7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nutrisi Masa Kehamilan 2.1.1
Defenisi Nutrisi atau Gizi adalah segala sesuatu yang dikonsumsi oleh
manusia yang mengadung unsur-unsur zat gizi yaitu karbohidrat, vitamin, mineral, lemak, protein, dan air yang dipergunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan dari organ-organ tubuh manusia (Sartika,Mitayani,2008) 2.1.2
Perubahan Selama Kehamilan yang Berhubungan dengan Kebutuhan Nutrisi Menurut Hakim dan Karyadi (1988) dalam Budianto (2009),
Kehamilan akan menyebabkan meningkatnya daya metabolisme energi. Dua proses anabolik fundamental yang bebas satu sama lain terjadi selama kehamilan. Proses pertama ialah pertumbuhan serta pematangan janin dan plasenta yang selanjutnya menjadi bayi, dengan berat waktu lahir kira-kira 3,4 kg. Sebagai tambahan, si ibu akan menjalani penyesuaian fisiologik dan metabolik selama mengandung, yang sebenarnya serasi dengan proses-proses anabolik yang terjadi dalam janin dan plasenta. Hal-hal tersebut dikatalis oleh perubahan kelenjar-kelenjar endokrin pada si ibu sehingga membesarkan ukuran uterus, payudara, volume darah ibu, cairan ketuban, dan massa jaringan adiposa. Sebagai akibat proses-proses anabolik tersebut, kebutuhan zat gizi umumnya meningkat selama kehamilan. Karena itu, penting sekali menganjurkan wanita hamil agar mengkonsumsi makanan yang cukup kalori serta zat-zat gizi pelindung.
Universitas Sumatera Utara
8
2.1.3
Penambahan Berat Badan Selama Hamil Sebelum hamil, semua wanita harus berjuang untuk mencapai berat
badan yang sesuai. Wanita yang memiliki berat badan prakehamilan yang kurang atau underweight serta gagal mencapai berat badan yang sesuai saat kehamilan memiliki kemungkinan besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR). Berat badan bayi pada waktu dilahirkan merupakan indikator masa depan bayi. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah yakni kurang dari 2.500 gram memiliki 40 kali resiko kematian pada tahun pertama kehidupannya dibanding dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Untuk mencegah terjadinya BBLR, maka setiap wanita harus berusaha untuk mencapai berat badan prakehamilan yang ideal serta harus mencapai berat badan yang sesuai pada saat hamil (Sizer et al, 2007). Wanita dengan proporsi tubuh yang besar cenderung akan memiliki bayi yang besar pula, dan telah banyak dikemukakan bahwa berat badan ibu berpengaruh terhadap ukuran plasenta bayi. Ukuran plasenta merupakan indikator kesehatan plasenta yang menentukan jumlah nutrisi yang tersedia untuk janin. Wanita dengan berat badan prakehamilan yang kurang ideal cenderung akan memiliki berat plasenta yang lebih ringan dan semakin meningkatkan angka kejadian BBLR dan persalinan prematur dibanding dengan wanita yang memiliki berat badan normal (Mahan, Stump, 2004). Idealnya, seorang wanita memulai kehamilannya dalam kondisi berat badan yang ideal. Akan tetapi yang lebih penting ialah bahwa wanita hamil harus mencapai berat badan yang disarankan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) prakehamilannya (Sizer et al, 2007). Tabel 2.1. Rekomendasi Berat Badan Selama Kehamilan Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Weight Category*
Total Weight Gain (kg)
Underweight
12.5-18.0
First Trimester Gain (kg) 2.3
Second and Third Trimesters Weekly Gain (kg) 0.49
Universitas Sumatera Utara
9
(BMI<19.8) Normal weight
11.5-16.0
1.6
0.44
7.0-11.5
0.9
0.3
6.0
-
-
(BMI=19.8-26) Overweight (BMI>26-29) Obese (BMI>29)
Body Mass Index/Indeks Massa Tubuh = Berat badan (kg)/Tinggi badan (m 2) Sumber : Krause’s Food, Nutrition, & Diet Therapy 11 th edition (Mahan,Stump,2004)
2.1.4
Kebutuhan Energi dalam Kehamilan Normal Energi tambahan dibutuhkan selama kehamilan untuk mendukung
kehamilan dan pertumbuhan janin. Metabolisme meningkat 15% selama kehamilan. (Mahan,Stump,2004). Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal kira-kira 80.000 kkal di atas konsumsi biasanya selama seluruh masa kehamilan yaitu 280 hari. Kebutuhan energi ini memperhitungkan kebutuhan energi untuk pertumbuhan janin dan plasenta serta memenuhi kebutuhankebutuhan lain karena perubahan tubuh ibu selama kehamilan. Hal ini berarti penambahan sebanyak 300 kkal setiap hari selama masa hamil. (Budianto, 2009) World Health Organization (WHO) menganjurkan penambahan sebanyak 150 kkal per hari di atas konsumsi harian selama trimester pertama dan 350 kkal per hari di atas konsumsi harian sesudah masa itu. Angka-angka ini dihitung hanya berdasarkan kehamilan, dan tidak memperhitungkan faktor lain seperti variasi aktivitas fisik, perubahan temperatur sekeliling atau kebutuhan untuk pertumbuhan kedewasaan yang tak ada kaitannya dengan kehamilan. Pengeluaran energi menurun selama trimester ketiga karena berkurangnya kegiatan. (Budianto, 2009) 2.1.5 A.
