BAKU MUTU LINGKUNGAN DAN PARAMETER KUALITAS ... - Semester 1

yang telah ditetapkan berdasarkan baku mutu lingkungan maka dapat dikatakan bahwa lingkungan tersebut telah tercemar.-Dayadukunglingkunganhidupadalah...

70 downloads 889 Views 3MB Size
BAKU MUTU LINGKUNGAN DAN PARAMETER KUALITAS LINGKUNGAN sudarmaji, [email protected] [email protected] FB: [email protected] (Sudarm Aji) +62857 3079 7888 +62813 3030 3279 +62 878 5271 6288 @sudarm_aji 79CDE780

-

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Ada banyak pendapat yang sering terjadi di masyarakat, misalnya seseorang mengatakan bahwa sungai telah tercemar, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa sungai tersebut masih baik. Untuk mengatasi perbedaan pendapat yang sering terjadi, dan supaya seseorang tidak memandang sesuatu dari sudut kepentingannya sendiri, maka perlu adanya tolak ukur yang dapat digunakan bersama. Diantaranya yaitu untuk mengatakan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak atau tercemar dipakai baku mutu lingkungan.



Kemampuan lingkungan sering diistilahkan dengan daya dukung lingkungan, daya toleransi daan daya tenggang, atau istilah asingnya disebut carrying capacity. Sehubungan dengan baku mutu lingkungan, ada istilah nilai ambang batas yang merupakan batas-batas daya dukung, daya tenggang dan daya toleransi atau kemampuan lingkungan. Nilai ambang batas tertinggi dan terendah dari kandungan zat-zat, makhluk hidup atau komponen-komponen lain dalam setiap interaksi yang berkenaan dengan lingkungan khususnya yang mempengaruhi mutu lingkungan. Jadi jika terjadi kondisi lingkungan yang telah melebihi nilai ambang batas ( batas maksimum dan minimum ) yang telah ditetapkan berdasarkan baku mutu lingkungan maka dapat dikatakan bahwa lingkungan tersebut telah tercemar.

-

Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.

-

Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.

Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. (Menurut UURI No. 32 Th 2009 ttg Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup)

PARAMETER lingkungan

Pengertian 

 

Air bersih, kualitas udara, kontaminasi makanan mempunyai ukuran-ukuran kapan dikategorikan bersih, tak terpolusi, tak terkontaminasi. Ukuran-ukuran tersebut disebut parameter. Misalnya : air minum tidak boleh mengandung Hg > 0,002 mg/L dan tidak boleh mengandung E.Coli

  

 

Parameter mempunyai nilai Baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif Parameter kualitas lingkungan, harus kuantitatif supaya ukuran menjadi objektif untuk menetapkan parameter tidaklah mudah Banyak yang mengadopsi ketentuan badan2 dunia, seperti WHO, UNEP.

  







Komponen lingkungan yang paling banyak diatur paramenternya adalah air. Kualitas air memiliki hampir 40 parameter resmi. Yang mencakup : parameter fisik, kimia, radioaktifitas dan mikrobiologis Banyak parameter yang saling bergantung atau berpengaruh satu sama lain. Apabila satu dari parameter yang saling bergantung diketahui, maka nilai yang lain dapat diduga sehingga tidak perlu diukur Hemat biaya dan waktu

Contoh 

   

DO, BOD, COD, CO2, CH4, NO3, NO2, NH3( Ammonia), S2(sulfida), SO4 (sulfat) Perbandingan CO2 dengan CH4 Nitrat/nitrit dengan ammonia Sulfat dengan sulfida dengan mengukur DO maka parameter lain dapat diperkirakan.

    

pH, DHL, TDS, kation, dan anion DHL bergantung pada jumlah kation dan anion Jumlah ion ini tergantung pada TDS pada pH rendah, kelarutan garam meningkat sehingga DHL juga tinggi Apabila DHL dan TDS tidak dipengaruhi oleh perubahan pH maka kontributor DHL bukan kation, tapi anion-anion

Parameter Air 

Parameter Fisis - Bau - TDS - Kekeruhan - Rasa - Suhu - Warna



Parameter Kimia - Hg (air Raksa) - Al (aluminium) - As (arsen) - Ba (Barium) - Fe (besi) - F (fluorida) - Cadmium (Cd) - Kesadahan - Cl - Cr (chromium)

-

Mn (mangan) Na (natrium) Nitrat, nitrit Ag (perak) pH Se (selenium) Zn (seng) Sn (sianida) Sulfat Cu (cuprum) Pb (timbal)



Kimia Organik - Aldariin dan dieldariin - Benzena - Benzo (a) Pyrene - Chlordane - Chloroform - detergen - Heptachlor - Methoxychlor

Parameter Radioaktivitas   

Sinar ß Sinar alfa Sinar gamma

Parameter Mikrobiology    

Coliform tinja Total Coliform Kuman parasitik Bakteri dan virus

Kualitas Udara      

SO2 Nox CO HC Pb Partikulat

 Kualitas -

-

lingkungan Kualitas lingkungan dapat diartikan dalam kaitannya dengan kualitas hidup, yaitu dalam kualitas lingkungan yang baik terdapat potensi untuk berkembangnya kualitas hidup yang tinggi. Secara sederhana kualitas lingkungan hidup diartikan sebagai keadaan lingkungan yang dapat memberikan daya dukung yang optimal bagi kelangsungan hidup manusia di suatu wilayah.

Kualitas lingkungan hidup dibedakan berdasarkan biofisik, sosial ekonomi, dan budaya yaitu : a.

lingkungan biofisik adalah lingkungan yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Komponen biotik merupakan makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan manusia, sedangkan komponen abiotik terdiri dari benda-benda mati seperti tanah, air, udara, cahaya matahari. Kualitas lingkungan biofisik dikatakan baik jika interaksi antar komponen berlangsung seimbang.

Kualitas lingkungan hidup dibedakan berdasarkan biofisik, sosial ekonomi, dan budaya yaitu : b. lingkungan sosial ekonomi, adalah lingkungan manusia dalam hubungan dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Standar kualitas lingkungan sosial ekonomi dikatakan baik jika kehidupan manusia cukup sandang, pangan, papan, pendidikan dan kebutuhan lainnya.

Kualitas lingkungan hidup dibedakan berdasarkan biofisik, sosial ekonomi, dan budaya yaitu : c. lingkungan budaya adalah segala kondisi, baik berupa materi (benda) maupun nonmateri yang dihasilkan oleh manusia melalui aktifitas dan kreatifitasnya. lingkungan budaya dapat berupa bangunan, peralatan, pakaian, senjata. Dan juga termasuk non materi seperti tata nilai, norma, adat istiadat, kesenian, sistem politik dan sebagainya. Standar kualitas lingkungan diartikan baik jika di lingkungan tersebut dapat memberikan rasa aman, sejahtera bagi semua anggota masyarakatnya dalam menjalankan dan mengembangkan sistem budayanya.

Peran lingkungan Dalam Menimbulkan Penyakit • lingkungan sebagai faktor predisposisi (Faktor kecenderungan) • lingkungan sebagai penyebab penyakit (Penyebab langsung penyakit) • lingkungan sebagai media transmisi penyakit (Sebagai perantara penularan penyakit) • lingkungan sebagai faktor mempengaruhi perjalanan suatu penyakit (Faktor penunjang)

Kualitas Lingkungan dan Indeks Lingkungan Pengaruh pencemar lingkungan diukur dengan perubahan kualitas lingkungan, Kualitas lingkungan ditetapkan pada suatu periode dan tempat tertentu. Kualitas lingkungan adalah suatu lingkungan yang timbul interaksi baru antara satu kegiatan atau lebih dengan satu atau lebih parameter yang ditetapkan berdasarkan situasi dan kondisi tertentu dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi lingkungan. Kualitas lingkungan mengalami perubahan pada suatu periode tertentu sesuai dengan interaksi komponen lingkungan









Dengan adanya kegiatan baru dalam lingkungan, maka akan terjadi interaksi yang menyebabkan saling pengaruhmempengaruhi dan pada gilirannya akan menimbulkan dampak positif maupun negatif. Masuknya limbah pada lingkungan, katakanlah air buangan pabrik kelapa gula, masuk pada badan air. Tentu akan menimbulkan perubahan sekecil apa pun. perubahan ini dapat membuat air menjadi keruh, berwarna, berbau dan sebagainya atau sebaliknya tidak menimbulkan pengaruh yang berarti. Bila limbah tidak memberikan perubahan kondisi air, berarti badan air masih mampu menetralisasinya. Artinya kualitas air belum mengalami perubahan yang berarti dan dengan demikian makhluk ataupun biota dalam air masih bisa bertahan hidup .



