ANALISIS KINERJA BANK UMUM SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DENGAN

Download ANALISIS KINERJA BANK UMUM SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL. DENGAN PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD. (Studi pada Bank Mandiri dan Bank Syariah...

0 downloads 436 Views 3MB Size
ANALISIS KINERJA BANK UMUM SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DENGAN PRESPEKTIF BALANCED SCORECARD (STUDI PADA BANK MANDIRI DAN BANK SYARIAH MANDIRI)

NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh: ANNISA STELLATA A.W. B 200 090 027

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

1 ANALISIS KINERJA BANK UMUM SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DENGAN PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD (Studi pada Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri) Annisa Stellata A.W. B 200 090 027 ABSTRAK Pembangunan ekonomi di Indonesia diwujudkan dengan adanya badan usaha, lembaga keuangan, dan perbankan. Persaingan antar lembaga keuangan semakin kompetitif dalam perkembangan ekonomi global. Kebijakan perbankan di Indonesia untuk mengembangkan layanan syariah mulai berkembang, Unit Usaha Syariah (UUS) melakukan pemisahan (spin off) dari bank umum menjadi Bank Umum Syariah (BUS). Dalam menyikapi persaingan ini perlu diupayakan peningkatan kinerja organisasi, keselarasan tujuan organisasi dan tujuan tiap individu dalam organisasi. Diperlukan sistem penilaian kinerja dengan hasil data yang akurat agar lebih tepat dalam penyusunan strategi organisasi. Balanced Scorecard adalah salah satu alat pengukur kinerja yang menggunakan aspek finansial dan non-finansial. Pengukuran tersebut diukur dari empat perspektif yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Data primer dan data sekunder digunakan dalam metode penelitian ini. Data primer diperoleh dari kuesioner teknik convinience sampling dengan responden nasabah dan karyawan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri. Data sekunder diperoleh dari annual report Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri periode 2010 s.d. 2011. Hasil kuesioner diukur menggunakan formula dan tidak menggunakan pengolahan data statistik. Dalam menentukan skor tingkat kepuasan nasabah dan karyawan digunakan ukuran skala likert. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perbandingan kinerja Bank Konvensional dan Bank Umum Syariah. Hasil penelitian ini diperoleh dari masing-masing perspektif adalah perspektif keuangan dengan ukuran rasio CAR, NPL/NPF, ROA, ROE, BOPO, LDR/FDR. Menunjukkan bahwa kinerja kedua bank baik dilihat dari peningkatan profitabilitas dari tahun sebelumnya. Perspektif pelanggan menunjukkan peningkatan marketshare dan profitabilitas konsumen yang mempengaruhi kepuasan nasabah dengan hasil yang baik/puas. Perspektif bisnis internal digunakan rasio NGR dan AETR yang menunjukkan peningkatan jaringan kantor dan tingkat efisiensi biaya yang baik. Pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan peningkatan produktifitas karyawan dan presentase pelatihan karyawan pada tahun berikutnya. Hal ini mempengaruhi tingkat kepuasan karyawan yang menghasilkan ketegori cukup baik/puas. Kata kunci: Kinerja, Balanced Scorecard, Bank Umum Syariah, Bank Konfensional, Spin off. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan pusat dari seluruh pembangunan pemerintah. Secara umum pembangunan bertujuan untuk peningkatkan kesejahteraan rakyat. Pihak swasta lebih berperan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi dalam pembangunan pemerintah. Sehingga adanya badan usaha, lembaga keuangan dan perbankan menjadi sangat penting dalam mewujudkan cita-cita pembangunan tersebut.

