BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. AIR 2.1.1. DEFINISI AIR MENURUT

Download Menurut Effendi (2003), air memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh senyawa ... Sumber air dapat berasal dari (i) air permukaan yan...

0 downloads 470 Views 311KB Size
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air 2.1.1. Definisi Air Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat pada, diatas ataupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, air laut yang berada didarat. Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang diperlukan (Sutrisno, 2004). 2.1.2. Karakteristik Air Menurut Effendi (2003), air memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia lain, karakter tersebut antara lain : 1)

Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0o C (32o F) – 100o C, air berwujud cair.

2)

Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik.

3)

Air memerlukan panas yang tinggi pada proses penguapan. Penguapan adalah proses perubahan air menjadi uap air.

4)

Air merupakan pelarut yang baik.

Universitas Sumatera Utara

5)

Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi.

6)

Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Bagi kehidupan makhluk, air bukanlah merupakan hal yang baru, karena tidak

satupun kehidupan di bumi ini dapat berlangsung tanpa air. Oleh sebab itu air dikatakan sebagai benda mutlak yang harus ada dalam kehidupan manusia. Tubuh manusia mengandung 60%-70% air dari seluruh berat badan, air didaerah jaringan lemak terdapat kira-kira 90% (Soemirat, 2001). Masyarakat selalu mempergunakan air untuk keperluan dalam kehidupan sehari-hari, air juga digunakan untuk produksi pangan yang meliputi perairan irigasi, pertanian, mengairi tanaman, kolam ikan dan untuk minum ternak. Banyaknya pemakaian air tergantung kepada kegiatan yang dilakukan sehari-hari, rata-rata pemakaian air di Indonesia 100 liter / orang / hari dengan perincian 5 liter untuk air minum, 5 liter untuk air masak, 15 liter untuk mencuci, 30 liter untuk mandi dan 45 liter digunakan untuk jamban (Wardhana, 2001). 2.1.3. Sumber Air dan Sumur Gali Sumber air dapat berasal dari (i) air permukaan yang merupakan air sungai, dan danau. (ii) Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam. (iii) Air angkasa, yaitu air yang berasal dari atmosfer, seperti hujan dan salju. Kualitas berbagai sumber air tersebut berbeda-beda sesuai dengan kondisi alam serta aktivitas manusia yang ada disekitarnya. Air tanah dangkal dan permukaan dapat berkualitas baik andai kata tanah sekitarnya tidak tercemar, oleh karenanya air permukaan dan air tanah dangkal sangat bervariasi kualitasnya (Soemirat, 2009)

Universitas Sumatera Utara

Menurut Sanropie (1984) Keuntungan penggunaan air tanah adalah : 1. Pada umumnya dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut. 2. Biasanya didapatkan didekat Rural Community. 3. Paling praktis dan ekonomis untuk mendapatkannya dan membaginya. 4. Lapisan tanah yang menampung air dari mana air itu diambil biasanya merupakan pengumpulan air alamiah. Sedangkan kerugian penggunaan air tanah adalah seringkali mengandung banyak mineral Fe, Mn, Ca, dan sebagainya dan biasanya membutuhkan pemompaan. Sumur gali merupakan sarana air bersih yang berasal dari air tanah dangkal, syarat-syarat sumur gali yang memenuhi syarat antara lain : (1) kedalaman cincin sumur minimal 3 meter dari permukaan tanah (2) tinggi bibir sumur minimal 0,80 meter (3) lantai sumur minimal 1 meter mengitari sumur (4) tidak terdapat keretakan lantai disekitar sumur (5) terdapat saluran pembuangan air limbah. 2.2. Kualitas Air Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003)

2.2.1. Kualitas Fisik Menurut Kusnaedi (2004), syarat-syarat sumber mata air yang bisa digunakan sebagai air bersih adalah sebagai berikut : 1) Kekeruhan

Universitas Sumatera Utara

Air yang berkualitas harus memenuhi syarat fisik seperti berikut jernih atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan tanah liat maka air semakin keruh. Derajad kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit. 2) Tidak berwarna Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan. 3) Rasanya tawar Secara fisik, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rtasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organic maupun asam anorganik. 4) Tidak berbau Air yang baik memiliki cirri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme air.

5) Temperaturnya normal Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (2026oC). Air yang secara mencolok mempunyai temperature diatas atau dibawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu yang mengeluarkan energi dalam air.

