FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE (PSN DBD) KELUARGA DI KELURAHAN MULYOHARJO KECAMATAN JEPARA KABUPATEN JEPARA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh Nila Prastiana Dewi NIM. 6411410081
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Agustus 2015 ABSTRAK Nila Prastiana Dewi Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Prakrik Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) Keluarga di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara, XVI + 164 halaman + 19 tabel + 7 gambar + 18 lampiran Kelurahan Mulyoharjo merupakan salah satu kelurahan endemis DBD di Kabupaten Jepara. Salah satu upaya yang paling tepat dalam pencegahan dan pemberantasan DBD adalah kegiatan pemberantasan sarang nyamuk. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo. Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan didukung data kualitatif. Populasi penelitian 1896 rumah tangga dengan jumlah sampel 90 ibu rumah tangga. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data menggunakan uji statistik chi-square dengan derajat kemaknaan (α)=0,05. Hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara pengalaman sakit DBD (p = 0,002), pengetahuan (p = 0,002), sikap (p = 0,003), pengalaman mendapat penyuluhan kesehatan (p = 0,002), dan dukungan petugas kesehatan (p = 0,042) dengan praktik PSN DBD di Keluarahan Mulyoharjo. Saran yang diberikan bagi masyarakat hendaknya lebih meningkatkan praktik PSN DBD. Bagi petugas kesehatan diharapkan menyampaikan informasi DBD secara kontinyu. Kata Kunci: PSN, DBD, keluarga. Kepustakaan: 59 (1998-2015)
ii
Public Health Departemen Sport Science Faculty Semarang State University August 2015 ABSTRACT Nila Prastiana Dewi The Factors that Associated with Mosquito’s Eradication Practice of Dengue Hemorrhagic Fever by Family at Mulyoharjo Village Jepara Subdistrict Jepara District, XVI + 164 pages + 19 tables + 7 figures + 18 appendices Mulyoharjo is one of endemic village in Jepara. One of the most appropriate efforts in prevention and eradication of dengue is a mosquito eradication . The purpose of this study to determine the factors associated with the mosquito eradication practice of DHF at Mulyoharjo Village. Quantitative research with cross sectional approach and supported by qualitative data. The study population in 1896 households with a sample of 90 housewives. The research instrument used was a questionnaire. Analysis of data using statistical chi-square test with a significance level (α) = 0.05. Results reveal that there is a relationship between the experience of illness dengue (p = 0.002), knowledge (p = 0.002), attitude (p = 0.003), health education (p = 0.002), and the support of health care workers (p = 0.042) with the mosquito eradication practice of DHF at Mulyoharjo Village. Advice given to the community should further enhance the mosquito eradication practice of DHF. For health workers are expected to convey information DHF continuously. Keywords: Mosquito eradication, DHF, family. Literature: 59 (1998-2015)
iii
PENGESAHAN Telah dipertahankan di hadapan sidang tim penguji skripsi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Skripsi atas nama Nila Prastiana Dewi, NIM: 6411410081, dengan judul “Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) Keluarga di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Mulyoharjo Kabupaten Jepara” Pada Hari
: Senin
Tanggal
: 07 September 2015
Panitia Ujian, Ketua Panitia,
Sekretaris,
Dr. H. Harry Pramono, M.Si. NIP. 19591019 198503 1 001
Rudatin Windraswara, ST., M.Sc. NIP. 19820811 200812 1 004 Dewan Penguji:
Tanggal
Ketua Penguji,
1. Widya Hary C., S.KM., M.Kes. (Epid) NIP. 19771227 200501 200 1
___________
Anggota Penguji,
2. drg. Yunita Dyah P.S., M.Kes. (Epid) NIP. 19830605 200912 200 4
___________
Anggota Penguji, 3. dr. Mahalul Azam, M.Kes. (Pembimbing Utama) NIP. 19751119 200112 100 1 iv
___________
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah digunakan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian manapun yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam daftar pustaka.
Semarang, Agustus 2015
Penyusun
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto: Ada banyak hal dalam kehidupan kita yang tak bisa kita pahami dengan kemampuan akal dan pikiran kita, juga tak bisa kita ungkapkan dengan kata-kata yang mengalir keluar dari bibir kita. Terkadang dengan diam akan menjadikan kita faham atas sebuah keadaan (Anonim).
Persembahan: Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Bapakku Prayitno (Alm.) dan Ibuku Nasu‟ah yang senantiasa tulus
berkorban,
memotivasi
mendoakan,
serta
semangatku 2. Almamaterku UNNES
vi
menjadi
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Praktik Pemeberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) Keluarga di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara” dapat terselesaikan. Penyelesaian skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Sehubungan dengan penyelesaian skripsi ini tak lepas dari dukungan dan petunjuk dari berbagai pihak, untuk itu dengan rasa rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Dr. H. Harry Pramono, M. Si., atas ijin penelitianya. 2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Bapak Irwan Budiono, S.KM., M.Kes., atas ijin penelitiannya. 3. Dosen Pembimbing, Bapak dr. H. Mahalul Azam, M.Kes., atas bimbingan, motivasinya dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 4. Penguji I, Ibu Widya Hary Cahyati, S.KM, M.Kes. (Epid), atas kritik dan saran serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 5. Penguji II, Ibu drg. Yunita Dyah Puspita Santik, M.Kes. (Epid), atas kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. vii
6. Dosen dan karyawan di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
atas
bimbingan dan bantuannya. 7. Kepala Bappeda Kabupaten Jepara,
Bapak Sutrisno, S.E., M.Si. atas ijin
penelitiannya. 8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, Ibu dr. Dwi Susilowati, M.Kes atas ijin penelitiannya. 9. Kepala Kelurahan Mulyoharjo, Bapak H.M. Rosyid atas ijin penelitiannya. 10. Masyarakat di wilayah Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara atas keikutsertaannya dalam penelitian ini 11. Guruku, Syech Sholahuddin bin Abdul Jalil Mustaqim dan Bapak Zaenal Mubarok atas doa, motivasi, dan bantuannya. 12. Ibuku Nasuah dan Almarhum Bapakku Prayitno atas segala doa, kekuatan, pengorbanan, dan bantuannya. 13. Teman-temanku (Dewy, Mbak Ela, Ayuk, Yudia, Biut, Riana, Maya, Risma, Umi, Iwan) atas semangat, masukan, diskusi, serta bantuannya, 14. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga amal baik dari semua pihak mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Semarang, Agustus 2015
Penulis viii
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL .................................................................................................................
i
ABSTRAK ..........................................................................................................
ii
ABSTRACT ..........................................................................................................
iii
PERSETUJUAN .................................................................................................
iv
PERNYATAAN ...................................................................................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .....................................................................
vi
KATA PENGANTAR .........................................................................................
vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
1
1.1. Latar Belakang Masalah.................................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ..........................................................................................
6
1.3. Tujuan Penelitian ...........................................................................................
7
1.4. Manfaat Penelitian .........................................................................................
8
1.5. Keaslian Penelitian .........................................................................................
10
1.6. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................................
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
13
2.1. Demam Berdarah Dengue ..............................................................................
13
ix
2.1.1. Definisi Demam Berdarah Dengue .............................................................
13
2.1.2. Epidemiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue .....................................
13
2.1.3. Etiologi Demam Berdarah Dengue .............................................................
16
2.1.4. Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue ................................................
17
2.1.5. Cara Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue ..................................
23
2.1.6. Tanda dan Gejala Demam Berdarah Dengue ..............................................
25
2.1.7. Diagnosis Demam Berdarah Dengue ..........................................................
28
2.1.8. Pencegahan Demam Berdarah Dengue .......................................................
29
2.1.9. Pengobatan Demam Berdarah Dengue .......................................................
33
2.2.
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) .
34
2.2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk Dewasa ...................................................
35
2.2.2. Pemberantasan Jentik ..................................................................................
35
2.3.
Perilaku .......................................................................................................
38
2.3.1. Konsep Perilaku .........................................................................................
38
2.3.2. Perilaku Kesehatan ......................................................................................
41
2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku PSN DBD .............................
42
2.4.
Kerangka Teori ...........................................................................................
56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................
58
3.1.
Kerangka Konsep .......................................................................................
58
3.2.
Variabel Penelitian .....................................................................................
59
3.3.
Hipotesis Penelitian ....................................................................................
59
3.4.
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ...............................
60
3.5.
Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................
63
x
3.6.
Populasi dan Sampel Penelitian ...............................................................
63
3.6.1. Populasi ....................................................................................................
63
3.6.2. Sampel ......................................................................................................
63
3.7.
Sumber Data Penelitian ............................................................................
66
3.7.1. Data Primer ..............................................................................................
66
3.7.2. Data Sekunder ..........................................................................................
66
3.8.
Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ...............................
66
3.8.1. Instrumen Penelitian .................................................................................
66
3.8.2. Teknik Pengambilan Data ........................................................................
67
3.9.
Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................................
68
3.9.1. Validitas ....................................................................................................
68
3.9.2. Reliabilitas ................................................................................................
69
3.10.
Prosedur Penelitian ...................................................................................
70
3.11.
Analisis Data .............................................................................................
72
3.11.1. Analisis Univariat .....................................................................................
72
3.11.2. Analisis Bivariat ........................................................................................
72
BAB IV HASIL PENELITIAN ..........................................................................
74
4.1.
Gambaran Umum ......................................................................................
74
4.2.
Hasil Penelitian .........................................................................................
75
BAB V PEMBAHASAN .....................................................................................
89
5.1.
Pembahasan ...............................................................................................
89
5.2.
Hambatan dan Keterbatasan Penelitian ..................................................... 103
xi
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 104 6.1.
Simpulan ................................................................................................... 104
6.2.
Saran .......................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 107 LAMPIRAN .......................................................................................................... 112
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1.
Keaslian Penelitian ...........................................................................
10
Tabel 3.1.
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ......................
60
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Praktik PSN DBD ...........................................
75
Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur ..........................................
75
Tabel 4.3.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan ..................................
76
Tabel 4.4.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan ....................................
76
Tabel 4.5.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengalaman Sakit DBD ..............
77
Tabel 4.6.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan ................................
77
Tabel 4.7.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap ...........................................
78
Tabel 4.8.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Petugas Kesehatan ....
78
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengalaman Mendapat Penyuluhan Kesehatan .........................................................................................
79
Tabel 4.10. Hubungan antara Umur dengan Praktik PSN DBD .........................
79
Tabel 4.11. Hubungan antara Pendidikan dengan Praktik PSN DBD .................
80
Tabel 4.12. Hubungan antara Pekerjaan dengan Praktik PSN DBD ...................
81
Tabel 4.13. Hubungan antara Pengalaman Sakit dengan Praktik PSN DBD......
82
Tabel 4.14. Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik PSN DBD ...............
83
Tabel 4.15. Hubungan antara Sikap dengan Praktik PSN DBD ..........................
84
Tabel 4.16. Hubungan antara Dukungan Petugas Kesehatan dengan Praktik PSN DBD ................................................................................................. xiii
85
Tabel 4.17. Hubungan antara Pengalaman Mendapat Penyuluhan Kesehatan dengan Praktik PSN DBD .............................................................
xiv
87
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Dengue Transmission Risk ...............................................................
14
Gambar 2.2. Nyamuk Aedes aegypti .....................................................................
18
Gambar 2.3. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti ...............................................
21
Gambar 2.4. Siklus Penularan Demam Berdarah Dengue ....................................
24
Gambar 2.5. Cara Pemberantasan DBD ................................................................
34
Gambar 2.6. Kerangka Teori .................................................................................
56
Gambar 3.1. Kerangka Konsep .............................................................................
58
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Surat Tugas Dosen Pembimbing ...................................................... 112 Lampiran 2. Surat dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (Ethical Clearance)... 113 Lampiran 3. Surat Permohonan Ijin Penelitian ke Bappeda Kab. Jepara ............. 114 Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penelitian ke DKK Kab. Jepara ................... 115 Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Penelitian ke Kelurahan Mulyoharjo ........... 116 Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian dari Bappeda Kab. Jepara ................................ 117 Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari DKK Kab. Jepara ..................................... 118 Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ........................... 119 Lampiran 9. Lembar Penjelasan kepada Calon Subyek ........................................ 120 Lampiran 10. Persetujuan Keikutsertaan dalam Penelitian................................... 122 Lampiran 11. Instrumen Penelitian (Kuesioner) ................................................... 123 Lampiran 12. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Keusioner ............................... 131 Lampiran 13. Data Responden .............................................................................. 139 Lampiran 14. Skoring Hasil Penelitian ................................................................. 143 Lampiran 15. Rekap Hasil Penelitian ................................................................... 147 Lampiran 16. Output SPSS Analisis Univariat ..................................................... 151 Lampiran 17. Output SPSS Analisis Bivariat ....................................................... 154 Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 162
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Demam berdarah masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh daerah tropis dan sub-tropis di dunia. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, dengan peningkatan 30 kali lipat dalam insiden global selama 50 tahun terakhir. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 2,5 miliar atau 40% populasi di dunia berisiko terhadap penyakit DBD terutama yang tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 390 juta infeksi dengue yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun (WHO, 2015: 1). Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia dengan kelembaban udara yang cukup tinggi menjadi pemicu berkembang biaknya nyamuk seperti Aedes aegypti yang merupakan salah satu vektor DBD, sehingga DBD mudah ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Terhitung sejak tahun 1986 hingga 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi nomor dua di dunia setelah Thailand (Kemenkes RI, 2010: 7). Terjadi peningkatan kasus DBD di Indonesia setiap tahunnya. Pada tahun 2011, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 65.725 kasus DBD dengan jumlah kematian 597 orang (Incidence Rate/ Angka Kesakitan= 1
2
27,67/100.000 penduduk dan Case Fatality Rate/ Angka Kematian= 0,91%). Meningkat pada tahun 2012 sebesar 90.245 kasus (IR= 37,11/100.000 penduduk) dengan jumlah kematian 816 orang (CFR= 0,90%). Meningkat lagi pada tahun 2013 sebesar 112.511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang (IR= 45,85/100.000 penduduk dan CFR= 0,77%). Target Renstra angka kesakitan DBD tahun 2013 sebesar 53/100.000 penduduk, dengan demikian Indonesia telah mencapai target Renstra 2012. Walaupun demikian, masih terdapat disparitas antarprovinsi dan antarkabupaten/ kota yang variasinya cukup besar (Kemenkes RI, 2014: 149). Penyakit DBD masih merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2013 dilaporkan sebanyak 15.144 kasus (IR= 30,84/100.000 penduduk dan CFR 1,21%). Menurun pada tahun 2014 sebesar 8.076 kasus (IR= 32,95/100.000 penduduk dan CFR 1,44%). Dari 35 kabupaten/ kota di Jawa Tengah sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Pada tahun 2013 dilaporkan IR tertinggi terjadi di Kabupaten Jepara sebesar 166,3/100.000 penduduk disusul oleh Kota Semarang sebesar 137/100.000 penduduk (Dinkes Prov. Jateng, 2014: 41). Pada tahun 2014 IR tertinggi ditemukan di Kota Semarang sebesar 98,57/100.000 penduduk disusul Kabupaten Jepara pada posisi kedua dengan IR 67,26/100.000 penduduk (Dinkes Prov. Jateng, 2015: 49). Kabupaten Jepara yang sebagian besar wilayahnya merupakan daerah pantai dan dataran rendah, merupakan daerah endemik DBD. Dalam satu dekade ini, kasus DBD di Kabupaten Jepara cenderung fluktuatif. Pada tahun 2009 Kabupaten Jepara menduduki peringkat 2 tertinggi kasus DBD di Jawa Tengah,
3
yaitu 1680 kasus (IR 15,4/100.000 penduduk dan CFR 1,13%). Pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 1894 kasus dengan 15 kematian. Terjadi penurunan kasus pada tahun 2011 dan tahun 2012. Namun, meningkat lagi pada tahun 2013 sebesar 1.951 kasus dengan 11 kematian (IR 166,30/100.000 penduduk dan CFR 0,5%) yang menempatakan Kabupaten Jepara pada posisi pertama kasus DBD di Jawa Tengah (Dinkes Kab. Jepara, 2014:1). Pada tahun 2014 kasus DBD di Kabupaten Jepara mengalami penurunan yaitu sebanyak 806 kasus dengan 6 kematian (IR 67,26/100.000 penduduk dan CFR 0,64%). Kasus tertinggi terjadi di Puskesmas Jepara dengan 411 kasus pada tahun 2013 dan 196 kasus pada tahun 2014. Di wilayah kerja Puskesmas Jepara, ditemukan kasus tertinggi di Kelurahan Mulyoharjo dengan 58 kasus pada tahun 2013 dan 30 kasus pada tahun 2014 (Dinkes Kab. Jepara, 2015:1). Kelurahan Mulyoharjo merupakan salah satu kelurahan endemis DBD di Kecamatan Jepara yang berada di wilayah kerja Puskesmas Jepara. Kelurahan Mulyoharjo terdiri atas 37 RT dan 5 RW. Berdasarkan rekapitulasi Pemantauan Jentik Rutin (PJR) Puskesmas Jepara pada Bulan Desember 2014 menunjukkan bahwa Kelurahan Mulyoharjo memiliki Angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar 58% dari 250 rumah yang diperiksa, angka ini masih di bawah standar ABJ nasional yaitu 95%. Salah satu upaya yang dianggap tepat dalam pencegahan dan pemberantasan DBD adalah dengan memutus rantai penularan dengan cara mengendalikan vektor melalui kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) yaitu suatu kegiatan untuk memberantas telur, jentik, dan kepompong
4
nyamuk Aedes aegypti penular penyakit DBD. PSN DBD dilakukan dengan cara 3M yaitu menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan menguburkan barang yang tidak terpakai/barang bekas. Selain itu ditambah dengan cara lainnya yang dikenal dengan 3M plus yaitu kegiatan 3M ditambah pencegahan gigitan nyamuk, pengurangan tempat perkembangbiakan dan tempat peristirahatan nyamuk penular penyakit DBD (Kemenkes RI, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara dengan petugas Puskesmas Jepara telah dilakukan upaya pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Jepara melalui penyuluhan kepada masyarakat dengan berbagai media seperti radio spot, dialog radio, penyuluhan langsung kepada masyarakat, penyebaran leaflet, stiker, dan baliho. Selain penyuluhan kepada masyarakat, upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi DBD seperti penaburan butiran abate (abatesasi), kegiatan pengasapan (fogging) di tempat tertetu yang memenuhi syarat serta menggerakkan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang dilakukan secara perodik oleh masyarakat yang dikoordinir oleh RT/RW dalam bentuk PSN dengan menekankan kegiatan 3M plus. Untuk mengoptimalkan gerakan PSN pemerintah telah melakukan berbagai macam kegiatan diantaranya mengadakan lomba PSN antar desa dan kecamatan se-Kabupaten Jepara, melaksanakan larvasida masal dan pengembangan kawasan bebas jentik. Namun upaya PSN DBD yang dilakukan masyarakat ternyata belum optimal terbukti dari angka bebas jentik (ABJ) yang belum mencapai 95%.
