HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA

Download Gout adalah salah satu jenis radang sendi dan mempunyai gejala yaitu kadar asam urat tinggi atau ... antara status gizi (lingkar pinggang d...

0 downloads 463 Views 261KB Size
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA PASIEN RAWAT JALAN USIA DEWASA DI PUSKESMAS TOMPASO KABUPATEN MINAHASA Dyta Anggraeny*,Nova H. Kapantow*, Dina V. Rombot* * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Prevalensi penyakit sendi dan sistem otot tertinggi di Kabupaten Minahasa terjadi di Kecamatan Tompaso. Gout adalah salah satu jenis radang sendi dan mempunyai gejala yaitu kadar asam urat tinggi atau hiperurisemia. Faktor risiko hiperurisemia yaitu status gizi lebih dan salah satu indikatornya yaitu lingkar pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi (lingkar pinggang dan RLPP) dengan kadar asam urat darah pada pasien rawat jalan usia dewasa di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional.Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa pada bulan April-Oktober 2014. Sampel dalam penelitian ini ada 94 orang yang memenuhi kriteria. Analisis data bivariat menggunakan uji chi square dengan α = 0,05. Frekuensi lingkar pinggang berisiko yaitu 48,9%, RLPP berisiko yaitu 71,3%, dan kadar asam urat tinggi yaitu 40,4%. Uji statistik chi square menunjukkan nilai p < 0,05 (nilai p = 0,000 untuk lingkar pinggang dan nilai p = 0,000 untuk RLPP). Terdapat hubungan antara lingkar pinggang dengan kadar asam urat darah pada pasien rawat jalan usia dewasa di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa dan terdapat hubungan antara RLPP dengan kadar asam urat darah pada pasien rawat jalan usia dewasa di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa. Kata kunci: Status Gizi, Kadar Asam Urat.

ABSTRACT The highest prevalence of musculoskeletal system diseases in Minahasa regency occurs in Tompaso district. Gout is a type of arthritis with the symptom which is high level of uric acid or hyperuricemia. Risk factor for hyperuricemia is over nutrition and one of the indicators is waist circumference and Waist-Hip Ratio (WHR). This research as a purpose to determine the relationship between nutritional status (waist circumference and WHR) with the blood uric acid level in adult outpatient of Tompaso Public Health Center Minahasa regency. This research was an analytic observational with a cross sectional approach. This research was conductedat the Tompaso Public Health Center Minahasa regency in April-Oktober 2014. Sample in this research is 94 peoples who met the critera. Bivarat analyzes data used test of chi square with α = 0.05. The frequency of increased risk waist circumference was 48.9%, increased risk WHR was 71.3%, and high level of uric acid was 40.4%. Chi square test showed p value < 0.05 (p value = 0.000 for waist circumference and p value = 0.000 for WHR). There was significant relationship between waist circumference with the blood uric acid level in adult outpatient of Tompaso Public Health Center Minahasa regency and There was significant relationship between WHR with the blood uric acid level in adult outpatient of Tompaso Public Health Center Minahasa regency. Keywords: Nutritional Status, Uric Acid Level.

1

Di Minahasa tahun 2013 penyakit

PENDAHULUAN Arthritis adalah kelainan sendi yang meliputi

sendi dan sistem otot termasuk dalam 10

peradangan pada sendi, baik satu sendi

penyakit menonjol dengan prevalensi 6,7%

maupun lebih sehingga terjadi keterbatasan

pada tahun 2013. Jumlah kasus penyakit sendi

gerak.Secara umum, jenis-jenis arthritis yang

dan sistem otot di Minahasa yang paling

dikenal salah satunya yaitu gout arthritis

tertinggi berada pada kecamatan Tompaso

(Akmal dkk, 2010). Tahap awal terjadinya

dengan jumlah 1555 kasus (Dinas Kesehatan

gout arthritis yaitu peningkatan kadar asam

Kabupaten Minahasa, 2013). Jumlah penyakit

urat darah atau hiperurisemia (Junaidi, 2013).

sendi dan sistem otot di Puskesmas Tompaso

Selama tahun 2007-2009, 49,9 juta

pada bulan Februari 2014 mencapai 202 kasus.

orang dewasa di Amerika Serikat dilaporkan

Pada bulan Maret 2014, pasien pemeriksaan

telah didiagnosis arthritis jenis rematik, gout,

laboratorium di Puskesmas Tompaso dengan

lupus dan fibromyalgia. Pada tahun 2010-2012

hasil positifhiperurisemia yaitu 38 dari 116

mengalami peningkatan menjadi 52,5 juta

pasien (Puskesmas Tompaso, 2014).

