FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN

Download Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyaknya terdapat faktor-faktor yang menghambat perkembangan kreativitas anak. Penelitian ini dituju...

0 downloads 493 Views 117KB Size
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KREATIVITAS ANAK DI TK/PAUD AL-IKRAM LADANG KONSI KABUPATEN SOLOK SELATAN

ARTIKEL

Oleh: SISKA NEVAL PROIDA NPM: 12060206

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2016

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KREATIVITAS ANAK DI TK/PAUD AL-IKRAM LADANG KONSI KABUPATEN SOLOK SELATAN Oleh: Siska Neval Proida* Alfaiz, S.Psi. I., M.Pd** Rila Rahma Mulyani, M.Psi., Psikolog** Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyaknya terdapat faktor-faktor yang menghambat perkembangan kreativitas anak. Penelitian ini ditujukan untuk melihat: 1) faktor pendukung kreativitas anak dilihat dari lingkungan sekolah, 2) faktor pendukung kreativitas anak dilihat dari lingkungan keluarga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif. Informan kunci yaitu guru dan orang tua, informan tambahan yaitu sepupu orang tua. Instrumen yang digunakan penelitian ini adalah pedoman wawancara. Analisis data berupa reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: 1) Faktor pendukung kreativitas anak di sekolah adalah dengan menghormati pertanyaan-pertanyaannya, menghormati gagasan-gagasannya, memberikan kesempatan untuk belajar atas prakarsa sendiri, memberi penghargaan dan meluangkan waktu bagi anak, 2) Faktor pendukung kreativitas anak di keluarga adalah dengan menghargai pendapat anak, memberi waktu untuk berfikir, membiarkan anak mengambil keputusan sendiri, menunjang dan mendorong kegiatan anak, memuji anak, mendorong kemandirian anak, serta melatih hubungan kerjasama yang baik dengan anak. Kata Kunci: Perkembangan kreativitas anak

1

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KREATIVITAS ANAK DI TK/PAUD AL-IKRAM LADANG KONSI KABUPATEN SOLOK SELATAN Oleh: Siska Neval Proida* Alfaiz, S.Psi. I., M.Pd** Rila Rahma Mulyani, M.Psi., Psikolog** Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This research was motivated by the many there are factors that hinder the development of children's creativity. This study aimed to see: 1) factors supporting the creativity of children seen from the school environment, 2) factors supporting the creativity of children visits from the family environment. This study used a qualitative approach is descriptive. The key informant that teachers and parents, ie additional informants cousin parents. Instruments used this research as interview guides. Analysis of the data in the form of data reduction, data presentation and conclusion. Results of the study revealed that: 1) Factors supporting the creativity of children in school is with respect to his questions, respecting the ideas, providing an opportunity to learn on their own initiative, recognizing and taking time for children, 2) Factors supporting the creativity of children in the family is to respect the opinion of the child, giving time to think, let children make their own decisions, to support and encourage children, praise the child, encourage the child's independence, as well as to train good cooperative relationship with the child. Keywords: development of children's creativity

bahkan mungkin mematikan keinginan mereka untuk belajar sesuatu. Menurut Supriadi (2001:7) kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya. Dalam era pembangunan ini tidak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif. Berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru dan anggota masyarakatnya. Untuk mencapai hal itu, perlulah sikap dan perilaku kreatif dipupuk sejak dini, agar anak didik kelak tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan baru dan pencari kerja, tetapi mampu menciptakan pekerjaan baru. Menurut Kurniati dan Rachmawati (2010:38) pesona dan rasa takjub, mengembangkan imajinasi, rasa ingin tahu serta banyak bertanya merupakan sikap natural anak yang mendasar yang sangat menunjang tumbuhnya kreativitas. Dengan potensi kreativitas alami yang dimilikinya, maka anak akan senantiasa membutuhkan

PENDAHULUAN Setiap peserta didik telah memiliki berbagai potensi, termasuk potensi kreatif. Meskipun demikian, berbagai potensi tersebut tidak akan berkembang dengan baik tanpa lingkungan yang kondusif dan bantuan dari orang dewasa sekitarnya. Untuk kepentingan tersebut diperlukan manajemen pengembangan kreativitas anak usia dini agar dapat memberikan layanan yang optimal bagi perkembangan anak. Semenjak bayi, peserta didik sudah mempunyai kemampuan untuk mempelajari sesuatu dan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan usianya. Semakin bertambah usianya, semakin terampil menggunakan berbagai perangkat yang lebih lengkap untuk mempelajari dan menghasilkan sesuatu, disebut dengan bakat dan minat. Agar minat dan kreativitas tersebut dapat berkembang secara optimal, perlu ada rangsangan-rangsangan dari lingkungannya. Hal ini penting, karena ketika kita membatasi cara mereka mempelajari sesuatu, dengan sendirinya akan menghambat mereka dalam memahami sesuatu yang lebih besar, atau