Penentuan apakah suatu masalah lingkungan akan menjadi lebih “baik” atau menjadi lebih “buruk” ; maka INDEKS memegang peranan komunikasi yang sangat penting

INDEKS lingkungan dapat dipakai untuk: 1. Melukiskan trend / kecenderungan kualitas lingkungan 2. Menegaskan adanya kondisi dan masalah lingkungan yang signifikan 3. Proses penggunaan data teknis dalam pengambilan keputusan oleh POLICY MAKER

PENTINGNYA INDEKS lingkungan Peranan penting Indeks lingkungan: 1. Membantu dalam perumusan kebijakan 2. Sarana untuk mengevaluasi efektivitas program lingkungan 3. Membantu dalam mendisain program lingkungan 4. Mempermudah komunikasi dengan publik sehubungan dengan kondisi lingkungan

Penggunaan Indeks lingkungan: 1. Alokasi

sumberdaya 2. Penyusunan urutan/ peringkat lokasional 3. Pengamanan baku mutu 4. Trend analysis 5. Informasi publik 6. Kajian-kajian ilmiah



PARAMETER = Environmental variable, menyatakan kualitas lingkungan yang diukur

Variabel Polutan mencakup makna: 1. Variabel mutu lingkungan 2. Variabel sumber polutan 

Udara Ambien - Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya; - Mutu udara ambien adalah kadar zat, energi, dan/atau komponen lain yang ada di udara bebas; - Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien;

Emisi - Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar; - Mutu emisi adalah emisi yang boleh dibuang oleh suatu kegiatan ke udara ambien; - Sumber emisi adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan emisi dari sumber bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak bergerak maupun sumber tidak bergerak spesifik;

Indikator lingkungan merupakan Kuantitas tunggal yang diturunkan dari satu variabel polutan dan dipakai untuk mencerminkan (mempresentasikan) beberapa atribut lingkungan. Misalnya: Indikator taraf pencemaran SO2 = banyaknya hari dimana konsentrasi SO2 atmosfer melampaui baku mutu Beberapa indikator yang disajikan secara bersamaan untuk memberikan gambaran tentang kondisi lingkungan, disebut: PROFIL KUALITAS lingkungan

VARIABEL KUALITAS AIR 1. TROPH:Trophic Conditions = Intensitas aktivitas biologisyang berlebihan dinyatakan oleh air yang keruh, pertumbuhan algae yang subur dan juga gulma air 2. DO = dissolved oxygen; jumlah oksigen yang terlarut dalam air 3. TEMP: suhu air mengendalikan sifat bentuk-bentuk kehidupan dan laju reaksi kimia 4.

pH: ukuran kemasaman air

5.

Tdengan:Total Dissolved Gases; ukuran konsentrasi gas-gas yang larut dalam air, dapat mempengaruhi metabolisme bentuk-bentuk kehidupan air

6.

TDS: Total dissolved solids; ukuran mineral non-gas yang larut dalam air, RELATIVE SALTINESS

7.

BACT: Bacteria, Kemungkinan adanya organisme dan virus penyebab penyakit yang tidak bersifat alamiah dalam air, berasal dari pencernaan hewan dan manusia

8.

AEST: Aesthetics, minyak, pelumas, sedimen dan bahan lain yang dapat dideketsi

9.

RAD: Radioaktivitas

10. Otox: Organic Toxicants, Pestisida, dll 11. INTOX: Inorganic

toxicant, Logam berat

INDIKATOR KUALITAS UDARA 1. BAKU

MUTU PRIMER: Ditetapkan pada taraf yang dirancang untuk melindungi public health

2. BAKU

MUTU SEKUNDER: Ditetapkan untuk melindungi efek polusi udara yang tidak berkaitan dengan kesehatan

Enam Macam Polutan Penting: 1. Karbon Monoksida 2. Nitrogen Oxides 3. Hidariokarbon 4. Oksidan Fotokimia 5. Partikulat 6. Sulfur Oksida

KARBON MONOKSIDA: CO Tidak berwarna, tidak berbau Hasil pembakaran yang terjadi secara tidak lengkap Misalnya pembakaran bahan bakar dalam mesin

CO diikat oleh haemoglobin, sehingga mengganggu kemampuan Hb darah untuk mengikat oksigen. Akibatnya akan mengganggu suplai oksigen ke dalam otak Gangguan fungsi mental Gangguan persepsi visual Gangguan Alertness Gangguan fungsi jantung: Memperlemah kontraksi jantung sehingga suplai darah ke seluruh tubuh berkurang, sehingga kapasitas kerja menurun

NITROGEN OXIDES: NOx Berasal dari proses pembakaran suhu tinggi , industri kimia Dapat mengganggu kesehatan dan kapasitas kerja

Mempengaruhi jaringan paru-paru, peka influenza Oksida nitrogen bersama dengan hidariokarbon, melalui reaksi katalisis cahaya matahari, menjadi oksidan fotokimia, menjadi SMOG Mengganggu pernafasan dan iritasi mata

PARTIKULAT

TSP: Total Suspended Particulate Adalah total masa partikulat cair dan padatan yang ada di udara , seperti Jelaga, Asap, Debu, Mist dan Spray. Particulates – also known as particulate matter (PM), suspended Berasal dari proses pembakaran particulate matter (SPM), fine particles, and soot – are tiny subdivisions of solid matter suspended in a gas or liquid. In Konsentrasinya: 0.1 – 10 µ contrast, aerosol refers to particles and/or liquid darioplets and the gas together. Sources of particulate matter can be man made or natural. Air pollution and water pollution can take the form of solid particulate matter, or be dissolved. Salt is an example of a dissolved contaminant in water, while sand is generally a solid particulate. httapi://en.wikipedia.org/wiki/Particulates

SULFUR OKSIDA: SOx

Dapat bereaksi dengan air menjadi Sulfit dan Sulfat SO2 + H2O --------------- H2SO3 SO3 + H2O -------------- H2SO4

Limbah pembakaran minyak dan batubara Gangguan kesehatan dan gangguan material (korosi)

FUNGSI KERUSAKAN Fungsi matematik: Fungsi yang menyatakan hubungan antara variabel polutan dengan efeknya terhadap manusia dan lingkungan hidupnya

Fungsi ini penting untuk mendisain indikator pencemaran lingkungan Penyusunan Indeks Pencemaran / Kualitas lingkungan: Dari hubungan antara pencemar terukur dengan “Estimated Death Rate”: DAMAGE FUNCTION DOSE-EFFECT-FUNCTION Persamaan yang menghubungkan pencemar dengan dampaknya terhadap organisme atau kualitas lingkungan

FUNGSI KERUSAKAN Ekspresi kuantitatif tentang hubungan antara keberadaan suatu polutan dengan tingkat dampak yang ditimbulkannya pada populasi target (sasaran) Dalam mempresentasikan fungsi kerusakan harus sejelas mungkin: Polutan apa Dosisnya berapa Dampaknya bagaimana Populasi sasarannya Kerusakan BIOFISIK: Fungsi kerusakan fisik atau biologis Kerusakan ekonomi: Fungsi kerusakan ekonomi, berdimensi moneter, Menyatakan korelasi antara kerusakan ekonomi dengan taraf polutan ambien

FUNGSI KERUSAKAN: TEORITIS Fungsi kerusakan: Harus mencerminkan fenomena ambang Fenomena ambang: Ada nilai ambang minimal, di bawah mana tidak terjadi kerusakan di atas nilai ambang akan terjadi peningkatan kerusakan secara cepat bila polutan bertambah TLV: Threshold Limiting Value; merupakan konsep adapatasi Kecenderungan organisme untuk mengembangkan toleransi terhadap konsentrasi rendah bahan toksik Dampak .

Dampak . Jenuh

Linear

Ambang Ambang Polutan

Polutan

STRUKTUR INDEKS lingkungan

Tujuan Indeks adalah untuk menyederhanakan Dua macam bentuk Indeks lingkungan: 1. ANGKA INDEKS: nilainya meningkat sejalan dengan peningkatan pencemaran lingkungan; Indeks Pencemaran lingkungan; Increasing scale 2. ANGKA INDEKS : Nilainya menurun apabila pencemaran lingkungan meningkat; Indeks Kualitas lingkungan; Decreasing scale

Rentang Kategori Nilai ISPU Kategori Baik

Sedang

Tidak Sehat

Sangat Tidak Sehat Berbaha ya

Rentang Penjelasan 0-50 Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika 51-100 Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia atau hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika 101199

200-299

Lebih dari 300

Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai esteika. Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada polulasi

Rangkuman bulanan data konsentrasi hasil pengukuran dan ISPU Monthly overview of measured values and PSI results (Surabaya, Januari – Februari, 2010) Number of days with PSI calculation of ISPU kalkulasi dengan jumlah hari no value available 0 tidak ada GOOD 0 BAIK MODERATE 31 SEDANG UNHEALTHY 0 TIDAK SEHAT VERY UNHEALTHY 0 SANGAT TIDAK SEHAT DANGEROUS 0 BERBAHAYA

Range of PSI values Batas nilai ISPU

0 - 50 51 - 100 101 - 199 200 - 299 300 - 500 Number of days with PSI calculation of ISPU kalkulasi dengan jumlah hari no value available 3 tidak ada GOOD 3 BAIK MODERATE 25 SEDANG UNHEALTHY 0 TIDAK SEHAT VERY UNHEALTHY 0 SANGAT TIDAK SEHAT DANGEROUS 0 BERBAHAYA