2 Peranan bank dalam perekonomian suatu negara bersifat strategis. Berperan menjadi lembaga intermediasi, bank sebagai alat memobilisasi dana masyarakat digunakan sebagai biaya kegiatan investasi dan memberikan fasilitas pelayanan dalam lalu lintas pembayaran bagi nasabahnya. Dalam perkembangan perbankan di Indonesia, pemerintah memberikan kebijakan untuk perkembangan bank syariah dalam meningkatkan restrukturisasi perbankan nasional dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Undang-undang ini memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah (Sharing Edisi 34, 2009). Lahirnya undang-undang ini merupakan kebijakan perbankan di Indonesia sebagai program restrukturisasi perbankan untuk melanjutkan pemulihan fungsi perbankan sebagai intermediasi dan pemantapan kepatuhan kesehatan perbankan yang merupakan bagian dari kinerja perbankan di Indonesia. Kebijakan perbankan syariah yang digunakan di Indonesia sesuai dalam Peraturan Bank Indonesia menjadi dua macam bentuk yaitu dengan office channeling dan spin off. Office channeling diijinkan regulator melalui PBI No. 8/3/PBI/2006 yang berisi tentang perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum konvensional. Spin off merupakan kebijakan pemisahan Unit Usaha Syariah dengan Bank Umum yang diintrodusir dalam PBI Nomor 11/10/2009. Dengan kemajuan teknologi dan informasi dalam sistem pengendalian manajemen untuk mengukur suatu kinerja perusahaan yang efektif yang bertujuan untuk menunjang proses manajemen yang lebih baik maka digunakan alat analisis yang disebut dengan Balanced Scorecard yang dikembangkan oleh Norton dan Kaplan pada tahun 1990. Balanced scorecard merupakan alat ukur kinerja perusahaan yang komprehensif dengan mengukur kinerja keuangan dan nonkeuangan untuk mencapai tujuan perusahaan yang bersifat jangka panjang, sehingga perusahaan dapat menjalankan bisnis dengan lebih baik dan terstruktur. Kerangka Balanced scorecard memasukkan strategi, target, dan inisiatif yang diperlukan. Pengukuran kinerja dengan balanced scorecard pada umumnya diukur dengan melihat dalam empat perspektif: keuangan, konsumen, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Sejalan dengan kemajuan perbankan saat ini memaksa Bank Umum Syariah harus mampu bersaing dengan bank konvensional yang lebih dulu berkembang di Indonesia. Persaingan ini mengharuskan inovasi manajemen yang baik untuk bertahan dalam industri perbankan. Salah satu faktor yang terpenting adalah kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional dengan Perspektif Balanced Scorecard (Studi pada Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri)”. 1.2.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mencari bukti empiris penilaian kinerja bank konvensional dengan bank syariah dengan konsep balanced scorecard bahwa: 1. Terdapat perbedaan antara kinerja keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional. 2. Terdapat perbedaan antara kinerja Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional dilihat dari aspek pelanggan. 3. Terdapat perbedaan antara kinerja Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional dilihat dari aspek bisnis internal. 4. Terdapat perbedaan antara kinerja Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional dilihat dari aspek pertumbuhan dan pembelajaran. II. LANDASAN TEORI

3 2.1. Teori Bank Di dalam UU Perbankan No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan, mendefinisikan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat berbentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Di Indonesia struktur perbankan berdasarkan kegiatan usahanya terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). 2.2.Tujuan Bank 1. Jangka Pendek (Tactical Planning). Bank bertujuan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas wajib minimum bank (reserve requirement) yang harus dilaporkan secara mingguan kepada Bank Indonesia. 2. Jangka Panjang (Strategic Planning). Dalam jangka panjang bank bertujuan memperoleh laba maksimum dan memaksimalkan nilai perusahaan. 2.3.Kegiatan Bank 1. Menghimpun dana dari masyarakat (funding). 2. Menyalurkan dana kepada masyarakat (lending). 3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services). 2.4.Teori Bank Konvensional Bank konvensional adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam presentase tertentu dari dana untuk sesuatu periode tertentu. Presentase tertentu ini biasanya ditetapkan per tahun (Budisantoso dan Triandaru, 2006). 2.5.Teori Bank Syariah Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan sistem bunga, sehingga bank syariah juga sering disebut dengan interest free bank atau bank tanpa bunga. Bank syariah merupakan lembaga keuangan atau perbankan yang beroperasi dengan sistem operasional dan produk dikembangkan berdasarkan pada Al Qur’an dan hadist Nabi Muhammad SAW (Muhammad, 2005). 2.6.Kebijakan Perbankan Syariah 1.Kebijakan Office Channeling Office channeling adalah istilah yang digunakan BI untuk menggambarkan penggunaan kantor bank umum (konvensional) dalam melayani transaksi-transaksi dengan skim syariah dengan syarat bank bersangkutan telah memiliki UUS (Rohaya, 2008). Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 8/3/PBI/2006 yang mengatur mengenai pembukaan layanan syariah di kantor bank konvensional (office channeling). 2.Kebijakan Spin Off Spin off merupakan kebijakan pemisahan bank syariah dari perbankan konvensional menjadi bank yang berdiri sendiri. Bank-bank yang selama ini memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) harus mengubahnya menjadi anak perusahaan dengan badan hukum sendiri. Penerapan spin off bagi UUS akan mendorong perkembangan industri perbankan syariah karena sejumlah alasan salah satunya adalah dengan menggunakan kebijakan spin off, bank syariah baru tersebut lebih leluasa mengembangkan bisnis syariahnya dibandingkan saat masih berupa UUS (Rohaya, 2008). Terdapat tiga pendekatan dalam pendirian perbankan dengan menggunakan kebijakan spin off antara lain: a) Bank konvensional yang telah memiliki UUS, mengakuisisi bank yang relatif kecil, mengkonversinya menjadi syariah, dan melepaskan serta menggabungkan UUS-nya dengan bank yang baru dikonversi tersebut. b) Bank umum konvensional yang belum memiliki UUS, mengakuisisi bank yang relatif kecil, mengkonversinya menjadi syariah.

