BAB VI PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA Pada Stasiun Kerja Pemotongan dan Sortasi CV. Agrindo Suprafood Menggunakan Studi Waktu A. Pendahuluan 1. Latar belakang Pada era globalisasi ini, persaingan antar industri semakin kompetitif. Persaingan yang ketat ini disebabkan banyak bermunculan industri-industri baru, terutama industri golongan menengah ke bawah. Salah satu sektor industri yang mengalami pertumbuhan dengan pesat adalah industri pengolahan bahan pertanian atau industri pangan. Kebutuhan pangan saat ini meningkat seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan manusia.
Mengingat
semakin meningkatnya
pertumbuhan industri pangan, maka persaingan antar industri akan terjadi dengan ketat. Hal ini membuat industri merencanakan strategi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi secara efektif dan efisien. Dalam suatu industri, dibutuhkan pekerja yang berkompeten sehingga industri dapat memproduksi produk sesuai dengan jadwal yang sudah direncanakan. Tenaga kerja berperan penting dalam tercapainya aktivitas produksi dan merupakan faktor yang utama dalam mengukur kinerja atau produktivitas suatu perusahaan. Produkstivitas ini merupakan suatu konsep yang berhubungan dengan
27
seberapa baik suatu perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Waktu merupakan elemen yang menetukan dalam merancang atau memperbaiki suatu sistem kerja. Peningkatan efisiensi suatu sistem kerja berhubungan erat dengan waktu kerja yang digunakan dalam proses produksi. Untuk memproduksi produk sesuai dengan jadwal yang ditentukan, maka dibutuhkan pengukuran waktu. Pengukuran waktu kerja mengarah pada kriteria yang obyektif. Studi tentang pengukuran waktu digunakan untuk melakukan perancangan dan perbaikan dari suatu sistem kerja. Dengan demikian perlu dilakukan penentuan waktu baku yaitu waktu yang diperlukan dalam bekerja dengan telah mempertimbangkan faktor-faktor diluar elemen pekerjaan yang diperlukan. Penentuan waktu baku pada pekerja dalam industri mempunyai beberapa manfaat yaitu berguna dalam proses penjadwalan produksi, perencanaan sistem kompensasi pada karyawan, dan perencanaan kebutuhan tenaga kerja yang digunakan. Penentuan kebutuhan tenaga kerja ini membantu dalam memaksimalkan sumber daya pekerja sehingga meminimalkan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pekerja. Penyesuaian tenaga kerja dapat dilihat dari jenis pekerjaannya. Pekerjaan dengan sifat mekanis atau menggunakan mesin, maka kebutuhan tenaga kerja harus disesuaikan dengan jumlah mesin yang ada atau kebutuhan operator pada setiap mesin. Pada pekerjaan dengan sifat manual, kebutuhan
28
tenaga kerja disesuaikan dengan beban kerja yang ditanggung oleh pekerja. Salah satu industri yang bergerak di bidang agroindustri khususnya pengolahan nata de coco yang berada diwilayah Yogyakarta adalah CV. Agrindo Suprafood. CV. Industri ini merupakan perusahaan yang memproduksi nata de coco sebagai produk utamanya. Pada proses produksinya, Agrindo Suprafood membutuhkan banyak tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan produksi. Tenaga kerja merupakan sumberdaya utama dalam menggerakkan kegiatan proses produksi. Proses produksi ini bertujuan untuk menyiapkan dan menciptakan produk nata de coco potongan dengan kualitas yang baik. 2. Perumusan masalah Masalah yang sering muncul pada industri kecil menengah adalah jumlah pekerja yang tidak sesuai dengan kapasitas produksi yang dihasilkan industri. Jumlah pekerja yang tidak tepat dapat berupa kelebihan pekerja atau kekurangan pekerja disuatu stasiun kerja. Hal ini akan mengganggu produktivitas industri. Salah satu cara pengukuran tenaga kerja dengan pengukuran waktu baku pada setiap stasiun kerja. 3. Batasan masalah Dalam melakukan penelitian dilakukan beberapa batasan masalah, yaitu: a. Metode yang digunakan dalam pengambilan data dengan metode repetitive timing dengan jam henti.
29
b.
Rating factor yang digunakan adalah dengan sistem westinghouse
c. Pengukuran waktu dilakukan pada stasiun kerja pemotongan dan sortasi. 4. Tujuan kerja praktek a. Menentukan jumlah tenaga kerja secara teoritis pada stasiun kerja pemotongan dan sortasi di CV. Agrindo Suprafood 5. Manfaat 1) Bagi mahasiswa a. Sarana
mengaplikasikan
ilmu-ilmu
yang
didapat
pada
perkuliahan secara nyata. b. Sebagai sarana untuk memperdalam materi tersebut. c. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung yang dapat membandingkan antara teori dan praktek atau aplikasinya dilingkungan kerja. d. Memperoleh pengalaman dan gambaran yang terjadi di dunia kerja. 2) Bagi perusahaan a. Meningkatkan hubungan antara program diploma agroindustri UGM dengan CV. Agrindo Suprafood. b. Dapat berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan akadenmik baik secara teknis maupun non teknis.Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama kerja praktek dapat
30
menjadi bahan masukan bagi perusahaan untuk menentukan kebijaksanaan perusahaan dimasa yang akan datang.