Range of PSI values Batas nilai ISPU

0 - 50 51 - 100 101 - 199 200 - 299 300 - 500

Rangkuman bulanan data konsentrasi hasil pengukuran dan ISPU Monthly overview of measured values and PSI results (Surabaya, Maret - April, 2010) Number of days with PSI calculation of ISPU kalkulasi dengan jumlah hari no value available 0 tidak ada GOOD 5 BAIK MODERATE 25 SEDANG UNHEALTHY 1 TIDAK SEHAT VERY UNHEALTHY 0 SANGAT TIDAK SEHAT DANGEROUS 0 BERBAHAYA

Range of PSI values Batas nilai ISPU

0 - 50 51 - 100 101 - 199 200 - 299 300 - 500 Number of days with PSI calculation of ISPU kalkulasi dengan jumlah hari no value available 1 tidak ada GOOD 7 BAIK MODERATE 23 SEDANG UNHEALTHY 0 TIDAK SEHAT VERY UNHEALTHY 0 SANGAT TIDAK SEHAT DANGEROUS 0 BERBAHAYA

Range of PSI values Batas nilai ISPU

0 - 50 51 - 100 101 - 199 200 - 299 300 - 500

Rangkuman bulanan data konsentrasi hasil pengukuran dan ISPU Monthly overview of measured values and PSI results (Surabaya, Mei , 2010)

0

7

24

0

0

0

Number of days with PSI calculation of

Range of PSI values

ISPU kalkulasi dengan jumlah hari

Batas nilai ISPU

no value available tidak ada GOOD BAIK MODERATE SEDANG UNHEALTHY TIDAK SEHAT VERY UNHEALTHY SANGAT TIDAK SEHAT DANGEROUS BERBAHAYA

0 - 50

51 - 100

101 - 199

200 - 299

300 - 500

Rangkuman bulanan data konsentrasi hasil pengukuran dan ISPU Monthly overview of measured values and PSI results (Surabaya, Juni 2010)

Number of days with PSI calculation of ISPU kalkulasi dengan jumlah hari no value available 1 tidak ada GOOD 3 BAIK MODERATE 25 SEDANG UNHEALTHY 2 TIDAK SEHAT VERY UNHEALTHY 0 SANGAT TIDAK SEHAT DANGEROUS 0 BERBAHAYA

Range of PSI values Batas nilai ISPU

0 - 50 51 - 100 101 - 199 200 - 299 300 - 500

Rangkuman bulanan data konsentrasi hasil pengukuran dan ISPU Monthly overview of measured values and PSI results (Surabaya, Juli 2010)

0 3 27 1 0 0

Number of days with PSI calculation of

Range of PSI values

ISPU kalkulasi dengan jumlah hari

Batas nilai ISPU

no value available tidak ada GOOD BAIK MODERATE SEDANG UNHEALTHY TIDAK SEHAT VERY UNHEALTHY SANGAT TIDAK SEHAT DANGEROUS BERBAHAYA

0 - 50 51 - 100 101 - 199 200 - 299 300 - 500

health impacts assessment

Proses Terjadinya Gangguan Kesehatan : Environmental Changes

port of entry biotransformation target cells / organs

Biological Process

Environmental Agents

Health Effects - Individuals - population

EFEK PENCEMARAN UDARA THD.KESEHATAN

- PENYAKIT AKUT DAN KRONIS - PENYAKIT TERSEMBUNYI • •

MEMPERPENDEK UMUR MENGHAMBAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

- MENGGANGGU FUNGSI FISIOLOGIS - KEMUNDURAN PENAMPILAN - IRITASI SENSORIK - AKUMULASI DALAM TUBUH - RASA TIDAK AMAN

Dampak Pencemar Udara Terhadap Kesehatan Pencemar Udara Kriteria Pencemar Udara Carbon Monoxide Sebagian terbesar berasal dari (CO) sumber bergerak, Incenerator, penggunaan kayu bakar untuk memasak, Sisa pembakaran tidak sempurna , bahan bakar minyak

Hidariokarbon (HC) dan Volatile Organic Compounds (VOCs) Sulfur Dioxide (SO2)

Uap bensin yang tidak terbakar Pembakaran tidak sempurna

Pembakaran bahan bakar fosil (minyak pelumas, batubara) Steelmills,refineries,pulp & paper mills

Dampak Terhadap Kesehatan Menghambat pembentukan formasi karbon – hemoglobin dalam darah Mengurangi kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah ke organ vital Mengganggu penglihatan Meningkatkan timbulnya penyakit pada lambung dan perut Memicu tumbuhnya penyakit kardiosvaskuler Meningkatkan gangguan stress fisiologis Mengecillnya berat badan janin Meningkatkan tingkat kematian bayi Memicu terjadinya kerusakan otak Menyebabkan efek mutagenik dan karsinogenik Menyebabkan penyakit leukimia dan kanker

Meningkatkan iritasi pada saluran pernafasan Meningkatkantimbulnyapenyakitsaluran pernafasan Meningkatkanprevalensigejalapenyakitapiada saluranpernafasan(asthmabrochiale,bronchitis menahun dan emphysema paru)

Dampak Pencemar Udara Terhadap Kesehatan Lead (PB) and other Metals

Berasal dari pembakaran bahan bakar minyak bertimbal Pertambangan dan produks bahan-bahan bertimbal

Partikulat Matter (PM10, PM2.5, TSP)

Berasal dari pembakaran bahan bakar fosil , kegiatan konstruksi Debu yang terbawa angin secara alamiah Debu dari pabrik, sumber tenaga listrik dan kebakaran

Pada orang dewasa dapat menyebabkan penyakit hypertensi, anemia, serangan jantung, gangguan fungsi reproduksi, penyakit pada perut (kolik perut, muntah muntah), encephalopitia yang berupa konfulsi dan koma, gangguan psikisringan dan kematian Pada ibu hamil dapat menyebabkan abortus spontan. Pada anak dapat menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan, menghambat pertumbuhan, mengurangi kemampuan mendengar, menghilangkan konsentrasi dan autis  Mengandung partikulat halus yang sangat berbahaya karena dapat menembus bagian terdalam dari paru-paru  Meningkatkan timbulnya infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)  Meningkatkan gangguan pada penglihatan  Meningkatkan terjadinya penyakit jantung

Dampak Pencemar Udara Terhadap Kesehatan Nitrogen Dioxide (NO2)

Ditemukan di atmosfer perkotaan dan industri Pembakaran bahan bakar fosil (minyak pelumas, batubara) Berasal dari sumber bergerak

Ozon (O3)

Berasal dari reaksi foto kimia yang berasal dari VOCs & NO2

Dapat mengurangi daya tahan terhadap penyakit infeksi Meningkatkan timbulnya penyakit asthma, bronchiale, emphysema pulmonum Meningkatkan timbulnya iritasi pada saluran pernafasan Mempengaruhi kapasitas fungsi paru bila menghirup dalam jangka panjang Meningkatkan gangguan pada fungsi paru Meningkatkan kerentanan terhadap infeksi saluran pernafasan Meningkatkan timbulnya iritasi dan peradagangan pada selaput lendir mata

Tabel: Dampak Efek Non Karsinogen Risk Agent Udara No

2

Parameter Udara SO2 1. 2. 3. 4. NO2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

3

NH3

1

Dampak Kesehatan Iritasi selaput lender saluran pernafasan Batuk kronis Peningkatan sekresi mucus Iritasi mata, mata menjadi merah dan pedas. Terbentuknya MethHb Peningkatan inspiratory resistance. Peningkatan expiratory resistance. Edema paru bila terpapar selama 48-72 jam. Iritasi kulit bila kontak dengan uap cair nitrogen. Iritasi mata bila NO2 berupa uap yang pekat. Kadar gas NOx yang tinggi dapat menyebabkan gangguan system syaraf yang mengakibatkan kejang-kejang.

1. Iritasi selaput lendir hidung dan tenggorokan, pada kadar 5000 ppm dapat menyebabkan edema laryng, paru dapat menimbulkan kematian. 2. Iritasi mata (mata merah, pedih, berair), bias menyebabkan kebutaan total 3. Iritasi kulit dan menyebabkan luka bakar. 4. Bersifat tertogenik pada paparan yang menahun.

Lanjutan.....Tabel : Dampak Efek Non Karsinogen Risk Agent Udara

No

Parameter Udara

Dampak Kesehatan

4

H2S

1. Bersifat asfiksian serta iritan terhadap mata, kulit, saluran pernafasan. 2. Menyebabkan edema paru, dalam dosis besar menyebabkan kematian.

5

Pb

1. Dapat menghambat aktivitas enzim untuk sintesa haemoglobin. 2. Gejala keracunan akut menyebabkan sakit perut, muntah, diare akut. 3. Gejala keracunan kronis menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi, lelah, sakit kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang dan gangguan penglihatan.

6

Partikel debu

1. Partikulat debu 0,1-5 mikron dapat langsung masuk parupru dan mengendap di alveoli. 2. Partikulat > 5 mikron dapat mengganggu saluran nafas bagian atas, dan iritasi mata.