Universitas Sumatera Utara

6) Tidak mengandung zat padatan Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan pada suhu 103-105 oC. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan fisik air adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Persyaratan Kualitas Fisik Air Bersih No 1. 2. 3 4. 5. 6.

Parameter Bau TDS Kekeruhan Rasa Suhu Warna

Satuan

Kadar Maksimum

Keterangan

Mg/l NTU 0 C TCU

1500 25 Suhu udara ±30C 50

Tidak berbau Tidak berasa -

Sumber : Depkes RI, 1990 2.2.2. Kualitas Kimia Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut: a. pH netral pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan (Sutrisno, 2004). Skala pH diukur dengan pH meter atau lakmus. Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH air dibawah 7 berarti air bersifat asam, sedangkan bila diatas 7 bersifat basa (rasanya pahit) (Kusnaedi, 2004). b. Tidak mengandung bahan kimia beracun Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida, sulfida, dan fenolik (Kusnaedi, 2004) c. Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam

Universitas Sumatera Utara

Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Cl, Cr, dan lain-lain (Kusnaedi, 2004) d. Kesadahan rendah Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation) logam valensi dua (Sutrisno, 2004). Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut didalam air terutama garam Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) (Kusnaedi, 2004) e. Tidak mengandung bahan kimia anorganik Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Kesehatan

RI

Nomor

416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan kimia air adalah sebagi berikut :

Tabel 2.2 Persyaratan Kualitas Kimia Air Bersih No 1 2 3 4 5 6 7 8

Parameter Air Raksa Arsen Besi Flourida Kadmium Kesadahan (CaCO3) Khlorida Kromium, val.6

Satuan

Kadar Maksimum

mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L

0,001 0,05 1,0 1,5 0,005 500 600 0,05

Universitas Sumatera Utara

9 Mangan 10 Nitrat, sebagai N 11 Nitrit, seagai N 12 pH 13 Selenium 14 Seng 15 Sianida 16 Sulfat 17 Timbal Sumber : Depkes RI, 1990

mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L

0,5 10 1,0 6,5-9,0 0,01 15 0,1 400 0,05

2.2.3. Kualitas Biologis Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan bakteriologi air bersih adalah dilihat dari Coliform tinja per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50 MPN/100 ml air Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK pedoman kualitas air tahun 2000/2001, dapat dibedakan kedalam lima kategori

sebagai

berikut:

1. Air bersih kelas A kategori baik mengandung total Coliform kurang dari 50 2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung total Coliform 51-100 3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung total Coliform 101-1000 4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung total coliform 1001-2400 5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung total Coliform > 2400 2.3. Peranan Air Sebagai Penyebab Penyakit

Universitas Sumatera Utara

Penyakit sebagian besar dikaitkan dengan adanya hubungan interaktif antara kehidupan manusia dengan bahan, kekuatan, atau zat yang tidak dikehendaki yang datang dari luar tubuhnya atau lingkungannya. Kekuatan, zat, atau bahan yang masuk ke dalam tubuh tersebut bisa merupakan benda hidup atau benda mati. Sehingga dapat menganggu fungsi ataupun bentuk suatu organ (Achmadi, 2008). Air merupakan bagian dari lingkungan yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam penggunaannya, air dapat menjadi penyebab terjadinya penyakit. Air sebagai penyebab terjadinya penyakit dibagi ke dalam 4 (empat) cara yaitu (Soemirat, 2007) : (1) Air Sebagai Penyebar Mikroba Patogen (Water Borne Disease) Penyakit disebarkan secara langsung oleh air dan hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebab terjadinya penyakit masuk ke dalam sumber air yang digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jenis mikroba yang ada di dalam air yaitu virus, bakteri, protozoa dan metazoa. Penyakit yang disebabkan karena mikroba patogen ini seperti cholera, thypus abdominalis, hepatitis A, poliomyelitis, dysentry. Keluhan yang dapat muncul seperti menceret dan kotoran berlendir (2) Air Sebagai Sarang Vektor Penyakit (Water Related Insecta Vector) Air dapat berperan sebagai sarang insekta yang menyebarkan penyakit pada masyarakat. Insekta sedemikian disebut sebagai vektor penyakit. Vektor penyakit yang sedemikian dapat mengandung penyebab penyakit. Penyebab penyakit dalam tubuh vektor dapat berubah bentuk, berubah vase pertumbuhan atau pun bertambah banyak atau tidak mengalami perubahan