5
Perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan upaya penanggulangan DBD di Kabupaten Jepara. Masyarakat masih bergantung kepada pemerintah dalam penanggulangan DBD, kalau tidak dilakukan pengasapan (fogging) pemerintah dianggap tidak bekerja. PSN DBD merupakan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat. Masyarakat berperan penting dalam pemberantasan vektor yang merupakan upaya paling utama untuk memutuskan rantai penularan dalam rangka memberantas penyakit DBD. Salah satu elemen terkecil adalah tingkat keluarga. Di dalam keluarga ibu mempunyai peranan penting sebagai pemelihara kesehatan keluarganya. Ibu mempunyai peranan besar dalam menentukan nilai-nilai kebersihan dan hidup sehat di rumah. Perilaku masyarakat yang baik akan memberikan dampak yang baik bagi kesehatan, dan sebaliknya perilaku masyarakat yang tidak baik akan berdampak buruk bagi kesehatannya. Penelitian yang dilakukan oleh Hardayati, et al (2011) yang dilakukan di Kota Pekanbaru Riau menyatakan bahwa perilaku masyarakat akan sangat menentukan tingkat kesehatan dari masyarakat itu sendiri. Tercatatnya Kota Pekanbaru sebagai daerah endemis DBD, diperkirakan ada keterkaitannya dengan perilaku masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD. Banyak faktor yang mempengaruhi praktik PSN DBD. Penelitian yang dilakukan oleh Alidan (2011) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk DBD (p=0,032), hal ini sejalan dengan penelitian Naing (2011) dengan kemaknaan (p=0,001). Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Hardayati (2011) yang menyebutkan tidak
6
ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik PSN DBD. Faktor lain yang mempengaruhi keluarga dalam melakukan PSN DBD adalah sikap. Penelitian Mohammad (2014) di Malaysia menunjukkan terdapat hubungan antara sikap (p=0,004) dengan praktik PSN, hal ini sejalan dengan penelitian Alidan (2011) dengan kemaknaan (p=0,032). Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Agustiansyah yang menyebutkan tidak ada hubungan antara sikap dengan praktik PSN DBD. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan Praktik Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) keluarga di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.
1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Rumusan Masalah Umum Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara? 1.2.2. Rumusan Masalah Khusus a.
Apakah faktor umur berhubungan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara?
b.
Apakah faktor tingkat pendidikan berhubungan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara?
7
c.
Apakah faktor pekerjaan berhubungan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara?
d.
Apakah faktor pengalaman sakit DBD berhubungan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara?
e.
Apakah faktor tingkat pengetahuan berhubungan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara?
f.
Apakah faktor sikap berhubungan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara?
g.
Apakah faktor dukungan petugas kesehatan berhubungan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara?
h.
Apakah faktor pengalaman mendapat penyuluhan kesehatan berhubungan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik PSN DBD keluarga di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. 1.3.2. Tujuan Penelitian Khusus a.
Mengetahui hubungan umur dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.
b.
Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.
8
c.
Mengetahui hubungan pekerjaan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.
d.
Mengetahui hubungan pengalaman sakit DBD dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.
e.
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.
f.
Mengetahui hubungan sikap dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.
g.
Mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.
h.
Mengetahui hubungan pengalaman mendapat penyuluhan kesehatan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Masyarakat Informasi yang diperoleh tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Jepara Kecamata Jepara Kabupaten Jepara dapat digunakan sebagai bahan referensi atau masukan sebagai upaya preventif (pencegahan) dalam penanganan penyakit DBD dan sebagai pemacu gerakan PSN mandiri oleh masyarakat agar tidak bergantung pada petugas kesehatan sebagai pengendalian dini dalam pencegahan penyakit DBD.
9
1.4.2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara Dapat memberikan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik PSN DBD keluarga di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi pengambilan kebijakan program penanggulangan DBD di Kabupaten Jepara. 1.4.3. Bagi Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Dapat dijadikan sebagai bahan pustaka dan menambah khasanah penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik PSN DBD keluarga di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. 1.4.4. Bagi Peneliti Dapat memperoleh keterampilan, pengalaman, dan wawasan mengenai mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik PSN DBD keluarga di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara yang dapat diterapkan dan dikembangkan lebih lanjut.
10
1.5. Keaslian Penelitian Tabel 1.1. Penelitian-penelitian yang Relevan dengan Penelitian ini No.
1.
2.
3.
Judul Penelitian
Nama Tempat Peneliti, Penelitian Tahun Factor Mariam Selangor, associated with Mohamad Malaysia. larval control , et al., practices in a 2014. dengue outbreak prone area.
Rancangan Penelitian Crosssectional.
Analisis Hardayati Kecamatan perilaku W, et al., Pekanbaru masyarakat 2011. Kota, Riau. terhadap Angka Bebas Jentik dan Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Pekanbaru Kota, Riau.
Crosssectional.
Faktor-faktor Agustianyang syah, mempengaruhi 2003. masyarakat dalam memelihara ikan cupang (Betta splendens) untuk Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue di Kota Pontianak.
Crosssectional.
Pontianak.
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel bebas: pengetahuan, sikap, pengalaman sakit DBD, keikutsertaan dalam kampanye PSN DBD.
Terdapat hubungan antara sikap (p=0,004) dan pengalaman sakit DBD (p=0,002) dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk.
Variabel terikat: praktik pemberantasan sarang nyamuk. Variabel bebas: pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, pengetahuan, sikap, sarana dan prasana, keterpaparan penyuluhan.
Terdapat hubungan antara pendidikan (p=0,039) dengan perilaku masyarakat dalam PSN DBD.
Tidak terdapat hubungan antara: pengetahuan (p=0,929), sikap (p=0,226), sarana dan prasarana (p=0,708), keterpaparan Variabel terikat: penyuluhan (p=0,986), perilaku dengan perilaku masyarakat masyarakat dalam dalam PSN DBD. PSN DBD. Variabel bebas: Terdapat hubungan antara umur, lama besar pengeluaran pendidikan, besar (p=0,015) dan pengetahuan pengeluaran, (p=0,000) dengan praktik besar anggota memelihara ikan cupang rumah tangga, untuk PSN DBD. pekerjaan, aktivitas sosial, pengetahuan, dan sikap. Variabel terikat: praktik memelihara ikan cupang untuk
11
4.
5.
6.
The corelation of knowledge, attitude and health elucidation to the Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) mosquito breeding place eradication in Subdistrict of Simpang III Sipin District of Kotabaru Jambi Municipality. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan kepala keluarga dalam upaya pencegahan penyakit DBD di Desa Gondang Tani Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Sragen. Perilaku pemberantasan sarang nyamuk di masyarakat.
Alidan, 2011.
Kelurahan CrossSimpang III Sectional. Sipin Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi.
Diah Nia Desa Heaswati, Gondang 2008. Tani, Sragen.
Crosssectional.
pemberantasan sarang nyamuk DBD. Variabel bebas: pengetahuan, sikap, dan penyuluhan kesehatan. Variabel terikat: pemberantasan sarang nyamuk DBD.
Variabel bebas: pendidikan, jumlah anggota keluarga, informasi DBD, partisipasi sosial, dan pengalaman sakit.
Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan (p=0,032), sikap (p=0,042) dan penyuluhan kesehatan (p=0,038) dengan pemberantasan sarang nyamuk DBD.
Ada hubungan yang bermakna antara pendidikan (p=0,039) dengan upaya pencegahan penyakit DBD.
Variabel terikat: upaya pencegahan penyakit DBD.
Eni Nuryanti, 2013.
Desa Karangjati, Kabupaten Blora.
Crosssectional.
Variabel bebas: umur, pendidikan, jenis kelamin, pendapatan, pengetahuan, sikap, informasi DBD, dan peran petugas kesehatan. Variabel terikat: perilaku pemberantasan sarang nyamuk.
Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan (p=0,001), sikap (p=0,001), informasi DBD (p= 0,0001), dan peran petugas kesehatan (p=0,001) dengan perilaku pemberantasan sarang nyamuk DBD.
12
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: a. Variabel yang berbeda dengan penelitian sebelumnya adalah b. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah rumah tangga di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian 1.6.1. Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. 1.6.2. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ini dilaksanakan setelah proses pra penelitian sampai dengan penelitian selesai dilaksanakan yaitu bulan Juli 2015. 1.6.3. Ruang Lingkup Materi Penelitian ini termasuk dalam lingkup ilmu kesehatan masyarakat, khususnya di bidang epidemiologi penyakit menular, yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Demam Berdarah Dengue 2.1.1. Definisi Demam Berdarah Dengue Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (ptekie), lebam (echymosis), atau ruam (purpura). Kadangkadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (shock) (Kemenkes RI, 2011:133).
2.1.2. Epidemiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa populasi di dunia yang berisiko terhadap penyakit DBD mencapai 2,5 miliar terutama yang tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 390 juta infeksi dengue yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun (WHO, 2015: 1). Data WHO menunjukkan bahwa negara-negara di kawasan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Di antara sekitar 2,5 miliar orang yang berisiko diseluruh dunia, sekitar 1,3 miliar atau 52% populasi berada di kawasan Asia Tenggara. Diperkirakan sekitar 2,9
13
14
juta kasus DBD dengan 5.906 kematian terjadi di Asia Tenggara setiap tahunnya (WHO, 2012: 1). Di bawah ini adalah gambar peta yang menunjukkan wilayah di dunia yang berisiko untuk terjadinya transmisi virus dengue karena vektor nyamuk. Indonesia berada dalam wilayah berisiko terjadinya transmisi dengue tersebut.
Gambar 2.1. Dengue Transmission Risk Reproduced from The World Health Organization’s: International adn Travel Health Publication (Sumber: WHO, 2014). Data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1986 hingga 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi nomor dua di dunia setelah Thailand. Di Indonesia kasus DBD pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968 (Kemenkes RI, 2010).
15
Mordibitas dan mortalitas DBD di berdagai daerah bervariasi disebabkan beberapa faktor meliputi, faktor penjamu (host), faktor lingkungan (environment), dan faktor agen penyakit (agent). Faktor penjamu yang berhubungan kejadian DBD meliputi umur, jenis kelamin, ras, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, imunitas, status gizi, dan perilaku. Berdasarkan hasil penelitian Djati ,et al (2010) di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul menunjukkan bahwa umur dan kondisi kerja berhubungan dengan kejadian DBD di daerah endemis. Penelitian yang dilakukan oleh Sugiastuti (2007) di Puskesmas Kedaton Kabupaten Cirebon menunjukkan bahwa faktor perilaku yang berhubungan dengan kejadian DBD adalah kebiasaan menguras dan menyikat tempat penampungan air. Penelitian lain oleh Supriyanti (2014) menunjukkan bahwa aktifitas kerja, mobilitas kebiasaan tidur pagi dan sore hari berhubungan dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Gombong II Kabupaten Kebumen. Faktor lingkungan yang berhubungan dengan kejadian penyakit DBD meliputi: 1) Lingkungan fisik (jarak rumah, tata rumah, macam kontainer, ketinggian tempat, dan iklim) (Depkes RI, 1998). 2) Lingkungan biologi (banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang mempengaruhi kelembaban, pencahayaan di dalam rumah, merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap dan beristirahat) (Soegijanto, 2003). 3) Lingkungan sosial ekonomi (pendapatan keluarga, aktifitas sosial, kepadatan hunian, bencana alam, kemiskinan, dan kondisi rumah). Penelitian yang dilakukan oleh Roose (2008) di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekan Baru menunjukkan bahwa faktor lingkungan
16
yang mempengaruhi kejadian DBD adalah jarak rumah, tata rumah, tempat penampungan air bukan untuk kebutuhan sehari-hari, keberadaan jentik, dan keberadaan tanaman hias atau pekarangan. Faktor agen penyebab penyakit demam berdarah dengue adalah virus dengue yang termasuk kelompok B Artrhopoda Borne Virus (arboviruses). Anggota dari genus Flavivirus, famili Flaviridae yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes alpobictus yang merupakan vektor infeksi DBD (Widoyono, 2008).
2.1.3. Etiologi Demam Berdarah Dengue Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang termasuk dalam group B Arthropoda Borne Viruse (arboviruses) yaitu virus yang ditularkan melalui serangga. Virus dengue termasuk genus Flavivirus dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe lain yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi 3 atau bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Soegiyanto, 2003). Untuk pertama kalinya, pada bulan Maret 2002, Michael Rossman dan Richard Kuhn dari Purdue University, Amerika Serikat melaporkan bahwa struktur virus dengue berbeda dengan struktur virus lainnya yang telah ditemukan.
17
Permukaan virus ini halus dan selaputnya ditutupi oleh lapisan protein yang berwarna biru, hijau, dan kuning (ilustrasi komputer). Protein amplop tersebut dinamakan protein E yang berfungsi melindungi bahan genetik di dalamnya (Widoyono, 2008:60). Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus parah. Virus penyebab penyakit bertahan hidup dalam suatu siklus yang melibatkan manusia dan nyamuk yang hidup aktif di siang hari (Sembel, 2009:61).
2.1.4. Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue Vektor adalah Arthropoda yang secara aktif menularkan mikroorganisme penyebab penyakit dari penderita kepada orang yang sehat baik secara mekanik maupun biologi. Penularan penyakit DBD dari satu orang ke orang lain dengan perantara nyamuk Aedes. Penyakit ini tidak akan menular tanpa ada gigitan nyamuk. Nyamuk pembawa virus dengue yang paling utama adalah jenis Aedes aegypti, sedangkan Aedes albopictus relatif jarang. Nyamuk Aedes aegypti mulanya berasal dari Mesir yang kemudian menyebar ke seluruh dunia, melalui kapal laut atau udara. Nyamuk hidup dengan baik di belahan dunia yang beriklim tropis dan subtropis seperti Asia, Afrika, Australia, dan Amerika.
18
Gambar 2.2. Nyamuk Aedes aegypti (Sumber: Kemenkes RI, 2011) Klasifikasi dari Aedes aegypti menurut Mullen dan Durden (2002) adalah sebagai berikut : Fillum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Nematocera
Infra Ordo
: Culicomorfa
Super famili
: Culicoidea
Sub famili
: Culicinae
Genus
: Aedes
Species
: Aedes aegypti
2.1.4.1. Morfologi Nyamuk Aedes aegypti Nyamuk berukuran kecil (4-13 mm) dan rapuh. Kepalanya mempunyai probosis halus dan panjang yang melebihi panjang kepala. Pada nyamuk betina, probosis dipakai sebagai alat untuk menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan untuk menghisap bahan-bahan cair seperti cairan tumbuh-tumbuhan, buah-
19
buahan, dan juga keringat. Di kiri kanan probosis terdapat palpus yang terdiri dari 5 ruas dan sepasang antena yang terdiri dari 15 ruas. Antena pada nyamuk jantan berambut lebat (plumose) dan pada nyamuk betina jarang (pilose). Sebagian besar toraks yang tampak (mesonotum) diliputi bulu halus. Bagian posterior dari mesonotum terdapat skutelum yang membentuk 3 lengkungan (trilobus). Sayap
nyamuk
panjang
dan
langsung,
mempunyai
vena
yang
permukaannya ditumbuhi sisik-sisik sayap (wing scales) yang letaknya mengikuti vena. Pada pinggir sayap terdapat sederetan rambut yang disebut fringe. Abdomen berbentuk silinder dan terdiri dari 10 ruas. Dua ruas yang terakhir berubah menjadi alat kelamin. Nyamuk mempunyai 3 pasang kaki (heksapoda) yang melekat pada toraks dan tiap kaki terdiri atas 1 ruas femur, 1 ruas tibia dan 5 ruas tarsus (Sembel, 2009: 51). 2.1.4.2. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti a. Telur Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur di atas permukaan air satu per satu. Telur dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama dalam bentuk dorman. Namun, bila air cukup tersedia, telur-telur biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan (Sembel, 2009: 52). b. Larva atau Jentik Telur menetas menjadi larva atau sering disebut dengan jentik. Larva nyamuk memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup jelas. Untuk mendapatkan oksigen dari udara, larva nyamuk Aedes aegypti biasanya menggantungkan tubuhnya agak tegak lurus dengan
20
permukaan air. Kebanyakan larva nyamuk menyaring mikroorganisme dan partikel-partikel lainnya dalam air. Larva biasanya melakukan pergantian kulit sebanyak empat kali dan berpupasi sesudah 7 hari (Sembel, 2009: 52). Jentik
memerlukan
empat
tahap
perkembangan.
Jangka
waktu
perkembangan jentik tergantung pada suhu, ketersediaan makanan, dan kepadatan jentik dalam sebuah kontainer. Dalam kondisi optimal, waktu yang dibutuhkan dari telur menetas hingga menjadi nyamuk dewasa adalah tujuh hari, termasuk dua hari dalam masa pupa. Pada suhu rendah, dibutuhkan waktu beberapa minggu (Depkes RI, 2005). Ada empat tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva Aedes aegypti tersebut, yaitu (Depkes RI, 2005): a)
Instar I: berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
b) Instar II: 2,5-3,8 mm c)
Instar III: lebih besar sedikit dari larva instar II
d) Instar IV: berukuran paling besar 5 mm c. Pupa Setelah mengalami pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa berbentuk agak pendek, tidak makan, tetapi tetap aktif bergerak dalam air terutama bila diganggu. Bila perkembangan pupa sudah sempurna, yaitu sesudah 2 atau 3 hari, maka kulit pupa pecah dan nyamuk dewasa keluar dan terbang (Sembel, 2009: 52). d. Dewasa Nyamuk dewasa yang keluar dari pupa berhenti sejenak di atas permukaan air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya. Setelah itu
21
nyamuk akan terbang untuk mencari makan. Dalam keadaan istirahat, nyamuk Aedes aegypti hinggap dalam keadaan sejajar dengan permukaan (Sembel, 2009: 53).
Gambar 2.3. Siklus Hidup Nyamuk Aedes agypti (Sumber: Kemenkes RI, 2011) 2.1.4.3. Tempat Perindukan Nyamuk Aedes aegypti Nyamuk Aedes aegypti yang aktif pada siang hari biasanya meletakkan telur dan berbiak pada tempat-tempat penampungan air bersih atau air hujan seperti bak mandi, tangki penampungan air, vas bunga (di rumah, sekolah, kantor, atau perkuburan), kaleng-kaleng atau kantung-kantung plastik bekas, di atas lantai gedung terbuka, talang rumah, bambu pagar, kulit-kulit buah seperti kulit buah rambutan, tempurung kelapa, ban-ban bekas, dan semua bentuk kontainer yang dapat menampung air bersih. Jentik-jentik nyamuk dapat terlihat berenang naik turun di tempat-tempat penampungan air tersebut (Sembel, 2009: 53). 2.1.4.4. Perilaku Nyamuk Aedes aegypti Untuk dapat memberantas nyamuk Aedes aegypti secara efektif diperlukan pengetahuan tentang pola perilaku nyamuk tersebut yaitu perilaku mencari darah,
22
istirahat, dan berkembang biak, sehingga diharapkan akan dicapai PSN dan jentik nyamuk Aedes aegypti yang tepat. a. Perilaku Mencari Darah Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur. Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2-3 hari sekali. Menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari, dan lebih suka pada jam 08.00-12.00 dan jam 15.0017.00. Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menggigit lebih dari satu orang. Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter. Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan. b. Perilaku Istirahat Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 23 hari untuk mematangkan telur. Tempat istirahat yang disukai yaitu tempattempat yang lembab dan kurang terang, seperti kamar mandi, dapur, WC, di dalam rumah seperti baju yang digantung, kelambu, tirai, di luar rumah seperti pada tanaman hias di halaman rumah. c. Perilaku Berkembang Biak Nyamuk Aedes aegypti bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan
air
bersih.
Telur
diletakkan
menempel
pada
dinding
penampungan air, sedikit di atas permukaan air. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar 100 butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 mm per butir. Telur ini di tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 2 hari terendam air. Jentik nyamuk setelah 6-8 hari akan tumbuh menjadi pupa nyamuk. Pupa
23
nyamuk masih dapat aktif bergerak didalam air, tetapi tidak makan dan setelah 1-2 hari akan memunculkan nyamuk Aedes aegypti yang baru (Sembel, 2009: 53).
