ANALISIS PENURUNAN PEMBIAYAAN KREDIT MOBIL PADA PT. BATAVIA

Download pembiayaan kredit mobil mengalami kenaikan cukup signifikan, sehingga perusahaan ..... si Ayat jurnal untuk pembayaran angsuran pertama men...

0 downloads 257 Views 2MB Size
ANALISIS PENURUNAN PEMBIAYAAN KREDIT MOBIL PADA PT. BATAVIA PROSPERINDO FINANCE CABANG PALEMBANG Vera Oktarina Jurusan Akuntansi POLTEK PalComTech Palembang Abstrak Salah satu perusahaan sumber pendanaan yang mengalami penyusutan tingkat pembiayaan kendaraan mobil dari krisis keuangan global yaitu, PT Batavia Prosperindo Finance, aktivitas perusahaan yang bergerak dibidang penyediaan jasa pembiayaan masyarakat, yang menginginkan membeli kendaraan mobil dengan cara kredit. Pada awal Januari 2007 sampai dengan juni 2008 tingkat pembiayaan kredit mobil mengalami kenaikan cukup signifikan, sehingga perusahaan dapat menjalankan usahanya dengan lancar dan efektif. Akan tetapi kondisi tersebut tidak berlangsung lama, perubahan tingkat pembiayaan kredit secara umum menunjukkan perubahan yang sangat besar sebagai dampak langsung maupun tidak langsung dari krisis keuangan global, hal tersebut tercermin dari penurunan, dari permintaan pembiayaan terhadap pembelian mobil. Setelah melakukan pengumpulan data melalui wawancara ditemukan bahwa terjadi penurunan pembiayaan secara kredit pada awal juli 2008 sampai dengan akhir Juni 2009 yang terjadi adalah penarikan mobil karena adanya kredit macet serta penunggakan angsuran dengan jangka waktu 1 sampai dengan 6 bulan sehingga penjualan mobil di perusahaan sejak juli 2008 terus turun hingga 15 persen akibat dampak krisis global. Berikut grafik penjualan kredit mobil periode 1 Januari 2007 sampai dengan 30 juni 2009 pada PT. Batavia Prosperindo Finance Cabang Palembang . Kata Kunci : Analisis, Pembiayaan Kredit. PENDAHULUAN PT Batavia Prosperindo Finance, aktivitas perusahaan yang bergerak dibidang penyediaan jasa pembiayaan masyarakat, yang menginginkan membeli kendaraan mobil dengan cara kredit. Pada awal Januari 2007 sampai dengan juni 2008 tingkat pembiayaan kredit mobil mengalami kenaikan cukup signifikan, sehingga perusahaan dapat menjalankan usahanya dengan lancar dan efektif. Akan tetapi kondisi tersebut tidak berlangsung lama, perubahan tingkat pembiayaan kredit secara umum menunjukkan perubahan yang sangat besar sebagai dampak langsung maupun tidak langsung dari krisis keuangan global, hal tersebut tercermin dari penurunan, dari permintaan pembiayaan terhadap pembelian mobil. Selain penurunan tingkat pembiayaan, terjadinya penuggakan angsuran yang menyebabkan adanya penarikan kembali kendaraan mobil serta keterlambatan pembayaran angsuran kredit pada saat krisis global.

