BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2005). Pengetahuan merupakan hasil yang diperoleh setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek yang terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pengindraan, penciuman, raba dan rasa. Dan sebagian besar pengetahuan manusia berasal dari pendidikan, pengalaman, diri sendiri maupun pengalaman orang lain dan lingkungan. Pengetahuan atau kognitif merupakan komponen yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan itu sendiri penting untuk mendukung psikis seseorang dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun dorongan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan factor yang mendukung tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2003). Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman dan informasi yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan
Universitas Sumatera Utara
tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut (Istiarti, 2000).
2. Cara Mendapatkan Pengetahuan Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran
pengetahuan
sepanjang
sejarah,
dapat
dikelompokkan menjadi dua: a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini
dilakukan
sebelum ditemukan metode ilmiah, yang meliputi : 1) Cara coba salah (trial & error) Cara
coba-coba
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai didapatkan hasil mencapai kebenaran. 2) Cara kekuasaan atau otoritas Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada
masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
tersebut orang dapat memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. 4) Melalui jalan pikiran Dengan
jalan
ini
manusia
telah
mampu
menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya. b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut
Metode Penelitian Ilmiah (Notoatmodjo, 2002).
3. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : (Notoatmodjo, 2003). a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. b. Memahami (Comprehension) Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
Universitas Sumatera Utara
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Analisis diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja:
dapat
menggambarkan,
membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan
bagian-bagian
dalam
suatu
bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.
Universitas Sumatera Utara
f. Evaluasi (Evaluation) Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan
suatu
kriteria
yang
ditentukan
sendiri,
atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
4. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatantingkatan di atas. Pengukuran tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2007).
B. Ibu Postpartum Masa nifas yaitu masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Prawirohardjo, 2002). Periode pasca melahirkan (puerperium) merupakan saat untuk menyesuaikan kembali kondisi fisik dan mental, organ-organ reproduksi ibu kembali ke kondisi pra hamil, masa ini berlangsung kira-kira enam minggu (Saifuddin, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Jenny (2006) mendefenisikan masa nifas sebagai masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan dan pengembalian alat-alat kandungan ke keadaan semula. Proses masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. Aktivitas yang dilakukan berhubungan dengan kemampuan ibu dalam merawat dirinya agar mampu memelihara dan mencegah timbulnya penyakit sehingga ibu mampu merawat bayi, keluarga dan dirinya dengan baik. Ibu postpartum adalah seorang wanita yang berada pada masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, dengan lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998).
C. Infeksi Tali Pusat 1. Pengertian Infeksi Tali Pusat Tali pusat merupakan bagian yang penting untuk diperhatikan pada bayi yang baru lahir. Bayi yang baru lahir kurang lebih dua menit akan segera di potong tali pusatnya kira-kira dua sampai tiga sentimeter yang hanya tinggal pada pangkal pusat (umbilicus), dan sisa potongan inilah yang sering terinfeksi Staphylococcus aereus pada ujung tali pusat akan mengeluarkan nanah dan pada sekitar pangkal tali pusat akan memerah dan disertai edema (Musbikin, 2005). Pada keadaan infeksi berat, infeksi dapat menjalar hingga ke hati (hepar) melalui ligamentum (falsiforme) dan menyebabkan abses yang berlipat ganda.
Universitas Sumatera Utara
Pada keadaan menahun dapat terjadi granuloma pada umbilikus (Prawirohardjo, 2002). Infeksi tali pusat adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh clostridium tetani dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran (Mieke, 2006).