4 c) Unit Usaha Syariah melakukan spin off (pelepasan) untuk menjadi Bank Umum Syariah. 2.7.Penilaian Kinerja Kinerja (performance) dalam kamus istilah akuntansi adalah kuantifikasi dari keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode tertentu (Kusumo, 2008). Kinerja bank secara umum merupakan gambaran hasil prestasi yang dicapai oleh bank dalam kegiatan operasionalnya. Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan. Kekuatan tersebut dipahami agar dapat dimanfaatkan dan kelemahan juga harus diketahui agar dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan (Lestari dan Sugiharto, 2007 dalam Kusumo, 2008). 2.8. Teori Balanced Scorecard Balanced scorecard terdiri dari dua suku kata yaitu scorecard (kartu nilai) dan balanced (berimbang). Yang dimaksud scorecard adalah kartu nilai untuk mengukur kinerja personil yang dibandingkan dengan kinerja yang direncanakan, serta dapat digunakan sebagai evaluasi. Serta balanced (berimbang) artinya kinerja personil diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan nonkeuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Karena itu jika kartu skor personil digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan di masa depan, personil tersebut harus memperhitungkan keseimbangan antara pencapaian kinerja keuangan dan nonkeuangan, kinerja jangka pendek dan jangka panjang, serta antara kinerja bersifat internal dan kinerja yang bersifat ekstern (Mulyadi, 2001). 1. Manfaat Balanced Scorecard Kaplan dan Norton (2000) mengemukakan beberapa manfaat dari konsep pengukuran kinerja balance scorecard, yaitu: a. Mengklarifikasi dan mengahasilkan konsensus mengenai strategi. b. Mengkomunikasikan strategi ke seluruh perusahaan. c. Menyelaraskan berbagai tujuan departemen dan pribadi dengan strategi perusahaan. d. Mengkaitkan berbagai tujuan strategis dengan sasaran jangka panjang dan anggaran tahunan. e. Mengidentifikasikan dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis. f. Melaksanakan peninjauan ulang strategis secara periodik dan sistematis. g. Mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk mempelajari dan memperbaiki strategi. 2. Empat Prespektif dalam Balanced Scorecard a. Perspektif Keuangan Tujuan finansial menjadi fokus tujuan dan ukuran di semua perspektif lainnya. Setiap ukuran terpilih harus merupakan hubungan sebab akibat yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja keuangan. Tujuan dan ukuran finansial harus memainkan peran ganda, yakni: menentukan kinerja finansial yang diharapkan dari strategi dan menjadi sasaran akhir tujuan dan ukuran perspektif balanced scorecard lainnya. b. Perspektif Pelanggan Dalam perspektif pelanggan, para manajer mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar dimana unit bisnis tersebut bersaing. Perspektif pelanggan memfokuskan pada bagaimana organisasi memperhatikan pelanggannya agar berhasil. Menurut Kaplan dan Norton (2000), kelompok pengukuran pada perspektif pelanggan pada umumnya sama untuk semua jenis perusahaan, yaitu: pangsa pasar, retensi pelanggan, akuisisi pelanggan, kepuasan dan profitabilitas pelanggan. c. Prespektif Proses Bisnis Internal Proses bisnis internal adalah serangkaian aktivitas yang ada dalam bisnis kita secara internal yang kerap disebut dengan rantai nilai (value chain). Pada umumnya rantai nilai terdiri dari pengembangan produk baru, produksi, penjualan dan marketing, distribusi (product delivery), layanan purna jual (after sales service) serta keamanan dan kesehatan lingkungan (enviroment safety and health) (Luis, 2009 dalam Zudia, 2010).

5 d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan memfokuskan ketrampilan sumberdaya manusia. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dilakukan untuk mendukung tiga aspek lain. Balanced scorecard menekankan upaya investasi untuk kepentingan masa mendatang, meliputi investasi pada manusia, sistem, dan prosedur. 3. Keunggulan Balanced Scorecard Menurut Moeheriono (2009) dalam Ikhwan (2011), Penggunaan sistem pengukuran kinerja pada balanced scorecard yang dipakai banyak perusahaan dapat memberikan beberapa keuntungan, yaitu: a. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi organisasi. b. Mengkomunikasikan dan menghubungkan sasaran strategik dengan indikator. c. Merencanakan, menyiapkan target dan menyesuaikan inisiatif strategik. d. Meningkatkan umpan balik untuk pengambilan keputusan strategik. III. METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang menggambarkan keadaan sebenarnya dari obyek penelitian. Studi ini dimaksudkan untuk memperoleh data-data perusahaan khususnya hal-hal yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dengan konsep Balanced Scorecard. 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009: 115). Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah dan karyawan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri yang berada di wilayah Surakarta. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009: 116). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode convenience sampling, yang bersifat tidak terbatas pada setiap elemen populasi yang secara kebetulan untuk dipilih sebagai sampel. Menurut Sugiyono (2009) convenience sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data dengan kriteria utamanya adalah orang tersebut merupakan nasabah dan karyawan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri. 3.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data primer. Data primer secara khusus dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat kepuasan nasabah serta tingkat kepuasan karyawan. Data diperoleh dari nasabah dan karyawan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri. b. Data sekunder. Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan adalah laporan tahunan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri tahun 2010 dan 2011 yang dipublikasikan dalam website Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri. Dari laporan keuangan diperoleh informasi rasio-rasio keuangan utama yang digunakan untuk membandingkan antara kedua bank. Rasio keuangan yang digunakan pada perspektif keuangan antara lain: CAR, NPL/NPF, ROA, ROE, BOPO, dan LDR/FDR. Selain itu digunakan literatur, majalah, dan dokumen yang berkaitan dengan kinerja balanced scorecard. 3.3 Metode Pengumpulan Data