1

LANDASAN TEORI Pengertian Leasing Menurut Baridwan (2003:1) memberikan definisi leasing sebagai berikut : Leasing adalah suatu perjanjian yang memberikan hak untuk menggunakan harta, pabrik atau alat-alat (tanah atau aktiva yang didiepresiasikan atau kedua-duanya) yang umumnya mempunyai jangka waktu tertentu. Pihak-pihak yang langsung terlibat dalam perjanjian ini adalah Lessor : Pemilik aktiva yang bersangkutan atau yang menyewakan aktiva. Lessee yang memanfaatkan leasing yang bersangkutan atau yang menyewa aktiva. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa leasing adalah suatu perjanjian yang memberikan hak untuk menggunakan harta, bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaranpembayaran secara berkala, disertai dengan hak pilih (opsi) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu lease berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati Dalam praktek jenis pembelanjaan lease yang banyak dilakukan di Indonesia memang financial lease, sedangkan operating lease banyak digunakan oleh perusahaan non leasing, seperti Astra Graphia yang menyewakan peralatan foto copy kepada langganannya. Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Munawir (2007:81), kinerja keuangan merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen keuangan. Oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan perlu melibatkan analisis keuangan, yang selanjutnya dikatakan bahwa analisis kinerja perusahaan didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan pada laporan keuangan yang dibuat sesuai prinsip akuntansi. Menurut Husnan (2007:68), kinerja keuangan adalah alat untuk menilai prestasi dan kondisi keuangan suatu perusahaan, dimana seorang analisis keuangan memerlukan ukuran tertentu. Ukuran yang seringkali digunakan adalah rasio atau indeks yang menunjukkan hubungan antara dua/lebih data keuangan. Analisis dan penafsiran berbagai rasio akan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap prestasi dan kondisi keuangan daripada analisis yang hanya mengemukakan data laporan keuangan saja. Pengertian Piutang Menurut Kieso (2002:387) Piutang adalah klaim uang, barang atau jasa kepada pelanggan atau pihak lainnya sedangkan Menurut Warren (2006:404) mengatakan bahwa piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa piutang usaha adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yaitu badan usaha atau seseorang yang timbul akibat adanya penjualan barang atau jasa yang dilakukan secara kredit dan pembayaran dilakukan setelah jangka waktu yang ditentukan oleh kedua belah pihak. Pengertian Kerugian Piutang Tak Tertagih Menurut Soemarso(2004:338), ”Kerugian piutang tak tertagih adalah piutang yang memiliki resiko tidak tertagih sehingga dapat menimbulkan kerugian., misalnya karena perusahaan atau customer yang bersangkutan jatuh pailit. Adanya piutang tak tertagih tersebut merupakan kerugian bagi perusahaan, yang dicatat sebagai biaya usaha dengan nama perkiraaan kerugian piutang tak tertagih, kerugian piutang dan biaya penghapusan piutang. Menurut Weygandt (2002:350) Kerugian piutang tak tertagih adalah kerugian pendapatan yang disebabkan tidak tertagihnya suatu piutang dagang. Jadi kerugian piutang tak tertagih adalah kerugian piutang yang disebabkan tidak tertagihnya suatu piutang,

2

misalnya karena perusahaan atau customer yang bersangkutan jatuh pailit atau hal yang lainnya. Pengertian Bunga Jatuh Tempo Menurut Warren (2006:416) mendefinisikan bunga jatuh tempo adalah jumlah uang yang wajib dibayar oleh peminjam atas penggunaan fasilitas kredit yang diperhitungkan atas persentase tertentu pada saat waktu yang telah lewat dari kesepakatan awal transaksi. Menurut PSAK No. 31 (2007:14) Periode jatuh tempo dapat didefinisikan sebagai : 1. Waktu yang tersisa sampai dengan tanggal pelunasan 2. Periode diperjanjikan sampai dengan tanggal pelunasan. 3. Waktu yang tersisa sampai pai dengan tanggal yang diperkirakan akan terjadi perubahan tingkat bunga. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Bunga jatuh tempo adalah jumlah uang yang wajib dibayar pada waktu yang tersisa sampai dengan tanggal yang diperkirakan akan terjadi perubahan tingkat bunga. ANALISIS 1. Analisis Masalah Penelitian ini dilakukan pada PT. Batavia Prosperindo Finance merupakan salah satu perusahaan sumber pendanaan yang mengalami penurunan tingkat pembiayaan kendaraan mobil yang dimana sebagian besar konsumen perusahaan berasal dari daerah yang berprofesi sebagai petani karet dan kelapa sawit mentah. Krisis global sangat mempengaruhi pendapatan penjualan hasil perkebunan mereka, Berikut adalah data penjualan kredit perusahaan : Tabel 1. 1 Tabel Data Penjualan Kredit Perusahaan

Pada awal Januari 2007 sampai dengan Juni 2008 tingkat pembiayaan kredit mobil mengalami kenaikan hinga jumlah unit mobil yang terjual mencapai 470 unit mencapai 20% dari priode sebelumnya. Sehingga perusahaan dapat menjalankan usahanya dengan lancar dan efektif. Akan tetapi kondisi disi tersebut tidak berlangsung lama, perubahan tingkat pembiayaan kredit secara ecara umum menunjukkan perubahan yang sangat besar sebagai dampak langsung maupun tidak langsung dari krisis keuangan global, hal tersebut tercermin dari penurunan permintaan berdasarkan tabel per 1 juli-31 juli Desember 2008 sampai dengan pertengahan juni 2009 mengalami penurunan, jumlah unit mobil yang terjual sebanyak anyak 187 unit tingkat penurunan pembiayaan mencapai 54% dari periode sebelumnya.

