BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. PENGERTIAN

Download Definisi pariwisata terdapat pada Undang-Undang No.10/ 2009 .... Wisatawan memiliki beragam motif dan latar belakang (minat, ekspektasi, ka...

0 downloads 870 Views 427KB Size
7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Tentang Kepariwisataan a. Pengertian Pariwisata Definisi pariwisata terdapat pada Undang-Undang No.10/ 2009 tentang Kepariwisataan, pada Bab I pasal I mengenai ketentuan umum. Berdasarkan isi pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Pariwisata adalah perpindahan sementara orang-orang kedaerah tujuan diluar tempat kerja dan tempat tinggal sehari-harinya, kegiatan yang dilakukannya adalah fasilitas yang digunakan ditujukan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya (Fandeli, 1995: 47). Pariwisata merupakan salah satu industri baru yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam menyediakan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup

serta menstimulasi

sektor

produktivitas lainnya. Pariwisata dipandang sebagai industri yang kompleks karena dalam industri pariwisata terdapat industri-industri yang berkaitan seperti kerajinan tangan, cindera mata, penginapan dan transportasi. Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan baik kepentingan sosial maupun kebudayaan. Kegiatan wisatawan dalam berwisata tentulah dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, baik faktor penarik maupun faktor pendorong dalam melakukan kegiatan perjalanan

7

8

pariwisata. Fandeli (1995: 40) menjelaskan kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1) Faktor Pendorong Faktor yang mendorong seseorang untuk berwisata adalah ingin terlepas, meskipun sejenak dari kehidupan yang rutin setiap hari, lingkungan yang tercemar, kemacetan lalu lintas dan hiruk pikuk kehidupan kota. 2) Faktor Penarik Faktor ini berkaitan dengan adanya atraksi wisata di daerah atau di tempat wisata. Atraksi ini dapat berupa kemashuran akan obyek wisata, tempat-tempat yang banyak diperbincangkan orang serta sedang menjadi berita. b. Komponen Pariwisata Berdasarkan klasifikasi Leiper (1990) dalam Pitana (2009: 63), sistem pariwisata terdiri dari tujuh (7) komponen besar, dimana komponen tersebut merupakan sektor utama dalam kepariwisatan yang memerlukan keterkaitan, ketergantungan, dan keterpaduan, yaitu: 1) Sektor pemasaran (the marketing sector) Mencakup semua unit pemasaran dalam industri pariwisata, misalnya, kantor biro perjalanan dengan jaringan cabangnya, kantor pemasaran maskapai penerbangan (air lines), kantor promosi daerah tujuan wisata tertentu, dan sebagainya. 2) Sektor perhubungan (the carrier sector) Mencakup semua bentuk dan macam transportasi publik, khususnya yang beroperasi sepanjang jalur transit yang menghubungkan tempat asal wisatawan (traveller generating region) dengan tempat tujuan wisatawan (tourist

destination

region).

Misalnya,

perusahaan

penerbangan

(airlines), bus (coachline), penyewaan mobil, kereta api, dan sebagainya. 3) Sektor akomodasi (the accommodation sector) Sebagai penyedia tempat tinggal sementara (penginapan) dan pelayanan yang berhubungan dengan hal itu, seperti penyediaan makanan dan

9

minuman (food and beverage). Sektor ini umumnya berada di daerah tujuan wisata dan tempat transit. 4) Sektor daya tarik/ atraksi wisata (the attraction sector) Sektor ini terfokus pada penyediaan daya tarik atau atraksi wisata bagi wisatawan. Lokasi utamanya terutama pada daerah tujuan wisata tetapi dalam beberapa kasus juga terletak pada daerah transit. Misalnya, taman budaya, hiburan (entertainment), even olah raga dan budaya, tempat dan daya tarik wisata alam, peninggalan budaya, dan sebagainya. Jika suatu daerah tujuan wisata tidak memiliki sumber daya atau daya tarik wisata alam yang menarik, biasanya akan dikompensasi dengan memaksimalkan daya tarik atraksi wisata lain. 5) Sektor tour operator (the tour operator sector) Mencakup perusahaan penyelenggara dan penyedia paket wisata. Perusahaan ini membuat dan mendesain paket perjalanan dengan memilih dua atau lebih komponen (baik tempat, paket, atraksi wisata) dan memasarkannya sebagai sebuah unit dalam tingkat harga tertentu yang menyembunyikan harga dan biaya masing-masing komponen dalam paketnya. 6) Sektor pendukung/ rupa-rupa (the miscellaneous sector) Sektor ini mencakup pendukung terselenggaranya kegiatan wisata baik di negara/ tempat asal wisatawan, sepanjang rute transit, maupun di negara/ tempat tujuan wisata. Misalnya, toko oleh-oleh (souvenir) atau took bebas bea (duty free shops), restoran, asuransi perjalanan wisata, travel cek (traveller cheque), bank dengan kartu kredit, dan sebagainya. 7) Sektor pengkoordinasi/ regulator (the coordinating sector) Mencakup peran pemerintah selaku regulator dan asosiasi di bidang pariwisata selaku penyelenggara pariwisata, baik di tingkat lokal, regional, maupun internasional. Sektor ini biasanya menangani perencanaan dan fungsi manajerial untuk membuat sistem koordinasi antara seluruh sektor dalam industri pariwisata. Misalnya, di tingkat lokal dan nasional seperti Departemen Pariwisata, Dinas Pariwisata Provinsi

10

(Disparda), Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI), dan sebagainya. Di tingkat regional dan internasional seperti World Tourism Organization (WTO), Pacific Asia Travel Association (PATA), dan sebagainya. c. Pelaku Pariwisata Pelaku pariwisata adalah setiap pihak yang berperan dan terlibat dalam kegiatan pariwisata. Adapun yang menjadi pelaku pariwisata menurut Damanik dan Weber (2006: 19) adalah: 1) Wisatawan; adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan. Wisatawan memiliki beragam motif dan latar belakang (minat, ekspektasi, karakteristik sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya) yang berbeda-beda dalam melakukan kegiatan wisata. Dengan perbedaan tersebut, wisatawan menjadi pihak yang menciptakan permintaan produk dan jasa wisata. 2) Industri Pariwisata/

Penyedia Jasa;

adalah

semua usaha

yang

menghasilkan barang dan jasa bagi pariwisata. Mereka dapat digolongkan ke dalam dua golongan utama, yaitu: a) Pelaku Langsung, yaitu usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa secara langsung kepada wisatawan atau yang jasanya langsung dibutuhkan oleh wisatawan. Termasuk dalam kategori ini adalah hotel, restoran, biro perjalanan, pusat informasi wisata, atraksi hiburan, dan lain-lain. b) Pelaku Tidak Langsung, yaitu usaha yang mengkhususkan diri pada produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, misalnya usaha kerajinan tangan, penerbit buku atau lembaran panduan wisata, dan sebagainya. 3) Pendukung Jasa Wisata; adalah usaha yang tidak secara khusus menawarkan produk dan jasa wisata tetapi seringkali bergantung pada wisatawan sebagai pengguna jasa dan produk itu. Termasuk di dalamnya adalah penyedia jasa fotografi, jasa kecantikan, olahraga, penjualan BBM, dan sebagainya.

11

4) Pemerintah; sebagai pihak yang mempunyai otoritas dalam pengaturan, penyediaan, dan peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan

pariwisata.

