Surahyo
IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU TERPADU DALAM SISTEM PENDIDIKAN, PERMASALAHAN DAN PEMECAHANNYA Surahyo
STIT Muh. Kendal
[email protected] Abstrak: Implementasi Total Quality Manajement di sekolah mempunyai tujuan utama memberikan kepuasan terhadap pelanggan jasa pendidikan baik internal atau eksternal dengan hasil produk bermutu. Implementasi Total Quality Manajement di sekolah dibutuhkan sedikitnya tiga tahapan pelaksanaan, yaitu: persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan. Hambatan implementasi Total Quality Manajement di sekolah, antara lain adanya penolakan terhadap perubahan, belum adanya komitmen terhadap mutu, serta kurangnya kesiapan, kesediaan dan kompetensi sumbar daya manusia. Solusi alternatifnya perlu adanya informasi pentingnya perubahan mencapai mutu, mempertahankan dan mengembangkannya, sehingga tumbuh komitmen bersama terhadap mutu. Kata Kunci: Total Quality Manajement, Peningkatan Mutu Pendidikan. Pendahuluan Reformasi sekolah (school reform) harus dilaksanakan untuk merespon kondisi pendidikan saat ini yang dinilai semakin memprihatinkan. Secara tidak langsung langkah–langkah positif telah dilaksanakan dengan dicanangkan oleh Menteri Pendidikan Nasional sekitar dua belas tahun yang lalau tepatnya pada tanggal 2 Mei 2002, untuk memulai gerakan peningkatan mutu pendidikan. Gerakan ini perlu diawali dengan adanya reformasi dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah atau madrasah sebagai lembaga atau institusi yang memberikan layanan pendidikan apabila pendidikan kita ingin lebih bermutu.1 1
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 143.
98 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu
Dasar pemikiran perlunya Total Quality Manajement (TQM) sangat sederhana, yaitu bahwa cara yang terbaik untuk dapat bersaing dan memiliki keunggulan dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas yang terbaik. Untuk menghasilkan kualitas yang terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan. Salah satu cara terbaik sebagi upaya memperbaiki kemampuan komponen–komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan cara menerapkan konsep Total Quality Manajement.2 Pada awalnya konsep Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Manajement) dikembangkan untuk menjaga keseimbangan dan kestabilan organisasi bisnis, sebagai dampak dari semakin tajamnya persaingan dalam bidang usaha. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya konsep Total Quality Manajement (TQM) diterapkan pula dalam bidang industri, jasa dan pendidikan. Aspek yang paling fundamental dari sebuah manajemen ilmiah adalah adanya suatu pemisahan antara perencanaan dan pelaksanaan. Meskipun pembagian tugas dalam suatu organisasi telah menimbulkan peningkatan yang besar dalam hal produktivitas, sebenarnya konsep pembagian tugas tersebut telah menyisihkan konsep lama mengenai keahlian dan keterampilan, di mana seseorang yang sangat terampil melakukan semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Pendidikan sebagai produk jasa selalu dituntut untuk dapat memberikan kepuasan kepada para konsumennya, dan hal itu harus dilakukan apabila tidak ingin ditinggal oleh pelanggan. Upaya untuk mencapai kondisi tersebut dengan mengadakan perubahan– perubahan, antara lain dengan mengimplementasikan Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Manajement) dalam dunia pendidikan. Faktor yang mendorong diimplementasikannya Total Quality Manajement dalam dunia pendidikan adalah adanya kekuatan faktor eksternal (berasal dari luar oraganisasi), yang meliputi: a. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang berlangsung setiap saat dan begitu cepat, besar pengaruhnya terhadap sistem pendidikan di sekolah, baik terhadap perencanaan, proses dan hasil pendidikan. Dengan demikian, sekolah perlu dikondisikan agar dapat mengikuti perubahan dan perkembangan tersebut. 2
Fandy Tjiptono, dan Anastasia Diana, Toatal Quality Manajement, Edisi Revisi. (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), hlm. 10. JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 99 Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Surahyo
