei 2017. Soal-soal kimia identik dengan soal berbasis makroskopik, submikroskopik dan simbolik, akan tetapi soal berbasis submikroskopik hanya terdapat pada materi tertentu. Salah satu materi kimia yang banyak membahas soal berbasis makroskopik dan simbolik yaitu hukum dasar dan perhitungan kimia. Analisis kemampuan makroskopik siswa dilihat dari tingkat penilaian jawaban siswa dalam menguraikan kata-kata yang sesuai dengan konsep dasar dan kemampuan simbolik siswa dinilai berdasarkan kemampuan siswa dalam memasukkan angka-angka kedalam rumus, serta menuliskan setiap tahap-tahapnya. 1. Kemampuan siswa menyelesaikan soal berbasis makroskopik dan simbolik Sebanyak 5 soal berbasis makroskopik dan simbolik yang dikerjakan siswa untuk memperoleh data penelitian yang penilaiannya lebih memfokuskan pada alasan jawaban siswa dalam menyelesaikan soal. Hasil tes kemampuan siswa ditentukan berdasarkan tinggi dan rendahnya kemampuan siswa. Siswa dinyatakan berkemampuan tinggi jika siswa memperoleh skor jawaban lebih dari 50% ( Yilmaz dkk, 2007). Kategori tinggi dan rendah kemampuan siswa ditentukan dengan cara menghitung persentase tingkat penguasaan. Berikut hasil kategori tinggi rendah kemampuan siswa secara klasikal dapat dilihat pada Gambar 1.

Pemahaman Siswa 70

Persentase (%)

60 50 40

Mikroskopik 30 20 10 0

Kemampuan Makroskopik dan Simbolik

Gambar 1. Persentase Rata-rata Tingkat Kemampuan Siswa pada Soal Tes Berbasis Makroskopik dan Simbolik

239

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol. 2 No. 4 (237-244) Dari hasil analisis data diatas, secara klasikal terdapat 15 siswa atau 62,5% berada pada tingkat pemahaman makroskopik tinggi dan 12 siswa atau 50,0% berada pada tingkat pemahaman simbolik rendah. Hal ini dikarenakan siswa lebih mudah memahami konsep yang berhubungan dengan pengamatan indra.Hanif dkk. (2013) mengatakan pengetahuan makroskopik yang diperoleh siswa melalui pengamatan indra diolah dan dikaitkan dengan pengetahuan yang baru dan simpan dalam memori jangka panjang sehingga siswa cenderung lebih mengingat konsep makroskopik. Persentase simbolik lebih rendah dikarenakan siswa tidak mengerti dalam mengerjakan soal perhitungan serta menentukan rumus yang tepat untuk perhitungan. Hal ini sesuai degan penyelesaian jawaban siswa. Siswa dapat menyelesaikan soal dengan mudah apabila sudah menguasai konsep dengan benar (Bella dkk., 2013). Menurut Ishartono (2014) materii hukum dasar dan perhitungan kimia banyak menimbulkan miskonsepsi pada siswa dikarenakan banyaknya konsep yang abstrak dan konsep yang berhubungan dengan reaktan atau produk dalam perhitungan kimia. Kemampuan makroskopik dan simbolik siswa harus seimbang pada materi hukum dasar dan perhitungan kimia. Materi hukum dasar dan perhitungan kimia memerlukan pemahaman makroskopik yang kuat sebagai dasar untuk mencegah terjadinya miskonsepsi dan diperlukan pemahaman simbolik yang baik untuk saling melengkapi pemahaman tersebut. 2. Analisis Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal Makroskopik dan Simbolik Kemampuan pemahaman makroskopik dan simbolik siswa dapat menunjukkan beberapa kategori pemahaman. Kategori tersebut terdiri dari pemahaman makroskopik tinggi dan simbolik tinggi (M1S1), pemahaman makroskopik tinggi dan simbolik rendah (M1S0), pemahaman makroskopik rendah dan simbolik tinggi (M0S1) serta pemahaman makroskopik rendah dan simbolik rendah (M0S0). Interpretasi ini dilakukan untuk melihat kemampuan per siswa berdasarkan kategori tinggi dan rendah dalam menjawab soal. Interpretasi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.Interpretasi Kategori Pemahaman No Kategori 1. M1S1 2. M1S0 3. M0S1 4. M0S0 Total Keterangan: M1 = makroskopik tinggi M0 = makroskopik rendah S1 = simbolik tinggi S0 = simbolik rendah

