BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PARADIGMA BARU

Download akseptor. Dari 66 akseptor kontrasepsi suntik DMPA terdapat 18 akseptor (27,3 %) yang melakukan kunjungan ulang tidak sesuai pada jadwal yan...

0 downloads 470 Views 597KB Size
1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan ”Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saifuddin, 2003). Program pelayanan keluarga berencana (KB) mempunyai arti penting dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sejahtera, disamping program pendidikan dan kesehatan. Kesadaran mengenai pentingnya kontrasepsi di Indonesia masih perlu ditingkatkan untuk mencegah terjadinya peningkatan jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2015 (BKKBN, 2008). Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warming, keterpurukan ekonomi, masalah pangan serta menurunnya tingkat kesehatan penduduk. Jumlah penduduk yang besar tanpa disertai dengan kualitas yang memadai, justru menjadi beban pembangunan dan menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional (BKKBN, 2008).

2

Fakta yang perlu diperhatikan adalah pola kecenderungan pemakaian kontrasepsi di Indonesia. Pemakaian metode kontrasepsi suntik memperlihatkan kecenderungan peningkatan pada beberapa kurun waktu terakhir ini. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, pola pemakaian kontrasepsi terbesar yaitu suntik sebesar 31,6%, pil sebesar 13,2%, IUD sebesar 4,8%, implant 2,8%, kondom sebesar 1,3%, kontap wanita (Medis Operasi Wanita-MOW) sebesar 3,1% dan kontap pria (Medis Operasi Pria-MOP) sebesar 0,2%, pantang berkala 1,5%, senggama terputus 2,2% dan metode lainnya 0,4%. Terjadi kenaikan pemakaian metode kontrasepsi suntik dari tahun 1991 sampai 2007. Kontrasepsi sebagai bentuk upaya pencegahan kehamilan merupakan salah satu esensi masalah Keluarga Berencana (KB) yang secara resmi dipakai oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN). Keluarga Berencana (KB) difokuskan pada perencanaan, pengaturan dan pertanggung jawaban orang terhadap keluarganya (Noviyanti & Eminawati, 2010). Pada umumnya para ibu lebih memilih menggunakan kontrasepsi suntik khususnya kontrasepsi suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) karena alas an praktis yaitu mendapatkan informasi dari teman, penjelasan konsultasi dari bidan. Selain itu kontrasepsi suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) sangat cocok untuk ibu yang masih menyusui, praktis, biayanya relatif lebih murah dibandingkan dengan kontrasepsi lainnya, tidak perlu setiap hari minum pil atau setiap bulan datang untuk suntik KB. Kontrasepsi suntik ini memiliki efektifitas yang

3

tinggi bila penyuntikannya dilakukan secara teratur dan sesuai jadwal yang telah ditentukan (Ninik, 2009). Pada tahun 1991 terdapat 11,7%, 1994 menjadi 15,2%, 1997 menjadi 21,1%, 2003 menjadi 27,8% dan 2007 mencapai 31,6% (BKKBN, 2008). Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2005 di Surakarta terdapat 37.838 peserta aktif KB yang terdiri dari akseptor KB IUD (10.225), akseptor KB MOP (93), akseptor KB MOW (169), akseptor KB implan (574), akseptor KB suntik (18.016), akseptor KB pil (4.628), dan akseptor KB kondom (2.633). Saifuddin (2003) menyatakan bahwa pada umumnya akseptor lebih memilih metode kontrasepsi suntik karena alasan praktis yaitu sederhana dan tidak perlu takut lupa. Kontrasepsi suntik memiliki efektifitas yang tinggi bila penyuntikannya dilakukan secara teratur dan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Ketepatan waktu untuk suntik kembali merupakan kepatuhan akseptor karena bila tidak tepat dapat mengurangi efektifitas kontrasepsi tersebut. Kegagalan dari metode kontrasepsi suntik disebabkan karena keterlambatan akseptor untuk melakukan penyuntikan ulang. Dalam penelitian ini penulis hanya akan meneliti tentang kontrasepsi suntik Depo Medroksi Progesteron Acetate (DMPA). Jumlah akseptor kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin (RB) An Nissa Surakarta pada bulan Januari sampai Mei 2009 sebanyak 1.223 akseptor, sedangkan akseptor yang melakukan kunjungan ulang untuk kontrasepsi DMPA 594 akseptor. Rata-rata jumlah akseptor yang melakukan kunjungan ulang untuk kontrasepsi suntik DMPA setiap bulan adalah 112 akseptor.

4

Dari 594 akseptor kontrasepsi suntik DMPA terdapat 62 akseptor (10,44%) yang melakukan kunjungan ulang tidak sesuai pada jadwal yang telah ditentukan. Peneltian Ninik Pujiati (2009) tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik dengan kepatuhan jadwal penyuntikan ulang di rumah bersalin an nissa Surakarta diperoleh hasil penelitian menunjukkan nilai x2 hitung sebesar 6,614 > x2 tabel = 3,841 dan nilai p= 0,024 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik dengan kepatuhan jadwal penyuntikan ulang artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan maka tingkat kepatuhan untuk melakukan penyuntikan ulang sesuai jadwal juga semakin baik. Jumlah akseptor kontrasepsi suntik di Rumah Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi pada bulan Januari sampai Juni 2015 sebanyak 423 akseptor, sedangkan akseptor yang melakukan kunjungan ulang untuk kontrasepsi DMPA 66 akseptor. Rata-rata jumlah akseptor yang melakukan kunjungan ulang untuk kontrasepsi suntik DMPA setiap bulan adalah 22 akseptor. Dari 66 akseptor kontrasepsi suntik DMPA terdapat 18 akseptor (27,3%) yang melakukan kunjungan ulang tidak sesuai pada jadwal yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil wawancara pada 10 orang akseptor KB suntik diperoleh sebesar 30% tidak melakukan kunjungan ulang sesuai dengan jadwal dan 70% melakukan kunjungan ulang sesuai dengan jadwal. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang kurang dari ibu tentang kontrasepsi suntik.