b. Perkembangan penduduk yang cepat memerlukan pelayanan pandidikan yang besar. Untuk itu diperlukan anggaran yang besar pula, di samping diperlukan strategi yang tepat agar pendidikan dapat dinikmati oleh seluruh warga negara secara merata. c. Kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas dalam mendukung keberhasilan pembangunan nasional. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas, dalam waktu yang relatif singkat perekonomian Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara mantap dan dapat meningkatkan pendapatan nasional yang cukup tinggi. Hal yang demikian menjadi tantangan bagi sekolah bagaimana dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, mampu dan terampil, memiliki inovasi dan kreativitas yang tinggi, dan mempunyai daya pandang jauh ke depan. Oleh karena itu, sekolah perlu mengadakan perubahan–perubahan dan pembaharuan. d. Perkembangan teknologi informasi yang berjalan cepat memungkinkan hubungan antar negara menjadi semakin erat, seakan-akan tidak ada lagi pembatas. Untuk itu sekolah harus dapat mengantisipasi dengan mengadakan penyesuaian–penyesuaian agar peserta didik tidak menjadi korban.3 Di samping faktor eksternal, ada kekuatan faktor internal yang juga dapat mendorong perlunya implemenatsi Total Quality Manajement (TQM) dalam dunia pendidikan, yaitu adanya masalah sumber daya manusia dan perilaku atau keputusan manajerial. Dengan demikain menjadi kebutuhan yang mendesak untuk diimplementasikan Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Manajement) di sekolah.
Total Quality Manajement dalam Konteks Pendidikan Total Quality Manajement (TQM) merupakan suatu pendekatan
dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya. Suatu pendekatan, Total Quality Manajement (TQM) memiliki sistem manajemen yang mampu mengangkat kualitas sebagai strategi usaha yang berorinetasi pada kepuasan pelanggan dengan cara melibatkan seluruh anggota organisasi atau institusi. Total Quality Manajement (TQM) merupakan sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam 3
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 144.
100 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu
memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggan saat ini dan masa yang akan datang. Total Quality Manajement bukanlah sebuah tugas yang hanya dikerjakan manajer senior yang selanjutnya memberikan arahan kepada bawahannya. Kata ‘total’ atau ‘terpadu’ dalam Total Quality Manajement menegaskan setiap orang yang berada dalam sebuah organisasi harus terlibat penuh dalam upaya melakukan peningkatan secara terus-menerus. Manajemen dalam Total Quality Manajement berlaku bagi setiap orang, sebab setiap orang dalam sebuah institusi, apapun status, posisi atau perananya adalah manajer bagi tanggungjawabnya masingmasing. Total Quality Manajement merupakan sebuah pendekatan praktis, namun strategis dalam melaksanakan roda organisasi yang memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan dan kliennya. Sebuah pendekatan, Total Quality Manajement memiliki tujuan yang jelas dan terarah yaitu mencari peningkatan hasil, kualitas yang lebih baik dan tepat dengan cara yang konsisten dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Implementasi Total Quality Manajement di Sekolah. Sesuai dengan awal munculnya konsep Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Manajement) yang dikembangkan di lingkungan organisasi profit (perusahaan dan industri), maka dalam penerapan pengendalian manajemen mutu terpadu pada organisasi non profit seperti di sekolah sudah barang tentu tidak sama persis dengan yang diterapkan di dalam organisasi profit (dunia bisnis) pada umumnya, karena perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, serta menyesuaikan dengan kebutuhan yang relevan dengan usaha peningkatan kualitas/mutu pendidikan di sekolah, di samping adanya perbedaan dalam menginterpretasikan pengertian kualitas/mutu sebagai terminologi kunci utama. Implementasi manajemen mutu terpadu artinya adanya upaya mengadakan perubahan sistem manajemen yang telah ada dan mapan, dari sistem manajemen tradisional/manajemen lainnya beralih ke sistem manajemen baru yaitu Total Quality Manajement (TQM). Sedangkan untuk mengimplementasikan TQM diperlukan komitmen jangka panjang dan perubahan total atas sistem yang telah ada, maka dipandang perlu untuk diketahui perbedaan paradigma Total Quality Manajement (TQM) dengan paradigma manajemen lainya.
