DAMPAK MEDIA TELEVISI DAN INTERNET PADA ERA MODERN Oleh: Leni Nurmiyanti, M.Si
1
A. Pendahuluan Perkembangan dunia yang begitu pesat dalam era modernisasi dewasa ini, tentunya tidak hanya menghasilkan dampak positif bagi setiap individu yang terlibat di dalamnya, namun dampak negatif pun turut menyertai dalam setiap kegiatan perkembangannya. Untuk mendapatkan berbagai hal informasi, baik yang berbentuk ilmu pengetahuan ataupun informasiinformasi lainnya, setiap diri dari manusia-manusia modern dewasa ini tentunya sudah semakin mahir serta dipermudah dalam mendapatkan berbagai hal informasi yang diinginkan tersebut. Informasi yang didapat ataupun yang diinginkan tidak lagi ada batasan-batasannya selain dari batasan moral dari setiap individu manusia yang menginginkan berbagai informasi tersebut. Manusia yang terlahir dengan akal fikiran akan terus mengingikan pengetahuan serta informasi sesuai yang dibutuhkannya. Namun yang menjadi permasalahan dengan hadirnya kemudahan di masa modern saat ini, adalah lemahnya kontrol dari diri (keimanan) sehingga manusia modern masa kini banyak yang terjebak dengan informasi yang tidak terkonrol oleh akal fikiran mereka. Maraknya kasus pencabulan, tawuran antar pelajar, kekerasan dalam rumah tangga, korupsi dan yang lainnya itupun terjadi karena lemahnya pendidikan Islam yang didapat dalam diri manusia. Media komunikasi menyediakan banyak pilihan untuk manusia itu sendiri, mulai dari televisi, handphone, radio, internet dan masih banyak lainnya. Pendidikan yang menjadi dasar dari segala pengetahuan serta sikap diri setiap manusia, dengan tanpa adanya keimanan tentunya akan menghasilkan dampak negatif dari tiap-tiap diri manusia tersebut, sehingga manusia modern dewasa ini sering mengabaikan tentang kebenaran yang seharusnya menjadi sandaran kehidupan manusia sebagai kholifah di muka bumi. Pendidikan Islam selayaknya diterima dan diajarkan bukannya melalui pengetahuan semata namun pemahaman dan keteladan dari pendidik. Hadist Bukhori-Muslim menjelaskan : ه م ال ر ه م قررنآ م م ه ن ومع مل ل م ن ت معمل ل م م م خي رهرك ه ر م ر “Yang paling baik di antara kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari) خيرك ه م إن م م ق ا خل ه ًق م ه مأ ر ح م سن مك ه ر نأ ر م ر ر ر ل ر ر 1 Penulis adalah Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Islamic Village
“Sebaik-baiknya kamu adalah yang terbaik akhlak budi pekertinya” (H.R.Bukhari-Muslim) Berdasarkan hadits tersebut di atas dapat disimpulkan betapa pentingnya manusia di dunia ini untuk mempelajari al-Qur’an agar menjadi pedoman hidup dan akan semakin baik akhlak serta budi pekertinya. alQur’an bukan hanya untuk dibaca semata tetapi pelajaran inti dan ilmu yang termaktub dalam al-Qur’an hendaknya diamalkan dan diaplikasikan sehingga adab serta moral manusia akan menjadi mulia. Al-Qur’an yang seharusnya menjadi pedoman umat manusia sering terabaikan dengan padatnya aktivitas manusia modern saat ini. Permasalahan tersebut tidak terlepas dari ketidakpastian pendidikan Islam yang dipelajari mulai dari usia dini hingga usia dewasa. Pemahaman yang belum maksimal terhadap pendidikan Islam telah melahirkan berbagai kasus sosial dewasa ini. Perkembangan zaman yang menghantarkan modernisasi hendaknya diimbangi dengan pengetahuan dan keimanan yang berlandaskan al-Quran. B. Makna Pendidikan dari Berbagai Perspektif Sebelum membahas lebih lanjut tentang pendidikan terdapat dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaitu paedagogie dan paedagogiek. Paedagogiek artinya pendidikan dan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. 2 Kedua istilah tersebut hampir sama namun mengandung arti yang berbeda. Paedagogiek berasal dari bahasa Yunani dari kata paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Terdapat dua istilah pendidikan, yaitu pertama, pendidikan merupakan segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. 3 Kedua, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.4 Sedangkan pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata dasar “didik” (mendidik). Beberapa istilah pendidikan di antara: paedagogiek (ilmu menuntun anak), opveading (membesarkan), panggulawentah (mengubah), educare (melatih atau mengajarkan) dan 2 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teori dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), h. 3 3 Ibid, h. 10 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