3

2. Peningkatan Kredit Bermasalah Krisis global tidak hanya mempengaruhi tingkat pembiayaan saja tetapi terdapat juga kasus kredit bermasalah pada perusahaan, debitur mengingkari janji mereka membayar angsuran beserta bunga yang telah jatuh tempo , sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran. Dengan demikian mutu kredit merosot, dalam kasus kredit bermasalah adapun tindakan pihak perusahaan terpaksa untuk menguasai kembali kendaraan tersebut dengan cara penarikan kendaraan sesuai dengan surat kontrak antara anta konsumen dan pihak perusaan pembiayaan pada awal terjadi transaksi. Oleh karena itu pihak perusahaan mengalokasikan perhatian, tenaga, dana, waktu dan usaha secukupnya guna menyelesaikan kasus kredit bermasalah tersebut. Berikut tabel data konsumen yang menunggak (Over due) : Tabel 2. Nilai Rekapitulasi Customer Overdue

Tabel di atas menunjukkan jumlah konsumen serta nilai tunggakan sampai dengan juni 2009. Pada saat pertengahan tahun 2008 terjadi peningkatan penunggakan angsuran dari 1 bulan sampai dengan 6 bulan, Dalam menghadapi konsumen yang menunggak adapun upaya perusahaan yaitu ; 1. Membuat SP (Surat Pemberitahuan) untuk nasabah-nasabah nasabah nasabah yang menunggak pembayaran angsuran selama 1- 7 hari. 2. Membuat SP.I untuk nasabah-nasabah nasabah yang menunggak pembayaran bayaran angsuran selama 8–40 8 hari. 3. Membuat SP.II untuk nasabah-nasabah nasabah nasabah yang menunggak pembayaran angsuran selama 41– 41 71 hari. 4. Membuat SP.H adalah surat penagihan atau penyelesaian hutang untuk nasabah yang menunggak pembayaran angsuran lebih dari 72 hari, hari, surat ini berfungsi untuk menarik unit yang tertunggak tersebut dan menyelesaikan masalah piutang apakah akan dilunasi, dilelang atau dijual kembali oleh perusahaan. 3. Peningkatan penarikan mobil pada saat terjadi krisis global Berikut data tabel laporan aporan penarikan mobil periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.

4

Tabel 3. 3 Laporan Mobil Tarikan PT. Batavia Prosperindo Finance Cab. Palembang

Jumlah mobil tarikan per Juni – Desember 2007 sebanyak 11 unit mobil tarikan dengan nilai tunggakan sebesar Rp. 32.713.000,32.713.000, konsumen yang menunggak pembayaran angsuran selama 1 bulan sampai 3 bulan. Mobil yang telah ditarik tersebut telah dijual kembali oleh leh perusahaan dengan cara pelelangan ke beberapa dealer rekanan perusahaan. Tabel 4. Laporan Mobil Tarikan PT. Batavia Prosperindo Finance Cab. Palembang

Jumlah mobil tarikan per januari – juni 2008 sebanyak 20 unit mobil tarikan dengan nilai tunggakan sebesar Rp. 80.036.000,80.036.000, konsumen yang menunggak pembayaran angsuran

