FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU

Download secara seksual. Berdasarkan data hasil konsultasi remaja dari Centra Remaja. Khatulistiwa-PKBI Kalimantan Barat pada Desember 2007 menunjuk...

0 downloads 472 Views 512KB Size
Volume 2, Nomor 1 Juli 2015

FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014 Factors Related to Adolescent Sexual Behavior in “X” School of Health in 2014 Eka Frelestanty Program Studi Kebidanan STIKES Kapuas Raya Sintang ABSTRAK Sebuah survey yang dilakukan oleh Youth Risk Behavior Survei (YRBS) secara Nasional di Amerika Serikat pada tahun 2006 mendapati bahwa 47,8% pelajar yang duduk di kelas 9-12 telah melakukan hubungan seks, 35% pelajar SMA telah aktif secara seksual. Berdasarkan data hasil konsultasi remaja dari Centra Remaja Khatulistiwa-PKBI Kalimantan Barat pada Desember 2007 menunjukkan bahwa 15,95% klien melakukan hubungan seks pranikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja di STIKes X Kalimantan Barat tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat non eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiswa STIKes X yang duduk di semester 4 (empat). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 138 orang. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara sikap dengan perilaku seksual remaja (p value= 0,044). Untuk lebih meningkatkan pembinaan terhadap mahasiswa dan memperbanyak kegiatankegiatan yang positif (ekstrakulikuler) sehingga mengisi waktu luang mahasiswa dan meminimalisir melakukan kegiatan yang menyimpang. Kata Kunci : Perilaku Seksual pada Remaja ABSTRACT A survey conducted by the Youth Risk Behavior Survey (YRBS) nationally in the United States in 2006 found that 47,8% of students in grades 9-12 have had sex, 35% of high school students have been sexually active. Based on data of consultation results from the ‘Centra Remaja Khatulistiwa-PKBI’ of West Kalimantan in December 2007 showed that 15,95% of clients did premarital sex. This study aims to describe and know factors associated with adolescent sexual behavior in the X School Health West Kalimantan in 2014. This research is non experiment with quantitative approach. The population in this research is student of X School Health sitting on 4 th semester. The number of samples in this study was 138 people. The results showed there is an association between attitudes with adolescent sexual behavior (p value = 0.044). To improve further guidance to students and increase positive activities (extracurricular) so that fill the leisure time of students and minimize deviant activities. Keywords: Sexual Behavior in Adolescents. Pendahuluan Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995

ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan dapat terjadi perubahanperubahan psikologik serta kognitif. Perilaku seksual merupakan segala

37

Volume 2, Nomor 1 Juli 2015

tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, sesama jenis maupun lawan jenis. Perilaku seksual bermacammacam. (Sarwono, 2004). Sebuah survei yang dilakukan oleh Youth Risk Behavior Survei (YRBS) secara Nasional di Amerika Serikat pada tahun 2006 mendapati bahwa 47,8% pelajar yang duduk di kelas 9-12 telah melakukan hubungan seks, 35% pelajar SMA telah aktif secara seksual (Damanik, 2012). Hasil survei BKKBN 2010 menemukan sekitar 51% remaja di wilayah Jabodetabek sudah tidak perawan. Sebanyak 4% responden mengaku telah melakukan hubungan seksual sejak usia 16-18 tahun, dan 16 % melakukan pada usia 13-15 tahun. Kejadian seks pranikah di Surabaya mencapai 47%, di Bandung dan Medan 52%. Perilaku seks bebas di kalangan remaja berdampak pada kasus infeksi penularan HIV/AIDS yang cenderung berkembang di Indonesia. Berdasarkan data hasil konsultasi remaja dari Centra

Remaja Khatulistiwa-PKBI Kalimantan Barat pada Desember 2007 menunjukkan bahwa 15,95% klien melakukan hubungan seks pranikah (intercourse) dan mengalami kasus kehamilan pranikah sebesar 8,5%. Hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) yang dilakukan tahun 2007 di Kabupaten Sintang bahwa selama pacaran minimal sudah melakukan petting, yaitu 6% remaja perempuan dan 19% remaja laki-laki. Selain itu remaja yang pacaran sudah melakukan hubungan seksual, 1% dari remaja yang melakukan hubungan seksual berakhir dengan kehamilan dan 60% berakhir dengan aborsi (Tribunnews, 2012). Berdasarkan hasil wawancara dengan dosen bagian kemahasiswaan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X tentang kejadian hamil di luar nikah yang tercatat dari tahun 2010 sampai dengan Januari 2014 di salah satu Program Studi sejumlah 16 orang (5,8%) dari 276 orang.