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 101 Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Surahyo
1. Asal Intelektualnya. Sebagian besar teori dan teknik manajemen berasal darai ilmu–ilmu sosial. Ilmu ekonomi mikro merupakan dasar dari sebagian besar teknik–teknik manajemen keuangan, ilmu psikologi mendasari teknik pemasaran dan, sosiologi memberikan dasar konseptual bagi desain organisasi. 2. Sumber Inovasinya Sebagian besar ide dan teknik manajemen bersumber dari sekolah bisnis dan perusahaan terkemuka. Inovasi Total Quality Manajement (TQM) sebagian besar dihasilkan oleh para pionir yang pada umunya para insinyur teknik industri dan ahli fisika yang bekerja di sektor industri dan pemerintah. 3. Asal Negara Kelahiran Kebanyakan konsep dan teknik dalam manajemen keuangan, pemasaran, manajemen strategik, dan desain organisasi berasal dari negara Amerika Serikat dan kemudian tersebar ke seluruh dunia. Total Quality Manajement (TQM) semula berasal dari negara Amerika Serikat, kemudian lebih banyak dikembangkan di Jepang dan kemudian berkembang ke negara-negara lain termasuk negara Indonesia. 4. Proses Penyebaran atau Diseminasi Penyebaran sebagian manajemen modern bersifat hirarkis dan top–down. Yang mempeloporinya biasanya adalah perusahaan– perusahaan raksasa. Sedangkan perbaikan kualitas merupakan proses bottom–up, yang biasanya dipelopori oleh perusahaan– perusahaan kecil. Dengan memperhatikan perbedaan sebagaimana tersebut di atas sangat jelas dapat disebutkan bahwa Total Quality Manajement (TQM) terfokus pada pengupayaan kepuasan pelanggan, dengan hasil produk yang berkualitas atau bermutu. Kata kunci quality atau mutu dalam Total Quality Manajement perlu diuraikan agar dapat digunakan dalam menjembatani pengimplentasiannya di lingkungan organisasi atau lembaga non profit khususnya di bidang pendidikan. Pengertian kualitas sebagaimana tersebut di atas jelas berorientasi pada organisasi profit dalam menjalankan proses produksi, yang menunjukkan bahwa kondisi produk sebagai hasilnya harus memenuhi beberapa tolok ukur tertentu. Di antara tolok ukur yang dimaksud adalah terpenuhinya persyaratan yang dituntut konsumen pada produk tersebut. Tolok ukur yang lain meliputi kondisi kemampuan memenuhi persyaratan yang dituntut oleh konsumen sejak awal dan
102 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu
secara terus menerus sesuai keinginan dan kebutuhannya yang selalu dapat berubah dan berkembang.4 Sesuai permasalahan yang dibahas yaitu Implementasi Total Quality Manajement (TQM) pada dunia pendidikan, dimana termasuk organisasi non profit yang memiliki produk berupa jasa pendidikan, pengertian kualitas jasa pendidikan menurut Sallis (1993, “Kualitas yang di dalamnya terkandung makna dapat memberi kepuasan lebih dari pada apa yang diminta dan diinginkan oleh konsumen“. Berdasarkan pengertian kualitas tersebut di atas, semuanya terfokus pada pemberian kepuasan pelanggan dalam memanfaatkan produk yang dihasilkan atau bahkan melebihi dari apa yang diinginkan oleh pelanggan. Total Quality Manajement dikembangkan tidak hanya sekedar sebagai konsep yang mengutamakan kualitas pada produk akhir, karena untuk mendapatkan produk yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor simultan, yaitu kualitas proses, lingkungan kerja dan sumber daya manusia yang mengahasilkan produk sebagaimana yang diinginkan dan dibutuhkan konsumennya. “Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan“.5 Mengingat Total Quality Manajement di lingkungan pendidikan merupakan