ANALISIS PERBEDAAN LABA PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN

Download Dalam hal ini peneliti mengangkat judul skripsi yang berjudul “. Analisis ... ( Depreciation Expense) dan mengkredit akun akumulasi penyusut...

0 downloads 287 Views 212KB Size
ANALISIS PERBEDAAN LABA PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENYUSUTAN ASET TETAP BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN UNDANGUNDANG PERPAJAKAN (Studi Dilakukan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2015)

NAMA : MIA ERPINA NIM

: 120462201146

Dosen Pembimbing: Tumpal Manik, M.Si Jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016 [email protected]

ABSTRAK Mia Erpina, 2016

:Analisis Perbedaan Laba Perusahaan dengan Menggunakan Metode Penyusutan Aset Tetap Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-undang Perpajakan (Studi Dilakukan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan laba perusahaan dengan menggunakan metode penyusutan asset tetap berdasarkan standar akuntansi keuangan dan undang-undang perpajakan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015. Teknik pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, dan diperoleh 31 perusahaan sebagai sampel penelitian. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan yang diperoleh dari www.idx.co.id. Metode analisis yang digunakan adalah uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada laba perusahaan dengan menggunakan metode

penyusutan asset tetap berdasarkan standar akuntansi keuangan dan undang-undang perpajakan. Dikarenakan rata-rata biaya penyusutan asset tetap menggunakan standard akuntansi keuangan lebih tinggi dibandingkan rata-rata biaya penyusutan asset tetap menggunakan undang-undang perpajakan, maka rata-rata laba perusahaan menggunakan metode penyusutan berdasarkan undang-undang perpajakan lebih tinggi dibandingkan rata-rata laba perusahaan menggunakan standard akuntansi keuangan. Hal ini dapat digolongkan sebagai beda waktu.

Kata Kunci : Aset tetap, Metode Penyusutan Aset Tetap dan Laba Perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dunia usaha saat ini maka setiap perusahaan pasti akan memiliki yang namamya aset tetap baik aset tetap yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Aset tetap bisa dijadikan sarana penunjang dalam kegiatan operasional perusahaan karena tanpa adanya aset tetap maka bisa jadi kegiatan usaha akan lumpuh. Sehingga akan berakibat pada penurunan laba di perusahaan tersebut. Aset tetap yang dimaksud seperti gedung, kendaraan, tanah, peralatan dan sebagainya. Penerapan metode penyusutan yang diterapkan sangat berpengaruh terhadap besarnya laba perusahaan. Penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aset tetap menjadi biaya cost). Untuk menghitung biaya penyusutan yang terjadi maka dalam hal ini digunakan yang namanya metode penghitungan penyusutan aset tetap yaitu: Metode garis lurus (Straight line method), Metode saldo menurun ganda (Double declining Method), Metode jumlah angka tahun (Sum of years digit method), Metode jam jasa (Service hours method), Metode hasil produksi (Productive output method). Akan tetapi, tidak semua metode penyusutan dapat digunakan untuk menghitung biaya penyusutan aset tetap. Metode penghitungan penyusutan aset tetap yang diperbolehkan menurut PSAK No. 16 Revisi 2011 (IAI, 2011) dan perpajakan itu berbeda. Berdasarkan Standar Akuntansi yang boleh diterapkan adalah Metode garis lurus (Straight line method), Metode saldo menurun (declining Method), Metode jumlah angka tahun (Sum of years digit method). Akan tetapi, menurut aturan Perpajakan Undang-undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan pasal 11 metode perhitungan penyusutan hanya Metode garis lurus (Straight line method), Metode saldo menurun (Declining balance Method).

