BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu: Bab ke-satu pendahuluan, ... 18 Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, (Pekanbaru: Amzah, 2005), hal. 97...

33 downloads 386 Views 402KB Size
1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alquran adalah pedoman hidup bagi manusia yang menghendaki kebahagiaan, baik di dunia lebih-lebih lagi di akhirat. Seluruh ajaran Islam pada prinsipnya telah tertuang dalam kitab suci ini. Isinya sangat universal, sesuai untuk segala zaman dan makan. Namun demikian, pemahaman terhadap isi yang dikandungnya tidaklah semudah orang memahami isi bacaan kitab-kitab atau buku-buku selainnya. Oleh karena itu, bagi yang ingin memahaminya secara lebih mendalam sangat diharuskan memiliki metode-metode yang relevan dan tepat untuk memahaminya. Sehingga pesan Ilahi itu dapat dicerna secara lebih baik dan dapat diamalkan dalam hidup dan kehidupan manusia. Hal ini tentu saja sangat penting artinya bagi manusia karena tujuan utama diturunkanya kitab suci tersebut adalah untuk menentukan kehidupan manusia ke jalan yang benar yang berujung pada tercapainya kebahagiaan di dunia dan akhirat. Karena, tujuan utama diturunkanya Alquran adalah sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai pembeda antara yang hak dan yang bathil. Kalau pada masa Rasulullah saw., para sahabat menanyakan persoalan-persoalan yang tidak jelas kepada Rasulullah saw., maka setelah wafatnya mereka harus melakukan ijtihad, khususnya mereka yang mempunyai kemampuan, seperti Ali bin Abi Thalib1 dan yang lainya. 1

Sahabat-sahabat yang terkemuka dalam bidang ilmu tafsir ada 10 orang. Yaitu: 1. Abu Bakar Ash Shidiq, 2. `Umar Al Faruq, 3. `Utsman Dzun Nurain, 4. `Ali Bin Abi Thalib, 5. `Abdullah ibn Mas`ud, 6. `Abdullah ibn `Abbas, 7. Zaid bin Tsabit, 9. Abu Musa Al Asy`ary, 10. `Abdullah ibn Zubair. Kalangan khulafa yang paling banyak diterima tafsirnya ialah: `Ali ibn Abi Thalib, dan dari kalangan bukan khulafa, ialah: Ibn `Abbas, `Abdullah ibn mas`ud, dan Ubay ibn Ka`ab. Lihat M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hlm. 213-214. Abu Bakar Ash Shidiq, 2. `Umar Al Faruq, 3. `Utsman Dzun Nurain, 4. `Ali Bin Abi Thalib, 5. `Abdullah ibn Mas`ud, 6. `Abdullah ibn `Abbas, 7. Zaid bin Tsabit, 9. Abu Musa Al

2

Namun redaksi ayat-ayat Alquran, sebagaimana setiap redaksi yang diucapkan atau ditulis, tidak dapat dijangkau maksudnya secara pasti, keculai oleh pemilik redaksi tersebut. Hal ini kemudian menimbulkan keanekaragaman penafsiran, tidak terkecuali para sahabat Nabi yang secara umum menyaksikan turunya wahyu, mengetahui konteksnya, serta memahami secara alamiah struktur bahasa dan arti kosakatanya, tidak jarang berbeda pendapat atau bahkan keliru dalam memahami maksud firmanfirman Allah yang mereka dengar atau mereka baca. Dalam rangka penafisran ayat-ayat Alquran dengan tujuan untuk memahami maksud redaksi tersebut tak jarang dilakukan penakwilan terhadap ayat-ayat yang tidak mampu dipahami dengan penafsiaran. Dengan demikian, betapa pentingnya aspek penafsiran dan penakwilan ayat-ayat Alquran, lalu apa pengertian tafsir dan takwil secara bahasa dan istilah, perbedaan tafsir dan takwil, serta respon ulama tentangnya. B. Fokus Penulisan 1. Apa makna tafsir dan takwil, ditinjau secara bahasa dan istilah? 2. Apa persamaan tafsir dan takwil? 3. Apa perbedaan tafsir dan takwil? 4. Bagaimana respon ulama mengenai, tafsir dan takwil? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mendeskripsikan makna tafsir dan takwil, secara bahasa dan istilah. 2. Untuk mendeskripsikan persamaan tafsir dan takwil. 3. Untuk mendeskripsikan perbedaan tafsir dan takwil. 4. Untuk mendeskripsikan respon ulama mengenai, tafsir dan takwil.