TOKSIKAN lingkungan DAN KUALITAS UDARA Kriteria Udara Bersih & tercemar, WHO,1976

Parameter

Udara bersih

Ud. Tercemar

Partikel

0,01-0,02g/m3

0,07-0,7 mg/m3

SOx

0,003-0,02 ppm

0,02-2 ppm

CO

< 1 ppm

5-200 ppm

NO2

0,003-0,02 ppm

0,02-0,1 ppm

CO2

310-330 ppm

350-700 ppm

HC

< 1 ppm

1-20 ppm

EPA's AIR QUALITY INDEX FOR PARTICLES Air Quality Index

Air Quality

0 to 50

Good

51 to 100

Moderate

101 to 150

Unhealthy for Sensitive Groups

151 to 200

201 to 300

301 to 500

Unhealthy

Very Unhealthy

Hazardous

Protect Your Health None. Unusually sensitive people should consider reducing prolonged or heavy exertion. People with heart or lung disease, older adults, and childarien should reduce prolonged or heavy exertion. People with heart or lung disease, older adults, and childarien should avoid prolonged or heavy exertion. Everyone else should reduce prolonged or heavy exertion. People with heart or lung disease, older adults, and childarien should avoid all physical activity outdoors. Everyone else should avoid prolonged or heavy exertion. Everyone should avoid all physical activity outdoors; people with heart or lung disease, older adults, and childarien should remain indoors and keep activity levels low.

Perundangan terkait dengan baku mutu air  Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air Tanah  Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air  Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/ MENKES/ PER /IV/ 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum  Peraturan Menteri Negara Lingkungan HidupNomor 01 Tahun 2010 Tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air  Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri  Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/ Atau Kegiatan Industri Minyak Goreng

 Peraturan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Gula  Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Rokok Dan/Atau Cerutu  Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 69/M-IND/ PER/7/ 2009 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Secara Wajib  Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Pemanfaatan Air Hujan  Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau Dan/Atau Waduk

 Peraturan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 34 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/ Atau Kegiatan Pertambangan Bijih Bauksit  Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal  Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pengolahan Obat Tradisional/Jamu  Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Industri Oleokimia Dasar

 Peraturan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pertambangan Bijih Besi  Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Peternakan Sapi Dan Babi  Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/ 2008 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP)  Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/ Atau Kegiatan Pengolahan Rumput Laut

 Peraturan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pengolahan Kelapa  Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pengolahan Daging  Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pengolahan Kedelai  Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Industri Keramik

Kajian Kualitas Lingkungan Hubungannya dengan Kesehatan

Kajian

Kajian 1)…

KAJIAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN (ARKL) KUALITAS UDARA AMBIEN DAN HUBUNGANNYA DENGAN GANGGUAN PERNAFASAN PEDAGANG KAKI LIMA DI SEKITAR PEREMPATAN JL.DEMAK DAN PEREMPATAN PT.SIER KOTA SURABAYA

Agnia Laylia

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya

Lanjutan …

Kajian 1)

Mengukur SO2, NO2, partikel debu, Pb, H2S, dan NH3 pada kawasan tertentu di Kota Surabaya selama tahun 2006 sampai tahun 2008.

Dilakukan pengamatan pada Pedagang Kaki Lima

Lanjutan …

Kajian 1)

Kualitas Udara Ambien di Kawasan Padat Lalu lintas di Kota Surabaya, 2006 - 2008 1.

Identifikasi Bahaya

No Parameter Media Udara Lingkungan Potensial 1 SO2 Udara

0,0108 ppm

2 3 4 5 6

0,0051 ppm 0,124 mg/m3 0,0002 mg/m3 0,00285 ppm 0,0001 ppm

NO2 Debu Pb NH3 H2S

Udara Udara Udara Udara Udara

Minimal

Sumber: BBTKL & PPM, 2008

Konsentrasi Maksimal 0,0429 ppm

Keterangan

Tidak melebihi baku mutu 0,1 ppm 0,0390 ppm Mendekati baku mutu 0,05 ppm 0,811 mg/m3 Melebihi baku mutu 0,26 mg/m3 0,0024 mg/m3 Jauh dari baku mutu 0,06 mg/m3 0,04455 ppm Jauh dari baku mutu 2 ppm 0,0007 ppm Jauh dari baku mutu 0,03 ppm

Lanjutan …

Kajian 1)

2. Analisis Dosis Respon No 1

Risk agent NH3

RfC

Efek Kritis dan Referensi

2,86E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)

2

H2S

5,71E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et al 2000)

3

Pb

4,93E-4

Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral anakanak (IRIS 2006)

4

NO2

2E-2

Gangguan saluran pernafasan (EPA/NAAQS 1990)

5

SO2

2,6E-2

Gangguan saluran pernafasan (EPA/NAAQS 1990)

6

Debu

2,42

Gangguan saluran pernafasan (EPA/NAAQS 1990)

Lanjutan …

Kajian 1)

Gangguan Pernafasan yang Terjadi pada Pedagang Kaki Lima di Sekitar Perempatan Jl. Demak Dan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Perempatan PT. SIER Kota Surabaya

46,7% responden  batuk dalam 3 bulan terakhir 57,1% yg mengeluhkan batukbatuk kering. 42,9%  disertai dahak 28,6% 1-3 kali dalam sebulan, 57,1%  kurang dari satu minggu 6,7%  sesak nafas disertai batuk, 13,3%  sesak nafas tanpa batuk. Hasil Uji Fungsi Paru : No 1

Status Fungsi Paru %FVC predicted ≥80% dan Rasio FEV1/FVC ≥ 70%

Jumlah 4

% 26,7

2

%FVC predicted ≥80% dan Rasio FEV1/FVC < 70%

6

40,0

3

%FVC predicted <80% dan Rasio FEV1/FVC <70%

5

33,3

15

100

Total

Lanjutan …

Kajian 1)

Gangguan Pernafasan yang Terjadi pada Pedagang Kaki Lima di Sekitar Perempatan Jl. Demak Dan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Perempatan PT. SIER Kota Surabaya

No

Gangguan Pernafasan

Jumlah

%

1

Ya

11

73,3

2

Tidak

4

26,7

15

100

Total

Obstruksi&restriksipartikel debujaringan fiber pada dinding alveolus, gas lain bersifat iritan (Morgan dan Seaton, 1995)

Distribusi Gangguan Pernafasan Menurut Umur Umur

Gangguan Pernafasan

Responden

Ya

Total

Tidak

n

%

n

%

n

%

21-40 tahun

5

55,6

4

44,4

9

100

41-60 tahun

6

100

0

0

6

100

Total

11

73,3

4

26,7

15

100

Winarti (1999) menyatakan bahwa pertambahan umur akan mempengaruhi jaringan tubuh, fungsi elastisitas jaringan paru berkurang

Lanjutan …

Kajian 1)

Sebesar 73,3% Pedagang Kaki Lima yang berdagang di sekitar perempatan Jl. Demak dan perempatan PT.SIER mempunyai gangguan pernafasan dan hanya sebesar 26,7% yang tidak mengalaminya.

Kajian 2)

PENGARUH PENURUNAN KUALITAS UDARA TERHADAP FUNGSI PARU DAN KELUHAN PERNAFASAN PADA POLISI LALU LINTAS POLWILTABES SURABAYA

Kristiyana Sandra

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya

lanjutan…

Kajian 2)

Kesimpulan Fungsi paru Polantas Polwiltabes Surabaya lebih buruk daripada fungsi paru polisi staf dan keluhan pernafasan yang dirasakan Polantas lebih banyak daripada yang dirasakan oleh polisi staf. Polantas memiliki risiko 4 kali lebih besar mengalami restriksi dan 1,4 kali lebih besar mengalami obstruksi daripada polisi staf. Risiko Polantas mengalami keluhan pernafasan adalah 2 kali lebih besar daripada polisi staf, terutama keluhan batuk kering dan batuk berdahak. Diketahui kadar SO2 di udara berpengaruh terhadap status fungsi paru dan keluhan pernafasan Polantas. Kualitas udara yang buruk dan dosis kumulatif rokok Polantas bekerja secara sinergi atau bersamaan dapat menurunkan fungsi paru Polantas.

Kajian 3)

Model Pencemaran Pb di Udara Kaitannya dengan Kadar Pb Darah pada Anak Jalanan di Kota Surabaya.

Corie Indria P

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya

Lanjutan…

Kajian 3)

Kesimpulan: 1. Kadar Pb udara rata-rata: - di depan Pertokoan JMP = 0,553 µg/m3, - Perempatan Siola = 0,46 µg/m3, - Perempatan Ambengan = 0,293 µg/m3, - Perempatan Banyu urip = 0,452 µg/m3, - Perempatan Adityawarman = 0,405 µg/m3, - depan Terminal Joyoboyo = 0,437 µg/m3.  Kadar Pb udara rata-rata di depan Pertokoan JMP sedikit melampaui BML menurut WHO, sedangkan kadar Pb udara rata-rata pada lokasi lainnya masih jauh di bawah BML.

Lanjutan…

Kajian 3)

Lanjutan....Kesimpulan  Kadar

Pb darah anak jalanan sebagian besar (67%) masih berada di bawah kadar normal (< 10 µg/dl).  Kadar Pb darah terendah 3 µg/dl dan tertinggi 19,6 µg/dl. Kadar Pb darah rata-rata 9,2 µg/dl. Kadar Pb darah anak jalanan rata-rata di daerah Jembatan Merah Plaza dan Ambengan berada di atas kadar normal, yaitu di 10,07 µg/dl dan 10,75 µg/dl.

