BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG SETIAP WANITA

Download hormon disebut sebagai tahapan peri menopause atau disebut dengan masa transisi menopause (Umland ... bahwa keluhan vasomotor banyak terjad...

0 downloads 323 Views 53KB Size


BAB I PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Setiap wanita melewati tiga tahapan dalam masa klimakterium yaitu pra menopause, peri menopause dan paska menopause. Tahapan dimana wanita mengalami perubahan menstruasi sampai berhentinya menstruasi dan perubahan hormon disebut sebagai tahapan peri menopause atau disebut dengan masa transisi menopause (Umland, 2008). Pada wanita perimenopause mengalami peningkatan sekresi luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH) yang dapat mempercepat penipisan folikel sehingga mengurangi sekresi dari hormon estrogen dan inhibin (Whiteman et al., 2003). Menopause merupakan peristiwa yang menandai akhir dari masa reproduktif seorang wanita, periode ini terjadi ketika sudah tidak ada siklus menstruasi selama 12 bulan berturut-turut (Capistrano et al., 2015). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), menopause diartikan sebagai proporsi wanita umur 30 tahun atau lebih yang tidak dalam masa nifas, tidak sedang hamil, dan tidak mendapat haid selama • 6 bulan sebelum survei atau sudah berhenti haid (SDKI, 2012). Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 mencatat sebesar 5.320.000 wanita di Indonesia memasuki masa menopause per tahunnya. Depkes RI (2005), memperkirakan penduduk Indonesia tahun 2020 akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan jumlah wanita usia menopause sekitar 30,3 juta jiwa dan usia rata-rata 49 tahun. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengemukakan di Indonesia tahun 2025 jumlah penduduk sebesar 273,65 juta jiwa dan angka harapan hidup 73,7 tahun. Sedangkan data SDKI (2012) menunjukkan angka harapan hidup perempuan dari 62 tahun 1990 meningkat menjadi 73 tahun pada 2010. Angka harapan hidup di Daerah Istimewa Yogyakarta relatif lebih tinggi dibandingkan provinsi lain di Indonesia, yaitu 73,71 tahun. Harapan hidup perempuan sebesar 75,53 tahun lebih tinggi jika dibandingkan laki-laki hanya 71,78 tahun. Selain itu, struktur penduduk DIY mengarah kepada struktur

ϭ 

Ϯ 

penduduk tua dengan proporsi jumlah lansia meningkat khususnya perempuan. Pada tahun 2013 di DIY angka harapan hidup dari 5 Kabupaten/Kota paling tinggi terjadi di Kabupaten Sleman yaitu 75,79 tahun, perempuan 77,41 tahun dan lakilaki 73,81 tahun (BPPM, 2015). Di Indonesia mengalami double burden diseases, yaitu terjadinya peningkatan jumlah penyakit tidak menular, namun disisi lain masih tingginya angka kematian akibat penyakit menular. Meningkatnya harapan hidup wanita secara tidak langsung memberikan kontribusi negatif. Stojanovska et al. (2014), menyatakan bahwa selama wanita dalam masa menopause dan penuaan disertai perubahan kadar hormon maka wanita berisiko terjadi peningkatan kondisi kronis seperti kanker, diabetes tipe II, autoimunitas, osteoporosis dan penyakit kardiovaskuler. Salah satu keluhan primer pada wanita menopause ialah keluhan vasomotor sedangkan keluhan lain seperti somatik, disfungsi seksual, perubahan mood dan lain-lain merupakan keluhan sekunder (Heidi, 2008). Keluhan vasomotor dialami oleh wanita menopause selama bertahun-tahun dan akan berpengaruh terhadap kualitas hidupnya. Sekitar 75% wanita mengalami keluhan vasomotor paling banyak dibandingkan keluhan lain (somatik, psikologi atau seksual). Durasi terjadinya keluhan vasomotor yaitu 4-5 tahun, namun dapat juga terjadi selama > 10 tahun setelah menopause dan bahkan seumur hidup (Berin et al., 2016). Roberts and Hickey (2016) dan Elavsky et al. (2012b) menjelaskan bahwa keluhan vasomotor banyak terjadi pada masa transisi menopause sekitar usia 47 tahun dan berakhir rata-rata 5-8 tahun setelahnya. Tan et al. (2014) menyatakan

bahwa

keluhan

vasomotor

banyak

dialami

oleh

wanita

perimenopause 40-60%. Salah satu upaya untuk mengurangi keluhan menopause adalah terapi hormon tetapi memiliki efek samping berbahaya. Umland (2008) menyebutkan bahwa wanita yang melakukan terapi pengganti hormon berisiko mengalami kanker payudara, kanker endometrium, stroke dan venous thromboembolism. Sehingga perlu adanya alternatif lain untuk mengurangi keluhan menopause dengan melakukan aktivitas fisik aktif. Kim et al. (2014) menyebutkan bahwa