Asy`ary, 10. `Abdullah ibn Zubair. Kalangan khulafa yang paling banyak diterima tafsirnya ialah: `Ali ibn Abi Thalib, dan dari kalangan bukan khulafa, ialah: Ibn `Abbas, `Abdullah ibn mas`ud, dan Ubay ibn Ka`ab. Lihat M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hlm. 213-214.

3

D. Manfaat Penulisan Penulisan ini diharapkan bermanfaat, serta mampu memberikan kontribusi terhadap penguasaan mata kuliah studi Alquran. Hasil penulisan yang dilakukan ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Memberikan gambaran serta masukan terhadap calon magister pendidikan guru madrasah ibtida’iyah seputar pembahasan studi Alquran. 2. Hasil penulisan ini dapat dijadikan acuan bagi penulis berikutnya yang ingin melanjutkan pembahasan mendalam untuk memperoleh perbandingan sehingga memperkaya hasil penulisan. E. Sistematika Penulisan Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu: Bab ke-satu pendahuluan, terdiri dari: latar belakang, fokus penulisan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. Bab ke-dua pembahasan, terdiri dari: makna takwil dan tafsir secara bahasa dan istilah, persamaan dan perbedaan tafsir dan takwil, serta respon ulama. Bab ke-tiga penutup, terdiri dari: kesimpulan dan saran.

4

BAB II PEMBAHASAN A. Makna Tafsir dan Takwil 1. Makna Tafsir Makna tafsir secara bahasa adalah menjelaskan, menyingkap, dan menampakkan atau menerangkan makna yang abstrak.2Tafsir juga mengandung makna: “menjelaskan atau menerangkan3 keterangan sesuatu4 atau “tafsirah yaitu alat kedokteran yang dapat mengungkapkan penyakit dari seorang pasien, maka tafsir ”dapat mengeluarkan makna yang tersimpan dalam kandungan ayat-ayat Alquran.5 Kata tafsir di dalam Alquran disebutkan dalam surah Al-Furqan (25): 33, yang bermakna: penjelasan dan perincian. Maksudnya: setiap kali mereka datang kepada nabi Muhammad s.a.w membawa suatu hal yang aneh berupa usul dan kecaman, Allah menolaknya dengan suatu yang benar dan nyata. Kata tafsir dalam Alquran di sandingakan dengan kata al-haq yang berarti kebenaran eksak dan absolute. Menurut konteks ayat tersebut kata tafsir merupakan penjelasan atau konfirmasi terhadap segala sesuatu yang ganjil lagi aneh yang di sodorkan oleh orang inkar (kafir) kepada Muhammad sebagai pembawa Alquran. Sehingga makna dari at-tafsir, ialah penjelasan atau perincian-perincian tentang ayat-ayat Alquran.7 6

Jadi, tafsir secara bahasa adalah menyingkapkan, menjelaskan, menerangkan, memberikan perincian atau menampakkan. Sehingga, proses penafsiran adalah, menghilangkan kesamaran dan ketidakjelasan.8Suatu kata

2

Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-qur’an, (Sumatra Utara: Amzah, 2005), hlm

17. 3

Rif’at Syauqi Nawawi dan Muhammad Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), hlm. 139. 4 Nawawi, Pengantar…, hlm 139. 5 Nawawi, Pengantar…, hlm 139.. 6

        

Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu perumpamaan, melainkan Kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (QS 25:33) 7

Nasaruddin Umar, Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial, (Jakarta: Amzah, 2007), hal. 47. 8 M. Baqir Hakim, Ulumul Qur`an, (Jakarta: Al-Huda, 2006), hlm. 322.