6 Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Metode pengumpulan data primer menggunakan data kuesioner yang dibagikan kepada karyawan dan nasabah Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri. Sedangkan perhitungan bobot penilaian kuesioner karyawan dan nasabah menggunakan skala likert yang menyatakan hubungan dengan pernyataan tentang sikap, persepsi, dan pendapat seseorang terhadap sesuatu. b. Pengumpulan data sekunder dengan menggunakan laporan ataupun data yang sudah tersedia/ tersaji, dan mempelajari beberapa literatur yang relevan untuk memperoleh gambaran teoritis tentang konsep penilaian kinerja balanced scorecard. Data dalam penelitian ini dapat berupa informasi terkait dari internet, majalah, dokumen tambahan dari modul tentang Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri, untuk dapat mengetahui profil perusahaan, gambaran umum perusahaan dan mendapatkan laporan keuangan dari Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri tahun 2010 dan 2011 yang dapat di download dari website www.bankmadiri.co.id dan www.syariahmandiri.co.id. 3.4 Metode Analisis Data Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan kualitatif. Dengan teknik analisis kuantitatif akan dianalisis terlebih dahulu kinerja bank syariah dan bank konvensional dengan pengukuran menggunakan empat perspektif balanced scorecard (finansial, konsumen, internal bisnis, pertumbuhan dan pembelajaran). Untuk menentukan skor tingkat kepuasan nasabah dan karyawan menggunakan analisis faktor dari hasil data penyebaran kuesioner dengan nilai rata-rata diberikan skor menggunakan acuan skala likert. Dalam pengujian data tidak digunakan pengolahan data statistik sehingga hasil pengolahan data bersifat diskriptif.Selanjutnya teknik analisis kualitatif menggunakan data laporan manajemen kedua bank dari data sekunder. Menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematik, faktual dan akurat. 3.5 Alat Analisis 3.5.1 Kinerja Perspektif Keuangan 1. Permodalan 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘 𝐶𝐴𝑅 = × 100% 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 Rasio ini mencakup mengenai permodalan bank. Perhitungan rasio CAR (Capital Adequancy Ratio)sesuai dengan ketentuan PBI No. 10/15/PBI/2008 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum. CAR ideal adalah 10% namun Bank Indonesia (2011) menentukan CAR minimum yang harus dicapai yaitu 8%. CAR yang kecil akan meningkatkan risiko kegagalan bank tersebut dan sebaliknya. Semakin tinggi rasio CAR, semakin kecil risiko bank tersebut. 2. Aktiva Produktif 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎𝑕 𝑁𝑃𝐿 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑁𝑃𝐹 = × 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 Rasio Non Performing Loan/ Non Performing Financning (NPL/NPF) digunakan untuk menganalisis kredit bermasalah terhadap total kredit. Kredit yang akan macet dibuatkan cadangan kredit macet. Jika nilai rasio ini meningkat, maka analisis harus semakin waspada karena bank tersebut bisa mengalami kesulitan. Standar terbaik NPL/ NPF menurut Bank Indonesia (2011) adalah bila NPL/ NPF berada dibawah 5%. 3. Rentabilitas Ekonomi 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑅𝑂𝐴 = × 100% 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 Rasio ini mengukur kemampuan bank menghasilkan keuntungan. Standar Return On Asset (ROA) terbaik menurut Bank Indonesia (2011) untuk perbankan adalah 1,5%.