Tidak

hanya

itu,

pemerintah

juga

bertanggungjawab dalam menentukan arah yang dituju perjalanan pariwisata. Kebijakan makro yang ditempuh pemerintah merupakan panduan bagi stakeholder yang lain dalam memainkan peran masingmasing. 5) Masyarakat Lokal; adalah masyarakat yang bermukim di kawasan wisata. Mereka merupakan salah satu aktor penting dalam pariwisata karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Selain itu, masyarakat lokasi merupakan pemilik langsung atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus dikonsumsi wisatawan. Air, tanah, hutan, dan lanskap yang merupakan sumberdaya pariwisata yang dikonsumsi oleh wisatawan dan pelaku wisata lainnya beraa di tangan mereka. Kesenian yang menjadi salah satu daya tarik wisata juga hampir sepenuhnya milik mereka. Oleh sebab itu, perubahan-perubahan yang terjadi di kawasan wisata akan bersentuhan langsung dengan kepentingan mereka. 6) Lembaga Swadaya Masyarakat; merupakan organisasi non-pemerintah yang sering melakukan aktivitas kemasyarakatan di berbagai bidang, termasuk di bidang pariwisata, seperti proyek WWF untuk perlindungan Orang Utan di Kawasan Bahorok Sumatera Utara atau di Tanjung Putting Kalimantan Selatan, Kelompok Pecinta Alam, Walhi, dan lain-lain. d. Motivasi Perjalanan Pariwisata Wisatawan mengadakan perjalanan wisata mempunyai berbagai macam motivasi dan tujuan tertentu. Motivasi perjalanan wisata sangat tergantung pada diri pribadi wisatawan yang berkaitan dengan umur, pengalaman, pendidikan, emosi, kondisi fisik dan psikis. Menurut Robert Christie Mill (2000: 48) motivasi mengapa orang melakukan perjalanan wisata disebabkan oleh 7 hal, yaitu:

12

1) Kebutuhan Fisik Orang-orang melakukan perjalanan, tujuannya untuk mengembalikan keadaan fisik yang sudah lelah karena bekerja terus, perlu istirahat dan bersantai, melakukan kegiatan olah raga, agar sekembali dari perjalanan wisata bisa bergairah kembali waktu masuk kerja. 2) Keamanan Orang-orang melakukan perjalanan, tujuannya untuk alasan kesehatan atau bergabung dengan kegiatan rekreasi. Kecenderungan yang akhirakhir ini meningkat ini adalah partisipasi orang-orang pada beragam aktivitas rekreasi. Bila seseorang merawat tubuhnya dengan baik maka dia akan yakin bahwa akan hidup lebih lama. Ini adalah motivasi yang sangat mendasar. 3) Kebersamaan Disini, orang-orang ingin melakukan perjalanan wisata karena adanya dorongan untuk mengunjungi sanak-keluarga yang sudah lama tidak bertemu atau ingin mencari teman yang sudah lama tidak bertemu. 4) Penghargaan Dua aspek terhadap motivasi ini adalah penghargaan terhadap diri sendiri dan penghargaan dari orang lain. Ada orang tertentu yang ingin memperlihatkan kepada orang lain tentang siapa dia diantara orang banyak yang ada dilingkungannya. Dengan melakukan perjalanan wisata seakan-akan statusnya lebih dari orang lain, atau semakin banyak ia bepergian ke luar negeri prestisenya akan naik. 5) Aktualisasi Diri Sendiri Disini, orang-orang melakukan perjalanan wisata karena menganggap bersenang-senang adalah membebaskan diri kita sendiri dari kebutuhan tingkatan lebih rendah, maka aktualisasi merupakan tujuan akhir dari kegiatan bersenang-senang. 6) Mengetahui dan Memahami Orang tergerak hatinya untuk melakukan perjalanan wisata disebabkan ingin menambah ilmu pengetahuan, melihat dan menyaksikan tingkat

13

kemajuan kebudayaan suatu bangsa, baik di masa lalu maupun apa yang sudah di capai di masa sekarang. Ingin melihat Adat-Istiadat dan kebiasaan hidupnya yang berbeda dengan bangsa lainnya. 7) Estetika Kebutuhan urutan terakhir berhubungan dengan apresiasi keindahan. Orang yang peduli dengan lingkungan dan yang suka melihat pemandangan alam, menyatakan kebutuhan ini. e. Manfaat Pariwisata Pendit (2002: 33) menjelaskan tentang kepariwisataan sebagai berikut: Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan-kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan-pelabuhan (laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat, program-program kebersihan atau kesehatan, proyek sarana budaya dan kelestarian lingkungan, dan sebagainya, yang semuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi wisatawan dalam lingkungan wilayah yang bersangkutan, maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju ekonominya, di mana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan di tengah-tengah industri lainnya. Adapun yang menjadi manfaat Pariwisata adalah: 1) Meningkatkan hubungan yang baik antar bangsa dan negara; 2) Membuka kesempatan kerja serta perluasan lapangan pekerjaan bagi masyarakat; 3) Merangsang dan menumbuhkan aktivitas ekonomi masyarakat; 4) Meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, pendapatan daerah, dan devisa negara; 5) Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan 6) Membantu dan menunjang gerak pembangunan, seperti penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan; 7) Menjaga kelestarian flora, fauna, dan lingkungan.

14

Tujuan penyelenggaraan kepariwisataan adalah: 1) Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu objek dan daya tarik wisata; 2) Memupuk rasa cinta tanah air; 3) Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja; 4) Meningkatkan

pendapatan

nasional

dalam

rangka

peningkatan

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; 5) Mendorong pendayagunaan produksi nasional.

2. Obyek Wisata a. Pengertian Obyek Wisata Objek Wisata atau “tourist atracction” adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. Dalam Ilmu Kepariwisataan, Objek Wisata atau lazim disebut Atraksi merupakan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat.

Menurut

Undang-Undang

No.

10

Tahun

2009

tentang

Kepariwisataan pasal 1 ayat 5, Objek Wisata atau disebut Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan tersebut maka, daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun serta dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang ke obyek wisata (Suwantoro, 1997: 19). Wardiyanta (2006: 52) memberikan penjelasan tentang yang dimaksud dengan obyek wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat daya tarik wisatawan dan dapat memberikan kepuasaan pada wisatawan. Hal yang dimaksud berupa: 1) Berasal dari alam, misalnya pantai, pemandangan alam, pegunungan, hutan, dan lain-lain.

15

2) Merupakan hasil budaya, misalnya museum, candi, dan galeri. 3) Merupakan kegiatan masyarakat keseharian, misalnya tarian, karnaval, dan lain-lain. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa objek wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu. Yoeti (1996: 177) memberikan penjelasan bahwa suatu obyek wisata atau daya tarik wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus memenuhi syarat-syarat untuk pengembangan daerahnya, syarat-syarat tersebut adalah: 1) Something to see Di tempat tersebut harus ada obyek wisata dan atraksi wisata, yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Dengan perkataan lain, daerah itu harus mempunyai daya tarik yang khusus, di samping itu ia harus mempunyai pula atraksi wisata yang dapat dijadikan entertainments bila orang datang ke sana. 2) Something to do Di tempat tersebut setiap banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi atau amusement dan tempat atau wahana yang bisa digunakan wisatawan untuk beraktivitas seperti olah raga, kesenian maupun kegiatan lain yang dapat membuat mereka betah tinggal lebih lama. 3) Something to buy Di tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shopping), terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing. Fasilitas untuk berbelanja ini tidak hanya menediakan barang-barang yang dapat dibeli, tetapi harus pula tersedia sarana-sarana pembantu lain untuk lebih memperlancar seperti money changer, bank, kantor pos, dan lain-lain.

