DAFTAR ISI - BPTP LAMPUNG

Download rendahnya tingkat pendapatan petani. .... Bab III – Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015, menjelaskan analisis ..... hayati, aplikasi kompos/ p...

0 downloads 528 Views 1MB Size
I.

1.1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Permasalahan utama dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di

Provinsi Lampung adalah masih rendahnya tingkat produktivitas dan kurang berfungsinya kelembagaan sistem dan usaha agribisnis, sehingga bermuara pada rendahnya tingkat pendapatan petani. Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh BPTP Lampung dalam rangka percepatan pembangunan pertanian di Lampung yaitu: (1) Perbaikan teknologi budidaya, (2) Diversifikasi komoditas, (3) Usahatani konservasi, (4) Pengembangan komoditas spesifik lokasi, (5) Penanganan pasca panen, (6) Penguatan kelembagaan, dan (7) Transfer teknologi. Langkah-langkah tersebut dijadikan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan litkaji di BPTP Lampung, yang dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) BPTP Lampung. Sebagai implementasi dari Renstra tersebut dilakukan kegiatan tahunan berupa kegiatan litkaji dan desiminasi. Pelaksanaan program dan kegiatan sebagaimana diuraikan di atas perlu dilaporkan agar diketahui sejauh mana perkembangan kinerjanya. LAKIN BPTP Lampung Tahun 2015 ini secara garis besar berisikan informasi mengenai Rencana Strategis (RS), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015. Tujuannya adalah sebagai laporan pertanggungjawaban akuntabilitas BPTP Lampung dalam pelaksanaan kegiatan Tahun 2015. Terselenggaranya

kepemerintahan

yang

baik

(good

governance)

merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur dan legitimate, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, sebagai perwujudan pertanggung jawaban keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka disusunlah Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) yang tercermin dari hasil pencapaian kinerja berdasarkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. 1 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

1.2.

Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 16/Permentan/OT.140/

3/2006 tanggal 1 Maret 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja BPTP Lampung adalah sebagai berikut:

a.

Kedudukan Institusi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian adalah unit pelaksana

teknis (UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) di daerah. BPTP bertanggung jawab kepada Kepala Badan Litbang Pertanian dan dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya dikoordinasikan oleh Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP).

b.

Tugas Pokok BPTP mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan dan

pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

c.

Fungsi Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPTP menyelenggarakan fungsi:

1.

Melaksanakan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

2.

Melaksanakan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

3.

Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan.

4.

Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

5.

Pemberian

pelayanan

teknik

kegiatan

pengkajian,

perakitan

dan

pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. 6.

Pelaksanaan Urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga Balai.

2 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

1.3. Struktur Organisasi Untuk melaksanakan tugas pokok, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja tersebut BPTP terdiri dari : a.

Subbagian Tata Usaha Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat, dan kearsipan, serta rumah tangga.

b.

Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, program, anggaran, pemantauan, dan evaluasi serta laporan, dan penyiapan bahan kerjasama, informasi, dokumentasi,

dan

penyebarluasan

dan

pendayagunaan

hasil,

serta

pelayanan sarana pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. c.

Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari jabatan fungsional Peneliti, Penyuluh Pertanian dan sejumlah jabatan fungsional lainnya yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan fungsional berdasarkan bidang masingmasing, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.4. Sumber Daya Manusia (SDM) Sumberdaya manusia (SDM) merupakan potensi dan kekuatan yang tidak bisa diabaikan dalam suatu lembaga/instansi, termasuk bagi BPTP Lampung. Ketersediaan SDM yang memadai dengan tingkat keahlian dan kompetensi yang berimbang akan memberikan dampak yang cukup signifikan bagi pencapaian misi dan visi lembaga. Untuk tahun 2015, PNS di BPTP Lampung berjumlah 104 orang terdiri 101 pegawai negeri sipil (PNS), 3 calon pegawai negeri sipil (CPNS) dan tenaga kontrak sebanyak 14 orang, yang tersebar pada 4 unit kerja. Jumlah PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan kepangkatan dan unit kerja No 1. 2. 3. 4.

Unit kerja BPTP Lampung-Hajimena KP Natar KP Tegineneng Lab Diseminasi Masgar Jumlah

IV 23 23

Golongan (orang) III II 39 19 2 10 3 2 3 42 33

Jumlah

I 3 3

84 12 3 5 104

3 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

PNS BPTP Lampung yang berpendidikan S3 berjumlah 4 orang, S2 berjumlah 18 orang, dan S1 berjumlah 28 orang (Tabel 5). Proporsi jumlah tenaga berdasarkan kriteria pendidikan tersebut belum mencukupi persyaratan

critical mass. Untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga SDM perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan sesuai bidang ilmu yang dibutuhkan. Sebaran PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan dan pendidikan 2014 No

Gol/ruang

1. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

IV/e IV/d IV/c IV/b IV/a III/d III/c III/b III/a II/d II/c II/b

No

Gol/ruang

12. 13.

II/a I/d

14.

I/c JUMLAH

S3 1 2 1 -

S2 1

2 3 12 8 -

D4 1 -

S3 -

S2 -

S1 -

D4 -

4

19

28

1

2 5 6 1 2 2 -

S1 1 1 1

Tingkat Pendidikan SM D3 D2 D1 2 1 3 1 1 1 Tingkat Pendidikan SM D3 D2 D1 -

8

1

-

SLTA 6 1 5 12 5

SLTP 1

SD -

SLTA 3 -

SLTP 2 1

SD 6 -

32

4

1 7

JUMLAH 1 2 5 7 6 3 7 22 13 6 13 6 JUMLAH 11 1 1 104

Sampai dengan tahun 2015 BPTP Lampung memiliki 47 orang tenaga fungsional, terdiri dari 35 orang peneliti, 10 orang penyuluh, 4 orang litkayasa, dan 2 orang arsiparis. Sebaran tenaga fungsional berdsarkan jabatan fungsional 2014 No. 1.

2.

No. 3.

Jabatan Fungsional Peneliti: Peneliti Peneliti Peneliti Peneliti

Utama Madya Muda Pertama

Jumlah Penyuluh: Penyuluh Pertanian Madya Penyuluh Pertanian Muda Penyuluh Pertanian Pertama Jumlah Jabatan Fungsional Litkayasa: Teknisi Litkayasa Penyelia Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan

Jumlah 4 10 6 15 35 3 1 6 10 Jumlah 1 2

4 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Teknisi Litkayasa Pelaksana Jumlah Arsiparis: Arsiparis Ahli Pertama Arsiparis Terampil Pelaksana Jumlah TOTAL

4.

1.5.

1 4 1 1 2 51

Sistematika Penyajian Pada dasarnya Laporan Akuntabilitas Kinerja ini memberikan penjelasan

mengenai pencapaian kinerja BPTP Lampung selama Tahun 2015. Capaian kinerja (performance results) Tahun 201 diperbandingkan dengan Penetapan Kinerja (performance agreement) Tahun 2014 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja ini akan memungkinkan diidentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance

gap) bagi perbaikan kinerja di masa datang. Sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BPTP Lampung Tahun 2014 berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, sebagai berikut: Bab I – Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas latar belakang, tugas fungsi dan organisasi, serta tujuan; Bab II – Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, menjelaskan secara ringkas dokumen perencanaan yang menjadi dasar pelaksanan program, kegiatan dan anggaran BPTP Lampung Tahun 2015 meliputi Rencana Strategis BPTP Lampung Tahun 2015 - 2019 dan Perjanjian Kinerja Tahun 2015. Bab III – Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015, menjelaskan analisis pencapaian kinerja BPTP Lampung dikaitkan dengan pertanggungjawaban publik terhadap pencapaian sasaran strategis untuk Tahun 2015. Bab IV – Akuntabilitas Keuangan, menjelaskan realisasi keuangan atas pencapaian kinerja BPTP Lampung Tahun 2015. Bab V

– Penutup, menjelaskan simpulan menyeluruh dari Laporan

Akuntabilitas Kinerja BPTP Lampung Tahun 2014 dan menguraikan rekomendasi yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa datang.

5 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

II.

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar efektif, efisien dan akuntabel, BPTP Lampung berpedoman pada dokumen perencanaan yang terdapat pada : 1. Renstra BPTP Lampung 2015-2019; 2. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 2.1. Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung merupakan salah satu unit pelaksana teknis Eseon 3 Badan Litbang Pertanian, yang secara hirarkis merupakan Bussines Unit Balitbangtan. Berdasarkan hierachical strattegic plan, maka BPTP Lampung menyusun Rencana Operasional dari Rencana Aksi BBP2TP yang pada dasarnya merupakan jabaran dari Visi, Misi, Kebijakan, dan Program Badan Litbang Pertanian. Oleh karena itu, visi, misi, kebijakan, stretegi, dan program Badan Litbang Misi Balitbangtan 2015 – 2019 mengacu pada Visi dan Misi Kementerian Pertanian, yang selanjutnya akan menjadi visi, misi, kebijakan, strategi, dan program seluruh satuan kerja Badan Litbang Pertanian, termasuk BPTP Lampung. Memperhatikan hierarchical strategic plan, maka visi dan misi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung adalah: 1.

Visi Setiap organisasi perlu memiliki visi agar mampu eksis dan unggul dalam

persaingan yang semakin ketat dan perubahan linhkungan yang cepat. Visi BPTP Lampung adalah “Menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian terkemuka di dunia dalam mewujudkan sistem pertanian bio-industri tropika berkelanjutan.” 2.

Misi Dalam rangka mewujudkan visinya, BPTP Lampung menetapkan misinya

yakni merakit, menguji dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul berdaya saing mendukung pertanian bio-industri dan mendiseminasikan inovasi pertanian tropika unggul dalam rangka peningkatan scientific recognition dan

impact recognition. 6 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

3.

Tujuan Penetapan tujuan pada umumnya didasarkan kepada faktor-faktor kunci

keberhasilan yang ditetapkan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi, yang menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai dimasa mendatang. Sasaran menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai melalui tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Sasaran akan memberikan fokus pada penyusunan kegiatan, bersifat spesifik, terinci, dapat diukur, dan dapat dicapai. Dalam jangka menengah (2015-2019) visi dan misi BPTP Lampung dijabarkan

ke

dalam

tujuan

dan

sasaran

perakitan,

pengujian

dan

pengembangan serta diseminasi teknologi pertanian tropika unggul berdaya saing mendukung pertanian bio-industri. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, maka disusun strategi yang disusun atas dasar evaluasi mendalam terhadap faktor internal dan faktor eksternal yang telah diuraikan pada perkembangan lingkungan strategis yang terkait dengan kinerja BPTP Lampung ke depan. Tujuan kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi di BPTP Lampung dalam lima tahun ke depan (2015-2019) terdiri atas : 1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul berdaya saing mendukung pertanian bio-industri berbasis advanced technology dan

bioscience, aplikasi IT, dan adaptif terhadap dinamika iklim. 2. Mengoptimalkan pemanfaatan inovasi pertanian tropika unggul untuk mendukung pengembangan iptek dan pembangunan pertanian nasional. 4.

Sasaran Berdasarkan atas tujuan, selanjutnya BPTP Lampung menjabarkan dalam

sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai secara tahunan selama periode Renstra. Sasaran strategis dan indikator kinerja sebagai alat ukur keberhasilan sasaran strategis selama tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut :

7 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Sasaran strategis dan indikator kinerja utama BPTP Lampung Tahun 2015 No

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

1. Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi

Jumlah teknologi spesifik lokasi

2. Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi

Jumlah teknologi yang diseminasi ke pengguna

3. Terlaksananya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional

Jumlah laporan pelaksanakan kegiatan pendampingan

4. Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

5. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung desentralisasi rencana aksi (Decentralized Action Plan/DAP)

Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian wilayah

6. Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan

Jumlah Produksi Benih Sumber

7. Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian

Sasaran 1: Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Strategi

untuk

mencapai

sasaran

tersebut

adalah

melalui

penyempurnaan sistem dan perbaikan fokus kegiatan pengkajian yang didasarkan pada kebutuhan pengguna (petani dan pelaku usaha agribisnis lainnya) dan potensi sumberdaya wilayah. Penyempurnaan sistem pengkajian mencakup metode pelaksanaan pengkajian serta monitoring dan evaluasi. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu: Pengkajian inovasi pertanian spesifik lokasi. Sasaran 2: Terdesiminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

8 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Strategi

untuk

mencapai

sasaran

tersebut

adalah

melalui

peningkatan kuantitas dan atau kualitas informasi, media dan lembaga diseminasi inovasi pertanian. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu: Penyediaan dan penyebarluasan inovasi pertanian. Sasaran 3: Tersedianya model-model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi Strategi

untuk

mencapai

sasaran

tersebut

adalah

melalui

peningkatan efektivitas kegiatan tematik di BPTP yang disinergikan dengan UK/UPT lingkup Balitbangtan, terutama dalam menerapkan hasilhasil litbang pertanian dalam super impose model pertanian bio-industri berbasis sumberdaya lokal. Sasaran 4: Rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi Strategi peningkatan

untuk

mencapai

kajian-kajian

sasaran

tematik

tersebut

terhadap

adalah

berbagai

melalui isu

dan

permasalahan pembangunan pertanian baik bersifat responsif terhadap dinamika kebijakan dan lingkungan strategis maupun antisipatif terhadap pandangan futuristik kondisi pertanian pada masa mendatang. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu: analisis kebijakan mendukung empat sukses Kementerian Pertanian. Sasaran 5: Terbangunnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi Strategi

untuk

mencapai

sasaran

tersebut

adalah

melalui

peningkatan efektivitas manajemen institusi. Strategi ini diwujudkan ke dalam delapan sub kegiatan yaitu: 1.

Penguatan kegiatan pendampingan model diseminasi dan program strategis kementan serta program strategis Badan Litbang Pertanian

9 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

2.

Penguatanmanajemen

mencakup

perencanaan

dan

evaluasi

kegiatanserta administrasi institusi 3.

Pengembangan kompetensi SDM

4.

Penguatan kapasitas kelembagaan melalui penerapan ISO 9001:2008

5.

Peningkatan pengelolaan laboratorium

6.

Peningkatan pengelolaan kebun percobaan

7.

Peningkatan kapasitas instalasi UPBS

8.

Jumlah publikasi nasional dan internasional

9.

Peningkatan pengelolaan data base dan website.

2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Perjanjian Kinerja merupakan amanat Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dan Surat Edaran Menteri Negara PAN Nomor: SE/31/M.PAN/12/2004 tentang Perjanjian Kinerja. Perjanjian kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dikelolanya. Tujuan khusus penetapan kinerja antara lain adalah untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah; sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; serta sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi. Perjanjian Kinerja BPTP Lampung Tahun 2015 adalah sebagai berikut : No

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

Target

1. Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi

Jumlah teknologi spesifik lokasi

11 Teknologi

2. Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi

Jumlah teknologi yang diseminasi ke pengguna

5 Materi Diseminasi

3. Terlaksananya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional

Jumlah laporan pelaksanakan kegiatan pendampingan

6 Laporan

4. Tersedianya Model

Jumlah Model

2 Model

10 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

5. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung desentralisasi rencana aksi (Decentralized Action Plan/DAP)

Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian wilayah

6. Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan

Jumlah Produksi Benih Sumber

7. Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian

2 Rekomend asi Kebijakan Spesifik Lokasi 147,4 Ton

12 Bulan

11 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

III. AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2015 3.1.

Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2015 Pengukuran tingkat capaian kinerja BPTP Lampung Tahun 2015 dilakukan

dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja BPTP Lampung Tahun 2015 dengan realisasinya. Tingkat capaian kinerja BPTP Lampung Tahun 2015 berdasarkan hasil pengukurannya dapat diilustrasikan dalam tabel sebagai berikut : Sasaran Strategis I Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi Indikator Kinerja Jumlah teknologi spesifik lokasi

Target 11 teknologi

Realisasi 11 teknologi

% 100

Sasaran Strategis II Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi Jumlah teknologi yang didiseminasikan ke pengguna.

5 Teknologi

5 Teknologi

100

Sasaran Strategis III Terlaksananya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional Jumlah laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan

6 laporan

9 laporan

150

Sasaran Strategis IV Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Jumlah model 2 model 2 model 100 pengembangan inovasi pertanian bioindustri Sasaran Strategis V Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung desentralisasi rencana aksi (Decentralized Action Plan/DAP) Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan Pertanian wilayah

2 rekomendasi

2 rekomendasi

100

Sasaran Strategis VI Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan Jumlah Produksi Benih Sumber

147,4 ton

98,38 ton

66,74

Sasaran Strategis VII Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen 12 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian

12 bulan

12 bulan

Rata-rata capaian kinerja

3.2.

100

102,39

Analisis Capaian Kinerja tahun 2015 Upaya pengukuran kinerja diakui tidak selalu mudah karena hasil capaian

suatu indikator tidak semata-mata merupakan output dari suatu program atau sumber dana, akan tetapi merupakan akumulasi, korelasi, dan sinergi antara berbagai program dan berbagai pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian, keberhasilan mengenai terlaksana atau terwujudnya suatu kegiatan tidak dapat diklaim sebagai hasil dari satu sumber dana atau oleh satu pihak saja. Mengingat kinerja tugas umum pemerintahan dan pembangunan pada tahun anggaran tertentu bukanlah kinerja yang berdiri sendiri tetapi terkait dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya, maka sangat sulit dan hampir mustahil untuk mengukur atau memberikan penilaian terhadap kinerja lembaga pada satu tahun anggaran sampai pada tingkat atau indikator dampak, karena dari suatu program atau kegiatan ada yang baru dapat dinilai dalam jangka waktu lebih dari satu tahun sesuai dengan tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dari program itu. Analisis dan evaluasi capaian kinerja Tahun 2015 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung dapat dijelaskan sebagai berikut : Sasaran 1 :

Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja. Adapun pencapaian target dari indikator kinerja sasaran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

INDIKATOR KINERJA Jumlah teknologi spesifik lokasi

TAHUN 2015 TARGET

CAPAIAN

%

11

11

100

13 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan pada sasaran ini dalam Tahun 2015 telah mencapai hasil yang ditargetkan dengan nilai capaian 100%. Untuk tahun 2015, sasaran ini dicapai melalui 8 (delapan) kegiatan pengkajian yaitu : (1)

Kajian Pemanfaatan Pakan Berbasis Bahan Lokal yang Berwawasan Lingkungan untuk Sapi Potong di Lampung,

(2)

Budidaya Lada Spesifik Lokasi,

(3)

Inovasi Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi Lahan Suboptimal Mendukung Swasembada Padi dan Kedelai di Lampung,

(4)

Optimalisasi Pasca Panen Kedelai,

(5)

Pengelolaan Sumber Day Genetik (SDG),

(6)

Agro Ekologi Zone (AEZ) II,

(7)

Budidaya Bawang Merah Spesifik Lokasi,

(8)

Kajian Ternak Unggas Spesifik Lokasi

Teknologi yang telah dihasilkan dari kegiatan-kegiatan ini adalah: 

Teknologi pakan lokal berwawasan lingkungan Komposisi

ransum

berimbang

untuk

penggemukan

sapi

potong

diformulasikan dengan pembatas kandungan protein kasar ± 14 %, TDN ≥ 72 % dan harga ≤ Rp. 2.250,- per Kg (harga konsentrat komersial). Komposisi ransum murah untuk penggemukan sapi potong disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi ransum murah untuk penggemukan sapi potong1 Bahan

Jumlah (%)

- Dedak padi 23,35 - Jagung giling 15,00 - Onggok kering 15,00 - Gaplek cikalan 15,00 - Bungkil kelapa sawit 15,00 - Tetes tebu/molases 10,00 - Kulit buah kopi 5,00 - Urea 1,00 - Garam 0,50 2 - Mineral-vitamin premix 0,15 1 Mengandung 89,3 % bahan kering (BK), 13,9 % protein kasar dan 73,2 % TDN. 2 Dalam setiap kg bahan mengandung 6.800 mg Mg-sulfate, 5.000 mg Fe-sulfate, 10.000 mg Mn-sulfate, 1.000 mg Cu-sulfate, 2.000 mg Zn-sulfate dan 20 mg Naiodine; dan 2.000.000 IU vit. A, 400.000 IU vit. D dan 600 mg vit. E. 14 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Untuk pembiakan sapi potong, formula ransum berimbang disusun dengan pembatas kandungan protein kasar ± 12 %, TDN ≥ 68 % dan harga ≤ Rp. 2.000,- per Kg. Komposisi ransum murah untuk pembiakan sapi potong (betina) disajikan pada Tabel di bawah ini. Komposisi ransum murah untuk pembiakan sapi potong (betina)1 Bahan - Bungkil kopra - Ampas tahu - Dedak padi - Onggok kering - Gaplek cikalan - Tetes tebu/molases - Kulit buah kopi - Urea - Garam - Mineral-vitamin premix2

Jumlah (%) 19,74 15,64 15,63 14,89 14,41 10,82 7,38 0,90 0,45 0,13

1

Mengandung 89,3 % bahan kering (BK), 11,8 % protein kasar dan 70,4 % TDN. Dalam setiap kg bahan mengandung 6.800 mg Mg-sulfate, 5.000 mg Fe-sulfate, 10.000 mg Mnsulfate, 1.000 mg Cu-sulfate, 2.000 mg Zn-sulfate dan 20 mg Na-iodine; dan 2.000.000 IU vit. A, 400.000 IU vit. D dan 600 mg vit. E. 2

Hasil uji pemberian ransum formulasi pada sapi PO-silangan selama 112 hari disajikan pada berikut. Penampilan sapi PO-silangan yang diberi ransum komersial dan ransum hasil formulasi selama 112 hari Ransum Komersial Parameter Ransum Formulasi (Kontrol) a Berat Badan Awal (kg) 384,7 389,5a Konsumsi BK - kg/ekor/hari 15,42a 15,62a - g/kg BB0.75/hari 62,6a 64,8a PBBH (kg) - Rata-rata 0,85a 0,83a - Sebaran 0,66 - 1,03 0,57 - 1,06 a Feed Conversion Ratio (FCR) 6,40 5,63a Kecernaan (%) a a 72,6 73,2 - Bahan Organik a Superskrip yang sama pada satu baris menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,10).