Lanjutan…

Kajian 3)

2. Model Pencemaran Pb Udara Kaitannya dengan Kadar Pb Darah adalah:

y = 8,658 – 9920,059 X1 + 10390,817 X2

Kadar Pb Darah = Konstanta – 9920,059 Kadar Pb Udara Siang + 10390,817 Kadar Pb Udara Sore

Kajian 4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KADAR MALIONDIALDEHYDE (MDA) DAN FUNGSI PARU SOPIR ANGKUTAN KOTA DAN ANGKUTAN PEDESAAN

Wiranita Wulandari

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya

Lanjutan…….Kajian 4

Tujuan penelitian menganalisis faktor yang pengaruh terhadap kadar MDA dalam darah serta fungsi paru pada sopir serta menentukan model manajemen pengelolaan pengendalian radikal bebas di udara.

Lanjutan…….Kajian 4 Kualitas Udara Ambien Tabel : Konsentrasi Rata-Rata Pencemar Udara Di Kota Surabaya dan Di Kabupaten Mojokerto pada bulan Juli 2009.

Waktu Pengukuran

Parameter

Pagi Gas NO2 (07.00-09.00) Gas Ozon Gas SO2 Partikel Debu Siang Gas NO2 (12.00– 14.00) Gas Ozon Gas SO2 Partikel Debu Sore Gas NO2 (16.00-18.00) Gas Ozon Gas SO2 Partikel Debu

Konsentrasi (ppm) Kota Kab. Surabaya Mojokerto 0,0122 0,0029 0,0027 0,0026 0,0101 0,0076 0,325 0,252 0,0200 0,0071 0,0055 0,0034 0,0093 0,0110 0,309 0,454 0,0121 0,0032 0,0023 0,0022 0,0107 0,0023 0,298 0,319

Baku Mutu (SK Gub. Jatim No. 10 tahun 2009) NO2 Ozon SO2 Debu

: 0,05 : 0,1 : 0,1 : 0,26

Lanjutan…….Kajian 4 Tabel : Status Fungsi Paru Sopir Angkutan Kota dan Angkutan Pedesaan Setelah Dikategorikan Kembali

Responden Status Fungsi Paru

Kota Surabaya

Kabupaten Mojokerto n %

n

%

Normal

18

78,3

10

43,5

Tidak normal

5

21,7

13

56,5

Total

23

100

23

100

Lanjutan…….Kajian 4 Tabel : Rata-Rata Kadar Maliondialdehyde (MDA) dalam Darah Sopir Angkutan Kota dan Angkutan Pedesaan pada bulan Juli 2009

Kadar MDA (nanomol / ml)

No

Kota Surabaya Kabupaten Mojokerto 1

Rata-rata

6,6266 2,70731

2

Kadar minimum

3,37

3

Kadar 13,97 maksimum

± 8,6426 3,16212 4,27 18,00

±

Kesimpulan - terdapat perbedaan antara fungsi paru sopir angkutan kota dan angkutan pedesaan (p = 0,033). Fungsi paru sopir angkutan pedesaan di kab. Mojokerto lebih jelek bila dibandingkan dengan fungsi paru sopir angkutan kota di Kota Surabaya. -terdapat perbedaan yuang signifikan antara rata-rata kadar MDA dalam darah sopir angkutan kota dan angkutan pedesaan (p = 0,022). Sopir angkutan pedesaan mempunyai kadar MDA dalam darah yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sopir angkutan kota di Kota Surabaya. - variabel yang paling berpengaruh terhadap ganguan fungsi paru adalah lokasi kerja dan dosis kumulatif rokok sedangkan kadar MDA dalam darah dipengaruhi oleh dosis kumulatif rokok. - Faktor yang diduga menentukan dalam lokasi kerja sopir adalah kadar debu. Hal ini mengingat kadar debu di lokasi kerja sopir angkutan pedesaan yang lebih tinggi.

HUBUNGAN KUALITAS UDARA AMBIEN DENGAN ISPA DI KEC. SEMAMPIR, SURABAYA UTARA, 2005 KEJADIAN ISPA

KUALITAS UDARA AMBIEN

GAS SO2 (148,23)ug/m3 /GAS NO2(1,23)ug/m3 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Frekuensi sakit Lama sakit minim Lama sakit maksim Total lama sakit Rerata lama sakit Frekuensi sakit per Bulan Sumber:Yuswianto (Disertasi 2006)

2,60 + 1,69 2,56 + 1,59 (hari) 4,80 + 2,77 (hari) 10,01 + 7,41 (hari) 3,56 + 1,86 (hari) 0,86 + 0,52 (hari)

PENDERITA COPD DAN TIDAK COPD BERDASAR FEV1”PREDICTED” DI DAERAH TERPAPAR & TDK TERPAPAR KABUPATEN GRESIK (1994)

------------------------------------------------------------------

COPD TERPAPAR TDK TERPAPAR

JUML

-----------------------------------------------------------------+ 129 9 138 ( 22,5 %) 366 110 476 ( 77,5 %) -----------------------------------------------------------------JUMLAH 495 119 614 (80,62%) (19,38%) (100 %) ------------------------------------------------------------------

X2 = 17,79

DF = 1

P = 0,00002

SUMBER : DISERTASI ( MUKONO, 1994)

 “Hubungan

antara Sindroma Mata Kering pada Anggota PolRI dengan Kualitas Udara Ambien di Surabaya”

 “Kualitas

Udara Ambien Hubungannya dengan Kualitas Sperma Angota PolRI di Surabaya”

HASIL LABORATORIUM PENGUJIAN KUALITAS AIR WADUK

Parameter yang diuji  Temperatur, Residu Terlarut, pH, BOD, COD, DO, Total Fosfat sebagai P, Nitrat sebagai N, NH3-N, Kadmium (Cd), Krom Heksavalen (Cr), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Timbal (Pb), Mangan (Mn), Raksa (Hg), Seng (Zn), Klorida (Cl), Sianida (CN), Fluorida (F), Nitrit sebagai N (NO2), Sulfat (SO4), Khlorin bebas, Belerang sebagai H2S, Minyak dan Lemak (M/L), Deterjen sebagai MBAS, dan Senyawa Fenol sebagai Fenol.

Tabel: Nilai Rata-rata Parameter Lingkungan yang Diukur pada Masing-masing Lokasi Pengambilan Sampel, 2010 Parameter

Telaga Waduk Waduk Ngebel Selorejo Sumber Suko

Ranu Telaga Kriteri Glabag Saranga a Mutu n Air *)

1. pH

6,99

7,04

7,05

7,07

7,04

6–9

2. BOD

3,26

3,70

2,77

3,50

3,38

3

3. COD

9,87

7,83

6,43

8,14

10,26

25

4. DO

6,85

6,26

7,41

6,22

6,72

4

< LD

< LD

< LD

< LD

< LD

0,2

0,0034

0,1115

0,0038

0,0486

0,0127

0,06

5. Total Fosfat sebagai P 6. Nitrit sebagai N (NO2)

Hasil Laboratorium Pengujian Kualitas Air Ranu Glabag • •

Parameter BOD melebihi baku mutu (rata-rata 3,50 mg/l). Menurut PPRI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, kadar BOD maksimal yang diperkenankan untuk air Kelas Dua (air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut) adalah 3 mg/l.

Tabel: Status Kualitas Air Berdasarkan Nilai BOD

No. Nilai BOD Status Kualitas Air (mg/l) 1 ≤ 2,9 Tidak tercemar 2

3,0 – 5,0

Tercemar ringan

3

5,1 – 14,9

Tercemar sedang

4

≥ 15

Tercemar berat

Hasil Laboratorium Pengujian Kualitas Air Ranu Glabag ............................... (lanjutan)

Jika dilihat kadar Disolved Oxygen (DO)/ Jumlah Oksigen Terlarut , menunjukkan angka yang melampaui syarat minimal. Syarat minimal untuk parameter DO air Kelas Dua adalah 4 mg/l, yang terlampaui nilainya yakni rata-rata 6,22 mg/l.  Adanya sampah organik (dari alam dan aktifitas penduduk) di dalam air Ranu Glabag menyebabkan nilai BOD tidak memenuhi baku mutu (sedikit di atas baku mutu) 

Kualitas Air Waduk Selorejo





Sebagaian besar parameter telah memenuhi baku mutu, kecuali parameter BOD yang sedikit melebihi baku mutu (3,70 mg/l), padahal seharusnya maksimal 3 mg/l. Parameter Nitrit sebagai N (NO2) juga melebihi baku mutu, dimana baku mutu maksimal sebesar 0,06 mg/l, namun hasil uji mencapai angka rata-rata 0,1115 mg/l .

Hasil Laboratorium Pengujian Kualitas Air Waduk Selorejo............................... (lanjutan)



Kondisi perairan Waduk Selorejo memungkinkan nilai BOD sedikit lebih tinggi, sebab di perairan tersebut dijumpai sampah organik. Sampah organik ini antara lain sampah yang dibawa oleh pengunjung dan nelayan, sampah/limbah domestik dari rumah makan/warung makan di area waduk.

