HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DENGAN RESILIENSI PADA

Download Sumbangan efektif self-esteem terhadap resiliensi pada remaja di Panti Asuhan ..... Resiliensi Remaja. Jurnal. Sains dan Praktik Psikologi...

2 downloads 808 Views 845KB Size
HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh NURFITRIA LAILI HIDAYATI F. 100 100 017

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Nurfitria Laili Hidayati Susatyo Yuwono Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta [email protected] Abstrak Remaja di panti asuhan bertanggung jawab atas hidupnya sendiri dalam menentukan masa depannya, sedangkan pada masa remaja masih membutuhkan pengarahan dari orang tua dalam menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan proses perkembangannya. Resiliensi dibutuhkan pada remaja di panti asuhan agar mampu keluar dari keadaan yang membuatnya tertekan. Salah satu faktor yang dapat membentuk resiliensi adalah self-esteem. Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui hubungan antara self-esteem dengan resiliensi pada remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara self-esteem dengan resiliensi pada remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammdiyah Surakarta. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 50 orang remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta. Pengambilan subjek menggunakan studi populasi, dimana seluruh populasi memenuhi karakteristik sebagai subjek penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan skala, yaitu skala self-esteem dan skala resiliensi dan dianalisis menggunakan teknik analisis product moment dan part whole correction. Hasil dari penelitian ini adalah: Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara self-esteem dengan resiliensi pada remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta ditunjukkan dengan nilai (r) = 0,660 dan (p) = 0,000 (p < 0,01). Tingkat self-esteem pada remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta tergolong tinggi. Tingkat resiliensi pada remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta tergolong tinggi. Sumbangan efektif self-esteem terhadap resiliensi pada remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta sebesar 43,6%, ditunjukkan oleh koefisien determinan (r²) = 0,436. Kata kunci: resiliensi, self-esteem, remaja di panti asuhan

1

2

THE RELATION BETWEEN SELF-ESTEEM AND RESILIENCY IN TEENAGERS OF KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH SURAKARTA ORPHANAGE

Nurfitria Laili Hidayati Susyatno Yuwono Faculty of Psychology, University of Muhammadiyah Surakarta [email protected] Abstract Teenager in orphanage is responsible on his own life in defining his future, while in the stage of adolescence is still requires direction from parents deals with problems related to his development process. Resiliency is required by teenager in orphanage in order to be able to come up from situation that pressures him. One factor that forms resiliency is self-esteem. The purpose of this study is to understand the relation between self-esteem and resiliency teenagers of Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta orphanage. The suggested hypothesis in this research is there is a positive relation between self-esteem and resiliency in teenager of Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta orphanage. The subject of this research is 50 teenagers in Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta orphanage. This population collecting is using population study. The data collection in this research is using scales which are; self-esteem scale and resiliency scale and on the analysis is using product moment analysis technique and part whole correction. The result of this study is that there is a significant positive relation between self-esteem and resiliency in teenager of Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta orphanage which is shown by the value (r) = 0.660 and (p) = 0.000 (p < 0.01). The level of self-esteem in Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta orphanage is categorized high. The level of resiliency of in Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta orphanage is categorized high. The effective contribution of self-esteem toward resiliency in teenagers of Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta orphanage is 43.6% which is shown by determinant coefficient (r2) = 0.436.

Keywords: resiliency, self-esteem, teenagers in orphanage

3

Resiliensi sangat penting pada diri

PENDAHULUAN Setiap individu memiliki hak

remaja terutama remaja yang tinggal

yang sama untuk mendapatkan hidup

di panti asuhan agar mampu keluar

yang layak. Memiliki sebuah keluaga

dari

dengan orang tua yang lengkap,

tertekan.

keadaan

yang

membuatnya

mendapatkan pendidikan yang layak

Richardson (2002) menjelaskan

sebagaimana mestinya. Tetapi masih

resiliensi adalah istilah psikologi

banyak terdapat anak yang kurang

yang digunakan untuk mengacu pada

beruntung, karena hal tersebut, tidak

kemampuan

sedikit dari mereka yang akhirnya di

mengatasi dan mencari makna dalam

serahkan ke lembaga panti asuhan

peristiwa seperti tekanan yang berat

untuk mendapatkan kehidupan yang

yang dialaminya, di mana individu

layak.