Jumlah Siswa 9 6 3 6 24

Tabel 1 menunjukkan bahwa siswa dominan menguasai pemahaman makroskopik dari pada simbolik berdasarkan jumlah siswa yang terdapat pada kategori pemahaman makroskopik tinggi dan simbolik rendah. Hal ini juga didukung oleh hasil jawaban siswa yang lebih mudah dalam menganalisis dan mengutarakan alasannya dalam menjawab soal berbasis makroskopik. Kemampuan M1S1 akan tercapai jika siswa menjawab minimal 3 soal berbasis makroskopik dan 3 soal berbasis simbolik dari 10 soal yang tersedia. Untuk kemampuan M1S0 minimal siswa menjawab 3 soal berbasis makroskopik dan 2 soal berbasis simbolik dengan benar. Untuk kemampuan M0S1 minimal siswa harus menjawab 2 soal berbasis makroskopik dan 3 soal berbasis simbolik . Persentase interpretasi kategori pemahaman siswa dapat dilihat pada Gambar 2.

240

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol. 2 No. 4 (237-244)

Interpretasi Kategori Pemahaman Siswa 40 35

Persentase (%)

30 25

M0S1

20

M1S0 M0S0

15

M1S1 10 5 0 Kategori Pemahaman Gambar 2.Persentase Interpretasi Kategori Pemahaman Siswa

Rendahnya kemampuan siswa dalam menjawab soal berbasis simbolik diperlukan perbaikan dari segi diri siswa sendiri dan dari segi guru mengajar. Siswa dapat berlatih dengan cara mengerjakan soal-soal latihan dan memahami konsep dari soal tersebut. Perbaikan dari segi guru dengan cara menerapkan pembelajaran kimia dengan menggunakan ketiga level pembelajaran kimia (Sulistyowati dkk., 2013). Selanjutnya dilakukan analisis kemampuan penyelesaian jawaban siswa berdasarkan per indikator soal. Minimal nilai yang diperoleh siswa untuk kategori mampu menjawab soal pada materi hukum dasar dan perhitungan kimia adalah 6,66. Nilai 6,66 diperoleh jika siswa mendapatkan 2 bobot pada setiap bagian penilaian soal makroskopik dan simbolik. Persentase kemampuan menjawab soal maroskopik dan simbolik siswa dapat dilihat pada Gambar 3

Kemampuan Siswa dalam Menjawab Soal Berbasis Makroskopik dan Simbolik Per Indikator Soal 80 70

Persentase

60 50 40 30 20 10 0 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Nomor Soal Gambar 3. Persentase Jumlah Siswa Menjawab Soal Berbasis Maroskopik dan Simbolik Per Indikator Soal 241

