HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST

Download penyembuhan luka post operasi Sectio Caesarea (SC) pada ibu nifas. Status gizi merupakan faktor yang sangat penting untuk proses penyembuha...

0 downloads 497 Views 72KB Size
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESAREA (SC) PADA IBU NIFAS DI POLI KANDUNGAN RSUD DR. R. KOESMA TUBAN (The Correlation Between Nutritional Status With Wound Healing Post Operation Sectio Caesarea (SC) On Postpartum Mothers At The Poly Obsgyn RSUD Dr. R. Koesma Tuban) Dwi Kurnia P. S. Prodi DIII Kebidanan STIKES NU Tuban ABSTRAK Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang mati/rusak dengan jaringan baru & sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Tingginya angka kejadian penyembuhan luka post operasi Sectio Caesarea (SC) yang tidak terinfeksi disebabkan karena status gizi ibu nifas yang mempunyai berat badan normal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara status gizi dengan penyembuhan luka post operasi Sectio Caesarea (SC) pada ibu nifas. Penelitian ini menggunakan desain “observasional (survey)” yang bersifat analitik dengan pendekatan waktu cross sectional yang melibatkan 36 responden yang kontrol di Poli Kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban dan diambil secara Purposive Sampling. Pengumpulan data menggunakan nomogram IMT dan lembar observasi. Data dianalisis dengan menggunakan uji Koefisien Kontingensi (C) dengan tingkat signifikan α < 0,05. Perangkat yang digunakan adalah SPSS versi 16.0 for windows. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari36 responden sebagian besar status gizi responden mempunyai berat badan normal yang berjumlah 27 (75%) responden. Sebagian besar responden tidak mengalami infeksi dalam penyembuhan luka yang berjumlah 27 (75%) responden. Hasil analisis dengan uji Koefisien Kontingensi (C) menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 yang berarti bahwa H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara status gizi dengan penyembuhan luka post operasi Sectio Caesarea (SC) pada ibu nifas. Status gizi merupakan faktor yang sangat penting untuk proses penyembuhan luka pasca operasi. Masyarakat khususnya yang memiliki anggota keluarga seorang ibu nifas post operasi Sectio Caesarea (SC) sebaiknya memperhatikan status gizi dan penyembuhan luka pada ibu nifas post operasi Sectio Caesarea (SC), akhirnya status gizi ibu nifas dengan post operasi Sectio Caesarea (SC) yang baik dapat mewujudkan penyembuhan luka yang baik pula. Kata Kunci: Status Gizi, Penyembuhan Luka, Sectio Caesarea

ABSTRACT Wound healing is a process of replacement of dead tissue/damaged with new and healthy tissue by the body by way of regeneration. The high incidence of post operative wound healing Sectio Caesarea (SC) that is not caused by the nutritional status of infected post partum women who have normal weight. The purpose of this study was to determine the relationship between nutritional status with post operative wound healing Sectio Caesarea (SC) on post partum mothers. The design of this study was "observational (survey)" analytic approach involving cross-sectional time of 36 respondents controlled at the Poly Obsgyn RSUD Dr. R. Koesma Tuban and purposive sampling. Collecting data using the nomogram BMI and observation sheets. Data were analyzed using Contingency Coefficient Test (C) with a significant level of α < 0,05. The device used was SPSS version 16.0 for Windows. Based on the results of 36 respondents, most of the nutritional status of respondents with normal weight, amounting to 27 (75%) of respondents. Most respondents did not have an infection in the wound healing of the 27 (75%) of respondents. The results of the analysis of test contingency coefficient (C) shows that the value of p = 0.000 which means that H1 is accepted, it means there is a relationship between nutritional status with postoperative wound healing Sectio Caesarea (SC) on postpartum mothers.Nutritional status is a very important factor for postoperative wound healing process. Communities, particularly those with a family member postpartum mothers postoperative Sectio Caesarea (SC) should pay attention to nutritional status and wound healing in postoperative postpartum women Sectio Caesarea (SC), finally the nutritional status of puerperal

297

women with postoperative Sectio Caesarea (SC) that can either be wound healing realize that good anyway. Keywords:Nutritional Status, Wound Healing, Sectio Caesarea