15 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Hasil pengamatan Rasio S/C dan PKb-3 di Kelompok tani-ternak Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur. No.

Kelompok TaniTernak

1.

Dewi Ratih - I

2.

Dewi Ratih - II

Perlakuan Pakan (n)*

Rasio S/C

Positif Bunting (ekor)

Kontrol (12)

1,6

4 (66,7 %)

+ Konsentrat (12)

1,2

6 (100,0 %)

Kontrol (12)

1,8

3 (50,0 %)

+ Konsentrat (12)

1,4

5 (83,3 %)

*n = Jumlah ternak (ekor). Hasil pengamatan rasio S/C dan PKB-3 di dua kelompok tani-ternak, Desa Braja Harjosari (Tabel 5), menunjukkan bahwa pemberian konsentrat hasil formulasi memberikan pengaruh nyata terhadap rasio S/C yang menurun dan peningkatan

angka

kebuntingan

pada

pemeriksaan

pada

bulan

ketiga

kebuntingan (PKB-3). Rasio S/C < 1,5 dikategorikan baik dibanding rataan rasio S/C pada ternak rakyat yang dilaporkan pada Hadi (2005). Demikian juga, tingkat kebuntingan pada PKB-3 sebesar > 80 % adalah lebih tinggi dibandingkan rataan tingkat kebuntingan di Lampung. 

Paket teknologi budidaya lada spesifik lokasi Lokasi pengkajian berdasarkan koordinasi ke Dinas Tanaman Perkebunan

Kabupaten Lampung Timur yaitu di Desa Putra Aji Dua, Kecamatan Sukadana. Pengkajian ada tiga yaitu penanaman baru dan tanaman muda yang belum berbuah, dan pada tanaman lada yang sudah berproduksi yang berumur lebih dua tahun. Teknologi yang di perbaiki. Pengkajian I. Pengkajian penanaman baru dilakukan dengan memulai dari menanam lada dengan penerapan paket teknologi dengan pemanfaatan bahan tanaman sulur panjat, sulur cacing, dan sulur gantung dimulai dengan pembersihan lahan seluas 0,5 ha, penanaman gliricidia sebagai tiang panjat lada, melakukan pembibitan tanaman. Penanaman baru dilakukan bertahap semenjak mulai hujan pada awal Desember 2015. Pengkajian II. Pengkajian dimulai pada tanaman lada sudah berumur 9 bulan. Kegiatan lebih menekankan pada pengkajian penerapan paket teknologi usahatani lada 16 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

yang berbasis pada teknologi budidaya ramah lingkungan. Penerapan PTT lada yaitu paket teknologi budidaya ramah lingkungan mencakup: aplikasi mikroba hayati, aplikasi kompos/ pupuk organik, pemberian zeolit, pembuatan rorak dan penggunaan asap cair sebagai pestisida. Setelah satu bulan aplikasi penerapan teknologi PTT lada, terlihat pertumbuhan jumlah cabang lebih banyak dibanding teknologi cara petani (Gambar 1). Pengkajian III. Pengkajian dimulai pada tanaman lada yang sudah berumur lebih 2 tahun. Kegiatan lebih menekankan pada pengkajian penerapan paket teknologi usahatani lada yang berbasis pada teknologi budidaya ramah lingkungan. Penerapan paket teknologi budidaya ramah lingkungan mencakup: aplikasi mikroba hayati, aplikasi kompos/ pupuk organik, pemberian zeolit, pembuatan rorak dan penggunaan asap cair sebagai pestisida. Hasil pengamatan sebelum aplikasi, tanaman lada terserang penggerek batang (Lophobaris piperis) mencapai 17,65 – 38,93%. Setelah dua bulan kemudian, terlihat intensitas serangan penggerek batang lada rata-rata 13,48% pada tanaman yang menerapkan teknologi PTT, sedangkan pada tanaman lada dengan teknologi cara petani terserang penggerek batang lada dengan intensitas 23,78% (Gambar 2). 

Teknologi pengelolaan hara spesifik lokasi lahan suboptimal mendukung swasembada padi dan kedelai

1.

Kajian Efisiensi Pengelolaan Hara dan Penggunaan VUB Terhadap Hasil Padi di Lahan Rawa Pasang Surut Kegiatan menguji 2 (dua) paket teknologi, yaitu : (1) Introduksi Varietas

Unggul ( Inpara 2, Inpara 7, Inpari 10, dan varietas pembanding yaitu varietas yang sudah berkembang di lokasi kegiatan (Ciherang); dan (2) Perlakuan pembenah tanah. Aplikasi pembenah tanah terlihat meningkatkan pH tanah, dimana pemberian dolomit meningkatkan pH tanah lebih tinggi dibandingkan biochar. Misalnya pada lahan yang ditanami varietas Inpara 4, pemberian dolomit meningkatkan pH tanah 0,5 point (9,4 %) dibandingkan kontrol. Kadar C-Organik tanah termasuk rendah, dimana pada tanah tanpa perlakuan berkisar 1,09 – 1,12. Dengan perlakuan pembenah tanah terutama biochar meningkatkan kadar C-Organik tanah tetapi hanya sedikit (5,6 % pada Inpara 2 dan 11,9 % pada 17 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Inpari 10). Kapasitas tukar kation juga meningkat dengan aplikasi pembenah tanah, misalnya pada lnpara 2 dengan aplikasi dolomit meningkat dari 13,11 menjadi 16,09 (22,7 %) . Demikian juga kadar kation-kation yang dapat ditukar (K-dd, Na-dd, Ca-dd, dan Mg-dd) juga meningkat dengan perlakuan pembenah tanah tersebut. Pengaruh aplikasi pembenah tanah (dolomit dan biochar) pada beberapa varietas unggul padi dapat dilihat dalam Tabel berikut ini : Hasil analisis tanah setelah aplikasi pembenah tanah dolomit dan biochar pada beberapa varietas unggul padi No 1 2 3 4

5

6 7 8 9 10

Jenis Analisis H2O KCl % C-Organik % Nitrogen C/N Kemasa Al –dd man Dapat Ditukar H-dd (cmol/K g) KTK (cmol/Kg) K -dd (cmol/Kg) Na -dd (cmol/Kg) Ca -dd (cmol/Kg) Mg -dd (cmol/Kg) pH

Inpara 2 Non 5,34 4,52 1,12 0,09 12,44 0,11

Inpara 2 Dolomit 5,84 4,75 1,10 0,09 12,22 0,05

0,09

0,06

13,11 0,32

16,09 0,42

0,40

0,56

5,13

8,46

0,94

2,10

Perlakuan/Hasil analisis Inpara 2 Inpara Inpari Biochar 7 non 10 Non 5,71 5,24 5,45 4,59 4,46 4,41 1,18 1,12 1,09 0,11 0,11 0,08 10,72 13,62 0,06 0,11 0,17 0,11 0,08 0,06

Inpari 10 Dolomit 5,82 4,53 1,19 0,12 9,92 0,12 0,11

Inpari 10 Biochar 5,68 4,53 1,22 0,13 9,38 0,14 0,08

14,31 0,40 0,59

16,34 0,33 0,43

9,54 0,37 0,42

13,71 0,36 0,50

14,76 0,40 0,47

6,93

5,76

5,80

8,12

6,23

1,12

1,04

0,86

1,86

1,38

Pemberian pembenah tanah baik dolomit maupun biochar berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif pada ketiga varietas unggul yang diuji (Tabel 6). Pada varietas Inpara 2, pemberian dolomit meningkatkan jumlah anakan produktif 26 % dibandingkan kontrol. Pengaruh pemberian dolomit dan biochar terhadap hasil (produktivitas) beberapa varietas padi dapat dilihat dalam Tabel 7. Perlakuan dolomit dan biochar terlihat meningkatkan produktivitas padi dibandingkan kontrol, dimana hasil tertinggi diperoleh pada varietas Inpara 2 dengan perlakuan dolomit 1 t ha1

yaitu 6.83 t ha-1, bila dibandingkan hasil pada kontrol meningkat sekitar 20 %.

18 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Rata-rata produksi padi (ton/ha) pada perlakuan aplikasi pembenah tanah dolomit dan biochar pada beberapa varietas unggul padi Perlakuan Inpara 2

Inpara 7

Inpari 10

Ciherang

2.

I

II

III

Rata-rata

Non

6,0

5,8

5,4

5,73

Dolomit

7,2

6,9

6,4

6,83

Biochar

7,0

6,6

6,3

6,63

Non

5,1

5,3

5,6

5,20

Dolomit

5,5

5,6

5,7

5,60

Biochar

6,5

6

6,1

6,20

Non

6,4

5,3

6,2

5,96

Dolomit

6,8

5,7

6,8

6,43

Biochar

7,0

6,3

6,4

6,56

Non

5,9

5,3

5,4

5,53

Peningkatan Produktivitas Kedelai pada Lahan Rawa melalui Pengelolaan Hara spesifik lokasi Kadar N tanah petak perlakuan rata-rata rendah, status hara P sedang dan

status hara K tinggi di semua petak perlakuan. Tingginya K, menunjukkan bahwa tanah memang berstatus K tinggi, karena pada petak dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk K, status hara K juga tinggi. Rendahnya kadar hara N tanah menunjukkan bahwa untuk tumbuh dan menghasilkan dengan baik tanaman kedelai perlu tambahan pupuk N yang tinggi, apabila bakteri penambat N tidak berperan aktif. Kadar Hara N, P dan K pada setiap petak perlakuan. Perlakuan

Jenis Analisis

I

II

III

IV

Rata-rata

PK

Nitrogen (%)

0.09

0.08

0.11

0.11

0.10

P Tersedia (ppm)

27.51

26.90

28.52

28.32

27.81

P Potensial (mg P2OO5/100g)

28.66

26.22

30.48

30.69

29.01

K Potensial (mg K2O/100g)

47.25

47.72

49.94

43.04

46.99

Nitrogen (%)

0.11

0.12

0.10

0.11

0.11

P Tersedia (ppm)

22.44

23.25

19.19

21.42

21.58

P Potensial (mg P2OO5/100g)

28.05

24.19

26.42

26.63

26.32

K Potensial (mg K2O/100g)

48.03

43.95

50.93

48.90

47.95

Nitrogen (%)

0.09

0.10

0.10

0.10

0.10

P Tersedia (ppm)

29.13

29.74

30.55

30.35

29.94

P Potensial (mg P2OO5/100g)

26.83

28.05

33.32

34.74

30.74

K Potensial (mg K2O/100g)

45.60

43.88

44.44

44.84

44.69

Nitrogen (%)

0.11

0.12

0.13

0.10

0.12

P Tersedia (ppm)

32.17

29.74

32.17

31.37

31.36

P Potensial (mg P2OO5/100g)

34.74

29.87

30.07

36.37

32.76

K Potensial (mg K2O/100g)

52.26

47.87

53.74

46.05

49.98

NK

NP

NPK

19 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Konv

Nitrogen (%)

0.08

0.10

0.09

0.10

0.09

P Tersedia (ppm)

19.80

19.39

20.81

18.18

19.55

P Potensial (mg P2OO5/100g)

27.84

26.83

26.63

25.81

26.78

K Potensial (mg K2O/100g)

45.38

46.65

47.98

44.31

46.08

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan dengan metode petak omisi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Tanpa pemberian pupuk N pertumbuhan dan hasil kedelai menurun drastis. Semua parameter yang diamat nyata lebih rendah dibanding perlakuan tanpa P, K dan perlakuan pupuk lengkap NPK. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian N sangat penting untuk tanaman kedelai pada lahan rawa pasang surut di Rawa Sragi. Selain itu peran bakteri penambat N di dalam pupuk hayati yang diaplikasikan tidak efektif menambat N. Perlakuan tanpa pemberian pupuk P, jumlah polong per tanaman, bobot 100 biji dan hasil pipilan kering kedelai tidak berbeda dengan perlakuan yang dipupuk lengkap dengan NPK. Pemupukan NPK dengan dosis konvensional atau rekomendasi umum, hasilnya lebih rendah dibanding dengan dosis NPK. Hal ini menunjukkan bahwa dosis pupuk khususnya N masih perlu ditingkatkan dari rekomendasi umum.Tampaknya bakteri penambat N di dalam pupuk hayati yang digunakan tidak efektif untuk menambat N, mungkin disebabkan salinitas tanah yang tinggi seperti yang ditunjukkan oleh tingginya status Na tanah (Tabel 7). Perlakuan tanpa pemberian pupuk K, pertumbuhan dan hasil kedelai tidak berbeda nyata dengan yang dipupuk lengkap NPK. Hal ini disebabkan K dalam tanah sudah tinggi (K). dengan demikian penambahan pupuk K menjadi pertimbangan pada lahan rawa pasang surut Rawa Sragi. Pengaruh Petak Omisi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai di lahan sub optimal Rawa Sragi, Lampung Selatan. Varietas

Populasi

Tinggi Tan (cm)

Jum Cabang

Jum Polong dipanen

Bobot 100 biji (g) ka. 12%

Hasil (t/ha) k.a. 12%

PK

130,3 a

29,7 a

2,2 a

14,9 a

16,3 a

0,45 a

NK

141,1 a

36,4 b

2,4 b

20,2 b

17,8 b

0,70bc

NP

132,8 a

39,1 b

2,3 ab

20,5 b

17,6 ab

0,70 bc

NPK

138,9 a

42,7 c

2,7 c

21,8 b

18,1 b

0,80 c

Dosis Konv

130,2 a

37,3 b

2,3 ab

19,4 b

17,5 ab

0,54ab

20 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Respons hasil terhadap suatu pupuk (hara) adalah selisih hasil antara perlakuan yang dipupuk lengkap NPK dengan yang tidak dipupuk salah satu dari pupuk NPK tersebut. Misalnya respons hasil pupuk kedelai terhadap pupuk N adalah selisih hasil dari yang dipupuk NPK dengan yang hanya dipupuk PK (tanpa N). Demikian juga untuk respons hasil terhadap P dan K. Efisiensi Agronomi (EA) adalah besarnya peningkatan hasil per satu unit pupuk yang diaplikasikan (Casmann, et al. 1989; Dobermann, et al. 2002 dan Witt et al 2002). Berdasarkan data hasil petak omisi, diperoleh respons hasil kedelai dan efisiensi agronomi pupuk seperti pada table dibawah ini. Respons hasil dan Efisiensi Agronomi hara berdasarkan varietas kedelai Varietas

Respons Hasil (kg) N

P

Efisiensi Agronomi (kg/kg) K

N

P

K

Argomulyo

0.35

0.18

0.18

7.85

3.32

1.48

Anjasmoro

0.18

0.08

0.09

4.11

1.43

0.77

Grobogan

0.26

0.09

0.09

5.75

1.61

0.72

Hasil petak omisi menunjukkan bahwa respons hasil varietas kedelai terhadap pupuk tertinggi ditunjukkan oleh varietas Argomulyo, disusul Grobogan dan Anjasmoro. Sementara itu respons varietas terhadap pupuk N lebih tinggi dibanding pupuk P dan K pada semua varietas. Efisiensi agronomi pupuk mulai dari tertinggi adalah pupuk N disusul P dan K. Secara rata-rata dari tiga varietas, respons hasil kedelai terhadap pupuk mulai dari tertinggi adalah N, K dan P, sedangkan efisiensi agronomi adalah N, P dan K. Berdasarkan respons hasil dan efisiensi agronomi pupuk, dosis rekomendasi masing-masing pupuk ditentukan berdasarkan formula Casmann, et

al (1989). Hasil perhitungan diperoleh rekomendasi pupuk PHSL seperti pada Tabel berikut ini. Rekomendasi Pupuk berdasarkan pengelolaan hara spesifik lokasi lahan sub optimal pasang surut Rawa Sragi, Lampung. Respons hasil Efisiensi Agronomi Dosis Pupuk Pupuk (Hara) (ΔY) kg (kg/kg) kg/ha*) N 0.27 7 42.86 P 0.11 2 50.00 K 0.12 1 100.00

21 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

3.

Kajian Efisiensi Pemupukan untuk Tanaman Budidaya Jenuh Air di Lahan Rawa Lampung.

Kedelai

pada

Hasil analisis sifat kimia tanah sawah sebelum diperlakukan di lahan rawa pasang surut Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan Rata-rata

Hasil Analisis No

Jenis Analisis H2O KCl

1

pH

2 3

% C-Organik % Nitrogen P Potensial (mg P2O5/100gr) K Potensial (mg K2O/100gr) Al-dd Kemasaman Dapat ditukar (cmol/Kg) H-dd K-dd (cmol/Kg) Na-dd (cmol/Kg) Ca-dd (cmol/Kg) Mg-dd (cmol/Kg) KTK (cmol/Kg) % Kejenuhan Basa

4 5 6 7 8 9 10 11 12

Hasil analisis kimia tanah

Mungawin 0 – 20 cm 5,20 4,70 1,22 0,09

Suratno 0 – 20 cm 5.23 4.775 1,01 0,14

5,23 4,77 1.11 0.11

29,48

18,17

23.82

10,46 0,36 0,78 0,52 0,86 6,89 2,81 18,48 59,96

13,78 0.305 0.61 0,42 0,70 5,82 2,98 14,90 66,58

12.12 0,30 0,61 0.47 0.78 6.35 2.89 16.69 63.27

menunjukan reaksi tanah kategori masam

dengan kandungan kejenuhan basa (55-66%) relative tinggi, dan kation K-dd, Na-dd, dan Ca-dd juga relative tinggi. Sayangnya kandungan Al-dd juga menunjukan

kadar

yang

cukup

tinggi.

Sepertinya

kondisi

ini

dapat

membahayakan kedelai kalau tanah tidak diberi bahan pembenah seperti kapur. Karenanya salah satu perlakuan yang diaplikasikan untuk tanah sawah ini adalah penggunaan pembenah tanah yaitu kapur (dolomite). Tiga VUB kedelai yang ditanam yaitu Anjasmoro, Argomulyo dan Grobogan dipanen pada waktu yang berbeda. Varietas Grobogan dipanen lebih awal yaitu saat umur 76 HST. Varietas Argomulyo umur 86 hari dan Varietas Anjasmoro umur 90 HST.

Hasil biji kedelai secara rata-rata terlihat lebih

tinggi di dalam kelompok 2. Khusus Anjasmoro dan Argomulyo pada kelompok II di dalam petak utama budidaya jenuh air (B2), hasil biji bisa mencapai masingmasing 2684 kg/ha dan 2251 kg/ha. Kondisi jenuh air yang lebih terkontrol (hasil pemantauan lapang) karena kecepatan rembesan dan kehilangan air ke lapisan tanah bawah di dalam kelompok ini lebih rendah (petak berada dibagian tengah areal percobaan), membuat ketersediaan air untuk kedelai di petak utama ini 22 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

lebih terjamin yang berdampak terhadap hasil biji yang lebih tinggi, khususnya Anjasmoro dan Argomulyo (bold texs) masing-masing 2684 kg/ha dan 2251 kg/ha. Hasil ini mengindikasikan bahwa ketersediaan air sangat penting artinya dalam budidaya kedelai. Hasil biji kedelai (kg/ha) sebagai pengaruh dari varietas dan teknis budidaya dari masing-masing kelompok/ulangan penelitian Biji kedelai (kg/ha) pada Kelompok Managemen Cara petani (B1)

Jenuh Air (B2)

Rata-rata Varietas

Teknis Bududaya

1002.75

899.83

850.56

1312.75

883.75

915.25

502.25

1075.5

632

736.58

803.5

2684.5

1222.75

1570.25

Argomulyo

557.5

2251.5

924.75

1244.58

Grobogan

558

479

918

651.67

628.33

1,450.08

930.67

Varietas

I

II

III

799.5

897.25

Argomulyo

549.25

Grobogan

Anjasmoro

Anjasmoro

Rata-rata

1155.5

Interaksi antara teknis budidaya dan varietas kedelai yang ditanam juga berpengaruh nyata terhadap hasil biji kering kedelai. Hasil biji kedelai khususnya varietas Anjasmoro dan Argomulyo yang ditanam pada budidaya jenuh air (B2) didapatkan lebih tinggi dibanding yang ditanam dengan cara petani (B1). Hasil biji kedelai sebagai pengaruh dari interaksi factor perlakuan teknis budiaya dan varietas di lahan rawa pasang surut Lampung Selatan Biji kedelai (kg/ha) pada Teknis Budidaya Varietas Kedelai

Cara Petani (B1)

Budidaya Jenuh Air (B2)

Anjasmoro

899.83 a

1,570.25 a

Argomulyo

915.25 a

1,244.58 b

Grobogan

736.58 b

607.58

Pengaruh faktor perlakuan efisiensi pemupukan (P) terindikasi tidak berbeda nyata terjadap hasil biji kedelai. Demikian juga interaksinya dengan faktor varietas dan teknis budaya, juga tidak berbeda nyata. Hasil ini mengindikasikan bahwa dosis pupuk NPK yang biasa diaplikasikan petani dalam menanam kedelai di lahan rawa sesudah padi, masih dapat dikurangi sehingga lebih efisien. Seperti disajikan di dalam Tabel 16, dengan aplikasi pupuk 50% (P4) dari rekomendasi umum (100 kg Urea, 150 kg SP-36 dan 50 Kg KCl) dan 23 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

diberi tambahan pupuk hayati (Rhiphosant), hasil biji kedelai yang didapat secara rata-rata tidak berbeda nyata dengan perlakuan takaran pupuk sesuai rekomendasi umum. Pengaruh perlakuan efisiensi pemupukan terhadap hasil biji kedelai (kg/ha) di lahan rawa Lampung Selatan Cara Petani (B1)

Budidaya Jenuh Air (B2) Ratarata

V1

V2

V3

V1

V2

V3

P1

1,080.33

1,002.33

661.33

1,668.67

1,090.33

574.67

1,012.94

P2

1,001.33

885.33

934.33

1,429.67

1,235.00

590.67

1,012.72

P3

745.67

982.67

713.33

1,517.67

1,185.67

613.33

959.72

P4 772.00 790.67 637.33 1,665.00 1,467.33 651.67 Keterangan: V1 = Anjasmoro, V2 = Argomulyo, V3 = Grobogan P1 = Pemupukan cara petani P2 = NPK 100% rekomendasi umum + kapur + pupuk hayati (Rhiphosant) P3 = NPK 75% rekomendasi umum + kapur + pupuk hayati (Rhiphosant) P4 = NPK 50% rekomendasi umum + kapur + pupuk hayati (Rhiphosant)

997.33

Tinggi tanaman, jumlah polong dan bobot 100 butir (3) dari tiga (3) varietas kedelai yang diperlakukan dengan teknis budidaya berbeda (cara petani dan jenuh air) dan diberi 4 takaran pupuk berbeda, dapat diperhatikan Gambar 2. Secara rata-rata tinggi tanaman (cm) sebagai pengaruh dari factor perlakuan efisiensi pemupukan, untuk ketiga varietas cenderung menurun dengan adanya pengurangan takaran pupuk 25% (P3) dan 50% (P4) baik dibawah cara pengelolaan petani maupun jenuh air. Untuk jumlah polong, efek dari takaran pemupukan terlihat tidak begitu berpengaruh demikian juga dengan bobot 100 butir biji. Namun Jumlah polong pertanaman dan bobot 100 butir biji terlihat lebih tinggi untuk varietas Anjasmoro dan diikuti Argomulyo. Bobot 100 butir biji juga terindikasi lebih tinggi di bawah perlakuan budidaya jenuh air. 