B. Tinjauan Pustaka Nata termasuk produk fermentasi, seperti halnya yoghurt. Starter yang digunakan adalah bakteri Acetobacter Xylinum, jika ditumbuhkan didalam media cair yang mengandung gula, bakteri ini akan menghasilkan asam asetat dan lapisan putih yang terapung apung dipermukaan media cair tersebut. Lapisan putih itulah yang dikenal sebagai nata( Sumiyati, 2009). Hasil fermentasi nata dipengaruhi oleh waktu inkubasi, suhu, kadar glukosa dalam larutan fermentasi dan jumlah bakteri yang diinokulasikan, sumber nitrogen, keasaman media, dan umur kultur(Sulistyo, 2007). Biomassa nata merupakan produk sintesis oleh Acetobacter Xylinum selama proses fermentasi pada media yang mengadung gula dan asam. Dalam prosesnya komponen gula (sukrosa) akan dipecah oleh Acetobacter Xylinum sehingga terbentuk polisakarida, yakni selulosa. Selulosa tersebut membentuk membran yang terus menebal dan membentuk jaringan yang kuat yang disebut pelikel nata. Air kelapa memiliki karakteristik cita rasa yang khas. Air kelapa juga mempunyai kandungan gizi mineral yang sangat baik untuk tubuh manusia. Unsur yang terkandung dalam air kelapa tidak hanya unsur makro, tetapi juga unsur mikro. Unsur makro yang ada pada air kelapa yaitu karbon dan nitrogen. Unsur karbon dalam air kelapa berupa karbohidrat sederhana seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, sorbitol, dan 31
inositol. Unsur nitrogen berupa protein yang tersusun atas asam amino, seperti alin, arginin, alanin, sistin, dan serin (Emil, 2011). Nata de coco adalah produk hasil fermentasi air kelapa menggunakan bakteri Acetobacter Xylinum. Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti “krim”. Nata dalam bahasa Latin natare yang berarti terapung. Nata dibuat dari berbagai macam bahan, antara lain air kelapa, santan kelapa, tetes tebu, limbah cair tebu, ubi kayu atau limbah tapioka, dan sari buah. Nata yang dibuat dari kelapa disebut nata de coco. Di Indonesia nata de coco disebut sari kelapa ( Satarminingsih, 2004). Pengukuran waktu ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Waktu baku yang dicari bukanlah waktu penyelesaian yang diselesaikan secara tidak wajar seperti terlampau cepat atau terlampau lambat, bukan yang diselesaikan oleh seorang pekerja yang istimewa terampilnya atau lamban dan pemalas, dan bukan pula yang mengerjakannya dalam sistem kerja yang belum terbaik (Sutalaksana, dkk, 2006). Teknik-teknik pengukuran waktu dibagi kedalam dua bagian, pertama secara langsung dan kedua secara tidak langsung. Pengukuran secara langsung yaitu pengukurannya dilaksanakan di tempat pekerjaan yang bersangkutan dijalankan. Dua cara yang termasuk didalamnya adalah cara jam henti dan sampling pekerjaan. Sebaliknya, cara tak langsung
32
melakukan perhitungan waktu tanpa harus berada di tempat pekerjaan, yaitu dengan membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen-elemen gerakan (Sutalaksana, dkk, 2006). Pengukuran waktu jam henti menggunakan stopwatch sebagai alat utamanya. Ada beberapa aturan sebelum melakukan pengukuran yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang baik. Aturan-aturan tersebut dijelaskan dalam langkah-langkah berikut ini ( Sutalaksana,dkk, 2006) : 1. Penetapan tujuan pengukuran Untuk pengukuran waktu hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah peruntukan penggunaan hasil pengukuran, tingkat ketelitian, dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut. 2. Melakukan penelitian pendahuluan Tujuan dari pengukuran waktu adalah memperoleh waktu yang pantas untuk diberikan kepada pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Waktu kerja yang pantas merupakan waktu kerja yang didapat dari kondisi kerja yang baik. 3. Memilih operator Syarat-syarat operator yang diukur adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama.
33
4. Melatih operator Pelatihan diperlukan bagi operator jika kondisi dan cara kerja yang dipakai tidak sama dengan yang biasa dijalankan operator. 5. Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan Elemen pekerjaan merupakan gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen-elemen inilah yang diukur waktunya. 6. Menyiapkan perlengkapan pengukuran
Uji keseragaman data adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui bahwa tidak ada data yang terlalu besar atau terlalu kecil yang menyimpang terlalu jauh. Menurut Sutalaksana, dkk (2006), keadaan sistem yang selalu berubah dapat diterima, asalkan perubahannya adalah memang yang sepantasnya terjadi. Akibatnya waktu penyelesaian yang dihasilkan sistem selalu berubah-ubah, namun juga harus dalam batas kewajaran (seragam). Batas-batas kontrol yang dibentuk dari data merupakan batas seragam tidaknya data. Sekelompok data dikatakan seragam bila berada diantara kedua batas kontrol. Bila diluar batas-batas itu, yang secara statistika disebut berasal dari sistem sebab yang berbeda, dinyatakan sebagai data yang tidak seragam. Aktivitas pengukuran kerja pada dasarnya adalah merupakan proses sampling. Konsekuensi yang diperoleh adalah bahwa semakin besar jumlah siklus kerja yang diamati/diukur maka akan semakin mendekati kebenaran akan data waktu yang diperoleh. Konsistensi dari hasil
34
pengukuran dan pembacaan oleh stop-watch akan merupakan hal yang diinginkan dalam proses pengukuran kerja. Semakin kecil variasi atau perbedaan data waktu yang ada, jumlah pengukuran/pengamatan yang harus dilakukan juga akan cukup kecil, sebaliknya semakin besar variabilitas dari data waktu pengukuran akan menyebabkan jumlah siklus kerja yang diamati juga akan semakin besar agar bisa diperoleh ketelitian yang dikehendaki( Wignjosoebroto, 2000). Rumus yang digunakan untuk menghitung keseragaman data dan kecukupan data yaitu (Sutalaksana, dkk, 1979) : 1. Mean n
__
X
X i 1
N
i
.................................................................................(1)
Keterangan : X = waktu pengamatan N = jumlah pengamatan yang dilakukan 2. Standar
deviasi
sebenarnya
dari
waktu
penyelesaian
adalah
(Sutalaksana, dkk, 1979) : n
(X i 1
i
X )2
N 1
................................................... (2)
Keterangan : N = jumlah pengamatan pendahuluan yang sudah dilakukan X =waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan yang sudah dilakukan.