erzhicung (membangkitkan atau mengaktifkan). Berdasarkan istilah-istilah tersebut, kemudian Brodjonegoro menerjemahkan pendidikan sebagai tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai lahir sampai tercapainya kedewasaan secara jasmani dan rohani agar dapat memenuhi sendiri tugas hidupnya.5 Ki Hadjar Dewantoro menjelaskan bahwa pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak-anak. Maksud dari penyataan tersebut adalah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang selaras dengan alamnya dan masyarakatnya.6 Dalam filsafat pendidikan, pendidikan merupakan masalah khas manusia. Artinya hanya makhluk manusia saja yang eksistensi kehidupannya mempunyai persoalan pendidikan.7 Berdasarkan arti pendidikan tersebut di atas maka mahluk lain selain manusia tentu kehidupannya relatif seimbang dan stabil tidak banyak perubahan dalam kehidupannya. Maka manusia mempunyai kekhususan dalam tumbuh kembang dirinya, sehingga selagi manusia masih ada dalam dunia ini maka pendidikan akan ada dan terus membuat perkembangan dan perubahan dalam kehidupan. Definisi lain dari pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan berlangsung di segala jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan hidup, yang kemudian menolong pertumbuhan segala potensi yang ada di dalam diri individu8. Dalam pengertian pendidikan secara sempit maka pendidikan merupakan kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah ditentukan. 9 Namun definisi secara sempit ini hanya dilaksanakan di dalam sekolah. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak yang memiliki tujuan. Dengan demikian pendidikan akan berhasil mana kala pendidikan tersebut memiliki tujuan serta komitmen yang pasti antara pendidik dan peserta didik. Hubungan yang harmonis antara yang terkait tentunya akan menghasilkan out put yang berkualitas dan berdaya guna. Setiap pergaulan orang dewasa terhadap anak-anak tidak semua termasuk pendidikan. Satu-satunya 5 Nanang Purwanto, Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2014), h. 20 6 Ki Hajar Dewantara, Masalah Kebudayaan, Kenang-kenangan Promosi Doktor Honoris Causa, Yogyakarta, h.42 7 Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media Group, 2008), h. 78 8 Ibid. h. 80 9 Ibid, h. 84
pengaruh yang dapat dinyatakan sebagai pendidikan manakala pergaulan tersebut dapat menuju kedewasaan sang anak, agar sang anak mampu memenuhi tugas hidupnya dan bertanggung jawab atas dirinya. C. Pendidik dan Mendidik Pendidik merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.10 Mereka orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peran pendidik pada umumnya ditujukan untuk orang tua, guru, dan pelatihan.11 Mendidik ialah memimpin anak.12 Dengan dikatakan memimpin perkembangan anak, maka anak bukanlah dibentuk. Karena definisi dari membentuk dapat ditafsirkan menjadi seperti gumpalan tanah yang dapat dibentuk sesuka dan kehendak dari pendidik. Namun dengan dinyatakan mendidik sebagai memimpin anak maka dapat diartikan bahwa pendidiklah yang memimpin sang anak untuk tumbuh dan memperkembangkan diri. Karena proses pendewasaan anak butuh diarahkan dan dibimbing sampai tujuan. Mendidik dalam kamus besar Bahasa Indonesia, berasal dari kata didik lalu diberi awalan “me” sehingga menjadi “mendidik” yang artinya memelihara dan memberi latihan. Mendidik adalah proses pendidikan yang dilakukan pendidik untuk anak didik sehingga tercapai tujuan dari pendidikan. Mendidik juga termasuk dari gaya atau seni dari pendidik untuk mendidik anak didiknya dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Mendidik bukanlah hal yang mudah namun bukan pula hal yang sulit, mendidik harus tulus dan ikhlas dari hati pendidik sehingga proses pembelajaran yang akan diterima anak didik akan mudah dan sampai dengan baik. Proses pembelajaran tersebut yang akan menjadikan tujan pendidikan berjalaan dengan baik dan efektif. TABEL 2.1 PERBANDINGAN ANTARA GEJALA-GEJALA Anak-anak Mencari bentuk