5

tidak dapat dikatakan telah mengalami proses penafsiran, kecuali jika terjadi proses menjelaskan.9 Tafsir, secara istilah memiliki berbagai macam pendapat dalam memaknainya, yaitu: a. Abu Hayyan mengartikan tafsir adalah, ilmu yang membahas tentang pengucapan lafal-lafal Alquran, tentang petunjuk-petunjuknya, dan hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun ketika tersusun serta hal-hal lain yang melengkapinya.10 b. Abu-Zarkasyy dalam Al Burhan mengemukakan bahwa tafsir adalah, ilmu untuk memahami kitabullah yang di turunkan kepada nabi Muhammad saw., menjelaskan makna-maknanya serta mengeluarkan hukum dan hikmahnya.11 c. Tafsir menurut Al-Kilby dalam At-Tashiel adalah menjelaskan Alquran, menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki nash, isyarat atau tujuan.12 d. Menurut Syaikh Al-Jazairi tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan kata yang sukar dipahami oleh pendengar sehingga berusaha 4 mengemukakan sinonimnya atau makna yang mendekatinya atau dengan 13 jalan dalalah (petunjuk). 2. Makna Takwil Lafazh takwil timbul beriringan dengan tafsir, dalam pembahasan tentang Alquran, di kalangan ahli tafsir. Kedua kata tersebut menunjukkan penjelasan tentang makna suatu lafazh tertentu dan berusaha mengungkap makna di balik lafazh tersebut. “Seseorang menakwilkan suatu ucapan, artinya ia merenungkanya, mengira-ngira, dan menafsirkanya.”14 Kata takwil diambil dari kata “aul”, yang bermakna kembali dan berpaling. Ada juga yang mengatakan, diambil dari kata “ail” yang berarti “memalingkan”, yakni: memalingkan ayat dari makna yang dhahir kepada sesuatu makna yang dapat diterima olehnya.15

9

…, jika tidak terdiri dari kata yang masih samar dan belum jelas maknanya. Lihat M. Baqir Hakim, Ulumul…, hlm. 322. 10 Nawawi, Pengantar…, hlm 144. 11 Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar …, hlm. 178. 12 Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar …, hlm. 178. 13 Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar …, hlm. 179. 14 Abdul Halim Hasan, Tafsir Al-Ahkam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 337. 15 Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar …, hlm. 181.

6

Kata takwil terdapat dalam Alquran sebanyak tujuh kali, yaitu: a. QS. Al-imron (3) : 7 b. QS. An-nisa’ (4) : 59 c. QS. Al-a’rof (7) : 52-53 d. QS. Yunus (10) : 39 e. QS. Yusuf (12) : 6 f. QS. Al-Isro’ (17) : 35 g. QS. Al-kahfi (18) : 78 Pendapat Masyhur, takwil berarti sama dengan tafsir, yaitu, menjelaskan, dengan pengertian tersebut, kata takwil, dapat mempunyai arti: a. Kembali atau mengembalikan, yakni mengembalikan pada proporsi yang sesungguhnya. b. Memalingkan, yakni memalingkan suatu lafazh tertentu yang mempunyai sifat khusus dari makna lahir ke makna batin lafazh itu, karena ada ketetapan dan keserasian dengan maksud yang dituju. c. Menyiasati, yakni dalam lafazh tertentu ada kalimat-kalimat yang mempunyai sifat khusus memerlukan siasat yang jitu untuk menemukan maksudnya yang setepat-tepatnya.16 Imam Al-Ghazali, dalam Kitab Al-Mutashfa: “Sesungguhnya takwil itu adalah ungkapan tentang pengambilan makna dari lafazh yang bersifat probabilitas yang didukung oleh dalil dan menjadikan arti yang lebih kuat dari makna yang ditujukan oleh lafazh zahir.” As Said Al Jurjany, dalam At Ta’rifat : “Takwil, ialah: memalingkan lafazh dari makna yang zahir kepada makna yang muhtamil, apabila makna yang muhtamil itu tidak berlawanan dengan Alquran dan As Sunnah.” Sebagian ulama, memaknai takwil, sebagai berikut17: a. Takwil adalah, mengembalikan sesuatu kepada gayanya, yakni menerangkan apa yang dimaksud dari padanya. 16 17

Nawawi, Pengantar Ilmu…, hlm. 144. Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar …, hlm. 180.

