FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PEKERJA

Download (Crude Birth Rate) lebih besar dari tingkat CDR (Crude Death Rate). ... Kata kunci: fertilitas, pekerja wanita sektor informal, variabel an...

0 downloads 554 Views 110KB Size
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PEKERJA WANITA SEKTOR INFORMAL KABUPATEN MOJOKERTO Diana Purnamasari Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Geografi FAKULTAS Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang Email: [email protected] Telp: 085646625275

ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka kelahiran di kabupaten Mojokerto sampai tahun 2010. Selain itu kesempatan wanita bekerja lebih sedikit pada sektor formal sehingga banyak wanita yang beralih pada sektor informal. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat CBR (Crude Birth Rate) lebih besar dari tingkat CDR (Crude Death Rate). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas pada pekerja wanita sektor informal di kabupaten Mojokerto dengan variabel antara yaitu umur kawin pertama, lama periode reproduksi, pemakaian alat kontrasepsi, mortalitas bayi, dan sosial yaitu lama wanita bekerja dan agama yang dianut. Rancangan penelitian ini termasuk survey dan sebagai alat pengumpul data dengan wawancara terstruktur. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive random sampel, dan sebagai pertimbangan dalam penentuan sampel penelitian ini adalah daerah yang memiliki pusat-pusat kegiatan informal paling banyak. Populasi adalah 1.774 responden wanita pekerja sektor informal pernah kawin di Kabupaten Mojokerto, dan sampel yang digunakan berjumlah 326 responden. Analisis data yang digunakan yaitu tabulasi tunggal dan silang, korelasi, serta regresi berganda untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara fertilitas dengan umur kawin pertama, lama periode reproduksi, mortalitas dan lamanya penggunaan alat kontrasepsi. Sedangkan untuk hubungan yang tidak signifikan dengan fertilitas yaitu lamanya wanita bekerja. Serta yang paling dominan pengaruhnya terhadap fertilitas di wilayah penelitian adalah lama periode reproduksi sedangkan variabel yang tidak mempengaruhi fertilitas adalah lamanya wanita bekerja Selain itu juga sosialisasi masyarakat tentang pemakaian alat kontrasepsi kepada pasangan usia subur ditingkatkan lagi dan digunakan minimal sebelum memiliki anak lebih dari tiga. Serta pentingnya penggunaan alat kontrasepsi yang tujuannnya untuk memiliki jumlah anak yang sesuai dengan program pemerintah dengan kualitas anak yang baik. Kata kunci: fertilitas, pekerja wanita sektor informal, variabel antara, sosial.

ABSTRACT The research is based on the highness of birth number in Mojokerto until 2010. Besides that, the chance for women to work in formal sector is small so they move to informal sector for their work. It is shown by the level of CBR (Crude Birth Rate) which is bigger than CDR (Crude Death Rate). The purpose of this research is to know the factors which affects the fertility of the informal sector women workers in Mojokerto with the inter variables which are the first marriage age, reproduction period, the usage of contraception, baby mortality, and the length of the working time. The plan of this research is included to survey and as a collecting data tool trough structured interview. The tecnique of taking sample uses purposive random sample, and as a consideration in determining this research sample is an area which has the most informal activity centers. The population is 1774 responders who are informal sector female workers. They all even get married in Mojokerto, and doubled regression to check hypnothesis.

The result of this research is, there are significant relation between fertility and first age marriage, the length of reproduction period, mortality, and the length of contraception tool usage. For the relation which is not significant is the length of working time. The most dominant effect to the fertility in research area is the length of reproduction period. Besides that, the socialization to the people about the usage of contraception tool for childbearing age couple is increased and used at least before that couple has more than three children. On the other hand, the important of contraception tool usage which has a purpose to have an amount of children which is appropriate to quality of child. Keyword: fertility, informal sector female worker, inter variable, social