Sifat penyembuhan pada semua luka sama dengan variasinya tergantung pada lokasi, tingkat keparahan dan luas lukanya. Kemampuan sel dan jaringan melakukan regenerasi atau kembali ke struktur normal melalui pertumbuhan sel juga mempengaruhi penyembuhan luka. Pengangkatan jahitan dilakukan pada hari ke-7 untuk sebagian dan diselesaikan pada hari ke-10.24)Status gizi merupakan suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh.2) Pada pasien obesitas jaringan adiposa biasanya mengalami avaskuler sehingga mekanisme pertahanan terhadap mikroba sangat lemah dan mengganggu penyempurnaan status gizi ke arah luka, akibatnya penyembuhan luka menjadi lambat. Menurut World Health Organization (WHO), standar rata-rata operasi sectio caesarea di sebuah Negara yaitu sekitar 5-15%. Presentase operasi sectio caesarea di Indonesia sekitar 5%, di rumah sakit pemerintah rata-rata 11%, sementara di rumah sakit swasta bisa lebih dari 30%. Angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih 359 per 100.000 kelahiran hidup.Sebagian besar kematian ibu (60%) terjadi selama nifas yakni masa sesudah bersalin sampai 6-8 minggu, setelah alat-alat kandungan pulih kembali. Padahal target Indonesia untuk Angka Kematian Ibu (AKI) dalam Millenium

PENDAHULUAN Pelayanan keperawatan bidang kesehatan modern mencakup berbagai macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah sectio caesarea.6) Luka Sectio Caesarea (SC) merupakan rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu dari suatu tindakan histerektomi untuk melahirkan janin dalam rahim.21)Sectio caesarea merupakan suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu histerektomia untuk janin dari dalam rahim. Penyembuhan dan perbaikan luka adalah proses penggantian sel-sel mati yang berbeda dari sel asalnya. Sel baru membentuk jaringan granulasi, yang nantinya menjadi jaringan parut fibrosa. Penyembuhan luka secara ideal berusaha memulihkan jaringan ke dalam bentuk semula, namun bila tidak mungkin akan terbentuk jaringan parut.Tindakan pertolongan persalinan secara sectio caesarea juga dapat meningkatkan terjadinya infeksi postnatal karena proses penyembuhan luka sectio caesarea yang buruk/luka sectio caesarea yang tidak sembuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa angka infeksi dapat mencapai 25,3% tetapi sebagian besar sectio caesarea, berdasarkan definisi merupakan pembedahan “bersih” yang seharusnya memiliki angka infeksi tidak lebih dari 2%. Proses penyembuhan luka melibatkan integritas proses fisiologi.21) 298

Development Goal's 2015 berkisar 102 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Tercatat dari 17.665 angka kelahiran terdapat 35,7%-55,3% ibu melahirkan dengan proses sectio caesarea di Jawa Timur. AKI pada tahun 2012 sebesar 97,4 per 100.000 kelahiran hidup di Jawa Timur. Jumlah tersebut mengalami penurunan dari tahun 2011 yaitu sebesar 104 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jawa Timur, 2012), sedangkan dari hasil survey yang dilakukan oleh peneliti pada tahun 2013 di Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban dilaporkan jumlah angka kematian ibu akibat sectio caesarea mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir pada tahun 2010 sebanyak 10 kasus kematian maternal, tahun 2011 sebanyak 12 kasus kematian maternal dan tahun 2012 sebanyak 18 kasus kematian maternal (Laporan Dinkes Tuban). Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tahun 2013 di Dinas Kesehatan Tuban, Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Tuban pada tahun 2008 sekitar 0,07%, yaitu sebanyak 14 ibu meninggal dari 19.345 perkiraan persalinan. Tahun 2009 menurun menjadi sekitar 0,03% yaitu sebanyak 7 ibu meninggal dari 19.332 perkiraan persalinan. Tahun 2010 mengalami peningkatan lagi menjadi 0,05% yaitu sebanyak 10 ibu meninggal dari 19.292 perkiraan persalinan(Dinas Kesehatan Tuban, 2010). Dari data Rekam Medis di RSUD Dr. R. Koesma Tuban pada tahun 2012 diperoleh 110 ibu postsectio caesarea, sedangkan pada tahun 2013 mulai bulan Januari sampai Oktober diperoleh data sejumlah 167 ibu nifas postsectio caesarea. Angka Kematian Ibu akibat sectio caesarea mengalami peningakatan yaitu pada tahun 2012 terdapat 8 ibu meninggal, sedangkan