2

aktivitas yang syarat dengan ide kreatif. Secara alami rasa ingin tahu dan keinginan untuk mempelajari sesuatu itu telah ada dan dikaruniakan Tuhan. Maka secara natural anakpun memiliki kemampuan untuk mempelajari sesuatu menurut caranya sendiri. Potensi kreativitas alami yang dimiliki anak dapat berkembang melalui dukungan dari lingkungan sekitarnya. Uraian di atas mengandung makna bahwa kreativitas perlu dikembangkan sejak usia dini. Kreativitas merupakan kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa produk atau gagasan yang dapat diterapkan dalam memecahkan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat unsurunsur yang sudah ada sebelumnya. Untuk mengembangkan kreativitas yang dimiliki anak, tentu akan dipengaruhi oleh lingkungan yang mendukung kreativitasnya. Menurut KBBI mempengaruhi adalah sesuatu yang memiliki efek tertentu perubahan. Mengubah sesuatu atau menyebabkan sesuatu terjadi. Kemudian, menurut Lehman (Akbar, 2001:27) beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas yaitu lingkungan, tekanan keuangan, kurangnya waktu bebas. Pengaruh lingkungan lebih berpengaruh terhadap munculnya ekspresi kreativitas, kreativitas bisa tampil dini dalam kehidupan anak dan terlihat pada saat ia bermain. Secara bertahap akan terpancar dibidang kehidupan yang lain. Adipura, 2001 (Susanto, 2011:123) mengemukakan tentang lima bentuk interaksi guru dan siswa di kelas yang dianggap mampu mengembangkan kecakapan kreatif siswa, yaitu: 1. Menghormati pertanyaan-pertanyaan yang tidak biasa. 2. Menghormati gagasan-gagasan yang tidak biasa serta imajinatif dari siswa. 3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar atas prakarsa sendiri. 4. Memberi penghargaan kepada siswa. 5. Meluangkan waktu bagi siswa untuk belajar dan bersibuk diri tanpa suasana penilaian. Faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas anak tidak hanya dari segi lingkungan sekolah saja, lingkungan keluarga juga sangat berperan penting dalam perkembangan kreativitas anak. Menurut Munandar, 2004 (Susanto, 2011:125) mengungkapkan bahwa dari berbagai penelitian diperoleh hasil bahwa sikap orang tua yang dapat memupuk kreativitas anak antara lain:

1. Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya. 2. Memberi waktu pada anak untuk berpikir, merenung dan mengkhayal. 3. Membiarkan anak mengambil keputusan sendiri. 4. Mendorong kesulitan anak. 5. Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba, dilakukan, dan apa yang dihasilkannya. 6. Menunjang dan mendorong kegiatan anak. 7. Menikmati keberadaannya bersama anak. 8. Memberikan pujian yang sungguhsungguh kepada anak 9. Mendorong kemandirian anak dalam bekerja. 10. Melatih hubungan kerjasama yang baik dengan anak Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan kreativitas anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan, yaitu lingkungan memberi peran yang sangat besar dalam membentuk sikap, kepribadian dan pengembangan kemampuan anak secara optimal. Anak yang tidak mendapat lingkungan yang baik untuk merangsang pertumbuhan otaknya, misalnya jarang disentuh, jarang diajak bermain, jarang diajak berkomunikasi, maka perkembangannya akan lebih kecil dari teman seusianya. Hal ini menunjukkan bahwa anakanak berhak mendapat pengajaran, baik yang diselenggarakan di jalur pendidikan formal, informal, maupun di jalur nonformal. Pengamatan yang telah peneliti lakukan di TK/PAUD Al-Ikram Ladang Konsi pada tanggal 12 Februari 2016 terdapat bahwa adanya anak-anak yang belum mampu mengembangkan kreativitas dan bakat yang dimilikinya seperti berolahraga dan menggambar, kurangnya sarana dan prasarana bermain untuk anak yang ada di sekolah menjadi salah satu penghambat anak-anak untuk memunculkan ide-ide kreatifnya, contohnya saja sarana bermain alat musik, menggambar, dan berolahraga untuk anakanak. Sehingga hal tersebut membuat anak merasa bosan dengan permainan yang telah ada karena tidak adanya inovasi-inovasi baru untuk menumbuhkan kreativitas si anak. Hasil pengamatan selanjutnya yang dilakukan pada lingkungan keluarga anak, terdapat bahwa kurangnya dukungan dari lingkungan terhadap kreativitas yang dibuat anak, contohnya saja anak mampu membuat bunga dari kertas meskipun acak-acakkan, dalam hal ini keluarga tidak mengacuhkan karya yang dibuat anak, bahkan kadang anak