5

selama 1 bulan sampai 6 bulan . Peningkatan mobil tarikan sebesar 59% dari tahun sebelumnya per juni – desember 2007. 4. Perlakuan Akuntansi atas Pembiayaan pada saat terjadi transaksi Berdasarkan uraian di atas , dari penurunan tingkat pembiayaan, kredit macet dan denda dan bunga tunggakan jatuh tempo angsuran. Penulis akan menganalisis bagaimana perlakuan akuntansi terhadap pembiayaan serta penilaian harga pelelangan mobil yang di tarik karena kredit macet. Berikut contoh kasus dari awal pembiayaan sampai dengan penarikan mobil yang disebabkan kredit macet pada perusahaan PT. Batavia Prosperindo Finance. Contoh. 1 : Pada tanggal 03 Febuary 2009 telah dilakukan pembiayaan 01 (satu) unit mobil, dengan spesifikasi sebagai berikut: Nama Konsumen : Waryanto No. Kontrak : 00006.00146.001 No. Polis : B – 8007-KY Merk/Type : Suzuki Carry GRV Jenis/Model : Minibus Tahun Pembuatan : 2003 Warna : Merah Metalik Dengan harga jual sebesar Rp. 69.598.000,- dan dilakukan pembiayaan sebesar Rp. 51.887.000,- Uang muka sebesar Rp. 17.711.000,- ,biaya administrasi Rp. 1.200.000, Premi asuransi Rp. 1.020.000 dan angsuran pertama sebesar Rp. 2.069.000 jadi total uang muka (DP) sebesar Rp. 22.000.000,- telah di bayar ke dealer Tiga Saudara Mobilindo. bunga efektif 26.8948%, beban bunga kredit yang dikenakan sebesar 14,5% pertahun dengan jangka waktu pembayaran sebesar 35 bulan karena konsumen tersebut telah membayar angsuran di muka. Angsuran yang harus dibayar oleh bpk waryanto adalah sebesar Rp. 2.069.000,- / bulan, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut : a. Perhitungan pembayaran cicilan per/bulan Konsumen ke Perusahaan. - Harga Jual : Rp. 69.598.000,- Uang Muka : Rp. 17.711.000,- (-) Pinjaman Pokok yang dikenakan bunga : Rp. 51.887.000,- Bunga ( 14.5% x 3 th x Rp.51.887.000,-) : Rp. 22.597.000,- (+) - Total Pembiayaan : Rp. 74.457.845,- Jumlah yang diangsur (Rp. 74.457.845/36 bln) : Rp. 2.068.270,69 - Pembulatan angsuran /bln : Rp. 2.069.000,- Rp. 2.069.000 x 36 bulan : Rp 74.484.000,- Jumlah Pembiayaan pembulatan : Rp. 74.484.000,b. Perhitungan total uang muka (DP) dari Konsumen ke Dealer. - Uang muka (DP) : Rp. 17.711.000,- Biaya Administrasi : Rp. 1.200.000,- Angsuran pertama : Rp. 2.069.000,- Premi asuransi 4.8% x 3 thn x Rp. 69.598.000 : Rp. 1.020.000,- (+) - Total uang muka (DP) : Rp. 22.000.000,c. Perhitungan Pelunasan yang dibayar Perusahaan ke Dealer. - Harga Jual : Rp. 69.598.000,- Total uang muka : Rp. 22.000.000,- (-) - Jumlah sisa pelunasan ke dealer : Rp. 47.598.000

6

Jurnal untuk transaksi pembiayaan adalah : a. Perusahaan mencatat transaksi pembiayaan Tabel 5. Tabel Transaksi Pembiayaan

b. Pelunasan yang dibayar Perusahaan ke Dealer Tabel 6. Tabel Pelunasan

Ayat jurnal untuk sewa guna penjualan menurut stice dan skousen adalah: Pendapatan bunga adalah sama dengan yang diilustrasikan diilustra untuk sewa, guna pendanaan langsung sebelumnya dan diakui sepanjang masa sewa guna usaha. Keuntungan perusahaan diakui sebagai pendapatan langsung dalam periode tersebut dengan memasukkan nilai pasar wajar dari aktiva sebagai sebuah penjualan dan mendebit harga perolehan peralatan yang dicatat dalam persediaan barang arang jadi pada harga pokok penjualan. Ayat jurnal pertama peneliti mencatat penjualan dan mengakui adanya piutang yang dilaporkan pada nilainya sekarang dan memindahkan persediaan yang telah terjual. Laporan laba rugi tahun 2009 akan memasukkan jumlah penjualan jualan dan harga pokok penjualan sehingga menghasilkan keuntungan (pendapatan bunga) Rp. 22.604.000,-.. Ayat jurnal kedua mencatat kas yang dikeluarkan oleh perusahaan atas pembelian persediaan serta uang muka/DP (down payment) yang dibayar konsumen melalui perusahaan kemudian pelunasan akan dibayar perusahaan ke dealer. 5.

