FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN

Download WANITA PASANGAN INFERTIL DI KECAMATAN UJUNG PANDANG ... Infertilitas membawa implikasi psikologis, terutama pada perempuan. Sumber tekanan...

0 downloads 394 Views 793KB Size
FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN WANITA PASANGAN INFERTIL DI KECAMATAN UJUNG PANDANG KOTA MAKASSAR

DETERMINANT FACTORS AFFECTING ANXIETY FEMALE INFERTILE COUPLE IN MAKASSAR DISTRICT UJUNG PANDANG

Sanghati, ¹ Buraerah H.Abd. Hakim, ² M. Furqaan Naiem, ³

¹ Yayasan Pendidikan Makassar (YAPMA) Institusi Akademi Keperawatan Makassar, ²Bagian Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, ³ Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi: SANGHATI, S.Kep. Jl. Hertasning Makassar HP : 081339563571 Email : [email protected]

PENDAHULUAN Kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan gelisah, kekhawatiran atau cemas yang bersifat subjektif dan adanya aktifitas system saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik yang dimanifestasikan oleh tingkah laku psikologi dan berbagai pola perilaku (Barbieri, R.L. 2009). Berdasarkan laporan WHO, di dunia ada sekitar 50-80 juta pasutri mempunyai problem Infertilitas dan setiap tahunnya muncul sekitar 2 juta pasangan infertil (ketidakmampuan mengandung atau menginduksi konsepsi) baru. Tidak tertutup kemungkinan jumlah itu akan terus meningkat. Berdasarkan penelitian dari setiap 100 pasangan, pada pasangan suami istri yang sudah mempunyai anak dan mereka menginginkan anak kembali seperempatnya atau 15% berada di bawah kesuburan normal. Setiap pasangan tentunya menginginkan kehidupan perkawinannya akan berlangsung lama, namun kadangkala sebuah perkawinan harus menghadapi masa-masa sulit yang tidak dapat dielakkan lagi dan akan berakhir dengan perceraian. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian meliputi cemburu, tekanan kebutuhan ekonomi keluarga, tidak memiliki keturunan, poligami, kawin paksa, menikah dibawah umur, KDRT, perbedaan prinsip, perbedaan agama dan gangguan pihak keluarga (Calan, V.J., dkk, 2009). Infertilitas membawa implikasi psikologis, terutama pada perempuan. Sumber tekanan sosio-psikologis pada perempuan berkaitan erat dengan kodrat deterministiknya untuk mengandung dan melahirkan anak. Sementara pada laki-laki adalah perasaan sedih, kecewa, kecemasan dan kekhawatiran menghadapi masa tua. Pada masyarakat yang patriarkis Jawa laki-laki diidentitaskan sebagai mahkluk yang lebih kuat daripada perempuan. Anak merupakan sumber kejantanan, kekuatan dan kapasitas seksual laki-laki. Persepsi hasil konstruksi sosial atas identitas gendernya membuat laki-laki merasa rendah ketika tidak mempunyai anak, sehingga kesalahan dilimpahkan pada pihak perempuan (Demartoto, 2008). Perceraian pasangan suami istri (Pasutri) di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan dan berdasarkan data Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kementerian Agama, angka perceraian di Indonesia mencapai 10% dalam setiap tahunnya. Perceraian dalam sebuah rumah tangga bukan hanya berdampak pada suami istri semata, namun pada anak atau keturunannya. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa angka kejadian infertilitas masih tinggi, serta kecemasan yang dialami wanita yang tidak memiliki anak, sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian ini. Tujuan penelitiaan ini adalah untuk menganalisis hubungan ancaman perceraian, perbedaan umur, dan kekerasan dengan

kecemasan wanita pasangan infertil di Kecamatan Ujung Pandang Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ujung Pandang Kota Makassar. Jenis penelitian menggunakan desain cross sectional study. Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasangan suami istri yang belum hamil dan melahirkan yang ingin memiliki anak yang berdomisili di kecamatan Ujung Pandang Kota Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2012. Sampel sebanyak 266 yang diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu sampel diambil dari wanita yang infertil yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti (Lemeshow, 1997). Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data diperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung terhadap responden dengan berpedoman pada kuesioner yang telah tersedia yang memuat pertanyaanpertanyaan maupun pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk menggali informasi mengenai variabel-variabel yang akan dianalisis pada penelitian ini yang erat kaitannya dengan kejadian kecemasan wanita pasangan infertil. Adapun langkah-langkah yang dilakukan selama pengumpulan data yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan responden dengan berpedoman pada kuesioner yang telah tersedia baik responden di rumah masing-masing. Data karakteristik, variabel dependen dan variabel independen diolah dengan menggunakan SPSS For Windows 16. Untuk mengetahui faktor determinan yang mempengaruhi kecemasan wanita pasangan infertil

digunakan uji bivariat dan melihat

besarnya hubungan variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. digunakan analisis regresi berganda logistik.