3

dicemeehkan oleh kakaknya, sehingga membuat anak malu untuk melakukan sesuatu yang baru baginya. Serta pola asuh orang tua yang terlalu mengekang anak, seperti tidak boleh bermain keluar rumah, pulang sekolah tidur dan bermain sendiri di rumah, sehingga hal ini membuat anak tidak dapat mengembangkan kreativitasnya karena anak merasa terikat dengan peraturan yang dibuat oleh orangtua nya. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 13 dan 14 Februari 2016 dengan guru dan orang tua, bahwa menurut guru anak-anak yang sekolah di TK/PAUD Al-Ikram kurang kreatif, adapun beberapa anak yang kreatif di sekolah itu hanya sedikit, kurangnya sarana dan prasarana bermain yang ada membuat anak tidak mampu mengembangkan kreativitas yang ada pada diri mereka, dan terkadang anak-anak yang tinggal disekitar sekolah pun sering bermain ke sekolah tersebut. Sehingga permainan yang ada di sekolah banyak yang rusak dan tidak layak untuk dipakai lagi. Adapun anak-anak yang kreatif itu yaitu, mereka mampu membuat permainan sendiri yang membuat mereka merasa senang seperti membuat pesawat dari kertas, dan membuat permainan dari sandal, ban motor dan ban mobil bekas. Kemudian, guru yang ada di sekolah pun juga sedikit sehingga guru-guru pun merasa kewalahan dengan-dengan anak-anak sekarang yang juga nakal serta susah diatur, ditambah lagi lingkungan sekolah TK/PAUD juga dekat dengan SD sehingga anak cenderung bermain dengan anak-anak SD yang ada disekitar, dan anak mudah terpengaruh oleh kenakalan-kenakalan anakanak SD yang ada didekat sekolah. Wawancara yang peneliti lakukan dengan orangtua mendapatkan informasi bahwa anak-anak saat ini sangat susah diatur dan anak lebih suka bermain game online bersama kakaknya dibandingkan belajar dan bermain di rumah, anak kurang mampu menciptakan sesuatu yang baru, dimana kebanyakan anak saat ini lebih suka meniru hal-hal ataupun permainan yang dibuat maupun yang dilakukan oleh kakaknya, contohnya anak lebih suka menonton kakak nya bermain game sehingga hal ini membuat anak menjadi malas dan membuat anak menjadi kurang berinteraksi dengan orang lain, serta anak lebih banyak menghabiskan waktunya selama berjam-jam di depan komputer dan ini sangat mempengaruhi jadwal kegiatan belajar anak sehari-hari. Namun, dari berbagai hal yang menghambat

kreativitas anak di atas, masih ada bentukbentuk kreativitas yang dibuat oleh sebagian anak, seperti kreativitas yang sering ditunjukkan oleh anak yaitu membuat mainan dari roda motor yang sudah tidak dipakai lagi, dan membuat mobil-mobilan dari sandal bekas. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah peneliti jelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa banyak terdapat faktor-faktor yang menghambat perkembangan kreativitas anak. Dalam hal ini, tentu tidak keseluruhan anak terhambat kreativitasnya, meskipun lingkungan tidak mendukung, anak tentunya masih mampu mengembangkan kreativitas yang dimiliki seperti hal anak yang berinisial VN ia mampu membuat permainan dari roda motor yang sudah tidak dipakai lagi, dan anak yang berinisial RG membuat mobil-mobilan dari sandal bekas. Maka peneliti ingin melihat lebih jauh seperti apa faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas anak di TK/PAUD Al-Ikram Ladang Konsi. Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka fokus penelitian ini adalah: 1. Faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas anak dilihat dari lingkungan sekolah. 2. Faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas anak dilihat dari lingkungan keluarga. Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan “Apakah semua anak terhambat berkreativitas dan seperti apa faktor yang mempengaruhi kreativitas anak di TK/PAUD Al-Ikram Ladang Konsi?” Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas anak dilihat dari lingkungan sekolah. 2. Faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas anak dilihat dari lingkungan keluarga. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Darmawan (2013:37) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menyajikan data-data, menganalisis dan menginterprestasi. Sedangkan, Bogdan dan Taylor (Moleong, 2002:3) menyatakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