meresponnya

seseorang

dengan

untuk

fungsi

Menurut Gender (dalam Dedy,

intelektual yang sehat dan dukungan

2011), remaja dalam menghadapi

sosial. Maka dari itu harapannya

berbagai

perkembangan

bahwa remaja yang tinggal di panti

memerlukan kehadiran orang dewasa

asuhan mampu memiliki resiliensi

yang

dan

yang baik.

memperlakukannya secara bijaksana

Salah

masalah

mampu

memahami

satu

faktor

yang

dan sesuai dengan kebutuhannya.

memungkinkan dapat mempengaruhi

Dalam penelitian Hartini (2001),

reseliensi

anak

Menurut Grotberg (dalam Desmita,

panti

mempunyai

asuhan

cenderung

kepribadian

yang

2012)

adalah

menjelaskan

self-esteem.

resiliensi

inferior, pasif, apatis, menarik diri,

merupakan perpaduan ketiga faktor

mudah putus asa, penuh dengan

dari I Am, I Have, I Can. Dimana

ketakutan dan kecemasan sehingga

salah satu bagian faktor I am adalah

anak panti asuhan akan sulit menjalin

bangga pada diri sendiri. Individu

hubungan sosial dengan orang lain.

yang merasa bangga pada diri sendiri

Hal tersebut memungkinkan remaja

adalah seorang yang sadar akan

menjadi tertekan dengan kehidupan

pentingnya merasa bangga, dapat

yang

mengetahui siapa mereka dan apapun

dijalani

di

panti

asuhan.

4

yang mereka lakukan atau akan

mengatasi,

dicapai. Dari penelitian sebelumnya

bahkan dibentuk oleh

mengenai self – esteem remaja di

kesulitan hidup yang dialaminya

panti asuhan dengan sampel 184

(Soderstrom, Dolbier, Leiferman &

remaja berusia 12 – 20 tahun dapat

Steinhardtm, 2000).

diketahui bahwa remaja yang tiggal

diperkuat

Definisi

lain

oleh,

dan

kesulitan-

dari

Resiliensi

dipanti asuhan lebih banyak yang

menurut Reivich & Shatte (dalam

memiliki Self - esteem rendah (52,17

Desmita, 2012) Resiliensi adalah

%) (Androe, 2009). Goebel dan

“The ability to persevere and adapt

Brown (dalam Sandha, Hartati &

when

Fauziah, 2012) remaja yang sedang

resiliensi

dalam

kemampuan untuk

masa

pertumbuhan

dan

thing

go

awry”.Artinya

merupakan

suatu

bertahan dan

perkembangan sangat membutuhkan

beradaptasi ketika ada sesuatu hal

self-esteem,

self-esteem

yang kacau. Individu dituntut untuk

mencapai puncaknya pada masa

cepat dalam melakukan penyesuaian

remaja.

ketika

karena

Berdasarkan uraian di atas, maka

mengalami

mendapatkan

masalah

tekanan

atau dalam

dalam hal ini peneliti melakukan

hidupnya. Wolins (dalam Ekasari &

penelitian dengan judul “Hubungan

Andriyani, 2013) resiliensi adalah

Antara

kemampuan luar biasa yang dimiliki

Self-Esteem

Dengan

Resiliensi Pada Remaja Di Panti

individu

dalam

Asuhan

kesulitan,

untuk

Keluarga

Yatim

Muhammadiyah Surakarta”

menghadapi bangkit

dari

kesulitan yang menjadi fondasi dari

Tujuan dari penelitian ini adalah

semua

karakter

positif

dalam

Untuk mengetahui hubungan antara

membangun kekuatan emosional dan

self-esteem dengan resiliensi remaja

psikologis sehat.

di

Panti

Asuhan

Keluarga

Muhammadiyah Surakarta. Resiliensi

merupakan

Reivich

&

Shatee

(2002)

berpendapat ada tujuh kemampuan faktor

bawaan, individu dikatakan memiliki resilien mampu untuk menghadapi,

yang dapat membentuk resiliensi, yaitu:

5

a. Regulasi

emosi

(Emotion

Regulation)

pengalaman dan keyakinan akan kemampuan untuk berhasil dalam

Pengendalian emosi kemampuan untuk tetap merasa tenang walaupun berada dalam tekanan.