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol. 2 No. 4 (237-244) Gambar 3 menunjukkan persentase paling rendah pada kemampuan simbolik siswa terdapat pada indikator soal nomor 7 yang menekankan kemapuan siswa pada dalam menghitung massa suatu unsur. Kemampuan siswa paling rendah terdapat pada saat merubah rumus hitungan mol untuk menghitung massa unsur sehingga dikatakan siswa tidak mampu dalam menstandarkan soal. Menurut Ishartono dkk (2014) pada materi hukum dasar dan perhitungan kimia siswa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal perhitungan kimia yang berhubungan dengan konsep mol. Permasalahan kemampuan penyelesaian indikator soal nomor 7 sama dengan nomor 9. Kemampuan penyelesaian soal kedua terendah terdapat pada indikator soal nomor 8 yang menekankan kemampuan penentuan volume suatu senyawa dengan keadaan suhu dan tekanan tertentu. Hasil anlisis menunjukkan kemampuan siswa masih rendah saat menentukan rumus menghitung volume suatu senyawa dan siswa tidak mampu menstandarkan soal dikarenakan menghafal rumus. Pemahaman konsep-konsep kimia siswa akan lebih baik dalam mengerjakan soal berbasis simbolik jika sejalan dengan pemahaman konsep-konsep yang melibatkan perhitungan matematis (Farida dkk., 2011). Indikator soal nomor 10 menekankan pemahaman konsep siswa pada penyetaraan reaksi kimia. Menurut Zidny dkk (2013) penyetaraan reaksi kimia dimulai dengan menambahkan koefesien yang paling sederhana. Penyetaraan reaksi kimia membutuhkan ketelitian tinggi dalam mensetarakan reaksi. Kemampuan siswa masih kurang dalam hal mengkalikan angka indek yang diluar kurung (SO4)3 dengan unsur didalamnya. Kemampuan penyelesaian soal berbasis simbolik paling tinggi terdapat pada indikator soal nomor 6 dan 9 yang menekankan kemampuan siswa dalam menghitung massa suatu unsur dari persamaan reaksi berdasarkan hukum Lavoiser. Siswa lebih mudah memahami konsep hukum Lavoiser dibandingkan dengan konsep hukum dasar lainnya. Berdasarkan hasil analisis dari pilihan jawaban, beberapa siswa menjawab dengan pilihan ganda A dan D. Pilihan jawaban A membuktikan siswa tidak paham konsep mengenai hukum Lavoiser pada soal berbasis simbolik. Kemampuan siswa pada indikator soal nomor 1 yaitu mendeskripsikan hukum Lavoiser dalam kehidupan sehari-hari. Konsep siswa yang rendah pada hukum Lavoiser mengakibat siswa terjebak dalam menjawab soal multiple choice. Hukum Lavoiser menyatakan massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi sama. Siswa yang tidak paham konsep akan menjawab soal dengan pilihan ganda A atau D. Hal ini dikarenakan kesalahan peneliti dalam membuat soal yang tidak menampilkan gambar pisau mula-mula dan pisau yang sudah berkarat sehingga siswa tidak bisa mengamati dengan panca indra. Sebanyak 10 siswa menjawab soal indikator nomor 1 dengan pilihan jawaban massa besi sama sebelum dan sesudah berkarat. Indikator soal nomor 2 menekankan pemahaman konsep siswa pada hukum Dalton. Rendahnya kemampuan siswa dalam menentukan pasangan senyawa berdasarkan hukum Dalton dikarenakan siswa menghafal bunyi hukum tersebut. Hal ini dibuktikan dengan cara penyelesaian soal oleh siswa yang menyebutkan bunyi hukum Dalton dengan benar, namun tidak bisa menentukan pasangan senyawanya. Sebanyak 6 siswa menjawab dengan pilihan CO32- dan CO2-, 4 siswa dengan pilihan H2O dan H3O+ dan 4 siswa denga pilihan O2 dan O3. Indikator soal nomor 3 menekankan kemampuan siswa pada pemahaman konsep hukum Proust. Berdasarkan hasil analisis jawaban siswa, pernyataan 2 dan 3 dari sifat-sifat senyawa hukum proust dipilih oleh setiap siswa sebagai pernyataan benar. Pernyataan 2 dan 3 membuktikan bahwa siswa mengetahui konsep hukum Proust. Sebanyak 9 siswa menjawab sifat-sifat senyawa hukum Proust dengan pernyataan nomor 2 dan 3. Indikator soal nomor 4 menekankan kemampuan siswa dalam membedakan volume, massa, atom, dan molekul dalam reaksi kimia. Rendahnya kemampuan siswa dalam 242

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol. 2 No. 4 (237-244) menjawab soal terdapat saat membedakan perbedaan antara atom dengan volume. Setiap penyelesaian soal dari siswa dijelaskan 2 : 3 : 2 : 2 merupakan perbandingan koefesien. Sebanyak 6 siswa menjawab 2 : 3 : 2 : 2 merupakan perbandingan koefesien, atom dan molekul sehingga dapat disimpulkan bahwa 6 siswa tersebut menguasai sebagian pemahaman konsep. Kemampuan makoskopik siswa paling rendah terdapat pada indikator soal nomor 5 yang menekankan saat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan tetapan gas dan volume molar gas. Salah satu penyebab kesulitan terjadi akibat siswa yang jarang melakukan praktikum dilaboratorium kimia. Penggunaan laboratorium dapat memperkuat pemahaman makroskopik siswa (Langitasari, 2016). Hasil analisis menunjukkan hasil analisis jawaban soal, sebanyak 6 siswa menjawab faktor yang mempengaruhi penentuan tetapan gas dan volume molar gas yaitu volume, suhu dan tekanan sehingga dapat dikatakan siswa tidak paham konsep volume molar gas.