pada tahun 2013 terdapat 10 ibu meninggal akibat sectio caesarea. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada ibu nifas post operasi sectio caesarea yang berada di Poli Kandungan Dr. R. Koesma Tuban terdapat 10 orang ibu nifas post operasi sectio caesarea didapatkan 6 (60%) ibu yang luka jahitannya kering dan sembuh penyembuhan lukanya berlangsung < 5 hari karena status sosial ekonomi yang cukup dan status gizinya baik, sedangkan 4 (40%) ibu yang luka jahitannya terlihat masih basah dan belum sembuh penyembuhan lukanya berlangsung > 5 hari, hal ini terjadi karena ibu malas makan dan adanya pantangan atau larangan makanan dari pihak keluarga. Berbagai faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka diantaranya usia, obesitas, merokok, obat-obatan, diabetes mellitus, stres luka, status gizi, sosial budaya (pantangan makanan), dan personal hygiene.21) Status gizi merupakan hasil keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh dan 1) penggunaannya. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih.2)Perbaikan status gizi pada pasien yang memerlukan tindakan bedah sangat penting untuk mempercepat penyembuhan luka operasi.9) Mereka mendapat sepsis sering terjadi setelah seminggu perawatan dan sangat susah ditanggulangi dan berakhir dengan kematian. Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka sectio caesarea yang mengakibatkan timbulnya infeksi pada luka operasi, yaitu faktor host dan faktor resiko pembedahan. Faktor host terdiri dari usia, status gizi, terapi steroid, kadar hemoglobin, pengguna antibiotik, sedangkan faktor resiko pembedahan, 299

yaitu durasi operasi, tipe prosedur operasi, kualifikasi operator, tipe anestesi, penutupan kulit.27) Fase proliferasi status gizi sangat berperan penting dalam proses granulasi jika tidak ada infeksi/kontaminasi pada fase inflamasi karena hal ini dapat berfungsi untuk mengisi ruang yang kosong atau pembentukan fibrin pada daerah luka sehingga penyembuhan luka dapat berjalan secara maksimal. Status gizi sangat penting untuk proses penyembuhan luka pasca operasi, hal ini telah diketahui bahwa status gizi yang buruk akan memperlambat penyembuhan luka akibat kekurangan vitamin, mineral, protein dan zat-zat lain yang diperlukan dalam proses penyembuhan luka. Faktor lain yang mempengaruhi proses penyembuhan luka sectio caesarea salah satunya yaitu usia, karena semakin lanjut usia maka luka akan semakin lama sembuh sebab respon sel dalam proses penyembuhan luka akan lebih lambat. Status gizi dapat dilihat dari hasil indeks massa tubuh yang diketahui berdasarkan perbandingan antara berat badan dan tinggi badan ibu nifas. Apabila status gizi pasien baik maka penyembuhan luka juga akan baik.9) Penyembuhan luka menjadi masalah utama yang harus dihadapi setelah pembedahan. Perawatan luka yang tepat adalah salah satu faktor eksternal yang sangat mendukung dan berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka. Penerapan teknik perawatan yang tepat tersebut dilakukan baik pada saat pasien masih berada di ruang operasi maupun setelah pasien dipindahkan atau dirawat di bangsal perawatan.17) Berdasarkan uraian di atas akan dilakukan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut mengenai “Hubungan antara Status Gizi dengan Penyembuhan Luka Post Operasi

Sectio Caesarea (SC) pada Ibu Nifas di Poli Kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban”. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian “observasional (survey) yang bersifat analitik” dengan hipotesis “ada hubungan antara status gizi dengan penyembuhan luka post operasi Sectio Caesarea (SC) pada ibu nifas di Poli Kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban”. Pendakatan waktu dalam penelitian ini adalah cross-sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah status gizi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penyembuhan luka post operasi Sectio Caesarea (SC). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu nifas post operasi sc yang kontrol di Poli Kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban sejumlah 40 responden. Adapun kriteria inklusinya adalah : Pertama, ibu nifas yang berusia antara 20 sampai 35 tahun. Kedua, ibu nifas yang kontrol penyembuhan luka sc pada hari ke-5 sampai 7. Ketiga, bersedia untuk menjadi responden. Sampel untuk penelitian ini adalah 36 responden yang diambil dengan Teknik Purposive Sampling. Cara pengumpulan data yaitu dengan mengambil data primer pada responden secara langsung, yang berisi tentang nomogram untuk menghitung nilai IMT orang dewasa dan observasi penyembuhan luka post operasi Sectio Caesarea (SC). Setelah dilakukan pengamatan, selanjutnya mengobservasi keadaan luka post operasi Sectio Caesarea (SC). Sedangkan nomogram IMT tentang status gizi yang berisi perbandingan berat badan dan tinggi badan responden. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji statistik non 300

parametrik yaitu uji Kontingensi (C)dengan signifikan α ≤ 0,05.

Koefisien tingkat

RSUD Dr. R. Koesma Tuban pada Mei 2014 Lama Penyembuhan f % Luka Kurang dari 1 minggu 27 75. 0 Lebih dari 1 minggu 9 25. 0 Jumlah 36 10 0

HASIL PENELITIAN Usia Responden Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia pada Ibu Nifas yang di Poli Kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban pada Mei 2014 Usia (Tahun) f % 20-25 13 36,1 26-35 23 63,9 Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar (75.0%) responden mengalami lama penyembuhan luka selama kurang dari 1 minggu. Pengangkatan Jahitan

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar (63,9%) responden berusia 26-35 tahun. Nilai rata-rata (Mean) adalah 1,6389 dengan usia termuda (Min) adalah 20 tahun dan usia tertua (Max) adalah 35 tahun. Pengobatan Luka

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengangkatan Jahitan pada Ibu Nifas yang di Poli Kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban pada Mei 2014 Pengangkatan f % Jahitan Belum Diangkat 7 19. 4 Sudah Diangkat 29 80. 6 Jumlah 36 10 0

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengobatan Luka pada Ibu Nifas yang di Poli Kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban pada Mei 2014 Pengobatan Luka f % Tanpa Betadine 7 19.4 Dengan Betadine 29 80.6 Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar (80.6%) responden sudah mengalami pengangkatan jahitan.

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (80.6%) responden pengobatan lukanya dengan betadine.

Status Gizi Ibu Nifas Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Ibu Nifas di Poli Kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban pada Mei 2014

Lama Penyembuhan Luka Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Penyembuhan Luka pada Ibu Nifas yang di Poli Kandungan 301

Status Gizi BB Kurang BB Normal BB Lebih Jumlah

f 7 27 2 36

R. Koesma Tuban pada Mei 2014 Penyembuhan Luka f % Luka Tidak Terinfeksi 27 75. 0 Luka Terinfeksi 9 25. 0 Jumlah 36 10 0

% 19.4 75 5.6 100

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar (75%) responden mempunyai berat badan normal.

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar (75%) responden tidak mengalami infeksi dalam penyembuhan luka.

Penyembuhan Luka Ibu Nifas Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penyembuhan Luka Ibu Nifas di Poli Kandungan RSUD Dr.

Hubungan antara Status Gizi dengan Penyembuhan Luka Post Operasi Sectio Caesarea (SC) pada Ibu Nifas di Poli Kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban Tabel 7 Tabel Silang Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan antara Status Gizi dengan Penyembuhan Luka Post Operasi Sectio Caesarea (SC) pada Ibu Nifas di Poli Kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban Penyembuhan Luka Status Gizi Total Luka Tidak Terinfeksi Luka Terinfeksi BB Kurang 0 (0%) 7 (100%) 7 (100%) BB Normal 27 (100%) 0 (0%) 27 (100%) BB Lebih 0 (0%) 2 (100%) 2 (100%) 27 (75%) 9 (25%) 36 (100%) Total Z = 0,707 p = 0,000 α = 0,05 Berdasarkan tabel 7 di atas dapat ANALISIS HASIL PENELITIAN diketahui bahwa sebagian besar Berdasarkan hasil Uji Koefisien responden yang penyembuhan lukanya Kontingensi (C)menggunakan SPSS tidak terinfeksi mempunyai status gizi versi 16.0 dengan tingkat kemaknaan dengan berat badan normal sebesar 27 α = 0,05 diperoleh p = 0,000 dimana (100%) responden. Sedangkan 0,000 < 0,05, maka H1 diterima, responden yang penyembuhan lukanya berarti secara signifikan terdapat terinfeksi mempunyai status gizi hubungan antara dua variabel yang dengan berat badan kurang sebesar 7 diukur (ada hubungan antara status (100%) responden lebih tinggi gizi dengan penyembuhan luka post dibandingkan responden yang operasi Sectio Caesarea (SC) pada ibu penyembuhan lukanya terinfeksi nifas). mempunyai status gizi dengan berat badan lebih yaitu sebesar 2 (100%) responden. 302

dinilai dengan mengetahui berat badan dan tinggi badan pada ibu nifas.

PEMBAHASAN Status Gizi Ibu Nifas Dari penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar status gizi responden mengalami berat badan normal yang berjumlah 27 (75%) responden, sedangkan sebagian kecil status gizi responden mengalami berat badan kurang yang berjumlah 7 (19,4%) responden serta jumlah terkecil status gizi responden mengalami berat badan lebih dan obesitas yang masing-masing berjumlah 2 (5,6%) responden. Seperti yang dikemukakan oleh Almatsier (2005), status gizi merupakan suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Menurut Syamsuhidayat (2011), status gizi yang buruk mempengaruhi sistem kekebalan tubuh yang memberi perlindungan terhadap penyakit infeksi seperti penurunan sekretori imuno globulin (A IgA) yang dapat memberikan kekebalan permukaan membran mukosa, gangguan sistem fagositosis, gangguan pembentukan kekebalan humoral tertentu, berkurangnya sebagian komplemen dan berkurangnya thymus sel (T). Oleh sebab itu, status gizi pada ibu nifas tersebut masih ada yang mengalami keabnormalan akibat berat badan yang tidak sesuai. Menurut pendapat peneliti bahwa status gizi pada ibu nifas yang mengalami obesitas, jaringan lemak sangat rentan terhadap terjadinya infeksi. Selain itu, pasien obesitas sering sulit dirawat karena tambahan berat badan, pasien bernafas tidak optimal saat berbaring miring sehingga mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonal, dan status gizi itu dapat

Penyembuhan Luka Ibu Nifas Dari penelitian ini diketahui bahwa responden yang tidak mengalami infeksi dalam penyembuhan luka berjumlah 27 (75%) responden lebih besar dibandingkan dengan responden yang mengalami infeksi dalam penyembuhan luka yang berjumlah 9 (25%) responden. Menurut Koiner & Taylan, Luka merupakan terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit & jaringan di bawahnya yang terjadi secara tibatiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superfisial atau dalam. Seperti yang dikemukakan oleh Morison (2003), prinsip utama dalam manajemen perawatan luka yaitu pengendalian infeksi karena infeksi menghambat proses penyembuhan luka sehingga menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas bertambah besar. Infeksi luka post operasi merupakan salah satu masalah utama dalam praktik pembedahan. Dengan berkembangnya era asepsis, teknik operasi serta perawatan bedah maka komplikasi luka pasca operasi cenderung menurun. Jika luka pasien mengalami infeksi menyebabkan masa perawatan lebih lama, sehingga biaya perawatan di rumah sakit menjadi lebih tinggi. Proses penyembuhan luka yang terjadi akibat infeksi atau peradangan dapat dikenali dengan adanya beberapa tanda khas yang sering menyertai, Aulus Cornelius Celcus (30 SM–45 M) memberi istilah latin yaitu Rubor, Calor, Dolor, Tumor. Sementara Galen menambahkan dengan Functio Laesa, Pus, dan Abses (Boyle, 2009). Menurut pendapat peneliti bahwa penyembuhan luka pasca operasi sectio caesarea pada ibu nifas 304

yang masih mengalami infeksi itu disebabkan karena kurang maksimalnya ibu nifas tersebut dalam perawatan luka di rumah dan menjaga kebersihan badan terutama di daerah luka bekas operasi sectio caesarea serta pada ibu nifas yang belum dianjurkan untuk mandi sehingga dapat terjadi tanda-tanda infeksi seperti adanya calor, dolor, dan pus pada daerah luka bekas operasi sectio caesarea.

personal hygiene. Menurut Mc Laren dalam Suhardjo (2009), status gizi merupakan hasil keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh dan penggunaannya. Perbaikan status gizi pada pasien yang memerlukan tindakan bedah sangat penting untuk mempercepat penyembuhan luka operasi. Status gizi sangat penting untuk proses penyembuhan luka pasca operasi. Apabila status gizi pasien baik maka penyembuhan luka juga akan baik (Djalinz, 2004). Proses penyembuhan luka yang terjadi akibat infeksi atau peradangan dapat dikenali dengan adanya beberapa tanda khas yang sering menyertai, Aulus Cornelius Celcus (30 SM–45 M) memberi istilah latin yaitu Rubor, Calor, Dolor, Tumor. Sementara Galen menambahkan dengan Functio Laesa, Pus, dan Abses (Boyle, 2009). Oleh karena itu, menurut pendapat peneliti bahwa pada setiap rumah sakit pasti sudah memiliki takaran menu/standar makanan yang harus diberikan kepada setiap ibu nifas dan apabila ibu nifas menghabiskan jatah makanan yang diberikan oleh rumah sakit maka secara otomatis status gizi ibu nifas (dalam hal ini yang berkaitan dengan proses penyembuhan luka) juga akan terpenuhi. Apabila status gizi ibu nifas baik maka penyembuhan luka juga akan baik.

Hubungan antara Status Gizi dengan Penyembuhan Luka Post Operasi Sectio Caesarea (SC) pada Ibu Nifas di Poli Kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban Setelah melakukan analisis data dengan menggunakan program SPSS versi 16,0 for windows dengan uji Koefisien Kontingensi (C) dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 diperoleh p = 0,000 dimana 0,000 < 0,05, maka H1diterima dengan demikian terdapat hubungan antara status gizi dengan penyembuhan luka post operasi Sectio Caesarea (SC) pada ibu nifas. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang penyembuhan lukanya tidak terinfeksi mempunyai status gizi dengan berat badan normal sebesar 27 (100%) responden. Sedangkan responden yang penyembuhan lukanya terinfeksi mempunyai status gizi dengan berat badan kurang sebesar 7 (100%) responden lebih tinggi dibandingkan responden yang penyembuhan lukanya terinfeksi mempunyai status gizi dengan berat badan lebih yaitu sebesar 2 (100%) responden. Seperti yang dikemukakan oleh Potter (2005), terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka diantaranya usia, obesitas, merokok, obat-obatan, diabetes mellitus, stres luka, status gizi, sosial budaya (pantangan makanan), dan

SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN 1) Sebagian besar status gizi pada ibu nifas di Poli Kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban mengalami berat badan normal. 2) Sebagian besar penyembuhan luka post operasi Sectio Caesarea (SC) pada ibu nifas di Poli Kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban tidak 305

mengalami infeksi dalam penyembuhan luka. 3) Terdapat hubungan antara status gizi dengan penyembuhan luka post operasi Sectio Caesarea (SC) pada ibu nifas di Poli Kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban karena nilai p = 0,000 dimana 0,000 < 0,05. Oleh sebab itu, status gizi sangat penting untuk proses penyembuhan luka post operasi Sectio Caesarea (SC). Karena status gizi pasien yang baik maka penyembuhan lukanya juga baik.

KEPUSTAKAAN 1) Agus K. B, Moch. 2001. Dasardasar Ilmu Gizi. Malang: Universitas Muhammadiyah. 2) Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 3) Bare S. C, Smeltzer. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC. 4) Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 5. Jakarta: EGC. 5) Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC. 6) Chrissie G-Mundy. 2005. Pemulihan Pasca Operasi Caesar. Jakarta: Erlangga. 7) Depkes RI. 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi pada Orang Dewasa. Jakarta. 8) Eka putra, Erfandi. 2013. Evolusi Manajemen Luka. Jakarta: TIM. 9) Gallagher, C. & Mundy. 2004. Pemulihan Pasca Operasi Caesar. Jakarta: Erlangga. 10) Hamilton, Persis, Mary. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. 11) Hartining, Setya. 2010. Hubungan Pantangan Makan dengan Lama Penyembuhan Luka pada Ibu Nifas di Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar, Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret : 37-44. 12) Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit, Edisi 2. Jakarta: EGC. 13) Ija M. 2009. Pengaruh Status Gizi Pasien Bedah Mayor Pre Operasi terhadap Penyembuhan Luka dan Lama Rawat Inap Pasca Operasi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Tesis.

SARAN Pihak peneliti selanjutnya seharusnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengembangkan variabel confounding, seperti aktivitas dan riwayat persalinan ibu nifas. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak dari ibu nifas post operasi Sectio Caesarea (SC) sehingga nilai status gizi dan penyembuhan luka yang diperoleh dapat digunakan sebagai nilai standar status gizi dan penyembuhan luka untuk ibu nifas post operasi Sectio Caesarea (SC). Pihak institusi dapat memberikan pembekalan kepada mahasiswa tentang status gizi dengan penyembuhan luka post operasi Sectio Caesarea (SC) pada ibu nifas dengan menambahkan materi tentang status gizi dan penyembuhan luka dalam mata kuliah Keperawatan Maternitas. Masyarakat, khususnya yang memiliki anggota keluarga seorang ibu nifas post operasi Sectio Caesarea (SC) sebaiknya memperhatikan status gizi dan penyembuhan luka pada ibu nifas post operasi Sectio Caesarea (SC), sehingga status gizi ibu nifas dengan post operasi Sectio Caesarea (SC) yang baik dapat mewujudkan penyembuhan luka yang baik pula. 306

14) Kemenkes RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. 15) Liu, David T. Y. 2007. Manual Persalinan Edisi 3. Jakarta: EGC. 16) Manuaba, Ida Bagus Gede. 2012. Buku Ajar Pengantar Kuliah Teknik Operasi Obstetri & Keluarga Berencana. Jakarta: TIM. 17) Morison, Moya J. 2003. Manajemen Luka. Jakarta: EGC. 18) Musrifatul, Uliyah dan Hidayat, A. Azis Alimul. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. 19) Notoatmojo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi II. Jakarta: Rineka Cipta. 20) Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. 21) Perry dan Potter. 2010. Fundamental Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC. 22) Reeder, Sharon J, dkk. 2011. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga. Jakarta: EGC. 23) Riyadi, Hadi. 2004. Penilaian Status Gizi dalam Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Surabaya. 24) Saifuddin, Abdul Bari dan Rachimhadhi, Trijatmo. 2000. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 25) Sastrawinata, R. Sulaiman. 1987. Obstetri Operatif. Bandung. 26) Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

27) Suriadi. 2004. Perawatan Luka, cet. 1. Jakarta: Cv. Sagung Seto. 28) Wijayanti, RE, dkk. 2010. Hubungan Pengetahuan Ibu Post Operasi SC Tentang Gizi dengan Asupan Protein. Jurnal Kesehatan Suara Forikes, Volume 1 Nomor 4: 273-278. 29) Yanti, Nova. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka Post Operasi SC di RSUP H. Adam Malik Medan Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara: 44-60. 30) Kurniawati, Fety. 2011. Sistem Muskuloskeletal. (http://fetybyanstec.wordpress. com/2011/06/22/radang,pengertian, macam,peran,tanda-tanda,faktor pengaruh,aspek-cairan-selulerperadangandlllll/) diakses pada tanggal 8 April 2014. 31) Tim. 2013. Aplikasi Program SPSS Versi 11.5 Untuk Analisa Data Penelitian Kesehatan. Surabaya : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. 32) Tim Rumah Sakit. 2014. Profil RSUD Dr. R. Koesma Kabupaten Tuban. Tuban : Pemerintah Kabupaten Tuban RSUD Dr. R. Koesma.

307