Dewasa Menampakan diri sebagai bentuk
10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 11 Nanang Purwanto, Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 25 12 Ibid., h. 3
Tak mempunyai ketetapan
Beranggapan mempunyai ketetapan Merdeka Tetap, stabil Kuat Membantu Tahu mengambil dan menentukan jalan (tidak bergantung kepada orang lain)13
Tak ada kemerdekaan Kelihatan mudah berubah Lemah Memerlukan bantuan Sangat mudah terpengaruh (belum mempunyai keyakinan yang tetap) D. Tujuan Pendidikan Pendidikan tentu memiliki tujuan dalam pelaksanaannya, tujuan umum dari pendidikan ialah membawa anak kepada kedewasaannya, yang berarti bahwa ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri.14 Anak harus mampu mengenal dan bertanggung jawab pada dirinya sendiri sehingga dapat menuntun mereka menuju kedewasaan. Mereka mampu mengenal adab dan norma-norma yang berlaku dalam kehidupannya, anak harus dididik menjadi orang yang sanggup mengenal dan berbuat menurut kesusilaan. Tujuan pendidikan berhubungan erat dengan pandangan hidup si pendidik sendiri.15 John Dewey adalah seorang “pragmatisme” yaitu suatu aliran dalam filsafat yang mementingkan guna atau faidah, segala sesuatu dianggap baik atau buruk ditinjau dari segi faidah atau kegunaannya dalam dan bagi manusia. Jhon Dewey berpendapat bahwa Tujuan Pendidikan ialah membentuk manusia untuk menjadi warga negara yang baik. 16 Dalam pandangan lain tujuan utama dalam pendidikan adalah pengembangan potensi intelektual dalam bentuk penguasaan bidang ilmu khusus dan kecakapan merakit sistem teknologi.17 Sedangkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sikdiknas BAB II Pasal 3 menyatakan: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk 13 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Rosdakarya, 2000), h. 15 14 Ibid., h. 19 15 Ibid., h.19 16 Ngalim Purwanto, h. 24 17 Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta, Ar-ruzz Media Group, 2008), h. 84
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada prinsipnya tujuan pendidikan itu ditentukan oleh perkembangan zaman dan kebudayaan dimana tempat manusia itu hidup”. Berdasarkan tujuan pendidikan tersebut maka tentulah setiap pendidikan harus memiliki tujuan yang jelas dalam mendidikan, jika seorang pendidik tidak mengtahui tujuan dalam mendidik maka pendidikan tersebut tidak jelas arahnya dan akan dibawa kemana anak didiknya. E. Pendidikan Islam Pada pembahasan sebelumnya penulis telah memaparkan definisi dari pendidikan, maka selanjutnya kita akan membahas definisi dari pendidikan Islam. Muhammad Natsir dalam tulisannya “Idiologi Pendidikan Islam” Menyatakan; ”Yang dinamakan pendidikan, ialah suatu pimpinan jasmani dan ruhani menuju kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusian dengan arti sesungguhnya”.18 Dalam pandangan lain definisi dari pendidikan Islam, M.Yusuf alQurdhawi memberikan definisi, Pendidikan Islam ialah pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya; rohani dan jasmaninya; akhlak dan keterampilannya. Kerena itu, pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.19 Pendidikan Islam menurut H. M. Arifin “Pendidikan Islam ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan diri pribadi, manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan dan pancaindra. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik spiritual, intelektual, imajinasi (fantasi), jasmaniah, keilmiahannya, bahasanya, baik secara individual maupun kelompok serta mendorong aspek-aspek itu ke arah kebaikan dan pencapaian kesempurnaan hidup.20 Firman Allah dalam al-Qur’an: م م م ن يم ه ن كاوهناوا م س م س اءء ر خي رًقرا ر م ر مي ا أي يمه ا ال ل ر سسس ى أ ر س ى أ ر خرر مقاو ء س اءء ع م م ن نر م م موال ن ر م ن قماورم ء ع م م مهناوا ال ي م ر من رهه ر ن نآ م م ر م ر ذي م م م م ال ر ه م موال ت ممن اب مهزوا رب الل ر م مهزوا أن ر ه ن م ن موال ت مل ر ر خي رًقرا ر ف ه س اال ر ف م ن ل مسس ر ن وم م ساوقه ب معرد م الي م س ه سك ه ر ب ب رئ ر م ق ا ر مسس ر مسس ا ر من رهه ل ي مك ه ل ه ل م م (١١) ن ماو م ي مت ه ر م الظ ال ر ه ب فمأولئ رك هه ه 18 Mohd. Nasir, Kapita Selekta, (Bandung: S’Gavenhage, 1954), h. 87 19 Yusuf Al-Qadhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasanah Al-Banna, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 157 20 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 16
