1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan
dan
masyarakat,
serta
dilakukan
secara
bertahap
dan
berkesinambungan. Sasaran jangka panjang yang akan dicapai adalah masalah gizi tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2010). Prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang nasional pada tahun 2010 adalah 17,9 % yang terdiri dari 4,9 % gizi buruk dan 13,0 % gizi kurang. Target pencapaian sasaran MDGs tahun 2015 yaitu 15,5 % maka prevalensi gizi buruk dan gizi kurang secara nasional harus diturunkan minimal sebesar 2,4 % dalam periode 2011 sampai 2015. Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang DI Yogyakarta sebesar 11,3 %, yang terdiri dari 1,4 % gizi buruk dan 9,9 % gizi kurang (BPP Kemenkes RI, 2010). Prevalensi balita gizi buruk di Kabupaten Gunungkidul sebesar 0,7 % masih lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Bantul (0,4 %) dan Kabupaten Sleman (0,6 %), tetapi lebih rendah dibandingkan Kabupaten Kulon Progo (0,8 %) dan Kota Yogyakarta (1,0 %). Hasil kegiatan pemantauan status gizi (PSG) yang telah dilaksanakan di seluruh Posyandu yang ada di Kabupaten Gunungkidul, sebagai berikut : Tabel 1. Status Gizi Balita di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 – 2012 Status Gizi
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
n
%
n
%
n
%
Buruk
255
0,7
262
0,7
242
0,7
Kurang
4.040
11,2
3.747
10,4
3.254
9,3
Baik
31.266
86,4
31.446
87,3
30.999
88,2
Lebih
633
1,7
588
1,6
620
1,8
Jumlah
36.194
100
36.043
100
35.305
100
Sumber: Hasil PSG Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul tahun 2010- 2012
1
3
Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 Bab VIII pasal 141 menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, peningkatan mutu gizi yang dimaksud dilakukan melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Salah satu prioritas pembangunan nasional sebagaimana tertuang pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2010- 2014 adalah perbaikan status gizi masyarakat. Sasaran jangka menengah perbaikan gizi yang telah ditetapkan adalah menurunnya prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 15.0% dan prevalensi pendek (stunting) menjadi setinggi-tingginya 32% pada tahun 2014. Untuk mencapai sasaran tersebut di dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan telah ditetapkan 2 (dua) indikator kinerja kegiatan yaitu salah satunya adalah balita gizi buruk ditangani/dirawat 100 %. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut telah disusun Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat 2010-2014. Salah satu strategi operasional Pembinaan Gizi Masyarakat dan Kebijakan teknis Pembinaan Gizi Masyarakat 2010-2014 adalah memenuhi kebutuhan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) bagi balita menderita gizi kurang dan dari keluarga miskin. Balita gizi buruk dan balita gizi kurang, ditindaklanjuti dengan program PMT Pemulihan. Tujuan dari program PMT Pemulihan ini adalah untuk pencegahan dan penanggulangan balita gizi buruk, sehingga dapat menurunkan prevalensi balita gizi buruk di Kabupaten Gunungkidul. Balita dengan gizi buruk tanpa komplikasi dapat di intervensi di rumah tanpa dirawat di fasilitas kesehatan dengan pendekatan manajemen berbasis masyarakat, dengan memberikan makanan yang bernutrisi (WHO & UNICEF, 2007) Pencegahan ditujukan kepada balita gizi kurang, agar status gizinya tidak jatuh menjadi status gizi buruk, sedangkan penanggulangan ditujukan kepada balita gizi buruk agar kondisinya tidak semakin parah. Intervensi gizi melalui
3
4
pemberian vitamin dan mineral melalui makanan yang diperkaya dan suplemen telah berhasil di banyak negara (Khan, 2010). Program pencegahan dan penanggulangan balita gizi buruk memerlukan dukungan dari para stakeholder, bukan saja dari bidang kesehatan saja tetapi juga diluar bidang kesehatan seperti Badan Perencanaan Daerah, Dinas Pertanian dan Dinas Pendidikan serta dinas terkait lainnya (WHO, 2007). Kabupaten Gunungkidul mempunyai 30 Puskesmas yang terdiri dari 16 Puskesmas rawat jalan dan 14 Puskesmas rawat inap. Sumber daya manusia untuk program gizi masih mengalami kekurangan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Dari 30 Puskesmas yang ada di Kabupaten Gunungkidul, ada 4 Puskesmas yang belum memiliki tenaga gizi yang profesional dalam bidang gizi. Dalam
