BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plasenta Previa

2.2 Klasifikasi Plasenta Previa . Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu ter...

32 downloads 767 Views 516KB Size
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Plasenta Previa Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk

bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme khusus untuk menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin. Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan. Salah satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi atau disebut dengan plasenta previa (Manuaba, 2005). Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri (Prawirohardjo, 2008).

Universitas Sumatera Utara

2.2

Klasifikasi Plasenta Previa Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui

pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, karena klasifikasi tidak didasarkan pada keadaan anatomi melainkan pada keadaan fisiologis yang dapat berubah-ubah, maka klasifikasi ini dapat berubah setiap waktu misalnya pada pembukaan yang masih kecil, seluruh pembukaan yang lebih besar, keadaan ini akan menjadi plasenta previa lateralis. Ada juga penulis yang menganjurkan bahwa menegakkan diagnosa sewaktu “moment opname” yaitu saat penderita diperiksa (Mochtar, 2002). 2.2.1 Menurut De Snoo Klasifikasi plasenta previa menurut De Snoo dalam Mochtar (2002), berdasarkan pembukaan 4-5 cm dibagi menjadi dua, yaitu : 1.

Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi seluruh ostium.

2.

Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh plasenta, dapat dibagi menjadi: a. Plasenta previa lateralis posterior, bila sebagian menutupi ostium bagian belakang. b. Plasenta previa lateralis anterior, bila sebagian menutupi ostium bagian depan c. Plasenta previa lateralis marginalis, bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi plasenta.

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Menurut Browne Klasifikasi plasenta previa menurut Browne dalam Mochtar (2002) yaitu : 1.

Tingkat 1 = Lateral plasenta previa Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.

2.

Tingkat 2 = Marginal plasenta previa. Plasenta mencapai pinggir pembukaan

3.

Tingkat 3 = Complete plasenta previa Plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.

4.

Tingkat 4 = Central plasenta previa Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.

Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu : 1.

Plasenta previa totalis Apabila jaringan plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.

2.

Plasenta previa parsialis Yaitu apabila jaringan plasenta menutupi sebagian ostium uteri internum.

3.

Plasenta previa marginalis Yaitu plasenta yang tepinya terletak pada pinggir ostium uteri internum.

4.

Plasenta previa letak rendah Apabila jaringan plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas ostium uteri internum, pada pemeriksaan dalam tidak teraba (Prawirohardjo, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1 Implantasi plasenta normal

Gambar 2.2 Plasenta previa letak rendah

Gambar 2.3 Plasenta previa parsialis

Gambar 2.4 Plasenta previa totalis

Dari semua klasifikasi plasenta previa, frekuensi plasenta previa totalis sebesar 20-45%, plasenta previa parsialis sekitar 30% dan plasenta previa marginalis sebesar 25-50% (Anurogo, 2008).

Universitas Sumatera Utara

2.3

Faktor-faktor Risiko Terjadinya Plasenta Previa Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa

faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa, antara lain : 1.

Umur

2.

Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)

3.

Hipoplasia endometrium

4.

Korpus luteum bereaksi lambat

5.

Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium

6.

Endometrium cacat, seksio cesarea, kuretase, dan manual plasenta

7.

Kehamilan kembar

8.

Riwayat plasenta previa sebelumnya (Mochtar, 2002).

2.3.1 Umur ibu Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita pada umur kurang dari 20 tahun mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami plasenta previa karena endometrium masih belum matang, dan kejadian plasenta previa juga sering terjadi pada ibu yang berumur di atas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur (Prawirohardjo, 2008). Menurut Santoso (2008) berdasarkan penelitiannya di RS dr. Hasan Sadikin Bandung dalam kurun waktu Januari 1998 - Desember 2002, mengatakan bahwa semakin tua umur ibu maka kemungkinan untuk mendapatkan plasenta previa semakin besar, pada ibu yang melahirkan dengan usia di atas 40 tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya plasenta previa.

