EMPATHY CARE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU MEMAAFKAN PADA REMAJA AKHIR EMPATHY CARE TRAINING FOR INCREASE FORGIVENESS ON LAST-ADOLESCENSE Rifka Annisa Anggia K.E. Marettih Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru Email:
[email protected] ABSTARCT This study aimed to have know influence empathy care training for increase forgiveness on lastadolescense. This research experiment is true experiment use two group pretest-posttest control group design between subject. Subject of the research are 16 last-adolescence which 8 into experiment group and 8 into control group. The data were collected by using forgiveness scale (Nashori, 2012). The result of Mann Whitney U Test analiysis showed value Asymp. Sig. (2 tailed) 0,020 (p<0.05) with value Z score 2.329. It is mean, empathy care training can increase forgiveness to last-adolescense. The result of Wilcoxon Signed Rank Test on experiment group showed value Asymp. Sig. (1 tailed) 0,046 (p<0,05) it is mean there is different at pretest-posttest score. Empathy care training can help last-adolescense increase empathy that so able to describe reflect on position other people guilty also chosen to make a peace with guilty individu and then can increase forgiveness. Keyword: forgiveness, empathy care training, last-adolescense. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh empathy care training dalam meningkatkan perilaku memaafkan pada remaja akhir. Jenis penelitian eksperimen murni dengan desain between subject randomized two group pretest-posttest control group design. Subjek berjumlah 16 orang yang dikelompokkan secara acak menjadi 8 orang kelompok eksperimen dan 8 orang kelompok kontrol. Data penelitian dikumpulkan melalui skala perilaku memaafkan oleh Nashori (2012). Dari hasil analisis Mann Whitney U Test di peroleh nilai Asymp. Sig. (2 tailed) sebesar 0,020 (p<0,05) dengan nilai Z Score sebesar -2.329. Artinya, empathy care training dapat meningkatkan perilaku memaafkan pada remaja akhir. Dari hasil analisis Wilcoxon Signed Rank Test pada kelompok eksperimen diperoleh nilai Asymp. Sig. (1 tailed) sebesar 0,046 (p<0,05) yang artinya terdapat perbedaan antar skor prates dengan pascates pada kelompok eksperimen. Empathy care training dapat membantu remaja meningkatkan empati sehingga mampu membayangkan jika berada di posisi individu yang bersalah serta lebih memilih untuk berdamai dengan individu yang bersalah sehingga dapat meningkatkan perilaku memaafkan pada remaja. Kata kunci: Perilaku Memaafkan, Empati, Empathy Care Training, Remaja Akhir.
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
| 285
Rifka Annisa & Anggia K.E. Marettih
Dalam melakukan hubungan so-
teman sebaya, dan menghadapi kondisi
sial, individu kadang-kadang berbuat
serta harapan baru. Hal ini menyebab-
salah kepada individu lain. Pada sisi
kan remaja mengalami kegagalan dalam
lain, individu tentu pernah mengalami
menyelesaikan masalah yang dihadapi-
perlakuan dan situasi yang mengecewa-
nya. Oleh sebab itu masa remaja sering
kan atau menyakitkan. Remaja adalah
dikatakan
salah satu masa yang dilewati oleh
Masalah-masalah
individu. Sebagai individu yang beranjak
remaja sering menjadi masalah yang
dewasa, remaja juga melakukan interaksi
sulit untuk diatasi juga dikarenakan para
dengan individu lain untuk melakukan
remaja merasa mandiri dan memiliki
hubungan sosial demi kelangsungan
teman sebaya yang lebih mengerti akan
dalam menyesuaikan diri dengan ling-
dirinya sehingga mereka ingin mengatasi
kungan.
masalahnya sendiri dan menolak ban-
Hurlock (2011) membagi masa
tuan
sebagai
keluarga,
usia yang
orangtua
bermasalah. terjadi
dan
pada
guru.
remaja menjadi masa remaja awal dan
Namun, hubungan pertemanan sebaya
remaja akhir, sedangkan pemisah antara
ini tidak berlangsung lama dan harmo-
usia remaja awal dan akhir terletak pada
nis, karena secara emosi setiap remaja
usia 17 tahun hingga usia awal dewasa
memiliki sifat egosentris yang tinggi dan
ketika remaja sudah hampir memasuki
ingin menang sendiri sehingga memicu
dunia kerja orang dewasa. Sementara
terjadinya konflik selama periode masa
usia dewasa awal, menurut Hurlock,
remaja. Tidak sedikit dari hubungan
berada pada usia 21 tahun, sehingga
pertemanan remaja berakhir pada kon-
pada penelitian ini peneliti mengguna-
flik, kekecewaan, ataupun menyakitkan
kan usia remaja akhir dengan batas usia
hati.
dari 17 tahun hingga 21 tahun.