orang dewasa dan telah diperkirakan akan

Salah satu kondisi ataupun keadaan

mengalami kenaikan setiap tahunnya dimana

lain yang dapat menyebabkan hiperurisemia

pada tahun 2030 akan mencapai 67 juta orang

yaitu kegemukan/obesitas (Misnadiarly, 2007).

dewasa di Amerika Serikat (Center for Disease

Prevalensi

Control and Prevention, 2013). Prevalensi

peringkat

hiperurisemia atau peningkatan kadar asam

prevalensi pada laki-laki yaitu 34,7% dan pada

urat di Amerika Serikat tahun 1988-1994 yaitu

wanita yaitu 19,5% (Badan Penelitian dan

18,2% kemudian

Pengembangan

pada tahun 2007-2008

mengalami peningkatan prevalensi menjadi

obesitas pertama

di

Sulut

di

Indonesia

Kementerian

menduduki dengan

Kesehatan

Republik Indonesia, 2013).

21,4% (Zhu dkk, 2011).

Salah satu indikator obesitas yaitu

Di Indonesia, penyakit sendi yang

pengukuran lingkar pinggang dan Rasio

didiagnosis oleh tenaga kesehatan memiliki

Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) dimana

prevalensi 11,9% dan yang didiagnosis serta

pengukuran tersebut merupakan salah satu cara

mengalami gejala klinik mencapai 24,7%

penilaian

sedangkan untuk provinsi Sulawesi Utara,

menggunakan metode antropometri (Supariasa

diagnosis penyakit sendi memiliki prevalensi

dkk, 2012). Berdasarkan data riset kesehatan

10,3% dan diagnosis ditambah gejala klinik

dasar 2007, prevalensi obesitas sentral di

memiliki prevalensi 19,1% (Badan Penelitian

Indonesia mencapai 18,8% dan provinsi yang

dan Pengembangan Kementerian Kesehatan

memiliki prevalensi tertinggi yaitu Sulut

Republik Indonesia, 2013).

dengan persentase 31,5% (Badan Penelitian 2

status

gizi

langsung

dengan

dan Pengembangan Kesehatan Departemen

pendekatan

Kesehatan

dilaksanakan

Republik

Indonesia,

2008).

cross

sectional.

Penelitian

di

Puskesmas

Tompaso

Penelitian di Kota Masohi menunjukkan

Kabupaten

Minahasa

pada

bulan

April-

obesitas sentral merupakan faktor risiko

Oktober tahun 2014. Populasi yaitu seluruh

terjadinya hiperurisemia (Talarima, 2012).

pasien usia dewasa yaitu berusia 19-64 tahun

Pengamatan yang dilakukan sebelum

yang berkunjung di Puskesmas Tompaso

penelitian dilaksanakan, terdapat 6 pasien dari

Kabupaten Minahasa pada saat pelaksanaan

13 pasien (46,1%) yang datang berkunjung di

peneltian yaitu pada bulan 25 Juni-24 Juli

Puskesmas

lingkar

2014. Penentuan jumlah sampel minimum

pinggang berisiko dan terdapat 8 pasien dari 13

yaitu dengan menggunakan rumus estimasi

pasien

lingkar

dengan proporsi hiperurisemia 33% (0,33)

pinggang panggul berisiko. Berdasarkan data-

yang diperoleh pada bulan Maret 2014.

data tersebut dan belum adanya penelitian

Berdasarkan rumus, maka didapatkan hasil

mengenai pengukuran lingkar pinggang dan

yaitu 85 sampel ditambah dengan 10% jadi 94

Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP)

sampel.

Tompaso

(61,5%)

memiliki

memiliki

rasio

untuk mendeteksi kadar asam urat darah di

Teknik pengambilan sampel dalam

Puskesmas Tompaso, maka peneliti tertarik

penelitian

melakukan

Purposive

penelitian

tentang

“Hubungan

ini

yaitu

purposive

sampling sampel

sampling.

adalah

antara status gizi dengan kadar asam urat darah

pengambilan

pada pasien rawat jalan usia dewasa di

kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria tersebut

Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa”.