Masalah kependudukan merupakan suatu masalah yang selalu mengalami perubahan setiap zamannya.Masalah kependudukan yang sedang dihadapi oleh negara berkembang adalah pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Akibatnya timbul masalah-masalah, antara lain persaingan lapangan kerja, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, berkurangnya daya dukung lingkungan, dan lain-lain. Pelonjakan jumlah penduduk yang terjadi saat ini disebabkan oleh penurunan angka mortalitas yang lebih awal dan lebih cepat dibandingkan angka fertilitas. Seperti yang dikemukakan oleh banyak ahli demografi, bahwa ledakan penduduk yang terjadi pada abad-abad terakhir ini terutama karena menurunnya tingkat kematian dengan cepat, sementara tingkat kelahiran belum dapat dikontrol dengan baik (Mantra, 2008:37). Wilayah Kabupaten Mojokerto sendiri yang sebagian besar merupakan kawasan berbasis industri menarik masyarakat untuk lebih mengambil pekerjaan di bidang itu. Selain itu, tenaga kerja wanita merupakan masalah kependudukan yang perlu diperhatikan karena berpengaruh terhadap fertilitas. Keputusan wanita bekerja setelah kawin METODE

dipengaruhi oleh ada tidaknya peran yang harus dijalani dan keputusan untuk tetap bekerja banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi dan situasi pada saat melangsungkan perkawinan atau melahirkan anak. Lapangan pekerjaan sektor formal yang kapasitasnya tidak memenuhi bagi calon tenaga kerja, khususnya tenaga kerja wanita, juga berdampak pada semakin banyak pekerjaan sektor informal. Hal ini membuat tenaga kerja wanita lebih tertarik masuk ke dunia kerja sektor informal karena lebih mudah dan tidak memiliki keterikatan dalam bekerja. Peningkatan tenaga kerja wanita ini terjadi akibat peningkatan jumlah penduduk yang signifikan atau dapat dikatakan sebagai ledakan penduduk. Ledakan penduduk terjadi di beberapa kecamatan di Kabupaten Mojokerto. Di beberapa kecamatan di Kabupaten Mojokerto tersebut memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat signifikan, padahal luas wilayah di beberapa kecamatan ini termasuk wilayah kecil dan bukan merupakan sentra kegiatan di Kabupaten Mojokerto. Wanita bekerja dalam sektor informal yang ada ada di Kabupaten Mojokerto mencapai sekitar 70% dari jumlah wanita usia produktif.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey yaitu metode penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang kemudian dilanjutkan dengan wawancara yang disini menghubungkan lima variabel bebas yaitu umur kawin pertama,lamanya periode reproduksi,mortalitas bayi, penggunaan kontrasepsi,dan lama wanita bekerja. dengan variabel terikat yaitu fertilitas, dan juga dibatasi dengan pengelompokan yaitu wanita pernah kawin yang bekerja sektor informal. Penelitian disini menggunakan data primer yang berupa wawancara dengan mengunakan kuesioner dan data sekunder yang berupa dokumentasi yang diperoleh dari kantor Badan Pusat Statistik kabupaten Mojokerto Dalam penelitian ini tidak semua daerah diambil sebagai sampel karena daerah penelitian terlalu luas. Oleh karena itu untuk memudahkan pengambilan sampel,

maka digunakan teknik purposive random sampel, artinya suatu penelitian sampel berdasarkan pada tujuan tertentu. Dalam penelitian ini adalah dimana pusat-pusat kegiatan informal paling banyak dilakukan. Penetapan daerah sampel dalam penelitian ini adalah kecamatan Mojosari, kecamatan Sooko dan kecamatan Bangsal. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh wanita pernah kawin yang berusia produktif (15-49 tahun) . Dalam penelitian ini tidak semua daerah diambil sebagai sampel karena daerah penelitian terlalu luas. Oleh karena itu untuk memudahkan pengambilan sampel, maka digunakan teknik purposive random sampel, artinya suatu penelitian sampel berdasarkan pada tujuan tertentu. Dalam penelitian ini adalah dimana pusat-pusat kegiatan informal paling banyak dilakukan. Penetapan daerah sampel dalam penelitian