hidupnya. g. Pencapaian (Reaching Out) Kemampuan untuk meraih apa

b. Pengendalian impuls

yang

Berhubungan

diinginkan

menggambarkan

dengan

dimana resiliensi membuat individu

pengendalian emosi, individu yang

mampu meningkatkan aspek – aspek

mampu

positif dalam kehidupannya.

mengontrol

impulsnya

cenderung mampu mengendalikan

Grotberg (dalam Desmita, 2012)

emosinya.

disebutkan bahwa ada tiga sumber

c. Optimisme

dari resiliensi, yaitu:

Individu yang percaya bahwa segala

a. I am

sesuatu dapat berubah menjadi lebih baik.

Self-esteem merupakan kekuatan yang berasal dari dalam diri individu

d. Analisis

penyebab

masalah

(Causal Analysis) Kemampuan

yang

ditandai

perasaan individu

dalam

dengan

bangga

bertanggung jawab.

yang

a. I have

Kemampuan

terhadap

diri

sendiri, menghargai orang lain, dapat

mengidentifikasi penyebab masalah dialaminya.

adanya

menyesuaikan diri secara kognitif

Dalam faktor I have terdapat

dan dapat mengenali penyebab dari

sumber-sumber lain yang mampu

kesulitan yang di hadapinya.

meningkatkan faktor I have, yaitu

e. Empati (Emphaty)

struktur rumah tangga, Role Models,

Mampu

menginterpretasikan

dan mempunyai hubungan dengan

bahasa non verbal dari orang lai,

orang-orang terdekat.

sperti ekspresi wajah, nada suara,

b. I can

bahasa tubuh

Faktor

f. Efikasi Diri (Self-efficay)

masalah,

Can

merupakan

kompetensi sosial dan interpersonal

Keyakinan bahwa individu dapat menyelesaikan

I

melalui

seseorang.Bagaimana perasaan

dan

dapat

mengatur mengetahui

6

perasaan diri sendiri, mengetahui berbagai

jenis

emosi,

c. Hubungan dengan orang lain

dan

Individu

mampu

menghargai

mengekspresikannya dalam kata-kata

orang lain, selalu menyakini bahwa

dan perilaku.

dirinya memiliki hak yang sama

Chaplin

(2000)

menyatakan

bahwa self-esteem adalah penilaian

sebagaimana

penghargaan

penerimaan

orang

individu.

lain

Pendapat

pada

umumnya.

diri yang dipengaruhi oleh sikap, iteraksi,

manusia

Faktor yang mempengaruhi self-

dan

esteem menurut Ghufron (dalam

terhadap

Adilia, 2010) terdapat 2 faktor yang

lain

yang

dapat mempengaruhi harga diri, yaitu

dikemukakan oleh Menurut Arndt &

Faktor internal seperti jenis kelamin,

Pelham (dalam Bimo Walgito, 2010)

intelegensi, kondisi fisik individu.

menyebutkan

Sedangkan faktor eksternal berupa

bahwa

self-esteem

adalah evaluasi seseorang terhadap

lingkungan

dirinya sendiri, dapat berupa positif

keluarga.

maupun negatif.

sosial,

sekolah

dan

Hipotesis yang diajukan dalam

Minchinton (dalam Iqbal, 2011)

penelitian ini adalah “Ada hubungan

memaparkan ada tiga aspek self-

positif antara self-esteem dengan

seteem, sebagai berikut:

resiliensi

a. Perasaan tentang Diri Sendiri

asuhan”.

Individu dirinya

mampu

mampu

pada

remaja

di

panti

menghormati

memaafkan

diri

Metode Penelitian

sendiri atas segala kekurangan dan

Subyek dalam penelitian ini

ketidaksempurnaan yang dimiliki.

adalah remaja yang berada di Panti

b. Perasaan tentang Hidup

Asuhan Keluarga Muhammadiyah

Bertanggung jawab atas sebagian hidup

yang

dijalani,

Surakarta yang berjumlah 50 orang,

menerima

yaitu remaja yang berusia 12-21

kenyataan dengan lapang dada dan

tahun. Penelitian ini menggunakan

tidak

studi populasi karena jumlah subjek

menyalahkan

keadaan

hidupnya terhadap orang lain atas

di

panti

asuhan

tersebut

tidak

segala masalah yang terjadi.

memungkinkan diambil sampelnya.