Hasil Laboratorium Pengujian Kualitas Air Waduk Selorejo............................... (lanjutan) Tabel: Status Kualitas Air Berdasarkan Kandungan Nitrit

No 1 2 3

Kadar Nitrit (mg/l) < 0,003 0,003 – 0,014 0,014 >

Status Kualitas Air Tidak tercemar sampai tercemar sangat ringan Tercemar sedang Tercemar berat

Catatan: hasil uji kualitas air Waduk Selorejo mencapai angka rata-rata 0,1115 mg/l .

Hasil Laboratorium Pengujian Kualitas Air Waduk Selorejo............................... (lanjutan)





Tingginya nitrit akan mengganggu keseimbangan ekosistem air  ledakan pertumbuhan alga (algal bloom)  kadar oksigen dalam air tersebut menipis. Ion nitrit yang mengandung nitrogen ini berasal dari bahan organik seperti sampah dan bahan anorganik seperti bahan kimia yang mengandung nitrogen diantaranya pupuk urea dan ZA.

Hasil Laboratorium Pengujian Kualitas Air Waduk Sumber Suko



Seluruh parameter yang diuji masih memenuhi baku mutu.



Waduk Sumber Suko cukup jauh jaraknya dari permukiman sehingga relatif tidak banyak menerima polutan. Lingkungan sekitar waduk adalah hutan, serta sumber air cukup terjaga kualitasnya dan kuantitasnya. Kualitas air Waduk Sumber Suko relatif tidak tercemar dan sangat memungkinkan peruntukannya sebagai air untuk budidaya perikanan.



Kualitas Air Telaga Sarangan 



Kadar BOD rata-rata3,38 mg/l, padahal baku mutu makasimal 3 mg/l. Penyebab BOD agak tinggi karena sampah yang dibawa oleh pengunjung, sampah/limbah domestik dari rumah makan/warung makan serta permukiman di area telaga.

Hasil Laboratorium Pengujian Kualitas Air Telaga Ngebel





Hasil uji air Telaga Ngebel menunjukkannilai BOD rata-rata 3,26 mg/l , padahal BOD maksimal dalam hal ini (air kelas dua) adalah 3 mg/l. Kondisi perairan Telaga Ngebel memungkinkan nilai BOD sedikit lebih tinggi, sebab di perairan tersebut dijumpai sampah organik. Sampah organik ini antara lain sampah yang dibawa oleh pengunjung, sampah/limbah domestik dari rumah makan/warung makan serta permukiman di area telaga.

LAPORAN RISET KHUSUS PENCEMARAN

LINGKUNGAN SETTING INDUSTRI

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum Menganalisis kualitas kesehatan lingkungan (udara, air badan air, tanah, makanan dan air minum) di sekitar aktivitas daerah Industri serta potensi dampaknya terhadap kesehatan masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut.

Tujuan Khusus 1.

2.

3.

Mengidentifikasi kualitas lingkungan (udara, air badan air, tanah, makanan, dan air minum) di wilayah terpapar dan tidak terpapar polutan aktivitas daerah Industri Mengidentifikasi kualitas kesehatan masyarakat (pengukuran biomarker spesifik, kemampuan faal paru, keluhan kesehatan) di wilayah terpapar dan tidak terpapar polutan aktivitas daerah Industri Membandingkan kualitas lingkungan (udara, air badan air, tanah, makanan, dan air minum) di wilayah terpapar dan tidak terpapar polutan aktivitas daerah Industri

4.

5.

6.

Membandingkan kualitas kesehatan masyarakat (pengukuran biomarker spesifik, kemampuan faal paru, keluhan kesehatan) di wilayah terpapar dan tidak terpapar polutan aktivitas daerah Industri Menganalisis jarak sumber pencemar dengan tingkat pencemaran (udara, air badan air, tanah, makanan dan air minum) daerah terpapar dan tidak terpapar polutan dari aktivitas daerah Industri . Menganalisis hubungan tingkat pencemaran (udara, air badan air, tanah, makanan dan air minum) dengan tingkat kesehatan masyarakat daerah terpapar dan tidak terpapar polutan dari aktivitas daerah Industri .

Manfaat Penelitian 1. 2. 3.

4. 5.

Diketahuinya data dasar kualitas kesehatan lingkungan pada wilayah peruntukan; Sebagai bahan pemetaan kualitas kesehatan lingkungan penduduk; Sebagai data dasar untuk menyusun program kesehatan lingkungan yang bersifat evidence based wilayah peruntukan masing-masing; Sebagai data dasar untuk upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat; Sebagai bahan untuk melaksanakan upaya menciptakan lingkungan sehat bagi masyarakat

Sampel 

Sampel pada populasi terpapar (Ring 1 : Kecamatan X, Kecamatan Y, dan Kecamatan Z) Sampel terdiri dari sampel manusia dan lingkungan. Sampel manusia adalah sebagian penduduk yang bermukim di daerah Industri (konsentrasi industri).

Sampel 

Sampel pada populasi tidak terpapar (Ring 3 - Non Industri besar : Kecamatan A, Kecamatan B) Sampel terdiri dari sampel manusia dan lingkungan. Sampel manusia adalah sebagian penduduk yang bermukim di luar daerah Industri

Besar Sampel 

Rumus estimasi beda dua rata-rata dengan pengambilan sampel secara bertingkat. [(n1-1)S12+(n2-1)S22] Sp2=------------------------------(n1-1)+(n2-1) didapatkan besar sampel untuk daerah terpapar sebanyak 200 Ruta dan daerah tidak terpapar sebanyak 200 Ruta. Jadi untuk setting industri ini dibutuhkan sampel sebanyak 400 Ruta (rumah tangga).

Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penetapan sampel rumah tangga sebagai responden didasarkan pada kriteria inklusi sebagai berikut:  Biasa (kriteria BPS) yang telah bermukim di kawasan terpapar dan tidak  terpapar selama minimal 5 tahun.  Semua ART di RT terpilih

Sedangkan penetapan sampel manusia sebagai responden biomarker didasarkan pada kriteria:  Kriteria Inklusi: Perempuan, usia 15-54 tahun, bermukim selama minimal 5 tahun di wilayahnya dan dalam keadaan sehat.

HASIL PENELITIAN PARAMETER LINGKUNGAN

Parameter Utama Udara outdoor (PM10, SO2, NO2, NH 3 dan H2S dan meteorologi) Untuk semua parameter masih memenuhi baku mutu Baku Mutu : 1. PPRI No. 41 Th 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara 2. PerGub Jatim No. 10 Th 2009 ttg Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak di Jatim (untuk parameter H2S dan NH 3) •

• • • •

No

Baku Mutu SO2 = 0,1 ppm (262 μg / Nm3) Baku Mutu NO2 = 150 μg / Nm3 Baku Mutu H2S = 0,03 ppm (42 μg/Nm3), 30 menit Baku Mutu PM10 = 150 μg / Nm3 Parameter

1

SO2, (µg/m3)

2

3 4

min 0.70

Peruntukan max mean median

SD

min

Bukan Peruntukan max mean median

SD

2.80

1.76

2.20

0.98

0.90

4.80

2.63

2.45

1.30

NO2, (µg/m3)

9.0 127.0

55.5

29.3

45.6

5.7

39.2

17.7

13.9

11.1

H2S, (µg/m3) PM 10, (µg/m3)

0.1

1.7

1.1

1.5

0.1

0.8

0.4

0.3

0.3

74.1 155.7 101.8

96.4

22.8

64.9 211.7 109.4

96.1

40.9

4.5



Udara indoor (PM2,5, SO2, NO2, NH3 dan H2S dan meteorologi)

Baku Mutu : 1. Permenkes RI No.1077 Th 2011 ttg Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah (kecuali: untuk parameter H2S dan NH 3) Baku Mutu : 35 µg/m3 dalam 24 jam Hasil PM2,5  min 266 µg/m3 max 4216 µg/m3

Distribusi Responden Menurut Gangguan Saluran Pernafasan dan Klasifikasi Daerah Sampel, Rikhus PL Tahun 2012

Gangguan Saluran Pernafasan Diagnosis Ya Tidak Gejala Ya Tidak Diagnosis/Gejala Ya Tidak

Klasifikasi Daerah Sampel Peruntukan Bukan Peruntukan N % N %

Total n

%

31 835

3.6 96.4

36 713

4.8 95.2

67 1,548

4.1 95.9

154 712

17.8 82.2

146 603

19.5 80.5

300 1,315

18.6 81.4

185 681

21.4 78.6

182 567

24.3 75.7

367 1,248

22.7 77.3

Distribusi Responden Menurut Pneumonia/Radang Paru Klasifikasi Daerah Sampel, Rikhus PL Tahun 2012 Pneumonia/Radang Paru Diagnosis Ya Tidak Gejala Ya Tidak Diagnosis/Gejala Ya Tidak