2. Faktor-faktor Penyebab Infeksi Tali Pusat Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi tali pusat pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut : a. Faktor kuman Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada masa awal kehidupan hampir semua bayi, saat lahir atau selama masa perawatan. Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran cerna terkolonisasi. Untuk pencegahan terjadinya infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap dijaga kebersihannya, upayakan tali pusat agar tetap kering dan bersih, pada saat memandikan di minggu pertama sebaiknya jangan merendam bayi langsung ke dalam air mandinya karena akan menyebabkan basahnya tali pusat dan memperlambat proses pengeringan tali pusat. Dan masih banyak penyebab lain yang dapat memperbesar peluang terjadinya infeksi pada tali pusat seperti penolong persalinan yang kurang menjaga kebersihan terutama pada alat-alat yang digunakan pada saat menolong persalinan dan
Universitas Sumatera Utara
khususnya pada saat pemotongan tali pusat. Biasakan mencuci tangan untuk pencegahan terjadinya infeksi (Danuatmadja, 2003). b. Proses persalinan Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non medis. Kematian bayi yang diakibatkan oleh tetanus ini terjadi saat pertolongan persalinan oleh dukun pandai, terjadi pada saat memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril dan tidak diberikan obat antiseptik. c. Faktor tradisi Untuk perawatan tali pusat juga tidak lepas dari masih adanya tradisi yang berlaku di sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai ramuan-ramuan atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu mempercepat kering dan lepasnya potongan tali pusat. Ada yang mengatakan tali pusat bayi itu harus diberi abu-abu pandangan seperti inilah yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena justru dengan diberikannya berbagai ramuan tersebut kemungkinan terjangkitnya tetanus lebih besar biasanya penyakit tetanus neonatorum ini cepat menyerang bayi, pada keadaan infeksi berat hanya beberapa hari setelah persalinan jika tidak ditangani biasa mengakibatkan meninggal dunia (Mieke, 2006).
Universitas Sumatera Utara
3. Tanda dan Gejala Infeksi Tali Pusat Tanda-tanda yang perlu dicurigai oleh orang tua baru adalah apabila timbul bau menyengat dan terdapat cairan berwarna merah darah atau bisa juga berbentuk nanah di sisa tali pusat bayi. Hal tersebut menandakan sisa tali pusat mengalami infeksi, lekas bawa bayi ke klinik atau rumah sakit, karena apabila infeksi telah merambat ke perut bayi, akan menimbulkan gangguan serius pada bayi (Febrina, 2006) Manifestasi kebanyakan infeksi staphylococcus pada neonatus adalah tidak spesifik, bakteremia tanpa kerusakan jaringan setempat dikaitkan dengan berbagai tanda, berkisar dari yang ringan sampai dengan keadaan yang berat. Distress pernafasan, apnea, bradikardia, abnormalitas saluran cerna, masalah termoregulasi, adanya perfusi yang buruk, dan disfungsi serebral merupakan hal umum. Infeksi spesifik yang disebabkan oleh staphylococcus aereus meliputi pneumonia, efusi pleural, meningitis, endokarditis, omfalitis, abses, dan osteomielitis (Wahab, 2000). Bayi yang terinfeksi tali pusatnya, pada tempat tersebut biasanya akan mengeluarkan nanah dan pada bagian sekitar pangkal tali pusat akan terlihat merah dan dapat disertai dengan edema. Pada keadaan yang berat infeksi dapat menjalar ke hati (hepar) melalui ligamentum falsiforme dan menyebabkan abses yang berlipat ganda. Pada keadaan
Universitas Sumatera Utara
menahun dapat terjadi granuloma pada umbilikus (Prawirohardjo, 2002). Jika tali pusat bayi bernanah atau bertambah bau, berwarna merah, panas, bengkak, dan ada area lembut di sekitar dasar tali pusat seukuran uang logam seratus rupiah, ini merupakan tanda infeksi tali pusat (Sean, 2004).
4. Pencegahan dan Penanganan Infeksi Tali Pusat a. Pencegahan Untuk pencegahan awal tetanus dapat diberikan pada calon pengantin dengan harapan bila setelah menikah dan hamil tubuhnya sudah punya antitoksin tetanus yang akan ditransfer ke janin melalui plasenta. Seorang
wanita yang sudah diimunisasi tetanus 2 kali
dengan interval 4-6 minggu diharapkan mempunyai kekebalan terhadap tetanus selama tiga tahun imunisasi TT diberikan juga pada ibu hamil, diberikan 2 kali pada trimester kedua dengan interval waktu 4-6 minggu diharapkan dapat memberikan kekebalan selama tiga tahun sehingga jika si ibu hamil kurun waktu tiga tahun itu tidak diberikan imunisasi TT atau satu kali saja imunisasi sudah cukup (Erikania, 2007). Agar tali pusat tidak terinfeksi, perlu dilakukan inspeksi tali pusat, klem dilepas, dan tali pusat diikat dan dipotong dekat umbilikus kurang dari 24 jam setelah bayi lahir.