7 Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dalam segi penggunaan aset. 4. Rentabilitas Modal Saham 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖𝑕 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑅𝑂𝐸 = × 100% 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 ROE (Return on Equity) adalah perbandingan laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ini merupakan indikator untuk para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia (2011), standar minimum ROE adalah 12%. 5. Efisiensi 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝐵𝑂 𝑃𝑂 = × 100% 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 Rasio BOPO merupakan perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Standar terbaik BOPO menurut Bank Indonesia (2011) adalah 92%. 6. Likuiditas 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝐿𝐷𝑅 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹𝐷𝑅 = × 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑖𝑕𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 Loan to Deposit Ratio/ Financing Deposit Ratio adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga oleh bank dengan dana yang diterima bank. LDR/FDR menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Standar terbaik LDR/FDR menurut Bank Indonesia (2011) adalah 85%-110%. 3.5.2 Kinerja Perspektif Konsumen 1. Pangsa Pasar (Market Share) Pangsa pasar untuk menganalisis seberapa besar penguasaan segmen pasar antara Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional. Semakin tinggi nilai market share, berarti semakin baik penguasaan segmen pasarnya. Rumus market share dari Bank Indonesia (2011) yang dikutip dari www.infobank.co.id : 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐵𝑎𝑛𝑘 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑆𝑕𝑎𝑟𝑒 = × 100% 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢𝑕 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐵𝑎𝑛𝑘 𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 2. Profitabilitas konsumen Profitabilitas konsumen digunakan untuk mengukur seberapa besar keuntungan yang berhasil dicapai dari pendapatan jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Profitabilitas konsumen diukur dengan menggunakan rumus (Zudia, 2010): 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑒𝑛 = × 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑈𝑠𝑎𝑕𝑎 3. Tingkat kepuasan nasabah (Customer Satisfaction) Kepuasan nasabah merupakan faktor utama penggerak roda perusahaan. Untuk mengetahui tingkat kepuasan nasabah dilakukan survei dengan menggunakan kuesioner. Hasil survei kemudian dihitung dengan menggunakan rumum. Rumus untuk menghitung kepuasan nasabah dengan pengukuran skala likert adalah sebagai berikut (Zudia, 2010): Σ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝐾𝑒𝑝𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑁𝑎𝑠𝑎𝑏𝑎𝑕 = × 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 3.5.3 Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal 1. NGR (Network Growth Ratio)

8 Rasio ini mengukur peningkatan jaringan unit kerja dengan cara membandingkan peningkatan jaringan unit kerja terhadap total unit kerja pada periode tertentu (Henry, 2004 dalam Zudia, 2010). NGR bertujuan untuk mengetahui tingkat inovasi produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan guna memenuhi kebutuhan masyarakat kususnya kepada nasabah bank. NGR dihitung dengan rumus: 𝛿 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑁𝐺𝑅 = × 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 2. AETR (Administrative Expense to Total Revenue) Rasio AETR yaitu rasio untuk mengukur biaya administrasi yang dikeluarkan suatu bank yang diukur dengan membandingkan dengan total pendapatan yang diterima dalam suatu periode (Kemalasari,2010). Rasio ini menunjukkan bagaimana perusahaan mengendalikan biaya administrasinya terhadap pendapatan yang diperoleh. Perhitungan AETR sebagai berikut: 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐴𝑑𝑚𝑖𝑛𝑖𝑠𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐴𝐸𝑇𝑅 = × 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 3.5.4 Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran 1. Tingkat Produktifitas Karyawan Tingkat produktifitas karyawan berpengaruh dalam pengukuran perspektif pertumbuhan dan pembelajaran untuk mengetahui seberapa besar kemampuan karyawan untuk berproduktif dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Produktifitas karyawan diukur dalam periode tertentu pada Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional, menggunakan rumus (Henry, 2004 dalam Zudia, 2010): 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖𝑕 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = × 100% 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖𝑕 2. Tingkat Presentase Pelatihan Karyawan Rasio ini digunakan mengukur seberapa besar presentase karyawan yang terampil untuk menambah tingkat pertumbuhan dan pembelajaran perusahaan. Semakin banyak jumlah karyawan yang ditraining akan meningkatkan pertumbuhan dan pembelajaran bagi perusahaan. Tingkat presentase pelatihan karyawan dihitung dengan menggunakan rumus (Henry, 2004 dalam Zudia, 2010): 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑎𝑚𝑝𝑖𝑙 = × 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 3. Tingkat Kepuasan Karyawan Kepuasan karyawan dalam bekerja sangat mempengaruhi bagaimana pertumbuhan perusahaan. Kepuasan karyawan mencakup kenyamanan dalam bekerja yang baik menghasilkan kinerja yang baik pula. Untuk mengukur seberapa jauh karyawan merasa puas terhadap perusahaan adalah dengan menggunakan survei kepuasan karyawan dengan ukuran skala likert, kemudian hasil survei dihitung dengan menggunakan rumus (Zudia, 2010): Σ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝐾𝑒𝑝𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = × 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Ratio Balanced Scorecard dan Pembahasan Hasil Penelitian 1. Perspektif Keuangan Tabel 4.1. Perbandingan Rasio Keuangan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri RASIO KEUANGAN Bank Mandiri Bank Syariah Mandiri