Perlakuan Akuntansi pada saat pembayaran Angsuran Pada saat pembayaran angsuran, perusahaan mendebet angsuran hutang pokok dan angsuran beban bunga serta mengkredit piutang angsuran. Contoh 2 : Telah dibayar oleh Bapak Waryanto angsuran ke-2 ke pada tanggal 3 Maret 2009 , sebesar Rp. 2.069.000,Tabel 7. Tabel Pembayaran Bapak Waryanto

7

Pada angsuran kedua, jumlah pembayaran sama yakni Rp. 2.069.000,2.069.000, tetapi komposisi bunga efektif dan pokok utang akan berbeda dengan angsuran yang pertama. Peneliti mencatat Transaksi Ayat jurnal untuk pembayaran angsuran pertama menurut Stice & Skousen. 6. Perlakuan Akuntansi pada saat terjadi kredit macet dan penarikan mobil. Pada angsuran ke- 4 (empat) , Bpk Waryanto tidak ada upaya untuk menyelesaikan kredit, maka tindakan perusahaan selanjutnya adalah menguasai/menarik kembali kendaraan tersebut. Maka proses pencatatannya sebagai berikut : Tabel 8.. Jadwal Angsuran Hutang Pembiayaan

Bapak Waryanto melakukan sebanyak 3 kali angsuran, pada angsuran ke-4 ke yang jatuh tempo pada tanggal 3 Mei 2009, Bapak waryanto tidak ada upaya untuk menyelesaikan kredit . Perusahaan tidak menjurnal kembali adanya penarikan kembali persediaan tetapi perusahaan menutupi kerugian sisa sa hutang pokok yang tertunggak selama 32 bulan dengan cara menilai kembali harga pelunasan mobil yang ditarik tersebut. Ketika suatu sewa guna usaha digunakan oleh penjual sebagai suatu sarana untuk menyediakan pendanaan pada pembeli dan untuk meningkatkann penjualan, penjual mencatat sewa guna usaha tersebut sebagai sewa guna penjual, bukan suatu sewa guna operasi, sehingga pendapatan dari penjualan dapat segera

8

diakui. Sehingga pada saat terjadinya penarikan mobil yang diakui sebagai penjualan perusahaan maka akan diakui sebagai sewa guna usaha operasi bukan sebagai sewa guna usaha penjualan. Seharusnya perusahaan mengakui adanya penarikan kembali persediaan dan menghapus adanya piutang yang terdiri dari pendapatan bunga dan harga pokok penjualan agar tidak ada kesalahan dalan menyusun laporan laba / rugi. Tabel 9. Tabel Jurnal pada saat Penarikan Mobil

Peneliti mencatat sesuai dengan literatur menurut Stice & Skousen pada saat penarikan (return) persediaan yang dijual. persediaan diakui kembali dengan nilai sisa harga pokok penjualan sebesar Rp. 47.891.729,47.891.729, 7. Perlakuan Akuntansi pada saat Penilaian harga pelelangan mobil yang di tarik oleh perusahaan. Karena Bapak Waryanto tidak ada upaya untuk melunasi angsuran sebelum masa kredit selesai maka perusahaan mengeluarkan mengelu (SP-H) H) surat tugas untuk menguasai kembali kendaraan pada tanggal 10 Juni 2009. Perusahaan akan memberi waktu kepada bapak waryanto untuk dilunasi atau dijual kembali oleh perusahaan dengan cara dilelang ke beberapa dealer rekanan dari PT. Batavia Prosperindo Prosperindo Finance cabang palembang untuk menutupi kerugian sisa hutang pokok yang tertunggak selama 32 bulan. Harga pelunasan tersebut terdiri dari , hutang pokok, biaya administrasi, bunga efektif dan denda jatuh tempo , berikut perhitungan harga pelunasan pelunasa mobil :