Manfaat dan fungsi dari penggunan metode penyusutan menurut Standar Akuntansi dan Perpajakan juga berbeda. Metode penyusutan menurut Standar Akuntansi berguna untuk menilai atau mengukur kinerja perusahaan yang dilaporkan dalam laporan Laba/Rugi perusahaan tersebut. Sedangkan, kegunaan dari metode penghitungan penyusutan aset tetap menurut pajak ditujukan hanya untuk kepentingan dari perpajakan. selain itu, perbedaan dalam penghitungan penyusutan aktiva tetap tidak hanya terjadi dalam metodenya saja melainkan perbedaan dalam pengakuan beban penyusutan aset tetap juga berbeda menurut Standar Akuntansi dan Peraturan Perpajakan. Bagi perusahaan, pajak merupakan suatu unsur yang penting dalam operasional perusahaan. Terlebih lagi perusahaan yang berskala nasional maupun intenasional, hampir semua transaksi yang dilakukan oleh perusahaan tidak terlepas dari masalah perpajakan. Perubahan atau revisi undang-undang pajak yang dilakukan oleh pemerintah dimaksudkan untuk menyempurnakan sistem perpajakan yang sudah ada, adapun undang-undang perpajakan yang baru tersebut mulai berlaku tahun 2000. Wajib pajak yang diperlakukan sebagai subyek dalam system pemungutan pajak khususnya pada bidang pajak penghasilan (PPh) disebabkan wajib pajak diberikan kepercayaan penuh oleh negara (direktorat jendral pajak) untuk menghitung, memperhitungkan, menbayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terhutang sesuai dengan Self Assetment. Self Assetment adalah keputusan wajib pajak dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan Indonesia yang berlaku tersebut. Penelitian ini merupakan pengulangan penelitian yang dilakukan penelitian terdahulu yaitu penelitian oleh Azizah et.al, (2014) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada laba perusahaan dengan menggunakan metode penyusutan menurut standar akuntansi keuangan dan undang-undang perpajakan. Dan penelitian oleh Rida (2008) dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat selisih antara laba bersih menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan laba bersih menurut perpajakan. hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan metode dalam penghitungan penyusutan menurut standar akuntansi keuangan dengan perpajakan hasil selisih tersebut dibedakan sebagai beda waktu (timing difference). Penelitian lain yang mendukung dalam penelitian ini antara lain dilakukan oleh Mardjani et.al, (2015) dengan hasil yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perhitungan menurut Standar akuntansi keuangan maupun perpajakan disebabkan penggunaan metode penyusutan dan ketentuan pajak yang berlaku. Dimana beban penyusutan menurut standar akuntansi keuangan menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan beban penyusutan menurut peraturan perpajakan. serta penelitian yang dilakukan oleh Verginia dan lydiah (2014) dengan Hasil penelitian adalah penerapan metode garis lurus pada bangunan, mesin, inventaris kantor dan inventaris proyek telah tepat. Namun untuk alat berat, kendaraan kantor dan kendaraan proyek adalah tidak tepat dan sebaiknya diubah dengan menggunakan metode saldo menurun berganda. Kemudian metode penyusutan yang digunakan

berdampak terhadap laba perusahaan. Sehingga dapat diketahui laba yang dilaporkan pada PT. Artha Kindo Perkasa Palembang dengan menggunakan metode garis lurus lebih tinggi dibandingkan dengan metode saldo menurun berganda. Dari hasil pemikiran Latar Belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti perbedaan laba perusahaan dengan menggunakan metode penyusutan menurut Standar Akuntansi serta Perpajakan dan penyebab dari adanya perbedaan tersebut. Dalam hal ini peneliti mengangkat judul skripsi yang berjudul “ Analisis Perbedaan Laba Perusahaan dengan Menggunakan Metode Penyusutan Aset Tetap Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-undang Perpajakan (Studi Dilakukan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2015“.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1

Kajian Pustaka

a. Laba Perusahaan Menurut Dunia (2010:252), Perbedaan antara laba menurut akuntansi dan pajak ada dua, yakni sebagai berikut: 1. Perbedaan Permanen (permanent diffrences) Perbedaan permanen adalah perbedaan yang disebabkan oleh adanya perbedaan konsep atau cara pengukuran dari pendapatan (Revenue) dan beban (Expenses). Sebagai contoh adalah sumbangan yang diberikan oleh perusahaan. Bagi perusahaan sumbangan ini merupakan beban (Expenses) sedangkan dari segi konsep pajak sumbangan bukan beban. 2. Perbedaan Temporer Perbedaan temporer adalah perbedaan-perbedaan anatara laba akuntansi dan laba kena pajak yang disebabkan waktu pengakuan pendapatan dan beban. Contoh perbedaan temporer yaitu penyusutan, dalam akuntansi komersial pembebanan biaya penyusutan dilakukan berdasarkan umur ekonomis suatu aset, tetapi dalam akuntansi perpajakan, pembebanan biaya penyusutan dilakukan berdasarkan golongan kelompok. b. Aset Tetap Aset tetap merupakan suatu harta yang dimiliki perusahaan yang diperoleh melalui pembelian aset tetap baik secara kredit ataupun tunai, ditukar dengan