ini adalah kecamatan Mojosari, kecamatan Sooko dan kecamatan Bangsal. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dibedakan menurut kecamatannya, sehingga menggunakan teknik pengambilan sampel proposional random sampling. Proposional random sampling adalah masing-masing sampel diambil secara berimbang dengan demikian jumlahnya bersifat proporsional sesuai masing-masing unsur atau kelompok. HASIL PENELITIAN 1. Hubungan antara Umur Kawin Pertama Dengan Fertilitas Berdasarkan hasil penelitian rata-rata jumlah anak lahir hidup berdasarkan usia kawin pertama istri adalah 2,02. Usia kawin pertama istri yang berada pada kelompok umur antara 16-19 tahun mempunyai ratarata fertilitas yang paling tinggi yaitu sebesar 3 jiwa, sedangkan pada usia kawin 28-30 memiliki rata-rata fertilitas 1 jiwa. Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara umur kawin pertama dengan tingkat fertilitas penduduk di Kabupaten Mojokerto. Berdasarkan pada hipotesis penelitian dapat dirumuskan hipotesis kerja berikut: Hipotesis nol (Ho) adalah “terdapat hubungan antara umur kawin pertama istri dengan tingkat fertilitas di Kabupaten Mojokerto“. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) adalah “tidak terdapat hubungan antara umur kawin pertama dengan tingkat fertilitas di Kabupaten Mojokerto“. Kriteria penolakan Ho: Ho ditolak apabila nilai signifikan lebih kecil dari taraf sigifikan 0,05. Didukung dengan korelasi nilai X1 terhadap Y yaitu didapatkan harga koefisien korelasi sebesar -0,558 dengan nilai signifikan 0,000 artinya lebih kecil dari syarat signifikan 0,05 maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara usia kawin pertama dengan fertilitas. 2. Hubungan antara Lama Periode Reproduksi dengan Fertilitas Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa responden dengan lama reproduksi 0-5 tahun memiliki rata-rata fertilitas terendah sebesar 1.36 jiwa. Sedangkan 21-25 tahun memiliki rata-rata fertilitas tertinggi yaitu sebesar 5 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama periode reproduksi maka semakin tinggi fertilitas.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah (Ho) menyatakan “terdapat hubungan antara lama reproduksi dengan tingkat fertilitas“. Sedangkan hipotesis (Ha) menyatakan “tidak terdapat hubungan antara lama reproduksi dengan tingkat fertilitas“. Data diatas didukung dengan korelasi nilai X2 terhadap Y yaitu didapatkan harga koefisien korelasi sebesar 0,589 dengan nilai signifikan 0,000 artinya lebih kecil dari syarat signifikan 0,05 maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara lama periode reproduksi dengan fertilitas. 3. Hubungan antara Mortalitas dengan Fertilitas Berdasarkan tabel 5.11 digambarkan bahwa responden yang tidak memiliki anak meninggal mempunyai rata-rata fertilitas sebesar 2 jiwa dengan jumlah anak lahir hidup 648 dari 323 ibu. Sedangkan responden yang memiliki anak meninggal memiliki rata-rata fertilitas 4 jiwa dengan jumlah anak lahir hidup 13 dari 3 ibu. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi mortalitas maka semakin tinggi fertilitas. Hipotesis dalam penelitian ini adalah (Ho) menyatakan “terdapat hubungan antara mortalitas bayi dengan tingkat fertilitas“. Sedangkan (Ha) menyatakan “tidak terdapat hubungan antara mortalitas bayi dengan tingkat fertilitas“. Data diatas didukung dengan korelasi nilai X3 terhadap Y yaitu didapatkan harga koefisien korelasi sebesar 0,175 dengan nilai signifikan 0,001 artinya lebih kecil dari syarat signifikan 0,05 maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara mortalitas bayi dengan fertilitas. 4. Hubungan antara Lama Penggunaan Alat Kontrasepsi dengan Fertilitas Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang tidak memakai serta memakai alat kontrasepsi sampai dengan 15 bulan mempunyai rata-rata fertilitas tinggi yaitu sebesar 2 jiwa dengan jumlah anak lahir hidup 389 dari 178 responden. Sedangkan yang menggunakan alat kontrasepsi selama 46-60 bulan mempunyai rata-rata fertilitas sebesar 1 jiwa. Berdasarkan tabel diatas digambarkan bahwa semakin lama seorang wanita memakai alat kontrasepsi maka akan semakin kecil mempunyai anak lahir hidup begitu juga sebaliknya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah (Ho) menyatakan “terdapat hubungan antara lama pemakaian alat kontrasepsi dengan