Kebutuhan Zat Gizi dalam Kehamilan Karbohidrat
Universitas Sumatera Utara
10
Peran utama karbohidrat adalah menyediakan energi untuk sel-sel di dalam tubuh, terutama otak dan sistem saraf pusat. Dalam kehamilan, janin menggunakan glukosa sebagai sumber utama energinya.Perpindahan glukosa dari ibu ke janin diperkirakan sekitar 17-26 gram/hari, dan di akhir kehamilan kebanyakan glukosa dipakai untuk perkembangan otak janin. (Shils et al, 2006). Rekomendasi asupan harian atau Dietary Recommended Intake (DRI) menyarankan kebutuhan rata-rata karbohidrat pada ibu hamil adalah 135-175 gram/hari. Jumlah ini cukup dan mampu menyediakan kalori yang cukup, mencegah terjadinya ketosis, dan menjaga kadar glukosa dalam
darah
yang
sesuai
dan
normal
selama
kehamilan.
(Mahan,Stump,2004). B.
Protein Protein merupakan komponen struktural utama di dalam tubuh
manusia. Protein juga dapat berfungsi sebagai enzim dan hormon. Selama kehamilan terjadi peningkatan perombakan protein di dalam tubuh dan sejumlah protein dapat terakumulasi sejalan dengan pertumbuhan janin, uterus, volume darah, plasenta, cairan amnion (Shils et al, 2006). Ibu hamil membutuhkan tambahan protein untuk mendukung sintesis jaringan tubuhnya dan jaringan tubuh janin. Kebutuhan protein meningkat selama kehamilan dan mencapai puncak pada trimester ketiga. Adapun
rekomendasi
asupan
harian
untuk
protein
sebesar
71
gram/hari (Mahan, Stump, 2004). C.
Lemak Lemak merupakan sumber energi terbesar untuk tubuh manusia
dan menjadi komponen penting dalam penyerapan vitamin-vitamin larut lemak dan karotenoid (Shils et al, 2006). Jumlah asupan lemak seharusnya bergantung kepada kebutuhan energi untuk penambahan berat badan yang
Universitas Sumatera Utara
11
sesuai selama kehamilan. Jumlah anjuran lemak n-6 polyunsaturated atau lemak tak jenuh sebesar 13 gram/hari, sementara untuk lemak n-3 polyunsaturated sebesar 1,4 gram/hari.(Mahan, Stump, 2004) D.