16

Daya tarik wisata menurut Maryani (1991) pada umumnya berdasarkan atas: 1) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih. 2) Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. 3) Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka. 4) Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir. 5) Punya daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau. b. Sumber Daya Wisata Sumber daya merupakan atribut alam yang bersifat netral sampai ada campur tangan manusia dari luar untuk mengubahnya agar dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan manusia itu. Dalam konteks pariwisata, sumber daya diartikan sebagai segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk dikembangkan guna mendukung pariwisata, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sumber daya yang terkait dengan pengembangan pariwisata umumnya berupa sumber daya alam, sumber daya budaya, sumber daya minat khusus, di samping sumber daya manusia. 1) Sumber daya alam Elemen dari sumber daya, misalnya air, pepohonan, udara, hamparan pegunungan, pantai, bentang alam, dan sebagainya, tidak akan menjadi sumber daya yang berguna bagi pariwisata kecuali semua elemen tersebut dapat memuaskan dan memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena itu, sumber daya memerlukan intervensi manusia untuk mengubahnya agar menjadi bermanfaat. Menurut Damanik dan Weber (2006: 2), sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi obyek wisata atau daya tarik wisata alam adalah:

17

a) keajaiban dan keindahan alam (topografi) b) keragaman flora c) keragaman fauna d) kehidupan satwa liar e) vegetasi alam f) ekosistem yang belum terjamah manusia g) rekreasi perairan (danau, sungai, air terjun, pantai) h) lintas alam (trekking, rafting, dan lain-lain) i) objek megalitik j) suhu dan kelembaban udara yang nyaman k) curah hujan yang normal, dan lain sebagainya. 2) Sumber daya manusia Sumber daya manusia diakui sebagai salah satu komponen vital dalam pembangunan pariwisata. Berkaitan dengan sumber daya manusia dalam pariwisata, McIntosh, et al. (1995) dalam Pitana (2009: 72), memberikan gambaran atas berbagai peluang karir dalam industri pariwisata yang memanfaatkan dan digerakkan oleh sumber daya manusia, seperti di bidang transportasi, akomodasi, pelayanan makanan dan minuman, shopping, travel, dan sebagainya. 3) Sumber daya budaya Budaya sangat penting perannya dalam pariwisata. Salah satu hal yang menyebabkan orang ingin melakukan perjalanan wisata adalah adanya keinginan untuk melihat cara hidup dan budaya orang lain di belahan dunia lain serta keinginan untuk mempelajari budaya orang lain tersebut. Menurut Pitana (2009: 74), sumber daya budaya yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata diantaranya adalah: a) Bangunan bersejarah, situs, monument, museum, galeri seni, situs budaya kuno dan sebagainya. b) Seni dan patung kontemporer, arsitektur, tekstil, pusat kerajinan tangan dan seni, pusat desain, studio artis, industry film dan penerbit, dan sebagainya.

18

c) Seni pertunjukan, drama, sendratari, lagu daerah, teater jalanan, eksibisi foto, festival, dan even khusus lainnya. d) Peninggalan keagamaan seperti pura, candi masjid, situs, dan sejenisnya. e) Kegiatan dan cara hidup masyarakat lokal, sistem pendidikan, sanggar, teknologi tradisional, cara kerja, dan sistem kehidupan setempat. f) Perjalanan (trekking) ke tempat bersejarah menggunakan alat transportasi unik (berkuda, dokar, cikar, dan sebagainya). g) Mencoba kuliner (masakan) setempat. Melihat persiapan, cara membuat, menyajikan, dan menyantapnya merupakan atraksi budaya yang sangat menarik bagi wisatawan. 4) Sumber daya minat khusus Salah satu penyebab terjadinya segmentasi atau spesialisasi pasar pariwisata adalah karena adanya kecenderungan wisatawan dengan minat khusus baik dalam jumlah wisatawan maupun area minatnya. Menurut Richardson dan Fluker (1994) dalam Pitana (2009: 76), jenisjenis sumber daya pariwisata minat khusus yang bisa dijadikan daya tarik wisata dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Active adventure (petualangan aktif), seperti caving, parachute jumping, trekking, off-road adventure, dan mountain climbing. b) Nature and wildlife, seperti birdwatching, ecotourism, geology, national parks, dan rainforest. c) Anfinity, seperti artist’s workshop, senior tour, dan tour for the handicapped. d) Romance, seperti honeymoon, island vacation, nightlife, single tour, dan spa/ hot spring. e) Family, seperti amusemen park, camping, shopping trips, dan whalewatching. f) Soft adventure, seperti backpacking, bicycle touring, canoing/ kayaking, scuba diving/ snorkeling, dan walking tours.

19

g) History/ culture, seperti agriculture, art/ architecture, art festival, dan film/ film history. h) Hobby, seperti antique, beer festival, craft tour, gambling, dan viedeography tour. i) Spiritual, seperti pilgrimage/ mythology, religion/ spiritual, dan yiga and spiritual tours. j) Sports, seperti basket ball, car racing, olympic games, dan soccer. c. Jenis Obyek Wisata Sesuai kondisi morfologi dan geografis yang berbeda antara daerah satu dengan daerah lain ataupun hasil warisan dari nenek moyang dahulu, maka tiap-tiap daerah mempunyai potensi obyek wisata yang berbeda-beda pula, dari sini maka timbulah berbagai macam jenis obyek wisata yang dikembangkan sebagai kegiatan yang lama kelamaan mempunyai ciri khasnya sendiri. Seperti obyek wisata ekologis yang dapat disebut juga dengan obyek ekowisata. Menurut Sujali (1989) dalam Asmoro (2011: 14), ada tiga jenis atau bentuk bahan dasar yang harus dimiliki oleh suatu industri pariwisata, yaitu antara lain: 1) Obyek wisata alam (natural resources) Bentuk dan obyek wisata ini berupa pemandangan alam, seperti obyek wisata berwujud pada lingkungan, pegunungan, pantai, lingkungan hidup yang berupa flora dan fauna atau bentuk lain yang menarik. 2) Obyek wisata budaya (human resources) Bentuk dan obyek wisata ini lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan maupun kehidupan manusia seperti tarian tradisional ataupun kesenian, upacara adat, upacara keagamaan, upacara pemakaman, dan lain-lain. 3) Obyek wisata buatan manusia (man made resources) Bentuk dan wujud obyek wisata ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas serta kreativitas manusia dimana bentuknya sangat tergantung pada keaktifan manusia. Wujudnya berupa museum, tempat ibadah, kawasan

20

wisata yang dibangun seperti wisata taman mini, taman wisata kota, kawasan wisata ancol, dan sebagainya. Jenis dan macam pariwisata menurut Oka A. Yoeti (1996: 115) diklasifikasikan sesuai dengan menurut letak geografis, menurut alasan atau tujuan perjalanan, menurut saat berkunjung dan menurut obyeknya. Adapun uraian mengenai jenis dan macam pariwisata tersebut adalah sebagai berikut: 1) Menurut letak geografis, dimana kegiatan pariwisata berkembang a) Pariwisata Lokal (Local Tourism) Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah pariwisata setempat, yang mempunyai ruang lingkup relatif sempit dan

terbatas

dalam

tempat-tempat

tertentu

saja.

Misalnya,

kepariwisataan Kota Bandung atau kepariwisataan di daerah DKI Jakarta saja. b) Pariwisata Regional (Regional Tourism) Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu daerah yang ruang lingkupnya lebih luas di banding dengan pariwisata lokal, tetapi lebih sempit jika dibandingkan dengan kepariwisataan nasional. Contohnya kepariwisataan Sumatera Utara, Bali, dan lain-lain. c) Kepariwisataan Nasional (National Tourism) Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu negara. d) Pariwisata Regional-Internasional Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah internasional yang terbatas, tetapi melewati batas-batas dua negara atau lebih dalam wilayah tersebut. Misalnya kepariwisataan ASEAN, Timur Tengah, Asia, dan lain-lain.