Hurlock (2011) mengungkapkan
Hurlock (2011) menyatakan bah-
sebagai pihak yang sudah beranjak ke
wa keadaan emosi remaja berada pada
masa dewasa remaja dituntut memiliki
periode badai dan tekanan (storm and
kemampuan untuk dapat mereduksi dan
stress), yaitu suatu masa di mana
mengelola emosi, mampu menunjukkan
ketegangan emosi meninggi sebagai
emosio yang stabil, dan mampu meng-
akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
gambarkan berbagai situasi dan rang-
Meningginya
karena
sangan yang dapat menimbulkan reaksi
remaja berada di bawah tekanan sosial,
emosional. Salah satu caranya adalah
emosi
remaja
286 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
Empathy Care Training Untuk Meningkatkan Perilaku Memaafkan Pada Remaja Akhir
dengan membicarakan masalah atau per-
kalanya memaafkan pada remaja sering
tikaian yang terjadi dengan individu lain,
kali terjadi hanya sekedar memaafkan
sehingga remaja tidak lagi menyimpan
dari mulut saja tanpa memaafkan setulus
perasaan sakit dari perasaan sendiri,
hati. Hal ini karena periode dan kondisi
mampu melepaskan semua amarah, dan
emosi remaja yang masih labil. Remaja
tidak lagi mempunyai perasaan untuk
mudah marah dan mudah memaafkan
membalas semua sakit hati, sehingga
juga, tetapi banyak remaja yang tidak
dapat membangun kembali relasi yang
memahami makna memaafkan yang
baik dengan individu yang bersalah yang
sebenarnya sehingga mudah kembali
ditunjukkan dengan perilaku memaaf-
mengalami konflik. Berdasarkan American Psycholo-
kan. Penyelesaian konflik antar pribadi
gical Association (2006), diketahui me-
dan merajut hubungan yang telah retak
maafkan adalah suatu proses tindakan
bukanlah hal yang sederhana. Memaaf-
sebagai upaya yang dilakukan seseorang
kan merupakan cara yang efektif untuk
untuk melibatkan diri dengan mengubah
mengatasi permasalahan antar individu
emosi negatif dan menunjukkan perilaku
karena di dalam memaafkan melibatkan
pengampunan dan tidak membalas kepa-
empat proses, yaitu pengetahuan, pema-
da individu yang menyakiti. Perilaku
haman, memberikan kesempatan kepada
memaafkan itu sendiri dapat dibedakan
individu yang bersalah untuk memper-
dari melupakan, membalas orang lain
baikinya, dan berakhir pada memberikan
dengan setimpal dengan perbuatannya
maaf
Memaafkan
atau rekonsiliasi. McCullough, Rachal,
dapat diartikan sebagai suatu kondisi
dan Worthington (1997) mengungkap-
saat remaja telah siap untuk menerima
kan bahwa perilaku memaafkan adalah
dan melepaskan rasa sakit hati atau
konsep dasar yang menghambat sese-
kekecewaan yang dialami. Hal ini ditan-
orang untuk tetap mempertahankan per-
dai oleh adanya keikhlasan hati untuk
musuhan maupun upaya balas dendam.
dapat
perasaan
Perilaku memaafkan pada akhirnya akan
terluka, sakit hati, meninggalkan ke-
meningkatkan motivasi pada diri sese-
marahan dan balas dendam, sehingga
orang untuk melakukan konsiliasi yang
dapat mencapai suatu perdamaian dan
bersifat lebih konstruktif bagi pihak yang
membina kembali hubungan dengan
bertikai. Sementara itu Nashori (2012)
individu yang bersalah. Namun, ada
mengungkapkan bahwa pemaafan (for-
(Hargrave,
melepaskan
1994).
semua
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
| 287
Rifka Annisa & Anggia K.E. Marettih
giveness) adalah kesediaan untuk me-
siliasi hubungan, (f) Motivasi kebaikan
ninggalkan hal-hal yang tidak menye-
atau kemurahan hati, dan (g) Musya-
nangkan yang bersumber dari hubungan
warah dengan pihak yang pernah jadi
interpersonal dengan orang lain dan
pelaku.
menumbuhkembangkan pikiran, perasa-
Dalam memaafkan idealnya sikap
an, dan hubungan interpersonal yang
dan perasaan negatif digantikan oleh
positif dengan orang lain yang mela-
sikap dan perasaan positif, namun pada
kukan pelanggaran secara tidak adil.
kenyataannya hal ini tidak mudah di-
Nashori membagi pemaafan dalam tiga
lakukan, apalagi secara cepat. Selalu ada
dimensi, yaitu emosi, kognisi, dan inter-
persoalan psikologis di antara dua pihak
personal.
yang pernah mengalami keretakan hu-
Disebutkan
oleh
Nashori
(2011) dan Nashori, Iskandar, Setiono,
bungan akibat
dan Siswadi (2013), dimensi emosi meli-
karena itu, memaafkan sejatinya bukan
puti indikator-indikator (a) Meninggal-
melupakan
kan perasaan marah, sakit hati, benci, (b)
berbuat salah, tetapi membiarkan pera-
Mampu mengontrol emosi saat diperla-
saan negatif menjadi sebuah pemaham-
kukan tidak menyenangkan, (c) Perasa-
an untuk berubah ke perasaan positif
an iba dan kasih sayang terhadap pe-
(Doverspike, 2001).
suatu kesalahan. Oleh
kesalahan individu
yang
laku, dan (d) Perasaan nyaman ketika
Untuk sampai kepada tahap peri-
berinteraksi dengan pelaku. Dimensi
laku atau tindakan memaafkan, individu
kognisi meliputi indikator-indikator (a)
melibatkan aspek kognitif dan afektif.
Meninggalkan penilaian negatif terhadap
Salah satu aspek afektif dan kognitif yang
pelaku, (b) Memiliki penjelasan nalar
berpengaruh terhadap perilaku memaaf-
atas perlakuan yang menyakitkan, (c)
kan adalah empati. Berdasarkan hasil
Memiliki pandangan yang berimbang
penelitian yang
terhadap pelaku. Selanjutnya, dimensi
Kurniati (2009) ditemukan bahwa ter-
interpersonal meliputi indikator-indika-
dapat hubungan yang positif signifikan
tor (a) Meninggalkan perilaku atau per-
antara empati dan memaafkan. Studi
kataan yang menyakitkan terhadap pela-
yang mengaitkan dimensi pengambilan
ku, (b) Meninggalkan keinginan balas
sudut pandang dan kepedulian empatik
dendam, (c) Meninggalkan perilaku acuh
menunjukkan korelasi yang signifikan
tak acuh, (d) Meninggalkan perilaku
berarah
menghindar, (e) Upaya konsiliasi/rekon-
Menurut Carre, Stefaniak, Richard, Ben-
288 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
positif
telah dilakukan oleh
dengan
memaafkan.