sesuatu yang relatif baru, maka perlu dicermati prinsip– prinsip mendasar agar pelaksanaannya dapat dilaksanakan sebagiamana yang diaharapkan. Prinsip yang dimaksud adalah komitmen pimpinan (top manajer) dan semua staf guru dan karyawan untuk menerima Total Quality Manajement sebagai filsafat yang menjadi dasar budaya organisasi dan perilaku manajerial. Dengan demikian, bahwa dalam budaya organisasi, konsep kualitas harus dapat diterima melalui perpaduan semua fungsi manajemen kualitas sebagai proses yang sejak awal dan secara terus menerus dilaksanakan dalam memberikan pelayanan dan menghasilkan produk jasa yang mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Di dalam budaya organisasi yang mengutamakan kualitas, berarti seluruh fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pendanaan dan kontrol, harus dilaksanakan sesuai dengan karakteristik Total Quality Manajemen. 4
Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), hlm.125 5 Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Manajement. Edisi Revisi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), hlm. 96 JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 103 Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Surahyo
Filosifi Total Quality Manajement dalam pendidikan yang arahnya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, maka budaya kerja yang mantab harus terbina dan berkembang dengan baik dari seluruh tenaga pendidik dan kepenidikan yang terlibat. Motivasi, sikap, kemauan dan dedikasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan adalah bagian terpenting dari budaya kerja yang bermutu.6 Total Quality Manajement tidak mengabaikan pembahasan masalah in-put (peserta didik) dan out-ut (lulusan), tetapi terpusat pada pelanggan yang memiliki kebutuhan dan bagaimana cara memuaskan pelanggan. Adanya pendapat yang menyatakan bahwa lulusan merupakan produk pendidikan pada kenyataanya memiliki kelemahan-kelemahan yang mendasar. Menurut Permadi sebagaimana dikutip Mulyasa karena “Lulusan peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikannya adalah individu yang perilaku dan perbuatnnya sesungguhnya bukan hanya dipengaruhi ilmu dan keterampilan yang diperolehnya selama pendidikan, melainkan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, termasuk motivasi kerja, sikap, dan latar belakang budaya serta pengaruh lingknugan“.7 Dengan demikian pendidikan yang berkualitas tidak hanya dilihat dari mutu lulusannya saja, melainkan dapat dilihat dari bagaimana lembaga pendidikan tersebut mampu memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar mutu yang berlaku. Dalam pengimplementasian Total Quality Manajement di sekolah atau madrasah harus melalui tahapan–tahapan yang terencana. Tahapan-tahapan implementasi Total Quality Manajement dikelompokan menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu persipan, perencanaan, dan pelaksanaan. Masing–masing dari tahapan tersebut terdiri dari beberapa langkah, di mana waktu yang diperlukan untuk setiap langkah tergantung pada organisasi yang menerapkanya. a. Persiapan, meliputi: pelatihan, menyusun visi dan prinsip sebagai pedoman, merumuskan tujuan, komunikasi dan publikasi, identifikasi kekuatan dan kelemahan, identifikasi pendukung dan penolak, memperkirakan sikap karyawan dan mengukur kepuasan pelanggan. b. Perencanaan, meliputi: identifikasi proyek, komposisi tim, dan pelatihan tim. 6
Endong Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 9 7 Endong Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 226.