21

e) International Tourism Pengertian ini sinonim dengan kepariwisataan dunia (world tourism), yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di seluruh dunia, termasuk didalamnya selain “regional-international tourism” dan juga “national tourism”. 2) Menurut Alasan dan Tujuan Perjalanan a) Bussines Tourism Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjungnya datang untuk tujuan dinas, usaha dagang atau berhubungan dengan pekerjaan, kongres, seminar, convention, symposium, musyawarah kerja. b) Vacation Tourism Yaitu jenis pariwisata dimana orang-orang yang melakukan perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur, cuti atau vakansi. c) Education Tourism Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung atau orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan studi atau mempelajari sesuatu bidang ilmu pengetahuan. Termasuk kedalamnya adalah dharma wisata (studytour). Dalam bidang bahasa dikenal dengan istilah “Polly Glotisch”, yaitu untuk meningkatkan kamampuan berbahasa asing, seseorang memerlukan tinggal sementara waktu di negara yang bahasanya sedang dipelajari. 3) Menurut saat dan waktu berkunjung a) Seasonal Tourism Yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada musimmusim tertentu. Termasuk kedalam kelompok ini adalah Summer Tourism atau Winter Tourism, yang biasanya ditandai dengan kegiatan olah raga.

22

b) Occasional Tourism Yaitu jenis pariwisata dimana perjalanan wisatanya dihubungkan dengan kejadian (occasion) maupun suatu events, seperti misalnya Galungan dan Kuningan di Bali, Sekaten di Yogya atau Pajang Jimat di Cirebon, Cherry Blossom Festival di Tokyo atau Washington, pesta air di negara-negara yang beragama Hindu (India, Burma, Muangthai, Kamboja, Hongkong atau Singapura). 4) Pembagian menurut obyeknya a) Cultural Tourism Yaitu jenis pariwisata, dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni-budaya suatu tempat atau daerah. Jadi obyek kunjungannya adalah warisan nenek moyang, benda-benda kuno. Seiring perjalanan pariwisata semacam ini dalam kesempatan untuk mengambil bagian dalam suatu kegiatan kebudayaan itu sendiri di tempat yang di kunjunginya. b) Recuperation Tourism Biasanya disebut sebagai pariwisata kesehatan. Tujuannya daripada orang-orang

untuk

melakukan

perjalanan

adalah

untuk

menyembuhkan suatu penyakit, seperti mandi di sumber air panas, mandi lulur seperti yang banyak dijumpai di Eropa atau mandi susu, mandi kopi Jepang yang katanya dapat menjadikan orang awet muda. c) Commercial Tourism Disebut sebagai pariwisata perdagangan, karena perjalanan pariwisata ini dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional atau internasional, dimana sering diadakan kegiatan Expo, Fair, Exhibition dan lain-lain. d) Sport Tourism Biasanya disebut dengan istilah pariwisata olahraga. Yang dimaksud dengan pariwisata jenis ini adalah perjalanan orang-orang yang bertujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olahraga di suatu tempat atau negara tertentu, seperti Olympiade, All England,

23

pertandingan tinju atau sepak bola. Atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan itu sendiri. e) Political Tourism Biasanya disebut dengan pariwisata politik, yaitu suatu perjalanan yang tujuannya untuk melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan suatu negara, apakah ulang tahun atau peringatan hari tertentu, seperti Hari Angkatan Perang di Indonesia, Parade 1 Mei di Tiongkok atau 1 Oktober di Rusia. f) Social Tourism Pariwisata sosial bukan merupakan suatu peristiwa yang berdiri sendiri. Pengertian ini hanya dilihat dari segi penyelenggaraannya saja yang tidak menekankan untuk mencari keuntungan, seperti misalnya study tour, picnic atau youth tourism yang sekarang dikenal dengan Pariwisata Remaja. g) Religion Tourism Yaitu jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan, seperti kunjungan ke Luordes bagi orang yang beragama Katolik, atau ke Muntilan pusat pengembangan agama Kristen di Jawa Tengah, ikut Haji Umroh bagi yang beragama Islam atau upacara Agama Hindu Bali Sakenan, Bali. 5) Menurut Umur yang melakukan perjalanan a) Youth Tourism Pariwisata yang dikembangkan bagi remaja yang suka melakukan perjalanan wisata dengan harga yang relative murah. b) Adult Tourism Pariwisata yang diikuti oleh orang-orang yang berusia lanjut.

24

Menurut Direktoral Jendral Pemerintahan dalam Sunaryo (2013: 25), obyek wisata atau daya tarik wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu: 1) Daya tarik wisata alam Daya tarik wisata alam adalah daya tarik wisata yang dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada anugrah keindahan dan keunikan yang telah tersedia di alam, seperti: a) Pantai dengan keindahan pasir putihnya, deburan gelombang ombak serta akses pandangnya terhadap matahari terbit atau tenggelam, b) Laut dengan aneka kekayaan terumbu karang maupun ikannya, c) Danau dengan keindahan panoramanya, d) Gunung dengan daya tarik vulcano nya, e) Hutan dan Sabana dengan keaslian flora dan faunanya, f) Sungai dengan kejernihan air dan kedasyatan arusnya, g) Air terjun dengan panorama kecuramannya. 2) Daya tarik wisata budaya Daya tarik wisata budaya adalah daya tarik wisata yang dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada hasil karya dan hasil cipta manusia, baik yang berupa peninggalan budaya (situs/ heritage) maupun nilai

budaya yang masih hidup (the living culture) dalam

kehidupan di suatu masyarakat, yang dapat berupa upacara/ ritual, adat istiadat, seni pertunjukan, seni kriya, seni sastra, seni rupa, ataupun keunikan sehari-hari yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Beberapa contoh daya tarik wisata budaya di Indonesia yang banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah Situs (warisan budaya yang berupa benda, bangunan, kawasan, struktur, dsb),

Museum, Desa

Tradisional, Kawasan Kota Lama, Monumen Nasional, Sanggar Seni, Pertunjukan, Event, Festival, Seni Kriya, Adat Istiadat maupun karyakarya teknologi modern. 3) Daya tarik wisata minat khusus Daya tarik wisata budaya (special interest) adalah daya tarik wisata yang dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada aktivitas

25

untuk pemenuhan keinginan wisatawan secara spesifik, seperti pengamatan satwa tertentu (birds watching), memancing (fishing), berbelanja (shopping), kesehatan dan penyegaran badan (spa and rejouvenation), arung jeram, Golf (sport), wisata agro, Gambling/ casino, menghadiri pertemuan, rapat, perjalanan insentif, pameran dan wisata minat khusus lainnya yang biasanya terkait dengan hobi atau kegemaran seseorang wisatawan. Menurut Sunaryo (2013: 27), untuk mempromosikan dan menjual produk wisata minat khusus di atas, penyelenggaraanya dapat dikemas menjadi sebuah events dan festival yang sangat menarik dan diselenggarakan secara periodik serta terjadwal dalam suatu Calender of Events dan dipromosikan secara meluas dan sistematis. Beberapa contoh kemasan event dari tata cara kehidupan tradisional yang disajikan di Indonesia sebagai daya tarik wisata minat khusus adalah: a) Pembakaran mayat (ngaben) di Bali b) Upacara pemakaman mayat di Tana Toraja c) Upacara Batagak penghuli di Minangkabau d) Upacara Khitanan di daerah Parahayangan e) Upacara Sekaten di Solo dan Yogyakarta f) Upacara Waisak di Candi Mendut dan Borobudur Objek pariwisata dan segala atraksi yang diperlihatkan merupakan daya tarik utama mengapa seseorang datang berkunjung pada suatu tempat. Oleh karena itu, keaslian dari objek dan atraksi yang ditampilkan harus dipertahankan sehingga wisatawan merasa betah di tempat tersebut.