Vitamin Larut Lemak Vitamin A berperan penting dalam pengaturan eskpresi gen serta
mendukung proliferasi dan diferensiasi sel secara khusus untuk perkembangan tulang belakang, medula spinalis, anggota gerak, jantung, mata dan telinga (Shils et al, 2006). Jumlah asupan vitamin A yang disarankan untuk ibu hamil dengan usia kurang dari 18 tahun adalah sebesar 750 µg retinol atau 2800 IU, sedangkan untuk ibu hamil dengan usia lebih dari 18 tahun sebesar 770 µg atau 3000 IU. Kelebihan asupan retinol dapat menyebabkan efek teratogenik yakni kelainan neural crest (Mahan, Stump, 2004) Vitamin D berfungsi untuk menjaga kadar serum kalsium dan konsentrasi fosfor dengan cara meningkatkan penyerapan sistem gastrointestinal. Selain itu, Vitamin D juga merupakan antiproliferasi yang poten. Dalam kehamilan, peningkatan asupan vitamin D meningkatkan konsentrasi 25(OH)D3 di sirkulasi. Jumlah asupan vitamin D yang disarankan sebesar 5 µg (200 IU)/hari (Shils et al,2006). Defisiensi vitamin D dalam kehamilan dapat berhubungan dengan terjadinya hipokalsemia pada neonates, hipoplasia enamel gigi, serta mempengaruhi mineralisasi tulang janin. (Mahan, Stump, 2004) Vitamin E berperan sebagai antioksidan di dalam tubuh. Vitamin E atau Tokoferol juga berfungsi menghambat aktivitas protein kinase. Jumlah asupan vitamin E yang disarankan tidak berbeda untuk wanita yang sedang hamil dan tidak hamil yakni sebesar 15 mg αtokoferol. (Shils et al, 2006)
Universitas Sumatera Utara
12
Vitamin
K berperan sebagai koenzim dalam sintesa protein
tertentu yang berperan dalam koagulasi dan metabolism tulang
(Shils
et al, 2006). Jumlah asupan vitamin K yang disarankan selama kehamilan tidak berbeda baik untuk wanita hamil dan tidak hamil, yakni sebesar 90mg/hari untuk wanita usia lebih dari 18 tahun dan 75mg/hari untuk wanita kurang dari 18 tahun (Mahan,Stump,2004). E.
Vitamin Tidak Larut Lemak Vitamin B1 atau thiamin berperan sebagai koenzim dalam
metabolisme karbohidrat dan asam amino-rantai-bercabang. Peningkatan kebutuhan thiamin sebesar 30% dalam kehamilan didasarkan pada peningkatan pertumbuhan baik untuk kompartemen maternal dan janin (Shils et al,2006). Vitamin B2 atau riboflavin berperan sebagai koenzim dalam banyak reaksi oksidasi-reduksi di dalam tubuh. Kebutuhan tambahan untuk riboflavin selama masa kehamilan didasarkan pada penambahan kebutuhan energi dan pertumbuhan (Shils et al, 2006). Vitamin
B3
atau
niacin
dibutuhkan
untuk
pembentukan
nicotinamide-adenine dinucleotide yang berperan dalam proses oksidasi dan biosintesis asam lemak serta steroid (Shils et al, 2006). Vitamin C atau asam askorbat yang dianjurkan selama masa kehamilan adalah 80-85 mg/hari atau 20% lebih banyak dibanding yang wanita yang tidak hamil (Cunningham,Leveno,2005). F. Air dan Elektrolit Air merupakan pelarut dalam berbagai reaksi biokimia. Air berperan
penting
dalam
mempertahankan
volume
intravascular,
mentranspor berbagai zat gizi dan membantu mengontrol suhu tubuh. Konsumsi air yang disarankan untuk wanita adalah 2,7-3 L/hari. Total akumulasi air sekitar 6-9 liter terjadi pada kehamilan dengan sekitar 1,8-
Universitas Sumatera Utara
13
2,5 liter berada di interstisial. Osmolalitas plasma berkurang sekitar 8-10 mOsm/kg selama kehamilan dan tetap rendah hingga persalinan (Shils et al, 2006) Natrium dan klorida dibutuhkan untuk mempertahankan volume ekstraselular dan osmolalitas serum. Natrium merupakan kation yang terpenting
dalam
kompartemen
ekstraselular,
sedangkan
klorida
merupakan anion terpenting dalam kompartmen ekstraselular. Walaupun perubahan substansi baik di intravaskular maupun ekstravaskular dapat terjadi selama kehamilan, penambahan konsumsi natrium dan klorida tidak dianjurkan (Shils et al, 2006). G. Mineral Makro Kalsium berperan penting dalam kekuatan tulang dan gigi. Selain itu juga berperan dalam kontraksi vaskular, kontraksi otot, dan transmisi saraf (Shils et al, 2006). Faktor hormonal mempengaruhi metabolism kalsium pada wanita yang sedang hamil. Hormon Human chorionic somatomammotropin dari plasenta meningkatkan kecepatan perombakan tulang ibu. Sekitar 30 gram kalsium terakumulasi selama kehamilan, dan kebanyakan terakumulasi di tulang janin. Asupan kalsium yang disarankan selama kehamilan adalah 1300 mg/hari untuk wanita kurang dari 18 tahun dan 1000 mg/hari untuk wanita lebih dari 19 tahun (Mahan,Stump,2004). Fosfor merupakan komponen penting dari seluruh jaringan tubuh memiliki fungsi struktural dan fungsi regulasi. Perubahan dalam kehamilan selain dapat meningkatkan absorpsi kalsium juga dapat meningkatkan absorpsi fosfor (Shils et al, 2006). Asupan fosfor yang dianjurkan bagi wanita yang sedang hamil sama dengan wanita yang tidak hamil yaitu 1250 mg/hari untuk wanita usia kurang dari 19 tahun dan 700 mg/hari untuk wanita usia lebih dari 19 tahun (Mahan,Stump,2004).