Ujung dari
Universitas Sumatera Utara
potongan diberikan krim klorheksidin untuk mencegah infeksi pada tali pusat, dan tidak perlu dibalut dengan kasa dan dapat hanya diberi pengikat tali pusat atau penjepit tali pusat yang terbuat dari plastik (Penny, 2008). Dalam keadaan normal, tali pusat akan lepas dengan sendirinya dalam waktu lima sampai tujuh hari. Tapi dalam beberapa kasus bisa sampai dua minggu bahkan lebih lama. Selama belum pupus, tali pusat harus dirawat dengan baik. Agar tali pusat tidak infeksi, basah, bernanah, dan berbau. Bersihkan tali pusat bayi dengan sabun saat memandikan bayi. Keringkan dengan handuk lembut. Olesi dengan alkohol 70%. Jangan pakai betadine, karena yodium yang dikandung betadine dapat masuk ke peredaran darah bayi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar gondok. Biarkan terbuka hingga kering, dapat dibungkus dengan kasa steril. Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi bedak, karena dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya kuman, termasuk kuman tetanus (Wartamedika, 2006). Untuk penggantian popok, sebaiknya popok yang telah basah segera diganti untuk menghindari iritasi tali pusat, area tali pusat jangan ditutup dengan popok atau celana plastik dan bila bayi menggunakan popok langsung pakai saja (Sean, 2002). Pencegahan pada infeksi tali pusat dapat dilakukan dengan perawatan tali pusat yang baik. Jika di tempat perawatan bayi banyak
Universitas Sumatera Utara
penyebab infeksi dengan staphylococcus aereus maka perawatan tali pusat dapat dilakukan sebagai berikut : 1) Setelah tali pusat dipotong, ujung tali pusat diolesi dengan tincture jodii. 2) Tangkai tali pusat / pangkal tali pusat dan kulit di sekeliling tali pusat dapat diolesi dengan triple-dye (triple dye ini adalah campuran brilliant green 2,29 g, prylapine bemisulfate 1,14 g, dan crystal violet 2,29 g yang dilarutkan dalam satu liter air), jika obat-obat
ini
tidak
ada
dapat
pula
digantikan
dengan
merkurokrom. 3) Atau tali pusat cukup ditutupi dengan kasa steril dan diganti setiap hari (Prawirohardjo, 2002).
b. Penanganan Infeksi pada bayi dapat merupakan penyakit yang berat dan sangat
sulit
diobati.
Jika
tali
pusat
bayi
terinfeksi
oleh
Staphylococcus aereus, sebagai pengobatan lokal dapat diberikan salep yang mengandung neomisin dan basitrasin. Selain itu juga dapat diberikan salep gentamisin. Jika terdapat granuloma, dapat pula dioleskan dengan larutan nitras argenti 3% (Prawirohardjo, 2002). 1) Infeksi tali pusat lokal atau terbatas Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk, dan di sekitar tali pusat kemerahan dan pembengkakan terbatas
Universitas Sumatera Utara
pada daerah≤ 1 cm di sekitar pan gk al tali pusat lokal atau terbatas. Cara penanganannya : a) Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang atau membersihkan tali pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman dari tangan. b) Bersihkan
tali
pusat
menggunakan
larutan
antiseptik
(misalnya klorheksidin atau iodium povidon 2,5%) dengan kain kassa yang bersih. c) Olesi tali pusat pada daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik (misalnya gentian violet 0,5% atau iodium povidon 2,5%) delapan kali sehari sampai tidak ada nanah lagi pada tali pusat. Anjurkan bayi melakukan ini kapan saja bila memungkinkan. d) Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm, obati seperti infeksi tali pusat berat atau meluas. 2) Infeksi tali pusat berat atau meluas Jika kulit di sekitar tali pusat merah dan mengeras atau bayi mengalami distensi abdomen, obati sebagai tali pusat berat atau meluas. Cara penanganannya : a) Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan sensivitasi.
Universitas Sumatera Utara
b) Beri kloksasilin per oral selama 5 hari. c) Jika terdapat pustule / lepuh kulit dan selaput lendir. d) Cari tanda-tanda sepsis. e) Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali pusat lokal atau terbatas.
Universitas Sumatera Utara