35
3. Uji keseragaman data (Sutalaksana, dkk, 2006) : BKA = X + 3δ X ................................................................. (3) BKB = X - 3δ X
............................................................... (4)
Keterangan : BKA = Batas Kontrol Atas BKB = Batas Kontrol Bawah Untuk menentukan beberapa jumlah observasi yang seharusnya dibuat (N’) maka harus diputuskan terlebih dahulu berapa tingkat kepercayaan (convidence level) dan derajat ketelitian (degree of accuracy) untuk pengukuran kerja. Didalam aktivitas pengukuran kerja biasanya akan diambil 95% convidence level dan 5% degree of accuracy. Hal ini berarti bahwa sekurang-kurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari waktu yang dicatat atau diukur untuk suatu elemen kerja
akan
memiliki
penyimpangan
tidak
lebih
dari
(Wignjosoebroto, 2000).
4. Uji kecukupan data (Sutalaksana, dkk, 1979) : 2 n n 2 40 N X i X i i 1 i 1 N' n Xi i 1
2
........................... (5)
Keterangan : N’ : jumlah pengamatan yang diperlukan N : banyak pengamatan yang telah dilakukan X : waktu pengamatan yang terbaca oleh stopwatch
36
5%
Apabila kondisi yang diperoleh adalah N’ lebih besar daripada N, maka tidak bisa tidak pengamatan harus di tambah lagi sedemikian rupa sehingga data yang diperoleh kemudian bisa memberikan tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian sesuai dengan yang diharapkan (Wignjosoebroto, 2000). Apabila pengukuran telah selesai, semua data yang didapat memiliki keseragaman yang dikehendaki, dan jumlahnya sudah memenuhi tingkattingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, maka kegiatan pengukuran waktu selesai. Langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga memberikan waktu baku. Menghitung waktu siklus, waktu penyelesaian rata-rata selama pengukuran (Sutalaksana, dkk, 2006) : n
x
i
Waktu siklus =
i 1
N ............................................................. (6)
Dimana : x
: data waktu pengamatan yang seragam
N
: banyaknya data yang seragam
Waktu normal diartikan sebagai waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja yang berpengalaman untuk menyelesaikan elemem-elemen tugas yang penting dan bekerja pada kecepatan normal (Herjanto, 2007) . Rumus waktu normal sebagai berikut :
37
n
x
i
Waktu normal =
i 1
N
x (1+Rf) ........................................... (7)
Dimana : x
: data waktu pengamatan yang seragam
N
: banyaknya data yang seragam
Rf
: rating factor (faktor penyesuaian)
Waktu baku dapat diperoleh dengan rumus (Sutalaksana,dkk, 2006) : Waktu baku = Waktu normal (1+l)......................................... (8) Dimana : l
: allowance (kelonggaran)
Menentukan
faktor
penyesuaian
dengan
cara
Westinghouse
mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu Ketrampilan, Usaha, Kondisi kerja, dan Konsistensi. Ketrampilan didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. untuk keperluan penyesuaian, ketrampilan dibagi menjadi enam kelas yaitu Super Skill, Excellent Skill, Good Skill, Average Skill, Fair Skill, Dan Poor Skill. Usaha merupakan kesungguhan yang ditunjukkan operator ketika melakukan pekerjaannya. Usaha atau effort cara Westinghouse dibagi dalam kelas-kelas yaitu Excessive Effort, Excellent Effort, Good Effort, Average Effort, Fair Effort, dan Poor Effort. Kondisi kerja pada westinghouse adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, suhu, dan kebisingan ruangan. Kondisi kerja dibagi kedalam
38
enam kelas yaitu Ideal, Excellent, Good, Average, Fair, Poor. Konsistensi pada cara Westinghouse dibagi menjadi enam kelas yaitu Perfect, Excellent, Good, Average, Fair, Poor. Perfect adalah pekerja yang dapat bekerja dengan waktu penyelesaian yang tetap dari saat ke saat (Sutalaksana,dkk, 2006). Tabel.VI.1. Rating Performance Skill +0,15 A1 +0,13 A2 +0,11 B1 +0,08 B2 +0,06 C1 +0,03 C2 +0,00 D -0,05 E1 -0,10 E2 -0,16 F1 0,22 F2 +0,06 A +0,04 B +0,02C 0,00 D -0,03 E -0,07 F
Effort Superskill
+0,13 A1 +0,12 A2 +0,10 B1 +0,08 B2 +0,05 C1 +0,02 C2 0,00 D -0,04 E1 -0,08 E2 -0,16 F1 -0,17 F2
Excellent Good Average Fair Poor Condition Ideal Excellent Good Average Fair Poor
+0,04 A +0,03 B +0,01 C 0,00 D -0,02 E -0,04 F
Excessive Excellent Good Average Fair Poor Consistency Perfect Excellent Good Average Fair Poor
Sumber : Barnes, 1980 Allowance time dapat didefinisikan sebagai pecahan waktu yang hilang selama dilaksanakan tugas karena untuk keperluan lain seperti istirahat, kebutuhan pribadi atau keterlambatan yang tidak dapat dihindari. Pecahan yang tertinggal merupakan sisa waktu yang tersedia untuk bekerja (Sumayang, 2003).