1. Potensi Wisata Menurut Sujali (1989) dalam Asmoro (2011: 19), potensi dapat diartikan perubahan bentuk permukaan bumi yang ditimbulkan oleh proses alam yaitu tenaga endogen, misalnya pegunungan, danau, sungai atau bentuk

26

lain. Potensi obyek wisata juga terjadi karena suatu proses yang dapat disebabkan budidaya manusia. Suatu tempat dapat menjadi suatu obyek wisata harus mempunyai suatu potensi ekologis yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Potensi tersebut dapat berupa kenampakan alam alami yang dimiliki oleh tempat tersebut, dalam hal ini stakeholder yang bertanggung jawab terhadap obyek wisata tersebut. Faktor-faktor lokasional yang mempengaruhi pengembangan potensi obyek wisata adalah kondisi fisis, aksesibilitas, pemilikan dan penggunaan lahan, hambatan dan dukungan serta faktor-faktor lain seperti upah tenaga kerja dan stabilitas politik. Selain itu unsur-unsur pokok yang harus diperhatikan meliputi obyek dan daya tarik wisata, prasarana wisata, sarana wisata, infrastruktur dan masyarakat/ lingkungan (Suwantoro, 1997: 19). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi potensi wisata tersebut diatas dapat diuraikan sebagai berikut: a. Kondisi fisis Aspek fisis yang berpengaruh terhadap wisata berupa iklim, tanah, batuan dan morfologi, hidrosfer, flora dan fauna. b. Atraksi dan obyek wisata Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu, misal adalah tari-tarian, nyayian, kesenian daerah, upacara adat dan lain-lain (Yoeti, 1996: 172) c. Aksesibilitas Aksesibilitas berkaitan dengan usaha pencapaian tempat wisata. Semakin mudah tempat tersebut dicapai maka akan menambah minat wisatawan untuk berkunjung. d. Pemilikan dan penggunaan lahan Variasi dalam pemilikan dan penguasaan lahan dapat mempengaruhi lokasi tempat wisata, bentuk pengembangannya, serta juga bisa mempengaruhi arah pengembangannya. Bentuk penguasaan lahan antara lain lahan negara atau pemerintah, lahan masyarakat dan lahan pribadi.

27

e. Sarana dan prasarana wisata Sarana wisata adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung. Sarana wisata ini berupa transportasi, biro perjalanan wisata, hotel atau penginapan dan rumah makan. Prasarana wisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan yang beranekaragam. Prasarana wisata ini berupa prasarana perhubungan, komunikasi, instalasi listrik, persediaan air minum, sistem irigasi, sistem perbankan dan pelayananan kesehatan (Yoeti, 1996: 194). f. Masyarakat Pemerintah melalui instansi-instansi terkait telah menyelenggarakan penyuluhan kepada masyarakat dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata (Suwantoro, 1997: 23). 2. Pengembangan Obyek Wisata Pada

hakekatnya

pengembangan

adalah

suatu

proses

untuk

memperbaiki dan meningkatkan sesuatu yang ada. Pengembangan obyek wisata merupakan kegiatan membangun, memelihara, dan melestarikan pertanaman, sarana dan prasarana maupun fasilitas lainnya. Fandeli (1995: 24) mengemukakan bahwa pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah pengembangan masyarakat dan wilayah yang didasarkan pada: a. Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas dan tradisi lokal. b. Meningkatkan

tingkat

pendapatan

secara

ekonomis

sekaligus

mendistribusikan secara merata kepada penduduk lokal. c. Berorientasi kepada pengembangan wisata berskala kecil dan menengah dengan daya serap tenaga kerja besar dan berorientasi pada teknologi kooperatif.

28

d. Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang tradisi budaya dengan dampak negatif yang seminimal mungkin. Dalam Undang-Undang R1 No 10 Tahun 2009 Pasal 6 dan 7, tentang pembangunan pariwisata disebutkan bahwa pembangunan pariwisata haruslah memperhatikan keanekaragaman, keunikan dan kekhasan budaya dan alam serta kebutuhan manusia untuk berwisata (Pasal 6). Pembangunan pariwisata meliputi industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran dan kelembagaan pariwisata (Pasal 7). Pembangunan pariwisata itu sendiri mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan banyak orang tanpa membedakan kelas sosial. Oleh karena itu pengembangan pariwisata perlu memperhatikan kemungkinan kerja sama antar pihak-pihak terkait dalam hal ini masyarakat, pemerintah dan swasta yang diharapkan mampu mendukung kelanjutan pembangunan pariwisata di suatu daerah. Menurut beberapa pakar seperti Cooper, Fletcherm Gilbertm Stepherd and Wanhill (1998) dalam Sunaryo (2013: 159) menjelaskan bahwa kerangka pengembangan pariwisata paling tidak harus mencakup komponen-komponen utama sebagai berikut: a. Obyek atau daya tarik (atractions), yang mencakup daya tarik alam, budaya, maupun buatan/ artificial, seperti event atau yang sering disebut sebagai minat khusus (special interest). b. Aksesbilitas (accessibility), yang mencakup dukungan sistem transportasi yang meliputi rute atau jalur transportasi, fasilitas terminal, bandara, pelabuhan dan moda transportasi lain. c. Amenitas (amenity),yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung wisata yang meliputi akomodasi, rumah makan (food and baverage), retail, toko cinderamata, fasilitas penukaran uang, biro perjalanan, usat infirmasi wisata, dan fasilitas kenyamanan lainnya. d. Fasilitas pendukung (ancillary services) yaitu ketersediaan fasilitas pendukung yang digunakan oleh wisatawan, seperti bank, telekomunikasi, pos, rumah sakit, dan sebagainya.

29

e. Kelembagaan (institusions) yaitu terkait dengan keberadaan dan peran masing-masing unsure dalam mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata termasuk masyarakat setempat sebagai tuan rumah (host). Pengembangan pariwisata memerlukan teknik perencanaan yang baik dan tepat. Teknik perencanaan itu harus menggabungkan beberapa aspek penunjang kesuksesan pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah aspek aksesbilitas (transportasi dan saluran pemasaran), karakteristik infrastuktur pariwisata, tingkat interaksi sosial, keterkaitan/ kompatibilitas dengan sektor lain, daya tahan akan dampak pariwisata, tingkat resistensi komunitas lokal, dan seterusnya (Pitana, 2009: 134). Menurut Carter dan Fabricus (2007) dalam Sunaryo (2013: 172), berbagai elemen dasar yang harus diperhatikan dalam perencanaan pengembangan pariwisata paling tidak mencakup aspek-aspek sebagai berikut: a. Pengembangan Atraksi dan Daya Tarik Wisata Atraksi merupakan daya tarik yang akan melahirkan motivasi dan keinginan bagi wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata. b. Pengembangan Amenitas dan Akomodasi Wisata Berbagai fasilitas wisata yang perlu dikembangkan dalam aspek amenitas paling tidak terdiri dari akomodasi, rumah makan, pusat informasi wisata, toko cinderamata, pusat kesehatan, pusat layanan perbankan, sarana komunikasi, pos keamanan, Biro Perjalanan Wisata, ketersediaan air bersih, listrik, dan lain sebagainya. c. Pengembangan Aksesbilitas Aksesbilitas tidak hanya menyangkut kemudahan transportasi bagi wisatwan untuk mencapai sebuah tempat wisata, akan tetapi juga waktu yang dibutuhkan, tanda penunjuk arah menuju lokasi wisata dan perangkat terkait lainnya. d. Pengembangan Image (Citra Wisata) Pencitraan (image building) merupakan bagian dari positioning, yaitu kegiatan untuk membangun citra atau image dibenak pasar (wisatawan) melalui desain terpadu antara aspek kualitas produk, komunikasi pemasaran,