Teknologi pasca panen kedelai Lingkup kegiatan mencakup 3 sub kegiatan yaitu 1). Kajian Teknologi

Penyimpanan Benih Kedelai di Provinsi Lampung, 2). Kajian Optimalisasi Diversifikasi Olahan Kedelai menjadi Beberapa Produk Olahan di Provinsi Lampung dan 3). Kajian Pemanfaatan Limbah Pengolahan Biji Kedelai Terhadap Performans Kambing di Provinsi Lampung.

24 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

1.

Kajian Teknologi Penyimpanan Benih Kedelai yang Sesuai untuk Provinsi Lampung

Hasil pengamatan kadar air menunjukkan bahwa, kadar air benih kedelai selama penyimpanan mengalami kenaikan dan penurunan yang dipengaruhi suhu dan kelembaban di ruang penyimpanan. Hasil pengukuran rata-rata suhu dan kelembaban ruang penyimpanan selama kegiatan pengkajian dilaksanakan (6 bulan) menunjukkan kisaran suhu 25,5oC- 32,4oC dan kisaran kelembaban relatif 52-84. Interval perubahan kadar air kedelai selama penyimpanan (%) Varietas Kedelai Jenis Kemasan Grobogan Burangrang Anjasmoro Jerigen Hitam (A) 5,88 4,12 23,73

Argomulyo 20,62

Jerigen Putih (B)

4,17

4,06

24,32

22,13

Plastik (C)

3,83

3,83

21,42

17,12

Karung (D)

20

21,95

25,98

24,20

4,89

5,34

20,59

13,33

Plastik + karung (E)

Dari data kadar air benih yang tertera dalam Tabel 2, menunjukkan bahwa benih kedelai yang dikemas dengan karung plastik (D) mempunyai interval perubahan kadar air yang paling tinggi, dan benih kedelai yang dikemas dengan plastic (C) dan plastik +karung (E) mempunyai interval perubahan kadar air yang paling rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, untuk semua varietas kedelai yang digunakan. Interval perubahan kadar air kedelai varietas Anjasmoro dan Argomulyo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Grobogan dan Burangrang. Diduga hal ini disebabkan karena kedelai varietas Anjasmoro dan Argomulyo mempunyai biji yang lebih kecil dibandingkan dengan kedelai varietas Grobogan dan Burangrang; biji yang kecil menyebabkan luas permukaan yang lebih lebar, sehingga penyerapan air dari lingkungan sekitarnya juga menjadi lebih tinggi. Kadar air benih sangat dipengaruhi oleh jenis kemasan, kondisi suhu dan kelembaban relatif ruang tempat penyimpanan benih, karena sifat benih yang higroskopis dan selalu ingin mencapai keseimbangan dengan kondisi lingkungan. Semakin tinggi kadar air benih semakin tinggi pula laju deteriorasi benih (Kuswanto, 2003). Hal ini juga dilaporkan oleh Justice dan Bass (2002), kadar air 25 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air. Hasil

pengamatan

berat

100

butir

kedelai

selama

penyimpanan

menunjukkan bahwa, berat 100 butir kedelai mengalami kenaikan dan penurunan sesuai dengan perubahan kadar air benih dan suhu ruang penyimpanan. Interval perubahan berat 100 butir kedelai selama penyimpanan (g) Varietas Kedelai Jenis Kemasan Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo Jerigen Hitam (A) 11,80 10,28 6,18 5,65 Jerigen Putih (B)

7,48

9,82

5,28

5,47

Plastik (C)

6,42

5,76

4,98

5,59

Karung (D)

13,97

12,00

6,93

9,20

Plastik + karung (E)

5,13

5,59

4,18

5,39

Hasil pengamatan terhadap interval perubahan berat 100 butir kedelai menunjukkan

bahwa

jenis

kemasan

karung

(D),

menghasilkan

interval

perubahan berat 100 butir kedelai tertinggi dan jenis kemasan plastik +karung (E), menghasilkan interval perubahan berat 100 butir kedelai terendah untuk 4 varietas kedelai yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa kemasan plastik +karung dapat mempertahankan mutu benih kedelai lebih baik dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya. Hasil pengamatan daya hantar listri (DHL) menunjukkan bahwa, nilai DHL benih kedelai cenderung meningkat selama penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa kebocoran benih kedelai semakin meningkat selama penyimpanan, akibatnya vigor dan daya kecambah benih menurun. Interval perubahan daya hantar listrik (DHL) kedelai selama penyimpanan (µs) Varietas Kedelai Jenis Kemasan Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo Jerigen Hitam (A) 22,93 22,63 20,97 23,67 Jerigen Putih (B)

23,28

18,12

17,83

19,57

Plastik (C)

20,53

17,01

15,21

11,81

Karung (D)

25,53

25,00

35,09

25,62

Plastik + karung (E)

23,99

22,44

25,64

27,05

26 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Hasil

pengamatan

terhadap

interval

daya

hantar

listrik

(DHL)

menunjukkan bahwa jenis kemasan plastik (C), menghasilkan interval perubahan berat 100 butir kedelai terendah dan jenis kemasan karung (D), menghasilkan interval perubahan DHL tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kemasan plastik dapat menekan tingkat kebocoran benih kedelai yang lebih baik dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya. Hasil pengamatan daya kecambah (Tabel 4a) menunjukkan bahwa, daya kecambah benih kedelai cenderung menurun selama penyimpanan. Interval perubahan daya kecambah kedelai selama penyimpanan (%) Varietas Kedelai Jenis Kemasan Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo Jerigen Hitam (A) 29,56 23,37 20,28 6,49 Jerigen Putih (B)

24,05

16,20

21,10

16,15

Plastik (C)

8,23

15,52

15,19

10,07

Karung (D)

50,53

27,25

25,25

43,10

Plastik + karung (E)

16,16

15,41

24,82

10,21

Hasil pengamatan terhadap interval daya kecambah menunjukkan bahwa jenis kemasan plastik (C), menghasilkan interval perubahan daya kecambah kedelai terendah dan jenis kemasan karung (D), menghasilkan interval perubahan daya kecambah tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kemasan plastik dapat menekan laju penurunan daya kecambah benih kedelai yang lebih baik dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya. Hasil pengamatan berat kecambah kering kecambah kering cenderung menurun

menunjukkan bahwa,

selama penyimpanan.

Berat kering

kecambah mencerminkan vigor kecambah dan vigor benih. Dalam hal ini dihubungkan

dengan

kekuatan

kecambah,

yakni

kemampuan

benih

menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi yang tidak menguntungkan. Sewaktu benih ditanam, bila vigor benih menurun maka kecepatan

berkecambah

menjadi

rendah

dan

berat

kering

benih

saat

dikecambahkan menjadi rendah, yang nantinya akan menghasilkan biji yang rendah (Justice dan Bass,2002).

27 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Interval perubahan berat kecambah kering selama penyimpanan (g) Varietas Kedelai Jenis Kemasan Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo Jerigen Hitam (A) 39,08 28,88 33,12 27,99 Jerigen Putih (B)

29,89

30,33

37,70

32,52

Plastik (C)

25,66

23,61

32,65

30,97

Karung (D)

28,53

24,63

38,93

31,43

Plastik + karung (E)

27,11

26,57

37,74

28,11

Hasil analisis proksimat benih kedelai sebelum dan sesudah penyimpanan disajikan dalam Tabel berikut. Hasil analisis proksimat benih kedelai sebelum penyimpanan (0 bulan) Air Abu Protein Lemak Serat Karbohidrat No. Varietas kasar (%) 1.

Argomulyo

6,4476

5,3492

19,2130

6,7297

11,2272

51,0333

2.

Anjasmoro

8,2931

4,7858

25,0297

8,6388

10,0124

43,2401

3.

Burangrang

7,5706

5,1347

26,7729

7,4778

9,1955

43,8486

4.

Grobogan

6,7844

5,0376

19,9692

8,2502

10,7234

49,2351

Hasil analisis proksimat kedelai setelah penyimpanan (6 bulan) Air Abu Protein Lemak Serat kasar No. Varietas (%)

Karbohidrat

1.

Argomulyo

8,2768

5,0192

28,3550

6,8108

17,7596

33,7787

2.

Anjasmoro

8,8280

4,6749

26,6787

7,2433

17,4710

35,1040

3.

Burangrang

8,2541

5,0939

29,3407

7,5998

15,6098

34,1016

4.

Grobogan

7,7289

5,0095

28,6111

9,1812

16,0053

33,4640

Hasil analisis proksimat benih kedelai sebelum dan sesudah penyimpanan menunjukkan terjadi peningkatan kadar air, peningkatan kadar protein, peningkatan kadar serat kasar, dan penurunan kadar karbohidrat. Sementara kadar abu dan kadar lemak tidak mengalami perubahan yang berarti. 2.

Kajian Optimalisasi Diversifikasi Olahan Kedelai di Provinsi Lampung Protein biji kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan susu dari

kelima varietas yang diuji berkisar antara 29,815 - 35,730 % tertinggi pada 28 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

varietas Gepak Kuning. Kandungan lemak berkisar antara 9,753 - 12,949 % dan tertinggi yaitu varietas Argomulyo. Sedangkan kandungan karbohidrat berkisar antara 30,882 - 34,917%, tertinggi varietas Grobogan. a.

Pembuatan Tahu Pembuatan tahu dilakukan oleh pengrajin tahu sebanyak 4 orang. Hal

yang 2 pengrajin melakukan pemasakan secara steam sedangkan 2 pengrajin lainnya dengan cara perebusan biasa. Hasil analisis fisikokimia diketahui bahwa bagi pengrajin varietas bukan masalah kunci dalam memproses kedelai menjadi tahu, tapi cara mengolah yang membuat pengrajin mendapatkan karakter tertentu dari tahu tersebut. Tekstur tahu yang dihasilkan pengrajin 1 dan 2 lebih baik dibandingkan dengan pengrajin 3 dan 4. Dan elastisitas tahu yang dihasilkan oleh pengrajin 1 dan 2 lebih elastis dan

berbeda nyata dengan yang dihasilkan pengrajin 3 dan

4.

Dari hasil

analisis rendemen, pengrajin 2 menghasilkan rendemen tertinggi dibanding dengan yang lain. Dari hasil analisis sidik ragam, varietas yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan tahu tidak menunjukkan perbedaan sifat fisikokimia antar varietas,

sedangkan

antara

pengrajin

memperlihatkan

perbedaan

sifat

fisikokimianya. Dari hasil uji lanjut DMRT 5% , diketahui bahwa kadar protein yang dihasilkan oleh pengrajin 1 dan 2 berbeda nyata dengan kadar protein yang dihasilkan oleh pengrajin 3 dan 4 yaitu lebih tinggi. Uji penentuan warna dilakukan dengan menggunakan alat Chromameter

Minolta. Hal yang diamati pada pengamatan warna adalah tingkat kecerahan (L*), kecenderungan warna merah-hijau (a*), dan kecenderungan warna kuningbiru (b*). Nilai L* yang semakin besar menunjukkan tingkat yang semakin cerah atau menuju putih ,nilai a* (-) semakin hijau, nilai a* (+) semakin merah, nilai b*(-) semakin biru, nilai b* (+) semakin kuning. Analisis Warna Tahu berbahan Baku Beberapa Varietas Kedelai Pengrajin 1

2

Varietas Gepak Kuning

L* 90,644

a* 2,69

b* 12,176

Import

89,748

2,351

11,39

Anjasmoro

91,707

0,98

13,808

Argomulyo

90,986

2,222

10,523

Grobogan

91,658

0,812

16,472

Gepak Kuning

92,922

-0,169

12,43

29 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

3

4

Import

90,439

1,444

13,621

Anjasmoro

91,74

0,273

14,113

Argomulyo

91,168

1,434

12,497

Grobogan

91,718

-0,17

17,531

Gepak Kuning

91,842

0,076

11,911

Import

90,26

1,419

12,506

Anjasmoro

89,87

0,674

13,509

Argomulyo

91,017

0,458

13,68

Grobogan

90,792

0,106

17,324

Gepak Kuning

87,77

1,378

14,972

Import

87,037

3,454

12,533

Anjasmoro

89,138

0,957

14,782

Argomulyo

89,556

1,06

14,464

Grobogan

90,074

1,101

16,422

Hasil analisis warna tahu ditampilkan pada Tabel 11. Pada Pengrajin 1 nilai L* tertinggi adalah tahu dari varietas Anjasmoro, Pengrajin 2 dan 3

tahu

dari varietas Gepak Kuning dan Pengrajin 4 adalah tahu dari varietas Grobogan. Hal ini menunjukkan tingkat kecerahan tahu dari beberapa varietas tersebut. Nilai L* semakin besar maka tingkat kecerahan semakin tinggi. Sedangkan nilai a* berkisar antara - 0, 169 (tahu dari varietas Gepak Kuning pada P2) sampai 3,454 (tahu dari varietas Import pada P4).

Nilai b* yang dihasilkan berkisar

antara 10, 523 (tahu dari varietas Argomulyo pada P2) sampai 16, 472 (tahu dari varietas Grobogan pada P1). Analisis sidik ragam dan uji lanjut DMRT 5%, untuk tahu mentah terdapat interaksi perbedaan kesukaan antara warna,aroma dan penampilan. Kesukaan panelis terhadap warna aroma dan penampilan disebabkan oleh interaksi antara pengrajin dan varietas. Dari hasil uji lanjut DMRT 5%, nilai organoleptik terhadap warna terbaik ditunjukkan oleh P1V1, P1V3, P2V4 dan P4V4, terhadap aroma dan penampilan adalah P1V3. P1V3 merupakan kombinasi antara Pengrajin 1 dengan Varietas Anjasmoro.

Secara keseluruhan Varietas Anjasmoro memberikan nilai terbaik

terhadap rasa, warna dan penampilan tahu mentah. Dan dari aspek organoleptik ditemukan bahwa

Pengrajin 1

dan Pengrajin 2 menghasilkan tahu mentah

dengan tingkat kesukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut DMRT 5%, untuk tahu matang terdapat interaksi perbedaan kesukaan antara warna. Dari hasil analisis uji lanjut 30 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

DMRT 5%, dari aspek varietas, Anjasmoro menunjukkan nilai terbaik terhadap warna, aroma, rasa, tekstur dan penampilan tahu matang diikuti oleh varietas Gepak Kuning. b.

Susu Kedelai Kadar air susu kedelai tertinggi adalah dengan varietas Gepak Kuning dan

Anjasmoro, sedangkan terendah Argomulyo.

Cara pengolahan berpengaruh

karena adanya proses perendaman pada proses pembuatan tahu yang mengakibatkan meningkatnya kadar air susu kedelai. Kadar air susu kedelai diperoleh berkisar anatara 94,303 - 94,314 %. Rata-rata kadar air susu kedelai yang diolah dengan cara basah berkisar antara 91,1-94,0%, sedangkan yang diolah dengan cara kering berkisar antara 88,7-91,2% (Ginting dan Antarlina, 2002). Nilai viskositas tertinggi ditunjukkan oleh susu kedelai dari varietas Gepak Kuning, diikuti dengan susu kedelai dari varietas Grobogan, Argomulyo, Anjasmoro dan Import yang diolah dengan cara yang sama, namun Perbedaan nilai viskositas disebabkan oleh perbedaan TPT susu kedelai yang dipengaruhi oleh

kadar

karbohidrat

dan

proteinnya

yang

bervariasi

antar

varietas

(Kusbiantoro 1993). Selain itu, hilangnya sebagian padatan terlarut pada cara pengolahan basah menghasilkan susu kedelai yang nilai viskositasnya lebih rendah dibandingkan dengan cara kering. Nilai viskositas susu kedelai dari semua perlakuan relatif dapat diterima karena kadar proteinnya hanya berkisar antara 2,788 - 3,259%. Nilai protein

susu kedelai yang dihasilkan dari varietas

Anjasmoro tertinggi dibandingkan dari varietas lainnya, disusul oleh Argomulyo, Grobogan, Gepak Kuning dan Import.

Kadar lemak berkisar antara

2,010 -

2,375%, karbohidrat 0,156 - 1,034 %dan abu 0,276 - 0,329%. Terlihat bahwa nilai L* dari susu kedelai dari lima varietas berkisar antara 73,283 – 74,943, nilai a* -2,447 sampai -2,820 dan nilai b* antara 6,723 – 10,210. Dari nilai L* disimpulkan bahwa semua varietas mempunyai warna yang tidak berbeda sedangkan nilai b* tertinggi adalah susu kedelai dari varietas Grobogan dan terendah varietas Gepak Kuning.

31 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Analisis Warna Susu Kedelai Varietas

L*

a*

b*

Gepak Kuning

74,537

-2,820

6,723

Import

74,78

-2,447

8,557

Anjasmoro

74,773

-2,777

7,917

Argomulyo

73,283

-2,713

8,427

Grobogan

74,943

-2,720

10,210

Berdasarkan analisis lanjut dengan DMRT 5%, maka ternyata varietas tidak memperlihatkan perbedaan terhadap kriteria aroma, rasa dan penampilan, sedangkan untuk warna terdapat perbedaan dari susu yang dihasilkan. Hal ini ditunjukkan pada nilai F pada tabel analisis sidik ragam.

Ini lebih menunjukkan

bahwa susu kedelai berbahan baku beberapa varietas tersebut dapat diterima oleh panelis, sedangkan varietas, dan warna

kriteria

warna memperlihatkan berbedaan antara

yang paling disukai adalah susu kedelai dari varietas

Anjasmoro. 3.

Kajian Pemanfaatan Limbah Pengolahan Biji Kedelai Terhadap Performans Kambing di Provinsi Lampung Kebiasaan Peternak di Kelompok Tani memberikan pakan berupa hijauan,

limbah kulit singkong, ditambah konsentrat.

Pembuatan tempe menghasilkan

banyak limbah baik yang berupa llimbah cair ataupun limbah padat. Limbah padat berupa kulit ari kedelai dan kedelai busuk, yang dapat dijadikan pakan sumber energi dan protein. Limbah cair berasal dari air bekas cucian, perendaman dan perebusan masih dapat digunakan sebagai campuran pakan ternak. Pembuatan kulit ari kedelai fermentasi akan dilakukan di Kelompok Tani Tunas Jaya, Kelurahan Sumber Rejo Sejahtera Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung. Kulit ari kacang kedelai diperoleh dari industri pembuatan tempe dan tahu

di Gunung Sulah, Kecamatan Way Halim, Bandar Lampung (dan

sekitarnya).

Limbah kulit ari biji kedelai yang dikumpulkan berasal dari 10

pengrajin industri tempe.Terlihat bahwa protein dari limbah kulit ari biji kedelai yang di fermentasi lebih besar (8,40 %) dibandingkan dengan hasil analisa protein dari limbah kulit ari non fermentasi (7,59 %).

32 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Kandungan nutrien pakan limbah kulit ari biji kedelaii non fermentasi, fermentasi, konsentrat dan rumput lapang* No Jenis Air Abu Protein Lemak Serat Karbohidrat bahan

Kasar

pakan

(%)

1

FK

24.99

1.79

8.40

1.01

36.34

27.44

2. 3.

NF Kt

21.06 8.60

1.78 10.00

7.59 9.39

0.81 5.17

38.60 28.00

30.13 38.81

4.