2.1.5. Cara Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue Penularan DBD umumnya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (vektor utama) meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes albopictus (vektor potensial) yang biasa hidup di kebun-kebun. Nyamuk penular DBD ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut (Kemenkes RI 1, 2010: 2). Nyamuk
Aedes
aegypti
mendapatkan
virus
dengue
sewaktu
menggigit/menghisap darah orang yang sakit DBD atau tidak sakit, tetapi di dalam darahnya terdapat virus dengue. Virus dengue yang terhisap akan berkembang biak dan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk, termasuk kelenjar liurnya. Jika orang yang tertular tidak memiliki kekebalan tubuh yang cukup, maka virus itu akan menyerang sel pembeku darah dan merusak dinding pembuluh darah kecil. Akibatnya terjadi perdarahan dan kekurangan cairan yang ada di dalam pembuluh darah orang tersebut. Dalam darah manusia, virus dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu lebih kurang satu minggu (Depkes RI, 2006 : 1-2). Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Virus dengue dalam darah selama 4–7 hari mulai 1–2 hari sebelum demam. Bila penderita
24
tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi eksentrik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya (Hastuti, 2008).
Gambar 2.4. Siklus Penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) (Sumber: Depkes RI, 2006:1)
Nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue ini menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur ini lah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Akibat infeksi virus DBD, orang yang kemasukan virus dengue, maka dalam tubuhnya akan terbentuk zat anti (antibodi) yang spesifik sesuai dengan tipe virus dengue yang masuk (Hastuti, 2008).
25
Tanda atau gejala yang timbul ditentukan reaksi antara zat anti yang ada dalam tubuh dengan antigen yang ada dalam virus dengue yang baru masuk. Penularan demam berdarah dengue dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Menurut teori infeksi sekunder, seseorang dapat terserang demam berdarah dengue, jika mendapat infeksi ulangan dengan virus dengue tipe yang berlainan dengan infeksi sebelumnya (misal infeksi pertama dengan virus dengue-1 infeksi kedua dengan dengue–2). Infeksi dengan satu tipe virus dengue saja, paling berat hanya akan menimbulkan demam dengue tanpa disertai perdarahan (Hastuti, 2008: 4).
2.1.6. Tanda dan Gejala Demam Berdarah Dengue Pasien penyakit DBD pada umumnya disertai dengan tanda-tanda berikut: a. Demam Demam dapat terjadi selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas. Derajat demam berdarah dengue dikelompokkan dalam empat derajat (pada setiap derajat ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi), yaitu: - Derajat I Demam yang disertai dengan gejala klinis tidak khas, satu-satunya gejala pendarahan adalah hasil uji tourniquet positif. - Derajat II Gejala yang timbul pada demam berdarah dengue derajat I, ditambah pendarahan spontan, biasanya dalam bentuk pendarahan di bawah kulit dan atau bentuk pendarahan lainnya.
26
- Derajat III Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi (< 20 mmHg ) atau hipertensi yang ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah. - Derajat IV Syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah. b.
Manifestasi Perdarahan Perdarahan ini disebabkan oleh trombositopeni dan gangguan fungsi trombosit. Perdarahan dapat terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya berupa uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih manifestasi perdarahan sebagai berikut: petekie, purpura, ekimosis, perdarahan konjungtiva, epistaksis, pendarahan gusi, ematemesis, melena, dan hematu spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak darah hitam. Uji tourniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai sebagai presumptif test (dugaan keras) oleh karena uji tourniquest positif pada hari pertama demam terdapat pada sebagian besar penderita demam berdarah dengue. Namun uji tourniquet positif dapat juga dijumpai pada penyakit virus lain (campak, demam chikungunya), infeksi bakteri (thypus abdominalis), dan lain-lain. Petekie merupakan tanda pendarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada hari pertama demam. Epistaksis dan perdarahan gusi lebih jarang ditemukan, sedangkan perdarahan gastrointestinal biasanya
27
menyertai renjatan. Terkadang dijumpai pula perdarahan konjungtiva serta hematuri. c.
Trombositopenia Jumlah trombosit di bawah 150.000/ mm3 (normal: 150.000-300.000 µL) biasanya ditemukan diantara hari ketiga sampai ketujuh sakit. Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai kita yakin trombosit dalam batasbatas normal atau menyokong ke arah penyakit DBD. Pemeriksaan dilakukan minimal 2 kali. Pertama pada waktu pasien masuk dan apabila normal diulangi pada hari kelima sakit. Bila perlu diulangi lagi pada hari ke 6-7 sakit.
d.
Hemokonsentrasi Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) merupakan indikator yang peka terhadap akan terjadinya renjatan sehingga perlu dilakukan pemeriksaan berulang secara periodik.
e.
Hepatomegali Pembesaran hati berkaitan dengan strain serotipe virus dengue. Sifat pembesaran hati: - Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit. - Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit. - Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa disertai dengan ikterus.
28
f.
Renjatan (Shock) Renjatan disebabkan karena perdarahan atau kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler darah yang rusak. Tanda-tanda renjatan adalah: - Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari, dan kaki. - Penderita menjadi gelisah. - Sianosis di sekitar mulut. - Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba. - Tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang). - Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun hingga 80 mmHg atau kurang) (Kemenkes RI 2, 2010: 23).
2.1.7. Diagnosis Demam Berdarah Dengue Diagnosis DBD ditegakkan berdassarkan kriteria diagnosis WHO (2012) terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang tidak berhubungan dengan penyakit DBD (over diagnosis). 1) Kriteria Klinis a)
Demam tinggi mendadak berlangsung selama 2-7 hari.
b) Terdapat manifestasi tanda-tanda perdarahan ditandai dengan: - Uji bendung (tourniquet test) positif. - Petekie, ekimosis, purpura. - Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi.
29
- Hematemesis dan/ atau melena. c) Pembesaran hati (hepatomegali). d) Renjatan (shock), ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi (≤20 mmHg), hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah. 2) Kriteria Laboratorium a) Trombositopenia (150.000/ mm3 atau kurang). b) Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, yang ditandai adanya: hemokonsentrasi/ peningkatan hematokrit ≥ 10% dari data baseline saat pasien belum sakit atau sudah sembuh atau adanya efusi pleura, asites, atau hipoproteinemia (hipoalbuminemia) (Kemenkes, 2011:67).
2.1.8. Pencegahan Demam Berdarah Dengue Menurut Kemenkes RI (2010:2), pencegahan penyakit demam berdarah dengue dapat dibagi menjadi tingkatan. 2.1.8.1. Pencegahan Primer Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Sebelum ditemukannya vaksin terhadap virus demam berdarah dengue, pengendalian vektor adalah satu-satunya upaya yang diandalkan dalam mencegah demam berdarah dengue. Secara garis besar ada cara pengendalian vektor yaitu:
30
a.
Pengendalian Cara Kimiawi Pada pengendalian kimiawi digunakan insektisida yang ditujukan pada
nyamuk dewasa atau larva. Insektisida yang dapat digunakan adalah dari golongan organoklorin, organopospor, karbamat, dan pyrethoid. Bahan-bahan insektisida dapat diaplikasikan dalam bentuk penyemprotan (spray) terhadap rumah penduduk. Insektisida yang dapat digunakan terhadap larva Aedes aegypty yaitu dari golongan organopospor (temephos) dalam bentuk sand granules yang larut dalam air di tempat perindukan nyamuk atau sering disebut dengan abatisasi. b.
Pengendalian Hayati atau Biologik Pengendalian hayati atau sering disebut pengendalian biologis dilakukan
dengan menggunakan kelompok hidup, baik dari golongan mikroorganisme hewan invertebrata atau vertebrata. Sebagai pengendalian hayati dapat berperan sebagai patogen, parasit, dan pemangsa. Beberapa jenis ikan kepala timah (Panchaxpanchax) dan ikan gabus (Gambusia afffinis) adalah pemangsa yang cocok untuk larva nyamuk. Beberapa etnis
golongan
cacing
nematoda
seperti
Romanomarmis
inyegari
dan
Romanomarmis culiforax merupakan parasit yang cocok untuk larva nyamuk. c.
Pengendalian Radiasi Pengendalian cara radiasi memakai bahan radioaktif dengan dosis tertentu
sehingga nyamuk jantan menjadi mandul. Nyamuk jantan yang telah diradiasi dilepaskan ke alam bebas. Meskipun nanti nyamuk jantan akan berkopulasi
31
dengan nyamuk betina, tapi nyamuk betina tidak akan dapat menghasilkan telur yang fertil. d.
Pengendalian Lingkungan Pengendalian lingkungan dapat digunakan beberapa cara antara lain dengan
mencegah nyamuk kontak dengan manusia yaitu dengan memasang kawat kasa pada pintu, lubang jendela, dan ventilasi di seluruh bagian rumah. Hindari menggantung pakaian di kamar mandi, di kamar tidur, atau di tempat yang tidak terjangkau sinar matahari. Pencegahan yang paling tepat dan efektif dan aman untuk jangka panjang adalah dilakukan dengan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan 3M (plus) yaitu: menguras bak mandi, bak penampungan air, tempat minum hewan peliharaan. Menutup rapat tempat penampungan air sedemikian rupa sehingga tidak dapat diterobos oleh nyamuk dewasa. Mendaur ulang barang bekas yang sudah tidak terpakai, yang kesemuanya dapat menampung air hujan sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti. 2.1.8.2. Pencegahan Sekunder Dalam pencegahan sekunder dilakukan upaya diagnosis dan dapat diartikan sebagai tindakan yang berupaya untuk menghentikan proses penyakit pada tingkat permulaan, sehingga tidak akan menjadi lebih parah. a. Melakukan diagnosis sedini mungkin dan memberikan pengobatan yang tepat bagi penderita demam berdarah dengue.
32
b. Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang menemukan penderita / tersangka penderita demam berdarah dengue segera melaporkan ke puskesmas dan dinas kesehatan dalam waktu 3 jam. c. Penyelidikan epidemiologi dilakukan petugas puskesmas untuk pencarian penderita panas tanpa sebab yang jelas sebanyak 3 orang atau lebih, pemeriksaan jentik, dan juga dimaksudkan untuk mengetahui adanya kemungkinan terjadinya penularan lebih lanjut, sehingga perlu dilakukan fogging fokus dengan radius 200 meter dari rumah penderita, disertai penyuluhan. 2.1.8.3. Pencegahan Tersier Pencegahan ini dimaksudkan untuk mencegah kematian akibat penyakit demam berdarah dengue dan melakukan rehabilitasi. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan sebagai berikut: a.
Ruang Gawat Darurat Membuat ruangan gawat darurat khusus untuk penderita DBD di setiap unit pelayanan kesehatan terutama di puskesmas agar penderita dapat penanganan yang lebih baik.
b.
Tansfusi Darah Penderita yang menunjukkan gejala perdarahan seperti hematemesis dan malena diindikasikan untuk mendapatkan tranfusi darah secepatnya.
c.
Mencegah Terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Adapun jenis kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan stratifikasi daerah rawan seperti:
33
- Endemis: daerah dengan kejadian tiap tahunnya dalam tahun terakhir. Kegiatan yang dilakukan adalah fogging Sebelum Musim Penularan (SMP), abatesasi selektif, Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB), dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. - Sporadis: daerah yang dalam tahun terakhir terjangkit demam berdarah dengue, tetapi tidak setiap tahun. Kegiatan yang dilakukan adalah Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB), dan penyuluhan. - Potensial: daerah yang dalam tahun terakhir tidak terjadi kejadian demam berdarah dengue tetapi mempunyai penduduk yang padat, dan ditemukan house index lebih dari 10%. Kegiatan yang dilakukan adalah PJB dan penyuluhan. - Bebas: daerah yang tidak pernah terjadi demam berdarah dengue dan berada lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut. Kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan.
2.1.9. Pengobatan Demam Berdarah Dengue Sampai saat ini belum ada obat maupun vaksin untuk DBD. Prinsip dasar pda pengobatan adalah penggantian cairan tubuh yang hilang karena kebocoran plasma (Depkes RI, 2005: 45). Pengobatan bersifat simtomatif dan suportif. Penderita dianjurkan beristirahat saat sedang demam. Pengobatan ditujukan untuk mencegah penderita DBD masuk ke fase syok. Pertolongan pertama yang dilakukan adalah memberi minum kepada penderita sebanyak mungkin memberi obat penurun panas
34
golongan parasetamol dan kompres dengan air hangat. Apabila penderita tidak dapat minum atau muntah-muntah, dipasang infus cairan ringer laktat atau NaCl dan segara rujuk ke rumah sakit (Depkes RI, 2006:2). Pengobatan pasien DBD derajat I-II, sama dengan pengobatan pada penderita demam dengue, tetapi dengan monitoring yang ketat akan terjadinya kebocoran plasma. Penderita dapat dirawat dengan pemberian cairan intravena selama 12-14 jam. Pasien yang menunjukkan kenaikan kadar hematokrit, jumlah trombosit <50.000/mm3, atau menunjukkan tanda-tanda perdarahan spontan selain ptekie, harus dirawat secara intensif (Kemenkes RI, 2009: 56).
2.2. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan cara utama yang dilakukan untuk memberantas DBD, karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia. Cara pemberantasan yang dilakukan adalah terhadap nyamuk dewasa atau jentiknya, seperti bagan di bawah ini (Depkes RI, 2005: 2-6). Nyamuk Dewasa
Dengan Insektisida (Fogging dan ULV) Fisik
Jentik
Kimiawi Biologi Gambar 2.5 Cara Pemberantasan DBD Sumber: Depkes RI,2005
35
2.2.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk Dewasa Pemberantasan
terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara
penyemprotan (pengasapan/pengabutan = fogging) dengan insektisida. Mengingat kebiasaan nyamuk senang hinggap pada benda-benda bergantungan, maka penyemprotan tidak dilakukan di dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk penular malaria. Untuk membatasi penularan virus dengue penyemprotan dilakukan dua siklus dengan interval 1 minggu. Pada penyemprotan siklus pertama, semua nyamuk yang mengandung virus dengue (nyamuk infektif) dan nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru yang diantaranya akan mengisap darah penderita DBD yang masih ada yang dapat menimbulakan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan kedua agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain (Kemenkes, 2011: 58).
2.2.2. Pemberantasan Jentik Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN DBD) dilakukan dengan cara: 2.2.2.1. Fisik Cara ini dikenal dengan kegiatan ”3M plus”, 3M yang dimaksud yaitu: 1) Menguras dan menyikat tempat penampungan air seperti bak mandi/WC, drum, dan lain-lain seminggu sekali.
36
2) Menutup tempat penampungan air rumah tangga seperti gentong air/tempayan, drum dan lain-lain. 3) Mengubur, menyingkirkan, memanfaatkan dan/atau mendaur ulang barangbarang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng, ban bekas, dan lain-lain. Selain itu ditambah (plus) dengan cara lainnya, seperti: - Mengganti air vas bunga, tempat minum burung, atau tempat-tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali. - Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak. - Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain (dengan tanah, dan lain-lain). - Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air. - Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/ bak-bak penampungan air. - Memasang kawat kasa. - Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar. - Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai. - Menggunakan kelambu. - Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk. - Cara-cara spesifik lainnya di masing-masing daerah (Kemenkes, 2011: 59). Bila PSN DBD dilakukan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan serendah rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus
37
dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, karena keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat. Penelitian Rosidi dan Adisasmito (2006) serta Nugroho (2009) menyebutkan bahwa perilaku pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. 2.2.2.2. Kimia Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida) atau dikenal dengan larvasidasi, yang biasa digunakan antara lain adalah temephos. Formulasinya adalah granules (sand granules), dan dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (± 1 sendok makan rata untuk tiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos mempunyai efek residu 3 bulan. 2.2.2.3. Biologi Misalnya dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan black moli, dan lain-lain). Program pemberantasan penyakit DBD pada umumnya masih belum berhasil karena masih bergantung pada kegiatan penyemprotan dengan insektisida yang hanya membunuh nyamuk dewasa serta tidak dibarengi dengan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin dan berkelanjutan. Sebenarnya ditegaskan bahwa untuk mencapai kelestarian program pemberantasan vektor DBD sangat penting untuk memusatkan pada pembersihan sumber larva dan harus bekerja sama dengan sektor non-kesehatan seperti organisasi non-pemerintah,
38
organisasi swasta, dan kelompok masyarakat untuk memastikan pemahaman dan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaannya (Azwar, 1988: 78).
2.3. Perilaku 2.3.1. Konsep Perlilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang mempunyai cakupan luas antara lain: berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007:133). Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Skinner membedakan adanya dua respon dalam proses terjadinya perilaku, yaitu: 1) Respondent respon atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut elicting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya yang terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraanya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
39
2) Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforces, karena memperkuat
respon,
misalnya
apabila
seorang
petugas
kesehatan
melaksanakan tugasnya dengan baik kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya, maka petugas kesehatan akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya (Notoatmodjo, 2007: 133- 134). Berdasarkan rumus teori Skiner tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1) Perilaku Tertutup (Covert Behavior) Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. 2) Perilaku Terbuka (Overt Behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007: 145).
40
Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan memiliki 4 tingkatan yaitu : 1.
Persepsi (Perception) Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
2.
Respon Terpimpin (Guided Response) Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.
3.
Mekanisme (Mechanism) Mekanisme adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
4.
Adopsi (Adoption) Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut. Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung dan langsung.
Secara langsung dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran secara langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2007: 145). Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :
41
1) Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, maupun politik. 2) Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang. Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya. Dari penelitian-penelitian yang ada, faktor eksternal merupakan faktor yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku manusia karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana seseorang itu berada (Notoatmodjo, 2007: 136).
2.3.2. Perilaku Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Secara lebih terinci, perilaku kesehatan itu mencakup: 1) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, adalah bagaimana seseorang merespon, baik secara pasif maupun aktif terhadap sakit dan penyakit yang dialaminya. Perilaku ini meliputi tingkatan pencegahan sebagai berikut:
42
a) Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour). b) Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour). c) Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour). d) Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behaviour). 2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan modern maupun tradisional. 3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour), adalah respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. 4) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behaviour), adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia.