Universitas Sumatera Utara

apa-apa. Penyakit yang dapat muncul seperti filariasis, demam berdarah, malaria. (3) Kurangnya Penyediaan Air Bersih (Water Washed Disease) Kurang tersedianya air bersih untuk menjaga kebersihan diri, dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit dan mata. Hal ini terjadai karena bakteri yang ada pada kulit dan mata mempunyai kesempatan untuk berkembang. Keluhan yang dapat muncul seperti kulit merah, gatal-gatal dan mata merah, gatal dan berair. (4) Air Sebagai Sarang Hospes Sementara (Water Based Disease) Penyakit ini memiliki host perantara yang hidup di dalam air. Penyakit yang dapat muncul adalah schistosomiasis dan dracontiasis. 2.4. Kualitas Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat Bahaya atau resiko kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni bahaya langsung dan bahaya tak langsung. Bahaya langsung terhadap kasehatan manusia/masyarakat dapat terjadi akibat menkonsumsi air yang tercemar atau air dengan kualitas yang buruk, baik secara langsung diminum atau melalui makanan, dan akibat penggunaan air yang tercemar untuk kegiatan sehari-hari. Kualitas air baik fisik, kimia dan biologis berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Penggunaan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan berimplikasi terhadap keluhan penyakit bagi penggunanya (Soemirat, 2001). 2.4.1. Kualitas Fisik Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Kualitas fisik air dapat dilihat dari indikator bau, rasa, kekeruhan, suhu, warna dan jumlah zat padat terlarut. Jumlah zat padat terlarut biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila jumlah zat padat terlarut bertambah maka kesadahan air akan naik, dan akhirnya berdampak pada kesehatan. Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik bersifat organik, maupun anorganik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung pembiakannya. Bakteri ini juga merupakan zat organik tersuspensi, sehingga pertambahannya akan menambah pula kekeruhan air. Demikian pula dengan algae yang berkembang biak karena adanya zat hara N, P, K akan menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan, bila mikroba itu patogen (Soemirat, 2009). Air dengan rasa yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan, seperti rasa logam. Berdasarkan aspek suhu air, diketahui bahwa air yang tidak sejuk atau berlebih dari sehu yang normal akan mempermudah reaksi zat kimia, sehingga secara tidak langsung berimplikasi terhadap kesehatan pengguna air (Soemirat, 2001). Air dari aspek warna juga berdampak terhadap kesehatan, artinya sebaiknya air tidak berwarna dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkanadanya tannin dan asam humat atau zat organik, sehingga bila terbentuk bersama chlor dapat membentuk

Universitas Sumatera Utara

senyawa chloroform yang beracun, sehingga berdampak terhadap kesehatan pengguna air (Soemirat, 2001) 2.4.2. Kualitas Kimia Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat Kualitas kimia air dapat bersifat kimia organik dan anorganik. Kedua jenis kimia ini dapat berdampak terhadap kesehatan. A. Kimia Organik Kimia organik juga berdampak terhadap kesehatan jika toleransinya melebihi dari baku mutu air. Berikut ini dapat dijelaskan beberapa unsur kimia organik yang berkaitan dengan kesehatan yaitu : (1) Benzen Benzene atau benzol, C6H6, digunakan dalam industri sebagai pelarut lemak. Toksisitasnya dapat akut local, akut sistemik, maupun kronis. Benzene menyebabkan erithema, vesikel, dan udema. Pengaruhnya terhadap SSP (Susunan Saraf Pusat) bersifat narkotik dan anestesik. Pemaparan kronis menimbulkan hyplasia ataupun hyperplasia

sumsum

tulang

yang

mengakibatkan

anemia,

leucoponia,

thrombocytopenia, dan sangat mungkin menyebabkan leukemia. (2) Chloroform Chloroform (CHCl3) juga merupakan hidrokarbon terkhlorinasi, sesuatu anestesik. Menimbulkan iritasi, dilatasi pupil, dan merusak hepar, jantung, dan ginjal. Keracunan chloroform dapat menimbulkan toksisitas akut dan sistemik, sedangkan efek kronis belum diketahui dengan jelas. Dahulu, chloroform digunakan sebagai anestesik, tetapi saat ini sudah disubtitusi dengan zat yang lebih aman. (3) Deterjen