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolokolok kaum lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan janganlah pula perempuan-perempuan (mengolo-olok) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang Mengolok-olok). Janganlah kamu sangling mencela satu sama lain, dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruknya panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”(al-Hujurot: 11 ) م ذا قريسس م ذا رقي م ل ان ر ه م ومإ ر م مهناوا إ ر م شسسهزوا حاوا ي م ر م تم م مي ا أي يمه ا ال ل ر س ه م م س ه ف م س مف افر م ف ل ه ل مك هسس ر ح الل ل ه حاوا رف ي ال ر م ل ل مك ه ر ن نآ م ذي م س ر ج ال ر ر ه مف ان ر ه (١١) خربيءر ن م ج ا ء م موال ل ر مهناوا ر ه ال ل ر مهلاو م م د ممر م م ا ت معر م ه بر م ت موالل ل ه ن أوهتاوا ال رعرل ر م من رك ه ر ن نآ م شهزوا ي مررفمرع الل ل ه ذي م ذي م Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadalah :11) Bilamana pendidikan kita artikan sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, Maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa dan tanggung jawab.21 Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan citacita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.22 Pendidikan Islam mengajarkan dan mendidik manusia untuk selalu meninggikan akal dan akhlak budi pekerti sesuai dengan ajaran dalam Al-Quran. F. Ilmu Pendidikan Islam dalam Al-Qur’an ه ل هم ر …قه ر (٩) ب ن موال ل ر او ي ال ل ر ماو م ماو م ل يم ر ن إ رن ل م ن ال ي معرل م ه ن ي معرل م ه م ا ي مت مذ مك لهر أوهلاو الل رمب ا ر ذي م ذي م ست م ر Artinya: “…Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Al-Zumar (39) ayat 9. Definisi ‘ilmu dalam bahasa Arab bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti pengetahuan. Jadi pada dasarnya bila ditinjau dari 21 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Sinar Grafik Offset, 1996), h. 10 22 Ibid.
istilahnya, sama saja. Tetapi biasanya orang membedakan antara ilmu atau ilmu pengetahuan (science) dengan pengetahuan atau pengetahuan pengalaman. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui seseorang dengan jalan apapun. Sering juga orang menyebutkan “pengetahuan” itu sebagai segala sesuatu yang diketahui dari pengalamannya, sehingga disebut “pengetahuan pengalaman”.23 Maka dapat disimpulkan bahwa ilmu atau ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang diperoleh dengan penelitian yang mendalam, yang diperoleh dengan mempergunakan metode-metode ilmiah. Yang dimaksud dengan metode ilmiah adalah segala cara yang ditempuh atau dipergunakan oleh sesuatu ilmu untuk sampai kepada pembentukan ilmu menjadi kesatuan yang sistematis, organis, dan berkaitan secara logis.24 Ilmu dalam pandangan Islam sangatlah luas, namun dijelaskan dalam al-Qur’an bahwa kedudukan Ilmu sangat tinggi sesuai dengan turunnya wahyu pertama pada surat al-Alaq. Manusia yang rajin membaca al-Qur’an akan mendapatkan materi “ilm” dari kata kerja ta’lam (kamu mengetahui) ditunjukan untuk orang kedua jamak, terulang sebanyak 56 kali. Ditambah tiga kali dengan redaksi fasata’lamun’ maka kalian akan mengetahui sembilan kali dengan redaksi ta’lamu’ kalian mengetahui 85 kali dengan redaksi ya’lamun’ mereka mengetahui’, tujuh kali dengan redaksi ya‘lamun ‘mereka mengetahui’ dan sekitar 47 kali terulang kata kerja ‘allama beserta kata jadiannya. Kata sifat ‘alim secara nakirah dan ma’rifah, terulang sebanyak 140 kali. Dan kata ‘ilm, secara narkirah dan ma’rifah, terulang 80 kali.25 Imam Raghib al-Ashfahani dalam kitabnya, Mufrada al-Quran, berkata, “Ilmu adalah menghuni sesuatu sesuai dengan hakikatnya.26 Karena kedudukan ilmu sangat tinggi maka sudah menjadi kewajiban manusia untuk senantiasa selalu meningkatkan kualitas dirinya dengan ilmu dan menjadikan Al-Qur’an sebagai sandaran dan sumber pengetahuan Pendidikan Islam. G. Media Komunikasi dalam Pendidikan Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiyah berarti perantara bentuk pengantar.