Universitas Sumatera Utara
14
Magnesium merupakan kofaktor untuk lebih dari 300 enzim yang bekerja di dalam tubuh. Asupan magnesium yang disarankan untuk wanita dalam masa kehamilan adalah 360-400 mg. Dalam hal ini terdapat peningkatan asupan senilai 40-90 mg dibanding wanita yang tidak hamil (Mahan,Stump,2004). H. Mineral Tambang Peningkatan
suplai
aliran
darah
selama
kehamilan
juga
meningkatkan kebutuhan terhadap zat besi selain itu volume eritrosit juga meningkat 20% - 30% selama kehamilan. Seorang wanita hamil harus mengkonsumsi sekitar 700 – 800 mg penambahan zat besi selama kehamilan. Sekitar 500 mg akan digunakan untuk proses pembentukan darah (hematopoiesis) dan 250 – 300 mg untuk perkembangan jaringan janin dan plasenta. Untuk itu asupan zat besi yang disarankan untuk seorang ibu hamil adalah 27 mg/hari (Mahan,Stump,2004). Kekurangan zat besi dalam kehamilan akan meningkatkan resiko kematian pada ibu hamil ketika
anemia
berat
telah
terjadi.
Anemia
maternal
juga
berhubungan dengan kejadian persalinan prematur dan berat badan bayi lahir rendah (BBLR) (Shils et al, 2006). Zinc atau seng memiliki fungsi struktural, regulasi, dan katalisis. Ada sekitar 100 enzim yang bergantung kepada kerja zinc. Asupan harian yang dianjurkan bagi ibu hamil yaitu 11 mg untuk wanita hamil dengan usia lebih dari 19 tahun, sedangkan 12 mg untuk wanita hamil usia kurang dari 18 tahun. Menurut Murtaugh dan Weingart (1995) dalam Mahan dan
Stump (2004), asupan zinc rata-rata pada wanita hamil
adalah 11,1mg/hari. Wanita hamil dengan defisiensi seng atau zinc tidak dapat mengatur penyimpanan zinc di dalam tulang secara
efektif
(Mahan,Stump,2004). Fluor terkalsifikasi.
atau Fluor
fluoride juga
berhubungan dapat
dengan
menghambat
jaringan
pembentukan
yang dan
Universitas Sumatera Utara
15
perkembangan karies pada gigi serta dapat merangsang perkembangan tulang (Shils et al, 2006). Asupan harian yang disarankan selama kehamilan adalah 3 mg/hari (Mahan,Stump,2004) Yodium atau Iodine merupakan komponen esensial hormon tiroid. Hormon tiroid berperan dalam proses mielinasi sistem saraf pusat janin. Kekurangan yodium dapat menyebabkan kerusakan pada otak janin serta dapat meningkatkan resiko terjadinya kretinisme. Kretinisme merupakan salah satu bentuk gangguan neurologis akibat hipotiroid janin yang menyebabkan retardasi mental, tubuh pendek, bisu, tuli dan spasme otot. (Shils et al,2006). Asupan yang disarankan selama kehamilan sebesar 220 µg/hari. Jumlah ini harus adekuat untuk memenuhi kebutuhan yodium janin (Mahan,Stump,2004) Tembaga merupakan salah satu komponen metalloenzym yang berperan dalam oksidasi dan reduksi molekul oksigen (Shils et al, 2006). Asupan tembaga pada ibu hamil umumnya masih kurang. Asupan tembaga yang disarankan selama kehamilan sebesar 1000 µg/hari (Mahan, Stump,2004). Selenium merupakan komponen esensial dari enzim glutathione peroxidase, yang mengkatalisis perubahan hydrogen peroksida menjadi air. Seleniuma adalah salah satu komponen pertahanan tubuh yang penting dalam melawan kerusakan akibat radikal bebas. Defisiensi zat mineral ini dapat menyebabkan manifestasi Cardiomyopathy pada ibu hamil dan pada anak-anak. Asupan selenium yang dianjurkan pada ibu hamil sebesar 60 µg/hari (Cunningham,Leveno,2005). I.