 

ϯ 

aktivitas fisik secara teratur dapat mengurangi keluhan menopause. de Azevedo Guimarães and Baptista (2011) menyatakan bahwa melakukan jalan kaki selama 30-60 menit per hari dapat mengurangi keluhan vasomotor dan psikologis͘ Tan et al. (2014) Aktivitas fisik seperti aerobik secara signifikan menurunkan keluhan vasomotor. Hasil penelitian kohort prospektif oleh Gabriel et al. (2015) menunjukkan bahwa salah satu menurunnya hot flashes wanita yang aktivitas fisiknya tinggi yaitu aktivitas fisik •60 menit per hari selama 12 hari. Namun, masih ada beberapa literatur menunjukkan hasil tidak konsisten antara hubungan aktivitas fisik dengan keluhan vasomotor, sehingga peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang hubungan aktivitas fisik dengan keluhan vasomotor pada wanita perimenopause.

B. Rumusan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik mempengaruhi keluhan vasomotor pada wanita perimenopause. Pertanyaan peneliti yang diajukan dalam studi ini adalah: “Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan keluhan vasomotor pada wanita perimenopause?” 

C. Tujuan peneltian 1.

Tujuan umum Mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan keluhan vasomotor pada wanita perimenopause.

2.

Tujuan khusus 1. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan keluhan vasomotor pada wanita perimenopause. 2. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dan keluhan vasomotor dengan mempertimbangkan faktor- faktor tingkat pendidikan, pekerjaan, tekanan darah, Index Masa Tubuh (IMT) dan merokok pasif pada wanita perimenopause.

 

ϰ 

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil

penelitian

ini

diharapkan

dapat

bermanfaat

dalam

pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan keluhan-keluhan pada saat menopause dan sekaligus dapat dijadikan referensi dalam studistudi sejenis selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat, khususnya permasalahan menopause pada wanita. Masyarakat juga mengetahui pentingnya melakukan aktivitas fisik yang cukup serta dampaknya

terhadap

keluhan

vasomotor.

Instansi

terkait

lebih

memperhatikan kelompok wanita perimenopause karena lebih sering mengalami keluhan vasomotor dan keluhan menopause yang lain yang dapat berdampak terhadap kualitas hidup.

E. Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran kepustakaan yang telah penulis lakukan, terdapat beberapa penelitian yang berhubungan antara lain: 1. Canário et al. (2012) meneliti tentang “The impact of physical activity on menopausal symptoms in middle-aged women”. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi pengaruh aktivitas fisik pada gejala klimakterik pada wanita paruh baya di Brasil. Pada penelitian tersebut mengatakan bahwa aktivitas fisik dapat mengurangi keluhan menopause yang dialami oleh wanita paruh baya di Brasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik berpengaruh signifikan terhadap keluhan hot flashes (p<0.001). 2. Mansikkamäki et al. (2015) melakukan penelitian berjudul “Physical activity and menopause-related quality of life–A population-based cross-sectional study”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan antara keterlibatan

di

tingkat

aktivitas

fisik

dan

kualitas

hidup

yang

direkomendasikan pada wanita paruh baya. Pada peneltian tersebut mengatakan bahwa aktivitas fisik sangat berpengaruh terhadap keluhan

 

ϱ 

menopause. Rancangan penelitian adalah population- based cross-sectional study. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang aktivitas fisik tidak aktif maka mengalami risiko keluhan vasomotor 1.19 lebih besar dibandingkan wanita yang aktivitas fisiknya aktif. 3. Elavsky et al. (2012a) meneliti tentang “Effects of physical activity on vasomotor symptoms: examination using objective and subjective measures”. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai efek dari latihan aerobik yang akut dan PA harian pada gejala vasomotor menopause. Rancangan penelitian adalah studi experimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total pengukuran hot Flushes (HFs) baik objektif maupun subjektif lebih rendah setelah wanita melakukan latihan akut. 4. Parazzini (2005) melaksanakan penelitian tentang “Factors associated with climacteric symptoms in women around menopause attending menopause clinics in Italy”. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data berkorelasi gejala klimakterik pada wanita menopause yang mengikuti klinik menopause di Italia. Dalam penelitian tersebut menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan klimakterium adalah pendidikan, BMI dan aktivitas fisik. Rancangan penelitian adalah cross sectional. Hasil penelitian menyebutkan bahwa OR keluhan sedang dan parah dari hot flushes/ night sweats lebih rendah pada wanita yang berpendidikan tinggi dan wanita yang melaporkan melakukan aktivitas fisik secara rutin. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah meneliti tentang keluhan menopause. Perbedaan dalam penelitian ini adalah pada subjek yang akan diteliti, variabel, metode penelitian, lokasi, waktu dan jumlah sampel penelitian.