23 Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineke Cipta, 2010), h. 11 24 Ibid. 25 Yusuf Qardhawi, Al-Qur’an Berbicara Tentang Akal Dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Gema insani, 1999), h. 87 26 Ibid., h. 88
Media adalah perantara atau pengnatar pesan dari pengirim ke penerima pesan27. Asosiasi Teknologi dan komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai bentuk informasi yang digunakan untuk menyalurkan pesan. Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan sisiwa yang dapat merangsangnya untuk belajar. 28 Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pendidikan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, filem, kaset, filem bingkai adalah contoh-contohnya. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memeliki pengertian berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.29 Media sebagai alat komunikasi dalam segala hal termasuk dalam dunia pendidikan, media yang memiliki jangkauan sangat luas menjadikan media sebagai sarana informasi tanpa batas dan media merupakan sarana informasi Pendidikan sangat penting dalam proses pembelajaran. Perkembangan media cukup pesat sampai saat ini di pertengahan abad 20 media yang digunakan sebagai alat bantu visual misalnya gambar, model, dan objek lainnya dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan yang konkrit dalam pendidikan. Jika sebelumnya definisi media sudah dibahas maka selanjutnya definisi komunikasi. Pengertian komunikasi dalam ilmu sosial, batasan akan pengertian komunikasi belum terdapat kesepatakan, Berelson dan Steiner mendefinisikan komunikasi sebagai “penyimpan informasi, ide, emosi, keterampilan, dan lain-lain, melalui penggunaan simbol kata, gambar, angka, grafik dan sebagainya.30 Adapun Shacter menulis bahwa “Komunikasi merupakan mekanisme untuk melaksanakan kekuasaan”. Definisi Shacter ini merupakan komunikasi sebagai unsur kontrol sosial atau untuk mempengaruhi prilaku, keyakinan, sikap terhadap orang lain. 31 Sementara Dean Barnlund “Communication describes the evolution of meaning”; meaning is something invented, essigned, rather then something received. Thus communication is not reaction to something, nor an interaction with something, but a transaction in which man invents and attributes to realize 27 Arief S. Sadiman, R. Rahardjo,dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1986), h. 6 28 Gagne (1970) 29 Ibid h.6-7 (Briggs (1970) 30 Berelson dan Steiner (1964) 31 Adapun Shacter (1961)
his purpose.” (Komunikasi melukiskan evolusi makna; makna adalah sesuatu yang diciptakan, ditentukan, diberikan, dan bukan sesuatu yang diterima. Jadi, komunikasi bukanlah sesuatu reaksi terhadap sesuatu, bukan pula interaksi dengan sesuatu, melainkan suatu transaksi yang di dalamnya orang menciptakan dan memberi makna agar menyadari tujuan orang tersebut.) 32 Media yang menjadi jadi sarana informasi dan komunikasi dalam pendidikan tentu akan memberikan danpak dalam setiap informasi yang akan diterima. Informasi yang dihasilkan dapat berdampak positif atau pun negatif tergantung dalam penyaringan informasi terbut. Maka perlunya batasan dalam memilih informasi untuk anak-anak dengan dibimbing dalam proses pendidikannya.
H. Media Televisi Media Televisi adalah bagian dari alat informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan, media visual akan menghadirkan pendidikan yang kongrit dan jelas, sehingga media televisi sangat penting dalam kemajuan pendidikan Islam. Bretz mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga unsure pokok, yaitu suara, visual dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga yaitu, garis (line graphic) dan simbol yang merupakan suatu kontium dan bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Di samping itu, Bretz juga membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam (recording) sehingga terdapat 8 Klasifikasi media: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi-gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi-gerak, 7) media audio dan 8) media cetak.33 Televisi adalah media yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara audio-visual dengan disertai unsure gerak. 34 Dalam mengelompokan media televisi termasuk dengan media massa. Sebagai media massa, maka media televisi termasuk media pendidikan. Media televisi sudah bukan lagi menjadi barang mewah untuk saat ini, maka keberadaannya sudah dianggap biasa. Berdasarkan hal tersebut maka Informasi yang diberikan lewat media televisi sudah sangat mudah didapat, batasan-batasan dalam mendapatkan informasi juga sudah sulit untuk dilakukan, kecuali kesadaran dari pemberi informasi dan batasan yang diberikan pendidik baik di rumah atau pun dilembaga pendidikan. 32 Henry Subiakto, Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media & Demokrasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 14-15 33 Arief S. Sadiman, R. Rahardjo,dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1986), h. 20 34 Ibid., h. 71