RL

11.64

14.30

9.56

2.09

26.11

36.25

sudah

dianalisa

Analisa

proksimat

masing-masing

perlakuan

Laboratorium Politeknik Negeri Lampung. kambing

dengan

perlakuan

di

Data hasil penimbangan ternak

pemberian limbah kulit ari biji kedelai non

fermentasi , dan pemberian limbah kulit ari biji kedelai non fermentasi terlihat pada Tabel berikut : Data pertambahan berat badan ternak ternak kambing yang diberi perlakuan Limbah kulit ari biji kedelai Parameter Perlakuan P0 Berat badan awal 13,73

P1

P2

P3

P4

16,6

11,15

8,9

11,9

17,45

14,00

10,75

14,55

0,85

2,85

1,85

2,65

(kg) Berat badan akhir 16,73 (kg) Pertambahan berat 3,00 badan (kg) Pakan yang diberikan pada ternak kambing untuk masing2 perlakuan adalah sama yaitu 6 kg/ekor/hari. Untuk Perlakuan (P0) pemberian pakan pada pagi hari sebanyak 3 kg/ekor/hari, dan pada siang hari sebanyak 3 kg/ekor/hari sisa pakan

0,5 kg/ekor/hari, Perlakuan (P1) pakan yang diberikan pagi 2

kg/ekor/hari, sedangkan siang hari pakan yang diberikan 4 kg/ekor/hari dengan sisa pakan o,5 kg, perlakuan (P2) pakan yang diberikan pagi sebanyak 2 kg/ekor/hari dan siang hari 4 kg/ekor/hari,

Perlakuan (P3) untuk pag pakan

yang diberikan sebanyak 2 kg dan siang hari 4 kg/ekor/hari, dan perlakuan (P4) 33 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

pakan yang diberikan pagi hari 2 kg/ekor/hari dan siang 4 kg/ekor/hari dengan sisa pakan terlihat pada Tabel berikut ini. Jumlah pakan dan sisa pakan limbah kulit ari biji kedelai non fermentasi, fermentasi, dan rumput/hijauan yang diberikan pada ternak kambing. Jenis Pakan

Jumlah Pakan (kg) Pagi

Siang

Sisa

3

3

0,5

2

4

0,5

2

4

1,5

2

4

0

2

4

1,3

P0 = 100% rumput/hijauan (ransum basal/kontrol) P1 = 70% rumput/hijauan + 30% kulit ari kedelai non fermentasi P2 = 70% rumput/hijauan + 10% konsentrat + 20% kulit ari kedelai non fermentasi P3 = 70% rumput/hijauan + 30% kulit ari kedelai fermentasi P4 = 70% rumput/hijauan + 10% konsentrat + 20% kulit ari kedelai fermentasi Dari perlakuan pemberian pakan limbah kulit ari biji kedelai non fermetasi dan fermentasi terlihat bahwa perlakuan P0 = 100% rumput/hijauan (ransum basal/kontrol) dengan berat awal 13,73 kg meningkat menjadi 16,73 kg, dengan pertambahan berat badan 3,00 kg lebih besar bila dibandingkan dengan perlakuan (P2 dan P4). Hasil analisa proksimat yang dilakukan di Laboratorium Politeknik Negeri Lampung terlihat limbah kulit ari biji kedelai yang di fermentasi protein nya lebih tinggi yaitu : 8,40 dari limbah kulit ari biji kedelai yang non fermentasi 7,59. Sedangkan hasil analisa terlihat karbohidrat limbah kulit ari biji kedelai yang difermentasi lebih rendah (27,44 %) dibandingkan dengan limbah kulit ari biji kedelai non fermentasi ( 30,13 %), sedangkan serat kasar kulit ari yang difermentasi lebih rendah (36,34) dibandingkan dengan serat kasar limbah kulit ari non fermentasi (38,60). Hasil analisa proksimat masing-masing perlakuan sudah dianalisa.

34 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015



Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG) Pelaksanaan kegiatan selama tahun 2015 lebih kepada pemeliharaan

tanaman koleksi yang secara rutin dilakukan di KP Percobaan BPTP di Natar. Beberapa kegiatan secara kronologis diuraikan seperti di bawah ini. 1. Pertemuan Konsolidasi dan Sosialisasi Kegiatan SDG serta Rapat Kerja Sinergi Program Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi

dan SDG Lingkup

Balitbangtan TA 2015. di Blitkabi Malang (Kegiatan SDG), kegiatan dilaksanakan di Malang 15-18 Februari 2015. Secara keseluruhan hasil pertemuan seperti hasil rumusan berikut: Poin-poin penting dari sidang kelompok Konsorsium SDG Lokal dan Dokumentasi SDG adalah sebagai berikut: a. Pembagian tugas pengelolaan SDG lokal harus dipertegas sesuai tusi masing-masing unit kerja. . b. Pada tahun 2015, kegiatan pengelolaan SDG oleh BPTP/LPTP akan difokuskan

pada

kegiatan

karakterisasi,

evaluasi,

koleksi,

dan

dokumentasi SDG serta penguatan kelembagaan pengelolaan SDG. c. Untuk dapat melaksanakan kegiatan karakterisasi tanaman tahunan hasil eksplorasi, setiap BPTP pada tahun 2015 diwajibkan mengklon SDG lokal sebanyak 10 klon per aksesi untuk ditanaman di Kebun Percobaan lingkup Puslitbanghorti sebanyak 5 klon, disimpan di kebun koleksi BPTP 2 klon dan di petani pemilik pohon induk 3 klon, sehingga diharapkan tahun 2020, kegiatan karakterisasi SDG lokal bisa dilakukan. d. Terkait peta inventori SDG lokal yang bersifat interaktif, Balitbangtan perlu membuat rambu-rambu yang jelas untuk memastikan data-data yang hanya bisa diakses terbatas dan yang bersifat umum bagi melindungi SDG lokal dari kegiatan-kegiatan biopiracy. e. Pada tahun 2016 BPTP/LPTP menargetkan pembuatan buku SDG lokal komoditas durian, mangga, manggis, pisang, dan jeruk. Penulisan buku ini diharapkan dapat melibatkan komunitas pengelola SDG yang sudah ada. f. Untuk SDG lokal biji-bijian, setiap BPTP harus menyediakan benih SDG yang sebagian dapat disimpan sebagai stock collection di bank gen Balitbangtan dan sebagai working collection di BPTP untuk kegiatan 35 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

karakterisasi dan evaluasi pada tahun 2016. Benih juga dapat digunakan mendukung program KRPL sehingga ke depannya dapat terbentuk KRPL dengan muatan SDG lokal spesifik masing-masing wilayah.

2.

Melaksanakan Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan SDG BPTP Lampung TA 2015 di KP. Natar. Dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan kegiatan Pengelolaan SDG TA

2015 yang dalam operasionalnya lebih diarahkan kepada karakterisasi dan pengelolaan tanaman koleksi. Maka perlu penataan lebih lanjut semua koleksi yang suda ada di KP. Natar terutama tanaman pangan lokal dalam hal ini umbiumbi serta tanaman buah. Diharapkan dalam perlaksaanaan TA 2015 ini koleksi yang sudah ada dapat terpelihara dengan baik serta tertata sesuai dengan estetika kebun koleksi SDG.

3. Melaksanakan Survei dan Karakterisasi Padi spesifik Lokasi, Kegiatan Pengelolaan SDG Salah satu hasil yang daat dilaporkan pada kesempatan ini adalah hasi ltinjauan lapang keberadaan padi lokal padi Ampai di Kabupaten Mesuji. Peninjauan dilakukan di Desa Sungai Dadap, Kecamatan Mesuji, Kabupaten Mesuji dengan komoditas tanaman Padi Ampai. Tanaman ini sudah ditanam sejak Tahun 1920-an, dan masih dikembangkan sampai sekarang secara turun temurun. Keunggulan padi Ampai adalah produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit. Hanya saja umurnya panjang 5-6 bulan dan ditanam dirawa air dalam. Dalam peninjauan lapang untuk musim ini akan dipanen dalam minggu kedua atau ketiga bulan April.

4. Evaluasi pelaksanaan kebun koleksi SDG pangan dan buah, Kegiatan Pengelolaan SDG. Salah satu upaya yang dilakukan dalam pengelolaan SDG adalah membuat kebun koleksi sebagai plasma nutfah. Beberapa tanaman koleksi yang sudah ditanam adalah tanaman pangan lokal berupa umbi-umbian seperti ganyong, beberapa jenis ubi jalar, singkong dan talas. Sehubungan dengan adanya kegiatan Agro Since Park dilakukan pemindahan lokasi penanaman menjadi sati blok dengan tanaman buah-buahan.

5. Evaluasi pelaksanaan kebun koleksi SDG pangan dan buah, Kegiatan Pengelolaan SDG. 36 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Salah satu upaya yang dilakukan dalam pengelolaan SDG adalah membuat kebun koleksi sebagai plasma nutfah. Beberapa tanaman koleksi yang sudah ditanam adalah tanaman pangan lokal berupa umbi-umbian seperti ganyong, beberapa jenis ubi jalar, singkong dan talas. Sehubungan dengan adanya kegiatan Agro Since Park dilakukan pemindahan lokasi penanaman menjadi sati blok dengan tanaman buah-buahan. 

AEZ-II Agroekologi

wilayah

Kabupaten

Tanggamus

didominasi

oleh

lahan

bergelombang, berbukit sampai bergunung. Dari luasan 282.830 ha lahan yang dapat direkomendasikan untuk pengembangan komoditas pangan hanya sekitar 18%. Hamparan yang direkomendasikan untuk pertanian system wanatani sekitar 12% dan yang lebih luas yaitu sekitar 34% direkoemdasikan untuk pengembangan tanaman tahunan (industry). Tanaman industry yang sesuai dengan agroekologi daerah Kabupaten Tanggamus adalah kopi. Namun dari hasil identifikasi sifat agroekologi, pengembangan

tanaman

pala

sebagai

sumber

minyak

atsiri

perlu

dipertimbangkan. Hasil biji dan analisis mutu minyak atsiri dari pala produksi wilayah Tanggamus memperlihat produksi dan mutu biji yang cukup, karena berpotensi dikembangkan. Sifat agroekologi sebagai faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang perlu dicarikan teknologi solusinya untuk optimasi produksi tanaman adalah reaksi tanah masam, kelembaban tinggi dan potensi bahaya erosi besar. Wilayah Lampung Utara mempunyai landform yang relative seragam. Sekitarsekitar 56% dari luasan lahan 337.900 ha direkomendasikan untuk pengembangan tanaman pangan, sekitar 22% direkomendasikan untuk system wanatani dan untuk tanaman tahunan hanya sekitar 7%. Lahan

relative

datar

yang

lebih

luas,

sangat

berpotensi

untuk

pengembangan tanaman pangan terutama lahan kering. Namun lahan kering di daerah ini sifat tanah sangat eksesif masam, C organic rendah, KTK rendah dan kejenuhan Al tinggi. Untuk optimasi produksi tanaman pangan perlu pembenah tanah yang dapat memperbaiki factor pembatas pertumbuhan tanaman tersebut. Luasan

penanaman

ubikayu

yang

terus

bertambah

tidak

hanya

membahayakan eksistensi Kabupaten Lampung Utara sebagai sentra produksi 37 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

lada hitam tetapi juga mengancam terjadinya degradasi lahan yang semakin luas. Dari hasil survey terindikasi cara budidaya ubikayu di daerah tersebut kategori rendah input. Sementara ubikayu cenderung ke serapan hara tinggi. Keberlanjutan

usahatani

lada

hitam

di

Lampung

juga

semakin

memprihatinkan. Perbaikan produktivitas melalui penggunaan pupuk baik anorganik maupun organic telah dicoba oleh sebagian petani lada. Namun respon/efektivitas penggunaan pupuk tanaman lada masih rendah. pH tanah zona perakaran yang eksesif masam (pH < 4,5) dan KTK sangat rendah sangat mengurangi efektivitas pemupukan P dan juga K, Ca dan Mg. Apalagi cara pemberian pupuk hanya disebar dipermukaan tanah. Untuk hal itu perlu inovasi cara penggunaan bahan pembenah tanah seperti kapur dan bahan organik yang lebih baik sehingga menyentuh area zona perakaran (0-20 cm). Dampaknya diharapkan tidak hanya untuk perbaikan sifat kimia tetapi juga sifat fisika tanah seperti porositas/aerasi tanah, struktur tanah, dan daya jerap air tanah. 

Teknologi budidaya bawang merah spesifik lokasi

Rakitan Teknologi Budidaya Bawang Merah di Lampung Teknologi Komponen Teknologi Cara Petani Perbaikan Varietas Varietas yang Varietas yang dipakai petani dipakai petani Varietas Balitsa Varietas Balitsa Jarak Tanam Jarak tanam di 20 x 15 cm petani Pemupukan: Pemupukan 100 kg/ha Urea+100 kg/ha cara petani SP-36 +100 kg/ha KCl+100 kg/ha NPK, 150 kg/ha ZA, 5 ton/ha pukan sapi/2 ton/ha pukan ayam

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian cara petani

Pengendalian OPT dengan sistem PHT, perangkap kuning berperekat

Rekomendasi Varietas yang dipakai petani Varietas Balitsa 20 x 15 cm 150 kg/ha Urea+150 kg/ha SP-36 +100 kg/ha NPK, 400 kg/ha ZA, 150 kg KCl/ha, 15 ton/ha pukan sapi/6 ton/ha pukan ayam, dolomit 500 kg/ha, pupuk hayati melalui bibit Pengendalian OPT dengan sistem PHT, perlakuan pd benih, perangkap kuning berperekat, feromon-exi

Parameter yang diamati adalah, komponen pertumbuhan (tinggi tanaman jumlah daun dan jumlah anakan). Komponen hasil (Jumlah umbi/tanaman, bobot umbi basah, bobot umbi kering dan produksi total), serangan hama penyakit. 38 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Sampel tanaman setiap perlakuan diambil 5 ulangan dan 15 tanaman setiap ulangan untuk pengamatan pertumbuhan dan serangan hama dan penyakit. Analisa data menggunakan sidik ragam dengan uji lanjut Duncan pada taraf 5 %. beririgasi. Pada pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah umur 43 hari didapatkan hasil seperti pada tabel di bawah ini. Data Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Anakan/rumpun dan Jumlah daun/rumpun Bawang Merah di Kabupaten tanggamus Jumlah Tinggi Jumlah Daun/rumpun Anakan/rumpun Cm AV1 38,36 c 8,56 a 40,07 a BV1

41,21 b c

10,42 a

42,32 a

CV1

46,28 a

11,98 a

41,03 a

AV2

42,73 a b c

10,62 a

34,28 a

BV2

43,86 a b

7,71

a

35,90 a

CV2

44,79 a b

8,65

a

36,79 a

Rerata

42,89

9,66

37,73

KK (%)

5,89

20,88

10,58

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan itdak berbeda nyata pada taraf 5% AV1 : Teknologi Petani Varietas Pikatan BV1 : Teknologi Perbaikan Varietas Pikatan CV1 : Teknologi Rekomendasi Varietas Pikatan AV2 : Teknologi Petani Varietas Super Philipine BV2 : Teknologi Perbaikan Varietas Super Philiphine CV2 : Teknologi Rekomendasi Varietas Super Philipine Panen bawang merah di lokasi kegiatan dilakukan dengan cara panen ubinan (5 m2) pada umur 57 hari setelah tanam untuk semua perlakuan. Data hasil pengamatan produksi 2 varietas pada 3 paket teknologi budidaya bawang merah di Kabupaten Tanggamus, tersaji pada tabel berikut ini.

39 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Data Berat Panen (ton/ha), Berat Eskip (ton/ha) dan Susut Berat (%) Di Kabupaten Tanggamus Berat Panen Berat Eskip Susut Berat Ton/ha Ton/ha % AV1 18,47 c 14,41 22,00 BV1 28,57 a b 22,86 19,90 CV1 31,67 a 24,86 21,51 AV2 18,87 c 14,42 23,58 BV2 25,27 b 19,38 23,30 CV2 27,93 a b 21,12 24,40 Rerata 25,13 19,51 22,45 KK (%) 14,51 Hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah di lokasi kegiatan relatif rendah. Data serangan hama penyakit utama pada tanaman bawang merah di lokasi kegiatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Data Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah di Kabupaten Tanggamus Ulat Grayak Fusarium Busuk Akar % % % AV1 22,01 a 10,67 a 30,43 a BV1 14,99 b 4,17 c 6,50 b CV1 10,39 b 4,33 c 0,43 b AV2 21,59 a 9.83 a b c 32,33 a BV2 15,12 b 6,83 bc 28,33 a CV2 12,71 b 4,43 c 2,31 b Rerata 16,14 6,71 16,72 KK (%) 16,61 29,58 35,25 Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan itdak berbeda nyata pada taraf 5% Penerapan ketiga paket teknologi pada budidaya bawang merah di Tanggamus relatif tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan tanaman. Berat panen tertinggi didapat pada perlakuan teknologi rekomendasi Varietas Pikatan (31,67 ton/ha) dan terendah pada perlakuan teknologi petani Varietas Pikatan (18,47 ton/ha). Teknologi rekomendasi dan teknologi perbaikan untuk masing-masing varietas (Pikatan dan Super Philipin) tidak memberikan pengaruh yang nyata pada produksi bawang merah di Tanggamus.

40 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015



Teknologi budidaya ayam KUB

Pertambahan Bobot Badan Ayam KUB Perkembangan bobot badan ayam KUB di kedua lokasi pengkajian ditampilkan pada tabel 1. Untuk menentukan keberhasilan usaha ternak ayam dapat dilihat dari perkembangan bobot badan selama masa pemeliharaan. Bobot badan merupakan indikator penilaian produktivitas dan keberhasilan manajemen dari suatu usaha peternakan. Untuk mengetahui apakah ternak ayam

KUB

tumbuh dengan baik salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan penimbangan. Penimbangan dilakukan terhadap 10% populasi ayam. Perkembangan Rataan Bobot Badan umur 0-18 Minggu Umur Minggu ke-0 Minggu ke-2 Minggu ke-4 Minggu ke-8 Minggu ke-12 Minggu ke-16 Minggu ke-18

Lampung Timur 27,00 112,74 303,29 754,80 1126,20 1450,20 1488,00

Bobot Badan (gr) Lampung Selatan 27,00 112,41 296,35 680,85 1011,40 1.346,50 1.500,12

Perkembangan DOC umur 0 hingga 18 minggu

Bandar Lampung 27,00 121,23 312,54 798,21 1.257,00 1.490,50 1.553,00 yang terbaik itu

ditampilkan ayam KUB yang dipelihara peternak Bandar Lampung diikuti oleh peternak Lampung Timur dan yang terendah oleh peternak Lampung Selatan. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut ini. Peningkatan bobot badan dari minggu ke-4 hingga minggu-12 masingmasing perlakuan cukup besar karena masa ini adalah masa pertumbuhan sehingga apabila kuantitas dan kualitas pakan tidak tercukupi akan mengganggu pertumbuhan ayam KUB. Pertumbuhan bobot badan ayam KUB dari minggu ke 12 hingga ke minggu 18 tidak secepat minggu ke 4 hingga minggu ke 12, hal ini disebabkan ayam KUB sudah mulai belajar bertelur. Berbeda halnya dengan Lampung Selatan pertumbuhan ayam KUB hingga minggu ke 18 masih memperlihatkan tren pertambahan bobot badan yang baik. Aktivitas penimbangan bobot badan dilakukan setiap bulan kecuali pada umur 1 minggu hingga umur 4 minggu dilakuan setiap 2 minggu, selain melakukan penimbangan juga dilakukan penyuluhan/penjelasan mengenai 41 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

teknologi terkait dengan ayam KUB seperti bagaimana cara menyusun ransum ayam berdasarkan sumber pakan yang tersedia di lokasi, standar nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak ayam KUB, vaksinasi, cara pembibitan ayam KUB dan pentingnya sanitasi kandang. Konsumsi Pakan selama Pengkajian Konumsi pakan ayam KUB hingga umur 18 minggu pengkajian ditampilkan pada tabel 2. Konsumsi Pakan yang terbesar ditampilkam ayam KUB yang dipelihara di Bandar Lampung diikuti ayam KUB yang dipelihara peternak Lampung Timur dan terendah ditampilkan ayam KUB yang dipelihara di Lampung Selatan. Konsumsi pakan harian selama Pengkajian.

Umur Minggu ke-0 Minggu ke-2 Minggu ke-4 Minggu ke-8 Minggu ke-12 Minggu ke -16 > Minggu ke-16

Konsumsi pakan (gram) Lampung Lampung Timur Selatan 6 7 15 14 30 26 55 50 70 69 90 89 100 95

Bandar Lampung 8 19 38 63 82 97 112

Tingginya konsumsi ransum ini dikuti dengan pertambahan bobot badan harian yang ditampilkan ayam KUB di Bandar Lampung dan penyediaan pakan yang ad-libitum sedangkan untuk Lampung Timur dan Lampung Selatan pemberian pakan dibatasi dan tidak konsistennya peternak terhadap komposisi ransum yang dianjurkan hal ini disebabkan terbatasnya dana yang dimiliki peternak seperti terlihat pada grafik 2. Pada grafik ini terlihat bahwa ayam KUB yang dipelihara di Bandar Lampung mengkonsumsi pakan yang tertinggi dari minggu pertama hingga minggu ke 16. Pada minggu ke 4 hingga minggu ke 7 membutuhkan kualitas dan kwantitas pakan yang besar karena pada masa inilah masa pertumbuhan dan apabila ini tdk tercukupi maka akan terjadi kanibal seperti yang terjadi di Lampung Timur dan Lampung Selatan. Bahkan satu diantara dua peternak di Lampung Selatan terpaksa harus mengalami kerugian yang besar karena tidak sanggup menyediakan dana untuk membeli pakan dan kebutuhan keluarga 42 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

sehingga sang suami sebagai kepala keluarga sering meninggalkan keluarga bekerja di kebun kopi keluarga yang letaknya jauh dari kediaman peternak. Sebanyak 150 ekor ayam yang telah diserahkan untuk tanggung jawabnya sesuai dengan kesepakatan tidak berhasil dan dianggap gagal. Umur Pertama bertelur Untuk memaksimalkan jumlah produksi telur dan efisiensi penggunaan pakan dilakukan seleksi terhadap ayam betina dan jantan yang tidak produktif. Rataan umur pertama bertelur ayam KUB di ketiga wilayah pengkajian ditampilkan pada Tabel berikut ini. Rataan Umur Pertama Bertelur Lokasi

Jumlah ayam

Jumlah Betina

Umur pertama

bertelur (ekor)

dewasa (ekor)

bertelur (minggu)

Lampung Timur

226

245

20

Lampung Selatan

216

238

28

Bandar Lampung

40

50

18

Terlihat bahwa ayam KUB yang dipelihara di Bandar Lampung bertelur pada umur 18 minggu dengan bobot telur 36 gr dan lebih cepat dibandingkan dengan Rekomendasi Balitnak yang mulai bertelur umur 20-22 minggu, Lampung Timur ayam KUB bertelur pertama pada umur 20 minggu sesuai dengan rekomendasi Balitnak sedangkan Lampung selatan baru bertelur sesudah umur 28 minggu. Cepatnya bertelur Ayam KUB yang dipeiihara ini diduga karena sebelumnya sudah tersedianya ayam KUB yang sedang bertelur dan adanya ayam pejantan yang sudah siap kawin. Keterlambatan bertelur pada ayam KUB di Lampung Selatan tidak terlepas akibat rendahnya kualitas dan kwantitas pakan yang diberikan. Adanya perbedaan umur pertama bertelur ini mencerminkan pengaruh faktor genetik dan status gizi pakan. Mortalitas Ayam KUB Angka kematian ayam KUB senama 16 minggu pengkajian terjadi 16.95 % kematian anak ayam dari seluruh populasi ayam KUB di ketiga wilayah pengkajian. Akan tetapi persentase angka kematian dari populasi yang dipelihara, persentase kematian tertinggi terjadi di Lampung Timur (14.32 %),

43 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Lampung Selatan (9.68 %) dan angka terendah adalah Bandar Lampung (1.82 %). Tingkat Mortalitas Ayam KUB Selama Pengkajian. Tingkat Kematian (ekor) Umur

Lampung Timur 3 60 63

Minggu ke-0 Minggu ke-2 Minggu ke-4 Mingggu ke-8 Minggu ke-12 Mingggu ke-16 >Minggu ke-16 Jumlah

Lampung Selatan 12 8 29 40 3 92

Bandar Lampung 4 2 6

Penyebab kematian yang tinggi pada minggu ke 4 pada Lampung Timur dan Lampung Selatan antara lain disebabkan terjadinya kanibal. Kanibal ini diduga dipicu oleh rendahnya kualitas dan kuantitas

pakan yang diberikan,

sebagai solusi tim peneliti menyarankan pemberian hijauan berupa bayan dan kangkung dan hasinya mulai membaik dengan pemberian hijauan dan diberikannya bantuan pakan. Total pagu anggaran yang diterima kegiatan-kegiatan pada indikator kinerja ini sebesar Rp. 1.059.400.000,-. Realisasi anggarannya sebesar Rp. 1.054.567.737,- atau 99,55% dari pagu anggaran.