meliputi

kriteria

dengan

teknik

inklusi

memenuhi

yaitu

belum

Penelitian ini bertujuan Menganalisis

menopause (bagi wanita) dan bersedia mengisi

hubungan antara lingkar pinggang dengan

informed consent sedangkan kriteria eksklusi

kadar asam urat darah pada pasien rawat jalan

yaitu mengkonsumsi obat diuretik, wanita

usia

yang sedang hamil dan penderita penyakit

dewasa

Kabupaten hubungan

di

Puskesmas

Minahasa

serta

antara

rasio

Tompaso

Menganalisis

lingkar

ginjal.

pinggang

Variabel dalam penelitian ini yaitu

panggul dengan kadar asam urat darah pada

lingkar pinggang, RLPP dan kadar asam urat

pasien rawat jalan usia dewasa di Puskesmas

darah. Lingkar pinggang dibagi menjadi 2

Tompaso Kabupaten Minahasa.

kategori yaitu berisiko (Jika laki-laki ≥94 cm dan perempuan ≥80 cm) dan tidak berisiko

METODE PENELITAN

(Jika laki-laki <94 cm dan perempuan <80

Jenis penelitian ini yaitu menggunakan jenis

cm). RLPP juga dibagi menjadi 2 kategori

penelitian

yaitu berisiko (Jika laki-laki ≥0,90 cm dan

analitik

observasional

dengan 3

perempuan ≥0,85 cm) dan tidak berisiko (Jika

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan

laki-laki <0,90 cm dan perempuan <0,85 cm).

Variabel Penelitian

Kadar asam urat darah dibagi menjadi 2

Variabel Penelitian

kategori yaitu tinggi (Jika laki-laki >7,0 mg/dl

n

%

Lingkar pinggang

dan perempuan >5,7 mg/dl) dan normal (Jika

Berisiko

46

48,9

laki-laki 3,4-7 mg/dl dan perempuan 2,4-5,7

Tidak berisiko

48

51,1

Berisiko

67

71,3

Tidak berisiko

27

28,7

mg/dl).

RLPP Metode

pengambilan

data

yaitu

kuesioner dan pengukuran. Kuesioner untuk menggambarkan

distribusi

responden

sedangkan

mengukur

lingkar

karakteristik

pengukuran

pinggang

dan

Kadar asam urat darah

untuk

Tinggi

38

40,4

lingkar

Normal

56

59,6

panggul dengan menggunakan pita pengukur kemudian menghitung perbandingan lingkar

Tabel

1

menunjukkan

lingkar

pinggang dan lingkar panggul yang dinyatakan

pinggang sebagian besar berada pada kategori

sebagai hasil Rasio Lingkar Pinggang Panggul

tidak berisiko yaitu 48 responden (51,1%)

(RLPP) dan mengukur kadar asam urat darah

sedangkan yang berisiko yaitu 46 responden

dengan menggunakan alat Fotometer 5010 di

(48,9%). RLPP sebagian besar berada pada

Laboratorium Puskesmas

Tompaso. Hasil

kategori berisiko yaitu 67 responden (71,3%)

pengukuran tersebut dianalisis menggunakan

sedangkan yang tidak berisiko yaitu 27

uji statistik chi square dengan α = 0,05.

responden (28,7%). Kadar asam urat darah sebagian besar berada pada kategori normal

HASIL DAN PEMBAHASAN

yaitu 56 responden (59,6%) sedangkan kadar

Gambaran variabel penelitian dapat dilihat

asam urat tinggi berjumlah 38 responden

pada Tabel 1.

(40,4%).

Adapun hubungan antara lingkar pinggang dengan kadar asam urat darah pada pasien rawat

jalan

usia

dewasa

di

Puskesmas

Tompaso dapat dilihat pada Tabel 2.

4

Tabel 2. Hubungan Lingkar Pinggang dengan Kadar Asam Urat Darah Responden Pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Tompaso Kadar Asam Urat Darah Lingkar Pinggang

Tinggi

Total

Normal

p value

n

%

n

%

n

%

Berisiko

28

60,9

18

39,1

46

100

Tidak berisiko

10

20,8

38

79,2

48

100

38

40,4

56

59,6

94

100

Total

Tabel

2

menunjukkan

0,000

bahwa

hubungan lingkar pinggang dengan kadar asam

responden yang memiliki lingkar pinggang

urat darah pada pasien rawat jalan usia dewasa

berisiko sebagian besar memiliki kadar asam

di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa.

urat tinggi yaitu 28 responden (60,9%)

Hasil penelitian ini didukung dengan

sedangkan yang memiliki kadar asam urat

penelitian Talarima yang menyatakan adanya

normal

(39,1%).