5

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “Hubungan tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik dengan kepatuhan jadwal penyuntikan ulang di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi ”.

1.2. Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik dengan kepatuhan jadwal penyuntikan ulang di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik dengan kepatuhan jadwal penyuntikan ulang di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi. 2. Untuk mengetahui kepatuhan jadwal penyuntikan ulang di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi.

6

3. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik dengan kepatuhan jadwal penyuntikan ulang di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Akseptor KB Sebagai bahan informasi upaya meningkatkan pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi suntik dan meningkatkan kunjungan ulang sesuai dengan jadwal. 2. Bagi tenaga kesehatan agar meningkatkan penyuluhan kepada akseptor KB suntik tentang kontrasepsi suntik.

7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan. Dalam wikipedia dijelaskan; pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.

8

2.1.2. Kategori Pengetahuan Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu: a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh petanyaan b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh pertanyaan c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40-55% dari seluruh pertanyaan 2.1.3. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat

9

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). d. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. f. Evaluasi Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek 2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Irmayati (2007) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, antara lain:

10

1. Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok serta usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak ilmu dan pengetahuan yang didapatkan. 2. Keterpaparan informasi Informasi sebagai transfer pengetahuan. Informasi dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari serta diteruskan melalui komunikasi interpersonal atau melalui media massa antara lain televisi, radio, koran, majalah, dan internet. 3. Pengalaman Pengalaman merupakan upaya memperoleh pengetahuan. Sejalan dengan bertambahnya usia seseorang maka pengalaman juga semakin bertambah. Seseorang cenderung menerapkan pengalamannya terdahulu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

2.2. Keluarga Berencana Keluarga

Berencana

adalah suatu usaha

untuk

menjarangkan

atau

merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi berasal dari dua kata yaitu kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah, menolak, melawan. Konsepsi berarti pertemuan antara sel telur dan sperma, sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Dengan demikian kontrasepsi berarti upaya untuk

11

mencegah terjadinya pertemuan sel telur dan sperma sehingga tidak terjadi pembuahan dan kehamilan (Mochtar, 2002). Mansjoer (2007) menjelaskan bahwa kotrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan yang bersifat sementara maupun menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan dengan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat atau alat, atau dengan operasi. Pemilihan jenis kontrasepsi didasarkan pada tujuan pemakaian kontrasepsi, yaitu: 1. Menunda kehamilan Pasangan dengan istri berusia dibawah 20 tahun dianjurkan menunda kehamilannya. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan: a. Reversibilitas yang tinggi karena akseptor (orang yang menjalani kontrasepsi) belum mempunyai anak. b. Efektivitas yang cukup tinggi, penting karena dapat menyebabkan kehamilan resiko tinggi. Jenis kontrasepsi yang sesuai adalah pil, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) mini, cara sederhana. 2. Menjarangkan kehamilan atau mengatur kesuburan Masa saat istri berusia 20-30 tahun adalah yang paling baik untuk melahirkan 2 anak dengan jarak kelahiran 3-4 tahun. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan: a. Reversibilitas cukup tinggi

12

b. Efektivitas cukup tinggi karena akseptor masih mengharapkan mempunyai anak c. Dapat dipakai 3-4 tahun d. Tidak menghambat produksi air susu ibu (ASI). Kontrasepsi yang sesuai adalah AKDR, pil, suntik, cara sederhana, susuk KB. 3. Mengakhiri kesuburan (tidak ingin hamil lagi) Saat usia istri diatas 30 tahun dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan setelah memiliki 2 anak. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan: a. Efektivitas sangat tinngi karena kegagalan dapat menyebabkan kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak b. Reversibilitas rendah c. Dapat dipakai untuk jangka panjang d. Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Kontrasepsi yang sesuai adalah kontrasepsi mantap, susuk KB, AKDR, suntikan, pil, dan cara sederhana. 2.3. Kontrasepsi Suntik Kontrasepsi suntik adalah suatu upaya untuk mencegah kehamilan dengan cara menyuntikan cairan hormon secara intramuskuler dalam didaerah gluteus maksimus atau deltoid (Mansjoer, 2007). Jenis kontrasepsi suntikan yang lazim digunakan adalah Cyclofem yang mengandung Depomedroksi progesteron 25 mg

13

ditambah estrogen 5 mg yang disuntikkan setiap 4 minggu secara intramuskuler, dan kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu Depo Norestisteron Enantat (Depo Noristerat) yang mengandung 200 mg noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dan Depo medroksi progesteron asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan disuntikkan secara intramuskuler (Manuaba, 2001). Dalam penelitian ini jenis konrasepsi suntik yang akan dibahas adalah Depo Medroxy Progesteron Acetate (DMPA). Depo Provera (medroxyprogesteron acetate) merupakan bentuk suntikan dari kontrasepsi progestin. Kontrasepsi suntik DMPA Sangat efektif, aman dan dapat dipakai oleh semua wanita pada usia reproduksi. Kontrasepsi ini diberikan secara intramuskuler (IM) setiap 12 minggu dengan dosis 150 mg/ml (Manuaba, 2001).

2.3.1. Cara kerja Cara kerja kontrasepsi DMPA antara lain (Saifuddin, 2003): 1. Mencegah ovulasi 2. Mengentalkan lendir servik sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma 3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi 4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

14

2.3.2. Efektifitas Kontrasepsi DMPA memiliki efektifitas yang tinggi, yaitu 0,3 kehamilan per 100 wanita, kegagalan terjadi oleh ketidakpatuhan untuk datang pada jadwal suntikan (Baziad, 2002). 2.3.3. Waktu Pemakaian 1. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil 2. Mulai hari pertama sampai hari ke-5 mentruasi 3. Laktasi tunggu sampai 10-12 minggu 4. Pergantian menuju Depoprovera: a. Pemakaian pil tunggu sampai mendapatkan menstruasi, berikan pada hari ke-5 b.

IUD segera diberikan depoprovera (Saifuddin, 2003).