Sasaran 2 :

Terdiseminasinya inovasi pertanian spesifk lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja. Adapun pencapaian target dari indikator kinerja tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA Jumlah teknologi yang didiseminasikan ke pengguna

TAHUN 2015 TARGET

CAPAIAN

%

5

5

100

44 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Indikator kinerja sasaran pada sasaran ini pada Tahun 2015 telah mencapai hasil yang ditargetkan dengan nilai capaian 100%. Sasaran ini dicapai melalui kegiatan Peningkatan Komunikasi Inovasi Teknologi/Penyuluh. Judul teknologi yang didiseminasikan pada kegiatan ini adalah: 

Teknologi PTT Padi sawah Irigasi



Teknologi Katam



Teknologi Indojarwo Transplanter



Teknologi PTT Kedelai



Teknologi PTT Padi Rawa



Teknologi Budidaya Ayam KUB



Teknologi Budidaya Itik PMP Peningkatan Komunikasi Inovasi Teknologi/Penyuluh

dicapai melalui

kegiatan sebagai berikut: a.

Adopsi Teknologi Hasil Litkaji.

b.

Diseminasi Melalui Media TV dan Koran (Teknologi Katam) Kegiatan yang dilakukan adalah : (1) pengambilan dokumentasi atau gambar kegiatan sosialisasi di 3 kabupaten yaitu Lampung Selatan, Way Kanan dan pringsewu dan (2) Diskusi interaktif melalui media TV pada tanggal 12 November 2015 dengan tema “Perkiraan Musim Hujan (MH) 2015/2016 Dan Pemanfaatan Kalender Tanam Terpadu” yang dilaksanakan di Stasiun TVRI Tanjung Karang Provinsi Lampung

c.

Gelar Teknologi dan Temu lapang (teknologi Indojarwo Transplanter) Gelar teknologi Jarwo transplanster dilakukan di 2 (dua) lokasi, yaitu di Kabupaten Lampung Timur dan kabupaten Pringsewu. Teknologi yang digelar adalah sistim tanam Jejer Legowo 2:1 dengan menggunakan jarwo transplanter. Temu lapang dilaksanakan baik di Kabupaten Lampung Timur maupun Prinsewu. Di Kabupaten Lampung dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2015, sedangkan di Kabupaten Pringsewu pada tanggal 21 September 2015

d.

Pameran -

Pameran Dalam Rangka Harteknas (Hari Teknologi Nasional) ke-20 Pameran dalam rangka Harteknas ke-20 dilaksanakan di Lapangan KORPRI Bandar Lampung pada tanggal 10 Agustus 2015. Pameran ini

45 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

merupakan rangkaian dari peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasioanal Provinsi Lampung. - Pameran Lampung Fair Tahun 2015. Pameran dilaksanakan selama 16 (enam belas) hari sejak tanggal 5 Sepotember s.d. 20 Septemberi 2015 di Lapangan PKOR Way Halaim Bandar Lampung.

Pameran diikuti oleh Dinas/Instansi dari masing-

masing kabupaten dan kota se Provinsi Lampung. Selain itu juga diikuti oleh BUMN dan Swasta yang ada di Provinsi Lampung. e.

Visitor Plot Kegiatan visitor plot berlokasi di KP. Natar Kabupaten Lampung Selatan, KP.

Tegineneng,

Kabupaten

Lampung

Selatan,

dan

Laboratorium

Diseminasi Kabupaten Pesawaran. Sasarannya adalah petani, penyuluh/petugas lapang/pengguna lainnya. Media yang digunakan berupa : (1) media cetak (berupa leaflet, brosur), (2) siaran TV, dan (3) Pameran, (4) visitor plot, (5) sosialisasi. Total pagu anggaran yang diterima kegiatan pada indikator kinerja ini sebesar Rp. 893.063.000,-. Realisasi anggarannya sebesar Rp. 883.827.205,atau 98,97% dari pagu anggaran. Sasaran 3 :

Terlaksananya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan 6 (enam) indikator kinerja. Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat digambarkan sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA

TAHUN 2015 TARGET

Jumlah laporan kegiat-an pendampingan model diseminasi SDMC dan program strategis

6 laporan

CAPAIAN 6 laporan

% 100

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2015 telah tercapai (100%). Sasaran ini dicapai melalui 9 (sembilan) kegiatan yaitu: (1)

Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan,

46 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

(2)

Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Hortikultura,

(3)

Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Perkebunan,

(4)

Pendampingan

Pendampingan

Pengembangam

Kawasan

Pertanian

Nasional Peternakan Sapi, (5)

Pendampingan KRPL di Provinsi Lampunf,

(6)

Kalender Tanam (KATAM)

(7)

Identifikasi CL, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi UPSUS, PJK, ASP dan Komoditas Utama Kementan

(8)

Pendampingan PUAP

(9)

Agro Sains Park KP Natar

Rinciannya adalah sebagai berikut: 

Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan

a.

Pendampingan Kawasan Padi Pendampingan pengembangan kawasan padi dilaksanakan di 2 kabupaten

lokasi pengembangan GP-PTT Padi, yaitu di Kabupaten Lampung Timur (Kecamatan Jabung, Pasir Sakti, Gunung Pelindung, Melinting) dan Tanggamus (Kecamatan Kota Agung Timur, Kota Agung, Kota Agung Barat, Wonosobo, Bandar Negeri Semong). Adapun luas pengembangan GP-PTT padi sebagaimana disajikan pada tabel di bawah ini : Lokasi, Luas dan Jumlah Kelompok Tani Pelaksana GP-PTT Kawasan Padi di Lampung, Tahun 2015 No. 1.

2.

Lokasi Kabupaten Lampung Timur

Jumlah I Tanggamus

Jumlah II Total

Kecamatan Pasir Sakti Jabung Gunung Pelindung Melinting Kota Agung Timur Kota Agung Kota Agung Barat Wonosobo Bandar Negeri Semong

Luas (Ha)

Jumlah Kelompok

850 850 450 350 2.500 650 350 690 464 346

34 34 18 14 100 32 18 32 25 21

2.500 5.000

128 228

47 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Komponen PTT Padi terdiri dari komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan. Sementara ini dari hasil pengamatan, penerapan komponen teknologi PTT, sebagaimana disajikan pada Tabel berikut : Penerapan Komponen Teknologi PTT Padi MT II – MT III di Lampung, 2015 No

Komponen Teknologi

Komponen Dasar 1 Varietas unggul baru 2 Benih bermutu dan berlabel 3

Pemberian bahan organic

Pengaturan populasi tanaman Jajar legowo (2:1, 4:1, lainnya) Pemupukan berdasarkan 5 kebutuhan tanaman dan status hara tanah Pengendalian OPT dengan 6 pendekatan PHT Rata-rata Komponen Pilihan 4

7 8

Pengolahan lahan yang baik

Penggunaan bibit muda (< 21 hari) Tanam bibit 1 – 3 batang per 9 rumpun Pengairan secara efektif dan 10 efisien (intermitten) Penyiangan mekanis (bisa dgn 11 bantuan alat gasrok, landak, dll) Panen tepat waktu dan segera 12 dirontok dan dikeringkan Rata-rata Keterangan:

Jumlah poktan Jumlah poktan Persentasi yang yang yang menerapkan menerapkan didampingi teknologi (unit) teknologi (%) (unit) 228 228 228

46 228 228

20,18 100,00 100,00

228

228

100,00

228

34

14,91

228

125

54,82

64.985 228

228

100,00

228 228

171 228

75,00 100,00

228

100

228

103

45,18

228

228

100,00

43,86

77.34

 Tingkat adopsi rendah (0 % – 33,33 %)  Tingkat Adopsi sedang ( 33,34 % – 66,67 %)  Tingkat adopsi tinggi (66,68 – 100 %)

Uji adaptasi VUB padi yang dilaksanakan Kabupaten Lampung Timur ada 4 unit (titik) dan Tanggamus 5 unit, lebih jelasnya sebagaimana disajikan pada table 3. Uji adaptasi VUB dilaksanakan dalam hamparan kelompok tani GP-PTT atau di luar namun berhimpitan dengan hamparan GP-PTT. VUB yang digunakan dalam uji adaptasi adalah Inpari 26, Inpari 29, Inpari 30 dan Inpari 31 secara keseluruhan seluas 1 – 1,5 ha. Sedangkan varietas pembandingnya sebagian 48 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

besar adalah Ciherang dan Mekongga. Adapaun produktivitas padi dalam uji adaptasi VUB, sebagaimana disajikan dalam Tabel berikut. Produktivitas Padi Uji Adaptasi VUB pada MT II–MT III di Lampung,Tahun 2015 No. 1 2 3

4 5 6 7 8 9

Kelompok Tani/Desa/ Kecamatan/Kabupaten. Sido Rukun, Desa Mulyosari, Kec. Pasir Sakti, Kab. Lampung Timur Harapan II, Desa Adi Luhur, Kec. Jabung, Kab. Lampung Timur Marga Melinting Selatan, Desa Negeri Agung, Kec. Gunung Pelindung, Kab. Lampung Timur Bunga Tanjung, Desa Tanjung Aji, Kec. Melinting, Kab. Lampung Timur Khanggom Jejama II, Desa, kec. Kota Agung Barat, Kab. Tanggamus Mak Ku Nyana, Desa Kota Agung, kec. Kota Agung, Kab. Tanggamus Tunas Harapan, Desa Gn. Doh, Kec. Bandar Negeri Semong, Kab. Tanggamus Panca Usaha, Desa Lakaran, Kec. Wonosobo, Kab. Tanggamus

Inpari 26 55.14

Produktivitas VUB (kg/ha) Inpari Inpari Inpari Rata- Ciherang*) 29 30 31 rata 64.19 77.89 81.43 65.74 52.71 92.40 84.00

92.40

69.30

48.00

66.00

68.00

68.33

80.83

70.00

85.00

76.04

74.24

48.50

51.50

42.50

37.50

45.00

46.00

83.33

76.10

88.40

94.00

85.46

64.96

83.52

79.20

90.72

95.04

87.12

89.00

79.00

68.00

84.00

80.00

67.00

Kec. Kota Agung Timur, Kab. Tanggamus

52.00

52.00

68.00

52.00

56.00

54.00

Rata-rata

68.55

70.85

74.74

72.12

72.64

62.03

Keterangan:

 Adaptabilitas tinggi, jika produktivitas > 4,36  Adaptabilitas sedang, jika produktivitas 2,19 – 4,36  Adaptabilitas rendah, jika produktivitas < 2,19 *). Varietas pembanding

Lokasi display diletakkan di dalam hamparan GP-PTT atau di di luar tetapi berhimpitan dengan hamparan GP-PTT. Display dilaksanakan di hamparan kelompok tani masing-masing kabupaten 4 – 5 unit (titik) seluas 1 - 1,5 ha varietas yang diperkanalkan adalah Inpari 26 dan Inpari 30. Adapun teknologi yang diintroduksikan dalam display adalah komponen PTT secara lengkap spesifik lokasi seperti penggunaan VUB, pupuk organik 2 ton/ha, bibit muda, jumlah bibit 1-3 batang per lubang, sistem tanam jejer legowo 2:1, dan 4:1 49 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

secara manual dan atau dengan menggunakan mesin tanam Rice Transplanter, pemupukan berimbang spesifik lokasi dengan BWD, PUTS/PUTR, pengendalian OPT secara terpadu, penyiangan dengan gasrok dan kombinasi dengan herbisida, panen tepat waktu dan gabah segera dirontok dengan power tresher atau combine havester. Display

PTT

dalam

pendampingan

pengembangan

kawasan

padi

dilaksanakan pada MT II bulan Juni 2015, yaitu kegiatan semai dilaksanakan minggu II Juni – Minggu IV Juni 2015, penanaman minggu I Juli – minggu III Juli 2015. Sedangkan panen minggu IV September - minggu III November 2015. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman cukup sehat dan subur, akan tetapi permasalahan yang dihadapi petani diantaranya serangan hama kepinding tanah, penggerek batang dan penyakit hawar daun bakteri dan blas atau kekeringan, dapat diatasi dengan baik dan tidak bepengaruh terhadap penurunan produktivitas yang signifikan. Adapun produktivitas padi dengan penerapan PTT lebih tinggi dibandingkan di luar PTT, sebagaimana disajikan dalam Tabel 4. Pelaksanaan Display/Demplot PTT Padi MT II di Lampung, Tahun 2015

No.

Poktan pelaksana Demplot

Paket teknologi yang diterapkan1)

Produktivitas di dalam Demplot PTT

Produktivitas di luar Demplot (petani sekitar demplot)

Varietas

(ku/ha)

Varietas

(ku/ha)

1

Tri Tunggal 3, Desa Adirejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur

1, 3, 4, 5, 6, 7, 8

Inpari 26, Inpari 30

66,00 71,44

Ciherang

61,00

2

Karya Sari, Desa Dadi Sari, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus

1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Inpari 26

78,0

Ciherang

76,0

Inpari 30

75,8

Rata-rata

b.

72,81

68,50

Pendampingan kawasan ubi kayu Pendampingan kawasan ubikayu ini dilakukan dengan 2 (dua) metoda,

yaitu pelatihan dan temu lapang. Pelatihan petani dilaksanakan di 3 (tiga) lokasi yaitu di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung tengah , dan Lampung Timur. Secara rinci tempat, tanggal pelaksanaan , materi pelatihan yang disampaikan dan jumlah peserta dapat dilihat pada table berikut.

50 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Tempat, waktu, materi dan jumlah peserta pelatihan PTT ubi kayu No 1.

Tempat Kabupaten Tulang Bawang (Desa Lingai)

Waktu 20 Novenber 2015

Materi 

  2.

Kabupaten Lampung Tengah (Desa Bandar Sakti)

25 Novemver 2015



  3.

Kabupaten Lampung Timur (Kedaton II)

03 Desember 2015

  

Program pengembangan ubi kayu di Tulang Bawang PTT Ubikayu Dinamika Kelompok Program pengembangan ubi kayu di Lampung Tengah PTT Ubikayu Dinamika Kelompok PTT Ubikayu Pengendalian OPT Dinamika Kelompok

Jumlah Peserta (orang) 40

40

40

Temu lapang hanya dilaksanakan di Desa Lingai, Kecamatan Menggala Timur, Kabupaten Tulang Bawang. Temu lapngan ini dilaksanakan pada tanggal 19 Desember 2015. Jumlah peserta sebanyak 120 orang, antara lain dihadiri oleh Koordinator penyuluh dar BP4K yang mewakili BP4K, Dinas Pertanian, BP3K, Camat Kepala Wilayah Menggala Timur, Kepala Desa dan para petani koperator dan petani di sekitar Desa Lingai. c.

Pendampingan kawasan kedelai Sosialisasi dan pelatihan petani telah dilakukan di Desa Kekatung,

Kecamatan DenteTeladas, Kabupaten Tulang Bawang. Penanaman kedelai pada lokasi Display

1,5 ha, dan VUB 1,5 ha. Selanjutnya dilakukan penambahan

penanaman baru seluas 3 ha. Pelaksanaan temu lapang dilakukan pada tanggal 28 September 2015. Temu lapang dihadiri sekitar 200 petani, BP4K, Kodim, Polsek, dan penyuluh swadaya setempat dengan pelaksanaan di areal milik petani. Nara sumber 51 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

disampaikan oleh Kepala BP4K, BPTP, dinas pertanian setempat. Acara meliputi sambutan, pengarahan dan diakhiri dengan panen raya. Hasil ubinan yang didapatkan di lahan milik Pak Aeb 4 kg, Pak warto 2,7 kg, Pak ayat 3,4kg untuk varietas Anjasmoro dan 1,5 kg untuk varietas Grobogan. Pada MK I/2015 rata-rata lahan sawah petani mengalami kekeringan. Hal ini menyebabkan masalah baik pada lahan sawah yang telah ditanamani (Pertumbuhan tidak optimal) maupun berdampak pada penundaan waktu tanam pada lahan yang belum diolah karena tidak mendapatkan jatah air. Namun kalau hujan lahan akan terendam air. Kondisi areal juga dengan air laut, sehingga salinitas tinggi. Jika kemarau air parit/got asin, sehingga sulit untuk dilakukan pompanisasi. Pertanaman kedlai juga ada yang mengalami serangan hama penyakit. Selain itu petani juga mengalami kendala kelangkaan pupuk NPK Phonska. Masalah kekeringan yang dihadapi petani diatasi dengan melakukan pompanisasi selama konsidi air tidak tercampur dengan air laut. Sedangkan umumnya lahan demplot hanya mengandalkan hujan karena air di selokan tidak dapat digunakan. Pengendalian hama sudah dilakukan dengan pengendalian PHT. Kondisi kelangkaan pupuk NPK Phonska telah diatasi dengan menggunakan pupuk alternatif yang tersedia atau menggunakan pupuk SP-36 dan KCl tetapi tidak sesuai dengan dosis rekomendasi.



Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Hortikultura Dari hasil koordinasi didapatkan lokasi-lokasi kawasan yang akan di

dampingi sebagai berikut : Lokasi kawasan pengembangan cabi merah, bawang merah dan jeruk

yang akan didampingi No 1.

Komoditi Cabai merah

Tempat a. Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Kalirejo, Desa Watu Agung b. Kabupaten Tanggamus. Kecamatan Sumberejo, Desa Simpang kanan c. Kabupaten Lampung

Kel. tani Agung Makmur III

Luas (ha) 10

Tani Maju

1

Karya Bakti II

1

52 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

d.

e.

f.

2

Bawang Merah

g.

h.

i.

j.

3.

Jeruk

k.

l.

Selatan. Kecamatan Ketapang, Desa Tri Dharmayoga Kabupaten Mesuji. Kecamatan Tanjung Raya, Desa Tanjung Sari Kabupaten Pesawaran. Kecamatan Padang Cermin, Desa Gayau Kabupaten Pringsewu. Kecamatan Pardasuka, Desa Sukorejo Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Kalirejo, Desa Sri Purnomo Kabupaten Tanggamus. Kecamatan Sumberejo, Desa Margodadi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Ketapang, Desa Pematang Pasir Kodya Metro, Kecamatan Metro Utara, Desa Purwo Asri Kabupaten Way kanan. Kecamatan Negeri Agung, Desa Tanjung Rejo Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Tanjung Sari, Desa Mulyo Sari

Karya Sari

10

Mulya Tani

5

Mangga

8

Barokah

1

Kuntum Mekar 5

Tri Karya 2 Makmur Sri Mentani

1

Harapan 25 Mulya/ Sinar Makmur Suka Rukun

5

Demplot kegiatan cabai merah ditujukan untuk penanaman cabai merah pada lahan kering. Kegiatan ini untuk mendampingi kegiatan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu gerakan tanam cabai di lahan kering (GTCK) Luasan demplot 0,25 ha. November 2015.

Penanaman cabai merah dimulai pada tanggal 21

Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan adalah sebagai

berikut :

53 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

No 1. 2. 3.

4.

5.

Teknologi eksisting Varietas yang digunakan adalah varietas hibrida seperti Lado, Taro, TM, yang dibeli pada kios saprodi. Pengolahan tanah sempurna yaitu pembajakan sampai gembur, kemudian pembuatan bedengan Persemaian dilakukan dengan menyebar langsung bibit pada plastik kantong plastik kecil.

Cara dan sistem tanam Jarak tanam yang digunakan 50x50 cm, tanaman cabai ditanam secara tumpang sari dengan tanaman sayuran lain seperti sawi. Budidaya dilakukan di lahan kering dengan pola tanam cabai, jagung. Pupuk yang digunakan, pupuk dasar yaitu pupuk kandang 5 ton/ha, urea 400 kg/ha pada umur 3 MST, SP36 400 kg umur 3 MST, dan NPK diberikan dua kali umur 6 MST sebanyak 60 kg dan umur 9 MST sebanyak 60 kg/ha.

Teknologi perbaikan

Sebelum disemai, benih direndam dahulu dalam air hangat (50°C) atau larutan Previcur N (1 cc/l) selama satu jam. Benih disebar secara merata pada bedengan persemaian dengan media berupa campuran tanah dan pupuk kandang/kompos (1:1), kemudian ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian diberi naungan/atap dari screen/kasa/plastik transparan kemudian persemaian ditutup dengan screen untuk menghindari serangan OPT. Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan kedalam bumbunan daun pisang/pot plastik dengan media yang sama (tanah dan pupuk kandang steril). Penyiraman dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam di lapangan setelah berumur 4-5 minggu.

Pupuk kandang ayam 30 – 40 ton/ha dan NPK 15:15:15 sebanyak 700 kg/ha diberikan seminggu sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk secara rata dengan tanah. Pupuk susulan diberikan dalam bentuk pupuk NPK 15:15:15

54 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

6.