Universitas Sumatera Utara

Deterjen ada yang bersifat kationik, anionik, maupun nonionik. Kesemuanya membuat zat yang lipofilik mudah terlarut dan menyebar di perairan. Selain itu ukuran zat lipofilik menjadi lebih luas, sehingga mempertinggi toksisitas racun. Deterjen juga mempermudah absorbsi racun melalui insang. Deterjen adapula yang persisten, sehingga terjadi akumulasi. Seperti halnya DDT, deterjen jenis ini sudah tidak boleh digunakan lagi (Soemirat, 2001) (4) Zat organik sebagi KMnO4 Air tanah seringkali mengandung bahan-bahan organik cukup tinggi kadarnya, sehingga selain memberikan rasa dan bau yang menurunkan rasa estetika, juga mungkin mengancam kesehatan manusia. Oleh karena itu menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 Tahun 1990 tersebut, kadar senyawa organik (KMnO4) maksimum dalam air bersih yang diperbolehkan adalah 10 mg/l. (Depkes, 2005) Menurut Hayati, dkk (2005), berbagai teknologi untuk menurunkan kadar bahan-bahan organik dalam air bersih antara lain (1) adsorpsi dengan saringan karbon aktif (2) pertukaran ion (3) ozonisasi. Untuk menentukan dan memilih teknologi penghilangan kadar bahan-bahan organik dari dalam air, dapat menggunakan suatu kreteria yang dibuat berdasarkan beberapa aspek antara lain : -

Cara pembuatannya relatif mudah

-

Biayanya relatif murah

-

Kemampuan penghilangan zat kimia berlebih dalam air efektif

-

Mudah mendapatkan bahan kimia sebagai media filtrasinya

-

Pengoprasian dan pemeliharaannya mudah

-

Sesuai dengan ke butuhan dan keinginan masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan kreteria diatas, maka disarankan untuk memilih satu teknologi yaitu adsorpsi dengan saringan karbon aktif. Berikut adalah susunan media filter pada teknologi adsorpsi dengan saringan karbon (1) lapisan terbawah adalah krikil berdiameter 5-10mm dengan ketebalan 10-15 cm (2) diatas lapisan krikil diisi dengan pasir silika dengan ketebalan 20 cm (3) diatas lapisan pasir diisi dengan karbon aktif dengan ketebalan 45-60 cm. B. Kimia Anorganik Kimia anorganik dapat beragam jenis, dan masing-masing mempunyai dampak terhadap kesehatan. Beikut ini beberapa jenis kimia anorganik yang lazim terdapat dalam air dan berhubungan dengan terjadinya penyakit pada pengguna air yaitu : (1) Derajat Keasaman (pH) pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan (Sutrisno, 2004). Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH air dibawah 7 berarti air bersifat asam dan akan bersifat korosif terhadap pipa-pipa, sedangkan bila diatas 7 bersifat basa (rasanya pahit) dan akan mengganggu pencernaan manusia (Kusnaedi, 2004). Menurut Said (2001), Keasaman air sumur bisa di netralkan dengan proses netralisasi. Netralisasi adalah mengatur keasaman air agar menjadi netral (7-8), yang paling murah dan mudah adalah dengan penambahan kapur/gamping. Fungsi dari pemberian kapur/gamping disini selain untuk menetralkan keasaman air juga untuk membantu efektifitas proses selanjutnya. Skema tahapan proses pengolahan air dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Air Baku

Netralisas i pH

Aerasi

Kaporit

Udara

Koagulasi Flokulasi Sendimenta

Filtrasi

Air Bersih

Gambar 2.1. Diagram Proses Pengolahan air (2) Besi (Fe) Besi atau Ferrum (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Dialam didapat sebagai hematit. Didalam air minum Fe menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengeksresikan Fe. Karenanya mereka yang sering mendapat tranfusi darah, warna kulitnya akan menjadi hitam karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian seringkali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini (Soemirat, 2009). (3) Kesadahan (CaCO3) Kesadahan dapat menyebabkan pengendapan pada dinding pipa. Kesadahan yang tinggi disebabkan sebagian besar oleh Calcium, Magnesium, Strontium, dan Ferrum. Masalah yang dapat timbul adalah sulitnya sabun membusa, sehingga masyarakat tidak suka memanfaatkan penyediaan air bersih tersebut (Soemirat, 2009). (4) Khlorida (Cl)