Klasifikasi Daerah Sampel Peruntukan Bukan Peruntukan N % N %

Total n

%

4 0.5 862 99.5

7 742

0.9 11 0.7 99.1 1,604 99.3

19 2.2 847 97.8

1 748

0.1 20 1.2 99.9 1,595 98.8

24 2.8 842 97.2

8 741

1.1 32 2.0 98.9 1,583 98.0

Kualitas Air minum (Parameter Arsen, Fluorida, Total Cromium, Cadmium, Sianida, Selenium, Total coliform, E Colli, Cu, Fe, Mn, Zn, Pb dan Hg) Baku Mutu: Permenkes RI Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum



Distribusi Rumah Tangga Menurut Jenis Sumber Air Minum, Tempat Penyimpanan Air Minum dan Klasifikasi Daerah Sampel, Rhikus PL Tahun 2012 Variabel Sumber air utama kebutuhan minum - Air kemasan - Air isi ulang - Air ledeng/PDAM - Air ledeng eceran/membeli - Sumur bor/pompa - Sumur gali terlindung - Penampungan air hujan - Air sungai/danau/irigasi - Lainnya Tempat penyimpanan air minum - Dispenser - Teko/ceret/termos/jerigen - Kendi - Ember/panci tertutup - Ember/panci terbuka - Lainnya

Klasifikasi Daerah Sampel Peruntukan Bukan Peruntukan n % N % 58 101 36 3 0 2 0 0 58

29.0 50.5 18.0 1.5 0 1.0 0 0 29.0

37 82 10 26 20 1 21 2 37

18.6 41.2 5.0 13.1 10.1 0.5 10.6 1.0 18.6

114 38 3 21 3 30

57.0 19.0 1.5 10.5 1.5 15.0

67 56 15 38 4 46

33.7 28.1 7.5 19.1 2.0 23.1

Distribusi Rumah Tangga Menurut Pengolahan Air Minum dan Klasifikasi Daerah Sampel, Rhikus PL Tahun 2012

Variabel Pengolahan air minum sebelum diminum - Langsung diminum - Dimasak - Disaring - Diberi bahan kimia - Lainnya

Klasifikasi Daerah Sampel Peruntukan Bukan Peruntukan n % N % 148 47 0 0 5

74.0 23.5 0 0 2.5

122 63 2 1 11

61.3 31.7 1.0 0.5 5.5



Kualitas Air Badan Air (Parameter Pb, Cd, As, Fe, Mn, Hg, Cr+6, BOD, COD, pH, DHL, warna, kekeruhan, TSS, H2S, NH3 dan TOC)

Baku Mutu: PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Distribusi Rumah Tangga Menurut Jenis Sumber Air untuk Seluruh Keperluan, Kualitas Fisik Air dan Klasifikasi Daerah Sampel, Rikhus PL Tahun 2012 Variabel Sumber air terbanyak untuk keperluan RT - Air ledeng/PDAM - Sumur bor/pompa - Sumur gali terlindung - Sumur gali tak terlindung - Penampungan air hujan - Sungai/danau/irigasi - Lainnya Kualitas fisik air - Jernih - Tidak berbusa - Tidak berwarna - Tidak berbau - Tidak berasa

Klasifikasi Daerah Sampel Peruntukan Bukan Peruntukan n % N % 103 45 45 1 2 0 4

51.5 22.5 22.5 0.5 1.0 0 2.0

25 69 47 7 1 22 28

12.6 34.7 23.6 3.5 0.5 11.1 14.1

184 184 180 183 172

92.0

175 194 185 189 186

87.9

82,4 90.0

83,4 86.0

95,5 93.0

97,0 93.5

Hasil Pengukuran Kualitas Kimia Air Badan Air No 1 2

Parameter Pb, (ppm) Cd, (ppm)

min 0.046 0.000

Peruntukan max mean median 0.207 0.107 0.096 0.000 0.000 0.000

SD 0.049 0.000

min 0.034 0.000

Bukan Peruntukan max mean median 0.203 0.097 0.081 0.046 0.011 0.000

Baku Mutu: 1. Pb = 0,03 (kelas dua dan kelas tiga) 2. Cd = 0,01 (kelas dua dan kelas tiga)

SD 0.053 0.018

Makanan (Pb, Cd, As) KH : Beras dan jagung P : Ikan Asin, Ikan bandeng, ikan mujair, udang geragoh, telur bebek Sayur/Buah : kangkung, sawi, pisang, mangga, seledri, pepaya, terong, waluh, labu panjang lodrong



Baku Mutu : SNI 7387: 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan 1. Pb = buah/sayur: 0,5 ppm; serealia/beras: 0,3 ppm; ikan: 0,3 ppm; 2. Cd = buah/sayur: 0,2 ppm; serealia/beras: 0,4 ppm; ikan: 0,1 ppm; As = buah/sayur: 1 ppm; serealia/biji-bijian: 0,5 ppm; ikan: 1 ppm; 3.

No 1 2 3

Paramete Pb, (ppm) Cd, (ppm) As, (ppm)

min 2,219 1,173

Peruntukan max mean median 6,137 3,849 3,777 6,969 3,827 4,582 Tidak Terdeteksi

SD 1,278 1,951

min 2,029 1,039

Bukan Peruntukan max mean median SD 4,397 3,357 3,679 841.482 5,056 2,362 2,101 1036.06 Tidak Terdeteksi



Tanah (Pb, Cd, As, Fe, Mn dan Hg)

Baku Mutu: Pickering 1980 (Soil and Chemical Hazards) 1. Pb = 2 - 200 ppm 2. Cd = 0,1 - 0,7 ppm 3. Hg = 0,03 ppm No

Parameter

1 2 3

Pb, (ppm) Cd, (ppm) Hg, (ppm)

min 7,134 1,039 0.027

Peruntukan max mean median 15,822 11,129 10,444 5,506 2,367 2,192 1.017 0.481 0.351

SD min 3,128 6,942 1,266 1,904 0.413 0.088

Bukan Peruntukan max mean median SD 11,882 8,904 8,498 1589.233 5,029 3,253 2,996 1145.099 0.779 0.288 0.210 0.222365

Parameter Spesifik Kualitas Udara (outdoor dan indoor): Formaldehyd, CO  Kualitas Sumber air (air badan air): Total Fosfat, Nitrit (NO2), Nitrat (NO3)  Kualitas makanan: Merkuri Hasil masih dibawah baku mutu. 

HASIL PENELITIAN PARAMETER BIOMEDIS

Parameter Utama •

• •

Biomarker Darah: Hematologi Lengkap, hitung jenis leukosit, LED, SGOT, SGPT, Ureum dan Creatinin Untuk semua parameter masih dalam batas normal Biomarker Rambut: Pb Faal Paru : Spirometri

Hasil Pemeriksaan Biomedis Wilayah Peruntukan Dan Bukan peruntukan di Wilayah Industri Gresik, Rikhus 2012 HASIL PEMERIKSAAN

Peruntukan (n=184)

Bukan Peruntukan (n=188)

n

%

n

%

184

100,0

188

100,0

158 1 12 12

86,3 0,5 6,6 6,6

169 3 7 8

90,4 1,6 3,7 4,3

Nilai P

Pb Rambut Tinggi (> 0,3 ppm) Faal Paru Normal Obstruktif Restriktif Campuran

PARAMETER BIOMEDIS UMUM Pb (Rambut)

Peruntukan (n=184)

0,328

Bukan Peruntukan (n=188)

Mean

Med

SD

Minimal

Maximal

Mean

Med

SD

Minimal

Maximal

5,6

5,1

3,4

0,8

21,8

5,3

4,7

3,3

0,3

13,9

Parameter Spesifik  

Biomarker Darah: cholinesterase dan total merkury Biomarker Urine: Nitrit (NO2)

Hasil Pemeriksaan Biomedis Wilayah Peruntukan Dan Bukan peruntukan di Wilayah Industri Gresik, Rikhus 2012 HASIL PEMERIKSAAN

Peruntukan (n=184)

Bukan Peruntukan (n=188)

n

%

n

%

168

91,3

178

94,7

15

8,2

10

5,3

1

,5

0

,0

184

100,0

188

100,0

Positif

2

1,1

0

,0

Tt < 0,33

4

2,2

5

2,7

178

96,7

183

97,3

Nilai P

PARAMETER KHUSUS Cholinesterase < 3930 u > 10800 u/L Normal /L

0,548

Mercury Total Positif Tt < 0,33 Nitrit

Negatif

0,959

ARKL PADA LINGKUNGAN AIR SDMJ

Kandungan bahan pencemar air minum (parameter kimia) No

1.

Pencemar Air

Baku Mutu (mg/l)

Fe 0,3

2.

F 1,5

3.

Mn 0,1

4.

NO2 3

5.

Kesadahan 500

Maksim al

Konsentrasi (mg/l) Minimal Keterangan

1,3475

0,0037

melebihi baku mutu

0,48

0,12

Memenuhi baku mutu

0,9812

0,0491

Melebihi baku mutu

0,8343

0,0035

Memenuhi baku mutu

1762,2

39,6

Melebihi baku mutu

Analisis Bahan Pencemar Kimia dalam Air dengan Metode ARKL

Identifikasi Bahaya Parameter pencemar air yang mempunyai bahaya non karsinogenik adalah Fe, F, Mn, NO2, dan Kesadahan. 1.