2.3.4. Keuntungan 1. Sangat efektif 2. Pencegahan kehamilan jangka panjang 3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri 4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah 5. Tidak memiliki pengaruh terhadap Air Susu Ibu (ASI) 6. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik 7. Dapat digunakan oleh wanita usia lebih dari 35 tahun sampai perimenopause 8. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik

15

9. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara 10. Mencegah beberapa penyakit radang panggul 11. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) (Saifuddin, 2003). 2.3.5. Efek Samping Pemakaian DMPA Varney (2006) mengatakan bahwa efek samping yang ditimbulkan kontrasepsi DMPA sama dengan efek samping pil kontrasepsi oral kombinsai. Dua efek samping utama yaitu perubahan menstruasi dan tertunda untuk kembali subur. Everret (2007) menyebutkan bahwa secara umum efek samping yang terjadi pada pemakaian DMPA antara lain: menstruasi yang tidak teratur, amenore, peningkatan berat badan, pemulihan fertilitas tertunda, sakit kepala, kembung, perubahan mood, depresi. Efek samping lain yang sering muncul adalah nyeri tekan payudara, timbulnya jerawat. 2.3.6. Penatalaksanaan Efek Samping (Saifuddin, 2003) Konseling yang adekuat sebelum metode dilakukan bertujuan untuk memastikan klien tidak menghentikan metode tersebut karena ia mengalami gangguan menstruasi. Penatalaksanan efek samping yang sering dijumpai yaitu: 1. Amenorhea (tidak terjadi perdarahan) Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu. Memberikan penjelasan pada klien bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim.

16

2. Perdarahan/perdarahan bercak (spotting) Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah yang serius, dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan, maka dapat disarankan pilihan pengobatan: a. 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 μg etinilestradiol), ibuprofen (sampai 800 mg, 3 kali per hari untuk 5 hari). Berikan penjelasan bahwa selesai pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan. b. Bila perdarahan banyak selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi kombinasi per hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal atau diberi 50 μg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari. 3. Meningkatnya/menurunnya berat badan Informasikan bahwa peningkatan/penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan terlalu mencolok bila berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain. 2.3.7. Indikasi Pemakaian DMPA (Saifuddin, 2003) 1. Bagi wanita usia reproduksi 2. Nulipara dan yang telah memiliki anak 3. Bagi wanita yang ingin mernggunakan kontrasepsi hormonal tetapi dikontra indikasikan memakai hormon estrogen

17

4. Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun dan perokok 5. Selama laktasi 6. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi 7. Tekanan darah < 180/100 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit 8. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi. 2.3.8. Kontraindikasi Pemakaian DMPA 1. Kontraindikasi mutlak (Saifuddin, 2003): a. Diketahui atau dicurigai hamil b. Gangguan menstruasi yang tidak diketahui sebabnya. 2. Kontraindikasi relatif (Speroff, 2003): a. Penyakit hati b. Diabetes mellitus dengan komplikasi c. Kanker payudara d. Penyakit kardiovaskuler yang berat e. Menginginkan pemulihan fertilitas yang cukup cepat f. Depresi berat.

18

2.4. Kepatuhan Kepatuhan berasal dari kata “patuh” yang berarti taat, suka menuruti, disiplin. Kepatuhan menurut Trostle dalam Simamora (2004), adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan pengobatan, misalnya dalam menentukan kebiasaan hidup sehat dan ketetapan berobat. Dalam pengobatan, seseorang dikatakan tidak patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat, sehingga dapat mengakibatkan terhalangnya kesembuhan. Menurut Sacket (1985), kepatuhan penderita adalah sejauh mana perilaku penderita sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Menurut Sarafino (1994), secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang, atau memperburuk kesakitan yang sedang diderita. Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20% jumlah opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktahuan penderita terhadap aturan pengobatan. Faktor yang memengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu faktor petugas, faktor obat, dan faktor penderita. Karakteristik petugas yang memengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas, tingkat pengetahuan, lamanya bekerja, frekuensi penyuluhan yang dilakukan. Faktor obat yang memengaruhi kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan ke arah penyembuhan, waktu yang lama, adanya efek samping obat. Faktor penderita yang menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan, anggota

19

keluarga,

saudara

atau

teman

khusus.

Faktor-faktor

yang

memengaruhi

ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi 4 (empat) bagian yaitu : 1. Pemahaman tentang instruksi Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap, penggunaan istilah-istilah medis, dan banyak memberikan intruksi yang harus diingat oleh penderita. Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan penderita ditemukan oleh (Niven, 2002), yaitu : a. Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan. b. Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain. c. Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tentang hal-hal yang harus diingat maka akan ada efek “keunggulan”, yaitu mereka berusaha mengingat hal-hal yang pertama kali ditulis. d. Instruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum (non medis) dan hal-hal yang perlu ditekankan. 2. Kualitas interaksi. Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dengan penderita merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan penderita adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada penderita setelah memperoleh informasi tentang

20

diagnosis. Penderita membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebabnya dan apa yang mereka lakukan dengan kondisi seperti itu. 3. Isolasi sosial dan keluarga. Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit. 4. Keyakinan, sikap, kepribadian Ahli psikologi telah menyelidiki tentang hubungan antara pengukuranpengukuran kepribadian dan kepatuhan. Mereka menemukan bahwa data kepribadian secara benar dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang gagal. Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami depresi, ansietas, sangat memerhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada dirinya sendiri. Menurut Niven (2002), faktor yang berhubungan dengan ketidaktaatan, secara sejarah, riset tentang ketaatan penderita didasarkan atas pandangan tradisional mengenai penderita sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh. Penderita yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai, dan masalahnya mengidentifikasi kelompok-kelompok penderita yang tidak patuh berdasarkan kelas sosio ekonomi,