HASIL Analisis Deskriptif Karakteristik Umum Responden Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kelompok umur, kejadian kecemasan wanita pasangan infertil terbanyak ditemukan pada rentang umur 31-40 tahun yaitu dimana kelompok yang mengalami kecemasan lebih besar dari kelompok tidak cemas yaitu 49,6% pada kelompok cemas dan 48,1% pada kelompok tidak cemas. Berdasarkan usia

perkawinan menunjukkan bahwa kejadian kecemasan wanita pasangan infertil terbanyak ditemukan pada usia perkawinan 1-10 tahun dimana kelompok cemas lebih besar dari kelompok tidak cemas. Berdasarkan tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa persentase responden terbanyak pada tingkat pendidikan akademik/ PT dimana jumlah persentasenya masing-masing sebesar 53,4% pada kelompok cemas dan kelompok tidak cemas. Sedangkan berdasarkan jenis pekerjaan menunjukkan bahwa persentase pekerjaan responden yang tertinggi yaitu PNS. Dimana kelompok cemas lebih besar dari pada kelompok tidak cemas yaitu 30,8% kelompok cemas dan 27,1% kelompok tidak cemas. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1. Hasil Analisis Hubungan Bivariat Pada variabel ancaman perceraian, menunjukkan bahwa wanita pasangan infertil yang mengalami kecemasan sebanyak 61,4% lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 38,6%. Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0.001 (p<0,05). Hal ini berarti ada hubungan antara ancaman perceraian dengan kecemasan wanita pasangan infertil. Selanjutnya, berdasarkan uji koefisien phi didapatkan kekuatan hubungan lemah yaitu 0.218, dimana ancaman perceraian memberikan konstribusi sebesar 21,8% terhadap kecemasan wanita pasangan infertil. Pada variabel perbedaan umur antara istri dan suami ≥ 5 tahun, menunjukkan bahwa wanita pasangan infertil yang mengalami kecemasan sebanyak 64,1% lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 35,9%. Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0.005 (p<0,05). Hal ini berarti ada hubungan antara perbedaan umur antara istri dan suami dengan kecemasan wanita pasangan infertil. Selanjutnya, berdasarkan uji koefisien phi didapatkan kekuatan hubungan lemah yaitu 0,182, dimana perbedaan umur antara istri dan suami memberikan konstribusi sebesar 18,2% terhadap kecemasan wanita pasangan infertil. Pada variabel kekerasan, menunjukkan bahwa wanita pasangan infertil yang mengalami kecemasan sebanyak 61,2% lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 38,8%. Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0.114 (p>0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan antara kekerasan dengan kecemasan wanita pasangan infertil. Selanjutnya, berdasarkan uji koefisien phi didapatkan kekuatan hubungan lemah yaitu 0,107, dimana kekerasan memberikan konstribusi sebesar 10,7% terhadap kecemasan wanita pasangan infertil. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.

Hasil Analisis Multivariat Berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda pada tabel 10, menunjukkan bahwa tidak semua variabel memiliki hubungan bermakna secara statistik. Dari hasil analisis tersebut ditetapkan bahwa ancaman perceraian dan perbedaan memiliki hubungan dengan kecemasan wanita pasangan infertil. Hal ini dapat dilihat dari nilai statistik uji Wald yang mempunyai nilai signifikan value lebih kecil dari 0,05. Dari hasil nilai statistik wald didapatkan bahwa faktor ancaman perceraian (wald = 10,981; p= 0,001) merupakan faktor paling dominan mempengaruhi kecemasan wanita pasangan infertil. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.

PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara ancaman perceraian dengan kecemasan wanita pasangan infertil dengan nilai p = 0.001 (p<0,05). Pada variabel perbedaan umur antara istri dan suami ≥ 5 tahun, diperoleh nilai p = 0.005 (p<0,05) hal ini berarti ada hubungan antara perbedaan umur antara istri dan suami dengan kecemasan wanita pasangan infertil. Pada variabel kekerasan, diperoleh nilai p = 0.114 (p>0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan antara kekerasan dengan kecemasan wanita pasangan infertil. Perceraian merupakan hal yag tidak diinginkan bagi setiap wanita. Baik yang baru menikah apalagi yang sudah bertahun tahun menikah. Perceraian ini bisa disebabkan oleh berbagai hal. Namun disini akan dibahas penyebab perceraian akibat belum memiliki keturunan. Setiap pasangan tentunya menginginkan kehidupan perkawinannya akan berlangsung lama, namun kadangkala sebuah perkawinan harus menghadapi masa-masa sulit yang tidak dapat dielakkan lagi dan akan berakhir dengan perceraian. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian meliputi cemburu, tekanan kebutuhan ekonomi keluarga, tidak memiliki keturunan, poligami, kawin paksa, menikah dibawah umur, KDRT, perbedaan prinsip, perbedaan agama dan gangguan pihak keluarga. Pada masyarakat Indonesia, masih beranggapan bahwa tujuan sebuah pernikahan adalah untuk memperoleh keturunan. Seorang wanita yang telah melewati beberapa bulan hari pernikahannya, sering terlontar pertanyaan– pertanyaan dari keluarga atau kerabat yang menanyakan apakah ia sudah hamil atau belum. Tekanan – tekanan dari pihak luar ini sering kali menjadi sumber masalah dalam hubungan suami istri, selanjutnya pertanyaan itu akan menjadi hal yang sensitif apabila seorang wanita tidak kunjung hamil (Agustiani, H, 2007). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Molino, A,et.al di Italya secara case control bahwa wanita yang tidak mempunyai keturunan (infertilitas) secara signifikan

