HADHANAH SETELAH PERCERAIAN MENURUT - USU-IR

HADHANAH AFTER DIVORCE ACCORDING TO ISLAMIC LAW AND ITS APPLICATION AT MFDAN RELIGION COURT ABSTRACT Edi Sucipto1 H. Abdullah Syah2 H. Sanwani Nasutio...

34 downloads 543 Views 70KB Size
HADHANAH SETELAH PERCERAIAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN PENERAPANNYA DI PENGADILAN AGAMA MEDAN INTISARI Edi Sucipto 1 H. Abdullah Syah2 H. Sanwani Nasution3 Hj. Fathul Di annah4 Hadhanah adalah suatu kegiatan mengasuh, memelihara dan mendidik anak hingga ia dewasa atau mampu berdiri sendiri. Dalam pengertian lain bahwa hadhanah adalah suatu usaha merawat dan mendidik seseorang yang belum mumayyiz atau yang kehilangan kecerdasannya karena mereka tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Adapun dasar hukum disyariatkannya hadhanah ini telah tercantum dalam Al Qur'an surat Al Baciarah ayat 233. Selain dalam Al Qur'an, Perkara hadhanah juga ditemukan dalam hadfs Nabi SAW yang membicarakan hadhanah ini. Tidak ketinggalan juga Kompilasi Hukum Islam (KHI) secara tegas membahas hadhanah ini dalam Pasal 105. Dalam Undang-undang Perdata temyata perkara hadhanah ini telah diatur dalam Pasal 104. Walaupun hadhanah ini telah diterangkan Allah dalam Qur'an, atau telah dijelaskan Nabi SAW dalam hadisnya, namun sangat perlu diteliti secara ilmiah tentang ketentuan hadhanah di Pengadilan Agama Medan, dan faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya kelalaian orang tua atas tanggung jawab terhadap hadhanah anak. Untuk mengkaji berbagai permasalahan di atas, dilakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif dan sosiologis. Lokasi penelitian dilaksanakan di Pengadilan Agama Kelas I – A Medan. Untuk mendapatkan data primer secara lengkap, maka dilakukan wawancara terhadap beberapa hakim Pengadilan Agama Medan sebanyak 3 orang, panitera 3 orang, pengacara/advokat 3 orang dan beberapa masyarakat yang pernah mengajukan perkara hadhanah ke Pengadilan Agama Medan. Alat pengumpul data primer adalah kuesioner dan wawancara sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif baik deduktif maupun induktif Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua dan anak berkewajiban untuk melaksanakan pemeliharaan terhadap anaknya, tetapi bila terjadi perceraian antara kedua orang tua anak itu, maka pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya dan biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya. Ibu diutamakan dalam pemeliharaan anak dikarenakan beberapa hal, antara lain : Ibu merupakan orang yang menyusui selama ini, ia lebih memahami karakteristik anaknya, ia 1

Pengadilan Agama Medan Sumatera Utara Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Medan 3 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 4 Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Medan 2

Edi Sucipto : Hadhanah Setelah Terjadi Perceraian Menurut Kompilasi Hukum Islam…, 2004 USU Repository © 2007

memiliki rasa kesabaran yang lebih jika dibandingkandengan ayah anaknya dan ibu lebih memiliki waktu untuk mengasuh anaknya sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tata cara pelaksanaan putusan pemeliharaan anak adalah dengan melakukan pemaksaan terhadap tergugat yang tidak berwenang memelihara anaknya dan mengambil secara baik-baik anak tersebut untuk diserahkan kepada penggugat atau dengan menerapkan lembaga dwangsom untuk menekan secara psikologis kepada pihak yang tidak mentaati putusan pengadilan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang tua mengabaikan tanggung jawabnya terhadap anak. Faktor tersebut Pertama, keadaan orang tua yang kurang mampu (miskin). Karananya biaya harus ditanggung bersama antara ibu dan ayahnya. Kedua, istri memiliki kemampuan memberikan biaya hidup bagi anaknya. Ketiga, bekas swami yang sudah menikah dengan orang lain. Diharapkan kepada para. pejabat Pengadilan Agama supaya memahami dan menerapkan tata cara yang dapat dilakukan dalam proses perkara pemeliharaan anak, sehingga jika terjadi pengingkaran oleh pihak yang dihukum terhadap putusan yang dijatuhkan oleh pengadilan, dapat dilaksanakan dan diselesaikan secara adil sesuai aturan yang berlaku.