21

pendidikan, umur, dan jenis kelamin. Pendidikan penderita dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku dan kaset oleh penderita secara mandiri. Usaha-usaha ini sedikit berhasil, seorang dapat menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan. Teori-teori yang lebih baru menekankan faktor situasional dan penderita sebagai peserta yang aktif dalam proses pengobatannya. Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai suatu usaha penderita untuk mengendalikan perilakunya, bahkan jika hal tersebut bisa menimbulkan risiko mengenai kesehatannya. Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan : 1. Ciri-ciri kesakitan dan ciri-ciri pengobatan Perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis (karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau risiko yang jelas), sarana mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama, pengobatan yang kompleks, pengobatan dengan efek samping, perilaku yang tidak pantas. Menurut Sarafino (1994), tingkat ketaatan rata-rata minum obat untuk menyembuhkan kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78% untuk kesakitan kronis dengan cara pengobatan jangka panjang tingkat tersebut menurun sampai 54%. 2. Komunikasi antara penderita dan dokter. Berbagai aspek komunikasi antara penderita dengan dokter memengaruhi tingkat ketidakpuasan terhadap

informasi

aspek hubungan dengan pengawasan

22

emosional yang kurang, dengan dokter, ketidakpuasan terhadap pengobatan yang diberikan. 3. Variabel-variabel sosial Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari. Secara umum, orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan, perhatian, dan pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis, daripada penderita yang kurang mendapat dukungan sosial. Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam pengelolaan medis. Misalnya, penggunaan pengaruh normatif pada penderita, yang mugkin mengakibatkan efek yang memudahkan atau menghambat perilaku ketaatan. 4. Ciri-ciri individual Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan. Sebagai contoh : di Amerika serikat, kaum wanita, kaum kulit putih, dan orang tua cenderung mengikuti anjuran dokter (Sarafino, 1994).

2.5. Kerangka Konsep

Pengetahuan tentang Kontrasepsi Suntik

Kepatuhan Jadwal Penyuntikan

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

23

2.6. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik dengan kepatuhan jadwal penyuntikan ulang di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi.

24

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat explanatory research, penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik dengan kepatuhan jadwal penyuntikan ulang di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi. Rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional, karena wawancara dan observasi dilakukan sesaat dan pada waktu yang bersamaan, serta bermaksud untuk mencari hubungan antara suatu keadaan dengan keadaan lain dalam populasi yang sama (Azwar dan Joldo, 1987, Murti, 1997).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai bulan Juli 2015 yaitu mulai melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis data dan penyusunan laporan akhir.

24

25

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB suntik di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi pada bulan Januari-Juni 2015 yang berjumlah 66 orang. 3.3.2. Sampel Besar sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan menjadi sampel yaitu sebesar 66 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data a. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. b. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data demografi dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Bebas 1. Pengetahuan akseptor KB adalah segala sesuatu yang diketahui oleh akseptor KB tentang KB suntik yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden.

26

Kategori Pengetahuan : 0. Baik 1. Buruk Untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu tentang KB suntik disusun sebanyak 15 pertanyaan dengan jawaban pilihan a adalah benar (bobot nilai 1) dan jawaban b, c dan d adalah tidak benar (bobot nilai 0), maka total skor untuk variabel pengetahuan adalah 15, jadi : 0. Baik, jika jawaban responden memiliki total skor ≥ 76% dari 15 = 12-15 1. Buruk, jika jawaban responden memiliki total skor < 76 % dari 15 = 0-11 (Nursalam, 2011). 3.5.2. Varibel Terikat Kepatuhan jadwal penyuntikan ulang adalah sejauh mana perilaku akseptor KB suntik sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan dalam penyuntikan ulang. Kategori Kepatuhan berobat : 0. Patuh : bila akseptor KB suntik mengikuti jadwal penyuntikan selanjutnya. 1. Tidak Patuh : bila akseptor KB suntik tidak mengikuti selanjutnya.

jadwal penyuntikan

27

3.6. Metode Pengukuran Tabel 3.1. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur Variabel Variabel Bebas 1. Pengetahuan Variabel Terikat Kepatuhan

Cara dan Alat Ukur

Skala Ukur

Hasil Ukur

Wawancara (kuesioner)

Ordinal

0. Baik 1. Buruk

Wawancara (kuesioner)

Ordinal

0. Patuh 1. Tidak Patuh

3.7. Metode Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran variabel independen yaitu pengetahuan dan kepatuhan jadwal penyuntikan ulang. 3.7.2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik dengan kepatuhan jadwal penyuntikan ulang di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi dengan menggunakan statistik uji chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.

28

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Poskesdes Desa Teratak Baru terletak di Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi. Poskesdes Desa Teratak di pimpin oleh seorang bidan desa yang berstatus PNS.

4.2. Karakteristik Ibu 4.2.1. Umur Untuk melihat umur akseptor KB di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi dapat dilihat pada Tabel 4.1 : Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Akseptor KB di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi No Umur Akseptor KB 1 20-35 tahun 2 > 35 tahun Jumlah

f 47 19 66

% 71,2 28,8 100,0

Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa umur akseptor KB di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi mayoritas dengan umur 20-35 tahun sebanyak 47 orang (71,2%) dan minoritas dengan umur > 35 tahun sebanyak 19 orang (28,8%).

29

4.2.3. Pekerjaan Untuk melihat pekerjaan akseptor KB di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi dapat dilihat pada Tabel 4.2 : Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Akseptor KB di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi No Pekerjaan Akseptor KB 1 Bekerja 2 Tidak Bekerja Jumlah

f 38 28 66

% 57,6 42,4 100,0

Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa pekerjaan akseptor KB di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi mayoritas bekerja sebanyak 38 orang (57,6%) dan minoritas tidak bekerja sebanyak 28 orang (42,4%).