Empathy Care Training Untuk Meningkatkan Perilaku Memaafkan Pada Remaja Akhir
salah, dan D’Ambrosio (2013), empati
liki hubungan yang signifikan dengan
merupakan
memahami
kematangan emosi untuk prilaku pro-
pandangan dan perasaan orang lain serta
sosial pada remaja. Kematangan emosi
kemampuan
dan
yang dimaksud adalah remaja mampu
memahami penyebab terjadinya emosi
mengelola emosi dengan baik yang
yang dirasakan orang lain. Melalui
ditunjukkan tidak membalas rasa sakit
empati remaja dapat memahami, me-
hati
rasakan, menghayati orang lain karena
menyakiti. Selain itu, berdasarkan hasil
dalam proses empati ini berlangsung
penelitian yang dilakukan Untari (2014)
proses pengertian dan perasaan yang
diketahui bahwa terdapat sumbangan
dinyatakan
hubungan
efektif yang diberikan variabel empati
antar pribadi. Riess, Kelley, Bailey,
terhadap sikap pemaaf. Hal ini membuk-
Dunn, dan Phillips (2011) mengemuka-
tikan bahwa empati memengaruhi pe-
kan empati adalah kemampuan individu
maafan pada remaja putri yang meng-
yang melibatkan proses kognitif dan
alami
afektif yang memungkinkan individu
Dalam penelitian ini, peneliti meng-
untuk menempatkan diri berada diposisi
hubungkan empati dan perilaku me-
dan emosional orang lain. Kemampuan
maafkan.
kemampuan merasakan
emosi
dalam bentuk
kepada
individu
kekerasan
dalam
yang
telah
berpacaran.
empati tersebut berupa respon emosio-
Remaja yang memiliki kemam-
nal yang sangat menyerupai respon
puan empati yang tinggi juga berarti
emosional orang lain tanpa individu
memiliki kemampuan yang tinggi dalam
kehilangan
memahami perasaan individu lain, ber-
kontrol
dirinya
(Taufik,
2012).
pikir dan merasakan keadaan individu
Pada remaja akhir, kemampuan
lain. Kaitannya dengan perilaku memaaf-
empati merupakan kemampuan yang
kan, remaja akhir yang memiliki empati
efektif dalam memaafkan atau memberi
akan mampu memahami, merasakan,
maaf kepada orang lain yang telah mem-
menghayati perasaan orang lain karena
buat luka, menyakiti, atau mengecewa-
dalam proses empati ini berlangsung
kan. Hasil penelitian Asih dan Pratiwi
proses pengertian dan perasaan yang di-
(2010) mengungkapkan bahwa empati
nyatakan dalam bentuk hubungan antar
dapat mendorong individu khususnya
pribadi. Hal tersebut akan mendorong
remaja
perilaku
remaja dengan mudah untuk melepas-
prososial. Selain itu empati juga memi-
kan rasa mengecewakan, menyakitkan,
untuk
melakukan
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
| 289
Rifka Annisa & Anggia K.E. Marettih
dan perasaan luka yang disebabkan oleh
merupakan perpaduan antara pengetahu-
individu lain yang berujung pada me-
an biofisik dengan pengetahuan me-
maafkan atau memberi maaf. Karena
ngenai perilaku orang lain. Emphaty care
remaja yang empati juga akan merasa-
training berupa kegiatan pelatihan yang
kan keadaan individu yang menyakitinya
berisi rangkaian sesi berupa pemberian
bila seandainya tidak dimaafkan. Dalam
materi dan pengetahuan dengan metode
sikap empati remaja, juga dipengaruhi
seminar. Selain pemberian materi terkait
oleh kesadaran individu untuk lebih
empati dan perilaku memaafkan, dalam
memperbaiki
pelatihan ini remaja akhir juga akan
hubungan
yang
telah
rusak.
bermain peran sehingga emosi remaja Menurut
Borba
(Taufik
2012),
akhir dapat terlibat langsung dan kognitif
setiap individu mempunyai kemampuan
remaja dapat berfikir bagaimana hu-
yang berbeda-beda dalam
bungan empati dengan perilaku memaaf-
berempati.
Pada dasarnya empati muncul secara
kan
alami sejak masih bayi, namun belum
bentuk perilaku mudah memaafkan.
ada
bahwa
Pelatihan ini mengacu pada aspek-aspek
terus
empati oleh Davis (1980), yaitu perspec-
Dengan
tive taking, fantasy, emphatic concern,
begitu kemampuan pada empati juga
and personal distress. Emphaty care
dapat ditingkatkan atau dikembangkan.
training (selanjutnya disingkat ECT) ini
Jika remaja akhir memiliki kemampuan
dilakukan dengan tujuan sebagai pelatih-
empati yang tinggi, maka hal itu juga
an yang di dalamnya terdapat berbagai
akan meningkatkan perilaku memaafkan.
kegiatan yang mengacu pada aspek-
jaminan
yang
kemampuan
empati
berkembang
dengan
Salah
satu
pasti ini
akan
baik.
dalam
aspek empati. Oleh karena itu, adanya
meningkatkan perilaku memaafkan pada
ECT dapat membantu remaja akhir atau
remaja akhir adalah dengan Emphaty
mahasiswa yang berada pada usia rema-
Care
artian
ja akhir untuk meningkatkan kemam-
penelitian ini adalah suatu sikap rasa
puan empati sehingga akan berdampak
peduli, hormat, menghargai orang lain,
dengan meningkatnya perilaku memaaf-
dan
kan.
mengerti
Care
perasaan
yang
mengaplikasikannya
dapat
Training.
cara
dan
dalam
orang
lain
(ichapiiz.blogspot.com/2012). Tentu saja
Dari penjelasan atau pemaparan
maksud dan arti care ini memiliki artian
latar belakang yang telah diuraikan ECT
yang sama dengan empati, karena caring
dinilai penting untuk membantu remaja
290 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
Empathy Care Training Untuk Meningkatkan Perilaku Memaafkan Pada Remaja Akhir
akhir dalam memahami kondisi atau
kelompok pembanding (Latipun, 2004).
perasaan orang lain, menempatkan po-
Desain penelitian yang digunakan dalam
sisi diri di posisi orang lain sehingga
penelitian ini adalah between subject
mendorong remaja akhir untuk dapat
randomized
memaafkan dengan tulus. Adanya ECT
group design. Disebut desain between
ini
meningkatkan
subject karena pengaruh VB terhadap VT
kemampuan empati pada remaja akhir.
diketahui dari perbedaan skor VT antara
Dengan begitu remaja akhir juga akan
kelompok-kelompok subjek, sedangkan
dengan mudah menggantikan emosi
Randomized dilakukan untuk membagi
negatif ke emosi positif kepada individu
subjek ke dalam kelompok eksperimen
yang menyakitinya sehingga mampu
dan kelompok kontrol dari sampel yang
memaafkan tidak hanya sekedar di mulut
telah setara. Penelitian ini terdiri atas
saja tetapi dengan setulus hati untuk
kelompok yang diberi perlakuan yaitu
mencapai kepuasan hidup. Untuk itu
kelompok eksperimen dan kelompok
pada penelitian ini, penulis ingin melihat
tanpa perlakuan yaitu kelompok kontrol.
pengaruh emphaty care training untuk
Prates dilakukan sebelum mendapatkan
meningkatkan perilaku memaafkan pada
perlakuan dan pascates dilakukan sete-
remaja akhir.
lah mendapatkan perlakuan (Latipun,
diharapkan
dapat
Berdasarkan penjelasan di atas,
pretest-posttest
control
2004).
dapat dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu
ada
pengaruh
emphaty
care
training dalam meningkatkan perilaku memaaafkan pada remaja akhir.