4

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang atau perilaku yang diamati. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa wawancara. Menjamin keabsahan data dan kepercayaan data penelitian yang peneliti peroleh dapat dilakukan dengan cara, yaitu; 1) kepercayaan (credibility), 2) keteralihan (transferability), 3) dapat dipercaya (depenability). Data ini diuji dengan menggunakan berbagai sumber buku yang terkait dengan temuan di lapangan serta mengadakan membercheck, setelah itu dianalisis dengan 3 tahap; 1) reduksi data 2) penyajian data dan 3) penarikan kesimpulan.

merasa senang jika peserta didik mampu mengeluarkan ide-ide kratif yang tidak diduga oleh guru, dalam hal ini guru memberi dorongan agar peserta didik lebih kreatif lagi serta memberikan fasilitas untuk mendukung perkembangan kreativitasnya. Menurut Susanto (2011:13) berikan dukungan kepada anak tentang banyak hal, baik bersifat material seperti permainan, atau hadapkan anak dengan berbagai persoalan dan dampingi mereka untuk belajar bagaimana menyikapi persoalan ini. Berikan perhatian penuh pada anak karena perhatian yang diberikan kepada anak akan membuat kemampuan dan kecerdasannya terus tumbuh dan berkembang. Jadi, para pendidik harus siap untuk menerima apapun karya anak, dukungan mental bagi anak sangat diperlukan karena dengan adanya dukungan mental anak akan merasa dihargai dan diterima keberadaanya sehingga ia akan berkarya dan memiliki keberanian untuk memperlihatkan kemampuannya. c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar atas prakarsa sendiri Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa kondisi sekolah yang menyenangkan akan membantu perkembangan kreativitas peserta didik, serta pemilihan strategi pembelajaran yang tepat untuk peserta didik belajar sendiri, seperti strategi belajar sambil bermain sangat disenangi dan disukai oleh peserta didik. Menurut Susanto (2011:176) konsep belajar yang paling sesuai bagi perkembangan anak usia dini ialah belajar sambil bermain. Dengan cara ini dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi, bereksperimen, dan memanipulasi yang penting untuk merancang pengetahuan dan kontribusi terhadap perkembangan pemikiran yang representatif. Melalui bermain, anak juga dapat mengembangkan imajinasinya dan kreativitasnya. Jadi, untuk mengembangkan kreativitas, guru sebaiknya memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berekspresi dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kreativitas Anak 1. Sekolah a. Menghormati pertanyaanpertanyaan yang tidak biasa Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa bahwa bertanya akan membuka wawasan dan pengetahuan peserta didik, sebagai seorang pendidik tidak boleh menghentikan atau menghambat peserta didik tersebut untuk bertanya karena ini akan menghambat perkembangan kognitifnya dan peserta didik tidak mau lagi untuk bertanya. Menurut Susanto (2011:9) selain tumbuh dan berkembang, anakanak adalah pribadi yang kreatif, suka bertanya, rasa ingin tahu (curiositas) yang tinggi, suka berimajinasi. Kalau anak bertanya tentang sesuatu, jawablah sesuai usia anak. Penjelasan yang berbelit-belit akan susah diterima anak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak usia dini memiliki pribadi yang unik, sebagai seorang pendidik harus mengenali dan memahami secara baik dunia anak-anak. Karena dunia anakanak itu unik, penuh kejutan, serba ingin tahu, dunia bermain dan belajar akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan anakanak itu sendiri. b. Menghormati gagasan-gagasan yang tidak biasa serta imajinatif dari siswa Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menunjukkan ide-ide kreatifnya, guru