4.3. Analisis Univariat Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi pengetahuan tentang imunisasi dan kepatuhan jadwal penyuntikan ulang. 4.3.1. Pengetahuan Untuk melihat pengetahuan akseptor KB suntik di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi dapat dijabarkan pada Tabel 4.3 :

30

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor KB Suntik tentang Kontrasepsi Suntik No

Pengetahuan

1

Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu cara untuk mengatur kehamilan. Penggunaan kontrasepsi suntik Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) sangat aman dan efektif bagi wanita. Pemakaian kontrasepsi suntik DMPA tidak mengahambat produksi ASI. Penggunaan kontrasepsi merupakan upaya untuk mewujudkan hak-hak reproduksi wanita. Salah satu tujuan penggunaan kontrasepsi adalah mewujudkan keluarga berkualitas. Penggunaan alat kontrasepsi suntik DMPA bisa dihentikan bila menginginkan anak lagi Kontrasepsi suntik DMPA dapat diberikan setiap saat selama siklus menstruasi. Ibu yang menyusui tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntik DMPA. Pemakaian kontrasepsi suntik DMPA pertama kali bisa diberikan pada 7 hari pertama siklus haid Ibu yang telah melahirkan dapat mulai suntik setelah 40 hari Ibu setelah keguguran dapat segera menggunakan kontrasepsi suntik DMPA dalam 7 hari pertama. Pengguna kontrasepsi suntik adalah wanita usia subur. Informasi yang lengkap tentang metode kontrasepsi perlu diberikan oleh tenaga kesehatan sebelum ibu memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan. Penderita kanker payudara dapat menggunakan kontrasepsi suntik. Ibu yang mempunyai tekanan darah tinggi tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntik.

2

3 4 5 6 7 8 9

10 11

12 13

14 15

Jawaban Benar Salah n % n % 42 63,6 24 36,4 42

63,6

24

36,4

47

71,2

19

28,8

46

69,7

20

30,3

42

63,6

24

36,4

49

74,2

17

25,8

48

72,7

18

27,3

45

68,2

21

31,8

48

72,7

18

27,3

45

68,2

21

31,8

51

77,3

15

22,7

48

72,7

18

27,3

42

63,6

24

36,4

47

71,2

19

28,8

45

68,2

21

31,8

31

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa ibu mengetahui pengertian Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu cara untuk mengatur kehamilan sebanyak 42 orang (63,6%), mengetahui penggunaan kontrasepsi suntik Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) sangat aman dan efektif bagi wanita sebanyak 42 orang (63,7%), mengetahui pemakaian kontrasepsi suntik DMPA tidak mengahambat produksi ASI sebanyak 47 orang (71,2%), mengetahui penggunaan kontrasepsi merupakan upaya untuk mewujudkan hak-hak reproduksi wanita sebanyak 46 orang (69,7%), mengetahui salah satu tujuan penggunaan kontrasepsi adalah mewujudkan keluarga berkualitas sebanyak 42 orang (63,6%), mengetahui Penggunaan alat kontrasepsi suntik DMPA bisa dihentikan bila menginginkan anak lagi sebanyak 49 orang (74,2%), mengetahui kontrasepsi suntik DMPA dapat diberikan setiap saat selama siklus menstruasi sebanyak 48 orang (72,7%), mengetahui ibu yang menyusui tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntik DMPA sebanyak 45 orang (68,2%), mengetahui pemakaian kontrasepsi suntik DMPA pertama kali bisa diberikan pada 7 hari pertama siklus haid sebanyak 48 orang (72,7%), mengetahui Ibu yang telah melahirkan dapat mulai suntik setelah 40 hari sebanyak 45 orang (68,2%), mengetahui ibu setelah keguguran dapat segera menggunakan kontrasepsi suntik DMPA dalam 7 hari pertama sebanyak 51 orang (77,3%), mengetahui usia pengguna kontrasepsi suntik adalah wanita usia subur sebanyak 48 orang (72,7%), mengetahui informasi yang lengkap tentang metode kontrasepsi perlu diberikan oleh tenaga kesehatan sebelum ibu memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan sebanyak 42

32

orang (63,6%), mengetahui Penderita kanker payudara dapat menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 47 orang (71,2%) dan ibu yang mempunyai tekanan darah tinggi tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 45 orang (68,2%). Hasil pengukuran pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi suntik kemudian dikategorikan seperti pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Akseptor KB Suntik tentang Kontrasepsi Suntik di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi No Kategori Pengetahuan 1 Baik 2 Buruk Jumlah

f 39 27 66

% 59,1 40,9 100,0

Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa pengetahuan akseptor KB mayoritas pada kategori baik sebanyak 39 orang (59,1%) dan minoritas dengan pengetahuan buruk sebanyak 27 orang (40,9%). 4.3.2. Kepatuhan Jadwal Penyuntikan Ulang Untuk melihat kepatuhan jadwal penyuntikan ulang di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi dapat dilihat pada Tabel 4.5 : Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Jadwal Penyuntikan Ulang di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi No Kepatuhan Jadwal Penyuntikan Ulang 1 Patuh 2 Tidak Patuh Jumlah

f 39 27 66

% 59,1 40,9 100,0

33

Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa kepatuhan jadwal penyuntikan ulang pada akseptor KB suntik di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi mayoritas patuh sebanyak 39 orang (59,1%) dan minoritas tidak patuh sebanyak 27 orang (40,9%). 4.4. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan variabel pengetahuan tentang kontrasepsi suntik dengan kepatuhan jadwal penyuntikan ulang. 4.4.1. Hubungan Pengetahuan Akseptor KB Suntik tentang Kontrasepsi Suntik dengan Keptuhan Jadwal Penyuntikan Ulang di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi Untuk melihat hubungan pengetahuan Akseptor KB Suntik tentang Kontrasepsi Suntik dengan Keptuhan Jadwal Penyuntikan Ulang di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi dapat dilihat pada Tabel 4.6 : Tabel 4.6. Hubungan Pengetahuan Akseptor KB Suntik tentang Kontrasepsi Suntik dengan Keptuhan Jadwal Penyuntikan Ulang di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi No

1 2

Pengetahuan

Baik Buruk

Kepatuhan Jadwal Penyuntikan Ulang Patuh Tidak Patuh n % n % 32 82,1 7 17,9 7 25,9 20 74,1

Total N 39 27

% 100,0 100,0

Nilai p 0,000

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 39 orang akseptor KB suntik dengan pengetahuan kategori baik terdapat 32 orang (82,1%) dengan patuh jadwal

34

penyuntikan ulang dan tidak patuh sebanyak 7 orang (17,9%) dan dari 27 orang akseptor KB suntik dengan pengetahuan kategori buruk terdapat 7 orang (25,9%) dengan patuh jadwal penyuntikan ulang dan tidak patuh sebanyak 20 orang (74,1%). Hasil uji chi square menunjukkan bahwa terdapat nilai p=0,000 < 0,05, artinya ada hubungan pengetahuan akseptor KB suntik tentang kontrasepsi suntik dengan keptuhan jadwal penyuntikan ulang di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi.