30

kebijakan harga, dan saluran pemasaran yang tepat dan konsisten dengan citra atau image yang ingin dibangun serta ekspresi yang tampak dari sebuah produk. T.S. Mishakin, Razumovskaya, Berdnikova & Ivanov (2015) memaparkan bahwa salah satu contoh negara yang menjadi tujuan wisata di pasar domestik dan internasional adalah Tatarstan, Rusia. Tahun 2014, Tatarstan melakukan pengembangan pariwisata dengan program kota individual. Tatarstan paling sering menawarkan produk wisata yang berkaitan dengan wisata budaya dan pendidikan. Pengembangan pariwisata yang dilakukan di Tatarstan adalah wisata medis, wisata pendidikan dan wisata pedesaan. Berikut pengembangan pariwisata di Tatarstan: a. Wisata Medis Pengembangan pariwisata medis dilakukan dengan membuat baru produk pariwisata medis bagi warga Rusia dan asing. b. Pariwisata Pendidikan Pengembangan pariwisata pendidikan dilakukan dengan menciptakan tour bimbingan karir khusus untuk warga Tatarstan agar warga lebih akrab dengan lembaga pendidikan yang lebih tinggi ataupun program akademik. c. Pariwisata Pedesaan Pengembangan pariwisata pedesaan dilakukan dengan pembentukan kelompok desa wisata di Tatarstan. Selain itu, Tatarstan memiliki sumber daya yang berlimpah untuk mengembangkan industry, berburu dan perikanan pariwisata. Dalam

bidang

kepariwisataan,

ketika

membahas

tentang

pengembangan suatu obyek wisata maka dikenal yaitu analisis SWOT (strengths/ kekuatan, weaknesses/ kelemahan, opportunities/ kesempatan dan threats/ ancaman). SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. SWOT merupakan sebuah alat analisis yang cukup baik, efektif dan efisien serta sebagai alat yang cepat dalam menemukan kemungkinan yang

31

berkaitan dengan pengembangan awal program-program inovasi baru dalam kepariwisataan. Sifat analisis SWOT sangat situasional, dalam artian hasil analisis tahun sekarang belum tentu akan sama dengan hasil analisis tahun yang akan datang, pengaruh faktor ekonomi, politik, kemanan dan keadaan sosial yang melatarbelakanginya menyebabkan adanya perubahan (Riaswati, 2008: 26). Yoeti (1996: 135) memaparkan bagaimana analisis SWOT dalam sekenario pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut: d. Kekuatan (Strength) Mengetahui kekuatan pariwisata suatu wilayah, maka akan dapat dikembangkan sehingga mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing untuk pengembangan selanjutnya. Dalam hal ini, kekuatan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meraih peluang. e. Kelemahan (Weakness) Segala faktor yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi sektor pariwisata. Pada umumnya, kelemahan-kelemahan yang dapat didentifikasi adalah kurangnya promosi, jeleknya pelayanan, kurang profesionalnya pelaksana pariwisata di lapangan, terbatasnya kendaraan umum ke obyek wisata. f. Kesempatan (Opportunity) Semua kesempatan yang ada sebagai akibat kebijakan pemerintah, peraturan yang berlaku atau kondisi perekonomian. g. Ancaman (Threats) Ancaman dapat berupa hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi pariwisata, seperti peraturan yang tidak memberikan kemudahan dalam berusaha, rusaknya lingkungan, dan lain sebagainya. Makna yang paling mendalam dari analisis SWOT adalah apapun cara-cara serta tindakan yang diambil, proses pembuatan keputusan harus mengandung dan mempunyai prinsip-prinsip mengembangkan kekuatan, meminimalkan

kelemahan,

menangkap

kesempatan/

peluang,

dan

menghilangkan ancaman. Berdasarkan aspek-aspek di atas kemudian

32

dimasukkan dalam matriks analisis. Analisis SWOT ini menghasilkan suatu alternatif pengembangan usaha atau menghindari ancaman. Ada dua hal yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kekuatan yang menjadi potensi dan kelemahan yang menjadi kendala, sedangkan faktor eksternal meliputi peluang yang menjadi kesempatan dan tantangan yang menjadi penghambat. Matriks Analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Matriks Analisis SWOT Potensi/ Kekuatan

Kendala/ Kelemahan

(Strength)

(Weaknesses)

Peluang/ Kesempatan

Tantangan/ Hambatan

(Opportunities)

(Threats)

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Zhang (2012) memaparkan bahwa dalam kinerja proses pembangunan untuk mempromosikan tempat-tempat wisata, kuncinya adalah pengembangan dan pengelolaan faktor-faktor internal dari tempat wisata. Untuk mendapatkan keuntungan lebih dari obyek wisata, maka harus mengatasi kelemahan dan memegang peluang pengembangan untuk menciptakan strategi. Berikut strategi pengembangan dalam pemasaran pariwisata: a. Strategi pengembangan obyek wisata berkualitas tinggi Strategi ini adalah dengan membangun tempat-tempat wisata yang berkualitas,

memberikan

keuntungan

penuh

dari

tempat

wisata,

mempercepat perencanaan dan pembangunan multifungsi, serta manajemen sistem pelayanan perjalanan yang lebih lengkap. b. Strategi merek atraksi Strategi ini mengandalkan manajemen pariwisata mereka sendiri dan atraksi wisata. Strategi ini adalah dengan membuat tempat wisata baru, membangun atraksi tambahan golf, atraksi budaya, peringatan, dan lain-lain.

33

B. Penelitian yang Relevan

Yulita Eka Riaswati (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Potensi dan Arah Pengembangan Obyek Wisata di Kabupaten Wonogiri. Bertujuan untuk (1) Mengetahui sebaran obyek wisata di Satuan Wilayah Pembangunan V Kabupaten Wonogiri. (2) Menyusun arah pengembangan obyek wisata di Satuan Wilayah Pembangunan V Kabupaten Wonogiri. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode survey untuk kemudian dilakukan pengukuran terhadap obyek wisata untuk menentukan potensi. Dalam melakukan penelitian variabel untuk menilai potensi obyek dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu potensi dan daya tarik/ atraksi wisata, aksesbilitas, dan fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing obyek wisata. Klasifikasi tingkat potensi obyek wisata dilakukan dengan menjumlahkan skor dari masing-masing variabel kemudian diklasifikasikan untuk mengetahui obyek wisata yang termasuk dalam kategori tinggi, sedang dan rendah dengan menggunakan metode interval kelas. Analisis SWOT digunakan untuk menentukan arah pengembangan obyek wisata secara potensial. Hasil dari penelitian tersebut adalah (1) Potensi Obyek Wisata di SWP V adalah 65% obyek wisata dengan potensi rendah dan 35% dengan potensi sedang. Tidak ada obyek wisata yang berpotensi tinggi di SWP V. (2) Arah pengembangan obyek wisata di SWP V dilakukan dengan jalan pengelompokan obyek wisata dengan menggunakan pola keruangan, kemudian dari hasil overlay data pada pola keruangan tersebut terdapat 6 cluster obyek wisata. Masing-masing cluster dianalisis SWOT dan dapat diketahui bahwa pada dasarnya obyek wisata SWP V terdapat permasalahan pada kurangnya pembangunan dan pengembangan berbagai fasilitas penunjang kepariwisataan serta aksesbilitas menuju kawasan obyek wisata, dan infrastruktur pendukung obyek wisata untuk kenyamanan dan keamanan wisatawan. Arah pengembangan difokuskan pada pengadaan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan, serta terhadap kondisi fisik wilayah yang merupakan wilayah karst yaitu pemeliharaan asset berharga yang terdapat di wilayah tersebut guna melestarikan alam dan kelestarian penduduk.