9 2010 2011 2010 2011 14,7% 17,2% 6,9% 8,8% CAR 2,4% 2,2% 0,74% 0,70% NPL / NPF 3,1% 3,0% 1,8% 1,5% ROA 22,3% 20,3% 20,7% 17,9% ROE 70,6% 71,9% 45,6% 44,7% BOPO 153,1% 167,7% 111,2% 71,2% LDR / FDR Sumber: Laporan Keuangan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri tahun 2010 dan 2011 Dalam perspektif keuangan, beberapa rasio keuangan yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan Bank Mandiri lebih baik dibandingkan rasio keuangan Bank Syariah Mandiri. Dilihat dari kecukupan modal, rentabilitas ekonomi dan modal saham. Namun pada rasio aktiva produktif, efisiensi operasional dan tingkat likuiditas Bank Syariah Mandiri lebih baik dibandingkan Bank Mandiri. Hal ini dikarenakan Bank Syariah Mandiri menggunakan metode pelaksanaan kegiatan perbankan antara pihak bank kepada pihak lain dengan prinsip hukum Islam, didasarkan pada prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa. Penentuan harga dan pelaksanaan kegiatan bank dengan sistem syariah bersumber pada Al Qur’an dan Al-Hadits. Sedangkan Bank Mandiri lebih fokus pada profit oriented dengan sistem bunga dalam kegiatannya. 2. Perspektif Nasabah Tabel 4.2. Perbandingan Market Share dan Profitabilitas Konsumen Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri PERSPEKTIF KONSUMEN Bank Mandiri Bank Syariah Mandiri 2010 2011 2010 2011 14,95% 15,11% 1,08% 1,33% Market Share 19,87% 1448,2% 1275,3% Profitabilitas Konsumen 15,82% Sumber: Laporan Keuangan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri tahun 20102011. Tabel 4.3. Perbandingan Tingkat Kepuasan Nasabah Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri PERSPEKTIF KONSUMEN Tingkat Kepuasan Bank Mandiri Bank Syariah Mandiri Nasabah 81,6% 80,5% Sumber: Data primer yang diolah Dalam perspektif pelanggan, menunjukkan bahwa Bank Mandiri lebih unggul pada market share terhadap pertumbuhan aset perbankan nasional dan kepuasan nasabah. Tetapi profitabilitas Bank Syariah Mandiri lebih unggul karena jumlah pelayanan syariah yang beragam dan jumlah pembiayaan konsumen yang besar dengan konsep Bank Syariah Mandiri bagi hasil, sehingga pendapatan yang diperoleh sedikit dibandingkan Bank Mandiri yang menggunakan sistem bunga yang lebih profit pada perusahaan dengan pembatasan biaya konsumen. 3. Perspektif Bisnis Internal Tabel 4.4. Perbandingan Rasio Bisnis Internal Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri RASIO BISNIS INTERNAL Bank Mandiri Bank Syariah Mandiri 2010 2011 2010 2011

10 62,22% 37,78% 47,06% 52,94% NGR 12,55% 12,06% 15,06% 15,80% AETR Sumber : Laporan Keuangan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri tahun 2010 dan 2011 yang diolah. Perspektif proses bisnis internal dalam pengukuran kinerja menunjukkan pada perkembangan perluasan jaringan kantor Bank Syariah Mandiri semakin meningkat dan meningkatkan inovasi dalam produk. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan layanan purna jual dan memberikan tambahan manfaat untuk nasabah agar mendapatkan loyalitas terhadap Bank Syariah Mandiri. Rasio AETR menunjukkan Bank Mandiri lebih rendah dalam penggunaan biaya administrasi terhadap pendapatannya, sehingga kesuksesan efisiensi, efektivitas, dan ketepatan proses transaksi yang dilakukan Bank Mandiri lebih baik dibandingkan Bank Syariah Mandiri. 4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Tabel 4.5. Perbandingan Produktifitas Karyawan dan Pelatihan Karyawan Terampil Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri PERSPEKTIF PERTUMBUHAN DAN PEMBELAJARAN Bank Mandiri Bank Syariah Mandiri 2010 2011 2010 2011 0,0040% 0,0036% 0,013% 0,0085% Produktifitas Karyawan 14,92% 53,06% 5,96% 6,23% Pelatihan Karyawan Terampil Sumber: Laporan Keuangan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri tahun 2010 dan 2011 yang diolah. Tabel 4.6. Perbandingan Tingkat Kepuasan Karyawan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri PERSPEKTIF PERTUMBUHAN DAN PEMBELAJARAN Tingkat Kepuasan Bank Mandiri Bank Syariah Mandiri Karyawan 85,33% 83,78% Sumber: Data primer yang diolah Dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan Bank Mandiri lebih unggul dibandingkan Bank Syariah Mandiri pada presentase karyawan terampil dan tingkat kepuasan karyawan. Namun dalam produktifitas karyawan Bank Syariah Mandiri lebih unggul, karena Bank Syariah Mandiri yang tidak berprinsip prinsip profit oriented sehingga laba usaha yang diperoleh tidak sebanyak Bank Mandiri dengan jumlah karyawan yang semakin meningkat. V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Dalam perspektif keuangan, beberapa rasio keuangan yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan Bank Mandiri lebih baik dibandingkan rasio keuangan Bank Syariah Mandiri. Dilihat dari kecukupan modal, rentabilitas ekonomi dan modal saham. Namun pada rasio aktiva produktif, efisiensi operasional dan tingkat likuiditas Bank Syariah Mandiri lebih baik dibandingkan Bank Mandiri. 2. Dalam perspektif pelanggan, menunjukkan bahwa Bank Mandiri lebih unggul pada market share terhadap pertumbuhan aset perbankan nasional. Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri tetap bertahan dalam persaingan perbankan dan meningkatkan penguasaan segmen pasar untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Profitabilitas Bank Syariah Mandiri lebih unggul karena jumlah pelayanan syariah yang beragam dan jumlah pembiayaan konsumen yang besar dengan konsep bagi hasil, sehingga pendapatan yang diperoleh sedikit dibandingkan Bank Mandiri yang menggunakan sistem bunga yang