I. Media Internet Media atau bahan perangkat lunak (software) berisi pesan dan informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan. Peralatan atau perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung pada mesia tersebut.35 Media Internet termasuk media visual dimana media visual merupakan media yang sangat kongkrit dan jelas dalam memberikan informasi kepada penggunannya, media internet juga terlahir untuk memberikan informasi dengan mudah dan menyeluruh. Internet adalah program yang menggunakan jaringan yang saling terhubung menggunakan standar sistem global Transmission Control Protocol/Internet Protocol Suite (TCP/IP) sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia.36 Table.2.2 Danpak Positif dan Negatif
Positif Media Komunikasi Media untuk mencari infomasi Sumber informasi yang sangat luas Tempat pertukaran data Kemudahan bisnis Sumber Penghasilan
Negatif Penipuan Ponografi Individul Informasi yang tanpa batas usia Sulit diawasi/kontrol Keingintahuan yang lebih dan terus menerus (Kecanduan)
J. Makna Modernisasi Definisi dari modernisasi, Kata “modern” berasal dari bahasa Inggris. Dalam tinjauan kamus Longman Dictionary of Contemporary English disebutkan bahwa kata “modere” adalah bentuk adjective atau kata sifat “modern : ajd: of the present time, or of the not for distant past; not ancient.37 Berarti modern itu menunjukkan sifat sesuatu yang baru yang
35 Ibid, h.19 (AECT,1977) 36 (Wikipedia) 37 Geoffry Leech, Longman Dictionary of Centempory English, (London: Longman,1987), h. 668
berlaku pada masa kini atau masa yang tidak terlalu jauh dari masa kini, atau tidak kuno.38 Definisi modernisasi ditinjau etimologis bahwa kata modern mempunyai dua penafsiran, yaitu dalam arti “baru” yang berlawanan dengan kata lama atau kuno. Artinya yang dikatakan “baru” adalah sesuatu yang belum ada sebelumnya, dalam arti yang selalu dianggap baru tidak pernah dianggap usang sehingga berlaku sepanjang masa. Dengan demikian, kata modern itu juga berarti progresif dan dinamis.39 Bentuk kata modern adalah kata to modernize dan kata modernization dan kata modernitas. Kata to modernize yang berbentuk verd atau kata kerja adalah to make suitable for modern use, or for the needs or the present time.40 Dapat diartikan bahwa modernisasi adalah membuat sesuatu yang baru yang dapat digunakan, atau sesuatu yang diperlukan pada masa sekarang. Maka modernisasi dapat diartikan upaya menciptakan sesuatu yang baru yang dibutuhkan dan digunakan pada masa sekarang.41 Perkembangan zaman yang kian pesat menghantarkan kita pada perubahan-perubahan pola fikir, kemajuan yang terjadi disegala bidang ilmu pengetahuan mengharuskan manusia untuk menerima dan mentransfer semua dengan mudah dan cepat. Modernisasi tidak dapat kita elakkan atau abaikan dalam kehidupan dan dalam dunia pendidikan. Kehidupan manusia yang terus berkembang tentunya menuntut kemajuan dalam ilmu pengetahuan. Pengetahuan yang terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman menghadirkan peradaban modern. Modernisasi yang hadir saat ini tidak hanya memberikan kemudahan dan kemajuan namun juga memiliki dampak yang lain dalam kehadirannya,dampak positif dan dampak negatif. Kehadiran dua dampak tersebut akan bergantung dalam hal bagaimana cara manusia menerima kemajuan dari perkembangan zaman modern tersebut. Kemajuan dari modernisasi bukan untuk diterima secara metah-mentah namun perlu adanya filterisasi dalam penerimaannya, karena kemajuan dari modernisasi terkadang harus berbenturan dengan peradaban lama atau tradisi. Modernisasi dalam perkembangan pendidikan Islam tentunya tetap harus mempertahankan apa yang sudah menjadi dasar dari pemikiran Islam itu sendiri. Modernisasi yang terjadi saat ini menghantarkan 38 Iskandar Engku, Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islam, (Bandung: Rosdakarya, 2014), h. 197 39 Nurcholis Madjid, Islam, Kemoderanan, dan Keindonesian, (Bandung: Mirzan, 1998), h. 174 40 Geoffry Leech, Longman Dictionary of Centempory English, (London: Longman,1987), h. 669 41 Iskandar Engku, Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islam, (Bandung: Rosdakarya, 2014), h. 198