Universitas Sumatera Utara

Khlorida adalah senyawa halogen chlor (Cl). Toksisitasnya tergantung pada gugus senyawanya. Misalnya NaCl sangat tidak beracun, tetapi karbonil khlorida sangat beracun. Di Indonesia, khlor digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Dalam jumlah banyak, Cl akan menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sitem penyediaan air panas. Sebagai desinfektan, residu khlor didalam penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi khlor ini dapat terikat pada senyawa organik dan membentuk halogen-hidrokarbon (Cl-HC) banyak diantaranya dikenal sebagai senyawa-senyawa karsinogenik. Oleh karena itu, diberbagai negara maju sekarang ini, khlorinasi sebagai proses desinfeksi tidak lagi digunakan (Soemirat, 2009).

(5) Nitrat, Nitrit Nitrat dan Nitrit dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan GI, diare campur darah, disusul oleh konvulsi, koma dan bila tidak ditolong akan meninggal. Keracunan kronis akan menimbulkan depresi umum, sakit kepala, dan gangguan mental.

Nitrit

terutama

akan

bereaksi

dengan

hemoglobin

membentuk

Methemoglobin (metHb). Dalam jumlah melebihi normal metHb akan menimbulkan Methemoglobinaemia. Pada bayi methemoglobinaemia sering dijumpai karena pembentukan enzim untuk menguraikan metHb menjadi Hb masih belum sempurna. Sebagai akibat methemoglobinaemia, bayi akan kekurangan oksigen, maka mukanya akan tampak membiru, dan karenanya penyakit ini juga dikenal sebagi penyakit ‘blue bebies’ (Soemirat, 2009) Salah satu contoh sumber pencemaran nitrat terhadap air minum yakni akibat kegiatan pertanian. Meskipun pencemaran nitrat juga dapat terjadi secara alami, tetapi

Universitas Sumatera Utara

yang paling sering yakni akibat pencemaran yang berasal dari air limbah pertanian yang banyak mengandung senyawa nitrat akibat pemakaian pupuk nitrogen (urea). 2.4.3. Kualitas Biologis Air dan Gangguan Kesehatan Masyarakat Berdasarkan aspek parameter biologis, diketahui parameter yang mempunyai dampak langsung terhadap kesehatan adalah adanya kandungan bakteri dan mikroba. Kelompok protozoa dalam air seperti cacing dan tungau merupakan jenis kuman parasitik yang berdampak terhadap kesehatan seperti kecacingan, scabies, sedangkan air yang terkontaminasi dengan bakteri dan virus juga dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi penggunanya. Bakteri penyebab bawaan air terbanyak adalah salmonella thypi/parathypi, shigella, dan vibrio cholera, sedangkan penyakit bersumber virus seperti Rotavirus, Virus Hepatitis A, Poliomylitis, dan Virus trachoma. Escericia coli adalah salah satu bakteri pathogen yang tergolong Coliform dan hidup secara normal didalam kotoran manusia maupun hewan sehingga Escercia coli digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal dari kotoran hewan berdarah panas (Fardiaz, 1992). Total Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk menentukan aman atau tidaknya air yang dikonsumsi. Bila Coliform dalam air ditemukan dalam jumlah yang tinggi maka kemungkinan adanya bakteri patogenik seperti Giardia dan Cryptosporidium didalamnya (Soemirat, 2001) 2.5. Keluhan Kesehatan Akibat Penggunaan Air 2.5.1. Gangguan Kulit

Universitas Sumatera Utara

Dermatitis disebabkan oleh oleh faktor dari dalam tubuh (endogen) dan luar tubuh (eksogen). Faktor endogen seperti gangguan sirkulasi darah dan penyakit sistemik (diabetes melitus). Faktor eksogen seperti zat toksik (deterjen), bakteri, jamur, suhu rendah, suhu tinggi, obat-obatan dan makanan. Menurut Mansjoer dkk (2000), gangguan kulit bisa disebabkan oleh jamur, parasit hewani dan disebabkan oleh bakteri bila memungkinkan untuk menginfeksi manusia.