39
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Kebutuhan pribadi adalah hal-hal seperti minum sekedarnya, ke
kamar
kecil,
bercakap-cakap
dengan
teman
sekerja
untuk
menghilangkan ketegangan. Rasa fatigue tercermin dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Salah satu cara menentukan kelonggaran ini dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja. Pada hambatan
tidak
terhindarkan
yang
termasuk
didalamnya
adalah
(Sutalaksana,dkk, 2006) : 1. Mesin berhenti karena mati listrik. 2. Hambatan karena kesalahan pemakaian alat atau bahan. 3. Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin. 4. Mengambil alat atau bahan khusus dari gudang. Salah satu cara untuk menentukan jumlah tenaga kerja adalah dengan mempelajari waktu kerja pekerjaan yang dilakukan. Beberapa tujuan dilakukannya perencanaan jumlah tenaga kerja adalah (Sanders and McCormich, 1992) : 1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja 2. Meningkatkan keamanan kerja 3. Mengurangi kelelahan dan stress karena pekerjaan 4. Meningkatkan kenyamanan kerja
40
Untuk keperluan penentuan jumlah mesin atau tenaga kerja yang dibutuhkan maka ada beberapa informasi yang harus diketahui sebelumnya, yaitu (Wignjosoebroto, 1995) : 1. Volume produksi yang dicapai. 2. Estimasi skrap (produk yang cacat) 3. Waktu kerja standard untuk proses operasi yang berlangsung. Untuk menentukan jumlah mesin atau menentukan jumlah operator yang diperlukan untuk aktivitas operasi, maka rumus umum yang dapat dipakai yaitu : 𝑇
𝑃
N = 60 x 𝐷.𝐸
.................................................................... (9)
Dimana : P =
jumlah produk yang harus dibuat oleh masing-masing mesin per periode waktu kerja ( unit produk/tahun)
T = waktu standard pengerjaan yang ditetapkan untuk proses produksi yang diperoleh dari hasil time study atau perhitungan secara teoritis ( menit/unit produk) D = jam operasi kerja mesin yang tersedia, dimana untuk satu shift kerja D = 8 jam/hari, dua shift D= 16 jam per hari, dan tiga shift D= 24 jam/per hari. E = faktor efisisensi kerja mesin yang disebabkan oleh adanya set up,breakdown, repair atau hal-hal lain yang menyebabkan terjadinya idle. Harga umum yang diambil dalam hal ini berkisar antara 0,8-0,9. N = jumlah mesin ataupun jumlah operator yang dibutuhkan untuk operasi produksi. DxE = merupakan periode waktu kerja efektif yang berkaitan langsung dengan proses transformasi atau proses nilai tambah dalam proses produksi yang berlangsung (jam).
41
Produksi dengan 100% berkualitas baik tidak mungkin tercapai, untuk itu suatu kelonggaran (allowance) harus dibuat dengan memperhatikan adanya beberapa unit produk akan rusak pada saat aktivitas produksi berlangsung untuk setiap tahapan prosesnya. Dengan demikian demand rate akan menjadi (Wignosoebroto, 1995) : P = P𝑔 + P𝑑 Dimana : P
= Jumlah produk yang dikehendaki (demand rate)
P𝑔
= Jumlah produk yang berkualitas baik (goods parts)
P𝑑
= Jumlah produk yang rusak ( defective parts)
Jumlah produk yang rusak ini dapat pula dinyatakan dalam bentuk prosentase kerusakan (p) dari jumlah produk yang berkualitas baik, sehingga rumus dapat disesuaikan (Wignosoebroto, 1995): Pg
P = (1−𝑝) .......................................................................... (10)
C. Metodologi 1. Tempat, alamat, dan waktu pelaksanaan kerja praktek Pelaksanaan kerja praktek dilaksanakan pada industri nata de coco yaitu di CV. Agrindo Suprafood yang beralamatkan di Jalan Wonosari KM 10, Karangayam RT 07, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Kerja Praktek dilakukan pada tanggal 16 Juli hingga 16 Agustus 2012.