pada pembangunan dalam pendidikan. Tanpa adanya pendidikan yang mumpuni dan memadai akan sulit untuk mencapai kemajuan. Sehingga banyak dari ahli pendidikan berpandangan bahwa Pendidikan merupakan kunci yang membuka pintu ke arah modernisasi.42 K. Pengaruh Perkembangan Zaman Pengaruh dari perkembangan zaman saat ini sangat mudah dilihat dalam kehidupan metropolitan, manusia yang hidup di kota-kota besar tidak ada yang terlewatkan dalam hal perkembangan zaman. Jika kita membahas pengaruh perkembangan zaman pada kehidupan metropolitan tentu akan jauh berbeda dalam kehidupan pedesaan. Namun tidak dipungkiri hadirnya kemajuan dari perkembangan zaman juga dirasakan dalam kehidupan bermasyarakat di wilayah pedesaan ataupun pedalaman. Karena sudah menjadi hakikat dari manusia untuk terus berkembang dan maju, manusia yang diciptakan dengan akal akan terus berpikir dan dinamis dalam perkembangannya. Hanya saja pengaruh yang dirasakan oleh masyarakat metropolitan lebih cepat dan maju, karena masyarakat perkotaan lebih mudah terbuka dalam menerima kemajuan dari perkembangan zaman. Seiring dengan kemajuan intelektual dan sosial masyarakat maka mereka pun lebih cepat beradaptasi dan menerima kemajuan dari perkembangan zaman. Namun dalam masyarakat pedesaan perkembangan zaman tidak begitu cepat dinikmati, dikarenakan mereka masih berhadapan dengan tradisi yang mereka miliki atau yang mereka percayai. Sehingga kemajuan dan kecanggihan dari perkembangan zaman pun tidak begitu mudah di terima. Hal tersebut juga dialami oleh masyarakat dipedalaman yang jauh dari jangkauan hiruk pikuk metropolitan. Namun mau tidak mau kita juga harus berani menyatakan bahwa dengan hadirnya jaringan komunikasi lewat satelit yang menghadirkan internet membawa pada perkembangan secara perlahan-lahan. Tradisi dan peradaban yang terjadipun sedikit demi-demi sedikit terus bergeser dalam pratiknya. Itulah hal yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Kerena hakikat hidup terus berkembang secara dinamis, pengetahuan pun terus berkembang, begitu pula dalam hal pendekatan pendidikan Islam. L. Modernisasi Pendidikan Islam Gagasan program modernisasi pendidikan Islam mempunyai akar-akar dalam gagasan tentang modernisme pemikiran dan institusi Islam secara keseluruhan. Dengan kata lain, modernisme pendidikan Islam tidak bisa dipisahkan dengan kebangkitan gagasan dan program modernisme Islam. Pemikiran dan kelembagaan Islam termasuk pendidikan haruslah dimodernisasi, sederhananya diperbaharui sesuai dengan kerangka modernitas, mempertahankan pemikiran kelembagaan Islam tradisional 42 (Harbison &Myers 1964:181).?
hanya akan memperpanjang nestapa ketidakberdayaan kaum muslim dalam berhadapan dengan kemajuan dunia modern.43 Pendidikan dalam masyarakat modern atau masyarakat yang bergerak pada modernisasi pada hakikatnya berfungsi untuk memberikan kaitan antara anak didik dan lingkungan sosio-kultural yang dinamis dan terus berkembang serta berubah-ubah. Disimpulkan oleh Shipman bahwa fungsi pokok pendidikan dalam masyarakat modern terdiri dari tiga bagian, yaitu sosialisasi, penyekolahan (Schooling), dan pendidikan (education).44 Untuk mencapai semua tujuan ini, pendidikan dalam proses modernisasi akan mengalami perubahan fungsional dan antar-sistem. Perubahan-perubahan tersebut pada tingkat konseptual dapat dirumuskan dengan mengunakan pendekatan sistem-sistem (sytems approach).45 Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa modernisasi adalah sesuatu yang baru namun tidak hanya selalu baru, tetapi mengandung arti selalu baru. Dengan hadirnya modernisasi pendidikan Islam maka pendidikan harus terus berkembang secara dinamis sesuai dengan kebutuhan zaman yang terjadi di masanya, sehingga pendidikan hendaknya mengandung kebaikan dunia dan akhirat, sehingga pendidikan Islam akan menghasilkan konsep demokrasi dan pendidikan yang benar dan kaffah. M. Masa Modern dalam Pandangan Islam ر م ر م ( اقرمرأ ر وممرب ي م٢) ق سم ر مرب ب م ) قل مم ر م رب ال ر م ( م١) خل مقم ذ ي م ( ال ل ر٣) م ن ر ك ال ل ر س ا م ك الك رمر ه خل مقم الن ر م اقرمرأ رب ا ر ذ ي ع مل ل م ن ع مل ء (٥) م س ا م م الن ر م م ي معرل م ر م ا ل م ر ن م ( ع مل ل م٤ Artinya: “1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Surat Al-Alaq 1-5) Berdasarkan surat al-Alaq tersebut di atas maka jelas bahwa dalam pendangan Islam, manusia terus bergerak dinamis dan harus terus berkembang secara pengetahuan dan keilmuan. Maka modernisasi dalam pandangan Islam bukanlah hal yang dilarang, melainkan kehadirannya adalah bentuk dari peradaban dan perkembangan dalam keilmuan dan pengetahuan manusia. Modernisme dan modernisasi pendidikan Islam jika ditinjau dari perspektif perkembangan kebudayaan dan kelembagaan pendidikan tradisional Islam sulit untuk berkembang tanpa adanya modernisasi, perkembangan modernisasi dalam pendidikan Islam hendaknya disikapi dengan perkembangan dan kebutuhan dari kehidupan zaman. 43 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Jakarta, Logos, 2002, h. 31 44 Shipman (1972:33-35)? 45 Azyumardi Azra, Op. Cit., h. 32