2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) Menurut Notoatmodjo (2005), meskipun perilaku adalah bentuk respon terhadap stimulus dari luar diri seseorang, namun karakteristik dan faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan juga dapat memengaruhi respon seseorang. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003), perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu:
43
1) Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) Faktor pemudah perilaku adalah faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada individu atau masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, sistem, dan nilai yang ada di masyarakat. Apabila seorang penderita penyakit demam berdarah dengue memiliki pengetahuan tentang demam berdarah dan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue, itu akan mempermudah dirinya untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk DBD. Hal tersebut juga akan dipermudah pula apabila ia memiliki sikap positif terhadap penyakit demam berdarah dengue dan PSN DBD. 2) Faktor Pendukung (Enabling Factor) Faktor pendukung perilaku adalah fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat, misalnya tersedianya pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), obat-obatan, alatalat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. 3) Faktor Pendorong (Reinforcing Factor) Faktor pendorong perilaku adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, misalnya untuk berperilaku sehat diperlukan contoh dari para tokoh masyarakat, seperti lurah, dokter (tenaga kesehatan), camat, dan lain-lain. Dalam hal ini, faktor yang mempengaruhi kepala keluarga dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue adalah sebagai berikut:
44
2.3.3.1. Karakteristik Individu 1) Umur Umur dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemauan kerja, dan tanggung jawab seseorang serta kesadaran untuk menjaga kesehatannya. Semakin cukup umur, tingkat kemampuan dan kematangan seseoarang akan lebih tinggi dalam berpikir dan menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berumur lebih tua tidak mutlak memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang lebih muda (Notoatmodjo, 2003: 116). Agustiansyah (2003) dan Nuryanti (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa umur tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap perilaku pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue. Namun penelitian lain yang dilakukan oleh Naing, Cho, et al. (2011) di daerah semi-perkotaan Mantin, Malaysia menunjukkan bahwa umur responden berhubungan dengan praktik pemberantasan DBD. 2) Pendidikan Pendidikan
adalah
suatu
kegiatan
atau
proses
pembelajaran
untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan tertentu, sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan sesorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseoarang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa
45
seoarang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula (Notoatmodjo, 2003: 116). Heraswati (2008) dan Hardayati (2011) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pendidikan menunjukkan hubungan secara signifikan terhadap perilaku pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue, sedangkan menurut Agustiansyah (2003) dan Nuryanti (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pendidikan tidak menunjukkan hubungan terhadap perilaku pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue. 3) Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat dijadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Contohnya, seseorang yang mempunyai pekerjaan di bidang kesehatan lingkungan tentunya akan lebih memahami bagaimana cara menjaga kesehatan di lingkungannya, termasuk cara memberantas sarang nyamuk demam berdarah jika dibandingkan dengan orang yang bekerja di luar bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2003: 117). Agustiansyah (2003) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pekerjaan tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap perilaku pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue, sedangkan Naing, Cho, et al. (2011) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pekerjaan justru menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap pemberantasan sarang nyamuk. 4) Pengalaman Sakit DBD Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasa, ditanggung) (KBBI, 2005: 324). Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman
46
sendiri maupun dari orang lain. Pengalaman ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang yang kemudian akan mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam hal ini pengalaman menderita penyakit DBD baik yang dialami sendiri oleh kepala keluarga ataupun yang dialami anggota keluarga akan sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD. Heraswati (2008) dan Itrat (2008) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pengalaman atau riwayat menderita demam berdarah dengue mempunyai hubungan yang signifikan terhadap perilaku masayarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue. Namun Mohamad (2014) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pengalaman sakit DBD tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan praktik PSN DBD. 2.3.3.2. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) 1) Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindran terhadap obyek tertentu, misalnya tentang demam berdarah dengue dan pemberantasan sarang nyamuk DBD. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket tentang materi yang akan diukur (Notoatmodjo, 2005: 144- 146). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang, dalam hal ini pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: (1) Tahu (know), (2) Memahami (comprehension), (3) Aplikasi (aplication), (4) Analisis (analysize), (4) Sintesis (synthesis), dan (5) Evaluasi (evaluation).
47
1.
Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, „tahu‟ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2.
Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3.
Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4.
Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5.
Sistesis (Synthesis) Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian- bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
48
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 6.
Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan menjadi salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat terhadap kesehatan. Jika masyarakat tahu tentang penyakit DBD, maka kemungkinan perilaku masyarakat untuk mencegah penularan DBD dan memberantas DBD juga akan berubah seiring dengan pengetahuan seperti apa yang diketahuinya. Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui seseorang terhadap cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-cara memelihara kesehatan ini meliputi: a) Pengetahuan tentang penyakit (dalam hal ini adalah penyakit DBD dan tanda-tanda atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara mencegahnya, cara mengatasi atau menangani sementara). b) Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, antara lain lingkungan sehat, perilaku, dan lain-lain. c) Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan. d) Pengetahuan
untuk
mencegah
(Notoatmodjo, 2007: 135).
atau
menghindari
penyakit
DBD
49
Agustiansyah (2003) dan Nuryanti (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pengetahuan menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue, sedangkan menurut Hardayati (2011) menyebutkan bahwa pengetahuan tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap perilaku masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue. 2) Sikap Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Jadi manifestasi dari sikap tidak dapat langsung dilihat, namun hanya dapat ditafsirkan. Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003), sikap mempunyai 3 komponen pokok yang bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude), yaitu : 1. Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak. Sikap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Sikap dibentuk dan diperoleh sepanjang perkembangan seseorang dalam
hubungannya dengan objek tertentu. 2. Sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat tertentu terhadap
suatu kelompok. 3. Sikap dapat berupa suatu hal tertentu, tetapi dapat juga kumpulan dari hal-hal
tersebut.
50
4. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dari segi-segi perasaan.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo, 2007: 142- 145) : 1. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespon (Responding) Merespon
diartikan
sebagai
memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. 3. Menghargai (Valuing) Menghargai diartikan sebagai mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan suatu masalah. 4. Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko. Sikap merupakan penentu dari perilaku karena keduanya berhubungan dengan persepsi, kepribadian, perasaan, dan motivasi. Sikap merupakan keadaan mental yang dipelajari dan diorganisasikan melalui pengalaman, menghasilkan pengaruh spesifik pada respons seseorang terhadap objek dan situasi yang berhubungan (Ivancevich, 2007: 87). Pengukuran sikap menurut Notoatmodjo (2007: 149) dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung dengan menanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.
51
Hardayati (2011) dan Agustiansyah (2003) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa sikap tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk, sedangkan menurut Mohamad (2014) dan Harahap (2012) justru menyebutkan bahwa sikap mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk. 2.3.3.3. Faktor Pendukung (Enabling Factor) 1) Ketersediaan Sarana dan Prasana untuk PSN Tersedia atau tidaknya sarana yang dimanfaatkan adalah hal yang penting dalam munculnya perilaku seseorang di bidang kesehatan, betapapun positifnya latar belakang, kepercayaannya, dan kesiapan mental yang dimiliki, tetapi jika sarana kesehatan tidak tersedia tentu perilaku kesehatan tidak akan muncul. Hardayati (2011) dan Harahap (2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana untuk melaksanakan PSN DBD tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap perilaku masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue. 2.3.3.4. Faktor Pendorong (Reinforcing Factor) 1) Dukungan Petugas Kesehatan Petugas kesehatan merupakan anggota yang sangat penting dalam tim kesehatan karena pengetahuan yang mereka miliki tentang keadaan setempat. Sebagai tenaga/ petugas kesehatan, kunjungan rumah merupakan tugas tambahan yang penting bagi pemeliharaan kesehatan dan membutuhkan orang tertentu untuk melaksanakan dengan baik (Notoatmodjo, 2003).
52
Keterlibatan petugas dalam hal ini adalah petugas puskesmas adalah dengan melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga, yaitu keluarga dari individu pengunjung puskesmas, atau keluarga-keluarga lain yang berada di wilayah kerja puskesmas. Dalam kunjungan rumah ini dikumpulkan semua anggota keluarga dan diberikan informasi berkaitan dengan perilaku yang diperkenalkan. Pemberian informasi dilakukan secara sistematis, sehingga anggota-anggota keluarga itu bergerak dari tidak tahu ke tahu, dari tahu ke mau. Bila sarana untuk melaksanakan perilaku yang bersangkutan tersedia, diharapkan juga sampai tercapai fase mampu melaksanakan (Depkes RI, 2005:34). Peran petugas kesehatan dan sektor terkait dalam penanggulangan demam berdarah adalah sebagai berikut (Depkes RI, 1998: 45): a) Camat dan lurah/ kepala desa yang menerima laporan rencana penanggulangan,
memerintahkan
warga
setempat
melalui
kepala
lingkungan/ kepala dusun untuk melakukan PSN dan membantu kelancaran pelaksanaan penanggulangan demam berdarah. b) Petugas kesehatan atau tenaga terlatih melakukan penyemprotan insektisida 2 siklus dengan interval 1 minggu dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat. c) Kepala lingkungan/ kepala dusun dibantu pemuka masyarakat dan kader menyampaikan informasi tentang rencana penanggulangan demam berdarah dan membantu pelaksanaan penyuluhan. d) Kepala lingkungan dan kader mendampingi petugas kesehatan dalam pelaksanaan penyemprotan.
53
e) Keluarga melakukan PSN secara serentak sesuai petunjuk pelaksanaan penanggulangan demam berdarah. Tanggung jawab petugas kesehatan dalam penanggulangan DBD adalah (Depkes RI, 2006: 26): a) Petugas DBD mempunyai tanggung jawab untuk melakukan kunjungan rumah yang dimaksudkan agar keluarga mengerti dan mau melaksanakan penanggulangan DBD. b) Melakukan pemeriksaan jentik secara berkala di rumah-rumah untuk melihat ada tidaknya jentik di bak-bak penampungan air yang ada di rumah keluarga di wilayah kerjanya. c) Berperan sebagai penggerak dan pengawas dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD. d) Membuat catatan/ rekapitulasi hasil pemeriksaan jentik. e) Melaporkan hasil pemeriksaan jentik kepada puskesmas sebulan sekali. Harahap (2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dukungan petugas kesehatan menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap perilaku masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk. 2) Penyuluhan Kesehatan Menurut Azrul Azwar dalam Fitriani (2011), penyuluhan kesehatan adalah kegiatan
pendidikan
yang
dilakukan
dengan
cara
memberikan
pesan,
menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
54
Penyuluhan kesehatan merupakan suatu proses penyampaian informasi dari petugas atau kader kesehatan kepada masyarakat. Informasi merupakan suatu hal yang perlu bagi kehiduapan seseorang. Dengan informasi seseorang yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, awalnya tidak mengerti menjadi mengerti. Informasi sangat penting untuk menambah pengetahuan atau wawasan seseorang yang kemudian akan berpengaruh terhadap sikap dan terwujud dalam sebuah tindakan. Pada era globalisasi ini, informasi merupakan hal yang sangat penting demi meningkatkan pengetahuan dan perspektif terhadap dunia luar atau lingkungan. Begitu juga halnya dengan informasi kesehatan yang diperoleh melalui penyuluhan kesehatan sangat dibutuhkan agar kondisi kesehatan individu dapat dipertahankan. Penyuluhan kesehatan sangatlah penting untuk mengurangi angka penyebaran penyakit, kesakitan, dan kematian, dalam hal ini adalah penyakit demam berdarah dengue. Kurangnya informasi tentang DBD akan membuat masyarakat rentan terhadap bahaya penyakit tersebut. Untuk menghindari keadaan sakit, masyarakat diharapkan mengetahui bagaimana cara menjaga kesehatannya dan mencegah supaya tidak terserang DBD. Melihat kenyataan sekarang masih banyak masyarakat yang kurang mendapatkan informasi mengenai kesehatan, khususnya masyarakat yang berada di perkampungan atau desa. Alidan (2011) dalam penelitiannya yang dilakukan di Kelurahan Simpang III Sipin Kecamatan Kotabaru Kota Jambi menyebutkan bahwa penyuluhan kesehatan berhubungan dengan pemberantasan sarang nyamuk DBD. Penelitian lain yang dilakukan oleh Hardayati (2011) menyebutkan bahwa keterpaparan penyuluhan kesehatan tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap
55
perilaku masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue.
56
2.4. Kerangka Teori
-
Predisposing Factor : 1. Pengetahuan 2. Sikap
Karakteristik Penjamu (Host): Umur Pendidikan Pekerjaan Jumlah Anggota Keluarga Pengalaman Sakit DBD
Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk
Enabling Factor : Ketersediaan Sarana dan Prasarana untuk PSN
Reinforcing Factor (1): 1. Dukungan Petugas Kesehatan 2. Penyuluhan Kesehatan 3. Informasi DBD
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Praktik PSN DBD
Biologi
Fisik
Kimia
Agent (Virus Dengue)
Nyamuk Aedes aegypti Dewasa
Larva Nyamuk Aedes aegypti
Lingkungan
Gambar 2.6 Kerangka Teori
Pengobatan: - Simtomatif - Suportif
57
Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2007), Agustiansyah (2003), Alidan (2011), Naing (2006), Heraswati (2008), Nuryanti (2013), Hardayati (2011), Harahap (2012), Mohamad (2014), Itrat (2008), Rosidi (2006), Nugroho (2009)
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dirumuskan (Gambar 3.1)
Variabel Bebas
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Umur Pendidikan Pekerjaan Pengalaman Sakit DBD Pengetahuan Sikap Dukungan Petugas Kesehatan Pengalaman Mendapat Penyuluhan Kesehatan
Variabel Terikat Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk
Variabel Perancu 1. Keberadaan breeding place nyamuk Aedes aegypti 2. Keberadaan resting place nyamuk Aedes aegypti 3. Kelembaban udara ruangan rumah 4. Pencahayaan ruangan rumah
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
58
59
3.2. Variabel Penelitian Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah: 3.2.1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman sakit DBD, pengetahuan, sikap, dukungan petugas kesehatan, dan pengalaman mendapat penyuluhan kesehatan. 3.2.2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD). 3.2.3. Variabel Perancu Variabel perancu adalah variabel yang berhubungan dengan variabel bebas dan berhubungan dengan variabel terikat, tetapi bukan merupakan variabel antara (Sastroasmoro, 1995: 158). Variabel perancu tidak diteliti, namun dapat mempengaruhi penelitian. Variabel perancu dalam penelitian ini adalah keberadaan breeding place nyamuk Aedes aegypti, keberadaan resting place nyamuk Aedes aegypti, kelembaban udara ruangan rumah, dan pencahayaan ruangan rumah. Variabel keberadaan breeding place dan resting place nyamuk Aedes aegypti dikendalikan dengan teknik restriksi dengan memilih rumah yang terdapat breeding place dan resting place untuk nyamuk Aedes aegypti. Untuk variabel kelembaban udara dan pencahayaan ruangan rumah dianggap sama (homogen) karena penelitian dilakukan di tempat yang sama.
60
3.3. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 3.3.1. Terdapat hubungan antara umur dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. 3.3.2. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. 3.3.3. Terdapat hubungan antara pekerjaan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. 3.3.4. Terdapat hubungan antara pengalaman sakit DBD dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. 3.3.5. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. 3.3.6. Terdapat hubungan antara sikap dengan PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. 3.3.7. Terdapat hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. 3.3.8. Terdapat hubungan antara pengalaman mendapat penyuluhan kesehatan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.
61
3.4. Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran Variabel Tabel 3.1. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel No 1
2
Variabel Praktik Pemberantasa n Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) Umur
Definisi Kegiatan atau aktifitas secara langsung atau tidak langsung yang telah dilakukan oleh responden meliputi kegiatan 3M plus dalam rangka PSN DBD.
Alat Ukur Kuesioner.
Kategori Skala (1) Kurang baik, Ordinal jika jumlah Keterangan: skor <3. Jumlah soal = 6 terdiri atas (2) Baik, jika pertanyaan dengan alternatif jumlah skor jawaban ya/ melakukan = 1 ≥3. Tidak melakukan= 0 (Hardayati, 2011). Kuesioner. (1) ≥40 tahun. Ordinal (2) <40 tahun. (Agustiansyah, 2003).
Jumlah tahun hidup yang dijalani oleh responden mulai dari lahir sampai penelitian dilakukan. Jenjang pendidikan Kuesioner. formal terakhir yang diselesaikan oleh responden dan ditunjukkan dengan ijazah.
3
Tingkat pendidikan
4
Status pekerjaan
Segala kegiatan yang Kuesioner. dilaksanakan oleh responden, di luar kegiatan rumah tangga yang menghasilkan sumber pendapatan atau uang.
5
Pengalaman sakit DBD
Pengalaman responden Kuesioner. dan/atau anggota keluarga menderita/ didiagnosis menderita penyakit DBD.
(1) Pendidikan Ordinal rendah (tidak tamat SMP). (2) Pendidikan tinggi (tamat SMP). (Hardayati, 2011). (1) Bekerja Nominal (PNS, wiraswasta, pegawai swasta, petani, dll). (2) Tidak bekerja. (Agustiansyah, 2003). (1) Ada (jika Nominal ada, sebutkan siapa dan seberapa parah). (2) Tidak ada. (Mohamad, 2014).
62
6
7
Pengetahuan responden tentang DBD dan PSN
Sikap
8
Dukungan petugas kesehatan
9
Pengalaman Mendapat Penyuluhan kesehatan
Kemampuan yang dimiliki responden dalam menjawab pertanyaan dengan benar tentang: Pengertian DBD (1 soal), Penyebab DBD (1 soal), Cara penularan DBD (1 soal), Morfologi dan perilaku nyamuk (4 soal), Tanda dan gejala DBD (1 soal), Pencegahan DBD (2 soal), Pengobatan DBD (2 soal), Pengertian PSN DBD (2 soal), Metode PSN DBD (4 soal), Sasaran PSN DBD (1 soal), Waktu pelaksanaan PSN DBD (1 soal) Respon atau reaksi responden atas penyataan tentang DBD dan PSN DBD.
Kuesioner. Keterangan: Jumlah soal = 20 dengan alternatif jawaban benar = 1 Salah = 0 (Skala Guttman)
Kuesioner.
(1)Kurang, jika Ordinal jumlah skor <10. (2)Baik, jika jumlah skor ≥10. (Alidan, 2011).
(1)Negatif, jika Ordinal jumlah skor <17. (2)Positif, jika jumlah skor ≥17. (Alidan, 2011).
Keterangan: Jumlah soal = 14 terdiri dari 7 pernyataan positif (pernyataan 1-7) dengan alternatif jawaban: sangat setuju=4, setuju=3, ragu-ragu=2, tidak setuju=1. 7 pernyataan negatif (pernyataan 8-14) dengan alternatif jawaban: sangat setuju=1, setuju=2, raguragu=3, tidak setuju=4. (Skala Likert) Persepsi yang dirasakan Kuesioner (1) Tidak Nominal oleh responden mendukung, berkaitan dengan jika skor <2. dukungan petugas (2) mendukung, kesehatan terhadap jika skor 2. program PSN DBD. (Nuryanti, 2013). Penyuluhan kesehatan Kuesioner (1) Tidak Nominal yang pernah diikuti pernah. oleh responden, baik (2) Pernah. dari pihak pemerintah (Hardayati, 2011). maupun pihak swasta.
63
3.5. Jenis Dan Rancangan Penelitian Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan didukung dengan data kualitatif. Penelitian kuantitatif ini yaitu untuk mendapatkan informasi yang luas mengenai suatu masalah. Disebut metode penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik, merupakan riset epidemiologi yang bertujuan mencari hubungan antar variabel berdasarkan data yang dianalisis (Sastroasmoro, 1995: 96). Penelitian kualitatif yaitu untuk memahami lebih dalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) keluarga di Kelurahan Mulyoharjo Jepara. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu pendekatan analitik yang mempelajari hubungan antara pengukuran terhadap variabel bebas (faktor risiko) dan variabel terikat (efek) dilakukan sekali dan dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 1995: 99). 3.6. Populasi Dan Sampel Penelitian 3.6.1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang bertempat tinggal dan terdaftar di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara sebanyak 1.896 kepala keluarga.
3.6.2. Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalan ibu yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
64
3.6.2.1. Besar Sampel Minimal Besar sampel minimal sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(Sumber: Stanley Lemeshow dkk, 1997:54) Keterangan: n = besar sampel Z² 1 – α/2 = standar deviasi normal untuk 1,96 dengan Convidence Level 95% p = proporsi (0,65) N = Populasi, jumlah populasi dalam penelitian ini adalah KK d = nilai presisi atau derajat ketepatan dengan tingkat kepercayaan
95%
(0,1)
n = 89,2245
dibulatkan menjadi 90
Total sampel minimal dalam penelitian ini adalah 90 ditambah 10% dari 90, yaitu 99 sampel. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified random sampling. Sampel diambil dari setiap RW di Kelurahan Mulyoharjo. 1.
RW 1
= 18
2.
RW 2
= 24
65
3.
RW 3
= 21
4.
RW 4
= 15
5.
RW 5
= 24
Jumlah rumah tangga
= 102 rumah tangga
Namun jumlah sampel yang memenuhi syarat, yang dipakai, dan dianalisis dalam penelitian ini adalah 90 sampel. 3.6.2.2.