5

mengeksplorasi kegiatan yang mereka inginkan. Dengan demikian guru perlu menyiapkan berbagai pendekatan, metode dan media pembelajaran yang akan membuat anak bebas mengeksplorasi dan mengekspresikan dirinya. d. Memberi penghargaan kepada siswa Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa bahwa semangat dan pujian yang diberikan kepada peserta didik agar dapat memotivasi peserta didik untuk berprestasi, karena peserta didik akan merasa senang ketika diberi pujian dari pada hadiah, kalau hadiah yang diberikan, nanti ketika guru tidak lagi memberikannya hadiah ia akan kehilangan semangat. Menurut Susanto (2011:13) lemparkan pujian kepada anak ketika ia telah menguasai sebuah kebiasaan sekecil apa pun. Berikan pula pujian ketika ia menunjukkan hasil karyanya. Ketika kemampuan anak telah mulai terlihat, giliran menyalurkannya dengan baik. Penghargaan yang kita berikan akan memacu motivasinya untuk terus mencoba. Jadi, penghargaan sangat penting diberikan terhadap peserta didik supaya peserta didik termotivasi dalam belajar meskipun penghargaan yang diberikan sangat sederhana tetap akan membantu prestasi peserta didik. e. Meluangkan waktu bagi siswa untuk belajar dan bersibuk diri tanpa suasa penilaian. Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa kegiatan yang sering dilakukan sekolah biasanya rekreasi, seperti manasik haji dan setelah itu peserta didik diminta untuk menceritakan pengalamannya, hal ini akan membantu perkembangan kognitif peserta didik, serta sosial emosionalnya. Menurut Susanto (2011:170) menciptakan proses pendidikan dan pembelajaran yang memberikan wahana untuk pengembangan sosial anak secara positif. Misalnya, menciptakan area permainan drama dan area lainnya yang relevan. Menurut peneliti untuk menumbuhkan kreativitas anak, mereka perlu dihadapkan pada berbagai kegiatan baru yang bervariasi. Kegiatan

baru ini akan memperkaya ide dan wawasan peserta didik tentang segala sesuatu. Jika seorang guru hanya mengandalkan kegiatan rutin saja, ia akan kehilangan semangat dan motivasi untuk mengajar. Begitu pula dengan peserta didik, mereka akan kehilangan rasa ingin tahu dan motivasinya untuk belajar. Seorang pendidik yang kreatif akan sangat memahami kondisi ini, sehingga terus mengembangkan dirinya dan berinteraksi dengan hal baru. Jadi, kegiatan-kegiatan menyenangkan yang dilakukan peserta didik akan meningkatkan kognitifnya dan peserta didik akan mendapatkan informasi atau pengetahuan yang belum diketahuinya, sehingga anak akan berpikir kreatif. 2. Keluarga a) Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa dalam menghargai pendapat anak yaitu mendengarkan lalu merespon pendapatnya, apabila pendapat anak itu baik serta bisa diterima, maka orang tua mengikuti pendapatnya. Namun, jika pendapatnya tidak baik atau akan merugikan dirinya maka orang orang tua memberi pendapat yang lain dengan cara membujuk anak dan mengarahkan ke yang baik. Menurut Susanto (2011:171) berikan kesempatan pada anak untuk berani meyatakan pendapatnya, baik bersifat penolakan maupun yang mendukung dengan cara-cara positif. Menurut peneliti orang tua membantu mengembangkan kemampuan anak dalam berkomunikasi baik di dalam keluarga maupun di lingkungan sekitarnya serta orang tua harus mengajarkan bagaimana cara menghargai pendapat orang lain dan itu dimulai dari cara orang tua itu sendiri dalam menghargai pendapat anak. Jadi, mendengarkan dan menghargai pendapat anak merupakan salah satu bentuk pola asuh yang mengedepankan partisipasi anak, membebaskan anak untuk berpendapat, namun orang tua tetap harus memberikan pendampingan yang baik dan bisa mengarahkan anak dengan cara yang tepat.

6

anak tidak kecewa dengan orang tuanya. Menurut Susanto (2011:4) memberikan kesempatan pada anak untuk menentukan pilihannya, apabila pilihan anak tidak tepat atau ditolak, maka jelaskan alasan penolakan ini kepada anak. Menurut peneliti ketika anak ingin mengambil keputusan sendiri, sebagai orang tua kita menghargai keputusan anak tersebut meskipun nantinya kita akan membantah keputusannya, setidaknya anak telah berani untuk mengambil keputusan sendiri, dan ini merupakan awal yang baik untuk perkembangan anak, dan jika keputusan itu tidak baik sebagai orang tua kita dapat mengatakan “pintar kakak mengambil keputusan, keputusannya bagus, namun, lebih bagus lagi yang ini” dengan seperti ini orang tua sekaligus mengajarkan kepada anak bagaimana cara menghargai orang lain. Jadi, memilih adalah satu hal yang harus kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, begitupun dengan anak-anak, itu sebabnya, sejak dini anak sudah harus dididik agar bisa dan mampu mengambil keputusan. Tapi, tentu saja tetap harus ada batasan. d) Mendorong kesulitan anak Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa yang dapat dilakukan orang tua ketika anak menemui kesulitan dalam melakukan sesuatu yaitu terlebih dahulu orang tua menanyakan kesulitan yang ditemui anak, kemudian mengajarkan/membantu untuk menyelesaikan kesulitan tersebut tanpa memarahi anak serta senantiasa mendampinginya. Menurut Susanto (2011:14) orang tua dapat mengarahkan kemampuan anak, misalnya jika anak suka membaca, beri ia buku cerita berwarna dan ajak bercerita bersama. Setelah mengarahkan, orang tuapun berkewajiban untuk mendampingi sang anak dalam setiap aktivitasnya. Selain memberikan rasa nyaman dan aman bagi anak, orang tua juga dapat mengetahui kemampuan mana yang lebih menonjol. Menurut peneliti orang tua harus menunjukkan bentuk perhatiannya