7

Metode pengumpulan data yang

yang

digunakan

untuk

menguji

digunakan adalah metode kuantitatif

hipotesis dalam penelitian ini adalah

dengan pengukuran menggunakan

dengan menggunakan teknik analisis

skala, yaitu skala resiliensi dan skala

product

self-esteem.

menggunakan

Skala

resiliensi

berdasarkan

moment

dengan

bantuan

program

disusun

SPSS versi 17 for windows kemudian

dari

dikoreksi dengan menggunakan Part

aspek-aspek

konsep teori yang dikemukakan oleh

Whole Correction.

Reivich & Shatee (2002), bahwa aspek – aspek resiliensi terdiri dari pengendalian

Hasil dan Pembahasan

emosi,

kemampuan

impuls,

optimisme,

product moment dari Perason dengan

kemampuan menganalisis masalah,

menggunakan program SPSS 17 for

kemampuan berempai, efikasi diri

windows

dan pencapaian.

koefisien korelasi (r) sebesar 0,660; p

mengontrol

Berdasarkan

dapat

hasil

analisis

diketahui

nialai

Skala tersebut terdiri dari 56

= 0,000 (p < 0,001), artinya bahwa

aitem dengan item pernyataan 30

ada hubungan positif yang sangat

aitem favourable dan 26 aitem

signifikan antara self-esteem dengan

unfavourable.

resiliensi. Semakin tinggi nilai self-

Skala

self-esteem

disusun

esteem

maka

semakin

tinggi

berdasarkan aspek – aspek self-

resiliensi remaja di panti asuhan,

esteem.

Minchinton

sebaliknya semakin rendah nilai self-

(dalam Iqbal, 2011) menyebutkan

esteem maka semakin rendah pula

bahwa ada 3 aspek dari self-esteem,

resiliensinya. Menurut Synder &

yaitu: perasaan mengenai diri sendiri,

Lopez (dalam Harmi, 2012) bahwa

perasaan

self-esteem

Berdasarkan

terhadap

hidup

dan

hubungan dengan orang lain.

internal

merupakan yang

faktor

mempengaruhi

Skala tersebut terdiri dari 30

pembentukan resiliensi seseorang.

aitem dengan 15 aitem pernyataan

Hal tersebut menunjukkan bahwa

favourable

self-esteem

dan

15

aitem

unfavourable. Metode analisis data

memiliki

hubungan

terhadap tinggi rendahnya resiliensi

8

pada remaja di panti asuhan keluarga

dirinya

yatim

mengontrol

muhammadiyah

surakarta

(PAKYM).

sendiri

sehingga

arah

dapat

kehidupannya,

yakin pada kemampuannya dalam

Individu

dengan

self-esteem

mengatasi

masalah,

hal

tersebut

yang tinggi mampu menghargai diri

menunjukkan sikap yang optimis.

sendiri, melakukan penilaian baik

Memiliki

terhadap

dengan

sendiri akan membentuk kemampuan

diri

sendiri

optimisme

dalam

diri

menerima

kemampuan

yang

untuk meraih apa yang diinginkan

dimiliknya,

menerima

segala

atau yang disebut dengan pencapaian

kekurangan

yang

dimiliki,

bertanggung jawab atas hidup yang dijalaninya

dengan

menerima

(reaching out). Hubungan dengan orang lain termasuk aspek self-esteem yang

kenyataan baik maupun buruk yang

secara

terjadi

kehidupannya.

mempengaruhi aspek dari resiliensi

tidak

hanya

yaitu, regulasi emosi, pengendalian

memikirkan dirinya sendiri tetapi

impuls dan empati. Individu yang

juga mampu menghargai orang lain

memiliki hubungan baik dengan

dan memiliki relasi sosial atau

orang lain ditandai dengan memiliki

hubungan yang baik terhadap orang-

rasa empati atau perduli terhadap

orang disekitarnya. Hal tersebut akan

orang di sekitarnya, menghargai hak-

membentuk individu yang memiliki

hak orang lain tanpa memaksakan

resiliensi tinggi.

kepentingan dirinya sendiri. Menurut

dalam

Individu

Aspek

tersebut

self-esteem

tidak

langsung

akan

mengenai

Greef (dalam Reivich & Shatte,

perasaan tentang hidup merupakan

2002) menyatakan bahwa individu

aspek

yang

yang mampu dalam mengendalikan

mempengaruhi aspek resiliensi, yaitu

atau mengatur emosinya dengan baik

optimisme dan pencapaian (reaching

serta memahami emosi orang lain

out).

akan

self-esteem

Dimana

perjuangan

dan

terdapat

harapan,

kepercayaan.

memiliki

self-esteem

dan

hubungan baik dengan orang lain.