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui (Notoatmodjo, 2005:88). Sampel diperoleh peneliti dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1. Rumah tangga yang memiliki tempat penampungan air yang meliputi bak mandi/ WC, ember, gentong, dan tempat lain yang dapat menampung air. 2. Anggota keluarga yang mempunyai tugas membersihkan lingkungan rumahnya. Kriteria eksklusi adalah sebagian subjek yang memenuhi kriteria inklusi tetapi harus dikeluarkan karena suatu hal antara lain: 1. Pada pelaksanaan penelitian responden sedang pergi. 2. Pada pelaksanaan penelitian responden telah pindah dari Kelurahan Mulyoharjo.
66
3.7. Sumber Data Penelitian 3.7.1. Data Primer Data primer diperoleh dengan wawancara dan observasi yang dilakukan secara langsung kepada responden, dengan instrumen kuesioner. Tujuan wawancara untuk mengetahui karakteristik responden, tindakan-tindakan apa saja yang telah dilakukan responden dalam upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD), dan faktor-faktor yang mempengaruhi responden dalam PSN DBD. Observasi bertujuan untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitar rumah responden. 3.7.2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh atau dikumpulkan dengan metode dokumentasi berupa laporan kejadian demam berdarah dengue, laporan angka bebas jentik (ABJ) yang diperoleh dari laporan bulanan dan tahunan pada bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara dan Puskesmas Jepara. Selain itu diperoleh data dari instansi pemerintahan Kelurahan Mulyoharjo berupa jumlah rumah tangga.
3.8. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data 3.8.1. Instrumen Penelitian 3.8.1.1. Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila
67
peneliti tahu pasti variabel yang kan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2008:142). Kuesioner ini terdiri dari pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. 3.8.1.4. Kamera Digital Kamera digital digunakan untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan selama penelitian dilakukan.
3.8.2. Teknik Pengambilan Data 3.8.2.1. Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut. Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu percakapan (Notoatmodjo, 2005: 102). Wawancara dengan responden dilakukan untuk mengetahui nama responden, umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, riwayat sakit DBD, pengetahuan tentang DBD, pengetahuan tentang PSN, praktik PSN responden, dan faktor yang mempengaruhi praktik PSN. 3.8.2.2. Observasi Observasi dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan dimana peneliti tidak terlibat dalam kegiatan kelompok melainkan hanya sebagai pengamat pasif. Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung
68
terhadap responden penelitian dan sekitarnya. Observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan sekitar lingkungan responden. 3.8.2.3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang berasal dari dokumen asli (Notoatmodjo, 2005). Metode ini digunakan untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan penelitian yang dilakukan secara manual dan digital. Dokumentasi manual dilakukan dengan
cara
mencatat
dan
membukukan
seluruh
kegiatan
penelitian,
sedangkan dokumentasi digital dilakukan dengan menggunakan alat kamera digital.
3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1. Validitas Validitas adalah sejauh mana instrumen mengukur apa yang seharusnya diukur, sesuai dengan yang sesungguhnya dimaksudkan peneliti (Bhisma Murti, 1997: 49). Untuk mengetahui apakah kuesioner yang telah disusun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut. Selanjutnya dihitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan skor total. Teknik korelasi yang dipakai adallah teknik korelasi product moment dengan person yang rumusnya sebagai berikut:
69
(Sumber: Notoatmodjo, 2005: 129). Keterangan: X = Item soal Y = Skor total N = Jumlah anggota sampel Pengukuran dinyatakan valid apabila rxy yang didapatkan dari hasil pengukuran item soal lebih besar dari r tabel yang didapatkan dari r product moment dengan α = 5% dan jumlah responden uji coba 30 responden, maka diperoleh r tabel 0,361. 3.9.2. Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005: 133). Metode untuk melakukan uji reliabilitas adalah dengan menggunakan metode Alfa-Cronbach. Standar yang digunakan umumnya adala perbandingan nilai r hitung dengan r tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikan 5%. Rumus koefisiensi reliabilitas Alfa-Cronbach:
(Sumber: Sugiyono, 2008: 283) Keterangan:
70
K
= Mean kuadrat antara subyek
∑ Si2 = Mean kuadrat kesalahan St2
= Varians total
Harga ri kemudian dibandingkan dengan r tabel product moment dengan taraf signidfikansi 5% dan derajat kebebasan N. Jika ri > r tabel berarti instrumen tersebut reliabel. Kuesioner diujikan kepada responden yang memiliki karakteristik hampir sama dengan responden yang akan dijadikan responden penelitian, maka dipilih Kelurahan Tahunan yang merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tahunan sebagai tempat uji coba kuesioner penelitian. Agar distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal maka jumlah responden untuk uji coba sebanyak 30 responden. Setelah kuesioner selesai diuji-cobakan, maka selanjutnya menghitung korelasi dengan rumus Product Moment. Jumlah responden {N} = 30, pada α = 5% maka diperoleh r tabel 0,361. Pengukuran validitas dan reliabilitas menggunakan bantuan komputer.
3.10. Prosedur Penelitian 3.10.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari hasil penelitian dengan memberikan kuesioner kepada responden saat penelitian. Data sekunder adalah
71
data yang diperoleh dari gambaran umum wilayah penelitian dan data khusus lainnyayang berkaitan dengan bidang penelitian. 3.10.2. Pengolahan Data Data yang diperoleh dalam penelitoan kemudian diolah dan dianalisis menggunakan komputer. Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu: 3.10.2.1. Editing Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah: 1) Lengkap: semua pertanyaan sudah terisi jawabannya. 2) Jelas: jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terisi jawabannya. 3) Relevan: jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaannya. 4) Konsisten: apakah antara beberapa perntayaan yang berkaitan isi jawabannya konsisten. 3.10.2.2. Coding Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Keguanaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data. 3.10.2.3. Processing Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah melewati proses coding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entrydata dari
72
kuesioner ke paket program komputer. Ada bermacam-macam paket program yang dapat digunakan untuk pemrosesan data dengan masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu paket program yang sudah umum digunakan untuk entry data adalah paket program SPSS 17.0 for Windows. 3.10.2.4. Cleaning Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita meng-entry ke komputer (Hastono, 2001: 1).
3.11. Analisis Data 3.11.1. Analisis Univariat Analisis
yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan prosentase dari karakteristik sampel penelitian seperti prosentase umur, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan, pengetahuan, sikap, pengalaman sakit DBD, dukungan petugas kesehatan, dan pengalaman mendapat penyuluhan kesehatan. 3.11.2. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2005: 188). Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan dan membuktikan hipotesis antar variabel bebas dengan variabel terikat secara sendiri-sendiri. Pada analisis bivariat, dilakukan dengan membuat tabel silang antara variabel terikat dan variabel bebas
73
yaitu faktor yang berhubungan dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) di Keluarahan Mulyoharjo Jepara. Uji statistik yang dilakukan dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis skala datanya. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi-square. Syarat uji chi-square adalah tidak ada nilai observed bernilai nol dan sel nilai expected (E) kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel. Apabila tidak memenuhi syarat, maka akan digunakan uji Kolmogorov smirnov untuk tabel 2xK dan penggabungan sel untuk tabel selain 2x2 dan 2xK. Setelah dilakukan penggabungan sel akan terbentuk suatu tabel BxK yang baru. Uji hipotesis yang dipilih sesuai dengan tabel BxK yang terpilih tersebut. Pengujian normalitas menggunakan metode Kolmogorov Smirnov dengan ketentuan pegambilan keputusan jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima atau data berdistribusi normal, sedangkan jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak atau data tidak terdistribusi normal. Analisis chi-square dilakukan dengan tingkat signigikan p>0,05 (taraf kepercayaan 95%) (Cahyati, WH, 2012:28). Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS versi 17 melalui komputer dengan sistem operasi Windows 7.
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pembahasan 5.1.1. Hubungan antara Umur dengan Praktik PSN DBD Berdasarkan hasil analisis bivariat antara umur dengan praktik PSN DBD diketahui bahwa dari 36 orang yang berumur ≥40 tahun terdapat 21 orang (58,3%) dengan praktik PSN DBD baik, sedangkan 54 orang pada kelompok yang berumur <40 tahun terdapat 30 orang (55,6%) dengan praktik PSN DBD baik. Secara statistik memperlihatkan bahwa responden yang berumur <40 tahun memiliki praktik yang lebih baik dibandingkan dengan responden yang berumur ≥40 tahun. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square, diperoleh hasil p value 0,965. Karena p value >0,005 maka Ho diterima, artinya tidak hubungan antara umur dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustiansyah (2003) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan perilaku pemberantasan sarang nyamuk DBD. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya karena terdapat kesamaan desain penelitian dan pengkategorian umur responden yang sama pula. Hasil yang didapatkan kelihatan bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi dalam masyarakat. Kebanyakan orang menaruh harapan besar pada 89
90
kelompok penduduk dengan umur yang lebih tua. Menurut Budioro (1998), perilaku disebabkan oleh pendewasaan, yaitu semakin dewasa seseorang maka ia akan cepat beradaptasi dengan lingkungannya. Lingkungan dapat berarti lingkungan tempat tinggal dimana seseoarang dapat beradaptasi dengan inovasi, dapat mempertimbangkan keuntungan dan kerugian suatu inovasi. Dapat dikatakan semakin dewasa seseorang, maka perilaku yang diharapkan akan dapat terjadi. Pendapat lain yaitu semakin dewasa seseorang akan memiliki vitalitas optimum, perkembangan intelektual yang matang pada taraf operasional dan penalaran yang tinggi, sehingga akan memberikan corak perilaku individu (Notoatmodjo, 2007: 54). Dapat diasumsikan bahwa semakin tua seseorang, maka akan memiliki kematangan intelektual sehingga mereka dapat berperilaku seperti yang diharapkan. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa usia tidak dapat digunakan sebagai standar untuk menentukan tingkah laku seseorang. Hal tersebut bisa terjadi diasumsikan karena kurangnya pengetahuan, informasi, dan sosialiasi yang masih kurang tentang manfaat melakukan praktik pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD).
5.1.2. Hubungan Antara Pendidikan dengan Praktik PSN DBD Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 56 responden (62,2%) memiliki tingkat pendidikan tinggi (tamat SMP ke atas) dan 34 responden (37,8%) memiliki tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SMP ke
91
bawah). Berdasarkan hasil analisis bivariat antara pendidikan dengan praktik PSN DBD didapatkan bahwa dari 34 responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah terdapat 18 responden (52,9%) yang melakukan praktik PSN DBD dengan baik, sedangkan dari 56 responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi terdapat 33 responden (58,9%) yang melakukan praktik PSN DBD dengan baik. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square, diperoleh hasil p value 0,737. Karena p value >0,005 maka Ho diterima, artinya tidak hubungan antara pendidikan dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. Lamanya seseorang dalam menempuh pendidikan bukanlah jaminan untuk berperilaku sebagaimana yang diharapkan. Walaupun sebagian responden memiliki ringkat pendidikan yang rendah, tetapi mampu melakukan praktik PSN DBD dengan baik. Hal ini mungkin karena sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga yang mempunyai kebiasaan yang baik dalam menjaga kesersihan lingkungan rumahnya serta tanggap dalam masalah kesehatan keluarganya. Begitupun dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi tetapi praktik PSN DBD yang dilakukan kurang baik, hal ini mungkin karena kurangnya kesadaran masyarakat tersebut untuk menerapkan pesan-pesan kesehatan dalam upaya mencegah dan memberantas sarang nyamuk, meskipun mereka yang berpendidikan tinggi tersebut mampu menyerap dan memahami informasiinformasi kesehatan yang diterimanya.
92
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustiansyah (2003) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku pemberantasan sarang nyamuk DBD. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya karena terdapat kesamaan desain penelitian dan pengkategorian tingkat pendidikan responden. Tidak adanya hubungan antara pendidikan dengan prakik PSN DBD pada penelitian ini bertentangan dengan pendapat Notoatmodjo (2003:53) yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki tingkat pendidikan formal yang tinggi memiliki tingkat pengetahuan dan wawasan yang lebih baik dan luas, serta memiliki kepribadian sikap yang lebih dewasa. Wawasan dan pemikiran yang lebih luas di bidang kesehatan akan mempengaruhi perilaku individu dalam menyikapi suatu masalah. Pendidikan yang baik dapat memotivasi, memberi contoh, dan mendorong anggota keluarga untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk DBD.
5.1.3. Hubungan Antara Pekerjaan dengan Praktik PSN DBD Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa responden yang bekerja sebanyak 49 orang (54,4%), sedangkan responden yang tidak bekerja sebanyak 41 orang (45,6%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square, diperoleh hasil p value 0,909. Karena p value >0,005 maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.
93
Responden yang bekerja dan melakukan praktik PSN DBD dengan baik lebih banyak. Mereka beranggapan bahwa melakukan praktik PSN tidak mengganggu pekerjaan mereka. Walaupun responden sehari-hari sudah sibuk dalam bekerja, mereka masih tetap meluangkan waktu untuk melakukan praktik PSN DBD minimal sekali dalam seminggu, atau memanfaatkan hari libur untuk kegiatan PSN DBD. Selain itu, membersihkan lingkungan rumah dan menjaga kesehatan anggota keluarga memang merupakan tanggung jawab ibu rumah tangga. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Agustiansyah (2003) dan Hardayati (2011) yang menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya karena terdapat kesamaan desain penelitian. Kenyataan di lapangan menunjukkan responden yang tidak bekerja memiliki praktik PSN DBD kurang baik, karena kesadaran responden akan pentingnya praktik PSN dan bahaya penyakit DBD masih kurang. Seharusnya bagi responden yang tidak bekerja, memiliki waktu luang yang lebih banyak yang dapat digunakan untuk melakukan praktik PSN DBD, sehingga lingkungan tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
5.1.4. Hubungan Antara Pengalaman Sakit DBD dengan Praktik PSN DBD Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 59 responden yang pernah atau ada anggota keluarganya yang sakit DBD terdapat 41 responden (69,5%) yang mempunyai praktik PSN DBD, sedangkan 31 responden yang tidak pernah atau
94
tidak ada anggota keluarganya yang sakit DBD terdapat 10 responden (32,3%) yang memiliki praktik baik dalam PSN DBD. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square, diperoleh hasil p value 0,002. Karena p value <0,005 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara pekerjaan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dengan coefficient contingency (CC) sebesar 0,336 yang artinya kekuatan hubungan antara pengalaman sakit DBD dengan praktik PSN DBD adalah lemah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 responden, 59 responden menyatakan bahwa ada anggota keluarganya yang pernah menderita penyakit DBD. Dari 59 responden tersebut, diketahui bahwa anggota keluarga yang pernah menderita penyakit DBD tersebut di antaranya adalah 40 anak mereka, 12 di antaranya adalah suami mereka, dan 7 responden menyebutkan dirinya sendiri yang pernah menderita penyakit DBD. Untuk tingkat keparahan sakit DBD, diketahui bahwa 46 anggota keluarga responden yang pernah sakit DBD harus rawat inap di rumah sakit dan 13 anggota keluarga responden lainnya menyebutkan hanya rawat jalan. Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh. Pengalaman atau terdapat anggota keluarga yang pernah terserang penyakit DBD menjadi pelajaran dan akan menyebabkan terjadinya sikap antisipasi. Perubahan sikap yang lebih baik akan memberikan dampak yang lebih baik dan pengalaman tersebut dijadikan bahan pembelajaran bagi seseorang yang akhirnya dapat
95
merubah perilaku untuk mencegah kembali diri mereka dan anggota keluarga mereka dari serangan penyakit DBD. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohamad (2014) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara pengalaman sakit DBD dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk DBD. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya karena desain penelitian yang digunakan sama dengan penelitian sebelumnya. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Heraswati (2008) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman sakit DBD dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk DBD. Hasil penelitian ini bertentangan karena penelitian dilakukan di tempat yang berbeda dengan responden yang berbeda pula dengan penelitian sebelumnya. 5.1.5. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Praktik PSN DBD Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 responden yang memiliki pengetahuan baik, terdapat 36 responden (72%) yang memiliki praktik PSN DBD kategori baik. Dari 40 responden yang memiliki pengetahuan kurang, terdapat 15 responden (37,5%) memiliki praktik baik dalam PSN DBD. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square, diperoleh hasil p value 0,002. Karena p value <0,005 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dengan coefficient contingency (CC) sebesar 0,327 yang artinya kekuatan hubungan antara pengetahuan dengan praktik PSN DBD adalah lemah.
96
Pengetahuan baik dan kurang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber informasi baik dari lingkungan keluarga, lingkungan tetangga, dari petugas kesehatan, maupun media cetak dan elektronik. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik ternyata memang banyak yang melakukan praktik PSN DBD dengan baik bila dibadingkan dengan responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Pada umumnya responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik merasa takut akan penularan penyakit DBD, sehingga responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik lebih tanggap dan rajin dalam melaksanakan kegiatan PSN DBD. Dapat dilihat bahwa semakin banyak orang yang berpengetahuan tinggi tentang DBD dan PSN DBD, maka semakin banyak orang yang akan melaksanakan praktik PSN DBD dengan baik dan berkesinambungan. Ditinjau dari segi pengetahuan tentang cara melakukan PSN dan manfaat dari kegiatan PSN, sebagian responden sudah mengetahui dengan baik tentang bagaimana cara melakukan PSN dan manfaat yang diperoleh dari PSN, namun ada juga responden yang belum memahami bahwa PSN adalah tanggung jawab semua warga masyarakat. Mereka masih beranggapan bahwa PSN dilakukan dengan cara pengasapan (fogging) yang merupakan tanggung jawab pemerintah. Mereka beranggapan bahwa pemerintah dianggap belum bekerja kalau tidak dilakukan fogging di lingkungan mereka.
97
Responden 12: ......PSN dilakukan dengan cara 3M plus, yaitu menguras, menutup, dan mengubur barang bekas. Dilakukan rutin dan berkesinambungan minimal 1 kali dalam seminggu. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan PSN adalah dapat mencegah nyamuk berkembang biak, lingkungan menjadi bersih, sehingga angka kejadian DBD dapat diturunkan...
Responden 78: .....PSN itu menjadi tanggung jawab pemerintah. PSN dilakukan dalam bentuk fogging minimal sebulan sekali agar semua nyamuk mati dan semua warga masyarakat terhindar dari penyakit DBD.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alidan (2011) dan Nuryanti (2013) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan praktik PSN DBD. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian sebelumnya karena desain penelitian yang digunakan sama. Dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa pengetahuan yang baik menjadi dasar bagi seseorang untuk bertingkah laku. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mohamad (2014) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk DBD. Hasil penelitian ini bertentangan karena penelitian dilaksanakan di tempat yang berbeda dengan karakteristik responden yang berbeda pula dengan penelitian sebelumnya.