Subjek Penelitian Populasi adalah
seluruh
dalam
penelitian
ini
mahasiswa-mahasiswi
UIN Suska Riau yang berada pada METODE PENELITIAN
rentang usia remaja akhir. Adapun kriteria yang akan menjadi populasi
Desain Eksperimen
dalam penelitian ini adalah (a) Maha-
Penelitian ini menggunakan true
siswa-mahasiswi yang berada pada usia
experiment (eksperimen murni). Diguna-
remaja
kannya eksperimen murni dalam pene-
(2011), yaitu usia 17-21 tahun, (b)
litian ini karena pengelompokan subjek
Memiliki skor perilaku memaafkan yang
dilakukan secara random dan men-
sedang
jadikan
ditunjukkan dari hasil skala perilaku
kelompok
kontrol
sebagai
akhir
berdasarkan
Hurlock
hingga sangat rendah
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
yang
| 291
Rifka Annisa & Anggia K.E. Marettih
memaafkan dari Nashori (2012) melalui
Nilai reliabilitas menunjukkan bahwa
screening, dan (c) Memiliki seorang atau
skala
lebih teman dekat yang dapat dilihat dari
koefisien reliabilitas yang tinggi karena
tulisan essay calon subjek
mendekati
perilaku
memaafkan
angka
1,00,
memiliki
yaitu
0,86
Subjek penelitian ini adalah calon
sehingga dapat digunakan sebagai alat
subjek yang telah memenuhi kriteria
ukur dalam penelitian ini. Sementara itu
sebagai subjek penelitian yang telah
validasi modul eksperimen dilakukan
terjaring melalui proses screening. Dari
oleh beberapa validator yang merupakan
23 orang calon subjek yang di screening,
dosen yang berpengalaman dan ahli
ada 16 orang yang sesuai kriteria untuk
dalam penelitian eksperimen. Selain itu,
menjadi subjek penelitian. Sebanyak 16
dalam penelitian ini peneliti melakukan
orang tersebut dibagi secara acak 8
validitas internal dan eksternal.
orang untuk kelompok eksperimen dan Prosedur Intervensi
8 orang untuk kelompok kontrol.
Empathy care training (ECT) adaTeknik Pengumpulan Data
lah suatu bentuk kegiatan pelatihan em-
Dalam penelitian ini untuk meng-
pati yang dirancang untuk meningkatkan
ukur perilaku memaafkan pada remaja
empati pada remaja akhir. ECT dilaku-
akhir digunakan skala perilaku memaaf-
kan dengan metode seminar yang di-
kan. Skala perilaku memaafkan yang
dalamnya terdapat pemberian experien-
digunakan merupakan modifikasi dari
ce sheet, penayangan film serta game.
skala Nashori (2012) yang disusun ber-
ECT ini dirancang berdasarkan aspek-
dasarkan model skala likert dengan
aspek empati oleh Davis (1980) yaitu
menggunakan empat alternatif pilihan
perspective taking, fantasy, empathic
jawaban, yaitu SL (Selalu), SR (Sering),
concern, dan personal distress.
KD (Kadang-kadang), TP (Tidak pernah).
ECT merupakan pelatihan yang
Berdasarkan uji coba alat ukur
bertujuan untuk meningkatkan empati
terhadap 272 orang subjek pada skala
yang akan berpengaruh terhadap peri-
perilaku
aitem
laku memaafkan. Dalam penelitian ini
diperoleh 22 aitem yang sahih dan 5
sasaran dai ECT adalah remaja akhir.
aitem yang gugur dengan koefisien
Empati dianggap sebagai komponen uta-
korelasi daya beda aitem > 0,30 dengan
ma dalam memaafkan, karena memaaf-
bantuan komputasi program SPSS 18.
kan erat kaitannya dengan prilaku pro-
memaafkan
dari 27
292 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
Empathy Care Training Untuk Meningkatkan Perilaku Memaafkan Pada Remaja Akhir
sosial. Beberapa peneliti menetapkan
menyakitkan, benteng diri untuk me-
bahwa di dalam ECT di dalamnya peri-
nyembuhkan luka, mengetahui bagai-
laku prososial dan memahami perasaan
mana memaafkan yang sesungguhnya.
individu lain. Adapun komponen dari
Sesi ini berlangsung selama 30 menit.
ECT dengan menggunakan pendekatan
Sesi II, yaitu think and fell, berisi perspective
empati, yaitu (a) Pelatihan persepsi yang
pembahasan
melibatkan kognitif dan respon emosi
taking. Output yang hendak dicapai
untuk menilai baik individu lain dan
dalam sesi ini adalah kemampuan rema-
menjaga hubungan interpersonal. (b)
ja akhir untuk berfikir dan merasakan di
Pelatihan mengenali dan fokus pada
posisi orang lain. Komponen ini men-
perasaan orang lain, karena jika individu
cakup: mengenali perasaan sendiri, me-
telah mampu mengenali perasaan sendi-
ngenali perasaan orang lain, mengana-
ri akan dengan mudah bagi individu
lisis kesalahan sendiri dan orang lain,
untuk mengenali dan memahami pera-
menganalisis perasaan sendiri dan orang
saan orang lain. (c) Fokus pada per-
lain. Sesi ini berlangsung selama 35
samaan antar perasaan sendiri dan
menit.