42
2. Ruang lingkup kajian Untuk menentukan kebutuhan jumlah tenaga kerja yang optimal salah satu langkah yang dapat di tempuh yaitu melakukan pengukuran waktu. Pengukuran waktu ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan, dimana waktu baku ini merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaan dalam sistem kerja terbaik. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran waktu pada stasiun kerja pemotongan dan sortasi. Perhitungan waktu baku yang dilakukan pada setiap elemen kegiatan di masing-masing stasiun kerja berguna dalam penentuan jumlah tenaga kerja yang optimal pada setiap stasiun kerja. 3. Metode Pengumpulan Data a. Data primer adalah data yang diambil dari hasil pengukuran, pengamatan dan pengujian di lingkungan kerja secara langsung. Data ini meliputi : 1) Metode survey yaitu melakukan wawancara langsung kepada pekerja, karyawan atau pihak yang berwenang memberikan informasi tentang perusahaan berupa sejarah, produksi, tenaga kerja, dan pemasaran. 2) Metode observasi, yaitu melakukan pengamatan, identifikasi, dan melakukan pencatatan secara sistematis dengan kondisi nyata yang dihadapi selama di industri.
43
3) Melakukan penentuan waktu baku pada pekerja di setiap stasiun kerja pada setiap proses produksi nata de coco.
Sedangkan data yang dibutuhkan dalam penentuan waktu baku adalah: 1. Waktu rata-rata yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam unit pemotongan. 2. Waktu normal yang digunakan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan. 3. Kelonggaran yang di gunakan pekerja. 4. Peta Proses Operasi 5. Lingkup bangunan kerja dan kondisi kerja b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari referansi yang terkait dengan obyek penelitian. Data ini meliputi: 1) Data internal Data ini diperoleh dari perusahaan berupa brosur perusahaan yang didalamnya tercantum informasi tentang perusahaan. 2) Data eksternal Data yang diperoleh berdasarkan literature atau referansi lain yang berada di luar perusahaan yang berkaitan dengan pengukuran kerja dan time study. Data- data ini dapat diperoleh dari buku dan studi pustaka yang dapat menunjang penelitian.
44
4. Pengolahan data Data yang terkumpul dilakukan pengolahan uji keseragaman data untuk data waktu pengamatan tiap kegiatan dan dilanjutkan dengan melakukan uji kecukupan data. Melalui uji kecukupan data ini akan dihasilkan waktu siklus pada tiap kegiatan. Dengan mengamati kondisi tempat kerja, ditentukan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran untuk setiap operasi. Perkalian antara waktu siklus dengan faktor tersebut maka akan diperoleh waktu normal dan waktu baku tiap operasi. Waktu baku ini menjadi dasar perhitungan jumlah tenaga kerja optimal pada stasiun kerja pemotongan dan sortasi.
45
5. Tahapan pelaksanaan Mulai
Observasi masalah dan identifikasi masalah
Studi pustaka
Penentuan data yang diperlukan
Melakukan pengamatan
Pengumpulan data waktu siklus
Tidak
Data seragam ?
Tidak
Data cukup ?
Ya
Penentuan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran
Perhitungan waktu baku
Perhitungan kebutuhan tenaga kerja
Pembahasan hasil
Penarikan kesimpulan
Selesai
Gambar.6.1.Tahapan Pelaksanaan
46
D. Hasil dan Pembahasan 1. Pengambilan data waktu siklus Pada laporan tugas akhir ini akan diukur jumlah tenaga kerja secara teoritis dan optimal pada stasiun kerja pemotongan dan sortasi. Pengukuran tenaga kerja yang dilakukan menggunakan waktu baku, untuk itu dilakukan pengambilan data waktu pada tiap elemen di stasiun kerja pemotongan dan sortasi. Tabel.VI.2. Data Waktu Penyelesaian Pekerjaan (dalam detik) Pengulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pemotongan
Sortasi
Elemen kerja
Elemen kerja
Penipisan 123,54 115,23 89,43 128,31 114,57 128,37 88,35 113,76 95,85 74,46 88,38 132,54 96,45 82,17 89,64 88,02 79,77 76,86 120,45 89,94
Pencacahan 53,87 57,59 53,58 74,43 58,56 59,36 57,60 62,27 46,10 58,66 51,77 52,54 53,91 60,44 55,53 57,11 58,34 52,43 58,64 57,96
47
Sortasi 1 19,32 24,62 25,88 23,39 32,86 35,87 35,97 33,55 33,55 35,70 36,80 65,27 35,08 33,22 50,18 33,25 26,91 47,90 28,34 31,63
Sortasi 2 19,41 20,97 18,02 17,51 20,11 18,50 18,33 20,47 19,32 18,73 16,99 20,23 23,41 16,25 18,14 19,31 20,45 17,51 20,01 22,50
Pengamatan waktu dilakukan dengan metode repetitive timing dengan menggunakan jam henti. Pengukuran waktu ini dilakukan sebanyak 20 kali pengulangan. Pengambilan sampel waktu siklus untuk stasiun kerja pemotongan dilakukan per 3 kg nata de coco yang diolah, sedangkan untuk stasiun kerja sortasi waktu siklus juga diambil per 3 kg nata de coco yang diolah. 2. Uji keseragaman data Pengujian keseragaman data dilakukan untuk mengelompokkan data waktu siklus yang telah diambil sesuai dengan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Data waktu yang berada diantara kedua batas kontrol tersebut merupakan data waktu siklus yang mempunyai rentang nilai yang seragam. Data waktu yang berada diluar kedua batas kontrol tersebut merupakan data dengan nilai yang menyimpang jauh. Penyimpangan nilai data yang terlalu jauh akan menyebabkan nilai data waktu siklus yang diambil tidak konsisten, hal ini akan berpengaruh pada perhitungan selanjutnya sehingga nilai data yang menyimpang tidak digunakan dalam perhitungan selanjutnya. Untuk