34

M. Faruq Guntur Asmoro (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis potensi Obyek Wisata Alam Di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Tahun 2011. Bertujuan untuk (1) Mengetahui potensi obyek wisata alam di Kecamatan Plaosan. (2) Memberikan konsep arahan pengembangan obyek wisata alam yang tepat di Kecamatan Plaosan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan angket. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling untuk mengumpulkan data primer. Potensi obyek wisata disusun berdasarkan variabel daya tarik obyek wisata, aksesbilitas dan sarana prasarana dan fasilitas dasar. Analisis peta yang digunakan adalah pengharkatan (skoring) dengan pembobotan pada setiap obyek wisata di daerah penelitian, selanjutnya skor tersebut digunakan sebagai dasar pengelompokan untuk masing-masing kelas. Hasil analisis digunakan sebagai dasar untuk penyusunan arahan pengembangan obyek wisata yang ada di daerah penelitian. Hasil dari penelitian tersebut adalah (1) Obyek wisata alam di Kecamatan Plaosan sebagian besar berstatus kurang potensial. Berdasarkan penilaian terhadap 3 variabel pada 8 obyek wisata alam yang terdapat di daerah penelitian menunjukkan terdapat 4 obyek wisata masuk dalam kelas kurang potensial yaitu Air Terjun Tirto Gumarang, Air Terjun Pundak Kiwo, Air Terjun Jarakan dan Air Terjun Watu Ondo. Obyek wisata alam yang masuk kelas cukup potensial ada 2 obyek wisata yaitu Telaga Wahyu dan Air Terjun Tirtosari serta obyek yang masuk dalam kelas sangat potensial ada 2 obyek wisata yaitu Telaga Sarangan dan Cemoro Sewu. (2) Arahan pengembangan obyek wisata alam di Kecamatan Plaosan dibagi menjadi empat jenis, yaitu obyek wisata minat khusus (pendakian), obyek wisata keluarga, obyek wisata pemancingan dan obyek wisata jelajah alam/ petualangan. Obyek wisata minat khusus (pendakian) adalah Cemoro Sewu. Obyek wisata keluarga adalah Telaga Sarangan dan Air Terjun Tirtosari. Obyek wisata pemancingan adalah Telaga Wahyu. Obyek wisata jelajah alam/ petualangan adalah Air Terjun Pundak Kiwo, Air Terjun Jarakan, Air Terjun Watu Ondo dan Air Terjun Tirto Gumarang.

35

Yanuar Sulistyaningrum (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Persebaran, Potensi dan Pengembangan Obyek Wisata Alam di Kabupaten Kebumen Berdasarkan Bentuklahan. Bertujuan untuk (1) Mengetahui persebaran dan pola persebaran obyek wisata alam di Kabupaten Kebumen. (2) Mengetahui potensi obyek wisata alam di Kabupaten Kebumen. (3) Mengetahui arah pengembangan obyek wisata alam di Kabupaten Kebumen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan spasial, sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Accidental Sampling untuk mengumpulkan data primer. Teknik analisis data yang digunakan adalah pemetaan, analisis tetangga terdekat, skoring, dan analisis SWOT. Hasil analisis digunakan sebagai dasar untuk penyusunan arahan pengembangan obyek wisata yang ada di daerah penelitian. Hasil dari penelitian tersebut adalah (1) Obyek wisata alam di Kabupaten Kebumen berjumlah 31 obyek wisata yang tersebar di tiga bentuklahan, yaitu bentuklahan solusional sebanyak 10 obyek dengan pola persebaran mendekati mengelompok (cluster), bentuklahan marine sebanyak 14 obyek dengan pola persebaran mendekati seragam dan bentuklahan struktural sebanyak 7 obyek dengan pola persebaran mendekati random. (2) Sebagian besar obyek wisata alam di Kabupaten Kebumen memiliki potensi sedang. Obyek wisata alam dengan potensi tinggi sebesar 16,13℅, potensi sedang sebesar 54,84℅ dan potensi rendah sebesar 29℅. (3) Upaya pengembangan yang dapat dilakukan untuk pengembangan pariwisata yang berkelanjutan adalah dengan menjadikan wilayah bentuklahan solusional sebagai kawasan wisata ekokarst, wilayah bentuklahan marin dijadikan kawasan wisata bahari, wilayah bentuklahan struktural dijadikan sebagai kawasan wisata dan konservasi, dan wilayah bentuklahan fluvial dikembangkan menjadi desa wisata.

36

Dyah Retno Widyaningrum (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Potensi dan Pengembangan Obyek Wisata di Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 (Untuk Mendukung Substansi Pembelajaran Geografi SMA Kelas XI Semester II Pada Materi Budaya Tradisional Sebagai Potensi Wisata dan Ekonomi Kreatif). Bertujuan untuk (1) Mengetahui persebaran obyek wisata di Kecamatan Selogiri. (2) Mengetahui potensi obyek wisata di Kecamatan Selogiri. (3) Memberikan arahan pengembangan obyek wisata yang tepat di Kecamatan Selogiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling dan Accidental Sampling untuk mengumpulkan data primer. Potensi obyek wisata disusun berdasarkan variabel daya tarik obyek wisata, aksesbilitas dan sarana prasarana dan fasilitas dasar. Analisis peta yang digunakan adalah pengharkatan (skoring) dengan pembobotan pada setiap obyek wisata di daerah penelitian, selanjutnya skor tersebut digunakan sebagai dasar pengelompokan untuk masingmasing kelas. Hasil analisis digunakan sebagai dasar untuk penyusunan arahan pengembangan obyek wisata yang ada di daerah penelitian. Penelitian yang dilakukan penulis memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan tersebut terletak pada kajian penelitian yaitu analisis potensi dan pengembangan obyek wisata. Perbedaannya terletak pada obyek penelitian dimana penelitian dilakukan pada semua jenis obyek wisata baik yang belum dikelola, sudah dikelola ataupun yang dalam proses pengembangan.

37

Tabel 2. Hasil Penelitian yang Relevan

No 1

2

Nama (Tahun) Yulita Eka Riaswati (2008) Skripsi, Universitas Sebelas Maret.

M. Faruq Guntur Asmoro (2011) Skripsi, Universitas Sebelas Maret.

Judul Penelitian Potensi dan Arah Pengembangan Obyek Wisata di Kabupaten Wonogiri.

Analisis Potensi Obyek Wisata Alam Di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Tahun 2011.

Tujuan Penelitian

Teknik Analisis

Hasil Penelitian

Mengetahui sebaran obyek wisata di Satuan Wilayah Pembangunan V Kabupaten Wonogiri Menyusun arah pengembangan obyek wisata di Satuan Wilayah Pembangunan V Kabupaten Wonogiri. Mengetahui potensi obyek wisata alam di Kecamatan Plaosan. Memberikan konsep arahan pengembangan obyek wisata alam yang tepat di Kecamatan Plaosan.

Menggunakan analisis skoring dari masing-masing variabel. Analisis SWOT digunakan untuk menentukan arah pengembangan obyek wisata secara potensial.