Asam Folat Kebutuhan akan asam folat meningkat selama kehamilan. Asam folat berperan dalam pembentukan sel darah merah ibu hamil atau maternal
erythropoiesis,
pertumbuhan
plasenta,
dan
yang
Universitas Sumatera Utara
16
terpentinguntuk mencegah terjadinya neural tube defect atau Spina Bifida (Mahan,Stump,2004). Asupan asam folat yang disarankan selama kehamilan adalah 600 µg/hari. Defisiensi asam folat ditandai dengan adanya pengurangan sintesis DNA atau deoxyribonucleic acid dan aktivitas mitosis pada sel-sel individu. Anemia megaloblastik merupakan tahap lanjut yang banyak terjadi akibat defisiensi folat. Gejala-gejalanya mungkin tidak terlalu terlihat hingga trimester ketiga, akan tetapi perubahan morfologi sel-sel darah
dan
perubahan
biokimia
dapat
terjadi
sepanjang
anemia
(Mahan,Stump,2004). Centers for disease control and prevention (CDC) telah merekomendasikan seluruh wanita yang sedang hamil untuk meningkatkan asupan asam folat dan konsumsi suplemen asam folat juga seharusnya sudah dimulai sebelum konsepsi. Beberapa contoh makanan yang kaya akan asam folat adalah roti, beras, dan pasta (Mahan,Stump,2004). Tabel 2.2.
Rekomendasi Asupan Harian Untuk Ibu Hamil dan Menyusui Hamil
Menyusui
14-18
19-30
31-50
14-18
19-30
31-50
tahun
tahun
tahun
tahun
tahun
tahun
Vitamin larut lemak Vitamin A
750 µg
770 µg
770 µg
1200 µg
1300 µg
1300 µg
Vitamin D
5 µg
5 µg
5 µg
5 µg
5 µg
5 µg
Vitamin E
15 µg
15 µg
15 µg
19 µg
19 µg
19 µg
Vitamin K
75 µg
90 µg
90 µg
75 µg
90 µg
90 µg
Vitamin larut air Vitamin C
80 mg
85 mg
85 mg
115 mg
120 mg
120 mg
Thiamin
1.4 mg
1.4 mg
1.4 mg
1.4 mg
1.4 mg
1.4 mg
Universitas Sumatera Utara
17
Riboflavin
1.4 mg
1.4 mg
1.4 mf
1.6 mg
1.6 mg
1.6 mg
Niacin
18 mg
18 mg
18 mg
17 mg
17 mg
17 mg
Vitamin
1.9 mg
1.9 mg
1.9 mg
2 mg
2 mg
2 mg
Folat
600 µg
600 µg
600 µg
500 µg
500 µg
500 µg
Vitamin
2.6 µg
2.6 µg
2.6 µg
2.8 µg
2.8 µg
2.8 µg
Kalsium
1300 mg
1000 mg
1000 mg
1300 mg
1000 mg
1000 mg
Fosfor
1250 mg
700 mg
700 mg
1250 mg
700 mg
700 mg
Besi
27 mg
27 mg
27 mg
10 mg
9 mg
9 mg
Zinc
13 mg
11 mg
11 mg
14 mg
12 mg
12 mg
Yodium
220 µg
220 µg
220 µg
290 µg
290 µg
290 µg
Selenium
60 µg
60 µg
60 µg
70 µg
70 µg
70 µg
B6
B12 Mineral
Sumber : Williams Obstetrics 22nd edition (Cunningham,Leveno,2005)
2.1.6 Faktor yang Memengaruhi Status Nutrisi Status gizi janin ditentukan antara lain oleh status nutrisi saat ibu hamil dan melahirkan. Status nutrisi ibu hamil dipengaruhi oleh : a. Keadaan sosial dan ekonomi ibu sebelum hamil b. Keadaan kesehatan dan gizi ibu c. Paritas d. Usia kehamilan pertama Usia diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang akan diberikan. Status ekonomi, terlebih jika yang bersangkutan hidup di bawah garis kemiskinan (keluarga prasejahtera), berguna untuk pemastian apakah ibu berkemampuana membeli dan memilih makanan yang bernilai gizi tinggi. Manfaat riwayat obstetrik ialah membantu
Universitas Sumatera Utara
18
menentukan besaran kebutuhan akan zat gizi karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh (Arisman, 2010). 2.1.8
Komplikasi Kehamilan Akibat Kekurangan Nutrisi A.