Penyiangan gulma dilakukan dengan menggunakan Herbisida sebanyak 3 kali yaitu umur 20, 40, dan 70 MST dengan herbisida Roundap. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan penyemprotan dengan pestisida antara lain Pastak, regen, dimolis, deger, pegasus, dithan, victori. Belum menggunkan pestisida nabati.

yang dicairkan (1,5-2 g/l air), dengan volume semprot 4000 l larutan/ha. Pupuk tersebut diberikan mulai umur 6 minggu sebelum tanam dan diulang tiap 10-15 hari sekali. Mulsa digunakan untuk menjaga kelembaban, kestabilan mikroba tanah, mengurangi pencucian unsur hara oleh hujan dan mengurangi serangan hama. Mulsa dapat berupa jerami setebal 5 cm (10 ton/ha) pada musim kemarau, yang diberikan dua minggu setelah tanam atau berupa mulsa plastik hitam perak untuk musim kemarau dan musim hujan. Penyulaman dilakukan paling lambat 1–2 minggu setelah tanam untuk mengganti bibit yang mati atau sakit. Pengairan diberikan dengan cara dileb (digenangi) atau dengan disiram perlubang. Penggemburan tanah atau pendangiran dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua atau pemupukan susulan. Pemberian ajir dilakukan untuk menopang berdirinya tanaman. Tunas air yang tumbuh di bawah cabang utama sebaiknya dipangkas. Pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan kaidah PHT.

Penanaman bawang merah dimulai pada tanggal akhir Nopember 2015. Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan adalah sebagai berikut: Hasil FGD untuk menentukan teknologi eksisting dan tekonolgi yang perlu diperbaiki pada demplot bawang merah. No Teknologi eksisting Teknologi perbaikan 1. Varietas yang digunakan adalah Selain Bima juga di tanam varietas Bima brebes dibeli pada varietas Pikatan dan mentes. petani di brebes, tidak bersertifikat. Umbi yang baik untuk bibit harus berasal dari tanaman yang sudah sukup tua umurnya, yaitu sekitar 60-90 hari setelah tanam (tergantung varietas). 55 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Umbi sebaiknya berukuran sedang (5-10 g). Penampilan umbi bibit harus segar dan sehat, bernas (padat, tidak keriput), dan warnanya cerah (tidak kusam). Umbi bibit sudah siap ditanam apabila telah disimpan selama 2–4 bulan sejak panen, dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi. Cara penyimpanan umbi bibit yang baik adalah menyimpannya dalam bentuk ikatan di atas para-para dapur atau disimpan di gudang khusus dengan pengasapan. 2. 3.

4.

Pengolahan tanah sempurna yaitu pembajakan sampai gembur, kemudian pembuatan bedengan Cara dan sistem tanam dengan menanam langsung bibit di bedengan. Jarak tanam yang digunakan 15x15 cm. Budidaya dilakukan di lahan sawah dengan pola tanam bawang, padi.

Bibit yang siap tanam dirompes, pemotongan ujung bibit hanya dilakukan apabila bibit bawang merah belum siap benar ditanam (pertumbuhan tunas dalam umbi 80%). Tujuan pemotongan umbi bibit adalah untuk memecahkan masa dormansi dan mempercepat pertumbuhan tunas tanaman. Pupuk yang digunakan, pupuk dasar Pemupukan terdiri dari pupuk yaitu pupuk kandang 5 ton/ha, SP36 dasar dan pupuk susulan. Pupuk 100 kg/ha, dan NPK diberikan dasar berupa pupuk buatan TSP sebanyak 100 kg/ha. (90 kg P2O5/ha) disebar serta diaduk rata dengan tanah satu sampai tiga hari sebelum tanam. Pupuk susulan berupa 180 kg N/ha (½ N Urea + ½ N ZA) dan K2O (50-100 kg/ha). Pemupukan

5.

Pemeliharaan penyiangan gulma dilekukan dengan menggunakan herbisida, penyiraman dilakukan dua kali sehari pagi dan sore, serta waktu setelah turun hujan.

susulan I dilakukan pada umur 10-15 hari setelah tanam dan susulan II pada umur 1 bulan setelah tanam, masing-masing ½ dosis Pertanaman di lahan bekas sawah memerlukan penyiraman yang cukup dalam keadaan terik matahari. Di musim kemarau, biasanya disiram satu kali sehari pada pagi atau sore hari sejak

56 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

tanam sampai umur menjelang panen. Penyiraman yang dilakukan pada musim hujanhanya ditujukan untuk membilas daun tanaman, dari tanah yang menempel pada daun bawang merah. Pada bawang merah periode kritis karena kekurangan air terjadi saat pembentukan umbi, sehingga dapat menurunkan produksi. Untuk mengatasi masalah ini perlu pengaturan ketinggian muka air tanah (khusus pada lahan bekas sawah) dan frekuensi pemberian air pada tanaman bawang merah. Pertumbuhan gulma pada pertanaman bawang merah yang masih muda sampai umur 2 minggu sangat cepat. Oleh karena itu penyiangan merupakan suatu keharusan dan sangat efektif untuk mengurangi kompetisi dengan gulma. Pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan kaidah PHT. Untuk kegiatan pendampingn jeruk dilakukan super impose di lahan petani dengan melakukan perbaikan khususnya dalam mengendalian penyakit busuk diplodia. Pelatihan petani pada lokasi pengembangan kawasan hortikulktura disajikan pada tabel berikut ini :

57 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Waktu

Tempat

Peserta

Bentuk Kegiatan (Nara sumber)

11Agustus 2015

Kantor BP3K, Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah dan petani Cabai Merah

Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung : 1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “ 2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “ 3. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah)

13 Agustus 2015

Balai Desa Simpang Kanan, Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah dan petani Cabai Merah

Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung : 1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “ 2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “ 3. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah)

27Agustus 2015

Kantor BP3K, Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah dan cabai, sertapetani Calon penangkar bawang merah

Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung : 1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “ 2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “ 3. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah).

58 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

17September 2015

Rumah ketua kelompok tani Mulya Tani (Bapak Slamet). Desa Gayau, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran.

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra cabai merah.

28 September 2015

Rumah ketua kelompok tani Mangga 2, (Bapak Soitun). Desa Sukorejo, Kec. Pardasuka, Kab. Pringsewu.

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra cabai merah

01 Oktober 2015

Kantor BP3K, Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra cabai merah

Pelatihan petaniCabai Merah. Narasumber BPTP Lampung : 1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “ 2. Danarsi Diptaningsari, SP, MSi dengan judul “Budidaya Cabai Merah”. 3. Jaelani dengan judul “PHT Cabai Merah”

Pelatihan petaniCabai Merah. Narasumber BPTP Lampung : 1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “ 2. Danarsi Diptaningsari, SP, MSi dengan judul “Budidaya Cabai Merah”. 3. Ir. Jamhari HP, MP, dengan judul “Agribisnis Cabai Merah”

Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung : 1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “ 2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “ 3. Daliman SP “Praktek lapang Budidaya Bawang Merah).

59 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

08 Oktober 2015

Rumah ketua kelompok tani Suka Rukun, (Bapak Suwarto). Desa Mulyosari, Kec. Tanjung Sari, Kab. Lampung Selatan.

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra pengembanga n jeruk.

22 Oktober 2015

Rumah ketua kelompok tani Harapan Mulya, (Bapak Mahpuddin). Desa Tanjung Rejo, Kec. Negeri Agung, Kab. Way Kanan

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra pengembanga n jeruk.

11 November 2015

Kantor BP3K, Kecamatan Metro Utara Kodya Metro

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra pengembanga n Bawang Merah



Pelatihan petaniJeruk. Narasumber BPTP Lampung : 1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT tanaman jeruk dan pengendaliannya “ 2. Ir. Firdausil AB, MS “ Budiya Jeruk Sehat “ 3. Ir. Jamhari HP, MS “Agribisnis Jeruk”.

Pelatihan petaniJeruk. Narasumber BPTP Lampung : 1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT tanaman jeruk dan pengendaliannya “ 2. Ir. Firdausil AB, MS “ Budiya Jeruk Sehat “

Pelatihan petani Bawang Merah Narasumber BPTP Lampung : 1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Bawang Merah “ 2. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah).

Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Perkebunan Pendampingan kawasan tanaman perkebunan tebu dilaksanakan dengan

mengadakan pelatihan teknologi tebu terpadu dan pembuatan demplot tebu rawat ratoon dengan budidaya intensif.

60 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

1.

Pelatihan Pelatihan petani dilaksanakan di laksanakan di 3 (tiga) lokasi yaitu: desa

Candi Rejo, desa Purnama Tunggal dan desa Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan

Kabupaten

Lampung

Tengah

yang

merupakan

kawasan

pengembangan tanaman tebu. Secara rinci kegiatan pelatihan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. No. 1. 2.

Tempat

Waktu

Materi

Jumlah Peserta

Desa Candi

4 September

Praktek pembuatan KBI (Kebun

15

Rejo

2015

Bibit Induk) tanaman tebu G2

orang

Desa

19, 20, 23, 26

Persiapan/pengolahan tanah,

35

Purnama

Nopember

pemilihan bibit tebu, penanaman

orang

Tunggal

2015

tebu, pemupukan, pengairan, pemeliharaan taanaman pengendalian organisme pengganggu tanaman, panen, tebang muat angkut (TMA), kelembagaan petani dan praktek pembuatan kompos

3.

Tanjung

30 Nopember,

Persiapan/pengolahan tanah,

35

Ratu Ilir

4, 7 dan 10

pemilihan bibit tebu, penanaman

orang

Desember

tebu, pemupukan, pengairan,

2015

pemeliharaan taanaman pengendalian organisme pengganggu tanaman, panen, tebang muat angkut (TMA), kelembagaan petani dan praktek pembuatan kompos

2.

Demplot tebu Pendampingan teknologi melalui demplot PTT tebu dilakukan pada areal

seluas 1 ha di tengah hamparan perkebunan tebu rakyat. Demplot dibuat untuk mempraktekkan teknologi tebu rawat ratoon dengan budidaya tebu secara 61 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

intensif. Lokasi demplot di desa Candi Rejo Kecamatan Way Pengubuan, Lampung Tengah. 

Pendampingan KRPL di Provinsi Lampung Pelaksanaan Pendampingan dalam bentuk pelatihan teknologi

telah

dilakukan di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus serta Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran. Peserta pelatihan

berjumlah masing-masing 125 orang untuk Desa

Campang, Kecamatan Gisting dengan melibatkan anggota KWT KRPL P2KP sebanyak 80 orang yang berasal dari Desa Sidorejo, Campang 2, Gunung Alif, Tekad Pulpa, Sumber rejo, Gisting, Pulau panggung, Kalibening, Margodadi. Sedangkan peserta pelatihan di Desa Sidodadi, Kecamatan Way lima berjumlah 125 orang dengan melibatkan anggota KWT KRPL P2 KP yang berada di Desa Tanjung Rejo , Kutoarjo, Karang Rejo,

Kedondong, Way Khilau, Kota Jawa,

Kuripan, Sediyamaju, Bagelen, Purworwjo, Gerning dan Desa Purworejo serta petugas /penyuluh pendamping masing-masing Desa. Materi

pelatihan

disesuaikan

dengan

kebutuhan/permintaan

Kabupaten/Kota setempat meliputi: Penumbuhan koperasi, teknologi budidaya ayam dan bebek; Teknologi pembuatan kompos dan Pembuatan pestisida nabati, Motivasi kelompok, Pengendalian hama dan penyakit sayuran, Mengenal manfaat buah manggis dan Teknologi pembuatan keripik pisang dan ubijalar aneka rasa. Untuk meningkatkan pengetahuan anggota KWT KRPL dan anggota KWT binaan P2KP, saat pertemuan kelompok diberikan beberapa materi yang dibutuhkan oleh anggota antara lain: Manajemen kelembagaan, Budidaya ayam KUB, Teknologi

pengolahan pangan berbahan dasar ubikayu dan ubi jalar,

Perbenihan bawang merah dan cabai, Teknik Pengemasan dan pelabelan hasil pangan serta pembuatan mol. Penyebaran teknologi juga dilakukan melalui media cetak leaflet, brosur dan buku-buku ke BP3K, penyuluh pendamping dan anggota KWT. Pelatihan teknologi mendapat respon positif dari BKP setempat anggota KWT KRPL P2KP dan diharapkan pendampingan oleh BPTP

dan tetap

berkelanjutan.

62 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015



Kalender Tanam (KATAM) Sosialisasi Katam dilakukan di Kabupaten Way Kanan, Pesisir Barat,

Pringsewu, Lampung Timur, Tanggamus, Lampung Selatan dan Bandar Lampung. Peserta adalah penyuluh pertanian (BP4K dan BP3K), KUPT Dinas Pertanian yang berasal dari setiap Kecamatan dan juga perwakilan petani yang tergabung di dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Hasil sosialisasi Katam di Kabupaten Way Kanan, Pesisir Barat, Pringsewu, Lampung Timur, Tanggamus, Lampung Selatan dan Bandar Lampung. Materi yang disampaikan dalam sosialisasi adalah teknologi yang terintegrasi dalam Katam, yang meliputi waktu tanam potensial, rekomendasi varietas, rekomendasi pemupukan, informasi kekeringan dan kebanjiran, Informasi Organisasi Pengganggu Tanaman (OPT), informasi ketersediaan alsintan dan informasi Standing crop.

Sosialisasi

dilakukan melalui presentasi, leaflet, dan CD yang memuat informasi sistem kalender tanam terpadu. Sosialisasi juga dilakukan melalui media televisi, yaitu TVRI Lampung. Kegiatan Sosialisasi Katam Terpadu Tahun 2015 di Lampung. Lokasi Pelaksanaan Sosialisasi No. 1. 2. 3. 4. 5 6 7

Kabupaten Way Kanan Pesisir Barat Pringsewu Lampung Timur Tanggamus Lampung Selatan Bandar Lampung

Jumlah Kecamatan 14 11 9 24 3 17 20

Kehadiran (Jumlah Orang) Penyuluh*

Dinas

Petani

14 40 33 12 30 17 83

15 14 2 2 6 19 -

60 60 37

Lembaga Lain Kodim (1) BPTPH (1) BPTPH (1) BPTPH (1) BPTPH (1) -

Verifikasi dilakukan di 8 (delapan) kecamatan di Kabupaten Pringsewu yaiu : kecamatan Pagelaran, Pringsewu, Gading Rejo, Pardasuka, Ambarawa, Adiluwih, Banyumas dan Sukoharjo. Verifikasi dilakukan terhadap rekomendasi pupuk N, P dan K dalam sistem informasi Katam dengan cara mengamati status hara N, P dan K menggunakan perangkat uji tanah sawah (PUTS). Hasil pengamatan status hara N, P dan K tersebut, digunakan untuk menentukan dosis pupuk padi sawah di masing-masing kecamatan yang diverifikasi. Dosis pupuk berdasarkan status hara digunakan untuk merevisi atau melakukan perbaikan rekomendasi pupuk yang ada di Sistem Informasi Katam. Data hasil pengamatan

63 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Jumlah BP3K Yang Hadir 14 11 9 2 3 17 20

status hara menggunakan perangkat uji tanah sawah (PUTS), serta rekomendasi pupuk sesuai status hara disajikan pada Tabel berikut. Hasil Pengamatan Status Hara N, P dan K menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah dan Rekomendasi Dosis Pupuk per Kecamatan di Pringsewu. Status Hara dan Dosis pupuk (kg/ha) Dosis Dosis Nama Lokasi Status N Urea Status P SP36 Status K (kg/ha) (kg/ha) Kec. Pagelaran Rendah 300 Tinggi 50 Sedang Kec. Pardasuka Rendah 300 Rendah 100 Sedang Kec. Sukoharjo Rendah 300 Tinggi 50 Tinggi Kec. Banyumas Rendah 300 Tinggi 50 Tinggi Kec. Adiluwih Rendah 300 Tinggi 50 Rendah Kec. Pringsewu Rendah 300 Tinggi 50 Sedang Kec. Gading Rendah 300 Tinggi 50 Sedang Rejo Kec. Ambarawa Rendah 300 Tinggi 50 Sedang

Dosis KCl (kg/ha) 75 75 50 50 100 75 75 75

Data status hara pada Tabel 2 tersebut di atas dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan rekomendasi dosis pupuk pada sistem informasi Katam terpadu. Perbaikan rekomendasi dosis pupuk dalam sistem informasi Katam disajikan pada Tabel Berikut. Perbaikan rekomendasi pupuk pada sistem informasi Katam berdasarkan hasil verifikasi status hara. Pupuk Urea Pupuk SP36 Pupuk KCl (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) Kecamatan Lama Baru Lama Baru Lama Baru Pagelaran 250 300 50 50 50 75 Pardasuka 250 300 50 100 50 75 Sukoharjo 250 300 100 50 50 50 Banyumas 250 300 100 50 50 50 Adiluwih 250 300 100 50 50 100 Pringsewu 250 300 50 50 50 75 Gading Rejo 250 300 50 50 50 75 Ambarawa 250 300 50 50 100 75 Keterangan : a. ”Lama” adalah rekomendasi dosis pupuk yang sudah tersedia dalam Sistem Informasi Katam. b. ”Baru” adalah perbaikan rekomendasi dosis pupuk berdasarkan status hara tanah.

64 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015



Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi UPSUS, PJK, ASP dan Komoditas Utama Kementan Koordinasi tim pembina dan pendamping Upsus PJK dilaksanakan terutama

di 5 kabupaten yang menjadi tanggung jawab BPTP Lampung yaitu di Way kanan, Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Lampung Utara dan Pringsewu. Tim pembina antara lain Dinas Pertanian kabupaten, BP4K, Komandan Kodim, Kepala BP3K, Ka UPTD Pertanian, Dinas PU dan instansi terkait lannya. Dalam koordinasi tersebut antara lain dibahas tentang target luas tanam di masingmasing

kabupaten,

permasalahan

dalam

pelaksanaan

Upsus

PJK

dan

pemecahannya. Selain dilakukan di tingkat kabupaten, koordinasi juga dilakukan di tingkat provinsi. Realiasi tanam padi di Provinsi lampung bulan April s.d. Minggu I September 2015 mencapai luas 248.607 ha (75,01% dari target MT 2015 seluas 331.440 ha). Luas panen, produktivitas, dan produksi padi di Provinsi Lampung tahun 2015 menurut ARAM II 2015 BPS berturut-turut 680.217 ha, 52,57 ku/ha dan 3.641.767 ton. Pengembangan jaringan irigasi dengan volume kegiatan seluas 22.900 ha secara fisik telah selesai 100%. Total keringan tanaman padi di Provinsi Lampung berdasarkan laporan BPTPH Provinsi lampungt tanggal 1 September 2015, terkena kekeringan seluas 30.705 ha (puso 6.517 ha). Pertanaman yang mengalami kekeringan terluas terjadi di Kabupaten : Mesuji (7.437 ha), lampung Selatan (5.505 ha), Lampung Tengah (3.720 ha), Tualnag Bawang (2.832 ha), Pesawaran (2.232 ha), Tulang Bawang barat (1.855 ha), Pesisir barat (1.300 ha), Pringsewu (1.288 ha, Way kanan (1.101 ha), dan lampung Barat (1.015 ha) Langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan dalam menanggulangi dampakm kekeringan antara lain: Pemanfaatan sumber air melalui optimalisasi pompa air yang ada, mobiliasasi pompa air khususnya pada derah-daerah yang masih memiliki sumber air, mengajukan usulan pengadaan pompa air untuk mengoptimalkan sumber air yang ada, dan diusulkan agar memanfaatkan dana

corporate social responsibility (CSR) dan dan APBD Provinsi Lampung.

65 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015



Koordinasi Pendampingan PUAP Hasil rekapitulasi RUB Gapoktan PUAP 2015 menunjukkan bahwa 86,09 %

digunakan untuk mendukung usaha agribisnis budidaya tanaman dan ternak, serta 13,91 % untuk mendukung usaha agribisnis non budidaya. Dari total BLMPUAP Provinsi Lampung 2015, alokasi dana untuk mendukung usaha agribisnis budidaya tanaman pangan mencapai 57,80 %, budidaya perkebunan 17,68 %, budidaya peternakan 6,66 %, dan budidaya hortikultura 3,95 %. Alokasi dana BLM-PUAP untuk mendukung kegiatan agribisnis non budidaya meliputi kegiatan usaha pemasaran hasil pertanian skala rumah tangga sebesar 11,86 %, usaha industri rumah tangga skala kecil 1,82 %, dan mendukung usaha lain berbasis pertanian sebesar 0,23 % dari total dana BLM-PUAP 2014. 

Agro Sains Park Kebun Percobaan Natar

Sasaran

output utama TSP Natar ada 3 yaitu (a) Tersedianya

teknologi yang dibutuhkan oleh masyarakat di lokasi TSP, (b) Tersedianya pelatihan/ magang bagi penyuluh/TOT, (c) Terpenuhinya biaya operasional TSP secara mandiri. Dari hasil diskusi (FGD) dan kajian-kajian inovasi teknologi terdahulu berkaitan usahatani komoditas yang akan diusahakan maka berbagai jenis komoditas yang direncanakan untuk diusahakan di TSP Natar berupa komoditas tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan dan industri, serta komoditas

hasil

peternakan.

Komoditas

potensial

tersebut

dipilih

yang

memberikan prospek keuntungan dalam berbisnis. Komoditas tersebut secara kajian harus sesuai dan berbasis pada lahan kering masam di Lampung. Adapun komoditas yang potensial dan jenis produknya yang akan diusahakan di TSP Natar, Lampung seperti disajikan pada Tabel berikut. Komoditas Terpilih dan Potensial Untuk Diusahakan di TSP Natar, Lampung berbasis Lahan Kering Masam. No Komoditi Output Komersial Sistem Pengelolaan A. Tanaman Pangan 1. Padi Benih unggul Produksi/UPBS/Bisnis Display: varietas, amelioran, pupuk , pola tanam 2. Jagung Benih dan pipilan Produksi/UPBS/Bisnis 66 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

3. Kedele

Benih unggul

4. Ubikayu

Bibit unggul

B.