mengenai
perasaan orang lain. Pada komponen ini
Sesi III, yaitu I and my own, berisi
pelatihan berfokus bagaimana individu
pembahasan mengenai imagery. Sesi ini
mampu merasakan adanya perasaan
untuk mencapai kemampuan remaja
yang sama antara dirinya dan individu
akhir untuk mengubah diri secara ima-
yang telah menyakitinya, sehingga akan
jinatif untuk memahami perasaan orang
sangat
lain, di dalamnya mencakup: Meng-
efektif
untuk
memunculkan
empati.
andaikan karakter imajinasi dengan diri
ECT terdiri atas 5 sesi, yaitu knowing, think and fell, I and my own, I
sendiri, kontrol emosi, dan kesadaran diri. Sesi ini diberikan selama 35 menit.
care to other, dan personal distress. Sesi
Sesi IV, yaitu I care to other, berisi
I, yaitu knowing, berisi pengenalan ECT
pembahasan mengenai empathic con-
dan perilaku memaafkan. Dalam sesi ini
cern. Output yang hendak dicapai dalam
output yang hendak dicapai adalah
sesi ini adalah Kemampuan remaja akhir
Remaja akhir dituntut untuk mampu
untuk memiliki perasaan simpati kepada
mengenali semua hal-hal yang berkaian
orang lain. Aspek ini juga mencakup:
dengan perilaku memaafkan. Termasuk
Komunikasi interpersonal, sikap prihatin,
menge-nai mengetahui perasaan terluka/
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
| 293
Rifka Annisa & Anggia K.E. Marettih
sikap simpati. Sesi ini diberikan selama
eksperimen dan kelompok kontrol. Ana-
30 menit.
lisis data dalam penelitian ini meng-
Sesi V, yaitu personal distress,
gunakan program SPSS (Statistical of
berisi pembahasan mengenai kecemasan
Package for Social Science) 18 for
individu pada diri sendiri terhadap hu-
windows. Selain itu, untuk melihat
bungan interpersonalnya dengan indivi-
perbedaan
du yang bersalah. Output yang hendak
pengukuran prates-pascates dalam pene-
dicapai dalam sesi ini adalah kemam-
litian ini digunakan analisis Wilcoxon
puan remaja akhir untuk menghadapi
Signed Rank Test. Sumber data analisis
kecemasan yang berorientasi pada diri
Wilcoxon Signed Ranks Test adalah skor
sendiri terhadap kualitas interpersonal.
prates dan pascates kelompok ekspe-
Di dalam aspek ini mencakup: Menge-
rimen dan kelompok kontrol.
kedua
kelompok
pada
lola emosi dan mengelola perasaan. Sesi HASIL PENELITIAN
ini berlangsung selama 30 menit. Pada setiap sesi, subjek diminta untuk merefleksikan kembali apa yang
Sebelum dilakukannya analisis sta-
telah diberikan oleh fasilitator dengan
tistik terkait proses pengukuran hasil
menuliskannya ke dalam kertas yang
eksperimen yang telah dilakukan, dibu-
telah disediakan. Selain itu, subjek juga
tuhkan acuan normatif yang akan memu-
diminta untuk bermain game yang telah
dahkan
dirancang peneliti bertujuan sebagai
pengukuran
aplikasi dari materi yang akan atau telah
memudahkan hasil pengukuran, peneliti
diberikan oleh fasilitator.
membuat kategorisasi pada skala peri-
pengguna (Azwar,
memahami 2013).
hasil Untuk
laku memaafkan. Tujuan kategorisasi Teknik Analisis Data
adalah untuk menempatkan individu ke
Teknik analisis data yang diguna-
dalam kelompok-kelompok yang posisi-
kan untuk menguji hipotesis dalam
nya berjenjang menurut suatu kontinum
penelitian ini adalah teknik analisis
berdasarkan atribut yang diukur (Azwar,
independent sample t-test dengan teknik
2013). Pengkategorisasian sama dengan
Mann-Whitney U Test. Mann-whitney U
memberikan ranking dari skor yang
Test
bertujuan untuk melihat analisis
tertinggi hingga ke terendah, melalui
dua
kelompok
independen.
ranking dapat membantu peneliti untuk
kelompok
membedakan skor tiap subjek (Field,
Analisis
yang
dilakukan
pada
294 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
Empathy Care Training Untuk Meningkatkan Perilaku Memaafkan Pada Remaja Akhir
2009). Pengkategorisasian subjek peneli-
sedang, tinggi, dan sangat tinggi dengan
tian dikelompokkan menjadi lima kate-
ketentuan sebagai berikut:
gorisasi, yaitu sangat rendah, rendah, Tabel 1. Norma Kategorisasi Kategori
Norma
Interval
Sangat Rendah
X ≤ µ - 1,5 SD
22-39
Rendah
µ - 1,5 SD < X ≤ µ - 0,5 SD
40-50
Sedang
µ - 0,5 SD < X ≤ µ + 0,5 SD
51-60
Tinggi
µ + 0,5 SD < X ≤ µ + 1,5 SD
61-70
Sangat Tinggi
X > µ + 1,5 SD
72-88
Keterangan : µ SD
= mean = standar deviasi
Pada skala perilaku memaafkan
lah (88 + 22) : 2 = 55, dan standar
terdapat 22 aitem dengan skor 1-4,
deviasinya adalah (88 – 22) : 6 = 11.