Gangguan Sistem Pencernaan Mual dan muntah dan nyeri ulu hati merupakan masalah yang
sering terjadi pada awal kehamilan. Mual muntah di pagi hari atau morning sickness terjadi pada 50-70 % wanita hamil. Mual muntah ini berhubungan dengan gangguan
pada
hormonal yang menyebabkan penurunan Hal ini dapat dicegah dengan konsumsi
lambung
serta
perubahan
motilitas saluran pencernaan. makanan dalam porsi kecil
tetapi sering selama kehamilan (Shils et al, 2006). Konstipasi juga sering terjadi pada masa kehamilan, hal ini dapat terjadi akibat penurunan motilitas saluran pencernaan yang sering diakibatkan oleh konsumsi zat besi yang berlebihan, asupan serat serta air yang tidak adekuat (Shils et al, 2006). B.
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Nutrisi masa kehamilan yang buruk merupakan salah satu
penyebab terjadinya BBLR. Faktor-faktor lain yang dapat memicu terjadinya kejadian BBLR adalah kebiasaan merokok, infeksi, serta hipertensi (Shils et al, 2006). Berbagai penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa separuh dari penyebab terjadinya kasus BBLR adalah status nutrisi ibu, termasuk tinggi badan ibu, berat badan ibu sebelum kehamilan serta penambahan berat badan ibu selama kehamilan (Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007). C.
Diabetes Melitus Gestasional
Universitas Sumatera Utara
19
Diabetes melitus tipe gestasional umumnya terjadi pada sekitar 4% dari keseluruhan ibu hamil. Beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe gestasional seperti usia ibu hamil, berat badan sebelum dan selama kehamilan, serta riwayat diabetes melitus pada keluarga. Diabetes melitus tipe gestasional dapat meningkatkan resiko makrosomia, hiperbilirubinemia dan hipoglikemia pada bayi. Makrosomia yakni bayi dengan berat badan > 4000 gram merupakan komplikasi fetal terbanyak akibat diabetes melitus gestasional (Shils et al, 2006). Konseling nutrisi dan diabetes, pemantauan pribadi terhadap kadar gula darah, serta terapi insulin sangat efektif dalam menurunkan dampak negatif akibat diabetes melitus gestasional (Shils et al, 2006). Perubahan pola makan, pembatasan kalori, dan aktivitas fisik sedang dapat dilakukan untuk mempertahankan berat badan dan kadar glukosa dalam darah (Mahan, Stump, 2004). D.
Hipertensi Hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi beberapa kategori
yakni Hipertensi kronik, preeklampsia, hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia, serta hipertensi gestasional. Preeklampsia merupakan keadaan hipertensi yang disertai dengan proteinuria ( >300 mg/ 24 jam) setelah 20 minggu kehamilan. Hipertensi gestasional merupakan keadaan hipertensi (tekanan darah sistol > 140 mmHg dan tekanan darah diastol 90 mmHg) tanpa diikuti oleh proteinuria setelah 20 minggu kehamilan (Shils et al, 2006). E.
Neural Tube Defect NTD merupakan penyakit malformasi kongenital yang banyak
menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan banyaknya gangguan dalam proses embriogenesis sistem saraf pusat. Selain disebabkan oleh
Universitas Sumatera Utara
20
faktor herediter, kurangnya konsumsi asam folat telah diteliti dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini. Untuk mencegah penyakit ini, maka wanita sebelum konsepsi diharapkan mengonsumsi asam folat sekitar 400 µg/hari (Mahan, Stump, 2004). 2.2 Pola Makan 2.2.1
Defenisi Pola Makan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan yang
dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Yayuk Farida Baliwati, 2004). 2.2.2
Pola Makan Ibu Hamil Pola makan pada wanita hamil dibutuhkan untuk mendukung
peningkatan kebutuhan nutrisi sesuai yang dianjurkan. Karena pentingnya peningkatan kebutuhan akan nutrisi, maka pilihan makanan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi harus tepat dan adekuat. Kebutuhan nutrisi paling banyak meningkat dalam kehamilan adalah zat besi yakni 50%, asam folat 50%, yodium 47%, vitamin B6 46%, zinc 38%, dan protein 38% lebih banyak dibanding pada saat tidak hamil. (Shils et al,2006) Salah satu langkah untuk pola makan yang dapat mendukung kehamilan yang sehat dan berhasil adalah dengan mengikuti pola makan berdasarkan Food Guide Pyramid. Adapun pola makan yang disarankan sebagai berikut :
6 sajian dari bahan dasar nasi, roti, sereal, dan pasta
3 sajian dari daging, ikan, kacang-kacangan, dan telur
3 sajian sayur-sayuran
2 sajian buah-buahan
2
sajian
dari
bahan
susu,
yoghurt,
dan
keju
(Wardlaw,Hampl,2004).