Tanaman Hortikultura

1. Cabai merah 2. Bawang merah

Benih dan buah segar Benih dan umbi

3. Sayuran hijau

Daun segar

4. Jeruk

Buah segar

5. Buah Naga

Buah segar

6. Pepaya dan Nanas

Buah segar

C. Tanaman Perkebunan 1. Kopi 2. Kakao 3. Lada 4. Panili D. Peternakan 1. Sapi 2. Kambing Unggul Daerah 3. Ayam KUB 4. Pakan

Bibit (entres), biji kering Bibit (entres), biji kering Bibit, biji kering Bibit, produk buah

varietas, amelioran, pupuk , pola tanam Produksi/UPBS/Bisnis varietas Display: varietas, pola tanam Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi Produksi/Display inovasi teknologi Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi tumpangsari

Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi, varietas Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi Display inovasi teknologi

Bibit,penggemukan, Produksi/Bisnis/ Display kompos inovasi teknologi Susu Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi Telur, daging Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi Teknologi Produksi/Display inovasi teknologi

Kawasan Taman Sains Pertanian Natar dibangun dengan potensi lahan kering masam pada areal seluas ±60 ha. Pada tahun 2015 dilaksanakan perencanaan dan pembangunan fisik bangunan sarana prasarana TSP, serta implementasi teknologi melalui penanaman berbagai komoditas. Bangunan sarana dan prasarana yang dibangun pada areal depan kawasan TSP yaitu bangunan kantor, gedung sarana diseminasi/display dan gedung Pusat Pelatihan 67 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Teknologi Pertanian. Kandang ternak sapi dan ayam dibangun di areal tengah TSP. Pada areal belakang dibuat pencetakan embung. Komoditas yang dikembangkan di TSP Natar di antaranya komoditas tanaman pangan (padi, jagung, kedelai), tanaman hortikultura (cabai, bawang merah, buah naga, jeruk, salak, nanas, papaya, dan sayuran lainnya), komoditas tanaman perkebunan (lada, kakao, kopi, vanili, tebu), tanaman biofarmaka (jahe), tanaman SDG (durian, manggis, alpukat), dan peternakan (sapi, ayam). Pembangunan sarana dan prasarana kegiatan TSP Natar saat ini telah dilaksanakan 100% dengan kontrak yang berakhir per 31 Desember 2015. Bangunan sarana prasarana dan renovasi yang dilaksanakan pada tahun 2015 yaitu: -

Pembangunan gedung diseminasi dan display

-

Pembangunan gedung Pusat Pelatihan Teknologi Pertanian

-

Pembangunan kandang ternak dan rumah pakan

-

Pembangunan rumah kasa (screen house)

-

Pembuatan instalasi biogas

-

Pembangunan rumah kompos

-

Pembangunan rumah jaga

-

Pembangunan pintu gerbang, gardu pandang

-

Pembangunan kandang ayam, pagar kandang, ruang pakan jaga dan pengolahan

-

Pembangunan bak penampungan air

-

Pembuatan saung tani

-

Renovasi gedung sarana ibadah

-

Renovasi ruang kantor manager dan pegawai

-

Renovasi bangunan pascapanen

-

Renovasi gudang penyimpanan

-

Renovasi lantai jemur

-

Renovasi green house

-

Pencetakan embung

-

Pembuatan jaringan system irigasi dan drainase

-

Rehabilitasi jalan lokasi TSP

68 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Sosialisasi dan diseminasi TSP yang telah dilakukan sampai saat ini antara lain: -

Acara FGD mengundang dinas dan seluruh karyawan BPTP Lampung. Acara ini merupakan acara sosialisasi kegiatan TSP.

-

Acara FGD Progres TSP dilaksanakan dengan mengundang dinas/instansi terkait antara lain Dinas Pertanian Provinsi Lampung, Balitbangnovda Provinsi Lampung, Bakorluh, Perguruan Tinggi dari Universitas Lampung dan Politeknik Negeri Lampung. Respon dinas/instansi terkait sangat positif menyambut dibangunnya TSP di Lampung. Beberapa masukan terkait perkembangan TSP dan kerjasama antar instansi disampaikan dalam pertemuan ini.

-

Diseminasi melalui media elektronik yaitu liputan dari TVRI mengenai seluk beluk dan progress TSP Natar, bangunan dan kegiatan teknis TS. Dalam acara ini turut diwawancarai beberapa penanggung jawab/koordinator lapangan kegiatan TSP, termasuk kegiatan hortikutura dan peternakan. Acara ini telah ditayangkan selama 4 hari berturut-turut di TVRI Lampung. Kunjungan ke lokasi TSP Natar sampai saat ini adalah dari tamu pusat

dan daerah, berupa kunjungan dalam rangka sosialisasi TSP dan monitoring kemajuan/perkembangan TSP. Kegiatan pelatihan sampai saat ini belum dilaksanakan

karena

bangunan

dan

sarana

diseminasi

baru

selesai

pembangunannya pada Desember 2015. Rencana untuk kegiatan pelatihan dan diseminasi akan diintensifkan pada tahun 2016. Total Pagu anggaran yang diterima kegiatan pada indikator kinerja ini adalah sebesar Rp. 3.699.830.000,-. Realisasi anggarannya sebesar Rp. 3.676.164.345,- atau 99,36% dari pagu anggaran.

Sasaran 4 :

Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan dua indikator kinerja. Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai berikut :

69 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

INDIKATOR KINERJA

TAHUN 2015 TARGET

Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

2 model

CAPAIAN 2 model

% 100

Untuk mencapai sasaran dari indikator ini dilakukan kegiatan : 1.

Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Ubi Kayu dan Ternak Kambing

2.

Model Pertanian Bioindustri Berbasis Tanaman Padi dan Ternak Sapi di Lampung



Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Ubi Kayu dan Ternak Kambing

1.

Peningkatan produktivitas ubikayu Peningkatan produktivitas ubikayu dilakukan melalui pembuatan demplot

ubikayu yang telah dilakukan di lahan milik petani dengan dengan luasan 0,5 ha. Inovasi teknologi yang diaplikasikan adalah sistem tanam double row, penggunaan varietas unggul UJ-5, dan pemupukan per hektar (200 kg Urea + 250 kg NPK Phonska + 5 ton pupuk kandang). Hasil pengamatan pertumbuhan dan produksi demplot ubikayu Perlakuan

 Cara

Tinggi Tanaman (cm)

Berat Brangkasan (kg)

Jumlah Umbi (bh)

Panjang Umbi (cm)

Diemeter Umbi (cm)

Berat Umbi/ Pohon (kg)

Produktivitas (kg/ha)

Peningkatan (%)

180,0 b

710,0 a

8,0 a

21,9 a

4,3 b

1.100 a

20.408 a

-

212,0 a

2150 b

22,5 b

26,78 b

3,1 b

2.672 b

29.926 b

46,64

Petani  Teknologi Anjuran Keterangan

: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan T-test.

Perbedaan nilai rata-rata terhadap komponen hasil ubikayu tersebut diduga karena penerapan jarak tanam yang sangat rapat oleh petani, sehingga tanaman kekurangan cahaya matahari dan menyebabkan tanaman berkompetisi dalam mendapatkan cahaya, dan menyebabkan kurangnya kemampuan tanaman untuk menyerap pupuk yang diberikan. Akibatnya tanaman lebih banyak menghasilkan pertumbuhan vegetatif (daun dan batang) dibandingkan dengan pertumbuhan generatif untuk menghasilkan umbi. 70 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

2.

Instalasi Biogas Pembangunan

instalasi

biogas

telah

dilaksanakan

dengan

memanfaatkan 3 kolam pembuangan limbah cair Ittara yang ada di lokasi kegiatan dengan total luas ± 2.000 m2. Pembuatan mengunakan alat berat (buldozer/bego), dan bahan terpal plastik tambak, paralon, semen, dan lain-lain. Kondisi saat ini gas sudah bisa dimanfaatkan tetapi oven yang digunakan untuk pengering tapioka akan dibuat oleh pemilik Ittara pada awal Agustus 2015. Manfaat utama biogas adalah sebagai bahan bakar oven pengering tapioka terutama saat musim hujan. Sebelumnya, pada saat musim hujan (lebih kurang 3 bulan) pabrik Ittara tidak operasional karena tidak ada alat pengering selain matahari. Jika ada matahari dan diselingi hujan maka akan menghasilkan tapioka dengan mutu yang rendah (KW 3 atau KW 4). Jika dalam sehari pabrik Ittara mengolah 50 ton ubikayu basah, maka dalam 3 bulan (90 hari) dapat mengolah ubikayu 4.500 ton yang berasal dari petani. Sebelum adanya kegiatan bioindustri, pada saat musim hujan pabrik Ittara hanya berproduksi maksimal 15 kali/bulan dengan kualitas hasil tapioka KW-3 (harga Rp.5.800/kg), sedangkan setelah menggunakan oven biogas dihasilkan tapioka dengan kualitas KW-1 (harga Rp.6.200/kg), sehingga diperoleh nilai efisiensi ekonomi sebesar Rp. 36.000.000/bulan. Tenaga kerja

yang

digunakan sbelumnya adaalah 20 orang, dan setelah digunakan oven biogas menjadi lebih efisien yakni 8 orang, sehingga diperoleh nilai efisiensi ekonomi sebesar Rp. 9.000.000. Sebelum adanya kegiatan bioindustri, pada saat musim hujan yang ekstrim (diperhitungkan 5 hari/sebulan), pabrik Ittara tidak beroperasi karena tidak ada matahari, tetapi setelah digunakan oven biogas mampu menghasilkan nilai ekonomi sebesar Rp. 186.000.000. Sehingga, total nilai ekonomi yang dihasilkan dari penggunaan oven berbahan baku biogas limbah cair tapioka sebesar Rp. 231.000.000. Nilai Ekonomi pemanfaatan biogas disajikan pada tabel berikut :

71 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Uraian

Frekwensi Produksi (hari/bln)

 Produksi saat hari hujan (6000 kg/ hari)  Tenaga Kerja (OH)  Produksi full hari hujan (6000 kg/ hari)

Sebelum Bioindustri Spesifikasi

Satuan (Rp/kg)

Setelah Bioindustri

Nilai (Rp/kg)

Spesifikasi

Satuan (Rp/kg)

Nilai (Rp/kg)

15

KW-3

5.800

522.000.000

KW-1

6,200

558,000,000

36.000.000

15

20 OH

50.000

15.000.000

8 OH

50.000

6.000.000

9.000.000

5

0

0

0

KW-1

6.200

36,000,000

186.000.000

Total (Rp)

231.000.000

Sumber : Hasil wawancara dengan pemilik Ittara, 2015.

3.

Pemanfaatan biomassa ubikayu untuk pakan ternak silase Pembuatan pakan silase menggunakan biomassa ubikayu dengan

memanfaatkan limbah daun ubikayu yang diberikan beberapa zat aditif seperti limbah padat Ittara seperti onggok dan pecahan ubikayu dan dedak, dan diberi garam, dan pembuatan kompos. Kegiatan diikuti oleh anggota kelompoktani (3 keltan) yang langsung melakukan kegiatan tersebut. Pada kegiatan ini juga dilakukan kegiatan super impose (penelitian) penambahan beberapa zat additif pada daun ubikayu untuk pakan silase. Kegiatan pembuatan kompos dilakukan untuk memanfaatkan limbah pertanian yang banyak di desa Muara Jaya yang selama ini dibiarkan sehingga menimbulkan polusi sampah dan bahaya kebakaran pada musim kering. Limbah daun tanaman tersebut dibuat kompos dengan menambah dekomposer EM4 untuk membantu proses penguaraian limbah daun menjadi kompos. Kegiatan ini dapat membantu petani dalam efisiensi

pemupukan

dan

kesulitan

mendapatkan

pupuk

kimia

untuk

pertumbuhan ubikayu dan tanaman lainnya. Pemanfaatan biomassa daun ubikayu untuk pakan ternak silase pada ternak kambing. No.

Efisiensi Biaya (Rp)

Uraian

Jumlah

1

Berat pucuk ubikayu (kg/pohon)

0,116

2.

Jarak tanam ubikayu (cm x cm)

70 x 60

3.

Luas kepemilikan ubikayu (ha/KK)

4.

Kepemilikan ternak kambing (ekor/KK)

5

5.

Jumlah kebutuhan pakan silase (kg/ekor/hari)

3

6.

Frekwensi pemberian pakan (hari/5 ekor)

0,5

92,06

Sumber : Data olahan, 2015 72 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015



Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Padi dan Ternak Sapi di Lampung

1.

Potensi Petanian Bioindustri Padi Dari Segi Teknis, Lingkungan, Ekonomi dan Sosial Poncokresna adalah salah satu desa di Kecamatan Negerikaton. Jumlah

penduduk usia kerja (18-56 tahun) 2.682 orang.

Dari jumlah tersebut 1.239

bermata pencaharian pokok sebagai petani dan 729 orang sebagai buruh tani, sedangkan sisanya bekerja sebagai pedagang, pegawai swasta dan pegawai negeri (PNS). Jumlah Kepala keluarga (KK) yang ada di Desa Poncokresna 1610 KK. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di Desa Poncokresna bekerja dibidang pertanian. Data profil Desa Poncokresna menunjukkan bahwa penguasaan lahan sawah oleh petani di Desa Poncokresna rata-rata seluas 0,24 ha, sedangkan rata-rata penguasaan lahan kering seluas 0,44 ha (Tabel 4). Berdasarkan hasil survey, 96,67% petani responden memiliki lahan sawah tadah hujan dengan rata-rata luas sawah 0,45 ha, sedang petani yang memiliki lahan sawah dan lahan kering sebanyak 60% dengan rata-rata luas penguasaan lahan kering adalah 0,66 ha. Petani yang tidak memiliki lahan, baik lahan sawah maupun lahan kering sebanyak 3,33%. Petani ini menggarap lahan sawah milik orang lain dengan sistem sakap (bagi hasil). Bila dibandingkan data statistik dan data hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar lahan sawah adalah milik petani. Potensi Desa Poncokresna, Kecamatan Negerikaton

Sawah Lahan kering Jumlah

Penguasaan lahan (ha) 0,24 0,44 0,68

Luas lahan (ha) 379 708 10640

petani (orang)

1239

Sebagian besar petani responden di Desa Poncokresna memelihara ternak, dengan jenis ternak yang dipelihara meliputi ternak ruminansia (ternak sapi, dan kambing), dan unggas (itik dan ayam).

Populasi ternak di Desa

Poncokresna 1.034 ekor sapi, 1.656 ekor kambing, 5.216 ekor ayam dan 120 ekor bebek.

73 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Populasi ternak di Desa Poncokresna Jenis Ternak Sapi Kambing Ayam Bebek

Populasi ternak (ekor) 1.034 1.656 5.216 120

Kelompok tani dan ternak yang terlibat pada kegiatan Bioindustri padi di Desa Poncokresna Kecamatan Negerikaton, Kabupaten Pesawaran pada tahun 2015 adalah Kelompok Harapan Jaya, Kelompok Tunas Harapan, Kelompok Sedia Rukun dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati. Pemanfaatan limbah tanaman dan ternak Jerami padi belum dimanfaatkan secara optimal oleh petani, dari 17 responden yang memiliki sapi, hanya 17,65% yang memanfaatkan jerami kering untuk pakan.

Selebihnya membiarkan jerami dilahan dan jerami tersebut

sebagian dimanfaatkan oleh petani lain untuk pakan atau mulsa tanaman semangka. Hasil pengamatan lapang masih ada petani di desa Poncokreno yang melakukan pembakaran jerami. Belum ada petani yang memanfaatkan jerami untuk kompos. Limbah ternak juga belum dimanfaatkan secara optimal. Kotoran ternak bercampur sisa pakan banyak berserakan dekat kandang. Hanya sebagian kecil saja yang sudah melakukan pembuatan pupuk organik. Selain limbah jerami, ada limbah bekatul dan sekam yang belum optimal pemanfaatannya.

Untuk limbah bekatul sudah dimanfaatkan untuk pakan

ternak, tapi belum optimal dalam arti nilai gizi dari bekatul tersebut masih dapat ditingkatkan dengan mencampur bahan-bahan lain sehingga memenuhi nilai gizi yang dibutuhkan ternak.

Sekam sebagian sudah dimanfaatkan untuk alas

kandang ternak, atau untuk bahan bakar dalam industri genteng/bata, sehingga masih ada sekam yang belum termaanfaatkan. 2.

Peningkatan produksi padi dan pemanfaatan limbah tanaman dan ternak untuk kompos dan pakan ternak Peningkatan produksi padi. Peningkatan produksi padi dilakukan dengan menerapkan pendekatan

PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu), dan teknologi yang diterapkan diantaranya teknologi pupuk organik (pupuk kandang 2 ton/ha), pemupukan berimbang 74 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

(dosis berdasarkan PUTS, 175 kg urea/ha, 250 kg phonska/ha dan 15 KCl/ha) dan penggunaan varietas unggul baru (Inpari 10 dan Inpari 30). Kegiatan ini melibatkan 40 orang petani pada lahan seluas 15 ha, dengan perlakuan pupuk organik dan pupuk berimbang diterapkan oleh seluruh petani dan yang berbeda hanya penggunaan varietas yaitu 26 petani menanam varietas Inpari 10 dengan luas 7,5 ha dan 24 petani menanam varietas Inpari 30 dengan luas 7,5 ha. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produktivitas jerami dan gabah 26,42 kg per ubinan seluas 12,5 m2 atau setara dengan 21.133 kg/ha untuk varietas Inpari 30 dan 24,68 kg/ubinan yang setara dengan 19.744 kg/ha untuk varietas Inpari 10. Bila dibandingkan dengan varietas Ciherang (varietas yang banyak ditanam petani) produktivitas kedua varietas Inpari yang dikaji lebih tinggi. Produktivitas jerami dan gabah varietas Ciherang hanya sebesar 19,15 kg/ubinan atau setara dengan 15.320 kg/ha. Produksi gabah varietas Inpari 30 adalah 5.943,7 kg/ha, Inpari 10 sebesar 5.856,5 kg/ha dan varietas Ciherang 4.200 kg/ha. Produksi gabah dan jerami pada musim kemarau disajikan pada Tabel berikut : No. 1. 2. 3. 3.

Varietas Inpari 30 Inpari 10 Ciherang

Produktivitas (kg/ha) Gabah dan jerami gabah 21.133,3 5.943,7 19.740,9 5.856,5 15.320,0 4.200,0

jerami 15.189,6 13.884,4 11.120,0

Pemanfaatan limbah tanaman dan ternak untuk kompos dan pakan ternak. Limbah tanaman dan ternak sapi dimanfaatkan untuk kompos dan pakan

ternak. Kompos dibuat dari jerami yang didekomposisasikan dengan bioaktivator Promi. Kompos dibuat dari bahan jerami, jerami + kotoran sapi dengan perbandingan 1 : 1 dan kotoran sapi. Kompos jerami yang dibuat petani kurang baik, karena kondisi bahan selama proses dekomposisi kurang air dan tidak tersedia air (kekeringan) sehingga kompos jerami yang jadi hanya di bagian tengah ke bawah saja sedangkan di bagian tengah ke atas jerami kering dan tidak terjadi proses perombakan. Hasil analisis hara menunjukan bahwa jerami mengandung C-organik yan tinggi dibandingkan kotoran sapi dan jerami + kotoran sapi, demikian pula dengan N total.

P-total tertinggi ditunjukkan

75 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

perlakuan jerami + kotoran sapi dan K-total tertinggi terlihat pada perlakuan jerami. Kandungan hara pada kompos disajikan pada tabel berikut : No.

Hara

Jerami

Nilai Kotoran sapi

1. C-Organik (%) 29,80 25,50 2. Nitrogen (%) 1,06 0,82 3. C/N 28,11 31,10 4. P2O5 total (%) 0,52 0,55 5. K2O total (%) 1,45 1,43 Keterangan: Dianalisis di Laboratorium Tanah BPTP Lampung

Jerami + kotoran sapi 20,77 0,89 23,34 0,62 1,40

Selain untuk kompos jerami padi dimanfaatkan untuk pakan ternak. Jerami padi terlebih dahulu difermentasikan dengan menggunakan probiotik starbio.

Hasil pengamatan ternak sapi rata-rata berat awal : Perlakuan (A)

195,75 kg, (Perlakuan B) 184,88 kg, (Perlakuan C) 259,5 kg, (Perlakuan D) 222,75 kg , (Perlakuan E) 185,83 kg, (Perlakuan F) 246,12 kg), dan (Perlakuan G) 231,33 kg. Data pertambahan berat badan ternak ternak sapi yang diberi perlakuan Pakan Jerami, hijauan pakan ternak, dan konsentrat (selama 70 hari) disajikan pada table di bawah ini : Parameter Berat badan awal (kg) Berat badan Akhir (kg) PBBH/kg/ekor/hari

A 195,75

B 184,88

C 259,5

207

221,83

277

0,16

0,52

0,25

Perlakuan D E 222,75 185,83 235 0,17

231 0,64

F 246,12

G 231,33

274,5

240,5

0,40

0,13

Pemeliharaan ternak sapi pada kegiatan Bioindustri mengalami kendala kekurangan air karena musim kemarau dan lokasi tersebut termasuk lokasi yang susah air, sehingga ternak yang dipelihara mengalami kesulitan air sehingga berpengaruh terhadap pertambahan berat badan sapi. Hasil analisa ekonomi dari pemeliharaan ternak sapi terlihat bahwa perlakuan E yaitu : pemberian jerami/rumput dengan penambahan konsentrat sebanyak 2 kg dapat memberikan keuntungan sebanyak Rp. 21.647/ekor/hari (perlakuan E) dengan RC/ratio 2,78, dan perlakuan pemberian jerami fermentasi dengan penambahan 2 kg konsentrat (perlakuan B) dengan keuntungan sebesar Rp. 16.322/ekor/hari dengan RC/ratio 2,70 , dibandingkan dengan perlakuan pemberian hijauan (kontrol) cara petani. 76 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Analisis ekonomi usaha ternak sapi – padi, Keg. Model Pertanian Bioindustri Berbasis Berbasis Integrasi Tanaman Padi – Ternak Sapi di Lampung. Uraian A B C D E No 1.