a. Gangguan kulit yang disebabkan oleh jamur -

Dermatofitosis Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita. Disebut juga sebagai tinea, ringworm, kurap, teigne, herpes sirsinata

-

Pitiriasis Versikolor Pitriasis versikolor adalah penyakit jamur superfisial kronik, berupa bercak berskuama halus berwarna putih dapat kemerahan maupun coklat sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-kadang menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut. Patriasis versikolor sering disebut panu.

b. Gangguan kulit yang disebabkan oleh parasit hewani -

Skabies

Universitas Sumatera Utara

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Cara penularan skabies yaitu dengan kontak langsung dan kontak tidak langsung (melalui benda) misal pakaian, handuk, sprai, bantal dll. -

Pedikulosis Pedikulosis adalah infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan parasit obligat Pediculus humanus. Pedikulusis terdiri dari (1) Pedikulosis kapitis adalah penyakit kulit yang menyerang anak usia muda dan cepat meluas dalam lingkungan hidup yang padat misalnya asrama dan panti asuhan. (2) Pedikulosis Korporis, penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada orang dengan higiene yang buruk, misalnya penggembala disebabkan karena jarang mandi atau jarang mengganti dan mencuci pakaian. (3) Pedikulosis Pubis, penyakit ini mengenai orang dewasa dan dapat digolongkan dalam PMS serta dapat pula mengenai jenggot dan kumis. Infeksi ini juga dapat terjadi pada anak-anak, yaitu dialis atau bulu mata dan pada tepi batas rambut kepala. Cara penularannya umumnya dengan kontak langsung.

c. Gangguan kulit yang disebabkan oleh Bakteri Salah satu gangguan kulit yang disebabkan oleh adanya bakteri adalah penyakit kusta yang disebabkan oleh M. leprae. M.leprae merupakan basil tahan asam (BTA), bersifat obligat intraseluler, menyerang syaraf perifer, kulit, organ alin seperti mukosa saluran nafas bagian atas, dan sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat. 2.5.2. Diare

Universitas Sumatera Utara

A. Pengertian Diare Diare berasal dari bahasa Yunani yaitu diarroi yang berarti mengalir terus. Terdapat beberapa pendapat tentang defenisi penyakit diare. Menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.

B. Klasifikasi Diare Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu: a. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari), b. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya, c. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus, d. Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya. C. Faktor-Faktor Penyebab Diare Menurut Widoyono (2008), diare dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: a. Faktor infeksi Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare yang disebabkan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

- Infeksi bakteri : Vibrio cholerae, E. Coli, Salmonella, Shigella sp., Campilobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya. -

Infeksi virus : Rotavirus, Adenovirus.

- Infeksi parasit : cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blastsistis huminis, protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia labila, Belantudium coli dan Crypto b. Faktor Malabsorsi Malabsorsi karbohidrat, lemak dan protein. c. Faktor makanan Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan d. Faktor lingkungan Dapat terjadi pada lingkungan yang tidak saniter seperti : Pasokan air tidak memadai, air terkontaminasi tinja, jamban tidak memenuhi syarat kesehatan. e. Faktor perilaku Kebersihan pribadi buruk, misalnya tidak mencuci tangan setelah buang air,tidak membuang kotoran anak di WC, tidak menggunakan jamban yag sehat, makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau tidak menutup makanan yang telah dimasak. f. Faktor individu Kurang gizi, buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh. g. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar) (Ngastiyah, 2003).

Universitas Sumatera Utara

D. Gejala dan Tanda Diare Menurut Widoyono (2008), beberapa gejala dan tanda diare antara lain: a. Gejala Umum - Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare - Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut - Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare - Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan gelisah. b. Gejala Spesifik - Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis. - Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah. Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan: a. Dehidrasi (kekurangan cairan) b. Gangguan sirkulasi c. Gangguan asam-basa (asidosis) d. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah) e. Gangguan gizi Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi tiga, yaitu: a.

Tanpa dehidarsi, biasanya penderita merasa normal, tidak rewel atau gelisah, masih bisa beraktifitas seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak berat, penderita masih mau makan dan minum seperti biasa.

Universitas Sumatera Utara

b.