98
5.1.6. Hubungan antara Sikap dengan Praktik PSN DBD Sikap yang positif/baik pada dasarnya dilandasi pengetahuan yang baik pula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 54 responden yang bersikap positif, terdapat 38 responden (70,4%) yang melakukan praktik PSN DBD dengan baik. Dari 36 responden yang memiliki sikap negatif, terdapat 13 responden (36,1%) yang melakukan praktik PSN DBD dengan baik. Sikap positif dengan praktik PSN DBD baik lebih banyak ditemukan. Hal ini menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan PSN DBD akan mendukung seseorang untuk melakukan tindakan PSN DBD dengan baik. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p value sebersar 0,003. Karena p value <0,05 maka Ho ditolak, maka ada hubungan antara sikap dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) di Kelurahan Mulyoharjo Kabupaten Jepara dengan koefisiensi kontingensi (CC) sebesar 0,321 yang artinya kekuatan hubungan antara sikap dengan praktik PSN DBD adalah lemah. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Green (2005) yang menyatakan bahwa sikap merupakan faktor yang berperan dalam perilaku kesehatan. Semakin positif sikap atau padangan seseorang terhadap sesuatu hal, maka semakin baik pula tindakan yang dilakukan dalam hal tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, dan pengaruh kebudayaan. Bila individu benar-benar bebas dari segala tekanan atau hambatan yang bisa mengganggu ekspresi sikapnya, maka dapat diharapkan bentuk perilaku yang tampak sebagai bentuk
99
ekspresi yang sebenarnya. Timbulnya kemauan atau kehendak adalah sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan pemahaman terhadap objek dalam hal ini adalah praktik PSN DBD. Kemauan atau kehendak merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan. Teori ini menyebutkan bahwa sikap sebagai indikasi akan timbulnya suatu tindakan (Notoatmodjo, 2007). Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dan seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi
sikap itu
tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dan perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi
adalah merupakan
predisposisi
tindakan
suatu
perilaku. Sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alidan (2011) dan Nuryanti (2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara sikap dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk DBD oleh masyarakat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya karena desain penelitian yang digunakan sama dengan penelitian sebelumnya. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardayati (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan praktik PSN DBD di Kecamtan Pekanbaru Kota Riau. Hasil penelitian berbeda karena peneltian dilakukan di tempat yang berbeda dengan responden yang berbeda pula dengan penelitian sebelumnya.
100
5.1.7. Hubungan Antara Dukungan Petugas Kesehatan dengan Praktik PSN DBD Hasil penelitian menunjukkan dari 55 responden yang memiliki persepsi bahwa petugas kesehatan mendukung program PSN DBD, terdapat 26 responden (47,3%) yang melakukan praktik PSN DBD dengan baik. Dari 35 responden yang berpersepsi bahwa petugas kesehatan tidak mendukung program PSN DBD, terdapat 25 responden (71,4%) yang melakukan praktik PSN DBD dengan baik. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square, diperoleh hasil p value 0,042. Karena p value <0,005 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara dukungan petugas dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara denngan koefisiensi kontingensi sebesar 0,231 yang artinya, kekuatan hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan praktik PSN DBD adalah lemah. Adanya rangsangan dari luar (dukungan petugas kesehatan) akan mempengaruhi perubahan perilaku seseorang. Penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD dibantu oleh kader kesehatan dan tokoh masyarakat yang akan mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD. Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor penguat atau melemahkan terjadinya perubahan perilaku. Penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada masyarakat akan mempengaruhi pengetahuan baik dan sikap positif yang akhirnya akan terjadi suatu perilaku pemberantasan sarang nyamuk DBD. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuryanti (2013) yang menyebutkan
101
bahwa terdapat hubungan antara peran petugas kesehatan dengan praktik PSN DBD oleh masyarakat. Hasil penelitian ini sejalan karena desain penelitian yang digunakan sama dengan desain penelitian sebelumnya.
5.1.8. Hubungan Antara Pengalaman Mendapat Penyuluhan Kesehatan dengan Praktik PSN DBD Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 52 responden yang pernah mengikuti penyuluhan kesehatan, terdapat 37 responden (71,2%) yang melakukan praktik PSN DBD dengan baik. Dari 38 responden yang tidak pernah mengikuti penyuluhan kesehatan, terdapat 14 responden (36,8%) yang melakukan praktik PSN DBD dengan baik. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square, diperoleh hasil p value 0,002. Karena p value <0,005 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara penyuluhan kesehatan dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dengan coefficient contingency sebesar 0,324 yang artinya, kekuatan hubungan antara penyuluhan kesehatan dengan praktik PSN DBD adalah lemah. Responden yang pernah mengikuti penyuluhan kesehatan baik dari instansi pemerintah maupun dari pihak swasta akan menerima informasi yang kemudian akan mempengaruhi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden menyebutkan bahwa mereka pernah mengikuti penyuluhan kesehatan dalam acara pertemuan PKK di lingkungan mereka. Selain pada acara PKK, sebagian responden yang masih
102
memiliki anak balita juga pernah mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh bidan desa pada acara posyandu. Responden 07: ......saya pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan pada acara posyandu di lingkungan saya. Penyuluhan itu disampaikan oleh bidan desa yang menyampaikan tentang bahaya penyakit DBD dan pentingnya melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk untuk mencegah penularan penyakit DBD...
Responden 23: .....dua kali pada acara PKK saya mendapatkan penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit demam berdarah... selain itu, pada penyuluhan itu juga digembor-gemborkan tentang pentingnya menjaga lingkungan yang salah satunya tentang pemberantasan sarang nyamuk...
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alidan (2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penyuluhan kesehatan dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk di Kelurahan Simpang III Sipin Kecamatan Kota Baru Kota Jambi. Hasil penelitian ini sejalan karena desain yang digunakan sama dengan penelitian sebelumnya. Hasil ini juga sejalan dengan teori Green dalam Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa salah satu fakor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara memberikan pesan, menanamkan keyakinan, sehinggan masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti tapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan yang dalam hal ini berkaitan dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk DBD.
103
5.2. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini terdapat banyak kelemahan antara lain : 1. Dalam penelitian ini tidak ditemukan responden yang tidak menggantung pakaian di belakang pintu, tidak ditemukan responden yang menggunakan abate pada TPA yang sulit dikuras, dan tidak ditemukan pula responden yang tidak pernah membuka pintu dan jendela rumah, sehingga variabel tersebut tidak dapat dianalis. 2. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur sikap responden masih ditemukan beberapa pertanyaan yang seharusnya digunakan untuk mengukur pengetahuan. 3. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional dimana semua variabel penelitian diukur pada saat bersamaan dengan menggunakan koesioner sebagai panduan wawancara. Dapat ditemukan adanya bias informasi karena kebenaran data tergantung pada kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan dan untuk keadaan tersebut terkadang jawaban yang diberikan tidak diyakini sepenuhnya kebenarannya. Peneliti sendiri masih merupakan pemula yang belum pernah mempunyai banyak pengalaman dalam meneliti riset yang berkaitan dengan Ilmu Kesehatan Masyarakat, sehingga masih banyak kekurangan dalam penyajian data.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara, maka diperoleh kesimpulan bahwa: 1. Ada hubungan antara pengalaman sakit DBD dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dengan p value = 0,002, PR = 0,50, dan CC = 0,336. 2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dengan p value = 0,002, PR = 2,23, dan CC = 0,327. 3. Ada hubungan antara sikap dengan PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dengan p value = 0,003, PR = 2,16, dan CC = 0,321. 4. Ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dengan p value = 0,042, PR = 0,54, dan CC = 0,231. 5. Ada hubungan antara pengalaman mendapat penyuluhan kesehatan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dengan p value = 0,002, PR = 2,19, dan CC = 0,324. 104
105
6. Tidak ada hubungan antara umur dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dengan p value = 0,965. 7. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dengan p value = 0,737. 8. Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dengan p value = 0,909.
6.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka saran yang dapat diberikan antara lain sebagai berikut: 6.2.1. Bagi Masyarakat Diharapkan agar melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) secara mandiri dan rutin, baik bagi masyarakat yang pernah menderita DBD ataupun yang tidak pernah menderita DBD agar dapat menurunkan angka kejadian DBD dan lingkungan di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Mulyoharjo Kabupaten Jepara tetap sehat. 6.2.2. Bagi Dinas Kesehatan dan Instansi Terkait Diharapkan agar petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan kesehatan tentang informasi terbaru mengenai demam berdarah dengue secara kontinyu serta diharapkan dapat memberikan dukungan secara nyata kepada
106
masyarakat agar lebih giat lagi dalam melaksanakan kegiatan PSN DBD di lingkungan masyarakat. 6.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan agar dapat mengkaji lebih dalam penelitian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi masyarakat dalam melaksanakan praktik PSN DBD seperti faktor sosial ekonomi, ketersediaan sarana dan prasarana, perilaku tokoh masyarakat, perilaku tokoh agama, peranan keluarga, dan peranan kader PKK.
107
DAFTAR PUSTAKA
- Agustiansyah, 2003, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat dalam Memelihara Ikan Cupang (Betta splendens) untuk Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue di Kota Pontianak, Tesis: Universitas Diponegoro, Semarang. - Alidan, 2011, The Corelation of Knowledge, Attitude and Health Elucidation to the Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) Mosquito Breeding Place Eradication in Subdistrict of Simpang III Sipin District of Kotabaru Jambi Municipality, Tesis: Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. - Azrul, Azwar, 1988, Pengantar epidemiologi, PT Binarupa Aksara, Jakarta. - Bhisma, Murti, 1997, Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. - Budioro, B 1998, Pengantar Epidemiologi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. - Cahyati, WH, Dina NAN, 2012, Biostatistika Inferensial, Universitas Negeri Semarang, Semarang. - Depkes RI, 1998, Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Pelaporan DBD, Depkes RI, Jakarta.
dan
- ________, 2005, Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah di Indonesia, Depkes RI, Jakarta. - ________, 2006, Buku 1: Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik), Depkes RI, Jakarta. - ________, 2006, Buku 2: Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Depkes RI, Jakarta. - Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, 2013, Situasi DBD, Chikungunya Serta Upaya Penanggulangan di Kabupaten Jepara, Dinkes Kab. Jepara, Jepara. - ______________________________, 2014, Data Kasus DBD Kabupaten Jepara Tahun 2013, Dinkes Kab. Jepara, Jepara. - ______________________________, 2015, Data Kasus DBD Kabupaten Jepara Tahun 2014, Dinkes Kab. Jepara, Jepara.
107
108
- Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013, Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2012, Dinkes Jateng, Semarang. - __________________________________, 2014, Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2013, Dinkes Jateng, Semarang. - __________________________________, 2015, Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2014, Dinkes Jateng, Semarang. - Dirjen PP & PL Kemenkes RI, 2013, Profil Pengendalian Penyakit dan Penyetahan Lingkungan Tahun 2012, Kemenkes RI, Jakarta. - Djati, AP., Rahayujati, B., Raharto, S., 2010, Faktor risiko Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul Provinsi DIY Tahun 2010, diakses 10 Agustus 2014 (http://www.scribd.com/doc/227508574/Anggun-Pramita3 ) - Fitriani, Sinta, 2011, Promosi kesehatan, Graha Ilmu, Yogyakarta. - Harahap, L, 2012, Hubungan Pengetahuan, Sikap, Sarana dan Prasaraa serta Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pencegahan Penyakit Chikungunya Menggunakan Metode Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) oleh Kepala Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Nurussalam Kabupaten Aceh Timur, Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan. - Hardayati, W., Mulyadi, A., Daryono. 2011. Analisis Perilaku Masyarakat terhadap Angka Bebas Jentik dan Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Pekanbaru Kota, Riau. http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JIL/article/view/346/340, diakses 23 Agustus 2014. - Hastono, S.P., 2001, Analisa Data, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Jakarta. - Hastuti,
O, 2008, Demam Berdarah Dengue: Penyakit Pencegahannya, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
dan
Cara
- Heraswati, Diah Nia, 2008, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Kepala Kelaurag dalam Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Desa Gondang Tani Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Sragen. Skripsi: Universitas Muhammadiyah, Surakarta. - Hidayat, AA, 2002, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Salemba Medika, Jakarta.
109
- Ika Yuniar, 2010. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Penyakit DBD dengan Upaya Pencegahan DBD di Desa Sukorejo Musuk Boyolali. Skripsi: Universitas Muhammadiyah, Surakarta. - Itrat, A., Khan, A., Javaid, S., 2008, Knowledge, Awareness and Practice Regarding Dengue Feve among the Adult Population of Dengue Hit Cosmopolitan, PloS ONE 3(7): e620, doi: 10.1371/journal.pone.0002620, diakses 25 Desember 2014. - Ivancevich, J.M., 2007, Perilaku dan Manajemen Organisasi, Jakarta: Erlangga. - Kemenkes RI, 2009, Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Demam Berdarah Dengue, Depkes RI, Jakarta. - ____________2010, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009, Pusat Data dan Informasi, Jakarta. - ___________, 2010, Buku 1: Penemuan dan Tata Laksana Penderita Demam Berdarah Dengue, Depkes RI, Jakarta. - ___________, 2010, Buku 2: Pencegahan dan Pemberatasan Demam Berdarah Dengue, Depkes RI, Jakarta. - ___________, 2011, Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue, Dirjen PP&PL, Jakarta. - ___________, 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta: Pusat Data dan Informasi. - ___________, 2014, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013, Pusat Data dan Informasi, Jakarta. - Lemeshow, Stanley, 1997, Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan, Gadjah Mada University, Yogyakarta. - Mohamad, M., Selamat, M.I., dan Ismail, Z., 2014, Factor Associated with Larval Control Practices in a Dengue Outbreak Prone Area, Journal of Enviromental and Public Health, Vol. 2014, http://dx.doi.org/10.1155/2014/459173, diakses 25 Desember 2014. - Mullen G, Durden L, 2002, Medical and Veterinary Entomology, Online, http://www.nhbs.com/medical_and_veterinary_entomology_tefno_11 1462.html, diakses 20 Agustus 2014.
110
- Naing, C., Ren, W.Y., Man, C.Y., 2011, Awareness of Dengue and Practice of Dengue Control Among the Semi-Urban Community: A Cross Sectional Survey, Journal Community Health, Vol. 36, hlm. 10441049. - Notoatmodjo, S, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. - ___________, S, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. - ___________, S, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta. - Nugroho, Farid S., 2009, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. - Nuryanti, Eni, 2013, Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk di Masyarakat, Jurnal Kemas 9, Vol. 1, hlm. 15-23. - Roose, A, 2008, Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamtan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan. - Rosidi, AR. dan Adisasmito W, 2006, Hubungan Faktor Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue dengan Angka Bebas Jentik di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Laporan Penelitian, UPTD Puskesmas Sumberjaya, Majalengka. - Sembel, Dantje, 2009, Entomologi Kedokteran, Penerbit Andi, Yogyakarta. - Soegijanto, S, 2003, Demam Berdarah Dengue: Tinjauan dan Temuan di Era Baru, Airlangga University Press, Surabaya. - __________, 2006, Demam Berdarah Dengue Edisi 2, Airlangga University Press, Surabaya. - Sastroasmoro, S, 1995, Dasar-dasar Metodologi Penelitia Klinis, Binarupa Aksara, Jakarta. - Sugiastuti, SA, 2007, Beberapa Faktor Perilaku Masyarakat yang Berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Kedaton Kabupaten Cirebon Tahun 2006, Skripsi, Universitas Dipenegoro, Semarang.
111
- Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan R&D, Alfabeta Bandung - Supriyanti, D, 2014, Hubungan Faktor Penjamu (Host) pada Kelompok Usia Prduktif dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Gombong II Kabupaten Kebumen), Skripsi, Universitas Dipenegoro, Semarang. - Widoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penuluran, Pencegahan & Pemberantasannya. Erlangga, Jakarta. - World Health Organization (WHO), 2012, Global Strategy for Dengue Prevention and Control 2012-2020. WHO Library Cataloguing in Publication Data: WHO Press. - World Health Organization (WHO), 2014, Dengue, Countries or Areas at Risk 2013, Online, Health Statistic and Information System, http://www.who.int/ith/en/, diakses 09 Agustus 2014. - World Health Organization (WHO), 2015, Fact Sheet Dengue and Severe Dengue, Online, Health Statistic and Information System, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/, diakses 12 Februari 2015.
112
Lampiran 1 Surat Tugas Dosen Pembimbing
113
Lampiran 2 Surat dari Komite Etik Penelitian Kesehatan (Ethical Clearance)
114
Lampiran 3 Surat Permohonan Ijin Penelitian ke Bappeda Kabupaten Jepara
115
Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Penelitian ke Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara
116
Lampiran 5 Surat Permohonan Ijin Penelitian ke Kelurahan Mulyoharjo Jepara
117
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian Bappeda Kabupaten Jepara
118
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara
119
Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
120
Lampiran 9 Lembar Penjelasan kepada Calon Subjek
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK Saya, NILA PRASTIANA DEWI, Mahasiswa S1 Peminatan Epidemiologi da Biostatistika, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Semarang akan melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) Keluarga di Keluarahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupate Jepara”. Dana penelitian ini berasal dari peneliti sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) oleh kepala keluarga di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. Saya mengajak Saudara untuk ikut dalam penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan 48 subjek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan sekitar setengah jam. A. Kesukarelaaan untuk ikut penelitian Keikutsertaan Ibu/ Saudara dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela, dan dapat menolak untuk ikut dalam penelitian ini atau dapat berhenti sewaktuwaktu tanpa denda sesuatu apapun. B. Prosedur penelitian Penelitian ini dilakukan dengan wawancara (berkomunikasi dua arah) antara saya sebagai peneliti, Ibu/ Saudara sebagai subyek penelitian/ responden. Saya akan mencatat hasil wawancara/ mengisi kuesioner ini untuk kebutuhan penelitian setelah mendapatkan persetujuan dari Ibu/ Saudara. Penelitian ini tidak ada tindakan danhanya semata-mata wawancara/ mengisi kuesioner untuk medapatkan informasi seputar identitas, karakteristik, dan praktik PSN DBD beserta faktor yang mempengaruhinya. C. Kewajiban Subjek Penelitian Ibu/ Saudara diminta memberikan jawaban ataupun penjelasan yang sebenarnya terkait dengan pertanyaan yang diajukan untuk mencapai tujuan penelitian ini. D. Risiko dan efek samping dan penangananya Tidak ada resiko dan efek samping dalam penelitian ini, karena tidak ada perlakuan kepada Ibu/ Saudara dan hanya wawancara/ mengisi kuesioner saja.
121
E. Manfaat Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai bahan referensi atau masukan sebagai upaya preventif (pencegahan) dalam penanganan penyakit DBD dan sebagai pemacu gerakan PSN mandiri oelh masyarakat agar tidak bergantung pada petugas kesehatan sebagai pengendalian dini dalam pencegahan penyakit DBD. F. Kerahasiaan Informasi yang didapatkan dari Ibu/ Saudara terkait dengan penelitian ini akan digunakan untuk kepentingan ilmiah (ilmu pengetahuan). G. Kompensasi / ganti rugi Dalam penelitian ini tersedia dana untuk kompensasi atau ganti rugi untuk Ibu/ Saudara, yang diwujudkan dalam bentuk barang/ snack. H. Pembiayaan Penelitian ini dibiayai oleh peneliti sendiri. I. Informasi tambahan Penelitian ini dibimbing oleh dr. Mahalul Azam, M.Kes. sebagai dosen pembimbing. Ibu/ Saudara diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu ada efek samping atau membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Ibu/ Saudara dapat menghubungi NILA PRASTIANA DEWI, no HP 085640094849 di Tahunan RT01/ RW01 Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara. Saudara juga dapat menanyakan tentang penelitian ini kepada Komite Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Universitas Negeri Semarang, dengan nomor telefon (024) 8508107 atau email
[email protected]
Semarang, 1 Juni 2014 Hormat saya,
NILA PRASTIANA DEWI
122
Lampiran 10 Persetujuan Keikutsertaan dalam Penelitian
PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN
Semua penjelasan tersebut telah dijelaskan kepada saya dan semua pertanyaan saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan saya dapat menanyakan kepada NILA PRASTIANA DEWI.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Tandatangan subjek
(Nama jelas :...........................................................)
Tandatangan saksi
(Nama jelas :...........................................................)