sehingga nilai terendah (minimal) adalah
Berikut dinamika perubahan skor peri-
1 x 22 = 22, sedangkan nilai tertinggi
laku memaafkan subjek pada peng-
(maksimal) adalah 4 x 22 = 88, range-
ukuran prates-pascates:
nya adalah 88 – 22 = 44, meannya ada-
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
| 295
Rifka Annisa & Anggia K.E. Marettih
Tabel 2. Dinamika Skor Perilaku memaafkan Prates-Pascates
AR
Skor Prates 45
SH
43
Rendah
49
Rendah
Meningkat
MS
44
Rendah
49
Rendah
Meningkat
Inisial
Kelompok
kategori
keterangan
Rendah
Skor Pascates 50
Rendah
Meningkat
kategori
N
Kelompok
58
Sedang
60
Sedang
Meningkat
IH
Eksperimen
70
tinggi
76
Sangat tinggi
Meningkat
RH
55
Sedang
69
Tinggi
Meningkat
RWE
79
Tinggi
70
Tinggi
Menurun
SS
58
Sedang
71
Tinggi
Meningkat
OES
60
Sedang
61
Tinggi
Meningkat
IP
65
Tinggi
59
Sedang
Menurun
RK
48
Rendah
53
Sedang
Meningkat
NP
Kelompok
56
Sedang
53
Sedang
Menurun
PRA
Kontrol
51
Sedang
48
Rendah
Menurun
SPO
61
Tinggi
55
Sedang
Menurun
RN
54
Sedang
55
Sedang
Meningkat
LN
62
Tinggi
59
Sedang
Menurun
Berdasarkan hasil prates-pascates pada tabel 2 terlihat bahwa dari 8 orang
memaafkan, yaitu IP, NP, PRA, SPO, dan LN.
subjek kelompok eksperimen terdapat 7 orang
mengalami
peningkatan
skor
Hasil Uji Hipotesis
perilaku memaafkan, yaitu AR, SH, MS, N, IH, RH, yang
SS dan terdapat 1 orang
mengalami
perilaku
memaafkan
dari kelompok eksperimen dan kelom-
skor
pok kontrol dapat terlihat dari hasil uji
perilaku memaafkan yaitu RWE. Pada
beda wilcoxon signed rank test. Pada
kelompok kontrol terdapat 3 orang
kelompok
subjek yang mengalami peningkatan
signifikansi (one-tailed) sebesar 0,046
skor perilaku memaafkan, yaitu OES, RK,
(p<0,05) yang artinya terdapat per-
RN
yang
bedaan perilaku memaafkan pada subjek
mengalami penurunan skor perilaku
antara sebelum dan sesudah diberi
dan
terdapat
penurunan
Perbedaan
5
orang
296 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
eksperimen
didapat
nilai
Empathy Care Training Untuk Meningkatkan Perilaku Memaafkan Pada Remaja Akhir
perlakuan. Sedangkan pada kelom-pok
menjadi 0,01
kontrol didapat nilai signifikansi (one-
artinya hipotesis penelitian ini diterima.
tailed) sebesar 0,102 (p>0,05) yang
Hal
artinya tidak terdapat perbedaan perilaku
pengaruh Empathy Care Training untuk
memaafkan pada subjek antara prates
meningkatkan perilaku memaafkan pada
dan pascates.
remaja akhir.
ini
yang berarti p < 0,05
menunjukkan
bahwa
ada
Analisis data yang digunakan daPEMBAHASAN
lam penelitian ini adalah analisis statistik non parametrik mann whitney u test. Mann-Whitney U Test adalah analisis
Berdasarkan analisis Mann-Whit-
statistik non parametrik untuk memban-
ney U Test, ada pengaruh empathy care
dingkan dua kelompok yang berbeda
training dalam meningkatkan perilaku
dengan kondisi pengukuran yang ber-
memaafkan pada remaja akhir. Empathy
beda, serta melihat signifikansi rerata
care
perbedaan peringkat posisi dari dua
positif bagi subjek untuk meningkatkan
kelompok (Field, 2009). Sumber data
perilaku
untuk analisis didapatkan melalui gain
training dapat melatih subjek memahami
score. Gain score diperoleh dari selisih
perasaan orang lain dan memandang
hasil antara skor pascates dengan prates.
dari sudut pandang orang lain serta
Gain score yang diinput ke dalam SPSS
menempatkan diri di posisi orang lain.
adalah gain score kedua kelompok.
Kemampuan empati dapat membantu
training
memberikan
memaafkan.
pengaruh
Empathy
care
Berdasarkan uji hipotesis mann
subjek untuk memaafkan atau berdamai
whitney u test diperoleh hasil signifi-
dengan individu yang telah menyakiti
kansi
(two
tailed)
0,020.
yang akan berdampak pada kesejah-
Penelitian ini menggunakan pengujian
teraan psikologis. Hal ini didukung oleh
satu sisi (one-tailed). Field (2009) me-
hasil penelitian Norton (2009) bahwa
ngatakan
menggunakan
empati merupakan salah satu konstruk
pengujian one-tailed maka nilai signi-
prososial, yang apabila terjadi pening-
fikansinya dibagi 2. Berdasarkan hasil
katan pada empati akan berdampak pada
dari perhitungan Mann-Whitney Test,
peningkatan pemaafan. Dalam empathy
nilai Z yang diperoleh sebesar -2.329
care training individu diberikan pelatih-
dengan p value Asymp. Sig 2 tailed
an yang akan menumbuhkan kemam-
0,020 (Sig 0,020:2 = 0,01) sehingga
puan empati. Kemampuan empati pada
bahwa
sebesar
jika
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
| 297
Rifka Annisa & Anggia K.E. Marettih
berpengaruh
tive taking, fantasy, empathic concern,
terhadap perilaku memaafkan individu.
dan personal distress di mana empat
Proses kognitif dan afektif yang ada
aspek
dalam empati akan berakhir pada proses
kognitif dan afektif. Dari proses kognitif
psikomotorik berupa perilaku memaaf-
dan afektif ini akan berakhir pada proses
kan.
psikomotorik berupa respon memaafkan.
individu
tersebut
akan
empati
ini
melewati
proses
Penelitian Witvliet, Ludwig, dan
McCullough, Rachal, dan Wor-
Van der Laan (2001) memfokuskan pada
thington (1997) mengungkapkan bahwa
salah satu aspek empati yang melibatkan
kognitif dan afektif adalah komponen
kognitif, yaitu perspective taking, empati
yang mendasar untuk individu mampu
berpengaruh pada respon memaafkan-
berempati yang akan berdampak pada
tidak memaafkan atas pengalaman yang
memaafkan.
menyakitkan
individu.