Individu yang percaya bahwa ada

Self-esteem mempunyai rerata

harapan pada masa depan bagi

empirik (RE) sebesar 80,76 dan

9

rerata hipotetik (RH) sebesar 62,5

bahwa remaja di PAKYM memiliki

yang berarti self-esteem pada remaja

self-esteem yang tergolong tinggi.

di PAKYM tergolong tinggi. Dari

Mampu memenuhi aspek-aspek

hasil kategori self-esteem diketahui

self-esteem yaitu perasaan tentang

bahwa tidak terdapat remaja yang

diri sendiri, perasaan tentang hidup,

memiliki self-esteem yang sangat

dan hubungan dengan orang lain.

rendah di PAKYM dengan skor 0%

Perasaan tentang diri sendiri dimana

(0 orang), terdapat 6% (3 orang)

individu

memiliki self-esteem yang rendah,

dirinya

terdapat 54% (27 orang) memiliki

penuh bahwa dirinya berarti dan

self-esteem

mampu

yang tergolong tinggi,

mampu dan

menghormati

memiliki

keyakinan

menerima

segala

dan 40% (20 orang) memiliki self-

kekurangan

esteem yang tergolong sangat tinggi.

ketidaksempurnaan yang dimiliki.

Gambaran tentang prosentase self-

Perasaan

esteem remaja di panti asuhan dapat

menerima dan bertanggung jawab

dilihat pada gambar 1 berikut:

atas hidup yang dijalaninya, individu yang

Gambar 1

40%

0%

memiliki

dengan

54%

0%

tentang

berarti

self-esteem

lapang

menyalahkan

dada

dan

keadaan

masalah-masalah

yang

tidak

hidupnya

mampu

menghargai menyakini

memiliki sebagaimana Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui prosentase dan jumlah terbanyak berada dalam

kategori

tinggi.

diartikan

yang

terjadi.

Hubungan dengan orang lain dimana

selalu

Prossentase

dapat

hidup

terhadap orang lain atas segala

6%

0 0 3 27 20 Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat Rendah Tinggi

Sehingga

pun

tinggi akan menerima kenyataan

Prosentase Self-esteem 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%

atau

umumnya.

orang

lain,

bahwa

dirinya

yang

sama

manusia

pada

Terpenuhinya

aspek-

hak

aspek self-esteem akan memunculkan self-esteem yang tinggi, sehingga dapat membentuk resiliensi yang

10

tinggi

pada

individu.Penelitian

Gambar 2

Wolkow (2001), bahwa individu yang

memiliki

self-esteem

yang

relatif tinggi, orientasi sosial yang baik, keluarga yang hangat

serta

tambahan dukungan dari orang lain akan mampu

mengatasi kesulitan

secara lebih efektif daripada individu yang tidak memiliki hal tersebut. Resiliensi empirik

mempunyai

rerata

Prosentase Resiliensi 76%

80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%

16% 0%

0 0 8 38 4 Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat Rendah Tinggi Prosentase

(RE) sebesar 156,60 dan

rerata hipotetik (RH) sebesar 127,5

8%

0%

Berdasarkan

tebel

di

atas

yang berarti resiliensi pada remaja di

diketahui prosentase dan jumlah

PAKYM

terbanyak terdapat pada kategori

tergolong

tinggi.

berdasarkan kategori resiliensi dapat

tinggi,

sehingga

diketahui tidak terdapat remaja yang

bahwa

remaja

memiliki resiliensi sangat rendah

keluarga

yang ditunjukkan dengan skor 0% (0

merupakan

orang),

resilien.Terbentuknya

resiliensi

apabila

resiliensi

tidak

memiliki

ada

remaja

resiliensi

yang rendah

dapat di

diartikan

panti

yatim

asuhan

(PAKYM)

individu

aspek-aspek

yang

ditinjukkan dengan skor 0% (0

terpenuhi.