b) Memberi waktu pada anak untuk berpikir, merenung dan mengkhayal Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa untuk mendorong anak mengungkapkan apa yang diinginkannya yaitu sebagai orang tua dapat memposisikan diri sebagai teman bagi anak, sehingga anak tidak merasa takut menceritakan apa yang terjadi serta apa yang diinginkannya. Kemudian orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk memilih sesuatu yang diinginkannya dan orang tua tidak memaksakan anak untuk memilih pilihan orang tuanya. Menurut Susanto (2011:15) jika kita menemukan anak seperti terlihat sedih karena ada masalah dan belum mau becerita, tidak apa, jangan pernah dipaksa bicara. Semakin dipaksa maka ia akan semakin menutup mulutnya, kita cukup berbicara, “mama senang jika kakak mau bercerita. Mama siap mendengarkan, dan seterusnya”. Menurut peneliti, sebagai orang tua dapat membantu anak mengungkapkan apa yang diinginkannya yaitu dengan mengajarkan keterbukaan pada anak, dan itu dimulai dari orang tua terlebih dahulu, mengajak anak untuk sering bercerita dan bergurau bersama anak serta memberikan kesempatan pada anak untuk mau menceritakannya pada orang tua dan orang tua jangan mendesak anak untuk mau bercerita atau cepat dalam memilih keinginannya. Jadi, memberikan kesempatan pada untuk berpikir atas apa yang akan dipilih, dipikirkannya, dan tidak mendesak anak untuk mau menceritakan apa yang ia sedang pikirkan, biarkan anak untuk berpikir terlebih dahulu. c) Membiarkan anak mengambil keputusan sendiri Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa ketika anak ingin mengambil keputusan sendiri hal yang dilakukan orang tua biasanya adalah apabila keputusan itu benar, orang tua akan mendukungnya. Namun, jika keputusan tersebut tidak sesuai/tidak baik untuknya maka orang tua mencarikan solusi yang lain agar

7

terhadap anak, apalagi terhadap kesulitan yang ditemui anak, orang tua dapat membantu dengan mengenali potensi anaknya terlebih dahulu, setelah itu orang tua memberikan fasilitas dan mendorong anak tersebut dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dan orang tua selalu memberikan semangat serta selalu melihat perkembangan anak. Jadi, orang tua harus memberi contoh yang baik bahwa bukan hanya anak saja yang harus belajar, orang tua juga harus mau belajar, termasuk berbagai metode pendidikan anak sehingga dapat ditanamkan pemikiran bahwa belajar itu tidak mengenal waktu dan usia serta membantu menyelesaikan kesulitan yang ditemui anak sehingga anak mampu mengukir prestasi yang membanggakan. e) Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba, dilakukan, dan apa yang dihasilkannya Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa cara orang tua meyakinkan anak bahwa mereka menghargai apa yang ingin dicoba anak yaitu orang tua terlebih dahulu melihat hal seperti apa yang ingin dicobanya. Jika keinginan barunya tersebut tidak akan merusak dirinya, orang tua akan mendukung dan memfasilitasinya. Namun, jika keinginan baru tersebut akan merusak dirinya, maka orang tua melarang anak dengan mengalihkan pada sesuatu baru lainnya. Kemudian, orang tua akan memberikan pujian dan semangat terhadap prestasi atau apa yang dihasilkan anak. Menurut Susanto (2011:8) anakanak ingin menunjukkan bahwa dirinya berbeda dengan orang tuanya. Sifatnya ini sebenarnya menunjukkan perkembangan daya berpikir anak. Jadi selama orang tua memberikan alasan yang jelas atas setiap larangan atau perintah, anak juga akan mengerti. Menurut peneliti setiap apa yang ingin dicoba anak orang tua hendaknya menghargai apa yang dicoba yaitu orang tua memberikan penghargaan terhadap keberanian sang anak seperti pujian. Namun, jika apa yang dicoba anak akan merusaknya, orang tua hendak nya melarang anak dengan