meningkatkan risiko kecemasan mengalami perceraian dengan p= 0,003, OR = 3,26 (1,1710,2). Dampak lanjutan dari situasi perceraian ini adalah pemberian label yang tidak menguntungkan pada kaum perempuan. Perempuan menjadi janda dan laki-laki. menjadi duda. Label janda dan duda sebenarnya memiliki nilai yang sama secara sosial, namun secara budaya konotasi “janda” akibat perceraian selalu berkonotasi negatif dimata masyarakat. Terlebih bila janda itu muda dan tak memiliki anak (Molino, A,et.al, 2010). Faktor usia juga turut mempengaruhi kesuburan. Semakin tua usia, semakin kecil peluang perempuan untuk bisa hamil. Perempuan usia 19-26 memiliki kemungkinan hamil 2x lebih besar dibandingkan usia 35-39 tahun, begitu juga dengan laki-laki. Semakin tua, kualitas sperma akan menurun, sekalipun tetap bisa membuahi. Memasuki usia 35 tahun, kesuburan wanita akan menurun dan menurun drastis di usia 37 tahun sampai masuk ke masa menopause, 40-45 tahun. Cadangan sel telur terus berkurang setiap kali wanita menstruasi dan akan habis saat menopause. Pada pria, usia tidak membatasi tingkat kesuburan. Pabrik sperma akan terus memproduksi sel-sel sperma selama anatominya normal. Pasangan infertil juga bisa dari pasangan yang sudah menikah selama satu tahun, melakukan persetubuhan secara teratur tanpa menggunakan kontrasepsi, tapi tidak juga menghasilkan anak. Bila setelah setahun tidak punya anak juga, dianjurkan untuk segera melakukan pemeriksaan. Kalau usia istri sudah lebih dari 35 tahun, dengan sendirinya pemeriksaan harus dilakukan lebih cepat lagi yaitu kira-kira 6 bulan setelah menikah (Eunpu, D.L. 2012). Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan Richardson dkk terhadap 30 orang untuk kasus, yang dipilih adalah wanita yang mengalami kecemasan setelah didiagnosis tidak memiliki keturunan dan kontrol dipilih dari pasien wanita yang tidak mengalami masalah ketidaksuburan menemukan penderita dengan perbedaan jarak umur antara istri dan suami yang mengalamai kecemasan akibat tidak memiliki keturunan peningkatan risiko 4,56 kali (CI = 1,41-5,49, p= 0,000) (Richardson. dkk, 2010). Kekerasan terhadap jenis kelamin perempuan dapat terjadi secara fisik seperti pemukulan dan non fisik seperti pelecehan seksual. Ini terjadi karena perbedaan gender dan sosialisasi gender yang amat lama yang menempatkan perempuan sebagai mahkluk lemah, sehingga kekerasan terjadi karena kekuasaan laki-laki. Ketidakmampuan hamil oleh wanita cenderung menjadi faktor pendorong kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya. Seyogianya tanggung jawab untuk menjaga hubungan yang lebih sakral dan bertanggung jawab untuk keluarga, memerlukan keterampilan dan kesiapan mental yang harus matang yang dilakukan pasangan suami istri. Karena dimana ketika seorang wanita mempunyai keputusan untuk menikah dan menjadi seorang istri, maka dia harus siap untuk menjaga

keutuhan keluarga dan menjadi pendamping untuk suaminya. Perannya sangat penting, dimana ia harus bisa mengendalikan diri dan meluangkan banyak waktunya untuk mengurus seluruh kebutuhan keluarganya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Argyo Demartoto, untuk secara luas faktor yang berpengaruh terhadap kejadian infertiliats dan memperkirakan probabilitas individu untuk terkena infertil menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara Kekerasan Dalam Rumah tangga dengan peningkatan risiko kecemasan wanita pasangan infertil dengan nilai OR= 2,38 (CI:1,08-5,25) (Demartoto, 2008).