Metode Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat non Experiment. Adapun pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan pendekatan .

kuantitatif dengan rancangan potong lintang (cross sectional). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu mahasiswa semester empat di STIKES X Kalimantan Barat tahun 2014.

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995

38

Volume 2, Nomor 1 Juli 2015

Hasil dan Pembahasan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur, Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Seksual Remaja di STIKes X Tahun 2014 Karakteristik Frekuensi (n) Presentanse (%) Umur < 20 tahun 38 27,5 ≥20 tahun 100 72,5 Pengetahuan Tinggi Rendah

77 61

55,8 44,2

Sikap Positif Negatif

90 48

65,2 34,8

Perilaku Seksual Berisiko Tidak Berisiko

39 99

28,3 71,7

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa lebih dari sebagian responden (72,5%) berumur lebih dari sama dengan 20 tahun, lebih dari sebagian responden (55,8%) memiliki pengetahuan yang baik mengenai perilaku seksual, dan lebih dari sebagian

responden (65,2%) memiliki sikap positif mengenai perilaku seksual. Sementara untuk perilaku seksual, lebih dari sebagian responden (71,7%) memiliki perilaku seksual yang tidak berisiko.

Tabel 2. Tabel Distribusi Silang Umur, Pengetahuan, Sikap Responden dengan Perilaku Seksual Remaja di STIKES X Tahun 2014 Karakteristik Perilaku seksual P Value Tidak beresiko Beresiko n % N % Umur <20 tahun 12 31,6 26 68,4 0,747 ≥ 20 tahun 27 27 73 73 Pengetahuan Tinggi 22 28,6 55 71,4 1,000 Rendah 17 27,9 44 72,1 Sikap Positif Negatif

31 8

Tabel 2 menunjukkan adanya hubungan antara sikap dengan perilaku seksual remaja di STIKES X (p value = 0,044). Hasil statistik menunjukkan

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995

34,4 16,7

59 40

65,6 83,3

0,044

tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku seksual remaja di STIKES X (p value = 0,747) dan antara pengetahuan dengan perilaku

39

Volume 2, Nomor 1 Juli 2015

seksual remaja di STIKES X (p value = 1,000). Hubungan antara Umur dan Perilaku Seksual Responden Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual salah satunya adalah dorongan rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang hanya dapat dipuaskan dan diwujudkan melalui pengalaman mereka sendiri. Faktor lingkungan tidak kalah penting memegang peranan adalah teman sepermainan, pasangan (pacar), media dan orang tua. pada usia ini adalah potensial aktif bagi mereka untuk melakukan perilaku seks bebas Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas). Peningkatan ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu (Sarwono, 2007). Makin dewasa seseorang, makin besar kemungkinan remaja untuk melakukan hubungan seks bebas. Hal ini dikarenakan pada usia ini adalah potensial aktif bagi mereka untuk melakukan perilaku seks bebas. Badan kesehatan dunia (WHO) membedakan dua kelompok usia kaum muda yaitu 10-19 tahun sebagai adolesence dan 15-24 tahun sebagai youth. Dalam praktek, kedua kelompok usia tersebut digolongkan menjadi satu yaitu young people atau kaum muda berusia 10-24 tahun. Responden berada pada rentang usia 18-24 tahun yang artinya remaja berada pada kategori lanjut. Pada masa ini remaja mulai berfikir untuk membina hubungan yang lebih serius, identitas seksualnya makin jelas dan mampu mengembangkan cinta yang disertai kasih sayang. Dengan adanya kematangan biologis dan adanya penundaan usia perkawinan dimana semakin tinggi tingkat

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995

pendidikan maka akan semakin panjang masa sebelum menikah akan mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks sebelum nikah. Hasil analisis bivariat ditemukan bahwa peluang pada umur kurang dari 20 tahun beresiko adalah 68,4% sedangkan peluang untuk umur lebih dan sama dengan 20 tahun untuk beresiko adalah 73%. Pembagian rentang umur ini dibuat berdasarkan umur rata-rata dikelas, dimana rata-rata mahasiswa semester empat diantara 1824 tahun. Dari hasil analisis bivariat juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dan perilaku seksual remaja (p=0,747) hal ini berarti umur tidak mempengaruhi perilaku seksual, yang artinya semua remaja beresiko untuk melakukan perilaku seksual yang beresiko. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sekarrini (2011) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku seksual remaja di Bogor. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Sarwono yang menyatakan bahwa semakin dewasa seseorang, makin besar kemungkinan remaja untuk melakukan hubungan seks bebas. Hal ini dikarenakan pada usia ini adalah potensial aktif bagi mereka untuk melakukan perilaku seks bebas Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas). Peningkatan ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu (Sarwono, 2007). Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku Seksual Responden Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi ternyata tidak berpengaruh terhadap remaja dalam melakukan hubungan seksual