tingkat fertilitas“. Sedangkan (Ha) menyatakan “tidak terdapat hubungan antara lama pemakaian alat kontrasepsi dengan tingkat fertilitas“. Dari analisis korelasi didaptakan harga koefisien korelasi (r) sebesar 0.175 dengan nilai Sig. 0,00 lebih kecil dari syarat signifikan 0,05 maka H0 diterima. Dengan demikian korelasi nilai X 4 terhadap Y yaitu dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara lama penggunaan alat kontrasepsi dengan fertilitas. Semakin lama memakai alat kontrasepsi maka semakin rendah tingkat fertilitasnya. 5. Hubungan antara Lama Wanita Bekerja dengan Fertilitas Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa responden yang bekerja antara 1-5 jam/hari memiliki rata-rata fertilitas sebesar 2 jiwa. Sedangkan responden dengan waktu kerja 11-15 jam yang memiliki rata-rata fertilitas sebesar 1 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah waktu kerja istri maka semakin tinggi fertilitas. Hipotesis dalam penelitian ini adalah (Ho) menyatakan “terdapat hubungan antara lama waktu kerja istri dengan tingkat fertilitas“. Sedangkan (Ha) menyatakan “tidak terdapat hubungan antara lama waktu kerja istri dengan tingkat fertilitas“. Data diatas didukung dengan korelasi nilai X5 terhadap Y yaitu didapatkan harga koefisien korelasi sebesar -0,090 dengan nilai signifikan 0,053 artinya lebih besar dari syarat signifikan 0,05 maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara lama waktu kerja istri dengan fertilitas. 6. Variabel yang Memberikan Pengaruh Terbesar Terhadap Fertilitas Variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap fertilitas di wilayah penelitian adalah lama periode reproduksi sebesar 26,65%. Hal ini karena semakin lama periode reproduksi maka memiliki banyak kesempatan untuk memiliki banyak anak. Sedangkan sumbangan terendah adalah lamanya wanita bekerja yaitu sebesar 0,63%. PEMBAHASAN 1. Pengaruh umur kawin pertama dengan fertilitas Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara usia kawin pertama istri dengan fertilitas. Semakin rendah usia kawin

pertama maka semakin tinggi tingkat fertilitasnya. Hasil penelitian ini didukung pernyataan Lucas (1987:86) bahwa usia perkawinan lebih tua dapat mempengaruhi fertilitas secara langsung maupun tidak langsung. Sikap-sikap seperti itu dapat menyebabkan seorang wanita kawin pada umur yang lebih tua, dan mungkin juga membatasi kelahiran anak-anaknya. Hal ini sesuai dengan penelitian Nur Hamidah (2001) yang berjudul Hubungan Antara Faktor-Faktor Demografi dan Non Demografi dengan Fertilitas Penduduk di Mojosari Kabupaten Mojokerto. menyatakan bahwa perempuan yang menikah pada usia relatif muda (< 15 tahun) akan memunyai anak relatif lebih banyak daripada mereka yang menikah pada usia lebih dewasa (20 tahun). 2. Pengaruh Lama Periode Reproduksi dengan Fertilitas Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara lama periode reproduksi dengan fertilitas. Semakin lama periode reproduksinya maka semakin tinggi fertilitas begitu juga sebaliknya. Tinggi rendahnya periode reproduksi di pengaruhi oleh usia kawin pertama seorang wanita. Hal ini sesuai dengan pendapat Daldjoeni (dalam Hamidah 2001:16) yang menyatakan terdapat kecenderungan bahwa pada waktu perkawinan yang lebih panjang, rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup lebih besar, sehingga dapat disimpulkan semakin lama periode reproduksinya maka akan semakin besar kesempatan untuk memiliki banyak anak. 3. Pengaruh Mortalitas Bayi terhadap Fertilitas Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat disimpulkan bahwa mempunyai hubungan (korelasi) yang signifikan antara jumlah anak lahir hidup terhadap mortalitas. Hal ini berarti semakin tinggi angka mortalitas bayi semakin tinggi pula fertilitas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Budijanto, bahwa mortalitas yang tinggi akan berpengaruh pada pengambilan keputusan kehamilan seorang ibu. Disamping itu ada juga perasaan khawatir kalau anak mereka kelak tidak mencapai dewasa, sehingga akan cenderung menambah anak sebagai cadangan. Dengan demikian jumlah anak yang masih hidup akan cenderung tinggi pula sehingga