35

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Akseptor KB Suntik tentang Kontrasepsi Suntik Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 66 responden di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi, diperoleh bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori tinggi yaitu 39 responden (59,1%). Setiap individu memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda, tingkat pengetahuan ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, keterpaparan informasi dan pengalaman (Irmayati, 2007). Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan yaitu pendidikan formal yang pernah ditempuh. Sesuai dengan dengan pendapat dari Irmayati (2007) yang mengatakan bahwa pendidikan adalah sebuah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok serta usaha mendewasakan manusia melalui uppaya pengajaran dan pelatihan, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak pengetahuan yang diperoleh. Faktor lain yang mempengaruhi terhadap tingkat pengetahuan adalah keterpaparan informasi. Irmayati (2007) menyatakan bahwa informasi dapat digunakan sebagai transfer pengetahuan. Informasi dapat diperoleh dalam kehidupan sehari-hari melalui media massa antara lain televisi, koran, radio, dan majalah. Selain informasi pengalaman juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat

36

pengetahuan seseorang. seseorang cenderung menerapkan pengalamannya terdahulu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengalaman

yang

dimiliki

oleh

responden

menyebabkan

seseorang

mempunyai kemampuan analisis dan sintesis yang baik. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa semakin baik kemampuan analisis dan sintesis yang dimiliki seseorang maka tingkat pengetahuannya semakin baik. 5.2. Kepatuhan Jadwal Penyuntikan Ulang Hasil penelitian yang diperoleh dari 66 akseptor KB suntik terdapat 27 orang (40,9%) tidak patuh dalam melakukan kunjungan ulang. Keadaan ini menunjukkan bahwa cukup tinggi akseptor KB suntik tidak patuh dengan jadwal penyuntikan ulang. Dalam hal ini perlu ditingkatkan kepatuhan akseptor KB untuk jadwal penyuntikan ulang agar KB suntik berhasil. Kepatuhan merupakan tindakan yang berkaitan dengan perilaku seseorang. Kepatuhan dimulai dengan individu mematuhi anjuran atau instruksi petugas tanpa kerelaan untuk melakukan tindakan dan sering kali karena ingin menghindari hukuman atau sangsi jika tidak patuh. Perilaku seseorang dalam mematuhi setiap anjuran dari tenaga kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, dan budaya. selain itu juga fasilitas kesehatan, lingkungan fisik dan intervensi atau dukungan dari petugas kesehatan juga mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku seseorang.

37

Hasil penelitian menunjukkan dari 66 responden terdapat 32 (82,1%) orang yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi patuh untuk melakukan kunjungan ulang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lawrence and Green dalam Notoatmodjo 2007 yang menyatakan bahwa seseorang dengan tingkat pengetahuan tinggi akan lebih mudah dalam menyerap konsep-konsep kesehatan yang dipahami sehingga orang tersebut akan lebih memiliki tingkat kesadaran untuk merubah perilakunya menjadi lebih baik dibandingkan yang mempunyai pengetahuan rendah.

5.3. Hubungan Pengetahuan Akseptor KB Suntik tentang Kontrasepsi Suntik dengan Kepatuhan Jadwal Penyuntikan Ulang di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi Hasil penelitian tentang variabel pengetahuan ditemukan ibu pada pengetahuan dengan kategori baik dengan persentase

patuh dengan jadwal

penyuntikan ulang KB suntik dengan persentase sebesar 82,1%. Uji statistik chisquare

menunjukkan

variabel

pengetahuan

berpengaruh

kepatuhan

jadwal

penyuntikan ulang. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan berbanding lurus dengan kepatuhan jadwal penyuntikan ulang., artinya semakin rendah pengetahuan responden maka kepatuhan jadwal penyuntikan ulang juga rendah. Demikian juga sebaliknya jika pengetahuan responden tinggi maka kepatuhan jadwal penyuntikan ulang juga akan meningkat. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007). Ada 3

38

faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku yaitu factor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor penguat (reinforcing factor). Pengetahuan mempunyai pengaruh dalam membentuk perilaku seseorang dan kepatuhan merupakan tindakan yang berkaitan dengan perilaku seseorang. Sehingga pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal ini adalah kepatuhan akseptor untuk melakukan penyuntikan ulang sesuai jadwal. Dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang kontrasepsi suntik maka ibu semakin patuh untuk melakukan penyuntikan ulang sesuai waktu yang telah dijadwalkan. Hasil ini sesuai dengan peneltian Ninik Pujiati (2009) tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik dengan kepatuhan jadwal penyuntikan ulang di rumah bersalin an nissa Surakarta diperoleh hasil penelitian menunjukkan nilai x2 hitung sebesar 6,614 > x2 tabel = 3,841 dan nilai p= 0,024 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik dengan kepatuhan jadwal penyuntikan ulang artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan maka tingkat kepatuhan untuk melakukan penyuntikan ulang sesuai jadwal juga semakin baik.

39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 1. Pengetahuan akseptor KB mayoritas pada kategori baik sebanyak 39 orang (59,1%) dan minoritas dengan pengetahuan buruk sebanyak 27 orang (40,9%). 2. Kepatuhan jadwal penyuntikan ulang pada akseptor KB suntik di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi mayoritas patuh sebanyak 39 orang (59,1%) dan minoritas tidak patuh sebanyak 27 orang (40,9%). 3. Ada hubungan pengetahuan akseptor KB suntik tentang kontrasepsi suntik dengan keptuhan jadwal penyuntikan ulang di Poskesdes Desa Teratak Baru Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi.