memberikan alasan yang bisa diterima oleh akal anak dan dengan bahasa yang sesuai dengan usia anak. Jadi, sikap orang tua yang menghargai, merespon dan perhatian sangat membantu perkembangan kreativitas anak, orang tua menghargai apa yang ingin dicoba, dilakukan dan dihasilkan anak. f) Menunjang dan mendorong kegiatan anak Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa sikap orang tua dalam mengontrol kegiatan anak yaitu memberikan perhatian pada anak ketika anak sedang bermain, orang tua selalu mengingatkan aktifitas yang selalu dilakukannya pada anak, seperti kapan waktu sekolah, mengaji dan bermain, dan orang tua membantu melakukan sesuatu kegiatan yang diinginkan/disenangi anak. Menurut Susanto (2011:4) dunia anak adalah dunia bermain. Kita boleh biarkan mereka bermain, basahbasahan, main pasir dan seterusnya. Akan tetapi, yang tetap harus kita perhatikan adalah jangan sampai kita terlena dengan dunia bermain kemudian kita biarkan mereka lepas tanpa kontrol yang memadai. Menurut peneliti, bahwa setiap kegiatan yang dilakukan anak, orang tua memberikan kebebasan terhadap apa yang disenanginya dalam melakukan sesuatu, baik itu bermain di dalam rumah maupun di luar rumah, namun, sebagai orang tua tidak melepaskan anak begitu saja, tetap memberikan pengawasan kepada anak karena nantinya jika orang tua lepas kontrol, hal yang tidak diinginkan bisa saja terjadi pada anak. Peneliti setuju dengan pendapat di atas. Jadi, orang tua percaya dan memberikan kebebasan terhadap kegiatan yang dilakukan anak, namun tetap dalam pengawasan dan kontrol dari orang tua. g) Menikmati keberadaan bersama anak Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa untuk menikmati keberadaan bersama anak orang tua pergi rekreasi ketempattempat yang disenangi anak dan membawa anak kepasar, kemudian

8

dalam hal ini orang tua memberikan aturan kepada anak bahwa jika dalam bepergian jangan pergi jauh-jauh dari orang tua. Menurut Susanto (2011:11) ada banyak sekali kegiatan menyenangkan yang bisa dilakukan bersama si kecil, bahkan kegiatan sederhana sekalipun. Saat kita bersamanya, fokuslah pada dirinya, dengan demikian ia tahu bahwa dirinya penting bagi kita. Menurut peneliti menikmati keberadaan bersama anak tidak selalu dengan membawa anak ketempattempat yang mewah sekalipun, karena ini akan menghabiskan banyak biaya, hal sederhana sekalipun dapat dilakukan untuk menikmati keberadaan bersama anak-anak seperti tertawa bersama anak-anak, bermain teka-teki, dan bersenda gurau bersama anakanak. Jadi, menikmati keberadaan bersama anak dapat mengajarkan anak bentuk kebersamaan bersama anak serta meyakinkan anak bahwa dirinya penting bagi orang tua dan bagian dalam keluarga. h) Memberikan pujian yang sungguhsungguh kepada anak Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa mengatakan “pintar anak mama” dan hadiah merupakan bentuk pujian yang diberikan orang tua kepada anak, pujian ini diberikan untuk memotivasi anak agar lebih baik lagi dan mampu menghasilkan karya yang lain serta anak merasa dihargai. Menurut Susanto ( 2011:11) pujilah usaha si kecil yaitu jangan terlalu memperhitungkan hasilnya, tetapi lihatlah pada usaha dan kerja kerasnya untuk menghasilkan. Dari sini anak akan belajar bahwa proses belajar itu berharga. Jadi, memberikan pujian dapat memupuk perilaku anak, memompa kepercayaan diri, membuat anak merasa dicintai, dihargai dan termotivasi. i) Mendorong kemandirian anak Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa orang tua memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan apapun yang ia bisa, tapi tetap dalam pengawasan.