dengan aspek empati perspective taking
Selain itu, Exline (2008) dalam pene-
dan fantasy. Perspective taking berarti
litiannya
ketika
membayangkan dan menempatkan diri
perspective taking dan empati dalam
di posisi orang lain, mengambil sudut
konteks
diri
pandang orang lain secara spontan,
individu, empati akan menjadi sebuah
memprediksikan dan mengintrepetasikan
faktor
terhadap
perilaku orang lain dari apa yang dialami
pemaafan individu. Dalam penelitian
orang lain, kemampuan tersebut me-
ini, perspective taking berarti memahami
libatkan daya kognisi subjek. Ketika
apa yang dirasakan orang lain, me-
subjek mencoba membayangkan dan
libatkan kognitif untuk memikirkan dari
menempatkan di posisi orang lain,
sudut pandang orang lain serta mem-
proses berfikir individu akan berperan.
bayangkan jika berada di posisi orang
Fantasy juga melibatkan proses kognitif,
lain, jika subjek memiliki keterampilan
di mana subjek dituntut untuk mema-
tersebut akan berpengaruh
terhadap
hami perasaan orang lain, memahami
subjek untuk memaafkan individu yang
apa yang dialami orang lain dengan
telah
yang
berfikir walaupun melalui media yang
menyakitinya adalah teman terdekat atau
tidak dilihat secara langsung. Kemam-
sahabat. Empathy care training melibat-
puan
kan empat aspek yang ada dalam empati
memengaruhi individu untuk melakukan
berdasarkan Davis (1980), yaitu perspec-
perpective taking dan fantasy.
bagi
seorang
menjelaskan prososial yang
ada
bahwa dalam
menyeluruh
meyakitinya
sekalipun
298 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
daya
Proses
kognitif
kognitif
subjek
diawali
akan
Empathy Care Training Untuk Meningkatkan Perilaku Memaafkan Pada Remaja Akhir
Kognitif mengacu bahwa subjek
dimulai dari subjek berfikir tentang ke-
tidak hanya berfikir pertikaian antar
salahan teman atau sahabatnya, mema-
sahabat terjadi karena pelaku, tetapi juga
hami perasaan teman yang bersalah,
dirinya
mungkin
juga
dapat
bersimpati kepada teman atau sahabat
retaknya
suatu
serta mampu mengelola emosi terhadap
hubungan persahabatan. Setelah berfikir
teman atau sahabat. Tentu saja proses
atau melewati proses kognitif, subjek
tersebut
akan mulai menggunakan afek atau
meningkatkan empati. Adanya pening-
perasaan yang berorientasi pada orang
katan kemampuan empati pada subjek
lain,
akan
menyebakan
dalam
saja
terjadi
adalah
bagian
dari
proses
aspek
empati
disebut
concern.
Setelah
subjek
perilaku memaafkan pada subjek. Hal ini
mencoba menempatkan diri di posisi
didorong oleh hasil penelitian Tai Mui
orang lain, membayangkan dan mema-
(2002) yang menunjukkan bahwa ketika
hami perasaan orang lain dengan berfikir
individu mendapatkan penjelasan ter-
akan muncul rasa simpati dalam afek
hadap kesalahan-kesalahan orang lain
subjek. Afektif mengacu pada subjek
yang berbuat salah, maka emosi negatif
mencoba
bersimpati
individu akan berubah menjadi rasa
dengan teman atau sahabat yang telah
prihatin, sehingga individu akan men-
menyakitinya. Selain itu subjek juga
coba memahami dan berfikiran positif
akan mampu mengelola emosi yang
terhadap kesalahan orang lain dan men-
berlebihan terhadap teman atau sahabat
dorong individu untuk memaafkan orang
yang telah menyakitinya. Hal ini terjadi
lain yang telah berbuat salah.
empathic
mengerti
dan
karena adanya pemahaman dari diri subjek
terhadap
peningkatan
Peningkatan perilaku memaafkan pada subjek terlihat dari skor prates dan
menyakitinya melalui proses kognitif
pascates. Secara garis besar, subjek yang
sehingga subjek dapat memiliki rasa
diberi perlakuan empathy care training
simpati dan mengelola emosi terhadap
mengalami peningkatan perilaku me-
teman
maafkan. Hal ini karena subjek diberi
sahabat
yang
pada
telah
atau
orang
berdampak
yang
telah
mengecewakan atau mengkhianati.
perlakuan berupa pelatihan meningkat-
Kemampuan empati melalui pro-
kan empati yang berdampak meningkat-
ses kognitif dan afektif akan mendorong
nya perilaku memaafkan pada subjek.
subjek untuk dapat memaafkan. Muncul-
Peningkatan perilaku memaafkan terlihat
nya perilaku memaafkan pada subjek
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
| 299
Rifka Annisa & Anggia K.E. Marettih
dari peningkatan hasil pascates, terdapat
akhir. Peningkatan skor perilaku me-
peningkatan rerata sebesar 5,25.
maafkan terlihat dari pengukuran akhir
Pada kelompok kontrol, meskipun tidak diberi perlakuan dari delapan
yaitu pascates serta signifkansi dari analisis data yang yang dilakukan.
orang subjek terdapat tiga orang yang mengalami peningkatan perilaku me-
Saran
maafkan yang ditunjukkan melalui hasil
Ada sejumlah saran yang dapat
skor pascates. Namun, secara keseluruh-
diberikan. Pertama: saran untuk remaja
an
prates-pascates
akhir. Setelah mengikuti pelatihan ini
kelompok kontrol mengalami penurun-
diharapkan pada remaja akhir agar dapat
an.
meningkatkan kemampuan empati deng-
dan
hasil
rerata
Peningkatan skor perilaku me-
an cara-cara seperti meningkatkan kepe-
maafkan dapat dilihat dari hasil peng-
dulian serta mampu menerima dan me-
ukuran pascates. Dengan melihat per-
mahami kesalahan individu lain. Ha-
bandingan hasil mean prates dan pasca-
rapannya jika suatu saat kembali meng-
tes bahwa mean hasil pascates lebih
alami peristiwa yang menyakitkan oleh
tinggi dari prates ini membuktikan bah-
teman atau sahabat, subjek mampu me-
wa empathy care training dapat mening-
maafkan dengan tulus karena mengambil
katkan perilaku memaafkan pada subjek.
dan berfikir dari sudut pandang orang
Hal ini berarti peningkatan empati dapat
lain dapat membantu untuk memaafkan.