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Paritas Para merupakan seorang wanita yang pernah melahirkan bayi aterm. Beberapa istilah yang berkaitan dengan paritas yaitu (1) primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali, (2) multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali, dan (3) grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm lebih dari lima kali (Manuaba, 2005). Plasenta previa lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah (Manuaba, 2004). Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman bila ditinjau dari sudut kematian ibu. Paritas lebih dari 3 dapat menyebabkan angka kematian ibu tinggi (Mochtar, 2002). Menurut Wardana (2007) plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih sering pada ibu yang sudah beberapa kali melahirkan dari pada ibu yang baru sekali melahirkan (Primipara), sedangkan hasil penelitian Santoso (2008) di rumah sakit dr. Hasan Sadikin Bandung dalam kurun waktu Januari 1998 – Desember 2002, kehamilan multipara mempunyai risiko 1,28 kali untuk terjadinya plasenta previa, demikian juga dengan grandemultipara. 2.3.3 Riwayat kehamilan/persalinan Persalinan yang dialami oleh ibu dengan persalinan prematur, keguguran, bekas persalinan berulang dengan jarak pendek, persalinan dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi lahir mati, cedera dalam uterus atau jalan lahir yang ditimbulkan oleh proses kehamilan dan persalinan terdahulu dapat berakibat buruk pada kehamilan yang sedang dialami (Mochtar, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Di Amerika Serikat tahun 1997 telah menunjukkan bahwa ibu dengan riwayat SC minimal satu kali mempunyai risiko 2,6 kali untuk menjadi plasenta previa pada kehamilan berikutnya (Santoso, 2008).

2.4

Gambaran Klinik Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut :

1.

Perdarahan pervaginam Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari perdarahan sebelumnya.

2.

Tanpa alasan dan tanpa nyeri Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya.

3.

Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.

4.

Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005).

Universitas Sumatera Utara

2.5

Cara Persalinan Pada umumnya yang menentukan tindakan dalam memilih cara persalinan

yang terbaik tergantung dari (Mochtar, 2002) : 1.

Jenis plasenta previa

2.

Paritas

3.

Jumlah perdarahan : banyak atau sedikit,

4.

Keadaan umum ibu

5.

Keadaan janin: hidup, gawat, atau meninggal

6.

Pembukaan jalan lahir

7.

Fasilitas penolong dan rumah sakit Setelah memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas, ada dua pilihan

persalinan, yaitu : 2.5.1 Persalinan pervaginam Persalinan pervaginam bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta sehingga perdarahan berkurang atau berhenti. Persalinan pervaginam dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu : a.

Amniotomi (pemecahan selaput ketuban) Pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk melancarkan persalinan pervaginam, karena bagian terbawah janin akan menekan plasenta yang berdarah, persalinan berlangsung lebih cepat, dan bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan segmen bawah rahim.

Universitas Sumatera Utara

Amniotomi dilakukan dengan indikasi : 1.

Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila telah ada pembukaan.

2.

Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan pembukaan 4 cm atau lebih.

3.

Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah meninggal (Mochtar, 2002). Tindakan yang dapat dilakukan bidan pada kasus plasenta previa adalah

dengan cara : 1.

Pasang infus dengan cairan pengganti (chloret, laktat ringer, glukosa ringer)

2.

Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat perdarahan bertambah banyak.

3.

Segera melakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang cukup untuk tindakan operasi dan sebagainya. Pada kasus prematurus, setelah pemeriksaan dilakukan pemecahan ketuban

untuk menghentikan perdarahan. Tekanan bagian terendah janin akan menekan plasenta previa sehingga perdarahan berhenti (Manuaba, 2008) . 2.5.2 Persalinan perabdominam, dengan seksio cesarea Persalinan dengan seksio cesarea bertujuan untuk secepatnya mengangkat sumber perdarahan dengan demikian memberikan kesempatan kepada uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahannya dan untuk menghindari perlukaan serviks dan segmen-segmen uterus apabila dilakukan persalinan pervaginam (Prawirohardjo, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Seksio cesarea dilakukan dengan indikasi : a. Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal b. Semua plasenta previa lateralis posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada. c. Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dengan tindakan-tindakan yang ada. d. Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang (Mochtar, 1998).

2.6

Komplikasi Plasenta Previa Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita

plasenta previa, yaitu : 1.

Komplikasi pada ibu a. Dapat terjadi anemia bahkan syok b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh c. Infeksi karena perdarahan yang banyak (Manuaba, 2008).

2.

Komplikasi pada janin a. Kelainan letak janin. b. Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi c. Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian (Manuaba, 2008).

Universitas Sumatera Utara

2.7

Prognosis Prognosis ibu pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan

dengan masa lalu. Hal ini dikarenakan diagnosa yang lebih dini, ketersediaan transfusi darah, dan infus cairan yang telah ada hampir semua rumah sakit kabupaten. Demikian juga dengan kesakitan dan kematian anak mengalami penurunan, namun masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun karena intervensi seksio cesarea. Karenanya kelahiran prematur belum sepenuhnya

bisa

dihindari

sekalipun

tindakan

konservatif

diberlakukan

(Prawirohardjo, 2008).

2.8

Variabel yang Diteliti

-

Umur ibu Paritas Usiakehamilan Riwayat kehamilan/persalinan sebelumnya Klasifikasi plasenta previa Cara persalinan Keadaan janin

Universitas Sumatera Utara