sekuritas perusahaan, sumbangan dari entitas dan melalui pertukaran aset tetap sejenis. Aset tetap biasanya dibeli untuk kegiatan operasional perusahaan dan bukan untuk diperjualbelikan. Selain itu, aset tetap ini juga tidak digunakan untuk kegiatan investasi. Aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan biasanya memiliki mas manfaat yang lebih dari satu tahun periode akuntansi. Hal ini yang menyebabkan aset tetap ini akan berkurang masa manfaatnya. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 16 Revisi 2011(IAI, 2011) Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Menurut Dunia (2010:177), Aset tetap ( Plant assets atau Fixed assetts atau Property Plant and Equipment) adalah aset yang diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan untuk jangka waktu yang lebih dari satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, dan merupakan pengeluaran yang nilainya besar atau material. Jadi dari pengertian aset tetap diatas maka yang dimaksud dengan aset tetap adalah sebagai berikut : 1. 2.

Termasuk aset tetap berwujud Memiliki masa manfaat yang lebih dari satu tahun atau satu periode akuntansi 3. Digunakan untuk kegiatan operasional untuk menghasilkan barang dan jasa bagi perusahaan. c. Penyusutan Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.16) Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah. Entitas mengalokasikan jumlah pengakuan awal aset pada bagian aset tetap yang signifikan dan menyusutkan secara terpisah setiap bagian tersebut. Misalnya, adalah tepat untuk menyusutkan secara terpisah antara badan pesawat dan mesin pada pesawat terbang, baik yang dimiliki sendiri maupun yang berasal dari sewa pembiayaan. Menurut Dunia (2010), Aset tetap perusahaan biasanya terdiri dari dua sifat yaitu (1) Tanah, yang mempunyai umur atau jangka waktu pemakaian yang tidak terbatas dalam memberikan jasa, dan (2) aset tetap lainnya seperti gedung, peralatan, dan perbaikan tanah yang akan berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu, oleh karena itu, harga perolehan dari aset tetap ini harus dialokasikan atau dipindahkan menjadi beban (expense) secara sistematis

selama jangka waktu pemakaian atau umur manfaat yang diharapkan dari aset tetap yang bersangkutan. Proses pengalokasian atau memindahkan harga perolehan dari aset tetap ke akun beban (expense) selama jangka waktu pemakaian dari aset tetap disebut penyusutan (depreciation). Penyusutan dihitung dan dicatat paling kurang setahun sekali pada akhir tahun. Tetapi, jika laporan keuangan disusun secara bulanan, perhitungan dan pencatatan penyusutan juga dilakukan secara bulanan, sehingga laporan keuangan dapat menyajikan posisi keuangan dan hasil usaha secara wajar. Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat penyusutan adalah mendebit akun beban penyusutan (Depreciation Expense) dan mengkredit akun akumulasi penyusutan (Accumulatedd Depreciation). Akun beban penyusutan merupakan akun sementara yang disajikan dalam Laporan Laba Rugi sedangkan Akun Akumulasi Penyusutan adalah akun permanen dan merupakan akun kontra terhadap aset tetap yang bersangkutan. Jumlah penyusutan dihimpun dalam akun ini, sebagai pengurangan dari harga perolehan aset tetap, dengan demikian informasi harga perolehan dapat disajikan seperti adanya. Selisih antara harga perolehan aset tetap dengan akumulasi penyusutan disebut nilai buku (book value) dari aset tersebut. sedangkan harga pasar taksiran dari aset tetap pada masa akhir masa manfaatnya disebut dengan nilai sisa (residual value). d. Penyusutan Menurut Undang-Undang Perpajakan (UU No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan pasal 11) Penyusutan menurut Undang-undang tentang Pajak Penghasilan Pasal 11 ayat (1) dan (2) pengertian penyusutan sebagai berikut : “Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dengan cara mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta berwujud melalui penyusutan.” Metode penyusutan yang dibolehkan berdasarkan Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan pasal 11 dilakukan: 1. Dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi harta tersebut (metode garis lurus atau straight-line method); atau 2. Dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku (metode saldo menurun atau declining balance method). Berdasarkan Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan pasal 11 mengenai Masa Manfaat Aset tetap dan tarif penyusutan yang berlaku untuk menghitung beban penyusutan dengan menggunakan metode penyusutan aset tetap berdasarkan perpajakan dengan menggunakan metode garis lurus (straight line