Dehidrasi ringan atau sedang, memyebabkan penderita gelisah atau rewel, mata sedikit cekung, turgor kulit masih kembali dengan cepat jika dicubit.

c.

Dehidrasi berat, penderita apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada cubitan kulit turgor kembali lambat, napas cepat, penderita terlihat lemah.

E. Pengobatan Diare a. Tanpa dehidrasi, dengan terapi A Pada keadaaan ini, buang air besar terjadi 3-4 kali sehari atau disebut mulai mencret. Penderita yang mengalami kondisi ini masih lincah dan masih mau makan dan minum seperti biasa. Pengobatan yang dilakukan dapat dilakukan dengan memberikan makanan dan minuman yang ada di rumah seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajin, air teh, maupun oralit. Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan terapi A. Ada 3 cara pemberian cairan yang dapat dilakukan di rumah yaitu: - Memberikan penderita lebih banyak cairan - Memberikan makanan terus menerus - Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam tiga hari. b. Dehidrasi sedang atau ringan, dengan terapi B Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan cairan 610% dari berat badan. Untuk mengobati penyakit diare pada derajat dehidrasi ringan atau sedang digunakan terapi B, yaitu sebagai berikut: Pada tiga jam pertama jumlah oralit yang digunakan:

Universitas Sumatera Utara

- Umur < 1 tahun : 300 ml oralit - Umur 1-4 tahun : 600 ml oralit - Umur > 5 tahun : 1200 ml oralit - Dehidrasi berat, dengan terapi C Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai dengan muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare ini diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di puskesmas atau rumah sakit untuk diinfus RL (Ringer laktat). c. Teruskan pemberian

makanan. Pemberian makanan seperti semula

diberikan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan. Makanan tambahan diperlukan pada masa penyembuhan. Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya mendapatkan ASI, namun bila sebelumnya tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan memberikan susu formula. d. Antibiotik bila perlu. Sebagian besar penyebab diare adalah rotavirus yang tidak memerlukan antibiotik dalam penatalaksanaan kasus diare karena tidak bermanfaat dan efek sampingnya bahkan merugikan penderita. F.

Pencegahan Diare a. Menggunakan air bersih. b. Memasak air bersih sampai mendidih sebelum diminum. c. Mencuci tangan dengan sabun dengan air yang mengalir pada waktu sebelum makan, sesudah makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang bayi, sebelum menyiapkan makanan, dan sesudah menceboki bayi.

Universitas Sumatera Utara

d. Memberikan ASI pada anak sampai usia dua tahun. e. Menggunakan jamban yang sehat f. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar 2.6. Perilaku Kesehatan Perilaku dalam penelitian ini adalah perilaku kesehatan yang berhubungan dengan terjadinya keluhan kesehatan pada pengguna air sumur di pesantren. Perilaku kesehatan tersebut didasarkan pada tiga domain perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Menurut Subchan (2001) bahwa perilaku manusia terhadap sakit dan penyakit yaitu menyangkut dengan reaksinya baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit yang ada yang ada pada dirinya atau diluar dirinya) maupun aktif (tindakan atau praktik) yang dilakukan sehubungan dengan sakit maupun penyakit scabies. Terbentuknya perilaku baru dimulai dari pengetahuan yang kemudian menimbulkan respon yang lebih jauh yaitu tindakan. Menurut Notoadmodjo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan yang diuraikan sebagai berikut: a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagimana manusia merespon, baik secara pasif maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik yang modern maupun yang trdisional.

Universitas Sumatera Utara

c. Perilaku terhadap makanan, adalah respon sesorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, adalah respon terhadap lingkungan sebagai determinan. 2.6.1. Pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai tingkat yang berbeda-beda termasuk dalam hal ini kemampuan santri dalam menjaga kesehatan individu dalam pencegahan terjadi keluhan penyakit maupun

dalam

perseorangan

pengobatan.