6.2. Saran 1. Kepada tenaga kesehatan khususnya bidan untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan dengan meningkatkan konseling khususnya tentang pemakaian kontrasepsi suntik DMPA. 2. Kepada pemerintah hendaknya memperhatikan kelengkapan imunisasi dengan adanya peningkatan informasi melalui media masa tentang pentingnya kesadaran masyarakat untuk melakukan penyuntikan ulang

40

3. Bagi masyarakat, meningkatkan pemahaman tentang pemakaian kontrasepsi suntik DMPA serta meningkatkan kesadaran untuk melakukan penyuntikan ulang sesuai jadwal yang telah ditentukan.

40

41

DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka-Sarwono Prawirohardjo. BKKBN. 2005. Peserta KB Aktif Menurut Jalur Kemandirian Menurut Tabel Kabupaten atau Kota dan metode Kontrasepsi di Jawa Tengah Tahun 2005. http: www.bkkbn.go.id. Diakses Tanggal 29 Maret 2009. BKKBN. 2008. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi: Kontrasepsi dan Fenomena Keluarga Bahagia. www.bkkbn.go.id. Diakses Tanggal 20 Maret 2009. Everret, S. 2007. Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta: EGC. Hidayat, Aziz Alimul. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba medika. ---------, 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba medika. Irmayanti. 2007. http.//.id.wikipedia.org/wiki/pengetahuan. Diakses tanggal 25 Maret 2009. Manuba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC. Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. Meria, Vita. 2007. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Suntik DMPA dengan Kepatuhan Penyuntikan Ulang di RB Sehat Karanganyar Tahun 2007. Karya Tulis Ilmiah DIV Kebidanan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri Jilid II. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Saifuddin, Abdul Bari. 2003. Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka-Sarwono Prawirohardjo.

42

Syakira,G. 2009. Konsep Kepatuhan. http//www.google.com/konsepkepatuhan. Diakses tanggal 03 Mei 2009. Speroff, Leon. 2003. Pedoman Klinis Kontrasepsi. Jakarta: EGC. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

43

KUESIONER PENELITIAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN KEPATUHAN JADWAL PENYUNTIKAN ULANG DI POSKESDES DESA TERATAK BARU KECAMATAN KUANTAN HILIR KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

A. Indentitas Responden 1. Nomor : ……………. 2. Tanggal Wawancara : ……………. 3. Umur : ……………. 4. Pendidikan : ……………. 5. Pekerjaan : 1. PNS 2. Pegawai Swasta 3. Wirasasta 4. IRT 5. Petani 6. Dll, sebutkan ………………. B. Pengetahuan Berilah tanda (x) pada jawaban yang sesuai dengan jawaban reponden. No Pertanyaan 1 Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu cara untuk mengatur kehamilan. 2 Penggunaan kontrasepsi suntik Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) sangat aman dan efektif bagi wanita. 3 Pemakaian kontrasepsi suntik DMPA tidak mengahambat produksi ASI. 4 Penggunaan kontrasepsi merupakan upaya untuk mewujudkan hak-hak reproduksi wanita. 5 Salah satu tujuan penggunaan kontrasepsi adalah mewujudkan keluarga berkualitas. 6 Penggunaan alat kontrasepsi suntik DMPA bisa dihentikan bila menginginkan anak lagi 7 Kontrasepsi suntik DMPA dapat diberikan setiap saat selama siklus menstruasi. 8 Ibu yang menyusui tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntik DMPA. 9 Pemakaian kontrasepsi suntik DMPA pertama kali bisa diberikan pada 7 hari pertama siklus haid 10 Ibu yang telah melahirkan dapat mulai suntik setelah 40 hari

Benar

Salah

44

11 12 13

14 15

Ibu setelah keguguran dapat segera menggunakan kontrasepsi suntik DMPA dalam 7 hari pertama. Pengguna kontrasepsi suntik adalah wanita usia subur. Informasi yang lengkap tentang metode kontrasepsi perlu diberikan oleh tenaga kesehatan sebelum ibu memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan. Penderita kanker payudara dapat menggunakan kontrasepsi suntik. Ibu yang mempunyai tekanan darah tinggi tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntik.

C. Kepatuhan Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan jawaban reponden. 1. Apakah saudara dating sesuai dengan jadwal yang ditentukan untuk penyuntikan ulang? a. Ya b. Tidak

45

MASTER DATA PENELITIAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

Didik 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2

Kerja 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0

1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0

2 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1

3 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0

4 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1

5 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1

6 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1

7 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1

Pengetahuan 8 9 10 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1

11 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1

12 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1

13 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1

14 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1

15 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0

PT 12 4 15 12 15 12 8 12 12 9 13 13 13 14 6 13 13 12 12 6 7 10 7 6 12 6 13 14 6 9 12 9 6 6 4 6 12

PK 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0

46

38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66

2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2

0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1

1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1

0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0

1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1

1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1

1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1

1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1

1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1

1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1

1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1

1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1

1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1

1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1

1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1

0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1

1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1

13 11 12 12 12 13 11 6 13 9 12 12 12 12 7 13 7 12 12 13 7 8 13 12 13 6 12 7 14

0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0

47

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Umur 29 34 35 28 28 35 28 38 26 27 29 29 25 25 38 29 30 32 33 34 32 26 24 36 25 29 39 30 31 32 28 30 32 36 27 28 36 36 28

UmurK 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1

Kepatuhan Jadwal Penyuntikan Ulang 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1