manajemen program kesehatan di era desentralisasi, sumber daya
manusia mejadi faktor penentu dalam penyelenggaraan sistem kesehatan di daerah sesuai dengan otoritas yang dimiliki daerah (Koentjoro, 2005). Selain itu Perlu memanfaatkan secara maksimum sumber daya yang ada termasuk sumber daya manusia, sehingga perlu adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui pelatihan (WHO, 2003) Program pelayanan kesehatan memerlukan dukungan keuangan untuk memungkinkan mereka menjadi peka, sehingga mampu memberikan pelayanan yang diinginkan. Sebagai unit pelaksana tekhnis, dana operasional Dinas Kesehatan bergantung pada anggaran dari Pemerintah Kabupaten/Kota yang menaunginya (Reinke, 2004). Tabel 2. Jumlah Dana Program PMT Pemulihan untuk Balita Gizi Buruk Tahun 2011 – 2012 Tahun
Jumlah Dana Program
Jumlah Dana PMT P
Gizi (Rp.)
(Rp)
2011
726.127.000
292.950.000
2012
685.576.800
140.400.000
Sumber:RKA Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul tahun 2011 dan tahun 2012
4
5
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, telah mengalokasikan dana untuk kegiatan PMT pemulihan untuk balita gizi buruk yang berasal dari APBD II. Di tahun 2011 dana PMT Pemulihan sebesar 40,3 % dari total jumlah dana program gizi dan pada tahun 2012 sebesar 20,5 % dari total jumlah dana program gizi. Jumlah balita gizi buruk dan gizi kurang yang menerima PMT Pemulihan pada tahun 2011 sebanyak 400 balita yaitu 262 balita gizi buruk dan 138 balita gizi kurang , sedangkan untuk tahun 2012 jumlah balita gizi buruk dan gizi kurang yang mendapat PMT Pemulihan sebanyak 450 balita yaitu 164 balita gizi buruk dan 286 balita gizi kurang. Sedangkan jumlah balita gizi buruk dan gizi kurang sebanyak 3.501 balita, sehingga belum semua balita gizi buruk dan gizi kurang mendapatkan PMT pemulihan. Pelaksanaan program PMT Pemulihan selain sumber dana dari APBD II, terdapat sumber dana lainnya yang dapat digunakan untuk program PMT Pemulihan seperti dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) atau dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Paket PMT Pemulihan tahun 2012 yang diberikan untuk balita gizi buruk berupa bahan makanan pabrikan yaitu biskuit dan susu formula untuk umur 6-59 bulan. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program PMT Pemulihan ini adalah kurangnya dana program PMT Pemulihan, sehingga tidak semua balita gizi buruk dan gizi kurang mendapatkan PMT Pemulihan. Sumber daya manusia khususnya petugas gizi profesional di Puskesmas yang masih kurang. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa pemantauan yang kurang sehingga bahan makanan PMT Pemulihan tidak di konsumsi oleh balita gizi buruk, pelaporan hasil program PMT Pemulihan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan yang sering terlambat dan pendampingan dengan kunjungan rumah kepada balita penerima PMT pemulihan yang tidak berjalan dengan baik. Hasil penelitian di Republik Dominika, promosi praktek
bahwa program yang
tentang kesehatan ibu dan anak melalui pertemuan dengan
wanita hamil dan kunjungan rumah untuk meningkatkan pertumbuhan anak dalam dua tahun pertama mempunyai efek positif (Navarro et al., 2013). Pada penelitian ini akan dilakukan evaluasi sejauh mana pelaksanaan program PMT Pemulihan untuk balita gizi buruk, dengan tujuan untuk menilai
5
6
keberhasilan program tersebut. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam
pembuatan
kebijakan
program
pencegahan
dan
penanggulangan balita gizi buruk di Kabupaten Gunungkidul.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraikan pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pelaksanaan program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan untuk balita gizi buruk di Kabupaten Gunungkidul ?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT P) di Kabupaten Gunungkidul
2.