Menurut Susanto (2011:11) membantu anak berpenampilan dan berperilaku baik. Penampilan dan perilaku baik membantu anak lebih percaya diri dan mandiri. Pakaian yang pantas, bersih dan serasi akan membantu anak tampil bagus. Menurut peneliti, orang tua dapat memberikan pujian serta bantuan terhadap kemandirian yang dilakukan anak, seperti anak mandi sendiri, orang tua menyediakan air dan mengingatkan anak untuk tidak mandi lama-lama dan berhati-hati agar air tidak masuk kedalam telinga. Peneliti setuju dengan pendapat di atas. Jadi, orang tua memberikan dorongan untuk anak melakukan sendiri kegiatan sehari-hari yang ia jalani, anak diberi kesempatan untuk melakukan hal yang diinginkan sendiri dan membantu anak melakukan kemandiriannya tersebut. j) Melatih hubungan kerjasama yang baik dengan anak Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa aktifitas keluarga di rumah yang dapat melatih kerjasama dengan anak yaitu makan bersama anak-anak, menonton bersama, serta sholat isya dan maghrib berjama’ah bersama anak, biasanya pada waktu makan dan menonton anak dan orang tua lebih banyak berinteraksi, kemudian melibatkan anak dalam membersihkan rumah. Menurut Susanto (2011:11) dengan melibatkan anak-anak pada kegiatan di rumah akan membantunya belajar tentang tanggung jawab. Sejak usia muda, biarkan pembagian tugas yang merata pada anak-anak, misalnya anak yang lebih kecil bertugas membersihkan kaca atau meyapu lantai. Dengan demikian, mereka akan merasa sebagai bagian dari rumahnya, dan keluarganya. Jadi, melatih hubungan kerjasama yang baik dengan anak, dimulai dari kebiasaan dalam keluarga dengan melibatkan anak dalam hal-hal sederhana sekalipun, dengan ini akan merasa bagian dari rumahnya dan keluarganya.

9

untuk melakukan hal-hal yang disenanginya, namun tetap dalam pengawasan orang tua, sehingga anak akan merasa dihargai, diperhatikan, dan disayangi oleh orang tuanya.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan pada tanggal 16 Mei 2016 sampai dengan tanggal 22 Mei 2016 di TK/PAUD Al-Ikram Ladang Konsi dengan guru dan orang tua anak yang di jadikan sebagai subjek penelitian tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas anak di TK/PAUD AL-Ikram Ladang Konsi Kabupaten Solok Selatan, dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas anak a. Sekolah Peran guru pada dasarnya mengarahkan anak-anak sebagai generasi unggul, setiap anak mempunyai keunikan tersendiri, begitupun halnya dengan cara guru menghormati, menghargai dan mendorong peserta didik dalam perkembangan kreativitasnya. Setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menunjukkan ide-ide kreatifnya, kondisi sekolah yang menyenangkan serta dorongan dari pendidik akan membantu perkembangan kreativitas peserta didik. Sebagai seorang pendidik tidak boleh menghentikan atau menghambat peserta didik tersebut untuk mengeluarkan ide-ide kreatifnya, tetapi memberikan dorongan yang akan menunjang perkembangan kreativitasnya seperti memberikan pujian terhadap karyanya, memberikan fasilitas, serta pemilihan strategi pembelajaran yang tepat. b. Keluarga Orang tua memegang peranan penting dalam menciptakan lingkungan yang menyenangkan bagi anak yaitu menghargai pendapat anak, mendengarkan lalu merespon pendapatnya, mendorong anak mengungkapkan apa yang diinginkannya dengan mengajak anak untuk bercerita-cerita, memberikan dukungan terhadap keberanian, kemandirian, serta karya anak, membantu anak ketika mengalami hambatan/kesulitan dalam melakukan sesuatu, melatih hubungan kerjasama yang baik bersama anak dengan melibatkan anak pada hal-hal kecil seperti membantu orang tua membersihkan rumah, serta memberikan kebebasan pada anak

SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut: 1. Guru, hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa percaya diri peserta didik serta dimana peserta didik merasa aman. 2. Orang Tua, diharapkan orang tua mampu memberikan stimulus-stimulus yang dapat menunjang kreativitas anak, orang tua perlu membekali anak dengan kualitaskualitas pribadi yang memungkinkan mereka menjadi pribadi yang kreatif serta kemampuan memfasilitasi aktifitasaktifitas kreatif anak. 3. Kepala Sekolah, diharapkan dapat memperhatikan keadaan sekolahnya dan melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan peserta didik untuk mengembangkan ide-ide kreatifnya. 4. Tokoh Masyarakat, diharapkan untuk dapat membantu anak dalam perkembangan kreativitasnya, memberikan/memperlihatkan contoh yang baik pada anak, karena sifat anak akan lebih cenderung meniru dan mencontoh. 5. Peneliti Selanjutnya, diharapkan bisa melakukan penelitian lanjutan tentang pentingnya peran guru dan orang tua dalam perkembangan kreativitas anak. KEPUSTAKAAN Akbar, Reni-Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Grasindo. Darmawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sujiono, Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks. Supriadi, Dedi. 2001. Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek. Bandung: Alfabeta. Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

10