Tanggal
123
Lampiran 11 Instrumen Penelitian (Kuesioner) KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE (PSN DBD) KELUARGA DI KELURAHAN MULYOHARJO KECAMATAN JEPARA
Bapak/Ibu yang terhormat, Sebelumnya kami ucapkan terima kasih atas kesediaannya menjadi responden penelitian ini, namun mohon dapat diperhatikan dalam pengisisan kuesioner ini sebagai berikut: 1. Tidak ada jawaban yang salah maupun benar dalam kuesioner ini. 2. Data yang terkumpul semata-mata dalam rangka keperluan ilmiah dan akademis. 3. Kebenaran informasi yang Bapak/Ibu berikan akan bermanfaat dalam pembangunan kesehatan khususnya program Demam Berdarah Dengue. 4. Kami ucapkan terima kasih atas partisipasinya.
PETUNJUK PENGISIAN 1. Mohon kesediaan untuk melingkari jawaban sesuai hati nurani, informasi dan pengetahuan Bapak/Ibu. 2. Bacalah setiap pertanyaan dalam kuesioner ini secara seksama sebelum memilih jawabannya. 3. Mohon kesediaannya untuk menjawab semua pertanyaan dalam kuesioer ini. No. Kuesioner:
RT/RW
:
Tanggal Wawancara :
124
A. Karakteristik Responden 1. Nama
: .....................................................................
2. Umur
: ........... tahun
3. Pendidikan terakhir
:
a. Tidak tamat SD b. Tamat SD/ tidak tamat SD c. Tamat SMP/ tidak tamat SMP d. Tamat SMA/ tidak tamat SMA a. Perguruan Tinggi 4. Pekerjaan
:
a. PNS b. Pegawai swasta c. Wiraswasta d. Buruh e. Pedagang f. Ibu Rumah Tangga/ Tidak bekerja g.
Lain-lain, sebutkan
5. Jumlah anggota keluarga
: .................................. : ........... orang
6. Adakah Anda atau anggota keluarga Anda pernah menderita DBD dalam waktu 2 tahun terakhir? a. Ada, siapa? Sebutkan........................ b. Tidak ada 7. Bagaimana tingkat keparahannya? a. Rawat jalan b. Rawat inap c. Masuk ICU d. Meninggal dunia
125
B. Pengetahuan Responden 1) Apa yang Anda ketahui tentang penyakit Demam Berdarah Dengue? a) Penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan gejala awal demam mendadak b) Penyakit dengan gelaja awal berupa muntah-muntah disertai berak c) Penyakit dengan gejala perut mulas dan kaki terasa kaku 2) Apa penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)?
3)
4)
5)
6)
7)
8)
a) Virus b) Bakteri atau kuman c) Jamur d) Parasit Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ditularkan oleh? a) Nyamuk Anopheles b) Nyamuk Aedes aegypti c) Lalat Tse-tse Nyamuk penular DBD menggigit pada waktu? a) Malam hari b) Dini hari c) Pagi sampai sore hari Bagaimana ciri nyamuk Aedes aegypti dewasa? a) Badan hitam belang-belang merah dengan bercak di sayap dan kaki b) Badan hitan dengan belang-belang putih pada tubuhnya dengan bercak di sayap dan kaki c) Badan nyamuk berwarna hitam legam Berikut ini adalah tempat perkembangbiakan nyamuk penyebab DBD.... a) Genangan air kotor b) Selokan c) Genangan air bersih Di bawah ini manakah yang termasuk tempat peristirahatan nyamuk Aedes aegypti? a) Hinggap di dinding b) Pakaian kotor yang menggantung c) Teras rumah Bagaimana tanda-tanda orang yang sakit demam berdarah dengue (DBD)? a) Demam, menggigil, sakit kepala, nyeri bagian belakang mata b) Buang air besar lebih dari 3 kali sehari c) Batuk lebih dari 3 hari
126
9) Bagaimana tindakan awal yang Anda lakukan apabila ada anggota keluarga Anda mengalami demam? a) Memberikan obat turun panas b) Ditidurkan sampai turun panasnya c) Membiarkan saja 10) Langkah apa yang Anda lakukan bila setelah penanganan awal dengan memberikan obat penurun panas, anggota keluarga Anda yang menderita DBD masih demam? a) Segera membawa ke sarana pelayanan kesehatan (puskesmas, RS) b) Membawanya ke pengobatan alternatif c) Menjauhkannya dari orang sehat 11) Apakah akibat paling fatal yang dapat terjadi pada penderita DBD? a) Kejang b) Sakit perut c) Pingsan d) Kematian 12) Cara apakah yang paling mudah dan efektif untuk mencegah penularan penyakit DBD? a) Pengasapan (fogging) pada nyamuk dewasa b) Imunisasi c) Pemberantasan sarang nyamuk dengan kegiatan 3M 13) Pemberantasan sarang nyamuk penular DBD yang paling efektif adalah pada fase? a) Telur b) Larva/ jentik c) Nyamuk dewasa d) Kepompong 14) Di bawah ini manakah yang termasuk kegiatan PSN? a) Tidak pernah tidur pada siang hari b) Menguras, menutup tempat penampungan air, dan mengubur/ menyingkirkan barang-barang bekas c) Memekai selimut pada saat tidur 15) Kapan waktu yang paling tepat untuk melaksanakan PSN DBD? a) Bila ada warga yang menderita DBD b) Setiap didatangi petugas kesehatan c) Secara rutin dan berkesinambungan d) Kalau ada kerja bakti lingkungan
127
16) Apa yang menjadi sasaran utama kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) ? a) Jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti b) Nyamuk dewasa c) Kuman penyebab penyakit infeksi d) Lalat rumah yang berkembang biak di tempat kotor 17) Bagaimana cara membersihkan tempat penampungan air yang benar? a) Mengganti airnya saja setiap minggu b) Mengganti airnya sampai air sudah keruh c) Mengganti airnya tiap minggu serta menguras serta menyikat dindingnya 18) Pemakaian abate lebih efektif dari fogging karena dapat membunuh.... a) Telur nyamuk b) Nyamuk betina c) Nyamuk jantan d) Jentik nyamuk 19) Apa yang Anda ketahui tentang pemberantasan sarang nyamuk secara biologi? a) Pemberantasan jentik/ nyamuk dengan cara pengasapan b) Pemberantasan jentik nyamuk dengan musuh alami dari alam (memelihara ikan) c) Pemberantasan jentik dengan cara menaburkan bubuk abate ke dalam tempat penampungan air 20) Siapakah yang menjadi bertanggung jawab dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) ? a) Petugas kesehatan dan pejabat pemerintah b) Petugas kesehatan dan ibu rumah tangga c) Petugas kesehatan, pejabat pemerintah, dan semua lapisan masyarakat 21) Menurut Anda, bagaimana PSN seharusnya dilakukan dan apa manfaat dari kegiatan PSN? Jelaskan................................................................................................... ................................................................................................................. .................................................................................................................
128
C. Sikap Berilah tanda centang (v) pada jawaban pilihan Anda SS: Sangat Setuju
S: Setuju
R: Ragu-ragu
TS: Tidak Setuju
Pernyataan 01. Penyakit demam berdarah merupakan masalah kesehatan yang penting untuk diberantas. 02. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang dikenal dengan kegiatan 3M plus adalah cara yang tepat untuk mencegah penyakit DBD. 03. PSN sebaiknya dilakukan secara rutin seminggu sekali dan berkesinambungan. 04. Kerja bakti secara berkala untuk membersihkan lingkungan dan melaksanakan PSN-DBD merupakan tanggung jawab semua warga. 05. Genangan air pada ban bekas, kaleng sampah, tempat minum burung, dan pot bunga dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. 06. Anda adalah salah satu orang yang berperan penting dalam pemberantasan DBD. 07. Saya senang melakukan PSN secara rutin agar terhindar dari penyakit DBD. 08. Pengasapan (fogging) sangat efektif untuk memberantas nyamuk penular DBD dan tidak membutuhkan cara lain. 09. Saya lebih senang memakai lotion antinyamuk untuk mencegah DBD daripada melakukan PSN. 10. Kegiatan 3M (plus) dilakukan pada saat banyak warga telah menderita DBD. 11. Pemberantasan sarang nyamuk hanya membuang waktu dan pelaksanaannya sangat rumit. 12. Pemberantasan sarang nyamuk cukup dilakukan oleh petugas kesehatan tanpa harus melibatkan masyarakat. 13. Saya masih khawatir tertular penyakit BD sebelum dilakukan penyemprotan oleh pemerintah. 14. Terjadinya penyakit DBD disebabkan karena keslahan pihak petugas puskesmas dan pemerintah yang tidak peduli dengan kebersihan lingkungan warganya.
SS
S
R
TS
129
D. Dukungan Petugas Kesehatan 1. Apakah di daerah Anda ada petugas/ kader kesehatan? a. Ya b. Tidak 2. Apakah menurut Anda petugas kesehatan tersebut sudah memberikan informasi tentang pencegahan penyakit DBD secara maksimal? a. Ya b. Tidak
E. Penyuluhan Kesehatan Apakah Anda pernah mengikuti penyuluhan kesehatan yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta tentang penyakit DBD dan PSN DBD?
1. Pernah 2. Tidak pernah
Apabila pernah, berapa kali, dalam acara apa, dan apa yang Anda peroleh dari penyuluhan tersebut? Jelaskan.............................................................................................................. ........................................................................................................................... .........................................................................................................................
130
F. Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) No. 1.
Tindakan
Menguras dan menyikat tempat penampungan air, seperti bak mandi/ WC, tempayan, dll. hingga bersih minimal seminggu sekali. 2. Menutup rapat tempat penampungan air (ember, gentong, tempayan, drum dll). 3.Menyingkirkan semua barang-barang bekas di sekitar rumah yang dapat menampung air hujan. 4.Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. 5.Ikut serta dalam kerja bakti dengan melakukan 3M di lingkungan rumah. 6.Mengajak tetangga sekitar rumah untuk memeriksa jentik di bak kamar mandi/ WC, tempayan, dan tempat penampungan air lainnya agar tidak ada jentiknya.
Jawaban Ya Tidak
Keterangan
131
Lampiran 12 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Praktik Case Processing Summary N Cases
Valid
% 30
93.8
Excluded
2
6.3
Total
32
100.0
a
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.793
11
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
Pr1
.63
.490
30
Pr2
.53
.507
30
Pr3
.70
.466
30
Pr4
.47
.507
30
Pr5
.43
.504
30
Pr6
.67
.479
30
Pr7
.60
.498
30
Pr8
.43
.504
30
Pr9
.70
.466
30
Pr10
.67
.479
30
Pr11
.67
.479
30
132
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Pr1
5.87
7.913
.464
.775
Pr2
5.97
8.033
.396
.782
Pr3
5.80
7.752
.563
.764
Pr4
6.03
8.033
.396
.782
Pr5
6.07
7.926
.441
.777
Pr6
5.83
7.385
.697
.749
Pr7
5.90
7.679
.544
.766
Pr8
6.07
7.789
.494
.771
Pr9
5.80
8.855
.129
.808
Pr10
5.83
7.385
.697
.749
Pr11
5.83
8.764
.154
.806
Scale Statistics Mean 6.50
Variance 9.431
Std. Deviation 3.071
N of Items 11
Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r dari 9 pertanyaan > r tabel (0,361), sehingga didapatkan 9 pertanyaan yang valid. Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,793) lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel (0,361)
133
Pengetahuan Case Processing Summary N Cases
Valid
% 30
100.0
Excluded
0
.0
Total
30
100.0
a
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.923
20
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
P1
.87
.346
30
P2
.73
.450
30
P3
.87
.346
30
P4
.70
.466
30
P5
.73
.450
30
P6
.87
.346
30
P7
.80
.407
30
P8
.77
.430
30
P9
.77
.430
30
P10
.80
.407
30
P11
.87
.346
30
P12
.80
.407
30
P13
.53
.507
30
P14
.80
.407
30
P15
.77
.430
30
P16
.77
.430
30
P17
.90
.305
30
P18
.53
.507
30
P19
.40
.498
30
P20
.77
.430
30
134
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
P1
14.17
26.764
.553
.921
P2
14.30
25.666
.657
.918
P3
14.17
26.006
.776
.917
P4
14.33
25.954
.566
.920
P5
14.30
24.700
.885
.913
P6
14.17
26.489
.633
.919
P7
14.23
26.668
.483
.922
P8
14.27
24.754
.916
.912
P9
14.27
26.616
.464
.922
P10
14.23
26.806
.449
.923
P11
14.17
26.006
.776
.917
P12
14.23
27.013
.398
.924
P13
14.50
26.672
.368
.926
P14
14.23
26.875
.432
.923
P15
14.27
24.754
.916
.912
P16
14.27
25.789
.661
.918
P17
14.13
27.016
.552
.921
P18
14.50
26.397
.423
.924
P19
14.63
26.447
.423
.924
P20
14.27
25.651
.694
.917
Scale Statistics Mean 15.03
Variance 28.861
Std. Deviation 5.372
N of Items 20
Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r dari 20 pertanyaan > r tabel (0,361), sehingga didapatkan 20 pertanyaan yang valid. Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,923) lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel (0,361)
135
Sikap Case Processing Summary N Cases
Valid
% 30
100.0
Excluded
0
.0
Total
30
100.0
a
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.929
14
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
S1
3.73
.521
30
S2
3.77
.430
30
S3
3.57
.568
30
S4
3.80
.407
30
S5
3.67
.547
30
S6
3.60
.563
30
S7
3.37
.669
30
S8
3.50
.731
30
S9
3.47
.776
30
S10
3.57
.728
30
S11
3.63
.669
30
S12
3.67
.606
30
S13
3.50
.777
30
S14
3.33
.802
30
136
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
S1
46.43
37.771
.587
.927
S2
46.40
38.041
.673
.925
S3
46.60
37.421
.583
.927
S4
46.37
38.447
.632
.926
S5
46.50
38.397
.458
.930
S6
46.57
37.151
.631
.925
S7
46.80
37.200
.509
.929
S8
46.67
34.230
.822
.919
S9
46.70
33.528
.853
.917
S10
46.60
33.628
.905
.916
S11
46.53
34.947
.810
.919
S12
46.50
35.293
.852
.919
S13
46.67
33.747
.825
.919
S14
46.83
37.523
.370
.936
Scale Statistics Mean 50.17
Variance 41.799
Std. Deviation 6.465
N of Items 14
Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r dari 14 pertanyaan > r tabel (0,361), sehingga didapatkan 14 pertanyaan yang valid. Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,929) lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel (0,361)
137
Dukungan Case Processing Summary N Cases
Valid
% 30
93.8
Excluded
2
6.3
Total
32
100.0
a
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.853
6
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
D1
.70
.466
30
D2
.43
.504
30
D3
.70
.466
30
D4
.43
.504
30
D5
.43
.504
30
D6
.67
.479
30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
D1
2.67
3.471
.715
.815
D2
2.93
3.513
.616
.833
D3
2.67
3.471
.715
.815
D4
2.93
3.375
.703
.816
D5
2.93
3.789
.452
.863
D6
2.70
3.528
.651
.826
138
Scale Statistics Mean 3.37
Variance 4.930
Std. Deviation 2.220
N of Items 6
Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r dari 6 pertanyaan > r tabel (0,361), sehingga didapatkan 6 pertanyaan yang valid. Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,853) lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel (0,361)
Lampiran 13 Data Responden DATA RESPONDEN No
Nama Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Sumirah Hj. Sulastri Nur Jannah Siti Widuri Dita Yeni Kusrini Rofi'atun Darwati Atik Susanti Jumi'ah Susi Zuliani Sholekah Partini Ika Nur Aprilia Mia Pamula Prihatika Kasiati Sunimah Sarti
Umur (Tahun)
Pendidikan
Pekerjaan
Anggota Keluarga yang Sakit
Tingkat Keparahan
Alamat
40 45 36 24 26 27 43 47 46 36 42 40 55 28 38 42 35 38
Tamat SD Tamat SD Tamat SMA Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Tamat SMA Tamat SMA Tamat SMA Perguruan Tinggi Tamat SMA Tamat SMA Tamat SMA Perguruan Tinggi Tamat SMA Tidak Tamat SMP Tamat SMA Tamat SMA Tidak Tamat SMP
Wiraswasta Buruh Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Wiraswasta Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Ibu Rumah Tangga PNS Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Wiraswasta Pedagang
Suami Anak Anak Suami Anak Anak Diri Sendiri Suami Anak Anak Anak Anak Anak
Rawat Inap Rawat Jalan Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Jalan Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap
Mulyoharjo RW01/ RT02 Mulyoharjo RW01/ RT02 Mulyoharjo RW01/ RT02 Mulyoharjo RW01/ RT01 Mulyoharjo RW01/ RT01 Mulyoharjo RW01/ RT02 Mulyoharjo RW01/ RT03 Mulyoharjo RW01/ RT03 Mulyoharjo RW01/ RT03 Mulyoharjo RW01/ RT02 Mulyoharjo RW01/ RT04 Mulyoharjo RW01/ RT04 Mulyoharjo RW01/ RT02 Mulyoharjo RW01/ RT02 Mulyoharjo RW01/ RT02 Mulyoharjo RW02/ RT02 Mulyoharjo RW02/ RT02 Mulyoharjo RW02/ RT02
139
140
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Nur Khayatun Racheila Septi Dara Eny Kusrini Yanti Nuryndah Susanti Rofiq Fitriana Dian Darti Asfiroh Wina Kurniawati Zuliana Ulfa Hastuti Indah Sundari Uswatun Khasanah Erna Sugiarti Asih Sunarsih Tasmah Sukarti Lutfiana Fatmawati Sumarni Suriyah Ngatini
34 27 46 43 26 27 36 30 45 31 38 33 39 36 43 31 41 31 39 39 35 50 56 44
Tidak Tamat SMP Perguruan Tinggi Tidak Tamat SD Perguruan Tinggi Tidak Tamat SMP Tidak Tamat SMP Tamat SD Tidak Tamat SMP Tamat SD Tamat SMA Tamat SMP Perguruan Tinggi Tamat SMA Tidak Tamat SMP Tamat SD Perguruan Tinggi Tamat SMA Tamat SMA Tamat SD Tamat SMP Tidak Tamat SMP Tamat SMP Tidak Tamat SD Tamat SMP
Penjahit Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Buruh Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga PNS Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Wiraswasta Pedagang Buruh Ibu Rumah Tangga
Diri Sendiri Anak -
Rawat Jalan Rawat Jalan -
-
-
Anak Suami Anak Anak Anak Anak Anak Anak Anak
Rawat Jalan Rawat Jalan Rawat Jalan Rawat Inap Rawat Inap Rawat Jalan Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap
Mulyoharjo RW02/ RT02 Mulyoharjo RW02/ RT03 Mulyoharjo RW02/ RT03 Mulyoharjo RW02/ RT03 Mulyoharjo RW02/ RT03 Mulyoharjo RW02/ RT03 Mulyoharjo RW02/ RT04 Mulyoharjo RW02/ RT04 Mulyoharjo RW02/ RT04 Mulyoharjo RW02/ RT04 Mulyoharjo RW02/ RT01 Mulyoharjo RW02/ RT04 Mulyoharjo RW02/ RT04 Mulyoharjo RW02/ RT01 Mulyoharjo RW02/ RT05 Mulyoharjo RW02/ RT05 Mulyoharjo RW02/ RT05 Mulyoharjo RW02/ RT05 Mulyoharjo RW02/ RT05 Mulyoharjo RW03/ RT02 Mulyoharjo RW03/ RT02 Mulyoharjo RW03/ RT04 Mulyoharjo RW03/ RT02 Mulyoharjo RW03/ RT02
141
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
Maya Rukiyati Triana Tari Lestari Imroatus Sholihah Noviyanti Sri Murtini Sumarti Ponia Ita Akhirillia Saadah Wahyu Roheningsih Sumiyati Sriyatun Nur Karomi Siti Muslikhah Rukayati Een Susianti Sri Muayanah Kasmanah Oktaviani Ariningtyas Rusiah Khadija Lina Yuliastuti Sumaminah Suadah
37 45 40 39 26 53 55 57 25 30 29 45 32 41 36 42 31 53 38 39 49 27 56 36
Tamat SMP Tidak Tamat SMP Perguruan Tinggi Tamat SMP Perguruan Tinggi Tamat SMP Tamat SMP Tamat SMP Tidak Tamat SMP Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Tamat SMA Tamat SMP Perguruan Tinggi Tamat SMA Tamat SMA Tidak Tamat SD Tidak Tamat SMP Tamat SMP Tamat SMA Perguruan Tinggi Tidak Tamat SD Tidak Tamat SMP
Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta PNS Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Wiraswasta Pegawai Swasta Wiraswasta Wiraswasta Ibu Rumah Tangga PNS Ibu Rumah Tangga Penjahit Pedagang Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Pedagang Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Buruh Wiraswasta
Anak Suami Diri Sendiri Diri Sendiri Anak Anak Anak Anak Diri Sendiri Diri Sendiri Anak Suami Suami Anak Anak Anak -
Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Jalan Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap -
Mulyoharjo RW03/ RT02 Mulyoharjo RW03/ RT01 Mulyoharjo RW03/ RT01 Mulyoharjo RW03/ RT01 Mulyoharjo RW03/ RT01 Mulyoharjo RW03/ RT01 Mulyoharjo RW03/ RT01 Mulyoharjo RW03/ RT03 Mulyoharjo RW03/ RT03 Mulyoharjo RW03/ RT03 Mulyoharjo RW03/ RT03 Mulyoharjo RW03/ RT03 Mulyoharjo RW03/ RT03 Mulyoharjo RW03/ RT03 Mulyoharjo RW04/ RT01 Mulyoharjo RW04/ RT01 Mulyoharjo RW04/ RT01 Mulyoharjo RW04/ RT01 Mulyoharjo RW04/ RT01 Mulyoharjo RW04/ RT03 Mulyoharjo RW04/ RT03 Mulyoharjo RW04/ RT03 Mulyoharjo RW04/ RT03 Mulyoharjo RW04/ RT05
142