Universitas Sumatera Utara
21
Makanan-makanan tersebut akan menyuplai kebutuhan protein , karbohidrat dan zat gizi lainnya. Sumber nutrisi harus diseimbangkan antara sumber hewani dan nabati. Sayuran dan buah-buahan dapat menyuplai kebutuhan berbagai vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh selama kehamilan (Wardlaw,Hampl,2004). Pola makan yang baik selama kehamilan sangatlah penting karena pemilihan makanan dan minuman saat hamil akan menentukan kesehatan ibu dan anak di masa mendatang (Queensland Dietition,2013). Kebutuhan zat gizi selama kehamilan dapat dipenuhi dengan konsumsi makanan dan minuman baik dari sumber hewani maupun nabati. Berikut ini beberapa zat gizi dan sumbernya 1.
Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber zat tenaga. Sumber karbohidrat
yang disarankan untuk ibu hamil seperti beras, kentang, bihun, mie, roti, macaroni, krackers (Depkes, 2011). 2.
Protein Protein berperan sebagai zat pembangun dalam tubuh. Contoh
sumber protein yang disarankan untuk ibu hamil adalah ayam, ikan, daging, telur, hati, keju, susu, kacang-kacangan, tahu, dan tempe (Depkes, 2011). 3.
Asam Folat Asam folat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin. Zat gizi ini sangat diperlukan pada masa sebelum kehamilan sampai trimester pertama kehamilan. Sumber makanan yang kaya akan asam folat bisa didapatkan dari sayur-sayuran hijau seperti bayam, brokoli, bok choy dan salad. Selain itu juga bisa didapatkan dari buah-buahan dan sereal (Queensland Dietition,2013). 4.
Zat Besi Sumber zat besi yang lebih baik adalah yang berasal dari sumber
hewani karena zat besi dari sumber hewani lebih mudah diabsorbsi
Universitas Sumatera Utara
22
dibanding zat besi dari sumber nabati. Zat besi banyak ditemukan pada daging, sayur-sayuran hijau, kacang-kacangan. Selain itu konsumsi vitamin C juga dapat meningkatkan absorpsi zat besi.(Queensland Dietition,2013). 5.
Yodium Yodium diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan otak
janin. Yodium bisa didapatkan dari sayur-sayuran, buah-buahan, makanan laut, telur, serta garam beryodium.
(Queensland Dietition, 2013)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pola makan :
Makan makanan bergizi seimbang dan hindari bahan pengawet
Pada ibu yang terlalu gemuk, disarankan untuk mengurangi porsi makanan sumber energi dan disesuaikan dengan kebutuhan normal.
Bila ibu terlalu kurus, disarankan untuk menambah makanan sumber energi dan protein.
Usahakan konsumsi makanan secara teratur dengan porsi kecil dan frekuensi sering
Buatlah menu makanan yang bervariasi agar tidak bosan (Depkes, 2011).
Hal-hal yang perlu dihindari dalam pola makan :
Jangan melakukan diet selama kehamilan karena diet akan meningkatkan resiko kekurangan vitamin, mineral, dan energi pada ibu hamil.