memperoleh
data
yang
seragam,
maka
dilakukan
perhitungan standar deviasi pada data nilai waktu siklus yang diambil. Pada perhitungan standar deviasi dielemen kerja penipisan, jumlah pengulangan atau data yang diambil sebanyak 20 kali, maka perhitungan untuk standar deviasi elemen kerja penipisan yaitu : δ=√
6937,39 20−1
= 19,11 detik ...................................................... (2)
48
Tabel.VI.3. Standar Deviasi (dalam detik) (𝑥 − x̄ )2 6937,39 580,42 2020,56 60,59
Elemen kerja Penipisan Pencacahan Sortasi 1 Sortasi 2
Standar deviasi (δ) 19,11 5,53 10,31 1,79
Setelah standar deviasi didapatkan maka dilakukan perhitungan standar error rata-rata jumlah pengamatan setiap kegiatan. Perhitungan ini dilakukan dengan rumus :
δX =
δ
........................................................................... (11)
√𝑁
keterangan
:
δ
: standar deviasi
N
: banyaknya jumlah pengulangan atau pengambilan data
Pada perhitungan standar error rata-rata jumlah pengamatan setiap kegiatan dielemen kerja penipisan, diketahui bahwa standar deviasi elemen kerja penipisan sebesar 19,11 dan jumlah pengambilan data sebanyak 20 kali pengulangan, maka perhitungan untuk standar error rata-rata penipisan yaitu : δX =
19,11 √20
= 4,27 .......................................................................... (11)
Apabila data waktu siklus, nilai standar deviasi dan standar deviasi error rata-rata telah didapatkan kemudian dilakukan uji keseragaman data untuk mengetahui data yang tidak berada dalam sistem yang sama. Alat yang digunakan untuk melakukan uji keseragaman data adalah peta kontrol. Peta kontrol digunakan untuk memberikan batasan –
49
batasan data yang dikatakan seragam. Batasan tersebut yaitu Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah. Pada elemen kerja penipisan mempunyai nilai rata-rata waktu siklus yaitu 100,80 dan nilai standar error rata-rata penipisan sebesar 4,27 maka Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah untuk elemen kerja penipisan yaitu : BKA = 100,80 + (3x4,27) = 113,62 .............................................. (3) BKB = 100,80 – (3x4,27) = 87,99 ................................................. (4) Tabel.VI.4. Uji Keseragaman Data (dalam detik) Data BKA BKB N
Penipisan 113,62 87,99 8
Pencacahan 60,74 57,03 14
Sortasi 1 41,38 27,55 12
Sortasi 2 20,51 18,11 12
150 130 110 90 70 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 waktu siklus penipisan
ucl
lcl
Gambar.6.2. Grafik Keseragaman Data Penipisan
Perhitungan dan grafik uji keseragaman data untuk elemen kerja pencacahan, sortasi 1 dan 2 terdapat pada lampiran 1.
50
3. Uji Kecukupan Data Uji kecukupan data merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui jumlah data yang diambil sudah mencukupi atau tidak untuk dilakukan perhitungan lebih lanjut. Uji kecukupan data dilambangkan dengan N’, apabila nilai N’ lebih kecil atau sama dengan nilai N (data yang seragam atau in control) maka data dianggap cukup, sedangkan apabila nilai N’ lebih besar dari nilai N (data yang seragam atau in control) maka data yang diambil dinyatakan belum cukup sehingga perlu dilakukan pengulangan perhitungan kembali. Uji kecukupan data ini menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5%, dapat diartikan pengukur membolehkan rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh 5 % dari rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan berhasil mendapatkan ini adalah 95 % Banyaknya data yang seragam atau in control di elemen kerja penipisan sebanyak 8 data. Sesuai dengan rumus uji kecukupan data, maka kecukupan data elemen kerja penipisan yaitu : 2 0,05
N’= [
√8.65976,35−527163,12 726,06
2
] = 1,97 .............................................(5)
Pada nilai uji kecukupan data elemen kerja penipisan menunjukkan bahwa data waktu siklus yang diambil sudah cukup mewakili, sehingga tidak diperlukan penambahan pengambilan data, hal ini karena nilai N > N’ dimana N adalah jumlah pengulangan data.
51
Tabel.VI.5. Uji Kecukupan Data (dalam detik) Data N N’ Nilai kecukupan
Penipisan 8 1,97 Cukup
Pencacahan 14 2,14 Cukup
Sortasi 1 12 6,93 Cukup
Sortasi 2 12 2,76 Cukup
Perhitungan uji keseragaman data elemen kerja pencacahan, sortasi 1, dan sortasi 2 terdapat pada lampiran 2.