7

b. Takwil ialah, menerangkan salah satu makna yang dapat diterima oleh lafazh. Sehingga tafsir, berarti, penjelasan terhadap makna lahiriah dari ayat Alquran yang pengertiannya secara tegas menyatakan maksud yang dikehendaki oleh Allah. Dan, menakwilkan Alquran adalah membelokkan atau memalingkan lafazh-lafazh atau kalimat-kalimat yang yang ada dalam Alquran dari makna lahirnya ke makna lainya, sehingga dengan cara demikian pengertian yang diperoleh lebih cocok dan sesuai dengan jiwa ajaran Alquran dan sunah Rasulullah saw.18 Para ahli tafsir mengatakan, secara umum ada kesesuaian antara dua kata tersebut (tafsir dan takwil). Tapi, juga terlihat perbedaan dari keduanya. Kedua kata tersebut, sama kedudukanya.19 2. Persamaan Tafsir dan Takwil Pendapat ulama, mengenai persamaan tafsir dan takwil. a. Abu ubaidan dan sekelompok ulama berpendapat bahwa tafsir dan takwil adalah sama b. Tafsir dan takwil, dengan segala pengertiannya, merupakan usaha sungguhsungguh untuk menemukan dan menjelaskan makna-makna atau kehendak Allah dari firman-Nya. c. Menurut Abdul Wahhab Khallaf, tafsir dam takwil memiliki persamaan, yaitu sama-sama berusaha menjelaskan pesan-pesan yang dikehendaki Allah. d. Menurut Abu `Ubadah, tafsir dan takwil adalah sinonim. Pendapat inlah yang masyhur di kalangan ulama klasik. 3. Perbedaan Tafsir dan Takwil Maksud perbedaan di sini bukanlah perbedaan dalam arti paradoksal, melainkan perbedaan dilihat dari segi spesifikasinya masing-masing, dan perbedaan dari segi sifat-sifat keduanya. Dalam “Manahilul Irfan Fi’Ulumi al-Qur’an” dijelaskan antara lain “takwil dalam istilah para mufassirin, pengertianya diperselisihkan”.20Bahkan ada yang berpendapat bahwa takwil itu sinonim dengan kata tafsir, karena 18

Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, (Pekanbaru: Amzah, 2005), hal. 97. Abdul Halim Hasan, Tafsir…, hlm. 337-338. 20 Nawawi, Pengantar Ilmu…, hlm. 146. 19

8

dilihat dari segi tujuan keduanya tidak berbeda, yaitu menjelaskan makna ayatayat Alquran. Dalam hal ini sebagian ulama melihat ada perbedaan-perbedaan antara keduanya, yaitu: a. Tafsir berbeda dengan takwil, perbedaanya adalah pada ayat-ayat yang menyangkut soal umum dan khusus, pengertian tafsir lebih umum dari pada takwil, karena takwil berkenaan dengan ayat-ayat yang khusus, misalnya ayat-ayat mutasyabihat. Jadi, mentakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat itu termasuk tafsir, tetapi tidak setiap penafsiran ayat disebut takwil. b. Tafsir adalah penjelasan lebih lanjut dari takwil, dan dalam tafsir sejauh terdapat dalil-dalil yang dapat menguatkan penafsiran boleh dinyatakan: “Demikianlah yang dikehendaki Allah”, sedangkan takwil hanya menguatakan salah satu makna dari sejumlah kemungkinan makna yang dimiliki ayat (lafazh) dan tidak boleh menyatakan: “Demikianlah yang dikehendaki Allah swt.” c. Tafsir menerangkan makna lafazh (ayat) melalui pendekatan riwayat, sedangkan takwil melalui pendekatan dirayah (kemampuan ilmu) dan berpikir rasional. d. Tafsir menerangkan makna-makna yang diambil dari bentuk yang tersurat (bil ibarah), sedangkan takwil adalah dari yang tersirat (bil isyarah). e. Tafsir berhubungan dengan makna-makna ayat atau lafazh yang biasa-biasa saja, sedangkan takwil berhubungan dengan makna-makna yang kudus. f. Tafsir mengenai penjelasan maknanya telah diberikan oleh Alquran sendiri, sedangkan takwil penjelasan maknanya diperoleh melalui istinbath (penggalian) dengan memanfaatkan ilmu-ilmu alatnya.21 Pendapat yang membedakan tafsir dan takwil, secara umum dan khusus, yaitu : 22

a. Tafsir pembahasanya, lebih umum dari pada takwil. Karena, tafsir adalah, penjelasan tentang suatu lafazh secara mutlak, lebih umum dari pada takwil, yaitu, ia mencari makna yang bertentangan dengan makna zahir lafazh yang dimaksud.