Kesimpulan Berdasarkanhasilpenelitian analisis kemampuan penyelesaian soal kimia berbasis makroskopik dan simbolik pada materi hukum dasar dan perhitungan Kimia, dapat disimpulkan bahwa: 1. Kemampuan menyelesaikan soal berbasiss makroskopik oleh siswa lebih tinggi dibandingkan kemampuan simbolik dengan persentase 62,5% dan 50,0%. 2. Kemampuan menyelesaikan soal berbasis simbolik oleh siswa pada materi hukum dasar dan perhitungan kimia masih rendah dalam hal konsep mol dan menyederhanakan soal. 3. Pemahaman makroskopik siswa lebih lama disimpan dalam memori dan siswa lebih mudah mengingat konsep makroskopik. 4. Pemahaman level simbolik siswa lebih baik jika sejalan dengan perhitungan matematis siswa.

DaftarPustaka Achmad, H dan Tupamahu. 2001. Stoikiometri Energetika Kimia. Bandung: Citra Adytia Bakti. Addin, I., Ashadi dan Masykuri, M. 2016. Analisis Representasi Kimia pada Materi Pokok Hidrolisis Garam dalam Buku Kimia Kelas XI SMA/MA. Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia (JKPK). 1(2): 58-65 Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bella, S., Sahputra, R dan Erlina. Analisis Pemahaman Konseptual dan Algoritmik Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan SMAN 4 Pontianak. Journal Pendidikan. 1-14. Farida, I., Liliasari dan Sopandi, W. 2011. Pembelajaran Berbasis Web untuk Meningkatkan Kemampuan Interkoneksi Multiplelevel Representasi Mahasiswa Calon Guru pada Topik Kesetimbangan Larutan Asam-Basa. Jurnal Chemical. 12(1): 14-24. Fauzi’ah,

L dan Padmaningrum, R. T. 2016. Penerapan Pendekatan Konstruktivis Berdasarkan Integrasi Dimensi Representasi Kimia Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas XI. Jurnal Pendidikan Sains. 4(2): 26-34.

Indrayani, P. 2013. Analisis Pemahaman Makroskopik, Mikroskopik, dan Simbolik Titrasi Asam-Basa Siswa Kelas XI IPA SMA serta Upaya Perbaikannya Dengan Pendekatan Mikroskopik. Jurnal Pendidikan Sains. 1(2): 109-120. Ishartono, B., Ashadi dan Susilowati, E. 2015. Implementasi Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Peer Tutoring Dilengkapi Hierarki Konsep untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Materi Stoikiometri pada Siswa Kelas X IPA 6

243

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol. 2 No. 4 (237-244) SMAN 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK). 4(1): 10-19. Langitasari, I. 2016. Analisis Kemampuan Awal Multi Level Representasi Mahasiswa Tingkat I pada Konsep Reaksi Redoks. Jurnal Kimia Dan Pendidikan. 1(1): 2502-4787. Sulistyowati, T dan Poedjiastoeti, S. 2013. Kelayakan Multimedia Interaktif Berbasis Intertekstual pada Materi Reaksi Kimia untuk Kelas X SMA. Unesa Journal of Chemical Education. 2(3): 2252-9454. Usman, H dan Agung M. 2011. Pengantar Statistika Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara. Yilmaz, A., Gaye, T dan Elvan, A. 2007. An Old Subject with Recent Evidence from Turkey: Student’s Performance on Algoritmic and Conceptual Question of Chemistry. Worrld Applied Science Journal. 2(4): 420-426. Zidny, R., & Sopandi, W dan Kusrijdai, A. 2013. Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA Kelas X pada Materi Persamaan Kimia dan Stoikiometri Melalui Penggunaan Diagram Submikroskopik serta Hubungannya dengan Kemampuan Pemecahan Masalah. Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia. 1(1).

244