Pakan Hijauan

F

G

2.500

2.500

2.500

2.500

2.500

2.500

2.500

(Rp/ekor/hari) 2.

Konsentrat (Rp/ekor/hari)

2584

5.168

7.752

2.584

5.168

7.752

-

3.

Upah kerja(Rp/ekor/hari)

5.000

5.000

5.000

5.000

5.000

5.000

5.000

10.084

12.668

15.252

10.084

12.668

15.252

7.500

8.000

26.000

12.500

8.750

32.000

20.000

6500

Total Biaya (Rp/ekor/hari) 4.

Hasil kenaikan BB (kg/ekor/hari)

5.

Penjualan kompos/kg

2.910

2.990

3.285

2.420

2.315

2.550

2.115

6.

Keuntungan/(Rp/ekor)

826

16.322

3.285

1.086

21.647

2.550

1.115

7.

R/C ratio

1,08

2,28

1,03

1,10

2,70

1,47

1,14

4.

Pembuatan produk dari bahan baku limbah penggilingan padi Bahan baku limbah penggilingan padi yang digunakan adalah sekam

dengan produknya “Briket arang sekam”.

Kadar energi arang briket yang

dihasilkan sudah cukup baik, namun karena kadar air yang masih tinggi dan kekerasan yang masih rendah, menyebabkan arang briket yang dihasilkan masih agak sulit untuk dibakar. Sehingga ketika dilakukan aplikasi masih menggunakan pengumpan tongkol jagung dan daun kelapa kering untuk membakar arangnya. Selain itu pemanfaatan arang briket yang dihasilkan juga belum efektif, karena arang mudah hancur menjadi abu, sehingga panas yang dihasilkan tidak optimal. Kadar energi arang briket yang dihasilkan (kal/g) disajikan pada table berikut : Perlakuan Ma Mb Mc Aa Ab Ac Keterangan:

Energi Ulangan I Ulangan II 3.653,77 2.945,56 3.882,43 3.228,11 3.995,32 3.175,86 3.303,70 1.735,84 4.012,83 3.479,29 3.320,29 3.432,47 M = Press secara manual A = Press menggunakan alat a = Penambahan tapioka 5% b = Penambahan tapioka 10% c = Penambahan tapioka 15%

Ulangan III 3.096,84 3.343,20 3.107,36 3.005,79 2.908,77 3.308,34

77 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Aplikasi penggunaan arang briket dilakukan dengan merebus 1 liter air. Dari hasil pengematan diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata untuk waktu perebusan dari arang briket yang dipress secara manual dan menggunakan alat. Namun karena kekerasan arang yang rendah, menyebabkan arang mudah hancur dan banyak yang terbuang menjadi abu. Cara Manual Perlakuan 5% 10% 15% Cara Alat Perlakuan 5% 10% 15%

Berat Briket (kg) 0,500 0,500 0,500

Masuk (pk)

Berat Briket (g) 0,500 0,500 0,500

Masuk (pk)

10.12 10.32 11.06

11.37 12.46 13.12

Mendidih (pk) 10.23 10.51 11.25

Sisa arang (kg) 0,170 0,365 0,320

Abu (kg)

Mendidih (pk) 11.57 12.56 13.45

Sisa arang (kg) 0,250 0,280 0,280

Abu (kg)

0,075 0,050 0,050

0,090 0,040 0,040

Total Pagu anggaran yang diterima kegiatan pada indikator kinerja ini sebesar

Rp. 766.000.000,-. Realisasi anggarannya sebesar Rp. 762.191.450,-

atau 99,50% dari pagu anggaran.

Sasaran 5 :

Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung desentralisasi rencana aksi (Decentralized Action Plan/DAP)

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja. Adapun pencapaian target dari indikator kinerja tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian wilayah.

TARGET 2 rekomendasi

TAHUN 2015 CAPAIAN 2 rekomendasi

% 100

Dihasilkan rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi dengan indicator kerja dengan jumlah rekomendasi kebijakan mendukung 7 sukses kementerian pertanian dengan 2 rekomendasi : 78 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

1.

Kebijakan peningkatan daya saing melalui peningkatan kualitas dan diversifikasi produk olahan dapat dilakukan dengan dukungan inovasi teknologi alat dan mesin pengolahan lada seperti alat pengupas, alat perontok, alat pengering dan alat penyuling minyak yang didistribusikan di daerah sentra produksi mulai dari skala usaha kecil dan menengah dengan penerapan usaha agribisnis lada.

2.

kebijakan penyediaan modal secara kredit yang mudah, jangka panjang dan bunga yang rendah. Selain itu, peningkatan peran kelompok sangat diperlukan sebagai kelembagaan penyedia input, pemasaran hasil, penyedia kredit dan media penyuluhan. Pagu anggaran kegiatan ini sebesar Rp. 65.250.000,- telah terealisasi

sebesar Rp. 65.236.929,- atau 99,98% dari pagu anggaran.

Sasaran 6 :

Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja. Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA TARGET

Jumlah Produksi Benih Sumber

147,4 ton

TAHUN 2015 CAPAIAN 98,38 ton

% 66.74

Produksi benih sumber pada tahun 2015 ditargetkan 147,4 ton yang dihasilkan dari 2 komoditas yaitu : padi 76 ton dan kedelai 71,4 ton. 1.

Kedelai Semua produksi benih sumber kedelai lulus sertifikasi Benih Pokok (Stock

Seed) dari BPSB Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung. Varietas Panderman tidak lulus sertifikasi lapang karena pertumbuhan tanaman rentan hama dan penyakit kedelai. Dari luas tanam kedelai seluas 22,75 hektar pada musim tanam April September, setelah dipanen menghasilkan produksi benih sumber kelas Benih Pokok sebanyak 22.375 kg. Rincian produksi benih sumber menurut varietas dan lokasi seperti Tabel dibawah ini. 79 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

No. 1 2

Varietas Grobogan Anjasmoro Jumlah %

KP. Natar Ha % 5,250.00 67.74 14,625.00 100.00 19,875.00 88.83 88.83

KP. Tegineneng Ha % 2,000.00 25.81 2,000.00 8.94 8.94

Masgar Ha % 500.00 6.45 500.00 2.23 2.23

Total Ha % 7,750.00 100.00 14,625.00 100.00 22,375.00 100.00 100.00

Sumber: Data Primer, 2015.

Dari luas tanam 22,75 hektar dihasilkan produksi benih sumber sebesar 22.375 kg. Hal ini berarti tingkat produktivitas lahan untuk menghasilkan benih sumber kedelai musim tanam kemarau I (April-Juni) sebesar 983,52 kg/ha atau 98,35 % dari target produksi benih sumber kedelai sebesar 1.000 kg/ha. Tidak tercapainya target

produksi per satuan luas ini karena selama

masa

pertumbuhan tanaman kedelai mengalami cekaman kekeringan. Selain itu ada ada masih ada penanaman kedelai di Bulan November-Desember 2015. Keterlambatan tanaman disebabkan kondisi kekeringan yang panjang. 2.

Padi Lokasi dan luas penangkaran varietas padi, kegiatan UPBS 2015 disajikan

pada table berikut ini : Varietas/Kelas Benih Padi Bermutu

Kelas FS : Inpari 26 Inpari 29 Inpari 30 Inpari 31 Inpari 32 Inpari 33 Inpara 2 Kelas SS:Inpari 10 Inpari 22 Inpari 23 Inpago 8 Situ Bagendit Jumlah (ha)

Lokasi dan Luas Penangkaran (ha) Lampung Tengah 2 1 1 1 1 1 1

Lampung Timur

Tanggamus

10 5 1 0

11 5 5 11

19 1

24

32

20

KP Natar Lpg-Sel.

2* 0,5 1,5 4

3. *) Kebanjiran: Fuso Gagal panen Rata-rata hasil prosesing calon benih yang dihasilkan di Lampung Timur dan Lampung Tengah, menghasilkan benih sebanyak 70% yang siap disertifikasi, kecuali yang dihasilkan dari KP Natar-Lampung Selatan masih dibawah 60%. Berdasarkan produksi benih yang ditargetkan pada tahap I (36 ton), hasil ini (36804kg atau 36,804 ton) sebenarnya sudah memenuhi target, terutama untuk

80 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

benih kelas FS sebesar 7403 kg dari 6000 kg yang ditargetkan, namun sesudah prosesing dan hasil uji laboratorium oleh BPSB menjadi 23,347ton. Hasil benih padi dari prosesing calon benih yang dihasilkan kegiatan UPBS untuk pencapaian target 36 ton benih per Juni 2015. Penangkaran VUB Padi

Di Lampung Tengah Inpari 26 (2 ha) Inpari 29 (1 ha) Inpari 30 (1 ha) Inpari 31 (1 ha) Inpari 32 (1 ha) Inpari 33 (1 ha) Inpari 10 (10 ha)

Hasil Prosesing Benih Calon Benih(kg)

Persentase hasil benih yang disertifikasi(%) 65,72 74,33 55,89 68,15 69,15 78,71 87,73

4437 558 677

1601 223 1001 353 955 769 9513 (yg lulus 5599) 2191(TL) 237 542

1004 1034 10375

720 710 7520

71,71 68,66 72,48 Rata-rata: 70,95%

Di KP NatarLampung Selatan Inpago (0,5ha) SituBagendit(1,5ha)

473 1012

231 700

Total

36804

23.347

48,83 69,17 Rata-rata: 59% 63,44

Inpari 22 (5 ha) Inpari 23 (1 ha) Inpara 2 kDi Lampung Timur Inpari 10 (1ha) Inpari 23 (1ha) Inpago 8 (10 ha)

2436 300 1791 518 1381 977 10 843

benih yang disertifikasi(kg)

49,38 42,47 80,06

Penambahan target produksi 40 ton benih kelas SS dilakukan penangkaran seluas 40 ha pada dua lokasi, yaitu 20 ha di Lampung Timur(Desa Tanjung Intan Kecamatan Purbolinggo) dan 20 ha di Tanggamus (Desa Penantian Kecamatan Pulo Panggung). Berdasarkan tambahan target produksi benih yang ditargetkan (40 ton), hasil yang dicapai dan menjadi bagian untuk UPBS BPTP sekitar 37 ton, sejumlah 3 ton tidak tercapai karena hampir tiga ha tanaman varietas Inpari 10 fuso diserang hama tikus tidak lulus uji lapang ketiga.

81 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Hasil benih padi dari prosesing calon benih yang dihasilkan kegiatan UPBS untuk pencapaian penambahan target produksi sebesar 40 ton benih per November 2015. Penangkaran Hasil Prosesing Benih VUB Padi Calon benih yang Persentase hasil benih Benih(kg) disertifikasi(kg) yang disertifikasi(%) Di Lampung Timur (Tanjung Inten-Pur) Inpari 10 (10 ha) 6.677 5.221 78,19 Inpari 22 (5 ha) 5.333 4.000 75,00 Di petani 2.000 Inpari 23 (4 ha) 4.016 3.450 80,00 Di petani 2.000 Inpago 8 (1 ha) 1.015 787 77,54 Rata-rata: 77,68% 17.041 13.231+4.000 Di Tanggamus Inpari 22 (19 ha) 19.030 16.175 85,00 Di petani 2.000 Inpari 23 (1ha) 1.010 860 85,15 Di petani 1.000 Rata-rata: 85,08% 20.040 17.035+3.000 Total

37.081*

30.266* 7.000 di petani

*). Benih Bagian UPBS BPTP Lampung, masih ada 7 ton ada dan dikelola petani (peserta kerjasama penangkaran benih padi) Pagu anggaran kegiatan ini sebesar Rp. 2.337.944.000,- telah terealisasi sebesar Rp. 2.337.703.162,- atau 99,99% dari pagu anggaran.

Sasaran 7 :

Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja. Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA

Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian

TARGET

TAHUN 2015 CAPAIAN

12 bulan

12 bulan

% 100

82 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan pada sasaran ini dalam Tahun 2015 telah mencapai hasil sesuai target (100%). Kegiatan pada indikator ini terdiri dari : (1)

Gaji Pegawai

(2)

Operasional Perkantoran

(3)

Modal

(4)

Pengelolaan Manajemen Kantor

(5)

Penyusunan Program dan Anggaran

(6)

Dokumen Monitoring Evaluasi dan Pelaporan

(7)

SPI dan WBK

(8)

Peningkatan Kapasitas SDM

(9)

Pembinaan dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Implementasi ISO 9001;2008

(10) UAPPA/B-W (11) Pengelolaan Website (12) Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (13) Koordinasi dan Sinkronisasi Pagu anggaran kegiatan ini sebesar Rp. 24.107.322.000,- telah terealisasi sebesar Rp. 23.412.852.981,- atau 97,12% dari pagu anggaran.

3.3 Capaian Outcome Tahun 2014 Tingkat capaian kinerja BPTP Lampung Tahun 2014 berdasarkan hasil pengukurannya dapat diilustrasikan dalam tabel sebagai berikut : Kegiatan Model AP2RL

UPBS

Indikator kinerja Teknologi yang spesifik lokasi

Target

Realisasi

1 paket teknologi PTT Padi

1 paket teknologi PTT padi

Padi SS 54.78 ton

Padi SS 17.93 ton

Kedelai SS dan FS 67.8 ton

Kedelai SS 12.8 ton

Jumlah benih sumber

Pendampingan Katam Terpadu

Tersosialiasinya kalender tanam

1 Provinsi

1 Provinsi

Pendampingan program

Produktivitas

6 ton/ha

6.7 ton/ha

Outcome Teradopsinya teknologi PTT mulai dari VUB, pemupukan, jumlah benih dan system tanam jajar legowo di musim gadu oleh Kelompom Tani Kooerator Tersebarnya VUB Inpari 10, 13, 18,19,22,23,dan 30, inpago 8 seluas 570 ha di Provinsi Lampung Tersebarnya VUB gepak kuning dan Kaba seluas 136 ha di Provinsi Lampung Akses model katam berbasis Web dan Android meningkat 10% Tersebarnya teknologi PTT padi

83 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Strategis Kemtan PTT padi di Wilayah Lampung Pendampingan program Strategis Kemtan PTT jagung di Wilayah Lampung Pendampingan program Strategis Kemtan PTT Kedelai di Wilayah Lampung

padi irigasi meningkat

ke pengguna

Produktivitas jagung meningkat

Tersebarnya teknologi PTT jagung ke pengguna

Produktivitas kedelai meningkat

5 ton/ha

1,9 ton/ha

7/ha

1,9 ton/ha

Tersebarnya teknologi PTT kedelai ke pengguna

84 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

IV.

AKUNTABILITAS KEUANGAN TAHUN 2015

Realisasi anggaran dan kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015 adalah sebagai berikut: 1.

Pagu

Tahun

2015

sebelum

revisi

anggaran

adalah

sebesar

Rp.

16.473.967.000,- (enam belas milyar empat ratus tujuh puluh tiga juta sembilan ratus enam puluh tujuh ribu rupiah) setelah revisi I tertanggal 5 Januari 2015 pagu anggaran berubah menjadi Rp. 17.394.817.000,- (Tujuh belas milyar tiga ratus Sembilan puluh empat juta delapan ratus tujuh belas ribu rupiah), kemudian setelah revisi II tertanggal 6 Maret 2015 dan revisi III tertanggal 29 Mei 2015 pagu anggaran berubah menjadi Rp. 34.277.161.000,- (Tiga puluh empat milyar dua ratus tujuh puluh tujuh juta seratus enam puluh satu ribu rupiah). dan terakhir revisi POK pagu anggaran tidak berubah, rincian pagu anggaran setelah revisi III sebagai berikut:

2.

- Belanja pegawai

Rp. 7.697.172.000,-

- Belanja barang operasional

Rp. 1.543.000.000,-

- Belanja barang non operasional

Rp. 9.880.319.000,-

- Belanja modal

Rp. 15.156.670.000,-

Realisasi

anggaran

per

31

Desember

2015

adalah

sebesar

Rp.

33.323.212.509,- (Tiga puluh tiga milyar tiga ratus dua puluh tiga juta dua ratus dua belas ribu lima ratus sembilan rupiah) atau 97,22% dari pagu anggaran, dengan rincian : - Belanja pegawai

Rp. 7.402.413.926,- (96,17%)

- Belanja barang operasional

Rp. 1.415.704.426,- (91,75%)

- Belanja barang non operasional

Rp. 9.836.657.316,- (99,56%)

- Belanja modal

Rp. 14.668.436.805,- (96,78%)

85 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Realisasi anggaran per 31 Desember 2015 Realisasi

Anggaran (Rp)

Uraian

(Rp)

%

1. Realisasi Pendapatan Negara - Penerimaan Pajak

-

-

-

- Penerimaan Negara Bukan Pajak

-

293.936.438

-

- Penerimaan hibah

-

-

-

34.277.161.000

33.323.212.509

97,22

- Belanja Pegawai

7.697.172.000

7.402.413.926

96,17

- Belanja Barang Operasional

1.543.000.000

1.415.704.462

91,75

- Belanja Barang Non Operasional

9.880.319.000

9.836.657.316

99,56

15.156.670.000

14.668.436.805

96,78

2. Realisasi Belanja Negara A. Rupiah Murni

- Belanja Modal

Adapun penjelasan per pos dari realisasi anggaran adalah sebagai berikut: 1. Realisasi Pendapatan Negara Realisasi Pendapatan Negara Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung per 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp. 293.936.438,- atau mencapai 403% dari perkiraan target penerimaan yang ditetapkan untuk tahun 2015 yaitu sebesar Rp.73.000.000. Realisasi ini berasal dari Pendapatan Negara Bukan Pajak lainnya yang berasal dari penjualan hasil Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan; pendapatan,

gedung

dan

bangunan

berupa

sewa

mess;

sewa

rumah

dinas/rumah negara; penerimaan kembali ganti rugi atas kerugian negara; penerimaan jasa giro dan penerimaan kembali belanja lainnya TAYL. BPTP Lampung tidak memiliki pendapatan hibah. Rincian perkiraan target penerimaan dan realisasi PNBP lainnya tahun 2015 dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Perkiraan target penerimaan dan Realisasi PNBP Tahun 2015 URAIAN

Perkiraan Target Penerimaan

Realisasi

%

Penerimaan Fungsional Penjualan Hasil Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Pendapatan Laboratorium

53.000.000

246.138.000

464

10.000.000

37.445.000

374

Pendapatan Sewa Mess

10.000.000

3.140.000

31

86 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Jumlah Penerimaan

70.000.000

286.723.000

Sewa rumah dinas Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan/ Jasa Giro Penerimaan Kembali ganti rugi atas kerugian negara

0 0

3.311.000 2.018

0

3.900.000

Penerimaan Kembali Belanja lainnya TAYL

0

1.035.000

0

7.213.438

70.000.000

293.936.438

393

Penerimaan Umum

Jumlah Penerimaan Total Pendapatan dan Hibah

403

2. Realisasi Belanja Negara Realisasi belanja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung per 31 Desember 201 adalah sebesar Rp. 15.174.333.774,- atau sebesar 98,09% dari pagu anggaran setelah dikurangi pengembalian belanja sebesar Rp.32.306.909,-. Realisasi belanja Tahun 2014 mengalami penurunan sebesar Rp. -293.228.878,atau mencapai -1,93% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya disebabkan antara lain oleh adanya penurunan belanja modal. Realisasi belanja Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Uraian Jenis Belanja

Realisasi Belanja (Rp)

Pegawai

7.402.413.926

Barang

11.252.361.778

Modal

14.668.436.805 Jumlah



33.323.212.509

Belanja Pegawai Pagu anggaran belanja pegawai BPTP Lampung Tahun 2015 adalah sebesar Rp. 7.697.172.000,- dengan nilai realisasi belanja pegawai sebesar Rp. 7.402.413.926,- atau sebesar 96,17% dari pagu anggaran belanja pegawai BPTP Lampung.

87 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015



Belanja Barang Pagu anggaran belanja barang (barang operasional dan barang non operasional)

BPTP

Lampung

Tahun

2015

adalah

sebesar

Rp.

11.423.319.000,- dengan nilai realisasi belanja barang sebesar Rp. 11.252.361.778,- atau sebesar 98,50%. 

Belanja Modal Pagu anggaran belanja modal BPTP Lampung Tahun 2015 adalah sebesar Rp. 15.156.670.000,- dengan nilai realisasi belanja modal sebesar Rp. 14.668.436.805,- atau sebesar 96,78%.

88 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

IV. PENUTUP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) BPTP Lampung ini menyajikan berbagai keberhasilan maupun kegagalan capaian strategis yang ditunjukkan oleh BPTP Lampung pada Tahun Anggaran 2015. Berbagai capaian strategis tersebut tercermin dalam capaian Indikator Kinerja Utama (IKU), maupun analisis kinerja berdasarkan tujuan dan sasaran. Secara umum hasil analisis evaluasi kinerja dan capaian kinerja menunjukkan bahwa kinerja kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015 telah dicapai dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh capaian indikator kinerja kegiatan penelitian dan pengkajian BPTP Lampung Tahun 2015, terutama indikator masukan (input) hingga hasil yang diharapkan (outcome), umumnya telah terealisasi sesuai dengan target atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, kegiatan yang direncanakan telah dapat dilaksanakan dengan cukup baik. Demikian pula dengan capaian sasaran Tahun 2015, baik yang mencakup keluaran kegiatan pengkajian maupun kegiatan diseminasi teknologi, juga menunjukkan kinerja yang baik. Meskipun demikian, ke depan masih diperlukan upaya peningkatan kinerja. Perbaikan kinerja ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia serta kerja sama yang baik dengan dinas/instansi terkait, sehingga kualitas kegiatan yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna, baik bagi pengambil kebijakan maupun bagi petani sebagai pengguna akhir paket teknologi yang dihasilkan oleh BPTP Lampung selama ini. Dalam pelaksanaan kegiatannya, BPTP Lampung juga menghadapi berbagai hambatan dan kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal. Hambatan internal yang dihadapi oleh BPTP Lampung terutama berkaitan dengan terbatasnya jumlah dan kualitas SDM yang dimiliki, baik dari sisi kualifikasi maupun bidang keahlian. Sedangkan hambatan/kendala eksternal yang dihadapi BPTP Lampung berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan dan pengelolaannya.

89 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015