4. Waktu siklus Waktu siklus ini merupakan waktu penyelesaian rata-rata dari nilai data waktu yang telah telah diambil, nilai data yang digunakan dalam perhitungan waktu siklus ini merupakan nilai data yang mempunyai keseragaman yang dikehendaki dan sudah mencukupi tingkat kepercayaan dan ketelitian yang dipercaya. Banyak data in control pada elemen kerja penipisan yaitu 8, maka perhitungan waktu siklus untuk elemen kerja penipisan : Waktu siklus =
726,06 8
= 90,76 detik ......................................(6)
5. Waktu normal Ketidakwajaran dalam kerja akan berpengaruh pada kecepatan penyelesaian waktu kerja. Penilaian ketidakwajaran kerja perlu dilakukan untuk mendapatkan waktu baku yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja operator secara wajar. ketidakwajaran maka dilakukan penyesuaian.
52
Untuk menormalkan
Pada perhitungan waktu normal metode penyesuaian yang dilakukan adalah dengan cara westinghouse. Cara westinghouse ini pengukurannya dibagi menjadi empat faktor yaitu ketrampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Berikut adalah tabel perhitungan rating factor pada elemen kerja penipisan dan sortasi 1 : Tabel VI.6. Rating Factor elemen kerja penipisan Faktor
Penipisan Kelas/simbol
Penyesuaian
Skill
Excellent/B1
0,11
Effort
Excellent/B2
0,08
Conditions Consistency
Average/D Fair/E
0 -0,02
Rating factor
0,17
Elemen kerja penipisan mempunyai waktu siklus sebesar 90,76 detik, sedangkan rating factor untuk elemen kerja ini 0,17, maka waktu normal yang didapatkan pada elemen kerja penipisan yaitu : Waktu normal =
726,06 8
𝑥 (1 + 0,17) = 106,19 ..................................(7)
Tabel VI. 7. Waktu Siklus dan Waktu Normal Tiap Elemen Kerja Data Waktu siklus (detik) Rating factor Waktu normal (detik)
Penipisan 90,76
Pencacahan 57,23
Sortasi 1 33,82
Sortasi 2 19,42
0,17 106,19
0,20 68,67
0,15 38,89
0,18 22,91
6. Waktu baku Waktu baku yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem terbaik (Sutalaksana, 2006). 53
Allowance factor adalah waktu longgar yang diberikan kepada pekerja untuk tiga macam kebutuhan yaitu kebutuhan pribadi seperti pergi kekamar kecil, kebutuhan menghilangkan rasa fatigue yang dapat berupa mengobrol dengan pekerja lainnya, dan kebutuhan untuk hal-hal yang tidak dapat dihindarkan seperti padamnya listrik atau terjadi kerusakan pada alat. Berikut adalah allowance factor pada elemen kerja penipisan dan sortasi 1 : Tabel.VI.8 Allowance Factor Penipisan Faktor
Penipisan Kriteria
Kelonggaran (%)
Tenaga yang dikeluarkan Sikap kerja Gerakan kerja Kelelahan mata
Sangat ringan Berdiri diatas 2 kaki Normal Pandangan yang hampir terus menerus Keadaan temperature tempat kerja Normal Keadaan atmosfer Cukup Keadaan lingkungan yang baik Sangat bising Allowance factor
6 1 0 2 5 5 5 24
Elemen kerja penipisan mempunyai waktu normal 106,19 detik dan kelonggaran untuk elemen kerja penipisan sebesar 24%, maka waktu baku yang dihasilkan pada elemen kerja penipisan yaitu : Waktu baku = 106,19 x (1+ 24%) = 131,67 detik .............................(8) Tabel.VI.9. Waktu Baku untuk Tiap Elemen Kerja Data Waktu normal (detik) Allowance factor (%) Waktu baku (detik)
Penipisan 106,19 24 131,67
54
Pencacahan 68,67
Sortasi 1 38,89
Sortasi 2 23,05
27
25
20
87,21
48,61
27,50
Perhitungan waktu siklus, waktu normal, dan waktu baku pada elemen kerja pencacahan dan stasiun kerja sortasi dapat dilihat di lampiran 3. 7. Kebutuhan tenaga kerja Dalam suatu pengaturan sistem produksi hal yang perlu diperhatikan adalah menentukan jumlah mesin atau pekerja yang dibutuhkan secara tepat. Jumlah mesin atau pekerja yang tidak tepat pada suatu elemen kerja akan menyebabkan terjadinya peningkatan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Untuk itu perlu dilakukan perhitungan jumlah mesin atau pekerja untuk mendapatkan jumlah pekerja yang optimal sehingga dapat memaksimalkan kinerja dari pekerja disuatu elemen kerja. Pada CV. Agrindo Suprafood pengiriman produk dilakukan dua hari sekali dengan 4 ton produk nata sekali kirim, maka dalam sehari dapat disimpulkan memproduksi 2 ton nata. Waktu kerja produktif dalam agrindo suprafood adalah 7 jam, sedangkan untuk stasiun kerja pemotongan waktu kerja produktif selama 21 jam. Dalam 2 hari pengiriman dilakukan sebanyak 4 ton atau 4000 kg, maka dalam sehari bisa memproduksi 2000 kg. Pada kenyataannya suatu produksi dengan 100% berkualitas baik adalah tidak mungkin sehingga perlu dilakukan perhatian terhadap adanya produksi yang cacat sehingga diketahui demand rate yang sebenarnya. Pada CV.Agrindo Suprafood