40

Volume 2, Nomor 1 Juli 2015

pranikah. Remaja yang tahu maupun yang tidak tahu tentang kesehatan reproduksi tidak berpengaruh terhadap sikap mereka melakukan hubungan seksual pranikah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang tinggi belum tentu tidak akan berperilaku seksual beresiko dan pengetahuan yang rendah tentang kesehatan reproduksi juga belum tentu pasti melakukan perilaku seksual yang beresiko. Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh perubahan lingkungan hidup, sosial dan budaya karena masa remaja adalah masa pencarian jati diri yang diterima oleh kelompoknya. Remaja mendapat banyak tekanan dari kelompoknya untuk diterima. Seringkali remaja tidak menyadari bahwa sikap berusaha diterima lingkungan bisa membuatnya terpapar pada perilaku beresiko (Kiting, 2004). Orang tua seharusnya pertama kali memberikan pengetahuan seksual bagi anaknya. Informasi dari teman, film, buku, internet yang hanya setengah-setengah tanpa pengarahan mudah menjerumuskan. Pengetahuan seksual bagi remaja bertujuan mempersiapkan remaja menghadapi pubertasnya. Melalui komunikasi orang tua dapat memberi tahu halhal tentang seksualitas dan perilaku beresiko dalam masa pubertas (Nugraha, 2002). Hubungan antara Sikap dan Perilaku Seksual Responden Berdasarkan analisis bivariat responden yang mempunyai sikap positif (mendukung) terhadap kesehatan reproduksi berpeluang untuk Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa lebih dari sebagian responden (71,7%) memiliki perilaku seksual yang tidak berisiko, bahwa

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995

melakukan perilaku seksual beresiko yaitu 65,6% sedangkan responden yang mempunyai sikap negatif (tidak mendukung) terhadap kesehatan reproduksi berpeluang untuk melakukan perilaku seksual beresiko yaitu 83,3 %. P value sama dengan 0,044 berarti ada hubungan antara sikap terhadap kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual. OR sama dengan 2,6 yang berarti sikap negatif 3 kali lebih beresiko dibandingkan dengan sikap positif. Dari hasil uji regresi ganda untuk sikap terhadap kesehatan reproduksi menduduki urutan kedua tingkat dominan variabel yang berhubungan dengan perilaku seksual dengan p=0,024 dan OR 2,842. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Kitting dan Jawiah bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap terhadap kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja. Walaupun terdapat kontradiksi dari penelitian Mahyar (2011) dan sekarrini (2011) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap terhadap kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja di Jakarta dan Bogor. Menurut Kitting (2004), remaja lebih mudah dipengaruhi oleh perubahan lingkungan hidup, sosial dan budaya karena masa remaja adalah masa pencarian jati diri yang diterima oleh kelompoknya. Remaja mendapat banyak tekanan dari kelompoknya untuk diterima. Seringkali remaja tidak menyadari bahwa sikap berusaha diterima lingkungan bisa membuatnya terpapar pada perilaku beresiko. lebih dari sebagian responden (72,5%) berumur lebih dari sama dengan 20 tahun, lebih dari sebagian responden (55,8%) memiliki pengetahuan yang baik mengenai perilaku seksual, dan lebih dari sebagian responden (65,2%)

41

Volume 2, Nomor 1 Juli 2015

memiliki sikap positif mengenai perilaku seksual. Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara umur dan pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja, adanya hubungan antara sikap terhadap kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2012). 60 Persen ABG Hamil Lakukan Aborsi {online}. Diakses tanggal 18 Februari 2014. Diakses dari http://pontianak.tribunnews.c om/2012/10/11/60-persenabg-hamil-lakukan-aborsi/

Pria Nikah Pada Remaja Di Indonesia: BKKBN

Damanik, Hotmelia. 2012. Pengaruh Paparan Media Internet dan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja SMA XYZ tahun 2012. Tesis. Program Studi Magister FKM USU Medan. Irawati dan Prihyugiarto, I. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Perilaku Seksual

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995

Kitting,

A.S., Siregar, S.R., Kusumaryani, M.S.W., Hidayat Z (2004). Menyiapkan Generasi Muda Yang Sehat & Produktif: Kebutuhan Akan Pelayanan dan Informasi Kesehatan Reproduksi. BKKBN bekerja sama dengan LD- FEUI & Bank DuniaRirin : Jakarta.

Nugraha (1995). Problem Seks dan Cinta Remaja. Bumi Aksara : Jakarta. Sarwono (2004) Psikologi Remaja. Raja Grafindo Persada : Jakarta.

42