method) dan metode saldo menurun (declining balance method) adalah sebagai berikut: e. Perbedaan Metode Penyusutan Menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Perpajakan Menurut Azizah et.al, (2014), Penyusutan untuk kepentingan perpajakan secara substansial berbeda dengan penyusutan kepentingan akuntansi. Metode penyusutan menurut akuntansi didesain untuk mempersandingkan antara pengeluaran investasi modal dengan penghasilan sesuai prosedur investasi. Periode penyusutan atau masa manfaat yang digunakan untuk kepentingan perpajakan didasarkan kepada ketentuan perundang-undangan perpajakan dan sama sekali tidak terkait dengan masa manfaat aset tetap yang bersangkutan atau dengan perkataan lain tidak ada usaha untuk memperbandingkan antara penghasilan dan pengeluaran. Adanya pengelompokkan harta berwujud berdasarkan masa manfaat dan sekaligus penetapan presentase tarif penyusutan yang telah diatur dalam Pasal 11 Undang-undang Pajak Penghasilan mengakibatkan adanya perbedaan yang dikenal dengan beda bwaktu (time diffrence). Untuk aset yang disusutkan harus dikelompokkkan terlebih dahulu sesuai masa manfaat. Akuntansi komersial mengatur estimasi masa manfaat suatu aset yang dapat disusutkan dengan dasar pertimbangan yang biasanya didasarkan pada pengalaman dengan jenis aset tetap yang serupa. f. Pengaruh Penggunaan Metode Penyusutan Terhadap Besarnya Laba Menurut Azizah et.al, (2014), Jumlah dari biaya penyusutan aset tetap sangat berpengaruh pada metode penyusutan yang diterapkan di dalam perusahaan. Nilai penyusutan akan dialokasikan pada biaya operasional di laporan laba rugi sehingga besarnya nilai penyusutan akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Naik turunnya laba perusahaan di setiap peride bergantung dari pemilihan metode penyusutan. Faktor yang mempengaruhi penyusutan aset tetap ialah metode penyusutan aset tetap yang digunakan oleh perusahaan untuk menghitung beban penyusutan aset tetap yang ada pada perusahaan, metode tersebut dapat mempengaruhi besarnya laba perusahaan setiap periode. Adanya perbedaan dasar penyusutan menurut standar akuntansi keuangan dan perpajakan mengakibatkan jumlah biaya penyusutan yang berbeda, sehingga hal tersebut berdampak pada berbedanya laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut akuntansi dengan laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut perpajakan.