Tujuan Khusus a. Untuk menganalisa dana dalam program PMT Pemulihan untuk balita gizi buruk di Kabupaten Gunungkidul b. Untuk menganalisa sumber daya manusia dalam program PMT Pemulihan untuk balita gizi buruk di Kabupaten Gunungkidul c. Untuk menganalisa pencatatan dan pelaporan program PMT Pemulihan untuk balita gizi buruk di Kabupaten Gunungkidul d. Untuk menganalisa pemantauan program PMT Pemulihan untuk balita gizi buruk di Kabupaten Gunungkidul e. Untuk menganalisa pendampingan program PMT Pemulihan untuk balita gizi buruk di Kabupaten Gunungkidul f. Untuk menganalisa status gizi balita sasaran program PMT Pemulihan sesudah mendapatkan PMT Pemulihan
6
7
D. Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan berguna : 1.
Bagi Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul,
dapat
sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
membuat
perencanaan program perbaikan gizi masyarakat khususnya program PMT Pemulihan 2.
Bagi instansi pendidikan (KMPK) penelitian ini dapat berguna sebagai bahan ilmiah bagi peneliti lain dan untuk menambah perbendaharaan ilmu terhadap penyusunan dan pengelolaan program kesehatan.
3.
Bagi peneliti mengembangkan pengetahuan dan praktek dalam proses penelitian tentang Kajian Manajemen Program PMT Pemulihan dalam penanggulangan balita gizi buruk di Kabupaten Gunungkidul. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang program pemberian makanan tambahan pemulihan untuk
balita gizi buruk telah banyak diteliti. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan program pemberian makanan tambahan pemulihan telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu.
Tabel 3. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu No Penelitian 1.
Perbedaan
Persamaan a Masalah
Hasil
Rosangela Effectiveness
of
Aparecida supplementary
feeding diteliti sama yaitu untuk menaikan berat
Augusto
program in child weight tentang
(2010)
gain. program
pemberian
makanan
tambahan
pemerintah
ini
dengan
status
badan
anak
7
gizi
buruk dan gizi kurang.
dalam berat
efektif
program badan pada anak-anak
Untuk PMT untuk balita
mengevaluasi efektivitas
kenaikan
yang Program
8
2.
Ratna
Evaluasi
(2009)
Program Gizi
Pelaksanaan Menggunakan PMT
Balita metode
Buruk,
variabel
Komitmen Pemerintah
penelitian Daerah
dalam
dengan yang sama yaitu penyediaan
yang
anggaran
diteliti deskriftif kualitatif namun
tidak
adalah dukungan Pemda dengan rancangan didukung
oleh
terhadap penanganan gizi studi kasus
pengorganisasian
buruk,
menyebabkan
peran
Puskesmas ketiga
Dinkes,
dan
dalam
pihak
pelaksanaan pemberian
proses
makanan
pengadaan
bahan
balita gizi buruk di
makanan
PMT,
Kabupaten luwu utara
sedangkan penelitian ini
tambahan
belum optimal.
mengevaluasi pelaksanaan
program
PMT Pemulihan Balita Gizi Buruk 3.
Luh Putu Evaluasi
Promosi Menggunankan
Mustarini
Kesehatan
(2008)
Penanggulangan Buruk
metode
penelitian mengevaluasi
terhadap
penelitian promosi PMT P dalam
Gizi yang sama yaitu penanggulangan
Melalui
Pemulihan,
Pemahaman
PMT deskriftif kualitatif
sedangkan ini program
gizi buruk cukup baik, dan untuk kasus gizi buruk tidak
seluruhnya
PMT Pemulihan Balita
konsumsi oleh sasaran
Gizi Buruk
tetapi juga oleh anggota keluarga yang lain
8
di