Aspek-aspek

resiliensi

orang), terdapat 16% (8 orang)

meliputi,

pengaturan

emosi,

memiliki resiliensi yang tergolong

pengendalian impuls, empati, efikasi

sedang, terdapat 76% (38 orang)

diri, optimisme, analisis penyebab

yang memiliki resiliensi tergolong

masalah, dan pencapaian (reaching

tinggi, dan terdapat 8% (4 orang)

out). Menurut Evarall, Altrows &

memiliki resiliensi yang tergolong

Paulson (2006) mengatakan bahwa

sangat

remaja

tinggi.

Gambar

tentang

yang

resilien

cenderung

prosentase resiliensi remaja di panti

memiliki

asuhan dapat dilihat pada gambar 2

perencanaan terhadap masa depan,

berikut ini:

gabungan

tujuan,

antara

harapan,

ketekunan

dan

dan

11

ambisi dalam mencapai hasil yang

dengan

orang-orang

terdekat.

akan diperoleh.

Struktur dan aturan rumah dimana

Penelitian ilmiah yang telah

adanya hukuman dan peringatan

dilakukan lebih dari 50 tahun telah

yang jika aturan tersebut tidak

membuktikan

resiliensi

dilaksanakan, tetapi jika peraturan

adalah kunci dari kesuksesan kerja

dilaksanakan dengan baik maka akan

dan kepuasan hidup. Resiliensi yang

diberikan

dimiliki

bahwa

pujian

atau

reward

oleh

seorang

individu,

(hadiah). Role models merupakan

mempengaruhi

kinerja

individu

informasi atau perilaku yang patut

tersebut baik di lingkungan sekolah

dicontoh sehingga individu yang

maupun lingkungan kerja, memiliki

melihat akan memunculkan perilaku

efek terhadap kesehatan individu

yang sama. Perilaku tersebut didapati

tersebut secara fisik maupun mental,

dari orang tua, keluarga, orang

serta

dewasa

menentukan

keberhasilan

lainnya

dan

teman

individu tersebut dalam berhubungan

sebayanya. Hubungan dengan orang-

dan

dengan

orang terdekat akan menimbulkan

lingkungannya (Reivich & Shatte,

rasa cinta dan kasih sayang serta

2002).

dukungan

berinteraksi

Sumbangan efektif (SE)

self-

esteem terhadap resiliensi 43,6%, ditunjukkan

oleh

individu

dari yang

orang

lain

kadangkala

bagi tidak

pernah merasakannya.

koefisiensi

Faktor

I

Can

(aku

bisa)

determinan (r²) = 0, 436. Hal tersebut

merupakan kompetensi sosial dan

masih terdapat 56,4% variabel lain

interpersonal

yang mempengaruhi resiliensi diluar

ditunjukkan

variabel self-esteem, seperti Faktor I

mengatur

Have dan faktor I Can merupakan

perasaan diri sendiri, emosi dan

sumber dari luar diri individu yang

mengekspresikan dalam

dapat meningkatkan resiliensi.

atau

Dalam faktor I Have (aku punya)

seseorang dengan

bagaimana

perasaan,

mengetahui

perilaku.

menjalin

yang

relasi

kata-kata

Ketika sosial

individu atau

ini terdapat struktur dan aturan

berhubungan dengan orang lain ia

rumah, role models dan hubungan

mampu

mengekspresikan

12

perasaannya,

mendengar

dan

merasakan perasaan orang lain.

atau

meningkatkan

self-esteem,

dengan cara melatih rasa keperdulian dan menghargai terhadap sesama individu di panti asuhan maupun di

Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan dapat disimpulkan bahwa: 1.

Ada

hubungan

lingkungan sekolah. Tidak menutup diri

sedang

mengalami

yang

masalah atau saat membutuhkan

sangat signifikan antara self-esteem

orang lain, serta tidak menilai negatif

dengan resiliensi pada remaja di

tentang diri sendiri, seperti merasa

Panti

tidak memiliki kelebihan dan selalu

Asuhan

positif

ketika

Keluarga

Yatim

Muhammadiyah Surakarta.

merasa kekurangan.

2.

2.