untuk

memlihara

Pengetahuan kesehatan

tentang diri

usaha-usaha

sendiri,

kesehatan

memperbaiki

dan

mempertinggi nilai kesehatan, serta mencegah timbulnya penyakit. Pengetahuan dalam penelitian ini adalah menyangkut pengetahuan tentang definisi penggunaan air bersih, sumber air bersih, upaya hygiene perorangan, dan pencegahan penyakit yang ditularkan melalui air. 2.6.2. Sikap Domain perilaku lainnya adalah sikap. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap sesuatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Dengan kata laian sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Ahmadi (2004) sikap dibedakan menjadi : (1) sikap positif, yaitu: sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima, menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimanan individu itu berbeda. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan respon terhadap sesuatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat respon. Sikap dalam penelitian ini adalah pandangan atau respon terhadap menjaga sumber air air bersih, hygiene perorangan, dan upaya pencegahan penyakit yang ditularkan melalui air. 2.6.3. Tindakan Domain terakhir dari perilaku kesehatan adalah tindakan. Tindakan tersebut didasari pada penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahuinya, kemudian disikapi dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukannya. Tidakan dalam penelitian ini adalah segala bentuk nyata yang dilakukan dalam mencegah dan menanggulangi terjadinya keluhan kesehatan yang berbasis penularan dari air. Tindakan yang tercakup dalam domain psikomotorik mempunyai 4 (empat) tingkatan (Notoadmodjo, 2003) : 1. Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2. Respon terpimpin (guided response), yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

Universitas Sumatera Utara

3. Mekanisme (mecanism), yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. 4. Adaptasi (adaptation), yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Seseorang sudah dapat memodifikasi tindakan tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 2.7. Pesantren Pesantren adalah tempat mengaji, belajar agama islam. Suatu lembaga pedidikan

islam,

dikatakan

pesantren

apabila

terdiri

dari

unsur-unsur

Kyai/Syekh/Ustadz yang mendidik serta mengajar, ada santri yang belajar, ada masjid/mushalla dan ada pondok/ asrama tempat para santri bertempat tinggal. Asrama adalah rumah pemondokan yang ditempati oleh santri-santri, pegawai dan sebagainya yang digunakan sebagai tempat untuk berlindung, beristirahat dan sebagai tempat bergaul antar sesama teman (Dariansyah, 2006). Pesantren telah berdiri sejak berkembangnya agama islam yang disiarkan oleh orang Arab dan lokasinya tersebar diseluruh wilayah Indonesia dengan jumlah tidak kurang dari 40.000 pesantren, namun 80 % dari padanya masih menghadapi persoalan air bersih dan rawan sanitasi lingkungan sehingga sering terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) termasuk penyakit skabies dan diare dipesantren (Dinkes, 2005) Azwar (2003), mengatakan bahwa fungsi pesantren secara sederhana adalah tempat beristirahat dan menunaikan ibadah, mengaji dan melakukan kegiatan seharihari serta tempat berlindung dari keadaan lingkungannya. Arti dan fungsi pondok pesantren adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

1) Tempat mengaji/belajar 2) Tempat untuk berlindung dari pengaruh lingkungan 3) Tempat yang dapat memberi jaminan psikologis bagi penghuni seperti kebebasan, keamanan, kebahagian dan ketenangan. 4) Tempat atau lembaga pendidikan agama islam. 5) Tempat beristirahat, dan tempat pemondokan para santri.

Universitas Sumatera Utara

2.8. Kerangka Konsep Variabel Independen

Variabel Dependen

Perilaku Santri tentang air bersih

Keluhan Kesehatan 1. Ganguan kulit 2. Diare

1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Tindakan

Kualitas Air Sumur 1. Fisik a. Bau b. Warna c. Rasa d. Suhu e. Kekeruhan 2. Kimia a. Derajat keasaman (pH) b. Besi (Fe) c. Kesadahan (CaCO3) d. Khlorida (Cl) e. Nitrat (NO3) f. Nitrit (NO2) g. Zat Organik 3. Biologis

Coliform tinja

Lingkungan 1. Keadaan sumur 2. Saluran air limbah 3. Jarak jamban dengan sumber air bersih 4. Genangan air 5. Sumber pencemar

Keterangan: ______ :Variabel diteliti ----------: Variabel tidak diteliti

Universitas Sumatera Utara

2.9. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut: Ha

: Ada hubungan perilaku pengguna (pengetahuan, sikap dan tidakan) dengan keluhan kesehatan pengguna air sumur pada pondok pesantren di Kota Dumai.

Ho

: Tidak ada hubungan perilaku pengguna (pengetahuan, sikap dan tidakan) dengan keluhan kesehatan pengguna air sumur pada pondok pesantren di Kota Dumai.

Universitas Sumatera Utara