55
prosentase kerusakan produk sebesar 3%, maka demand rate dari tiap kegiatan kerja dapat dihitung sebagai berikut : P=
2000 𝑘𝑔 1−0,03
= 2061,85 kg ..................................................... (10)
Pada waktu baku setiap elemen kerja disamakan satuan menjadi menit. Waktu baku pada elemen kerja penipisan yaitu 131,67 detik, apabila diubah dalam satuan menit menjadi 2,19 menit. N=
2,19𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/3𝑘𝑔 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
x
2061,85 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖 21 𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖 .0,8
= 4,49 pekerja ................... (9)
Hal ini berarti jumlah tenaga kerja untuk elemen kerja penipisan secara teoritis sebesar 4,49 pekerja. Untuk perhitungan jumlah tenaga kerja elemen kegiatan pencacahan dan stasiun kerja sortasi dapat dilihat pada lampiran 4. Perhitungan jumlah tenaga kerja pada tiap elemen kerja distasiun kerja pemotongan dan sortasi CV. Agrindo Suprafood dengan menggunakan studi waktu diperoleh hasil : a. Stasiun kerja pemotongan Kegiatan penipisan
: 4,49 operator
Kegiatan pencacahan
: 2,97 operator
b. Stasiun kerja sortasi Kegiatan sortasi 1
: 4,97 operator
Kegiatan sortasi 2
: 2,81 operator
56
Pada stasiun kerja pemotongan jumlah jam kerja produktif yang dilakukan selama 21 jam. Pada hasil yang didapatkan untuk elemen kerja penipisan dibutuhkan 4,49 operator dan elemen kerja pencacahan dibutuhkan 2,97 operator. Hal ini berarti pada elemen kerja penipisan membutuhkan operator sebanyak 4 pekerja yang bekerja dengan waktu penuh yaitu 7 jam/shift dan 1 pekerja bekerja paruh waktu yaitu 3,5 jam/shift dan elemen kerja pencacahan membutuhkan operator sebanyak 3 orang. Pada stasiun kerja sortasi jumlah jam kerja produktif yang dilakukan sebanyak 7 jam. Pada hasil yang didapatkan untuk elemen kerja sortasi 1 dibutuhkan 4,97 operator dan elemen kerja sortasi 2 dibutuhkan 2,81 operator. Hal ini berarti pada elemen kerja sortasi 1 dibutuhkan sebanyak 5 operator . Elemen kerja sortasi 2 sebanyak 2 operator yang bekerja dengan waktu penuh yaitu 7 jam/hari dan 1 pekerja bekerja selama 5 jam 40 menit /hari. Jumlah tenaga kerja secara aktual pada tiap elemen kerja distasiun pemotongan dan sortasi CV. Agrindo suprafood sebagai berikut : a. Stasiun kerja pemotongan Pada stasiun kerja pemotong jumlah pekerja yang ada sejumlah 7 orang. Pada stasiun kerja ini terdapat dua kegiatan yang dilakukan, yaitu : Kegiatan 1 : penipisan nata de coco (3 orang)
57
Kegiatan 2 : pencacahan nata de coco (4 orang)
b. Stasiun kerja sortasi Pada stasiun kerja sortasi jumlah pekerja yang ada sejumlah 10 orang. Pada stasiun kerja ini terdapat dua kegiatan yang dilakukan, yaitu : Kegiatan 1 : sortasi 1( 3 orang) Kegiatan 2 : sortasi 2 (7 orang) Berdasarkan data jumlah tenaga kerja aktual dan teoritis yang diperoleh maka untuk kegiatan di stasiun kerja pemotongan dan sortasi dibutuhkan tenaga kerja seperti pada tabel berikut : Tabel. VI. 10. Jumlah Tenaga Kerja Teoritis dan Aktual Kegiatan Penipisan
Jam Kerja (full time) 7 jam/shift
Pencacahan Sortasi 1 Sortasi 2
7 jam/shift 7 jam 7 jam
Tenaga Kerja Teoritis
Tenaga Kerja Aktual
4 pekerja, dan 1 pekerja part time 3 pekerja 5 pekerja 2 pekerja, dan 1 pekerja part time
3 pekerja 4 pekerja 3 pekerja 7 pekerja
Berdasarkan data jumlah tenaga kerja aktual dan teoritis yang diperoleh, maka dapat dilakukan perbandingan antara jumlah tenaga kerja aktual dan teoritis. Apabila dilihat dari jumlah tenaga kerja teoritis yang didapat maka pada elemen kerja penipisan perlu dilakukan penambahan 1 orang operator yang bekerja full time dan 1 operator yang bekerja part time
58
sedangkan pada elemen kerja pencacahan perlu dilakukan penambahan 1 operator. Pada stasiun kerja sortasi, berdasarkan jumlah tenaga kerja teoritis yang diperoleh di elemen kerja sortasi 1 perlu dilakukan penambahan 2 orang operator. Sedangkan pada elemen kerja sortasi 2 perlu dilakukan pengurangan 4 operator.
E. Penutup Perhitungan tenaga kerja dengan metode studi waktu pada stasiun kerja pemotongan dan stasiun kerja sortasi di CV. Agrindo Suprafood disimpulkan bahwa jumlah tenaga kerja teoritis pada kegiatan penipisan membutuhkan 4 operator full time dan 1 operator part time, kegiatan pencacahan membutuhkan 3 operator full time, kegiatan sortasi 1 membutuhkan 5 operator full time, dan sortasi 2 membutuhkan 2 operator full time dan 1 operator part time.
59