Tingkat self-esteem pada remaja

Bagi pengasuh di panti asuhan,

di Panti Asuhan Keluarga Yatim

dapat

Muhammadiyah Surakarta tergolong

meningkatkan self-esteem remaja di

tinggi

panti asuhan agar tetap menjadi

3.

individu yang resilien, dengan cara

Tingkat resiliensi pada remaja di

Panti

Asuhan

Keluarga

mempertahankan

atau

Yatim

lebih memperhatikan kesejahteraan

Muhammadiyah Surakarta tergolong

remaja di panti asuhan dan perduli

tinggi

pada keadaan

4.

mampu

Sumbangan Efektif antara self-

remaja di panti,

menjadi figur orang tua

esteem terhadap resiliensi sebesar

yang mengayomi, membantu anak

43,6%, ditunjukkan oleh koefisien

asuh

determinan (r²) = 0,436

masalah baik masalah di sekolah

ketika sedang menghadapi

maupun di panti asuhan. Berdasarkan hasil penelitian dan

3. Bagi peneliti lain yang akan

kesimpulan yang diperoleh, maka

melakukan penelitian dengan tema

penulis

yang berkaitan dengan

saran

memberikan yang

sumbangan

diharapkan

dapat

resiliensi

remaja di panti asuhan, mampu

bermanfaat:

mengungkap lebih dalam mengenai

1.

Bagi remaja di panti asuhan,

resiliensi di panti asuhan dan setiap

self-esteem dapat mempertahankan

aspeknya. Memilih subjek penelitian

13

dan Self Esteem Terhadap Resillience Pada Siswa SMAN Tambun Utara Bekasi. Jurnal Soul. Vol. 6 No 1. Hal 50-65

dengan jumlah populasi yang lebih besar dari sebelumnya, agar hasil yang

didapatkan

komprehensif.

bisa

Selain

mempertimbangkan lain

selain

diperkirakan

itu

lebih dapat

faktor-faktor

self-esteem memiliki

yang

hubungan

yang lebih besar terhadap reiliensi.

DAFTAR PUSTAKA Abidin, Zainal. (2011). Pengaruh Pelatihan Resiliensi Terhadap Perilaku Asertif Pada Remaja. Jurnal Psikologi. Vol.4 No. 2, Hal.130-136. Adilia, Dewi. Muharnia. (2010). Hubungan Self-Esteem dengan Optimisme Meraih Kesuksesan Karir pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi (Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi. Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Chaplin, C.P. (2000). Lengkap Psikologi. Rajawali Press.

Kamus Jakarta:

Dedy, Susanto. (2013). Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan, Kemampuan Coping, Dan Resiliensi Remaja. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi. Vol.1 (2), 101-113. Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Ekasari, A. & Andriyani, Z. (2013). Pengaruh Peer Group Support

Evarall, R. D., Altrows, K. J., & Paulson, B. L. (2006). Creating a future: A study of resilience in suicidal female adolescents. Journal of Counseling & Development, 84, 461-470. Gandaputra, A. (2009). Gambaran Self-Esteem Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan. Jurnal Psikologi, Vol 7 No 2, Hal.52-70. Hartini, N. (2001). Deskripsi Kebutuhan Psikologis Pada Anak Panti Asuhan. Jurnal Psikologi. Vol 3 No 2. Hal 109-118. Iqbal,

Muhammad. (2011). Hubungan Antara Self-Esteem dan Religiusitas Terhadap Resiliensi Pada Remaja di Yayasan Himmata. Skripsi (Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulllah Jakarta.

Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essential Skills For Overcoming Life’s Invetible Obstacles. Newyork: Broadway Book. Richardson, G. E. (2002). The meta theory of resilience and resiliency. Journal of Clinical Psychology, 58, 307–321.

14

Sandha, P.T., Hartati, Sri.,& Fauziah, Nailul. (2012). Hubungan Antara Self Esteem Dengan Penyesuaian Diri Pada Siswa Tahun Pertama SMA Krista Mitra Semarang. Jurnal Psikologi, Vol 1 No 1. Hal 4782. Santrock, J. W. (2009). Educational psychology: Fourth edition. New York: The McGra-Hill Companies. Soderstrom, M., Dolbier, C., Leiferman, J., & Steinhardtm, M. (2000). The relationship of hardness, coping strategies, and perceived stress to symtoms of ilness. Journal of Behavioral Medicine, 23, 311-335. Walgito, B. (2010). Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier). Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Wolkow, K. (2001). Community Factors In the Development of Resilience: Consideration and Future Direction. Community Mental Journal. 37. 489-499.