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan mengacu pada rumusan masalah dan hipotesis peneltian, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu ada hubungan antara ancaman perceraian dengan kejadian kecemasan wanita pasangan infertil dengan hasil uji statistik chi square (p 0,001 < 0.05), ada hubungan antara perbedaan umur dengan kejadian kecemasan wanita pasangan infertil dengan hasil uji statistik chi square (p 0,005 < 0.05), tidak ada hubungan antara kekerasan dengan kejadian kecemasan wanita pasangan infertil dengan hasil uji statistik chi square (p 0,114 > 0.05), hasil uji multivariat menunjukkan bahwa variabel ancaman perceraian merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian kecemasan wanita pasangan infertil dengan nilai Wald sebesar 10,981 dan signifikansi sebesar 0,001. Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, beberapa saran yang dapat disampaikan sebaiknya pasangan suami istri memeriksakan kesehatan reproduksi sedini mungkin dan mengutamakan komunikasi untuk meminimalisir terjadinya pertengkaran dalam rumah tangga dan melakukan adopsi anak untuk lebih menjaga keharmonisan keluarga. Bagi calon pasutri, sebaiknya dilakukan premarital konseling sehingga mereka mempunyai perencanaan dan persiapan setelah pernikahan. Bagi suami, tidak selalu menganggap diri sebagai yang benar sehingga menempatkan perempuan diposisi kedua dalam segala hal serta dapat dengan leluasa “berkuasa” sehingga kasus kekerasan tidak terjadi.

DAFTAR PUSTAKA Agustiani, H. (2007). Psikologi perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: PT Refika Aditama. Barbieri, R.L. (2009). Female infertility: Reproductive endocrinology physiology, pathophysiology, and clinical management. (5th ed.), Philadelphia: Elsevier Saunders. Bomar, P.J. (2010). Promoting health in families: Applying family research and teory to nursing practice. Philadelphia: W.B. Saunder.

Calan, V.J., dkk. (2009). Strategies for coping with infertility. British Journal of Medical Psychology, 62, 343-354. Demartoto, Argyo. (2008). Dampak Infertilitas Terhadap Perkawinan (Suatu Kajian Perspektif Gender). FIP.Universitas Sebelas Maret; Surakarta. Eunpu, D.L. (2012). The Impact Of Infertilty And Treatment Guidelines For Couples Therapy. The American Journal Of Family Therapy, 23, 115-128. Molino, A,et.al. (2010). Correlations threat of divorce and infertility characteristics in 2256 infertility patients British Journal of infertility (2010) 91, 96 – 98. Murti, Bhisma. (1995). Prinsip dan Metode Riset. Gadjah Mada University Press. Richardson et.al. (2010). Risk Factors for anxiety infertile woman in Chinese Women : A Case-Control Study. International Journal of Maternal Health Research 5 (1):111,2010. Lemeshow, Stanley, dkk. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Terjemahan oleh Dibyo Pramono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tabel 1.

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Perkawinan, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan Dan Kelompok Umur Kejadian Kecemasan Cemas Tidak Cemas n % n %

Karakteristik Responden Umur (Tahun) 21-30 31-40 41-50 Usia Perkawinan 1-10 11-20 Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Akademi / PT Pekerjaan PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Buruh IRT Total

Tabel 2.

Usia

Total n

%

41 66 26

30,8 49,6 19,5

59 64 10

44,4 48,1 7,5

100 130 36

37,6 48,9 13,5

81 52

60,9 39,1

93 40

69,9 30,1

174 92

65,4 34,6

6 8 48 71

4,5 6,0 36,1 53,4

5 11 46 71

3,8 8,3 34,6 53,4

11 19 94 142

4,1 7,1 35,3 53,4

41 19 31 10 32 133

30,8 14,3 23,3 7,5 24,1 100

36 37 32 7 21 133

27,1 27,8 24,1 5,3 15,8 100

77 56 63 17 53 266

28,9 21,1 23,7 6,4 19,9 100

Hasil Analisis Bivariat Besar Risiko antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat

Variabel

Kejadian Kecemasan Cemas Tidak Cemas n % n %

N

%

Phi

P Value

0.218

0.001

Ancaman Perceraian Terancam Tidak Terancam Perbedaan Umur

78 55

61,4 39,6

49 84

38,6 60,4

127 139

100 100

≥ 5 tahun < 5 tahun Kekerasan

50 83

64,1 44,1

28 105

35,9 55,9

78 188

100 100

0.182

0.005

Ada Tidak Ada Total

30 103 133

61,2 47,5 50,0

19 114 133

38,8 52,5 50,0

49 217

100 100

0.107

0.114

Tabel 3.

Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda Variabel

Wald

p

Ancaman Perceraian

10.981

0.001

Perbedaan Umur

6.260

0.012

Kekerasan

2.609

0.106

Constan

13.119

0.000