21 22

Ash-Shiddiqi, Sejarah dan Pengantar …, hlm. 185. Hasan, Tafsir…, hlm. 337-338.

9

b. Takwil membahas setiap ucapan yang memiliki makna zahir, kemudian makna tersebut dicari makna lainya. Perbedaan Antara Tafsir Dan Takwil No.

Tafsir

Takwil

1.

Ar-Raghib Ashfahani: lebih umum dan lebih banyak digunakan untuk lafaz dan kosakata dalam kitabkitab yang diturunkan Allah dan kitab-kitab lainnya

Ar-Raghib al-Asfahani: lebih banyak dipergunakan makna dan kalimat dalam kitab-kitab yang diturnkan Allah saja

2.

Menerangkan makna lafazh yang Menetapkan makna yang dikehendaki tidak menerima selain dari satu arti. suatu lafazh yang dapat menerima banyak makna karena didukung oleh dalil

3.

Al-Maturidi: menerangkan apa yang dikehendaki ayat dan menetapkan seperti yang dikehendaki Allah

Menyeleksi salah satu makna yang mungkin diterima oleh suatu ayat tanpa meyakinkan bahwa itulah yang dikehendaki Allah

4.

Abu Thalib Atas-Tsalabi: Menerangkan makna lafazh, baik berupa hakikat atau majaz

Abu Thalib atas-Tsalabi: Menafsirkan batin ayat

5.

Manna Qaththan: tafsir apa yang telah jelas dalam Kitab atau pasti dalam sunnah yang shahih karena maknanya jelas. Tafsir: apa yang berhubungan dengan riwayat.

Sedangkan takwi adalah apa yang disimpulkan ulama. Takwil adalah apa yang berhubungan dengan dirayah.

6.

Manna Qaththan: tafsir lebih Sedangkan takwil lebih banyak banyak dipergunakan dalam lafazh dipakai dalam makna dan susunan dan mufradat. kalimat.

Sebuah keterangan menyebutkan, bahwa, seorang ahli tafsir memiliki hukum yang pasti (qathi’), sedang ahli takwil memiliki hukum yang berdasarkan pada pemilihan makna yang paling benar, dari kemungkinankemungkinan yang ada.

10

Perbedaan antara keduanya dapat dipaparkan di bawah ini. Tafsir, pemakaiannya banyak dalam lafazh-lafazh dan mufradat. Jelas diterangkan dalam Alquran dan hadits-hadits sahih. Banyak berhubungan dengan riwayat Digunakan dalam ayat-ayat muhkamat (jelas) Bersifat menerangkan petunjuk yang dikehendaki. Takwil, pemakaiannya lebih banyak pada makna-makna dan susunan kalimat Kebanyakan diistinbath oleh para ulama. Banyak berhubungan dengan dirayat. Digunakan dalam ayat-ayat mutasyabihat (tidak jelas) Menerangkan hakikat yang dikehendaki.

4. Respon Ulama, Mengenai Tafsir dan Takwil23 a. Ar Raghib Al Asfahany: “Tafsir lebih umum dari takwil. Dia lebih banyak dipakai mengenai kata-kata tunggal. Sedang takwil, lebih banyak dipakai makna dan susunan kalimat.” b. Al Maturidy: “Tafsir ialah, menetapkan apa yang dikehendaki oleh ayat (lafaz) dan dengan sungguh-sungguh menetapkan, demikianlah yang dikehendaki Allah. Maka, jika ada dalil yang membenarkan penetapan itu, dipandanglah tafsir yang shahih. Kalau tidak, dipandanglah tafsir yang berdasarkan yang tidak dibenarkan. Takwil ialah, mentarjihkan salah satu makna yang mungkin diterima oleh ayat (lafazh), yakni salah satu muhtamilat, dengan tidak meyakini bahwa, demikianlah yang sungguhsungguh dikehendaki Allah.” c. Abu Thalib Ats tsa’laby: “Tafsir ialah, menerangkan makna lafazh, baik makna hakikatnya, maupun makna majaznya. Takwil ialah, mentafsirkan bathin lafazh. Jadi, tafsir bersifat menerangkan petunjuk yang dikehendaki, sedang takwil menerangkan hakikat yang dikehendaki.” d. Sebagian ulama menjelaskan: “Tafsir menerangkan makna lafazh yang tak menerima selain dari satu arti. Sedangkan, takwil, menetapkan makna yang dikehendaki oleh suatu tafazh yang dapat menerima banyak makna dan susunan kalimat.”