No. Kontrak Atas Nama Masa Kredit Angsuran Hutang Pokok

Biaya Adm

Bunga berjalan

FORM PELUNASAN KENDARAAN : 0006.001.462-001 0006.001.462 Per Tanggal 16-Jun Jun-09 : Waryanto Tgl Jatuh Tempo 03-Apr-09 03 36 bln Banyak hari 74 Hari : Rp. 2,069,000 : (Total Angsuran HP – Angsuran HP yang telah dibayar) Rp 51.887.000 - Rp3.995.271 = Rp 47.891.729 ( Total HP x 3%) : Rp 47.891.729 X 5% = Rp 2.394.586 Total HP x bunga efektif Bunga 360 hari x Banyak hari :Rp. 47.891.729 x2 6,8948% x 74 hari = Rp 2.647.635 360 hari

9

Denda (Total hari Jth Tempo x 0,2% x Angsuran) : 78 hari x 0,2% x Rp. 2,069,000

= Rp 322.764

Total Pelunasan per tanggal 16 juni 2009 = Rp 53.256.714 Sumber : PT.Batavia Prosperindo Finance Cab. Palembang Total pelunasan mobil adalah harga standar mobil per tanggal 16 juni 2009 yang akan di lelang oleh perusahaan ke beberapa dealer rekanan yaitu khususnya dealer yang menjual atau membeli mobil baru dan bekas. Harga Penawaran mobil yang paling tinggi yang akan diambil oleh perusahaan. Harga tertinggi atas kendaraan sebesar Rp. 53.000.000,53.000.000, Penawaran oleh dealer Anugerah Indah karena harga lelang kurang untuk pelunasan kredit maka kebijakan perusahaan adalah menghapus kerugian sebesar Rp. 256.714,256.714, Pada saat penilaian harga kendaraan yang ditarik yang akan dijual kembali/dilelang : Harga sisa Penjualan pokok Rp. 47.891.729,Pendapatan administrasi Rp. 2.394.586,Pendapatan bunga efektif Rp. 2.647.635,Pendapatan denda Rp. 322.764,- (+) Harga Kendaraan Rp. 53.256.714,Tabel 10. Jurnal pada saat penjualan mobil yang ditarik :

Perusahaan mengakui kerugian penjualan sebagai penghapusan beban usaha dan Aktiva persediaan sebesar Rp. 53.000.000.Seharusnya perusahaan mengakui adanya kerugian dari penjualan aktiva serta harga persediaan mobil yang ditarik sama dengan harga persediaan yang dijual kembali / lelang. PENUTUP Berdasarkan data-data data dan analisis yang telah dilakukan dilakukan serta pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut : 1. Krisis keuangan global yang terjadi pada juni 2008 mengakibatkan penurunan tingkat pembiayaan kendaraan mobil dari aktivitas perusahaan yang bergerak dibidang penyediaan jasa pembiayaan masyarakat. 2. Tidak hanya penurunan tingkat pembiayaan saja yang terjadi tetapi PT. Batavia Prosperindo Finance juga mengalami mengalami peningkatan kredit bermasalah dari penunggakan angsuran sampai dengan pelelangan mobil yang ditarik karena kredit macet. 3. Perlakuan akuntansi atas masing-masing masing masing transaksi belum tepat yaitu pada saat perusahaan mengakui adanya penjualan/pembiayaan, pembayaran pembayaran angsuran, penarikan mobil serta mengakui adanya kerugian dalam penjualan aktiva.

10

DAFTAR PUSTAKA Baridwan, Zaki, 2000, Akuntansi Intermediate, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Earl, K, Stice dan K,Fred.Skousen, 2005, Akuntansi Intermediate, Buku dua-Edisi 15, Salemba Empat Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia , 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. Smith, Jay dan K, Fred Skousen, 2003, Akuntansi Intermediate, Buku satu-Edisi 8, Salemba Empat, Jakarta. Soemarso, S.R, 2002, Akuntansi Suatu Pengantar, Salemba Empat, Jakarta. Warren, Fess, 2006, Pengantar Akuntansi, Buku satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Weygandt, Kieso dan Kimmel, 2002. Pengantar Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta.

11