Modernisasi yang menghadirkan pembaharuan menghasilkan kemajuan dalam pendidikan Islam, sehingga modernisasi pendidikan Islam adalah proses penyesuaian pendidikan Islam dengan kemajuan zaman. 46 Modernisasi dalam pandangan Islam merupakan perkembangan dari cara berpikir manusia di zaman yang terus berkembang. Pendidikan yang merupakan wahana serta proses perkembangan anak didik dalam mengenal nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku, tentu akan dihadirkan dengan perkembangan dari zaman yang berlaku. Masa modern dalam pandangan Islam merupakan hal yang dinamis dan kebutuhan zaman. Pendidikan dalam masyarakat modern pada dasarnya berfungsi untuk memberi keterkaitan antara anak didik dengan sosial kulturalnya yang dinamis dan terus berubah. Maka dalam banyak hal pendidikan secara sadar digunakan sebagai instrumen untuk perubahan dalam kehidupan masyarakat. N. Penutup Dari uraian di atas jelaslah betapa pentingnya pendidikan Islam untuk membangun generasi bangsa yang memiliki pengetahuan Imtek dan Imtaq yang baik. Dengan berlandaskan al-Quran, maka kecanggihan serta kemudahan dari hadirnya berbagai macam media komunikasi dan informasi baik melalu media televisi atau pun media internet di masa modernisasi saat ini dapat disikapi dengan baik dan bijaksana. Sehingga modernisasi tidak menjadi kemunduran dari peradaban generasi Islam selanjutnya, melainkan dengan modernisasi menjadikan kemajuan bagi generasi-generasi bangsa yang madani. Media Televisi dan Media Internet adalah contoh dari kecangihan berbagai macam jenis media komunikasi dan informasi di masa modernisasi saat ini. Hadirnya berbagai macam media tersebut adalah sebagai bentuk kemudahan bagi sarana pembelajaran untuk anak didik. Pendidikan Islam akan dapat terus berkembang dan maju manakala tetap dapat mengikuti perkembangan zaman dengan berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadist.
46 Iskandar Engku, Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islam, (Bandung: Rosdakarya, 2014), h. 83
Daftar Pustaka Alfian, Transformasi sosial budaya dalam pembangunan, (Jakarta, UI-Press, 1986) Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Sinar Grafik Offset: 1996) Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, ,1986) Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineke Cipta, 2010) Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 2002) Geoffry Leech, Longman Dictionary of Centempory English, (London: Longman, 1987) Henry Subiakto, Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media & Demokrasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012) H. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) ___________, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Sinar Grafik Offset, 1996) Iskandar Engku, Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islam, (Bandung: Rosdakarya, 2014) Ki Hajar Dewantara, Masalah Kebudayaan, Kenang-kenangan Promosi Doktor Honoris Causa, Yogyakarta. Muhammad Ismail Yusanto, dkk, Menggagas Pendidikan Islam, (Bogor: AlAzhar Press, 2004) M. Ngalim Purwanto, Ilmu pendidikan teori dan praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990) Mohd. Nasir, Kapita Selekta, (Bandung: S’Gavenhage, 1954) Nanang Purwanto, Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014) Nurcholis Madjid, Islam, Kemoderanan, dan Keindonesian, (Bandung: Mirzan, 1998) Racmad K. Dwi Susilo, Sosiologi Lingkungan, (Jakarta: Rajagrafindo Perdana, 2008) Selo Soemardjan, Menuju Tata Indonesia Baru, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000) Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta:Ar-ruzz Media Group, 2008) Undang-undang Republik Indonesia Nomor.20 tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Weinata Sairin, Pendidikan yang Mendidik, (Jakarta: Yudhistira, 2001) Yusuf Al-Qadhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasanah Al-Banna, terj. Prof. H. Bustami A. Gani dan Drs. Zainal Abidin Ahmad, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980) --------------------------, Al-Qur’an berbicara tentang Akal dan ilmu pengetahuan, (Jakarta: Gema Insani, 1999)