11 lebih profit pada perusahaan dengan pembatasan biaya konsumen. Hasil penilaian tentang tingkat kepuasan nasabah diperoleh dari survei dengan kuesioner. Hasil penelitian dan preferensi masyarakat terhadap Bank Syariah Mandiri menunjukkan minat masyarakat terhadap bank syariah, namun minat masyarakat terhadap Bank Mandiri masih konsisten. Kedua bank mencapai kategori kepuasan nasabah yang cukup baik/puas dengan presentase tingkat kepuasan diatas 80%. 3. Perspektif proses bisnis internal dalam pengukuran kinerja menunjukkan pada perkembangan perluasan jaringan kantor Bank Syariah Mandiri semakin meningkat dan meningkatkan inovasi dalam produk. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan layanan purna jual dan memberikan tambahan manfaat untuk nasabah agar mendapatkan loyalitas terhadap Bank Syariah Mandiri. Rasio AETR menunjukkan Bank Mandiri lebih rendah dalam penggunaan biaya administrasi terhadap pendapatannya, sehingga kesuksesan efisiensi, efektivitas, dan ketepatan proses transaksi yang dilakukan Bank Mandiri lebih baik dibandingkan Bank Syariah Mandiri. 4. Dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan Bank Syariah Mandiri lebih unggul dalam produktifitas karyawan, sedangkan presentase karyawan terampil Bank Mandiri lebih unggul. Berdasarkan tingkat kepuasan karyawan Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri yang diperoleh dari kegiatan survei menunjukkan kepuasan yang baik/puas oleh karyawan. 5.2 Keterbatasan Penelitian 1. Sampel yang digunakan dalam penelitian hanya satu bank saja yang melakukan pemisahan (spin off) terhadap Unit Usaha Syariah-nya. Oleh karena itu, selanjutnya perlu dilakukan penelitian dengan penggunaan sampel yang lebih banyak untuk menghasilkan penelitian yang lebih mendetail. 2. Jangka waktu penelitian selama 2 tahun yaitu dari tahun 2010 hingga tahun 2011, menyebabkan keterkaitan antar tiap perspektif dalam penilaian kinerja tidak dapat dilakukan secara maksimal. Sehingga penelitian berikutnya diharapkan dapat menambah waktu pengamatan sehingga dapat dilakukan evaluasi kinerja yang lebih optimal tiap perspektif dalam konsep Balanced Scorecard. 3. Hasil penelitian ini belum dapat menunjukkan kinerja secara keseluruhan yang dapat menyimpulkan manakah diantara kedua perusahaan tersebut yang kinerjanya lebih baik. Sehingga penelitian berikutnya diharapkan lebih dapat membedakan kinerja antar perusahaan secara keseluruhan pada perspektif Balanced Scorecard. 5.3 Saran a. Bagi Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri 1. Upaya- upaya pemulihan dan perbaikan pembiayaan pada Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri perlu diintensifkan sehingga tidak membebani di masa mendatang. 2. Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri perlu meningkatkan kualitas pelayanan dan inovasi produk dipengaruhi perubahan selera pasar (market driven), kemajuan teknologi (technology driven) dan kondisi ekonomi (economic driven). Hal ini untuk meningkatkan pangsa pasar dan memenuhi kebutuhan perbankan rakyat Indonesia. Selain itu Bank Syariah Mandiri perlu meningkatkan penerimaan masyarakat tentang perbankan syariah untuk meningkatkan market share, karena pemahaman masyarakat tentang perbankan syariah masih kurang. 3. Pertumbuhan jaringan kantor dan meminimalisir jumlah biaya administrasi pada Bank Syariah Mandiri perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja perspektif proses bisnis internal agar dapat bersaing dengan Bank Mandiri sebagai bank konvensional. Bank Mandiri harus konsisten dengan penggunaan biaya administrasi pada pendapatannya agar lebih optimal dalam menjalankan proses transaksinya, selain itu Bank Mandiri juga perlu

12

4.