pula meningkatkan perilaku memaafkan
Kedua: saran untuk instansi pen-
pada subjek. Sementara itu, peningkatan
didikan dan Psikolog. Instansi pendi-
empati dapat terlihat dari hasil rang-
dikan diharapkan dapat bekerja sama
kuman evaluasi, lembar kerja subjek,
dengan Psikolog agar dapat memberikan
dan analisis deskriptif catatan lapangan.
pelatihan meningkatkan empati, karena mahasiswa yang berada pada rentang
SIMPULAN DAN SARAN
usia remaja akhir sangat rentan dengan pengalaman yang menyakitkan, sehingga
Simpulan
jika remaja merasakan pengalaman yang
Berdasarkan hasil penelitian yang
menyakitkan dengan teman sebaya da-
telah dilakukan dapat disimpulkan bah-
pat mengatasi dan menyelesaikan kon-
wa empathy care training dapat mening-
flik teman sebaya dengan memaafkan.
katkan perilaku memaafkan pada remaja
300 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
Empathy Care Training Untuk Meningkatkan Perilaku Memaafkan Pada Remaja Akhir
Ketiga: saran bagi peneliti selanjutnya. Bagi peneliti selanjutnya ada bebarapa saran yang diajukan terkait penelitian ini. (a) Peneliti harus lebih mengerti
mengenai
prosedur
dalam
penelitian eksperimen. (b) Bagi peneliti selanjutnya disarankan sebaiknya dapat melakukan kontrol yang lebih ketat lagi terhadap kemungkinan variabel extronous yang muncul yang dapat mengganggu pelaksanaan pelatihan. (c) Bagi peneliti selanjutya disarankan
untuk
melakukan screening observer untuk melihat
kesetaraan
observer
dalam
mengamati dan menilai perilaku subjek ketika
dilaksanakannya
eksperimen
dengan melakukan inter rater sesama observer
untuk
menguji
obervasi
sehingga
reliabilitas
seluruh
observer
memiliki persepsi yang sama terhadap perilaku yang diamati.
Psychological of
Carre, A., Stefaniak, N., Richard, C.B., Bensalah, L., & D’Ambrosio F. (2013). The Basic empathy scale in adults (BES-A): factor structure of a revised form. Psychological Assesment, 25 (3), 679-691. Davis, M.H. (1980). A Multidimensional approach to individual differences in empathy. Catalog of Selected Documents in Psychology. Doverspike, W.F. (2001). How to forgive others: A Key to Emotional Health. Exline, J. J., Baumeister, R. F., Zell, A. L., Kraft, A. J., & Witvliet, C. V. O. (2008). Not so innocent: Does seeing one's own capability for Journal of Personality and Social Psychology, 94(3), abstract.
Asociation.
(2006). A Handbook forgiveness a sampling
Kudus, Vol. 1, No. 1, 33-43
wrongdoing predict forgiveness?
DAFTAR PUSTAKA American
Jurnal Psikologi Univesitas Muria
research
result.
Washington DC: Author. Asih, G.Y., Pratiwi, M.M.S. (2010). Perilaku prososial ditinjau dari empati dan kematangan emosi.
Field, A. (2009). Discovering statistic using SPSS third edition. London: Sage Publications Ltd. Hargrave, T.D. (1994). Families and forgiveness: A Theoretical and therapeutic framework. The Family Journal, 2 (4), 339-348.
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
| 301
Rifka Annisa & Anggia K.E. Marettih
Hurlock, E.B. (2011). Psikologi perkem-
Bandung: Program Doktor Ilmu
bangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Psikologi Universitas Padjadjaran. Nashori, H.F., Iskandar, Z., Setiono, K., &
Siswadi,
A.G.P.
(2013).
Http://ichapiiz.blogspot.com/2012/12/tat
Pemaafan pada enis Jawa ditinjau
a-nilai-perawat. Diakses pada tang-
dari faktor-faktor demografi. Jurnal
gal 27 September 2016 pukul
Pemikiran
22.46 WIB
Psikologi. 18 (2), 119-128.
Kurniati, N. M. T. (2009). Memaafkan: kaitannya
dengan
empati
Norton,
L.
dan
(2009).
Penelitian
The
Effects
of
dan
empathy-building and elevation on
pengelolaan emosi. Jurnal pro-
forgiveness. Distinguished Major
ceeding PESAT (Psikologi, ekono-
Thesis. University of Virginia
mi, sastra, arsitektur, dan sipil) Universitas Gunadarma, 3, A16-
Riess, H., Kelley, J.M., Bailey, R.W., Dunn, E.J., & Phillips, M. (2011).
A24.
Empathy
Latipun (2004). Psikologi eksperimen
M.E.,
Rachal,
for
resident
psysicians: A randomized control-
edisi kedua. Malang: UMM Press McCullough,
training
led trial of a neuriscience-informed curriculum. Journal of General
K.C.,
Internal Medicine, 26 (1)
Worthington, E.L. (1997). Interpersonal forgiving in close rela-
Tai Mui (2002). Effect of reminding past
tionship. Journal of Personality
transgression on forgiveness. In
and Social psychology, 73(2), 321-
Partial Fulfillment of Thesis in
336.
Psychology. The
of
Hongkong.
Nashori, H. F. (2011). Meningkatkan kualitas hidup dengan pemaafan.
University
Taufik
(2012).
Empati
pendekatan
UNISIA Jurnal Ilmu-ilmu Sosial,
psikologi sosial. Jakarta: Rajawali
33, 214-226.
Press.
Nashori, H. F. (2012). Pemaafan pada
Untari, P. 9 2014). Hubungan antara
etnis Jawa warga Kota Yogyakarta.
empati dengan sikap pemaaf pada
302 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
Empathy Care Training Untuk Meningkatkan Perilaku Memaafkan Pada Remaja Akhir
remaja
putri
kekerasan
yang
dalam
mengalami
forgiveness or harboring grudges:
berpacaran.
Implications for emotion, physio-
Ejournal Psikologi.
logy, and health. Psychological
Witvliet, C. v., Ludwig, T. E., & Vander Laan,
K.
L.
(2001).
Science, 12 (2), 117-123.
Granting
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
| 303