g. Pengembangan hipotesis Adapun pengembangan hipotesis yang terkait dalam penelitian ini adalah Perbedaan Laba Perusahaan Dengan Menggunakan Metode penyusutan Aset tetap berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan Perpajakan Faktor yang sangat memengaruhi penyusutan aset tetap yang diterapkan oleh perusahaan untuk menghitung beban penyusutan aset tetap yang ada pada perusahaan. Metode penyusutan aset tetap tersebut dapat memengaruhi besarnya laba perusahaan setiap periodenya. Adanya perbedaan dasar penyusutan menurut standar akuntansi keuangan dengan undang-undang perpajakan mengakibatkan jumlah biaya/beban penyusutan yang berbeda, sehingga hal tersebut berdampak pada berbedanya laba perusahaan menggunakan metode penyusutan aset tetap menurut perpajakan. Azizah et.al, (2014) dengan judul Analisis perbedaan laba perusahaan dengan menggunakan metode penyusutan berdasarkan standar akuntansi keuangan dan undang-undang perpajakan (Studi Dilakukan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2012) menghasilkan sebuah hasil penelitian yang menyatakan bahwa Terdapat perbedaan yang signifikan pada laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut standar akuntansi keuangan dan undang-undang perpajakan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rida (2008) dengan judul Analisis penerapan metode penyusutan aktiva tetap ditinjau dari sudut standar akuntansi keuangan dan perpajakan pada PT. Pesona remaja malang mendapatkan sebuah hasil penelitian yang menyatakan bahwa Terdapat selisih antara laba bersih menurut standar akuntansi keuangan dengan laba bersih menurut perpajakan. hal ini terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan metode dalam perhitungan penyusutan menurut standar akuntansi keuangan dan perpajakan. Dari penjelasan dan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Azizah et.al, (2014) dan Rida (2008) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada laba perusahaan yang menggunakan metode penyusutan aset tetap menurut standar akuntansi keuangan dan undang-undang perpajakan. maka peneliti menyimpulkan hipotesa dari penelitian ini adalah H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara laba perusahaan yang menggunakan metode penyusutan aset tetap menurut standar akuntansi keuangan dengan undang-undang perpajakan. h. Hipotesis Hipotesis merupakan suatu anggapan sementara, maka kebenarannya masih harus dibuktikan. (Umar, 2001) Berdasarkan uraian teori dan hasil pengembangan hipotesis diatas bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut standar akuntansi keuangan dengan

undang-undang perpajakan. Maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : H1 : Diduga terdapat perbedaan yang signifikan pada laba perusahaan dengan menggunakan metode penyusutan asset tetap berdasarkan standar akuntansi keuangan dengan undang-undang perpajakan. BAB III METODELOGI PENELITIAN a. 1)

Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel terikat (dependent variable) Variabel bebas adalah variabel yang bergantung pada variabel lain. (Umar, 2001) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Laba Perusahaan yang berasal dari Laba bersih sebelum pajak (Laba bersih sebelum pajak, yaitu penambahan atau pengurangan laba usaha dengan pendapatan dari beban di luar usaha) pada laporan Laba/Rugi perusahaan setiap tahun. Dalam hal ini laba yang digunakan adalah laba bersih sebelum pajak pada perusahaan yang menjadi sampel penelitian. 2).

Variabel bebas (Independent variable) Variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini beserta pengukurannya : 1. Metode penyusutan berdasarkan standar akuntansi keuangan merupakan beban penyusutan yang menerapkan metode penyusutan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Dalam hal ini cara yang digunakan untuk mengukurnya dapat menggunakan metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (decliningg balance method), metode jumlah unit (sum of the unit method). 2. Metode penyusutan berdasarkan undang undang perpajakan merupakan beban penyusutan yang menerapkan metode penyusutan sesuai dengan aturan perpajakan. Dalam hal ini metode garis lurus (straight line method) dan metode saldo menurun (declining balance method) saja. Akan tetapi tarif penyusutan dalam aturan perpajakan harus menjadi acuan dalam mengukur jumlah beban penyusutannya. 3). Variabel Antara (Intervening variable) Menurut Umar (2001), variabel antara adalah variabel yang memengaruhi variabel bebas dan variabel terikat secara teoritis, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel intervening merupakan variabel antara pada variabel bebas dan variabel terikat sehingga variabel bebas tidak langsung mempengaruhi perubahan variabel terikat. Adapun variabel antara yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyusutan. Yang diperoleh dari

penggunaan metode penyusutan aset tetap menurut standar akuntansi keuangan dan perpajakan Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015 yang berjumlah 37 perusahaan Sampel Sampel dalam penelitian ini berjumlah 31 perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015 yang berjumlah 37 perusahaan b. Metode Analisis Analisis Deskriptif Statistik deskriptif bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan profil data penelitian dan mengidentifikasi variabel-variabel pada setiap hipotesis. Statistik deskriptif yang digunakan antara lain rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan standar deviasi. Uji Asumsi Klasik 1).

Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah yang memiliki data yang berdistribusi data normal (Ghozali, 2013). Pengujian Hipotesis Uji Peringkat bertanda Wilcoxon (Wilcoxon signed rank test) Uji peringkat bertanda wilcoxon (Wilcoxon signed rank test) merupakan uji statistika non parametrik. Uji peringkat bertanda wilcoxon (Wilcoxon signed rank test) digunakan untuk membandingkan dua sampel berpasangan dengan skala interval tapi tidak berdistribusi normal. Uji peringkat bertanda wilcoxon merupakan alternatif dari uji-t dua sampel berpasangan (paired sample t-test). Wilcoxon signed ranks test digunakan karena sampel yang digunakan lebih dari 30 sampel. Uji Wilcoxon signed ranks test ini berbeda dengan uji Mann Whitney. Uji Mann Whitney atau uji dua sampel yang tidak berpasangan merupakan salah satu bagian dari uji statistika nonparametik. Uji Mann Whitney menjadi alternatif ketika data tidak berdistribusi normal didalam uji Independent sampel t test. Oleh karena sampel yang digunakan merupakan sampel yang berpasangan maka uji Mann Whitney tidak dapat digunakan. .

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Deskriptif Unit Analisis/Observasi Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data yang menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N

beban penyusutan(sak) milyaran rupiah

Minimu Maximum Sum Mean Std. Deviation m 31 1.062684 1867.316000 7352.877135 237.18958500 455.94413166 4 0 2 5 49

beban penyusutan(pajak) milyaran rupiah

31 .8067714 1717.475163 4978.762159 160.60523095 340.01731489 0 5 3 31

laba perusahaan(sak) milyaran rupiah

31 2.255976 13932.64400 49657.92288 1601.8684802 3184.0932934 4 00 67 16 606

laba perusahaan(pajak) milyaran rupiah

31 2.881307 14327.60000 52114.01614 1681.0972949 3315.1056057 8 00 43 78 646

31 Valid N (listwise) Sumber : output spss 21

b. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1).

Uji Normalitas

Tabel 4.3 Hasil Uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test laba laba perusahaan perusahaan sak(milyaran pajak(milyar rupiah) an rupiah) N 31 31 1601.86848021 1681.097294 Mean Normal 6 978 Parametersa,b Std. 3184.09329346 3315.105605 Deviation 06 7646 Absolute .385 .383 Most Extreme Positive .385 .383 Differences Negative -.308 -.306 Kolmogorov-Smirnov Z 2.143 2.130 Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : output spss 21 Dari hasil uji statistik di atas, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 2.289 dan 2.104 dengan signifikansinya 0.000 < 0.05 dan 0.000 <0.05 maka H0 ditolak, yang berarti data residual berdistribusi tidak normal. 2) Uji Hipotesis Tabel 4.4 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank test Test Statisticsa laba perusahaan pajak(milyaran rupiah) laba perusahaan sak(milyaran rupiah) Z -4.135b Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks. Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa nilai Zhitung adalah sebesar 4.135 lebih besar dari ttabel yaitu 1.96 atau probabilitas 0.000 lebih kecil dari 0.05 sehingga H0 ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada laba perusahaan yang

menggunakan metode penyusutan berdasarkan standar akuntansi keuangan dan undang-undang perpajakan. C. Pembahasan dan Interprestasi Dari hasil pengujian ditemukan bahwa pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2015, menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada laba perusahaan yang menggunakan metode penyusustan berdasarkan standar akuntansi keuangan dengan perpajakan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pengujian dimana nilai Zhitung adalah sebesar 4.135 lebih besar dari nilai ttabel sebesar 1,96 atau nilai probabilitas(0.000) lebih kecil dari 0.05 sehingga H0 ditolak. Jadi berdasarkan hasil uji perbandingan laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut standar akuntansi keuangan dan undang-undang perpajakan terbukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada laba perusahaan menggunakan standar akuntansi keuangan dengan laba perusahaan menggunakan Undang-undang perpajakan. Perbedaan tersebut disebabkan di dalam akuntansi tidak ada pengelompokkan harta berwujud, selain itu dalam penentuan umur ekonomisnya berdasarkan kebijakan perusahaan dengan dasar pertimbangan yang biasanya didasarkan pada pengalaman dengan jenis asset tetap. Serta dalam penentuan tarifnya berdasarkan rumus sesuai standar akuntansi keuangan. Sedangkan dalam ketentuan perpajakan terdapat pengelompokkan asset tetap beserta tarif dan umur ekonomis asset tetap berdasarkan pada Pasal 11 Undangundang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Selain itu, terdapat Peraturan Menteri Keuangan No.96/KMK/.03/2009 yang mengatur tentang jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk memberikan keseragaman dalam pengelompokkan harta berwujud. Hasil pengujian ini mendukung penelitian yang pernah dilakukan oleh Azizah et.al, (2014), menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada laba perusahaan y6ang menggunakan metode penyusutan asset tetap berdasarkan standar akuntansi keuangan dengan laba perusahaan yang menggunakan metode penyusutan berdasarkan undang-undang perpajakan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitiaan pada bab sebelumnya, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Terdapat perbedaan yang signifikan antara laba perusahaan dengan menggunakan metode penyusutan aset tetap berdasarkan Standar Akuntansi