1.

2. 3.

mengembangkan pelayanannya dengan menambah jumlah jaringan kantor atau pelayanan nasabah yang lainnya. Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri perlu peningkatkan pelatihan dan pendidikan untuk menghasilkan human capital yang berkompeten dan profesional, peningkatan teknologi informasi yang canggih dan mengoptimalkan pelayanan yang prima bagi nasabah. b. Bagi peneliti yang akan datang Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perspektif keuangan menggunakan beberapa tolok ukur enam rasio keuangan: CAR, NPL/NPF, ROA, ROE, BOPO, dan LDR/FDR. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menggunakan pengukuran rasio keuangan yang lebih lengkap. Pada perspektif nonkeuangan diharapkan dapat mengembangkan pengukuran yang lebih kompleks. Sampel yang digunakan diharapkan lebih diperbanyak dan penambahan waktu pengamatan agar hasilnya lebih tergeneralisasi. DAFTAR PUSTAKA

Amirillah, Muhammad A. 2010. Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2005-2009. Tesis Program Pascasarjana UNDIP Antinio, Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi Dua, Jakarta: Salemba Empat Hernanto, Yuli. 2009. Pengukuran Kinerja dengan Pendekatan Balanced Scorecard pada PT Bank Syariah Mandiri Cabang Bogor. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen ITB Ikhwan, Awan. 2011.Pengukuran Kinerja Dengan Pendekatan Balanced Scorecard pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Cabang Bogor. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen ITB Irawan, Dessy A. 2009. Pengukuran Kinerja Perbankan Berdasarkan Analisis Balanced Scorecard pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Artikel Fakultas Ekonomi Universitas Gunadharma Istiqlal, Cahyo Halim. 2009.Penilaian Kinerja Perbankan Syariah Dengan Metode Balanced Scorecard. La Riba Vol.III, No. 2 Kaplan, Robert S. dan David P. Norton. 2000. Balanced Scorecard Menerapkan Strategi Menjadi Aksi, Terjemahan: Pasla Yosi Peter R. Jakarta: Erlangga Kemalasari, Yuanisa D. 2010. Evaluasi Terhadap Kinerja Unit Usaha Syariah pada Bank Konvensional dengan Perspektif Balanced Scorecard (Studi Kasus pada Bank Jateng). Skripsi Fakultas Ekonomi UNDIP Kusumo, Yunanto A. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 20022007. Jurnal Ekonomi Islam La Riba. Vol.II, No.1, Juli 2008

13 Makhijani, Naresh dan James Creelman. 2012. Menciptakan Balanced Scorecard untuk Organisasi Jasa Keuangan, Terjemahan: Gina Gania. Jakarta: Esensi Erlangga Group Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa, Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat ______. 2005. Sistem Manajemen Strategik Berbasis Balanced Scorecard. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Putri, Dhika P. 2008. Analisis Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Konsep Balanced Scorecard (Studi Kasus PT Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo). Skripsi Fakultas Ekonomi UMS Rohaya, Hairienisa. 2008. Perkembangan Skala Usaha Perbankan Syariah di Indonesia Pra dan Pasca Kebijakan Office Chanelling. Jurnal Ekonomi Islam La Riba.Vol.II, No.2, Desember 2008 Sharing Edisi 34 TahunIII Oktober 2009. Majalah Ekonomi dan Bisnis Syariah. Jakarta Selatan Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta Sukirman, Yudhi A. 2008. Evaluasi Kinerja Berdasarkan Metode Balanced Scorecard pada Segmen UKM, Segmen Korporasi dan PT BNI Tbk, Agregat. Skripsi Fakultas Pertanian ITB Susestu, Alina Widya dan Bambang Tjahjadi. 2009. Model Sistem Manajemen Kinerja Berbasis Strategi pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Bank Jatim): Studi Kasus dengan Rerangka Balanced Scorecard. Ventura Vol.11 No. 2 Umam, Khotibul. 2010. Peningkatan Ketaatan Syariah Melalui Pemisahan (Spin Off) Unit Usaha Syariah Bank Umum Konvensional. Mimbar Hukum. Vol.22, No.3, Oktober 2010 www.bankmandiri.co.id www.bi.go.id www.infobank.co.id www.syariahmandiri.co.id Zudia, Meirdania. 2010. Analisis Penilaian Kinerja Organisasi dengan Menggunakan Konsep Balanced Scorecard pada PT Bank Jateng Semarang. Skripsi Fakultas Ekonomi UNDIP