No Parameter 1

2 3

4 5

Efek Kritis

Menyebabkan gangguan penyerapan oksigen dalam darah, Fe ditandai gejala pusing, mual. Jika dikonsumsi dalam jumlah tinggi dapat merusak saraf. Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemiologi . FHipokolesterolemia, epilepsi, kekurangan pankreas eksokrin, sklerosis berganda, katarak, osteoporosis, fenilketonuria & Mn penyakit kencing maple syrup (inborn) pada ingesi kronik manusia Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air nitrogen NO2 minum Menimbulkan kerak pada ketel yang dapat menyumbat katupKesadahan katup ketel

2. Penilaian Dose Respon Menetapkan kuantitas toksisitas risk agent untuk setiap spesi kimia. Toksisitas dinyatakan sebagai dosis referensi (RfD untuk pajanan melalui ingesti dan RfC untuk pajanan melalui inhalasi). RfD dan RfC sudah ada dalam website Risiko Terpadu Sistem Informasi (IRIS) www.epa.gov/iris.com : Fe = 3x10-1 F = 6x10-2 Mn = 1,4x10-1 NO2 = 1x10-1 Dose Respon (RfD) untuk parameter kesadahan belum diketahui, oleh karena itu untuk analisis parameter kesadahan dilakukan secara kualitatif (deskriptif).

3. Penilaian Pajanan Dalam kajian ini, risk agent (polutan) yang berasal dari kandungan unsur hara alami, kontaminasi limbah rumah tangga maupun industri terekspos masuk ke dalam tubuh manusia dengan jalan ingesti (tertelan) melalui air minum. Masyarakat yang paling sering terekspos adalah penduduk di sekitar lokasi (residensial).

Adapun jumlah asupan risk agent dapat dihitung dengan rumus :

C x R x t E x f E x D t I  W b x t avg

Keterangan: I : Intake (Asupan), jumlah Risk Agent yang masuk (mg/kg/hari) C : Konsentrasi Risk Agent , mg/M3 (udara), mg/L (air minum), mg/kg (makanan) R : Laju (Rate) asupan, 20 M3/hari (udara), 2 L/hari (air minum) tE : Waktu pajanan harian, jam/hari fE : Frekuensi pajanan tahunan, hari/tahun Dt : Durasi pajanan, Real Time atau 30 tahun proyeksi Wb : Berat badan, kg tavg : Periode waktu rata-rata, 30 tahun x 365 hari/tahun (nonkarsinogenik) atau 70 tahun x 365 hari (karsinogenik)

satu contoh perhitungan untuk asupan jenis polutan Fluorida :

C x R x f E x D t I  W b x t avg = 0,48 mg/L x 2 L/hari x 365 hari/th x 30 th

55 kg x 350 hari/th x 30 th = 0,016737 (mg/kg/L) •Keterangan : nilai tE tidak dimasukkan kedalam rumus karena telah menggunakan pajanan hari/tahun bukan dalam harian.

Nilai asupan dari berbagai jenis polutan di tempat pengelolahan air di Kabupaten Sidoarjo 2009

No Pencemar Air 1. 2. 3. 4. 5.

Fe F Mn NO2 Kesadahan

Intake (mg/kg/L) Maksimal Minimal 0,046986 0,000129 0,016737

0,004184

0,034214

0,001712

0,029091 61,44658

0,000122 1,380822

4. Karakteristik risiko  Karakteristik risiko kesehatan dinyatakan sebagai Risk Quotient (RQ, Tingkat risiko) untuk efek non karsinogenik dan Excess Cancer Risk (ECR) untuk efek karsinogenik. Dihitung dengan rumus :

RQ RQ Ink RfD RfC



I nk RfD atau R

fC

: Risk Quotient : Intake (asupan) non karsinogenik : Reference Dose (untuk pajanan melalui ingesti) : Reference Consentration (untuk pajanan melalui inhalasi)

 Dalam

kajian ini RQ akan dihitung berdasarkan hasil konsentrasi sample air. Berikut ini adalah tabel nilai RQ maksimal risk agent kimia air di benerapa lokasi tersebut.



Berikut ini adalah contoh perhitungan untuk nilai RQ pada salah satu jenis polutan Fluorida

RQ

I nk  RfD = 0,016737(mg/kg/L) 0,06 = 0,278954



Tingkat risiko dampak non karsinogenik akibat pajanan pencemar air yang dinyatakan dalam nilai RQ No 1. 2. 3. 4.

Pencemar Air Fe F Mn NO2

RQ Maksimal 0,156621

Minimal 0,00043

0,278954

0,069738

0,244384

0,012229

0,290914

0,00122

semua parameter bernilai RQ < 1 . Nilai RQ < 1 menunjukkan bahwa penduduk dengan berat badan 55 Kg, aman untuk meminum air di daerah tersebut jika laju asupan 2L/hari, selama 350 hari/tahun untuk jangka waktu 30 tahun ke depan.

 Walaupun

semua lokasi sample air memiliki RQ < 1 bukan berarti tidak memiliki risiko. Perubahan alam serta kadar pencemaran tiap waktu dapat berubah, jadi harus tetap diwaspadai agar potensi risiko dapat diminimalisasi dan dilakukan upaya preventif, sehingga terhindar dari dampak negatif lainnya.



 



Identifikasi Kondisi dan Kecenderungan Kadar Kesadahan dalam Air Minum Konsentrasi kesadahan dalam air minum dan air bersih pada kasus di atas berkisar antara 39,6 - 1762,2 mg/L. Batas syarat air minum menurut Permenkes RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum yaitu 500 mg/L. Apabila mengkonsumsi air yang memiliki kadar kesadahan tinggi dalam jangka waktu lama akan menyebabkan gangguan pada ginjal.

Dampak Efek Non Karsinogen Risk Agent Kimia Air No

1

2 3

Dampak Kesehatan Paramete r Besi (Fe) 1. Menyebabkan gangguan penyerapan oksigen dalam darah, ditandai gejala pusing, mual. 2. Jika dikonsumsi dalam jumlah tinggi dapat merusak saraf. Mangan 1. Jika dikonsumsi berlebihan dapat bersifat neuro toksik 2. Dapat menyebabkan kerusakan hati. Flourida (F) 1. Menyebabkan fluorosis (noda coklat) pada gigi, nyeri epigastrium, disphagia, air liur berlebih, mual, muntah darah, hematuria, diare. 2. Kerusakan otak 3. Penyakit Alzheimer 4. Gangguan liver

4

Nitrit (NO2)

1. Terbentuk methamoglobine menghambat penyerapan oksigen. 2. Hujan asam yang mengandung nitrit menimbulkan gatal-gatal, panyakit pernafasan seperti kanker paru-paru, bronchitis, emphysema.

5

Kesadahan

1. Bisa menyebabkan batu ginjal.

5. Manajemen Risiko Risiko kesehatan adalah dampak negatif yang hanya bisa dikelola tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali. Potensi dampak ini dan upaya untuk mengendalikannya sesungguhnya telah diantisipasi dalam UURI No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 18 UU ini menyatakan bahwa izin untuk melakukan usaha atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup hanya diberikan bila usaha atau kegiatan itu memiliki AMDAL.

 Berdasarkan

hasil analisis nilai Risk Quotient di atas, dapat diketahui bahwa RQ parameter Fe, F, Mn, dan NO2 nilai RQ nya kurang dari 1, dan kadar kesadahan ada yang melebihi baku mutu di beberapa lokasi pengambilan sampel air. Hal ini bisa dikatakan bahwa air minum yang berasal dari tempat pengelolahan air aman untuk dikonsumsi.  Jika RQ < 1, maka manajemen risiko yang perlu dilakukan adalah pemantauan, pemeriksaan dan perawatan kualitas air minum/air bersih di tiap lokasi pengelolahan secara terus menerus dan teratur agar memenuhi batas baku mutu yang ada dengan cara memelihara kelestarian alam dan menjaga sumber bahan baku air minum/ air bersih yang ada.

 Untuk

kadar kesadahan yang melebihi batas baku mutu di beberapa lokasi pengambilan sampel, maka manajemen risiko yang bisa di laksanakaan adalah pengurangan kadar kesadahan dalam air. Menurut Nusa Idaman Said (2008), kesadahan dalam air dapat dikurangi dengan cara : pemanasan, pengendapan kimia, pertukaran ion

6. Komunikasi Risiko Hasil analisis kualitas air pada tiap lokasi sampel akan di komunikasikan kepada dinas-dinas terkait agar dapat dijadikan bahan acuan kebijakan serta pertimbangan dalam pembuatan regulasi pengendalian kualitas air. Peran dari instansi khususnya bidang lingkungan seperti BLH, serta instansi lain yang terkait yaitu Dinas Kesehatan dan Pemkab diperlukan untuk pelaksanaan program pemantauan, pemeriksaan, dan pemeliharaan air minum agar kualitasnya tetap terjaga, memenuhi baku mutu dan tidak menimbulkan risiko pada kesehatan masyarakat. 

Terima kasih --------sama-sama

Terima kasih ---------- sama-sama