Keuangan dengan Undang-undang Perpajakan pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut: 1) Dengan adanya perbedaan pengakuan biaya penyusutan tersebut, sebaiknya perusahaan mengelompokkan asset tetapnya sesuai dengan Permenkeu Nomor.96/PMK.03/2009, agar lebih mudah untuk menghitung beban penyusutan. 2) Penelitian berikutnya dapat menambah variabel independen lain dalam penelitian, periode pengamatan hendaknya lebih diperpanjang dan jumlah sampel lebih diperbanyak sehingga kemungkinan diperoleh hasil penelitian yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA Anggadini, et. al, 2009. Akuntansi Keuangan. Yogyakarta: Graha Ilmu Azizah, Tharra, et.al, 2014. Analisis Perbedaan laba Perusahaan dengan Menggunakan Metode Penyusutan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-undang Perpajakan. Jurnal ISSN. no.2460-6561 Dunia, Firdaus A, 2010. Ikhtisar Lengkap Pengantar Akuntansi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Dykman, Thomas R, 1999. Intermediate Accounting. Jakarta: Erlangga Floyd, Beams A,et. al, 2003. Advance Accounting. New Jersey: Prentice Hall Hanafi, Mahmud M, 2010. Manajemen. Yogyakarta: Pustaka pelajar Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21. Edisi 7, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Ikatan Akuntan Indonesia, 2011. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Kieso, Donald E, et. al, 2008. Accounting Intermediate,edisi 21. Jakarta: Erlangga Mardjani, Ajeng C, 2015. Perhitungan Penyusutan Aset Tetap Menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Peraturan Perpajakan dan Pengaruhnya Terhadap

Laporan Keuangan PT. Hutama Karya Manado. Jurnal EMBA. Volume 3, no.1. 1 Maret 2015 Nafrin, Muhammad, 2007. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat Rida, Mei Dwi A, 2008. Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Ditinjau dari Sudut Standar Akuntansi Keuangan dan Perpajakan pada PT. Pesona Remaja Malang. Jurnal skripsi Fakultas Ekonomi Rohadi, Ludhi N, 2007. Analisis Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Perpajakan serta Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan Pada PDAM Kabupaten Dati II Nganjuk. Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Skousen, Fred K, et.al, 2004. Intermediate Accounting. Jakarta: Salemba Empat Sunyoto, Danang, 2011. Metodologi Penelitian Ekonomi. Yogyakarta: CAPS Syafriadi,Muhammad,2000. Kemampuan Earnings dan Arus Kas dalam Memprediksi Arus Kas Dimasa Mendatang. Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Utomo, Dwiarso & Yulita Setiawan, 2011. Perpajakan Aplikasi dan Terapannya. Semarang: CV. Andi Offset Uyanto, Stainslaus S, 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu Umar, Hussein, 2001. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Verginia, Sintia & Rika Lidyah, 2015. Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap dan Dampaknya terhadap Laba Perusahaan pada PT. Artha Kindo Perkasa Palembang. Jurnal kripsi Fakultas Ekonomi STIE MDP Warren, Carl S, et.al, 2008. Accounting, Edisi 21. Jakarta: Salemba Empat www.idx.co.id