67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Noviana Sutiyah Fiana Siti Parsiyah Semiyati Ratna Puspita Ida Noor Santi Risda Khoirina Artika Dewi Imronah Alyaturrofiah Rumisih Untari Dewi Mina Khusaina Retno Widyarini Ayu Siyam Wulandari Rena Aprilia Hj. Asromi Ningsih Karmisih Nur Afifah Noor Faidah Fauzul Muna Jihan Asmaranti
42 40 47 36 46 45 41 54 24 39 44 46 46 32 48 41 33 40 25 37 24 35 38 40
Tamat SMA Tidak Tamat SMP Tamat SMP Tamat SMP Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Tamat SMA Tamat SD Perguruan Tinggi Tidak Tamat SMP Tamat SMP Tamat SD Tamat SD Tidak Tamat SMP Tamat SMA Tamat SMP Tidak Tamat SMP Tamat SMA Tidak Tamat SMP Tamat SMP Tidak Tamat SMP Perguruan Tinggi Tidak Tamat SMP Perguruan Tinggi
Ibu Rumah Tangga Buruh Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Buruh Pedagang Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Wiraswasta Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga
Anak Anak Anak Anak Anak Diri Sendiri Suami Anak Anak Suami Anak Suami Suami Anak Anak Anak Anak Anak Suami
Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Jalan Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Jalan Rawat Inap Rawat Jalan Rawat Inap Rawat Jalan Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap Rawat Inap
Mulyoharjo RW04/ RT05 Mulyoharjo RW04/ RT05 Mulyoharjo RW04/ RT05 Mulyoharjo RW05/ RT03 Mulyoharjo RW05/ RT04 Mulyoharjo RW05/ RT03 Mulyoharjo RW05/ RT03 Mulyoharjo RW05/ RT05 Mulyoharjo RW05/ RT05 Mulyoharjo RW05/ RT05 Mulyoharjo RW05/ RT05 Mulyoharjo RW05/ RT05 Mulyoharjo RW05/ RT03 Mulyoharjo RW05/ RT02 Mulyoharjo RW05/ RT02 Mulyoharjo RW05/ RT02 Mulyoharjo RW05/ RT03 Mulyoharjo RW05/ RT03 Mulyoharjo RW05/ RT03 Mulyoharjo RW05/ RT01 Mulyoharjo RW05/ RT01 Mulyoharjo RW05/ RT01 Mulyoharjo RW05/ RT01 Mulyoharjo RW05/ RT02
143
Lampiran 14 Skoring Hasil Penelitian SKORING HASIL PENELITIAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Kode R001 R002 R003 R004 R005 R006 R007 R008 R009 R010 R011 R012 R013 R014 R015 R016 R017 R018
Umur 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2
Pendidikan Pekerjaan 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1
1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1
Pengalaman Sakit DBD
Pengetahuan
Sikap
Dukungan Petugas Kesehatan
Penyuluhan Kesehatan
Praktik PSN
2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1
1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2
1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1
1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2
1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2
144
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
R019 R020 R021 R022 R023 R024 R025 R026 R027 R028 R029 R030 R031 R032 R033 R034 R035 R036 R037 R038 R039 R040 R041 R042
2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1
1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2
1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2
2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1
1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2
1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2
2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2
1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2
1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2
145
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
R043 R044 R045 R046 R047 R048 R049 R050 R051 R052 R053 R054 R055 R056 R057 R058 R059 R060 R061 R062 R063 R064 R065 R066
2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2
2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1
2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1
1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2
2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1
2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1
2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1
2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1
1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2
146
67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
R067 R068 R069 R070 R071 R072 R073 R074 R075 R076 R077 R078 R079 R080 R081 R082 R083 R084 R085 R086 R087 R088 R089 R090
1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2
2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2
1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1
2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2
2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1
2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2
1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2
147
Lampiran 15 Rekap Hasil Penelitian REKAP HASIL PENELITIAN No
Kode
Pendidikan
Pekerjaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
R001 R002 R003 R004 R005 R006 R007 R008 R009 R010 R011 R012 R013 R014 R015 R016 R017 R018 R019
Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah
Bekerja Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Tidak Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja
Pengalaman Sakit DBD Tidak Ada Tidak Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada
Pengetahuan
Sikap
Kurang Kurang Baik Baik Baik Kurang Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Kurang Kurang Baik Kurang Baik Kurang
Negatif Negatif Positif Positif Positif Negatif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Negatif Negatif Positif Negatif Positif Negatif
Dukungan Petugas Kesehatan Tidak Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Mendukung
Penyuluhan Kesehatan Tidak Pernah Tidak Pernah Pernah Pernah Pernah Tidak Pernah Pernah Pernah Pernah Pernah Pernah Pernah Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah Pernah Tidak Pernah Pernah Tidak Pernah
Praktik PSN Kurang Baik Kurang Baik Baik Baik Baik Kurang Baik Baik Baik Baik Baik Kurang Baik Baik Baik Kurang Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik
148
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
R020 R021 R022 R023 R024 R025 R026 R027 R028 R029 R030 R031 R032 R033 R034 R035 R036 R037 R038 R039 R040 R041 R042 R043
Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Tinggi
Tidak Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Tidak Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Tidak Bekerja
Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada Ada
Baik Kurang Kurang Baik Kurang Kurang Baik Kurang Kurang Baik Baik Baik Baik Kurang Kurang Baik Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Baik Baik
Positif Negatif Negatif Positif Negatif Negatif Positif Negatif Positif Positif Positif Positif Positif Negatif Negatif Positif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Positif Positif
Tidak Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung
Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah Pernah Tidak Pernah Pernah Pernah Pernah Pernah Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah Pernah Pernah
Baik Baik Kurang Baik Baik Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik Kurang Baik Kurang Baik Baik Baik Baik Baik Kurang Baik Kurang Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik
149
44 45 46 47
R044 R045 R046 R047
Rendah Tinggi Tinggi Tinggi
Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Tidak Bekerja
Ada Ada Ada Ada
Baik Baik Baik Baik
Positif Positif Positif Positif
Mendukung Tidak Mendukung Tidak Mendukung Tidak Mendukung
48
R048
Tinggi
Bekerja
Tidak Ada
Kurang
Negatif
Mendukung
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
R049 R050 R051 R052 R053 R054 R055 R056 R057 R058 R059 R060 R061 R062 R063 R064 R065 R066
Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah
Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Tidak Bekerja Tidak Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Bekerja
Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada Ada Tidak Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tidak Ada
Baik Kurang Kurang Kurang Kurang Baik Baik Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik Baik Kurang
Positif Negatif Negatif Negatif Negatif Positif Positif Positif Negatif Positif Positif Negatif Positif Positif Negatif Positif Positif Negatif
Tidak Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Tidak Mendukung
Pernah Pernah Pernah Pernah Tidak Pernah
Baik Baik Kurang Baik Baik
Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah Pernah Pernah Pernah Tidak Pernah Pernah Pernah Tidak Pernah Pernah Pernah Tidak Pernah Pernah Pernah Tidak Pernah
Baik Kurang Baik Kurang Baik Kurang Baik Kurang Baik Baik Baik Kurang Baik Kurang Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik Baik
Baik
150
67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
R067 R068 R069 R070 R071 R072 R073 R074 R075 R076 R077 R078 R079 R080 R081 R082 R083 R084 R085 R086 R087 R088 R089 R090
Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Tidak Bekerja Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Tidak Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Tidak Bekerja
Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Baik Kurang Baik Kurang Kurang Baik Baik Baik Kurang Baik Baik Kurang Kurang Kurang Kurang Baik Kurang Baik Baik Baik Baik Kurang Baik Baik
Positif Positif Positif Negatif Negatif Positif Positif Positif Negatif Positif Positif Negatif Negatif Positif Negatif Positif Negatif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif
Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Tidak Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Mendukung Tidak Mendukung
Pernah Tidak Pernah Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah Pernah Pernah Pernah Tidak Pernah Pernah Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah Pernah Tidak Pernah Pernah Tidak Pernah Pernah Tidak Pernah Pernah Pernah Pernah Pernah Pernah
Kurang Baik Baik Kurang Baik Baik Baik Baik Kurang Baik Baik Baik Baik Baik Kurang Baik Baik Baik Baik Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik Baik Baik Kurang Baik Baik Baik
151
Lampiran 16 Analisis Univariat Analisis Univariat
Praktik Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang Baik
39
43.3
43.3
43.3
Baik
51
56.7
56.7
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pendidikan Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Rendah
34
37.8
37.8
37.8
Tinggi
56
62.2
62.2
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pekerjaan Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid
Bekerja
49
54.4
54.4
54.4
Tidak Bekerja
41
45.6
45.6
100.0
Total
90
100.0
100.0
152
PengalamanSakitDBD Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid
Ada
59
34.4
65.6
65.6
Tidak Ada
31
65.6
34.4
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pengetahuan Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang
40
44.4
44.4
44.4
Baik
50
55.6
55.6
100.0
Total
90
100.0
100.0
Sikap Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Negatif
36
40.0
40.0
40.0
Positif
54
60.0
60.0
100.0
Total
90
100.0
100.0
Dukungan_petugas Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid
Tidak Mendukung
35
38.9
38.9
38.9
Mendukung
55
61.1
61.1
100.0
Total
90
100.0
100.0
153
Penyuluhan_Kesehatan Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak Pernah
38
42.2
42.2
42.2
Pernah
52
57.8
57.8
100.0
Total
90
100.0
100.0
154
Lampiran 17 Analisis Bivariat ANALISIS BIVARIAT Hubungan antara Umur dengan Praktik PSN DBD Umur * Praktik Crosstabulation Praktik Kurang Baik Umur
>=40
Count Expected Count
<40 Total
21
36
15.6
20.4
36.0
24
30
54
23.4
30.6
54.0
39
51
90
39.0
51.0
90.0
Count Expected Count
Total
15
Count Expected Count
Baik
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
Pearson Chi-Square .068a 1 .794 b Continuity Correction .002 1 .965 Likelihood Ratio .068 1 .794 Fisher's Exact Test .831 Linear-by-Linear .067 1 .796 Association N of Valid Cases 90 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,60. b. Computed only for a 2x2 table
.483
Symmetric Measures Value
Asymp. Std. Errora
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .027 Interval by Interval Pearson's R -.027 .105 Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.027 .105 N of Valid Cases 90 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
Approx. Tb Approx. Sig. -.258 -.258
.794 .797c .797c
155
Hubungan antara Pendidikan dengan Praktik PSN DBD Pendidikan * Praktik Crosstabulation Praktik Kurang Baik Pendidikan
Rendah
Count Expected Count
Tinggi
Count Expected Count
Total
Count Expected Count
Baik
Total
16
18
34
14.7
19.3
34.0
23
33
56
24.3
31.7
56.0
39
51
90
39.0
51.0
90.0
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
Pearson Chi-Square .309a 1 .578 b Continuity Correction .113 1 .737 Likelihood Ratio .308 1 .579 Fisher's Exact Test .663 Linear-by-Linear .305 1 .581 Association N of Valid Cases 90 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,73. b. Computed only for a 2x2 table
.368
Symmetric Measures Value
Asymp. Std. Errora
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .058 Interval by Interval Pearson's R .059 .106 Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .059 .106 N of Valid Cases 90 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
Approx. Tb Approx. Sig. .550 .550
.578 .583c .583c
156
Hubungan antara Pekerjaan dengan Praktik PSN DBD Pekerjaan * Praktik Crosstabulation Praktik Kurang Baik Pekerjaan
Bekerja
Count Expected Count
Tidak Bekerja Count Expected Count Total
Count Expected Count
Baik
Total
22
27
49
21.2
27.8
49.0
17
24
41
17.8
23.2
41.0
39
51
90
39.0
51.0
90.0
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
a
Pearson Chi-Square .107 1 .743 b Continuity Correction .013 1 .909 Likelihood Ratio .107 1 .743 Fisher's Exact Test .832 Linear-by-Linear .106 1 .745 Association N of Valid Cases 90 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,77. b. Computed only for a 2x2 table
.455
Symmetric Measures Value
Asymp. Std. Errora
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .034 Interval by Interval Pearson's R .035 .105 Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .035 .105 N of Valid Cases 90 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
Approx. Tb Approx. Sig. .324 .324
.743 .747c .747c
157
Hubungan antara Pengalaman Sakit DBD dengan Praktik PSN DBD PengalamanSakitDBD * Praktik Crosstabulation Praktik Kurang Baik PengalamanSakitDBD Ada
Count Expected Count
Tidak Ada Count Expected Count Total
Count Expected Count
Baik
Total
18
41
59
25.6
33.4
31.0
21
10
31
13.4
17.6
59.0
39
51
90
39.0
51.0
90.0
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
a
Pearson Chi-Square 11.473 1 .001 b Continuity Correction 10.007 1 .002 Likelihood Ratio 11.593 1 .001 Fisher's Exact Test .001 Linear-by-Linear 11.346 1 .001 Association N of Valid Cases 90 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,43. b. Computed only for a 2x2 table
.001
Symmetric Measures Value
Asymp. Std. Errora
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .336 Interval by Interval Pearson's R -.357 .100 Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.357 .100 N of Valid Cases 90 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
Approx. Tb Approx. Sig. -3.586 -3.586
.001 .001c .001c
158
Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik PSN DBD Pengetahuan * Praktik Crosstabulation Praktik Kurang Baik Pengetahuan
Kurang
Count Expected Count
Baik
Count Expected Count
Total
Count Expected Count
Baik
Total
25
15
40
17.3
22.7
40.0
14
36
50
21.7
28.3
50.0
39
51
90
39.0
51.0
90.0
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
Pearson Chi-Square 10.771a 1 .001 b Continuity Correction 9.412 1 .002 Likelihood Ratio 10.941 1 .001 Fisher's Exact Test .001 Linear-by-Linear 10.652 1 .001 Association N of Valid Cases 90 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,33. b. Computed only for a 2x2 table
.001
Symmetric Measures Value
Asymp. Std. Errora
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .327 Interval by Interval Pearson's R .346 .100 Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .346 .100 N of Valid Cases 90 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
Approx. Tb Approx. Sig. 3.459 3.459
.001 .001c .001c
159
Hubungan antara Sikap dengan Praktik PSN DBD Sikap * Praktik Crosstabulation Praktik Kurang Baik Sikap
Negatif Count Expected Count Positif
Count Expected Count
Total
Count Expected Count
Baik
Total
23
13
36
15.6
20.4
36.0
16
38
54
23.4
30.6
54.0
39
51
90
39.0
51.0
90.0
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
Pearson Chi-Square 10.324a 1 .001 b Continuity Correction 8.976 1 .003 Likelihood Ratio 10.439 1 .001 Fisher's Exact Test .002 Linear-by-Linear 10.210 1 .001 Association N of Valid Cases 90 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,60. b. Computed only for a 2x2 table
.001
Symmetric Measures Value
Asymp. Std. Errora
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .321 Interval by Interval Pearson's R .339 .100 Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .339 .100 N of Valid Cases 90 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
Approx. Tb Approx. Sig. 3.377 3.377
.001 .001c .001c
160
Hubungan antara Dukungan Petugas Kesehatan dengan Praktik PSN DBD Dukungan_petugas * Praktik Crosstabulation Praktik Kurang Baik Dukungan_petugas
Tidak Mendukung Count Expected Count Mendukung
Count Expected Count
Total
Count Expected Count
Baik
Total
10
25
35
15.2
19.8
35.0
29
26
55
23.8
31.2
55.0
39
51
90
39.0
51.0
90.0
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
Pearson Chi-Square 5.083a 1 .024 b Continuity Correction 4.146 1 .042 Likelihood Ratio 5.200 1 .023 Fisher's Exact Test .030 Linear-by-Linear 5.026 1 .025 Association N of Valid Cases 90 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,17. b. Computed only for a 2x2 table
.020
Symmetric Measures Value
Asymp. Std. Errora
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .231 Interval by Interval Pearson's R -.238 .100 Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.238 .100 N of Valid Cases 90 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
Approx. Tb Approx. Sig. -2.295 -2.295
.024 .024c .024c
161
Hubungan antara Penyuluhan Kesehatan dengan Praktik PSN DBD Penyuluhan_Kesehatan * Praktik Crosstabulation Praktik Kurang Baik Penyuluhan_Kesehatan
Tidak Pernah Count Expected Count Pernah
Count Expected Count
Total
Count Expected Count
Baik
Total
24
14
38
16.5
21.5
38.0
15
37
52
22.5
29.5
52.0
39
51
90
39.0
51.0
90.0
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
Pearson Chi-Square 10.526a 1 .001 b Continuity Correction 9.175 1 .002 Likelihood Ratio 10.665 1 .001 Fisher's Exact Test .001 Linear-by-Linear 10.409 1 .001 Association N of Valid Cases 90 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,47. b. Computed only for a 2x2 table
.001
Symmetric Measures Value
Asymp. Std. Errora
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .324 Interval by Interval Pearson's R .342 .100 Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .342 .100 N of Valid Cases 90 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
Approx. Tb Approx. Sig. 3.414 3.414
.001 .001c .001c
162
Lampiran 18 Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Wawancara dengan Responden
163
Gambar 2. Penandatanganan Persetujuan Keikutsertaan dalam Penelitian
Gambar 3. Keadaan Tempang Penampungan Air Responden
164
Gambar 4. Keadaan Lingkungan Sekitar Rumah Responden