Kata- kata Kunci

: Hadhanah Perceraian Hukum Islam

Edi Sucipto : Hadhanah Setelah Terjadi Perceraian Menurut Kompilasi Hukum Islam…, 2004 USU Repository © 2007

HADHANAH AFTER DIVORCE ACCORDING TO ISLAMIC LAW AND ITS APPLICATION AT MFDAN RELIGION COURT ABSTRACT Edi Sucipto 1 H. Abdullah Syah2 H. Sanwani Nasution 3 Hj. Fathul Djannah4 Hadhanah is one of the activities of taking care of, nursing, and educating a child up to he/she grows adult and can support him/herself In other meaning, hadhanah is an effort of bringing up and educating someone who has not been mumayyiz or someone who has his/her intelligence because he/she cannot meet his/her own needs. The principle on which this hadhanah is based can be found in Qur'an, in the Surah Al-Baqarah 233. Besides in Qur'an, the case of hadhanah can also be found in the hadis of the prophet. Section 105 of the Islamic Law Compilation explicitly also discusses this hadhanah. In the Civil Law, the case of hadhanah is established in Section 104. Although hadhanah has been stated in Qur'an by God, or has been explained by the prophet in his hadis, but it is very important to investigate scientifically the provisions of hadhanah at Medan Religion Court and the factors which cause the negligence of the parents in taking care of, nursing, and educating their child. To analyze the various problems mentioned above, this research was performed using the method of normative and sociological law research. The location of this research was Medan Class I-A Religion Court. To obtain complete primary data, then there were interviews with there judges, there juries, there attorneys of the court and some of the members of the society which had ever sued for the case of hadhanah at this court. The tools of collecting primary data were questionnaires and interviews, while the secondary data were obtained through the study of bibliography. The data analysis was performed using the deductive and inductive, qualitative approaches. The results of the research show that the parents of the children have the obligations to take care of their children, but if the parents are divorced, then the responsibility for caring of the children who have not been mumayyiz or who are under the age of 12, is taken by the mother but the costs of the living is burdened on the father. 1

Medan Religion Court of North Sumatra Faculty of Syariah, State Islamic Institute North Sumatra 3 Faculty of Law, University of North Sumatra 4 Faculty of Syariah, State Islamic Institute North Sumatra 2

Edi Sucipto : Hadhanah Setelah Terjadi Perceraian Menurut Kompilasi Hukum Islam…, 2004 USU Repository © 2007

The mother has the obligation in taking care the children. This consideration is based on the following reasons: a mother is the one who breast-feeds the children. She knows the characters of her children. The results of this research show that the settings of the decisions concerning taking care of the children is by forcing the defendant who does not have any authority of taking care of children and taking the children to the plaintiff or by applying the dwangsom institution to press psychologically the party which disobeys the decisions of the court. There are some factors which cause parents to neglect their responsibilities for their children. They are: First, the parents are poor. Therefore, the costs should be burdened on the father and mother. Second, the wife has an ability to support the cost of the lives of her children. Third, the former husband had got married with other woman. It is hoped that the officials of the Religion Court understand and apply the settings of the process of the case concerning taking care of children, so that if there is any denial of party who has been punished on the judicial decisions, then it can be solved justly according to the prevailing regulations.

Key Words : Hadhanah Divorce Islamic Law

Edi Sucipto : Hadhanah Setelah Terjadi Perceraian Menurut Kompilasi Hukum Islam…, 2004 USU Repository © 2007