hubungan antara obesitas sentral dengan gouty

Responden yang memiliki lingkar pinggang

arthritis serta menjadi faktor risiko terjadinya

tidak berisiko sebagian besar memiliki kadar

gouty arthritis (Talarima,2012).

yaitu

18

responden

asam urat normal yaitu 38 responden (79,2%) sedangkan yang memiliki kadar asam urat

Adapun

tinggi yaitu terdapat 10 responden (20,8%).

pinggang panggul dengan kadar asam urat

Berdasarkan hasil uji statistik chi square

diperoleh

hasil

bahwa

nilai

hubungan

antara

rasio

lingkar

darah pada pasien rawat jalan usia dewasa di

p

Puskesmas Tompaso dapat dilihat pada Tabel

menunjukkan angka 0,000, nilai tersebut <

3

0,05 berarti hipotesis diterima yaitu terdapat

Tabel 3. Hubungan Rasio Lingkar Pinggang Panggul dengan Kadar Asam Urat Darah Responden Pada Pasien Rawat Jalan Puskesmas Tompaso Kadar Asam Urat Darah RLPP

Tinggi

Total

Normal

p value

n

%

n

%

n

%

Berisiko

35

52,2

32

47,8

67

100

Tidak berisiko

3

11,1

24

88,9

27

100

38

40,4

56

59,6

94

100

Total

5

0,000

Tabel

3

responden

yang

pinggang

panggul

menunjukkan memiliki

rasio

berisiko

bahwa

dan panggul adalah cara sederhana dalam

lingkar

penentuan distribusi lemak baik baik di bawah

terdapat

35

kulit maupun pada jaringan intra-abdominal

responden (52,2%) memiliki kadar asam urat

(Arisman, 2010).

tinggi sedangkan yang memiliki kadar asam

Penumpukan lemak di bagian perut

urat normal terdapat terdapat 32 responden

cukup menjadi faktor tunggal pengacau sistem

(47,8%). Responden yang memiliki rasio

pengaturan asam urat di dalam tubuh.Lemak di

lingkar pinggang tidak berisiko sebagian besar

bagian

memiiki kadar asam urat normal yaitu terdapat

mengganggu kinerja untuk mengekresikan

24

kelebihan asam urat. Di lain pihak, lemak perut

responden

(88,9%)

sedangkan

yang

perut

memiliki kadar asam urat tinggi yaitu 3

adalah

responden (11,1%).

mengawali

mendesak

sumber

ginjal

peradangan.

berbagai

macam

sehingga

Peradangan kekacauan

Berdasarkan hasil uji chi square

termasuk mendorong liver memproduksi asam

diperoleh hasil bahwa nilai p menunjukkan

urat dalam jumlah lebih banyak daripada saat

angka 0,000, nilai tersebut < 0,05 berarti

kondisi normal (Lingga, 2012).

hipotesis diterima yaitu terdapat hubungan

Risiko

yang

diakibatkan

oleh

rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar

gumpalan lemak di daerah perut memang lebih

asam urat darah pada pasien rawat jalan usia

tinggi dibandingkan di bawah kulit karena

dewasa di Puskesmas Tompaso Kabupaten

aliran darah di daerah itu lebih tinggi

Minahasa.

(Arisman, 2010).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Purnamaratri

menyatakan

yaitu peneliti tidak meneliti hubungan faktor-

bahwa terdapat hubungan antara lingkar

faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar

pinggang

asam

dengan

yang

Penelitian ini memiliki keterbatasan

kadar

asam

urat

(Purnamaratri, 2007).

urat

seperti

pola

makan,

faktor

keturunan, aktivitas fisik dan memiliki riwayat

Hiperurisemia akrab di tubuh orang

penyakit.

Dalam

penelitian

ini

juga,

gemuk, sehingga obesitas sebagai indikator

menggunakan desain penelitian cross sectional

penentuan status gizi dinyatakan sebagai salah

dimana variabel yang diteliti diukur disaat

satu faktor risiko hiperurisemia (Lingga,

yang bersamaan sehingga variabel yang diteliti

2012).

tidak dapat dilihat sebagai faktor risiko. Lingkar pinggang merupakan salah

satu

parameter

antropometri

yang

dapat

KESIMPULAN

mengukur konten lemak perut (Gibson, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan

RLPP, pembagian ukuran lingkar pinggang

antara status gizi dengan kadar asam urat darah 6

pada pasien rawat jalan usia dewasa di

tetap mengontrol faktor risiko terjadinya

Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa,

asam urat.