48

40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66

26 36 36 24 24 25 26 36 26 26 29 36 37 28 28 36 32 38 36 37 29 29 39 25 38 39 38

1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2

0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1

49

Hasil Olah Data Umur

Valid

20-35 tahun > 35 tahun Total

Frequency 47 19 66

Percent 71,2 28,8 100,0

Valid Percent 71,2 28,8 100,0

Cumulativ e Percent 71,2 100,0

Pendidikan

Valid

Menengah Dasar Total

Frequency 31 35 66

Percent 47,0 53,0 100,0

Valid Percent 47,0 53,0 100,0

Cumulativ e Percent 47,0 100,0

Pekerjaan

Valid

Bekerja Tidak Bekerja Total

Frequency 38 28 66

Percent 57,6 42,4 100,0

Valid Percent 57,6 42,4 100,0

Cumulat iv e Percent 57,6 100,0

pe1

Valid

0 1 Total

Frequency 24 42 66

Percent 36,4 63,6 100,0

Valid Percent 36,4 63,6 100,0

Cumulat iv e Percent 36,4 100,0

pe2

Valid

0 1 Total

Frequency 24 42 66

Percent 36,4 63,6 100,0

Valid Percent 36,4 63,6 100,0

Cumulat iv e Percent 36,4 100,0

50

pe3

Valid

0 1 Total

Frequency 19 47 66

Percent 28,8 71,2 100,0

Valid Percent 28,8 71,2 100,0

Cumulat iv e Percent 28,8 100,0

pe4

Valid

0 1 Total

Frequency 20 46 66

Percent 30,3 69,7 100,0

Valid Percent 30,3 69,7 100,0

Cumulat iv e Percent 30,3 100,0

pe5

Valid

0 1 Total

Frequency 24 42 66

Percent 36,4 63,6 100,0

Valid Percent 36,4 63,6 100,0

Cumulat iv e Percent 36,4 100,0

pe6

Valid

0 1 Total

Frequency 17 49 66

Percent 25,8 74,2 100,0

Valid Percent 25,8 74,2 100,0

Cumulat iv e Percent 25,8 100,0

pe7

Valid

0 1 Total

Frequency 18 48 66

Percent 27,3 72,7 100,0

Valid Percent 27,3 72,7 100,0

Cumulat iv e Percent 27,3 100,0

51

pe8

Valid

0 1 Total

Frequency 21 45 66

Percent 31,8 68,2 100,0

Valid Percent 31,8 68,2 100,0

Cumulat iv e Percent 31,8 100,0

pe9

Valid

0 1 Total

Frequency 18 48 66

Percent 27,3 72,7 100,0

Valid Percent 27,3 72,7 100,0

Cumulat iv e Percent 27,3 100,0

pe10

Valid

0 1 Total

Frequency 21 45 66

Percent 31,8 68,2 100,0

Valid Percent 31,8 68,2 100,0

Cumulat iv e Percent 31,8 100,0

pe11

Valid

0 1 Total

Frequency 15 51 66

Percent 22,7 77,3 100,0

Valid Percent 22,7 77,3 100,0

Cumulat iv e Percent 22,7 100,0

pe12

Valid

0 1 Total

Frequency 18 48 66

Percent 27,3 72,7 100,0

Valid Percent 27,3 72,7 100,0

Cumulat iv e Percent 27,3 100,0

pe13

Valid

0 1 Total

Frequency 24 42 66

Percent 36,4 63,6 100,0

Valid Percent 36,4 63,6 100,0

Cumulat iv e Percent 36,4 100,0

52

pe14

Valid

0 1 Total

Frequency 19 47 66

Percent 28,8 71,2 100,0

Valid Percent 28,8 71,2 100,0

Cumulat iv e Percent 28,8 100,0

pe15

Valid

0 1 Total

Frequency 21 45 66

Percent 31,8 68,2 100,0

Valid Percent 31,8 68,2 100,0

Cumulat iv e Percent 31,8 100,0

Pen getahu an

Valid

Baik Buruk Total

Frequency 39 27 66

Percent 59,1 40,9 100,0

Valid Percent 59,1 40,9 100,0

Cumulat iv e Percent 59,1 100,0

Kepatuhan Jadwal Penyuntingan Ulang Frequency Valid

Patuh Tidak Putuh Total

39 27 66

Percent 59,1 40,9 100,0

Valid Percent 59,1 40,9 100,9

Cumulative Percent 59,1 100,0

53

Pengetahuan * Kepatuhan Jadwal Penyuntikan Ulang Crosstab

Pengetahuan

Baik

Buruk

Total

Count Expected Count % within Pengetahuan Count Expected Count % within Pengetahuan Count Expected Count % within Pengetahuan

Kepatuhan Jadwal I Penyuntikan Ulang Tidak Patuh Patuh 32 7 23,0 16,0 82,1% 17,9% 7 20 16,0 11,0 25,9% 74,1% 39 27 39,0 27,0 59,1% 40,9%

Total 39 39,0 100,0% 27 27,0 100,0% 66 66,0 100,0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases

Value 20,790b 18,533 21,690

20,475

df 1 1 1

1

Asy mp. Sig. (2-sided) ,000 ,000 ,000

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

,000

,000

,000

66

a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (,0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 11,05.

54

ABSTRAK Imunisasi dasar pada bayi di Balai Desa Kebun Kelapa Kecamatan Secanggang masih jauh dari target dengan persentase 56,25%. Kurangnya kelengkapan imunisasi dasar pada bayi terkait dengan pengetahuan dan sikap ibu terhadap imunisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh komunikasi interpersonal petugas kesehatan dan karakteristik ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar di Desa Kebun Kelapa Kecamatan Secanggang. Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat explanatory research dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi dengan usia 12-15 bulan di Desa Kebun Kelapa Kecamatan Secanggang yang berjumlah 66 orang. Sampel sebanyak 66 orang (total sampel). Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, pada uji bivariat dianalisis dengan Chi Square pada α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelengkapan imunisasi dasar di Desa Kebun Kelapa Kecamatan Secanggang sebesar 59,1%, terdapat hubungan pengetahuan dan sikap dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 0-9 bulan di Balai Desa Kebun Kelapa Kecamatan Secanggang. Disarankan kepada tenaga kesehatan yang bertugas pada pelaksanaan imunisasi dasar sebaiknya menunjukkan dan lebih empati kepada ibu untuk meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi, kepada ibu hendaknya memperhatikan kelengkapan imunisasi dengan mengikuti dan melaksakan jadwal imunisasi yang sudah diterapkan oleh petugas kesehatan untuk meningkatkan kesehatan anak dan kepada ibu hendaknya meningkatkan pengetahuannya tentang imunisasi dasar dan mencari informasi tentang imunisasi dasar yang akan berkonstribusi untuk meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Imunisasi Dasar