23

Ash-Shiddiqi, Sejarah dan Pengantar …, hlm. 181-182.

11

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Al-Qur`an sebagai ”hudan-linnas” dan “hudan-lilmuttaqin”, maka untuk memahami kandungan Alquran agar mudah diterapkan dalam pengamalan hidup sehari-hari memerlukan pengetahuan dalam mengetahui arti atau maknanya, tafsir, dan takwilnya sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah saw., Sehingga kehendak tujuan ayat Alquran tersebut tepat sasarannya. B. Saran Demikianlah makalah yang berisikan tentang tafsir dan takwil. Makalah inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target yang ingin dicapai. Adapun kiranya terdapat kritik dan saran digunakan sebagai penunjang pada makalah ini. Sehingga, penyusunan makalah berikutnya, akan lebih sempurna.

11

12

DAFTAR PUSTAKA Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, (Pekanbaru: Amzah, 2005). Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-qur’an, (Sumatra Utara: Amzah, 2005). Abdul Halim Hasan, Tafsir Al-Ahkam, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2006).

M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994). M. Baqir Hakim, Ulumul Qur`an, (Jakarta: Al-Huda, 2006). Nasaruddin Umar, Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial, (Jakarta: Amzah, 2007). Rif’at Syauqi Nawawi dan Muhammad Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988).

13

14

KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah teruntuk Allah swt., atas seluruh rahmat dan nikmatnya, sehingga makalah Tafsir Dan Takwil (Mengungkap Persamaan Dan Perbedaan, Di Dalamnya) dapat hadir di kelas PGMI. Uacapan terindah, berupa shalawat dan salam semoga senantiasa teruntuk nabi Muhammad saw., karena melalui ucapan, perbuatan, contoh, bimbingan, didikan, ajaran, dan perjuanganya umat manusia dapat diselamatkan dari bahaya kehancuran kemanusiaan dan peradaban. Sebagai hasil olah piker dari berbagai sumber yang di dalamnya tentu memilki banyak kekurangan, baik secara referensi, bahasa penulisan, dan penyampaian. Para pemakalah berikutnya ditantang untuk terus mengisi berbagai ketaksempurnaan makalah ini. Akhirnya, kepada Allah swt., jualah doa dipanjatkan, mudah-mudahan usaha ini bermanfaat bagi pemahaman studi Alquran.

Malang, Sepetember 2011

Pemakalah, Anis Fuadah Zuhri

ii

15

DAFTAR ISI Halaman Judul ................................................................................................i Kata Pengantar................................................................................................ii Daftar Isi........................................................................................................iii BAB I

PENDAHULUAN....................................................................1 A. Latar Belakang......................................................................1 B. Fokus Penulisan.....................................................................2 C. Tujuan Penulisan....................................................................2 D. Manfaat Penulisan..................................................................2 E. Sistematika penulisan............................................................3

BAB II

PEMBAHASAN........................................................................4 A. Makna Tafsir dan Takwil.......................................................4 B. Persamaan Tafsir dan Takwil.................................................7 C. Perbedaan Tafsir dan Takwil.................................................7 D. Respon Ulama.......................................................................10

BAB III

PENUTUP.................................................................................11 A. Kesimpulan...........................................................................11 B. Saran.....................................................................................11

Daftar Pustaka..............................................................................................12

iii

16

Tafsir Dan Takwil [Mengungkap Persamaan Dan Perbedaan, Di Dalamnya] Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Studi Alquran [Edisi Revisi] Dosen Pengampu: AUNUR ROFIQ, LC., M.Ag, Ph.D NIP. 19670928 200003 1 001

Oleh: ANIS FUADAH ZUHRI NIM. 11760029 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH (PGMI) A

PROGRAM PASCASARJANA UIN MALIKI MALANG 2012 i