Hindari merokok dan minuman beralkohol
Hindari makanan cepat saji atau junk food serta makanan tinggi kalori
Hindari makanan yang tinggi garam dan pengawet makanan (Siswosuharjo,Chakrawati,2010)
Universitas Sumatera Utara
23
Tabel 2.3. Contoh Pengaturan Makan Sehari Untuk Ibu Hamil Bahan Makanan
Trimester I
Trimester II dan III
3 ¼ gelas
3 ½ gelas
Daging/penukar
2 ½ potong
2 ½ potong
Tempe/penukar
5 potong
5 potong
Sayur
3 gelas
3 gelas
Buah
2 potong
2 potong
2 sdm
2 sdm
Kacang Hijau
2 ½ sdm
2 ½ sdm
Susu
2 ½ sdm
2 ½ sdm
-
4 sdm
1 sdm
1 sdm
Energi : 2095,8 kal
Energi : 2164,5 kal
Protein : 79,5 gram
Protein : 82,5 gram
Lemak : 57 gram
Lemak : 65 gram
Karbohidrat : 273,8 gram
Karbohidrat : 275 gram
Vitamin C : 70 mg
Vitamin C : 70 mg
Zat Besi : 31 mg
Zat besi : 31 mg
Nasi/Penukar
Minyak
Tepung Gula
Sumber : Brosur Makanan Sehat Ibu Hamil (Depkes,2011)
2.3. Pengetahuan 2.3.1
Defenisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu baik penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. (Notoatmodjo, 2010) 2.3.2
Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), Pengetahuan dibagi menjadi 6
tingkat yang
dicapai dalam domain kognitif yaitu :
Universitas Sumatera Utara
24
A. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. B. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar, mampu menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh, meramalkan, dan sebagainya. C. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya atau penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip, dan sebagainya dalam situasi lain. D. Analisis (Analysis) Suatu kemampuan menjabarkan materi kedalam komponen-komponen tapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya dengan menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. E. Sintesis (Synthesis) Menunjuk
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Misalnya
dapat
menyusun,
merencanakan,
meringkaskan,
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumus-rumus yang telah ada. F. Evaluasi (Evaluation)
Universitas Sumatera Utara
25
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukakn justifikasi suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. (Notoatmodjo, 2010) 2.4 Hubungan Pengetahuan Tentang Nutrisi Masa Kehamilan dengan Pola Makan Ibu Hamil Nutrisi masa kehamilan merupakan hal yang penting dalam kehamilan. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan, seorang ibu hamil harus dapat memilih dan menentukan pilihan makanan yang dikonsumsi selama kehamilan (Sizer et al, 2007). Keberhasilan pemenuhan nutrisi tentunya didukung oleh banyak faktor terutama pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi pada masa kehamilan. Sesorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang pentingnya zat gizi yang adekuat dan seimbang akan cenderung merubah kebiasaan dan pola makannya menjadi lebih baik (Mirsanjari et al,2012). Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan banyak faktor yang mempengaruhi pola makan pada ibu hamil. Salah satunya pada penelitian di Boston, Amerika, ditemukan bahwa pengetahuan akan nutrisi yang baik mempengaruhi asupan zat gizi pada ibu-ibu sebelum dan saat mengandung. Hal ini terlihat dari nilai konsumsi protein yang adekuat mendukung kesehatan ibu dan janin. Kemudian, penelitian di Toronto, Kanada, menunjukkan bahwa konseling serta pengetahuan tentang zat gizi dan suplemen juga meningkatkan kesehatan ibu hamil dan bayi yang dilahirkan, serta menurunkan resiko terjadinya komplikasi selama kehamilan hingga persalinan. Selain itu, penelitian di Inggris Raya menunjukkan bahwa tingkat sosial ekonomi ibu hamil merupakan prediktor kuat untuk perkembangan kesehatan kehamilan (Wardlaw, Hampl, 2004). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan pada ibu hamil adalah umur, penghasilan, tingkat pendidikan ibu hamil,
Universitas Sumatera Utara
26
pengetahuan tentang nutrisi kehamilan, jumlah kehamilan dan persalinan yang pernah dialami, serta jarak antara kehamilan. Tingkat pendidikan, penghasilan, dan pengetahuan merupakan faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi perilaku dan pola makan pada ibu hamil (Daba et al,2012) Rendahnya status ekonomi dapat mempengaruhi pemenuhan nutrisi selama masa kehamilan. Beberapa karakteristik seperti kemiskinan, pelayanan kesehatan yang tidak adekuat, serta rendahnya pengetahuan merupakan masalah yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu hamil. Selain itu, jarak antara kehamilan yang satu dengan kehamilan yang lainnya juga mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Umumnya, bayi yang dilahirkan dengan jarak kurang dari 1 tahun dengan saudaranya memiliki resiko yang lebih tinggi untuk lahir dengan berat badan yang rendah serta lahir prematur. Kurangnya asuhan prenatal serta kebiasaan hidup yang buruk seperti merokok, alkohol, obat-obatan terlarang juga dapat menyebabkan terjadinya defisiensi nutrisi selama kehamilan (Wardlaw,Hampl,2004).
Universitas Sumatera Utara