mengakibatkan cepatnya pertumbuhan penduduk. Hasil penelitian Lesmana (2010) juga memberikan fakta bahwa tingkat mortalitas bayi mempunyai hubungan positif terhadap fertilitas. Semakin tinggi tingkat mortalitas bayi maka semakin tinggi tingkat fertilitasnya. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran bila anak mati maka harus ada cadangan anak yang masih hidup. 4. Pengaruh Lama Pemakaian Alat Kontrasepsi terhadap Fertilitas Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama penggunaan alat kontrasepsi dengan fertilitas. Semakin panjang waktu pemakaian alat kontrasepsi maka semakin tinggi tingkat fertilitasnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Murtini (2000:52) bahwa wanita yang memakai alat kontrasepsi mempunyai anak lebih banyak karena ibu-ibu menggunakan alat kontrasepsi setelah mereka memiliki anak lebih dari tiga. 5. Pengaruh Lama Wanita Bekerja terhadap Fertilitas Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lama bekerja mempunyai hubungan (korelasi) yang sangat kecil (tidak signifikan) sehingga dianggap tidak memiliki hubungan terhadap fertilitas. Dengan demikian dapat disimpulkan lamanya wanita bekerja tidak akan mempunyai hubungan dengan tinggi rendahnya fertilitas. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Bakir (1984) bahwa hubungan antara fertilitas dengan angkatan kerja wanita sebagai hubungan kausal yang bersifat timbal balik, dimana satu sama lain saling memengaruhi. Selain itu berbagai penelitian di negara maju menunjukkan bahwa hubungan antara fertilitas dan angkatan kerja wanita bersifat negatif. Ini berarti wanita yang bekerja cenderung mempunyai anak lebih sedikit dan lebih aktif menggunakan kontrasepsi jika dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja, sebaliknya di negara negara berkembang hubungan negatif ini hanya ditemukan pada pekerjaan di sektor modern atau formal di daerah perkotaan, sedangkan pada pekerjaan disektor informal di daerah perkotaan maupun di pedesaan marginal, fertilitas wanita yang tidak bekerja tidak berbeda dengan mereka yang tidak bekerja bahkan di beberapa negara berkembang wanita yang

bekerja di sektor pertanian di daerah pedesaan ternyata mempunyai anak lebih banyak dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja. Dalam penelitian ini rata-rata responden bekerja usaha sendiri sehingga meskipun bekerja tetap memiliki banyak waktu untuk berada dirumah jadi dengan kata lain lama tidaknya wanita bekerja tidak memengaruhi tingi rendahnya fertilitas. KESIMPULAN Setelah dilakukan analisis data secara bertahap maka dapat dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas wanita pekerja sektor informal di Kabupaten Mojokerto antara lain umur kawin pertama, lama periode reproduksi, mortalitas, lama pemakaian alat kontrasepsi, dan lama wanita bekerja. 2. Variabel yang memberikan bobot sumbangan terbesar adalah lama periode reproduksi, sedangkan variabel yang memberikan bobot sumbangan terkecil adalah lama wanita bekerja. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka terdapat beberapa saran agar tingkat fertilitas dapat ditekan dan dikendalikan: 1. Pemakaian alat kontrasepsi oleh pasangan berusia subur harus lebih ditingkatkan lagi dan digunakan minimal sebelum memiliki anak lebih dari 3. Sehingga diharapkan lama pemakaian alat kontrasepsi dapat menekan angka fertilitas. 2. Meningkatkan penyuluhan-penyuluhan dan mutu layanan keluarga berencana (KB) agar masyarakat mengerti batasanbatasan kelahiran secara benar serta cara penggunaannya dan tujuannya.