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

3. Bagi penelitian

1. Terdapat

hubungan

antara

lingkar

a. Diharapkan

dilakukannya

penelitian

pinggang dengan kadar asam urat darah

serupa dengan variabel yang berbeda

pada pasien rawat jalan usia dewasa di

seperti aktivitas dan pola konsumsi atau

Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa.

menggunakan desain penelitian lain

2. Terdapat hubungan antara rasio lingkar

seperti case control ataupun cohort.

pinggang panggul dengan kadar asam urat

b. Diharapkan

dilakukannya

penelitian

darah pada pasien rawat jalan usia dewasa

serupa dengan subjek yang berbeda

di

seperti pada laki-laki dan perempuan di

Puskesmas

Tompaso

Kabupaten

Minahasa.

usia lanjut.

SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran

Akmal, M., Indahaan, Z., Widhawati., Sari, S.

yang dapat diberikan yaitu:

2010. Ensiklopedi Kesehatan. Jakarta:

1. Bagi Responden

Ar-Ruzz Media.

Diharapkan responden dapat menerima informasi

ini

sehingga

Arisman. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi-Gizi

dapat

Dalam

mengendalikan faktor risiko terjadinya hiperurisemia

salah

satunya

Daur

obesitas

Badan

Penelitian Departemen

lingkar

Indonesia.

pinggang

dan

panggul

rasio

lingkar

serta

dapat

kontrol

asam

urat

dan

Pengembangan

Kesehatan 2008.

Riset

Republik Kesehatan

Dasar 2007. Jakarta: Departemen

memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk melakukan

Jakarta:

Buku Penerbit Kedokteran EGC.

sentral yang ditunjukkan dengan besar pinggang

Kehidupan.

Kesehatan Republik Indonesia.

dan

Badan

memeriksakan kesehatannya.

Penelitian

dan

Kementerian

2. Bagi pelayanan kesehatan

Indonesia.

Pengembangan

Kesehatan

2013.

Riset

Republik Kesehatan

Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat

Dasar 2013.

memberikan promosi kesehatan mengenai

Kesehatan Republik Indonesia.

faktor

risiko,

pengobatan

cara

pencegahan

hiperurisemia

Jakarta: Kementerian

serta

Center for Disease Control and Prevention.

kepada

2013. Prevalence of Doctor-Diagnosed

masyarakat baik yang sudah mengalami

Arthritis

hiperurisemia maupun yang belum agar

Activity Limitation — United States, 7

and

Arthritis-Attributable

2010–2012. MMWR, (online), 62(44):

Maluku Tengah Tahun 2010. (online).

869-73,

Makara Kesehatan, 16(2): 89-94.,

(http://www.cdc.gov/mmwr/preview/

(http://journal.ui.ac.id/index.php/healt

mmwrhtml/mm6244a1.htm,

h/article/viewFile/1635/1365, diakses

diakses

pada 24 Maret 2014).

pada 3 April 2014).

Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa. 2013.

Zhu, Y., Pandya, B, J., Choi, H, K. 2011.

10 Penyakit Menonjol Tahun 2013.

Prevalence of gout and hyperuricemia

Tondano: Dinas Kesehatan Kabupaten

in the US general population: the

Minahasa.

National

Ganong,

W.

2008.Buku

Ajar

Fisiologi

Health

Examination

and

Survey

Nutrition 2007-2008.

Kedokteran Edisi 22. Jakarta: Penerbit

Arthritis dan Rheumatism, (online),

Buku Kedokteran EGC.

63(10):

Gibson,

Gibson,

R.

2005.

Priciples

3136-41.

of

(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed

Nutritional Assesment Second Edition.

/21800283, diakses pada 24 Maret

New York: Oxford University Press.

2014).

Junaidi, I. 2013. Rematik dan Asam Urat. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer. Lingga, L. 2012. Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka. Purnamaratri, A. 2007.Hubungan Beberapa Indikator Obesitas dengan Kadar Asam

Urat,

(online),

(http://eprints.undip.ac.id/26121/2/94_ Asri_Wulan_Purnamaratri_G2C00323 2.pdf, diakses pada 8 April 2014). Puskesmas

Tompaso.

Kesakitan

2014.

Puskesmas

Laporan Tompaso.

Tompaso: Puskesmas Tompaso. Supariasa, I., Bakri, B., Fajar, I. 2012. Penentuan

Status

Gizi.

Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Talarima,

B.

2012.Faktor

Risiko

Gouty

Arthritis Di Kota Masohi Kabupaten 8