Potensi Obyek Wisata di SWP V adalah 65% obyek wisata dengan potensi rendah dan 35% dengan potensi sedang. Tidak ada obyek wisata yang berpotensi tinggi di SWP V. Arah pengembangan obyek wisata di SWP V dilakukan dengan jalan pengelompokan obyek wisata dengan menggunakan pola keruangan, kemudian dari hasil overlay data pada pola keruangan tersebut terdapat 6 cluster obyek wisata.

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis skoring pada masing-masing variabel. Menggunakan model interaktif melalui seleksi data, penyajian data dan menyimpulkan data.

Obyek wisata alam di Kecamatan Plaosan sebagian besar berstatus kurang potensial. Berdasarkan penilaian terhadap 3 variabel pada 8 obyek wisata alam yang terdapat di daerah penelitian menunjukkan terdapat 4 obyek wisata masuk dalam kelas kurang potensial, 2 obyek wisata masuk kelas cukup potensial dan 2 obyek wisata masuk kelas sangat potensial. Arahan pengembangan obyek wisata alam di Kecamatan Plaosan dibagi menjadi empat jenis, yaitu obyek wisata minat khusus (pendakian), obyek wisata keluarga, obyek wisata pemancingan dan obyek wisata jelajah alam/ petualangan.

37

38

3

Yanuar Sulistyaningrum (2012) Skripsi, Universitas Sebelas Maret.

Analisis Persebaran, Potensi dan Pengembangan Obyek Wisata Alam di Kabupaten Kebumen Berdasarkan Bentuklahan.

Mengetahui persebaran dan pola persebaran obyek wisata alam di Kabupaten Kebumen. Mengetahui potensi obyek wisata alam di Kabupaten Kebumen. Mengetahui arah pengembangan obyek wisata alam di Kabupaten Kebumen.

Teknik analisis data yang digunakan adalah pemetaan, analisis tetangga terdekat, skoring, dan analisis SWOT.

4

Dyah Retno Widyaningrum (2016) Skripsi, Universitas Sebelas Maret.

Potensi dan Pengembangan Obyek Wisata di Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 (Untuk Mendukung Substansi Pembelajaran Geografi SMA Kelas XI Semester II Pada Materi Budaya Tradisional Sebagai Potensi Wisata dan Ekonomi Kreatif).

Mengetahui persebaran obyek wisata di Kecamatan Selogiri. Mengetahui potensi obyek wisata di Kecamatan Selogiri. Memberikan arahan pengembangan obyek wisata yang tepat di Kecamatan Selogiri.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis skoring pada masingmasing variabel dan analisis SWOT.

Obyek wisata alam di Kabupaten Kebumen tersebar di tiga bentuklahan, yaitu bentuklahan solusional dengan pola persebaran mendekati mengelompok (cluster), bentuklahan marine dengan pola persebaran mendekati seragam dan bentuklahan struktural dengan pola persebaran mendekati random. Sebagian besar obyek wisata alam di Kabupaten Kebumen memiliki potensi sedang. Upaya pengembangan yang dapat dilakukan untuk pengembangan pariwisata yang berkelanjutan adalah dengan menjadikan wilayah bentuklahan solusional sebagai kawasan wisata ekokarst, wilayah bentuklahan marin dijadikan kawasan wisata bahari, wilayah bentuklahan struktural dijadikan sebagai kawasan wisata dan konservasi, dan wilayah bentuklahan fluvial dikembangkan menjadi desa wisata. Obyek wisata di Kecamatan Selogiri terdapat 13 obyek wisata yang tersebar di 1 kelurahan dan 6 desa dari 11 desa yang ada di wilayah Kecamatan Selogiri. Semua obyek wisata di wilayah Kecamatan Selogiri memiliki potensi cukup potensial. Arahan pengembangan obyek wisata di Kecamatan Selogiri dibagi menjadi lima jenis, yaitu agrowisata, wisata jelajah alam atau petualangan, wisata keluarga, wisata ziarah rohani dan wisata budaya.

38

39

C. Kerangka Berpikir Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjanjikan dan memberi peluang yang besar bagi pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang dimaksud

adalah

kesejahteraan

meningkatkan

rakyat,

menghapus

pertumbuhan

ekonomi,

meningkatkan

kemiskinan,

mengatasi

pengangguran,

melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya, memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa dan mempererat persahabatan antar bangsa. Hal ini sesuai dengan

tujuan

Undang-Undang

Tahun

2009

No.10

Pasal

4

tentang

kepariwisataan. Berdasarkan Kedudukan dalam Wilayah Pembangunan Kabupaten Wonogiri, Kecamatan Selogiri masuk dalam Wilayah Pembangunan I dan pengembangannya diarahkan pada kegiatan perdagangan, pertanian, industri, pendidikan, pariwisata, kesehatan, pemerintahan, kegiatan jasa dan perumahan rakyat. Pariwisata di Selogiri banyak memiliki potensi, baik potensi yang berupa alam, buatan ataupun budaya yang dapat dikembangkan menjadi obyek wisata yang menarik. Tahun 2011 Kecamatan Selogiri dikembangkan menjadi desa wisata melalui Program Neighbourhood Development (ND) yang merupakan lanjutan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan. Namun pada pengelolaan dan pengembangan potensi wisata masih sangat jauh dari kata optimal. Pengelolaan dan pengembangan obyek wisata di daerah penelitian saat ini belum dimanfaatkan secara baik dan optimal oleh pemerintah sebagai tujuan wisata. Pemerintah kurang memperhatikan potensi dan arahan pengembangan obyek wisata sehingga wisatawan banyak yang kurang tahu potensi pada tiap-tiap obyek wisata. Untuk itu diperlukan konsep arahan pengembangan obyek wisata yang tepat agar diperoleh hasil yang optimal. Pengembangan obyek wisata pada dasarnya adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk memperbaiki fasilitas yang sudah ada atau menambah fasilitas yang belum ada sesuai dengan kebutuhan wisatawan.

40

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka pemikiran penelitian ini mengarah pada usaha untuk mengetahui persebaran obyek wisata, untuk mengetahui potensi obyek wisata dan untuk memberikan arahan pengembangan obyek wisata yang tepat di Kecamatan Selogiri. Sebaran obyek wisata yang ada di Kecamatan Selogiri harus diidentifikasi kembali untuk mengetahui apa saja obyek wisata yang menarik dan dimana persebarannya. Penilaian potensi obyek wisata di Kecamatan Selogiri merupakan suatu

hal yang perlu dilakukan karena sangat bermanfaat dalam

mengetahui potensi apa yang dapat digali dan dikembangkan dari obyek wisata yang ada. Penilaian potensi obyek wisata ini perlu ditindak lanjuti oleh pihakpihak atau instansi yang terkait. Tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah upaya pengembangan obyek wisata yang ada agar keberadaannya dapat meningkatkan nilai guna obyek wisata tersebut. Secara skematis kerangka pemikiran dapat dibuat dengan bagan sebagai berikut:

41

Obyek Wisata Kecamatan Selogiri

Sebaran Obyek Wisata Kecamatan Selogiri

Parameter Potensi -

Jenis Obyek Wisata

Alam

Buatan

Daya Tarik Obyek Wisata (Attraction) Aksesbilitas (Accsesibility) Sarana Prasarana dan Fasilitas Dasar (Amenity)

Budaya Analisis Skoring

Potensi Obyek Wisata Kecamatan Selogiri -

Obyek Wisata Sangat Potensial Obyek Wisata Cukup Potensial Obyek Wisata Kurang Potensial

Analisis SWOT - Kekuatan (Strength) - Kelemahan (Weakness) - Kesempatan (Opportunity) - Ancaman (Threat)

Arahan Pengembangan Obyek Wisata di Kecamatan Selogiri

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran