HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENALARAN MORAL DENGAN

Download HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENALARAN MORAL DENGAN KEDISIPLINAN . SISWA SMKN I SRAGEN. NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : TRI WAHYUNO ILHAM. F ...

0 downloads 462 Views 12MB Size
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENALARAN MORAL DENGAN KEDISIPLINAN SISWA SMKN I SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh : TRI WAHYUNO ILHAM F 100 070 058

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENALARAN MORAL DENGAN KEDISIPLINAN SISWA SMKN I SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

DISUSUN OLEH : TRI WAHYUNO ILHAM F 100 070 058

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Naskah Publikasi Tri Wahyuno Ilham 2012

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENALARAN MORAL DENGAN KEDISIPLINAN SISWA SMKN I SRAGEN PROPOSAL SKRIPSI Tri Wahyuno Ilham Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstrak.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat penalaran moral dengan kedisiplinan siswa SMKN I Sragen, tingkat penalaran moral pada subjek penelitian, tingkat kedisiplinan siswa SMKN I Sragen dan sumbangan efektif tingkat penalaran moral terhadap kedisiplinan siswa.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, yaitu denganmenggunakan skala sebagai alat ukur tingkat penalaran moral dan kedisiplinan siswa. Analisisdatamenggunakan korelasi product momentPenelitian dilakukan di SMKN I Sragen dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa SMKN 1 Sragen kelas X dan XI berjumlah berjumlah 744 siswa yang terdiri dari 24 kelas.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu siswa-siswi kelas X dan XI terdiri dari empat kelas yang berjumlah 125 siswa, dengan rinciannya yaitu kelas X dua kelas dan kelas XI dua kelas yang ditentukan dengan cara Cluster sampel.Hasil analisis menunjukkan, terdapat hubungan yang sangat signifikan antara penalaran modal dengan kedisiplinan siswa dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,746 dengan p= 0,00 (p< 0,01), hal ini menunjukkan semakin tinggi penalaran modal maka diikuti dengan meningkatnya kedisiplinan siswa dan sebaliknya semakin rendah penalaran moral seseorang maka semakin rendah pula kedisiplinan siswa di SMKN 1 Sragen. Penalaran modal siswa memiliki nilai rerata empirik 13,032 dan rerata hipotetik sebesar 10, kategorisasi menunjukkan bahwa tingkat penalaran moral tersebut termasuk pada kategori tinggi. Kedisiplinan siswa memilikinilai rerata empirik 43,104, sedangkan dengan nilai rerata hipotetik sebesar 37,5, kategorisasi menunjukkan bahwa kedisiplinan siswa termasuk pada kategori tinggi. Penalaran modal memberikan kontribusi sebesar 55,7% terhadap kedisiplinan siswa di SMKN 1 Sragen.

kata kunci: penalaran moral, kedisiplinan siswa.

1

Naskah Publikasi Tri Wahyuno Ilham 2012

Sekolah

PENGANTAR

pendidikan

Latar Belakang Masalah Realitas masa modern sekarang ini tepat

dinyatakan

(utamanya

bahwa

generasi

moralitas

muda)

bangsa

Indonesia telah benar-benar mengalami dekandensi akhlak luar biasa dalam standar umum, apalagi akhlak yang baik sekarang lebih didominasi oleh akhlak buruk.Tak

terkecuali

moralitas

komunitas yang fisiknya akrab dengan bangku-bangku

instistusi

pendidikan.

Merebaknya isu-isu pelanggaran moral di kalangan remaja yang duduk di bangku institusi pendidikan sudah cukup banyak seperti penggunaan narkotika atau

obat-obatan

terlarang,

tawuran

pelajar, pelanggaran tata tertib sekolah, bolos dan nongkrong di pinggir jalan, pornografi, perkosaan, merusak milik orang

lain,

perampasan,

penipuan,

pengguguran kandungan, penganiayaan, perjudian, pelacuran, pembunuhan, dan lain sebagainya, sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Kondisi demikian sangat

memprihatinkan

masyarakat

khususnya para orang tua dan para guru, sebab pelaku korbannya adalah anakanak

muda,

terutama

pelajar

mahasiswa (Marsuciati, 2003).

dan

sebagai

lembaga

mempunyai

kebijakan

tertentu yang dituangkan dalam bentuk aturan.Salah

satunya

adalah

aturan

sekolah yang disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk mentaati tata tertib sekolah di dalam menuju keberhasilan proses belajar mengajar, membentuk karakteristik siswa agar disiplin dan bertanggung jawab. Peraturan sekolah dibuat agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan sekolah, mengontrol diri

dan

berperilaku

bertanggung sesuai

jawab

dengan

serta

tuntutan

lingkungan sekolah. Disiplin sekolah dianggap sebagai sarana agar proses belajar dapat efektif. Karena tujuan disiplin di sekolah adalah efektivitas proses belajar mengajar, maka perilaku yang dianggap tidak mendukung proses belajar

mengajar

dianggap

masalah

disiplin(Marsuciati, 2003). Hasil interview dengan guru BK bahwa kenyataan sehari-hari seringkali terjadi pelanggaran terhadap peraturan sekolah, masih banyak siswa yang bertingkah laku kurang baik dan kurang benar serta tidak dapat mengendalikan dorongan dirinya yang selalu berubahubah.Pelanggaran terhadap kedisiplinan di sekolah yang sering terjadi meliputi jenis

pelanggaran

terlambat

masuk

2

Naskah Publikasi Tri Wahyuno Ilham 2012

sekolah,

bolos

berpakaian

saat

tidak

jam

pelajaran,

sesuai

dengan

adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh

kelompok

dari

padanya

dan

ketentuan, dan merokok. Jenis-jenis

kemudian mau membentuk perilakunya

pelanggaran tersebut diatas diperoleh

agar sesuai dengan harapan sosial tanpa

data dari pihak sekolah menunjukkan

terus dibimbing, diawasi, didorong, dan

dari keseluruhan kelas X dan XI yang

diancam hukuman seperti yang dialami

berjumlah 744 siswa 20% diantaranya

waktu anak-anak. Remaja dituntut oleh

tidak

lingkungan untuk menyesuaikan dengan

berdisiplin

di

sekolah.

Hasil

tersebut menunjukkan bahwa masih

kondisi

banyak siswa yang tidak disiplin di

teman sepergaulannya, dan penyesuaian

sekolah.Siswa

terhadap moral yang berlaku.Dalam hal

tidak

menyadari

pentingnya kedisiplinan di sekolah.

sosial,

penyesuaian

dengan

itu pribadi, sosial dan moral remaja

Faktor-faktor yang mempengaruhi

seirama dengan perkembangan remaja

kedisiplinan siswa adalah dipengaruhi

dan perkembangan masyarakat yang

faktor lingkungan, suasana emosional

melahirkan

sekolah, sikap terhadap pelajaran dan

lainnya(dalam Budiningsih, 2004).

moral

dan

nilai-nilai

hubungan guru dengan murid, faktor

Seseorang dikatakan bermoral jika

fisiologis dan faktor psikologis(Winnkel

memiliki kesadaran moral yaitu dapat

dan Syah, 2008).

menilai hal-hal yang baik dan buruk, hal-

Pendidikan

untuk

hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh

memberikan bekal yang diperlukan oleh

dilakukan serta hal-hal yang etis dan

peserta

mengarungi

tidak etis. Orang yang bermoral dengan

kehidupan sehari-hari sebagai anggota

sendirinya akan nampak dalam penilaian

masyarakat.Melalui

pendidikan,

atau penalaran moralnya serta pada

mampu

perilaku yang baik, benar, dan sesuai

membangun sikap dan tingkah laku serta

dengan etika. Artinya, ada kesatuan

pengetahuan dan keterampilan yang

antara penalaran moral dengan perilaku

perlu dan berguna bagi kelangsungan

moralnya. Dengan kata lain, betapapun

dan kemajuan diri dalam masyarakat,

bermanfaatnya suatu perilaku moral

bangsa dan negara.

terhadap nilai kemanusiaan, namun jika

seseorang

didik

bertujuan dalam

diharapkan

Salah satu tugas perkembangan

perilaku tersebut tidak disertai dan

penting yang harus dikuasai remaja

didasarkan pada penalaran moral, maka

3

Naskah Publikasi Tri Wahyuno Ilham 2012

perilaku tersebut belum dapat dikatakan

penalaran

sebagai perilaku yang mengandung nilai

kesempatan alih peran, situasi moral,

moral.

konflik moral kognitif, keluarga, dan Menurut

Kohlberg

(dalam

moral

seseorang,

yaitu

pendidikan.

Budiningsih, 2004), perilaku moral akan

Menurut Kohlberg (dalam Al-

begitu sempit jika hanya dibatasi pada

Mighwar,

perilaku moral yang dapat dilihat saja.

perbuatan moral pada intinya bersifat

Perilaku moral meliputi hal-hal yang

rasional. Keputusan moral bukanlah soal

dapat dilihat dalam bentuk tindakan

perasaan atau nilai, melainkan selalu

moral dan hal-hal yang tidak dapat

mengandung

dilihat.Penalaran moral untuk membuat

terhadap keadaan dilema moral dan

suatu keputusan dalam melakukan suatu

bersifat konstruksi kognitif yang bersifat

tindakan moral adalah perilaku moral

aktif terhadap titik pandang masing-

yang tidak dapat dilihat, tetapi dapat

masing

ditelusuri dan dapat diukur.

mempertimbangkan

Menurut Budiningsih, pemikiran penentu

Kohlberg

2004), moral

yang

(dalam

penalaran

merupakan

atau faktor

melahirkan

perilaku

moral.Oleh

karena

itu,

untuk

menemukan

perilaku

moral

2006),

suatu

individu

tuntutan,

hak,

penilaian

tafsiran

dan

kognitif

sambil

dengan

segala

macam

kewajiban,

dan

keterlibatan setiap pribadi terhadap suatu yang

baik

merupakan menentukan

dan

adil.

tindakan

Kesemuanya kognitif.Usia

bagaimana

penalaran

yang

tersebut dilakukan. Tingkat pemikiran

melalui

moral orang dewasa sudah lebih matang

penalarannya.Artinya, pengukuran moral

dibandingkan dengan anak remaja.Usia

yang benar tidak sekedar mengamati

dewasa sudah mengenal konsep-konsep

perilaku moral yang tampak, tetapi harus

moralitas seperti kejujuran, keadilan,

melihat pada penalaran moral yang

kesopanan, kedisiplinan dan sebagainya.

mendasari keputusan perilaku moral

Walaupun orang dewasa tidak selalu

tersebut.

mengikuti

sebenarnya

dapat

Dengan

ditelusuri

mengukur

tingkat

perinsip-prinsip

moralitas

penalaran moral akan dapat mengetahui

mereka sendiri, namun riset menyatakan

tinggi

bahwa

rendahnya

moral

tersebut.

prinsip-prinsip

tersebut

Menurut Kohlberg ada lima faktor yang

menggambarkan

dapat

sebenarnya dari pemikiran moral.

mempengaruhi

perkembangan

keyakinan

yang

4

Naskah Publikasi Tri Wahyuno Ilham 2012

Perilaku moral seseorang antara

perkembangan

penalaran

moral

satu individu dengan individu yang lain

postkonvensional harus dicapai selama

tidaklah

masa remaja, akan tetapi beberapa

selalu

sama.

Hal

ini

mengindikasikan adanya perkembangan

penelitian

moral seseorang. Perkembangan moral

remaja

(dalam

adalah

penalaran moral Kohlberg, menunjukkan

perkembangan yang berkaitan dengan

bahwa pada umumnya remaja berada

aturan dan konvensi mengenai apa yang

dalam tingkatan konvensional. Penelitian

seharusnya

Kusdwirarti

Santrok,

2003),

dilakukan

oleh

manusia

tentang

yang

penalaran

mengacu

moral

pada

Setiono

teori

(1982),

dalam interaksinya dengan orang lain.

menunjukkan bahwa dari 180 mahasiswa

Perkembangan

Unpad

penalaran

moral

peserta

KKN

yang

diukur

menentukan bagaimana seorang individu

penalaran moralnya berdasarkan Moral

menilai dunia luarnya, perkembangan

Judgment Interview (MJI);1% tahap 2,

penalaran moral membedakan antara

56 % tahap 3 dan 43% tahap 4.

anak kecil, remaja dan orang dewasa

Hasil

penelitian

tersebut

dalam hal penilaian baik dan buruknya

menunjukkan bahwa tahap penalaran

suatu perilaku.

moral remaja Indonesia pada umumnya

Pentingnya penalaran

perkembangan

moral

manusia,

maka

psikologi

di

Lawrence

antara

tahap

3

(Orientasi

dalam

kehidupan

kesepakatan antar pribadi, atau orientasi

berbagai

penelitian

anak manis (good boy / girl)) dan 4

dilakukan.

(Orientasi hukum dan ketertiban), tetapi

bidang

ini

Kohlberg,

penelitian

berkisar

Piaget

memperluas

tentang

penalaran

biasanya

lebih

mencapai

tahap

banyak 3,

yang

yaitu

baru

Orientasi

aturan konvensi sosial, menjadi tiga

kesepakatan antar pribadi, atau orientasi

tingkatan penalaran moral yang terdiri

anak manis (good boy/girl) dimana

dari prakonvensional, konvensional, dan

dalam tahap tiga ini, anak memandang

postkonvensional. Tiga tingkat tersebut

suatu perbuatan itu baik, atau berharga

kemudian dibagi atas enam tahap (dalam

baginya apabila dapat menyenangkan,

Budiningsih, 2004).

membantu, atau disetujui atau diterima

Menurut

(dalam

orang lain sedangkan tahap 4 itu terdapat

Hurlock, 1993), tahap perkembangan

orientasi terhadap otoritas, aturan yang

moral

tetap, dan penjagaan tata tertib sosial.

ke

Kohlberg tiga,

yaitu

tingkat

5

Naskah Publikasi Tri Wahyuno Ilham 2012

Usaha anak remaja membentuk identitas

siswa SMKN I Sragen. Oleh sebab itu

diri, membentuk dan menyusun sifat-

penulis melakukan penelitian tentang

sifat yang tetap dalam segala perubahan

hubungan antara tingkat penalaran moral

dan pergantian, perkembangan moral

dengankedisiplinan

merupakan salah satu segi yang penting.

Sragen.

siswa

SMKN

I

Dari uraian diatas disimpulkan bahwa penalaran moral remaja Indonesia pada umumnya berkisar antara tahap 3, yaitu orientasi kesepakatan antar pribadi, atau orientasi anak manis (good boy/girl) dimana dalam tahap tiga ini, anak memandang suatu perbuatan itu baik, atau berharga baginya apabila dapat menyenangkan,

membantu,

atau

di

setujui/diterima orang lain dan tahap 4 yaitu terdapat orientasi terhadap otoritas, aturan yang tetap, dan penjagaan tata tertib sosial. Tetapi pada kenyataan sehari-hari masih sering sekali terjadi pelanggaran terhadap peraturan sekolah, masih banyak siswa SMKN I Sragen yang bertingkah laku kurang baik dan kurang benar. Pelanggaran terhadap kedisiplinan di sekolah yang sering terjadi

meliputi

jenis

pelanggaran

terlambat masuk sekolah, bolos saat jam pelajaran, dengan

berpakaian ketentuan,

tidak

tidak

sesuai

mengikuti

upacara bendera, tidak mengerjakan PR dan merokok. Ini menunjukkan masih adanya

kesenjangan

antara

tingkat

penalaran moral dengan kedisiplinan

LANDSAN TEORI Kedisiplinan Siswa Manullang bahwa

(1991)

kedisiplinan

berpendapat

berarti

sanggup

melakukan apa yang sudah disetujui, baik persetujuan tertulis, lisan maupun berupa peraturan atau kebiasaan. Hurlock (1993) mengemukakan 4 aspek disiplin yaitu:Peraturan, pola yang ditetapkan oleh tingkah laku. Pola tersebut ditetapkan oleh guru bimbingan konseling di sekolah, orang tua, teman bermain, tujuan dari hal itu adalah untuk membekali anak dengan perilaku yang disetujui

dalam

situasi

tertentu.Hukuman, hukuman

pada

kesalahan, sebagai

memberikan siswa

perlawanan,

pembalasan

karena

ada

pelanggaran

atau

ganjaran.

Hukuman yang diberikan kepada siswa berfungsi agar siswa patuh sehingga tidak

melakukan

perbuatan

yang

merugikan orang lain maupun diri sendiri.Penghargaan, penghargaan tidak hanya berupa wujud materi tetapi juga dapat berwujud kata pujian.Fungsi dari

6

Naskah Publikasi Tri Wahyuno Ilham 2012

penghargaan adalah bernilai mendidik

2004), juga tidak memusatkan perhatian

sebagai

pada pernyataan orang tentang apakah

motivasi

serta

perilaku.Konsistensi,

memperkuat

berarti

tingkat

tindakan tertentu itu benar atau salah. Faktor yang dapat mempengaruhi

keseragaman atau stabilitas, bila dalam disiplin diri

siswa konsisten maka

perkembangan moral

remaja adalah

perilaku atau tingkah laku akan sesuai

keluarga. Kohlberg (dalam Budiningsih,

dengan norma yang ditentukan. Siswa

2004), memandang pengaruh utama dari

yang memiliki disiplin yang tinggi akan

keluarga adalah pada diskusi antara

memiliki

orang tua dengan anak mengenai nilai-

tanggung

jawab

terhadap

nilai dan norma, dari pada pengalaman

tingkah laku yang diperbuatnya.

anak sendiri akan disiplin, hukuman, dan hadiah dari orang tua.

Penalaran Moral Kusdiwarti (2009) menyatakan penalaran moral sebagai salah satu aspek kehidupan yang jelas mempengaruhi

HIPOTESIS Berdasarkan uraian dan teori yang

aspek-aspek kehidupan yang lainnya.

telah

Salah satunya adalah aspek lingkungan

hipotesis yang dapat diajukan dalam

sosial

sikap

penelitian ini yaitu adahubungan positif

penerimaan yang akan menyediakan

antara tingkat penalaran moral dengan

kesempatan

kedisiplinan

yang

memberikan bagi

individu

untuk

dikemukakan

siswa,

diatas,

artinya

maka

semakin

dari

tinggi tingkat penalaran moral, maka

perilakunya, sehingga dapat membangun

semakin tinggi pula kedisiplinan siswa di

suatu

sekolah.

mengalami

konsekuensi

keyakinan

dalam

membuat

Demikian

pula

sebaliknya,

keputusan yang mandiri, memperbesar

semakin rendah tingkat penalaran moral

rasa percaya diri dan rasa percaya pada

maka semakin rendah pula kedisiplinan

orang lain disekitarnya.

siswa di sekolah.

Penalaran

moral

menekankan

pada alasan mengapa suatu tindakan

METODE PENELITIAN

dilakukan, dari pada sekedar arti suatu

Variabel Penelitian

tindakan, sehingga dapat dinilai apakah tindakan

tersebut

buruk.Kohlberg

(dalam

baik

atau

Budiningsih,

Penulis menggunakan penalaran moral

sebagai

kedisiplinan

variabel

siswa

bebas

sebagai

dan

variabel

7

Naskah Publikasi Tri Wahyuno Ilham 2012

tergantung karena penulis mempunyai

manakah responden berada.Skala ini

asumsi bahwa variabel bebas yaitu

digunakan dengan alasan hingga kini

penalaran moral ini, variabel yang

baru

mempengaruhi variabel tergantung yaitu

mengidentifikasikan

kedisiplinan siswa.

penalaran

Kohlberg

yang

telah

tahap-tahap

moral

dan

perincian

prosedurnya dengan jelas dan sistematis, Subyek

untuk menentukan pada tahap penalaran

Populasi penelitian ini seluruh siswa

moral mana seseorang berada.Skala pada

SMKN 1 Sragen yang berjumlah744

penelitian

siswa.Sampel yang digunakan dalam

Rahmawati yang mengacu pada teori

penelitian

Kohlberg.

adalah

125

siswayang

ditentukan dengan caraCluster sampel.

ini

diadaptasi

Penalaran

dari

moral

Risa dalam

penelitian ini diungkap dengan skala penalaran moral berdasarkan aspek-

Alat Ukur

aspek

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian

ini

adalah

skala.Skala

yang

(dalam

dikemukakan

Budiningsih,

Kohlberg

2004),

dengan

aspek-aspek penalaran moral sebagai

merupakan sejumlah pertanyaan atau

berikut:

pernyataan

digunakan

kepatuhan, b) relativis instrumental, c)

konsep

anak manis (goodboy/girl), d) hukuman

untuk

tertulis

yang

mengungkap

suatu

a)

orientasi

hukuman

dan

psikologis yang menggambarkan aspek

dan

kepribadian

(Azwar,

lagalistik, f) prinsip etika universal.

2007).Skala penalaran moral diambil dari

Skala ini mengadopsi skala yang disusun

pedoman wawancara yang disusun oleh

Risa

Kholberg dalam bentuk cerita-cerita

koefisien validitas (rbt) berkisar antara

pendek yang mengandung persoalan-

0,528 sampai dengan 0,545 p < 0,810.

persoalan

individu

moral

untuk

ketertiban,

Rahmawati

e)

control

(2010),

social

dengan

dipecahkan.

Skala tingkat kedisiplinan siswa

Tujuan penggunaan Skala ini untuk

yang disusun oleh Sri Widiyati (2012)

mengungkap

responden

berdasarkan aspek-aspek kedisiplinan

tentang tindakan apa yang sebaiknya

siswa yang dikemukakan oleh Irmin

dilakukan jika responden berada pada

(2004) sebagai berikut a)Tepat dan patuh

situasi seperti yang diperankan dalam

pada

cerita. Jawaban inilah yang menjadi

c)Tepat waktu, d)Dapat dipercaya. Skala

penalaran

peraturan,

b)Tanggung

jawab,

indikator pada tahap penalaran moral

8

Naskah Publikasi Tri Wahyuno Ilham 2012

ini merupakan modifikasi dari skala

nilai Kolmogorov-Smirnov (KS-Z =

yang disusun oleh Sri Widiyanti (2012),

1,259; p = 0,084) sedangkan variabel

dengan koefisien validitas (rbt) berkisar

kedisiplinan

antara 0,638 sampai dengan 0,892 p <

Kolmogorov-Smirnov (KS-Z = 1,057; p

0,05, dan koefisien reliabilitas alat ukur

=

(rtt) sebesar 0,943.

mempunyai sebaran yang normal karena

siswa

0,213),

nilai

p

maka

menunjukkan kedua

masing-masing

variabel

variabel

>

HASIL DAN PEMNAHASAN

0,05.Hasil uji linearitas hubungan antara

Validitas dan Reliabilitas

persepsi dengan keterlibatan diperoleh

Pengujian validitas dan reliabilitas kedua

skala

korelasi

menggunakan

product

2009).Pengujian

teknik

moment.(Azwar, data

nilai F sebesar 154,382 dengan p = 0,00yang

menunjukkan

korelasinya

linear.

diolah

menggunakan

aplikasi

computer

SPSS15,0for

windows

program.

Uji Hipotesis Analisis

data

menggunakan

Penalaran moral terdapat 4aitem valid

korelasi product moment menunjukkan

dari 5aitem yang diujikan, sedangkan

koefisien korelasi (r) sebesar 0,746

aitem yang gugur ada 1 aitem pada aitem

dengan p = 0,00 (p <0,01), artinya

nomor 2. Aitem yang valid mempunyai

terdapat hubungan positif yang sangat

koefisien validitas (rbt) berkisar antara

signifikan

0,189 sampai dengan 0,390 dengan p <

dengan

0,05, dan koefisien reliabilitas alat ukur

menunjukkan ada hubungan positif yang

(rtt) sebesar 0,620.Kedisiplinan siswa

sangat signifikan antarapenalaran moral

terdapat 15 item valid dari 15 item yang

dengan

diujikan. Aitem yang valid mempunyai

dukungan

koefisien validitas (rbt) berkisar antara

mempengaruhi

0,370 sampai dengan 0,645 dengan p <

siswa. Hasil rerata empirik penalaran

0,05 dan koefisien reliabilitas alat ukur

moral

(rtt) sebesar 0,741.

hipotetik sebesar 10 sedangkan hasil

Uji Asumsi

rerata empirik kedisiplinan siswa sebesar

antara

penalaran

kedisiplinan

siswa.Hal

kedisiplinan

sebesar

moral

siswa.Artinya

penalaran tingkat 13,032

ini

moral kedisiplinan dan

rerata

Hasil uji normalitas sebaran dari

43,104 dan rerata hipotetik sebesar 37,5.

variabel penalaran moral menunjukkan

Berarti subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat penalaran moral yang

9

Naskah Publikasi Tri Wahyuno Ilham 2012

tinggi dan tingkat kedisiplinan yang tergolong tinggi. Sumbangan Efektif Sumbangan

efektif

penalaran

sebesar

55,7%

terhadap

moral

kedisiplinan siswa, ditunjukkan oleh koefisien determinan (r2) = 0,557. Hasil tersebut berarti masih terdapat 44,3% faktor-faktor lain

yang memberikan

sumbangan efektif terhadap kedisiplinan

Tabel 4.6. Sebaran Tingkat Penalaran Moral Kategori

Frekuensi

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Jumlah

0 8 24 76 17 125

Persentase (%) 0.00 6.40 19.20 60.80 13.60 100

siswa diluar variabel penalaran moral. Tabel frekuensi diatas bahwa dari Kategorisasi

125 responden dapat dikategorisasikan

Data menunjukkan nilai rerata

yang memiliki penalaran moral tinggi

empirik persepsi ibu 13,032 dengan nilai

ada 76 responden (60.80%), disusul

rerata hipotetik sebesar 10.Maka tingkat

responden

penalaran moral subjek pada penelitian

sejumlah

ini tergolong tinggi.

berkategori sangat tinggi sejumlah 17

responden

Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Dari hasil kategorisasi penalaran moral di atas dapat dikelompokkan dari seluruh kelompok

responden yang

menjadi

berkategori

lima sangat

rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

24

kategori

(19.20%),

sedang

responden

(13.60), berkategori rendah sejumlah 8

Tabel 4.5 Kategorisasi Penalaran Moral Interval Skor 0,1 ≤ X ≤ 4,00 4,00 ≤ X <8,02 8,02 ≤ X <11,98 11,98 ≤ X <15,94 15,94 ≤ X <19,9

dengan

(6.40%),

dan

tidak

ada

responden berkategori sangat rendah. Nilai rerata empirik kedisiplinan siswa adalah 43,104 sedangkan rerata hipotetis 37,5. Berdasarkan nilai rerata empirik tersebut dapat diketahui bahwa kedisiplinan siswa di SMKN 1 Sragen tergolong tinggi. Tabel 4.7 Kategorisasi Penalaran Moral Interval Skor 15 ≤ X ≤ 24 24 ≤ X <33

Kategori Sangat Rendah Rendah

10

Naskah Publikasi Tri Wahyuno Ilham 2012

33 ≤ X <42 Sedang 42 ≤ X <51 Tinggi 51 ≤ X <60 Sangat Tinggi Hasil kategorisasi kedisiplinan

siswa di SMKN 1 Sragen menunjukkan

siswa di atas, maka dari 125 siswa dapat

kedisiplinan siswa, hal ini ditunjukkan

dikelompokkan

tingkat

oleh nilai koefisien korelasi sebesar

kedisiplinannya menjadi lima kelompok

0,746 dengan p = 0,00 (p < 0,01).

dengan

berdasarkan

kategorisasi

sangat

rendah,

rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

ada

hubungan

positif

yang

sangat

signifikan antara penalaran siswa dengan

Artinya, semakin tinggi penalaran moral siswa

maka

semakintinggi

pula

kedisiplinan siswa di SMKN 1 Sragen. Tabel 4.8. Sebaran Tingkat Kedisiplinan Siswa Persentase Kategori Frekuensi (%) Sangat Rendah 1 0.80 Rendah 3 2.40 Sedang 41 32.80 Tinggi 73 58.40 Sangat Tinggi 7 5.60 Jumlah 125 100

Seorang

siswa

akan

memiliki

penalaran moral yang baik atau kurang dapat

dilihat

dari

perilaku

yang

diperbuatnya dalam kehidupan seharihari, seseorang yang bermoral dengan sendirinya

akan

nampak

dalam

perilakunya sehari-hari yaitu memiliki perilaku yang baik, benar, dan sesuai

Tabel frekuensi diatas terlihat

dengan etika. Hal tersebut menunjukkan

dari 125 responden dikategorisasikan

bahwa ada kesatuan antara penalaran

memiliki

tinggi

moral dengan perilaku siswa tersebut.

73 responden (58.40%),

Perilaku seseorang bila tidak dilandasi

penalaran

sejumlah disusul

responden

moral

memiliki

dengan penalaran moral dan etika yang

kategori sedang sejumlah 41 (32.80%),

maka bisa dikatakan bahwa perilaku

responden berkategori

tinggi

seseorang tersebut belum bisa dinilai

sejumlah 7 (5.60), berkategori rendah

mengandung nilai moral, suatu perilaku

sejumlah

(2.40%),

moral dianggap memiliki nilai moral jika

sedangkan responden yang berkategori

perilaku tersebut dilakukan secara sadar

sangat rendah sejumlah 1 (0.80%).

atas kemauan sendiri yang didasari

3

yang

sangat

responden

penalaran moral.Hal ini sesuai dengan Pembahasan Penelitian

pendapat Kohlberg (dalam Budiningsih, tentang

tingkat

2004), bahwa penalaran atau pemikiran

penalaran moral terhadap kedisiplinan

11

Naskah Publikasi Tri Wahyuno Ilham 2012

moral merupakan faktor penentu yang

lingkungan baik

melahirkan perilaku moral.

lingkungan

Seorang

siswa

yang

memiliki

masyarakat

yang berasal

keluarga, dan

dari

sekolah,

kelompok

teman

penalaran moral yang sudah terpola

sebaya.sangat mempengaruhi penalaran

dengan baik akan tercermin didalam

moral.

tindak-tanduknya

dalam

perilakunya

Seorang siswa yang berasal dari

sehari-hari, seperti perilaku siswa dalam

keluarga yang situasi rumahnya kurang

kegiatan

mendukung seperti kekacauan dalam

pembelajaran,

siswa

yang

memiliki penalaran moral yang baik

rumah

maka

dengan

orang tua dan faktor yang berasal dari

seksama pada saat guru menjelaskan

sekolah yaitu pendidikan dan bimbingan

materi pelajaran dan siswa dengan

dari sekolah, faktor dari masyarakat dan

perilaku jujur pada saat mengerjakan

kelompok teman sebaya misalnya sikap

ujian.

Perilaku siswa tersebut akan

dari lingkungan masyarakat yang kurang

tumbuh dan terpola membentuk siswa

mendukung, intensitas pergaulan dengan

yang memiliki kedisiplinan yang tinggi,

teman sebaya yang membawa pengaruh

apalagi kegiatan tersebut ditetapkan dan

negatif akan membawa dampak kepada

diatur

sekolah.

seorang siswa untuk cenderung kurang

Kedisiplinan siswa di sekolah tumbuh,

peka terhadap penalaran moral dan

dan berkembang dari sistem nilai yang

menjadikan rasa tanggung jawab serta

ada di sekolah, sikap disiplin ini

disiplin

yang

merupakan unsur penting dalam diri

Kusdiwarti

(2009)

seorang siswa sebagai akibat interaksi

sebagai salah satu aspek kehidupan yang

dengan lingkungannya tercermin dalam

jelas akan mempengaruhi aspek-aspek

bentuk tingkah laku atau pemikiran

kehidupan yang lainnya. Salah satunya

akan

mendengarkan

dalam

peraturan

tangga,

kurangnya

perhatian

kurang.Menurut penalaran

moral

Adanya hubungan antara penalaran

adalah aspek lingkungan sosial yang

moral dengan kedisiplinan siswa yang

memberikan sikap penerimaan yang

sangat signifikan menunjukkan bahwa

akan menyediakan kesempatan bagi

penalaran moral

individu untuk mengalami konsekuensi

yang positif akan

mendorong siswa memiliki kedisiplinan

dari

yang

membangun suatu keyakinan dalam

tinggi.

Hubungan

antara

perilakunya,

sehingga

dapat

12

Naskah Publikasi Tri Wahyuno Ilham 2012

membuat

keputusan-keputusan

yang

dipengaruhi oleh tahap perkembangan

mandiri dan memperbesar rasa percaya

kognitif yang tinggi dan pengalaman

diri dan rasa percaya pada orang lain

sosiomoral.Pendidikan adalah prediktor

disekitarnya.

termasuk

yang kuat dari perkembangan penalaran

lingkungan budaya dapat merangsang

moral, karena lingkungan pendidikan

atau bahkan menghambat perkembangan

yang

moral individu.

kesempatan, tantangan dan lingkungan

Lingkungan

Sumbangan

efektif

penalaran

siswa terhadap kedisiplinan siswa pada

lebih

tinggi

menyediakan

yang lebih luas yang dapat merangsang perkembangan kognitif.

penelitian ini adalah sebesar 55,7%, hal

Tingkat penalaran moral pada hasil

ini menunjukkan bahwa kedisiplinan

penelitian ini termasuk dalam kategori

siswa dapat dijelaskan oleh penalaran

tinggi dengan nilai rerata empirik 13,032

moral sebesar 55,7%, sedangkan sisanya

dan rerata hipotetik sebesar 10 dengan

masih ada 44,3% dapat dijelaskan oleh

sebaran nilai rerata empirik antara 0,1–

faktor-faktor

variabel

4,00 menunjukkan kategori rendah, nilai

penalaran moral. Faktor-faktor tersebut

antara 4,00 – 8,02 berkategori rendah,

misalnya peraturan

yang diterapkan

nilai antara 8,02 – 11,98 kategori sedang,

sekolah, peran keluarga, lingkungan

nilai antara 11,98-15,94 kategori tinggi

masyarakat, usia dan pendidikan, hal ini

dan nilai antara 11,94-19,9 kategori

sesuai dengan pendapat

sangat

(dalam

lain

Budiningsih,

diluar

Kohlberg

2004),

tinggi.

Hasil

penelitian

yang

menunjukkan dari 125 siswa sebanyak

menyatakan bahwa faktor yang dapat

76 siswa (60%) masuk dalam level

mempengaruhi

moral

kategori tinggi dengan rerata empirik

remaja adalah keluarga, memandang

dalam kisaran 11,98-15,94, yang artinya

bahwa pengaruh utama dari keluarga

dapat diinterpretasikan bahwa siswa di

adalah pada diskusi antara orang tua

SMKN 1 Sragen pada dasarnya telah

dengan anak mengenai nilai-nilai dan

memiliki tingkat penalaran moral pada

norma, dari pada pengalaman anak

kategorisasi tinggi, hal ini tercermin dari

sendiri akan disiplin, hukuman, dan

sikap yang terbentuk dan tercermin dari

hadiah dari orang tua. Kohlberg juga

perilakunya sehari-hari, masuk dalam

menyatakan bahwa penalaran moral

aspek konvensional dalam kategori anak

perkembangan

13

Naskah Publikasi Tri Wahyuno Ilham 2012

yang manis atau good boy/good girl

dirumah serta dari aspek dapat dipercaya

serta berkategori orientasi dan hukuman.

menunjukkan

bahwa

pada

saat

Hasil analisis tingkat kedisiplinan

mengerjakan soal ulangan siswa lebih

siswa pada penelitian ini termasuk dalam

percaya diri, selalu berusaha tidak saling

kategori

mencontek dan berlaku jujur.

tinggi

dengan nilai

rerata

empirik 43,104 dan rerata hipotetik sebesar

37,5.

Sebaran

empirik

antara

15–24

nilai

rerata

menunjukkan

Kedisiplinan siswa di

sekolah

tumbuh, dan berkembang dari sistem nilai

yang

ada

di

sekolah,

sikap

kategori rendah, nilai antara 24 – 34

merupakan bagian dari diri siswa untuk

berkategori rendah, nilai antara 33–42

bereaksi terhadap lingkungannya, dapat

menunjukkan kategori

nilai

berupa tingkah laku atau pemikiran serta

antara 42-51 kategori tinggi dan nilai

kedisiplinan yang tinggi akan tumbuh

antara 51-60 kategori sangat tinggi.

dari diri seseorang secara sadar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tertib serta hubungan antara siswa

dari 125 siswa sebanyak 73 siswa

dengan guru mampu memberi pola pada

(58,40%) masuk dalam level kategori

penalaran modal seorang siswa yang

tinggi dengan rerata empirik dalam

diaplikasikannya

kisaran 42-51, yang artinya bahwa nilai

sehari-hari

tersebut dapat diinterpretasikan bahwa

disiplin.Menurut

siswa di SMKN 1 Sragen pada dasarnya

menyatakan bahwa tingkah laku atau

telah memiliki tingkat kedisiplinan pada

perbuatan yang termasuk melanggar tata

kategorisasi tinggi, hal ini tercermin

tertib yang sering terjadi antara lain

perilaku sehari-hari dari siswa dilihat

terlambat, membolos, melalaikan tugas,

dari

suka membuat keributan, membantah

aspek

tingkat

sedang,

ketaatan

dan

dengan

untuk

tindakan

bertindak Marsuciati

(2003),

perintah

seperti ditunjukkan bahwa siswa selalu

dasarnya terjadinya pelanggaran tata

memperhatikan pelajaran pada saat guru

tertib

menjelaskan materi pelajaran, dari aspek

perkembangan jiwa siswa ke arah yang

tanggungjawab dapat dilihat siswa yang

lebih dewasa, juga dipengaruhi oleh

membuka kembali pelajaran yang telah

faktor psikologis perorangan, faktor

guru

setelah

di

dan

secara

kepatuhan terhadap peraturan disekolah

disampaikan

guru

Tata

sekolah

sebagainya.Pada dipengaruhi

sampai

14

Naskah Publikasi Tri Wahyuno Ilham 2012

penalaran moral, faktor sosial dan lingkungan. DAFTAR PUSTKA

Azwar,S. (2007).Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ,S. (2009). Reliabilitas Dan Validitas. Cetakan IX. Yogyakarta : Pustaka PelajarOffset. Budiningsih,A.(2004). Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hurlock,E.B. (1993). Perkembangan anak .Jakarta: Erlangga. Irmin, Soejitn & Abdul Rochim.(2004). Membangun Disiplin Diri Melalui Kecerdasan Spritual dan Emosional. Yogyakarta:Batavia Pers. Kusdiwarti,S. (2009). Psikologi Perkembangan Kajian Teori Piaget, Salman, Kohlberg, dan Aplikasi Riset, Bandung :Penerbit Widya Pajajaran. Mighwar,M. (2006). Psokologi Remaja. Bandung : Pusataka Setia. Marsuciati,W. (2003). “Pengaruh Intensitas Bimbingan Orang Tua dan Aktivitas dalam OSIS terhadap Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib Sekolah pada Siswa Kelas II SMU Muhammadiyah I Karanganyar Tahun Pelajaran 2002/2003” (Skripsi Sarjana S-1). Surakarta: FKIP UMS. Manullang.(1991). Dasar-dasar Manajemen.Jakarta : Gunung Agung. Risa rahmawati. (2010).” Perbedaan Perkembangan Penalaran Moral Siswa SMKN 2 Malang Dan Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang”.Malang:Faklutas psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Sri Widiyanti. (2012).”pengaruh Motivasi Belajar dan Kedisiplinan Siswa terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa kelas XI IPS Di SMAN I Manyaran Tahun Ajaran 2010/2011”(Skripsi Sarjana S-1).Surakarta:FKIP UMS. Suyabrata, S. (1990).Metode Psikologi pendidikan.Jakarta: Rajawali. Syah,M. (2008).Psikologi Pendidikan suatu pendekatan Baru.Bandung: Remaja Rosdakarya.

15