104 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu
c. Pelaksanaan, yang meliputi: penggiatan tim, umpan balik dari pelanggan, umpan balik dari karyawan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa Total Quality Manajement memiliki makna ganda, yaitu sebagai filosofi yang melandasi kegiatan berfikir dan sebagai metode untuk meningkatkan kegiatan praktis operasional serta menjalankan manajemen perubahan. Dengan penerapan Total Quality Manajement sebgai filosofi dan metode, akan dapat memenuhi kepuasan dan loyalitas semua pihak yang berkepentingan baik internal maupun eksternal. Oleh karena itu implementasi mamajemen mutu hendaknya berorientasi pada komitmen terhadap budaya mutu. Implementasi Total Quality Manajement memerlukan kesungguhan dari semua pihak dalam pelaksanaanya, dan merupakan suatu proses yang relatif panjang. Sehubungan dengan hal itu, top manajer harus melibatkan partisipasi aktif dari seluruh guru, staf dan karyawan, sehingga tumbuh komitmen yang tinggi terhadap pencapaian tujuan. Hambatan dan Pemecahannya Mengimplementasikan Total Quality Manajement atau Manajemen Mutu Terpadu sebagai paradigma baru pada sistem manajemen bidang pendidikan, berarti mengadakan perubahan yang fundamental dan integral dari sistem manajemen sebelumnya (tradisional). Oleh sebab itu, penolakan terhadap perubahan pasti akan ada, meskipun hal tersebut merupakan perilaku yang umum dan biasa terjadi dalam bidang apa saja. Di samping itu, diperlukan adanya kesiapan sumber daya manusia untuk melaksanakan manajemen mutu tersebut, serta menuntut adanya komitmen jangka panjang dari semua personal yang terlibat. Dengan kondisi tersebut, maka dimungkinkan akan muncul hambatan–hambatan tentang implementasi Total Quality Manajement dalam bidang pendidikan, antara lain: 1. Persepsi atau interpretasi guru dan tenaga kependidikan lainnya terhadap perubahan sangat mempengaruhi penolakan terhadap perubahan. Ketika perubahan tersebut dirasakan dapat mendatangkan manfaat dan keuntungan yang lebih baik dari sistem sebelumnya, mereka pasti mendukungnya. Tetapi, apabila perubahan tersebut dirasakan merugikan karena adanya hambatan personal cost bagi karyawan, pasti adanya perubahan tersebut akan ditolak.
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 105 Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Surahyo
Untuk mengatasi penolakan tersebut, maka seorang manajer/kepala sekolah sangat diharapkan untuk dapat memberikan informasi yang mendalam tentang perubahan tersebut, menyampaikan alasan atau dasar pemikiran perlunya dilakukan perubahan, melakukan pertemuan tertentu dengan seluruh guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk membahas setiap perubahan dan kemungkinan pengaruhnya terhadap mereka. 2. Belum adanya kebersamaan sikap terhadap kualitas. Kesadaran akan adanya kualitas dalam organisasi bergantung pada banyak faktor yang saling terkait dan mempengaruhi, terutama sikap kepala sekolah terhadap kualitas.8 Ketika ada komitmen dari semua personal, guru dan tenaga kependidikan yang terkait dalam meningkatakan kualitas pendidikan di sekolah melalui implementasi Total Quality Manajement, maka akan dapat berjalan dengan baik. Akan tetapi, apabila sebagian saja dari mereka tidak memiliki komitmen tersebut, apalagi jika seorang kepala sekolah selaku top manajer tidak memiliki komitmen terhadap mutu, jelas akan menjadi penghambat utama dalam mengimplementasikan Total Quality Manajement di sekolah. Dengan melihat kondisi tersebut di atas, maka perlu dibangun komitmen bersama untuk mengimplementasikan Total Quality Manajement di sekolah yang diawalai dari kepala sekolah selaku top manajer. Kepala sekolah perlu memiliki karakteristik pribadi yang mencakup: motivasi untuk memimpin, kejujuran, integritas, kepercayaan diri, inisiatif, kreativitas, kemampuan kognitif, pengetahuan bisnis, dan kharisma. Kualitas kepala sekolah tersebut dapat memberikan inspirasi pada semua jajaran manajemen agar memperagakan kualitas kepemimipinan yang sama yang diperlukan untuk mengembangkan budaya Total Quality Manajement. 3. Sumber daya manusia merupakan modal dasar dalam setiap organisasi yang sangat berpengaruh terhadap berjalan tidaknya suatu program dalam mencapai tujuan. Sukses tidaknya pengimplementasian Total Quality Manajement di sekolah sangat ditentukan oleh kesiapan, kesediaan dan kompetensi kepala sekolah dan tenaga kependidikan di sekolah yang bersangkutan untuk sungguh–sungguh merealisasikannya. Kesiapan, kesediaan dan kompetensi sumber daya manusia yang 8
Endong Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 229.
106 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu
tersedia sangat mungkin menjadi kendala dalam implementasian Total Quality Manajement di sekolah. Karakteristik Total Quality Manajement ini bertolak dari asumsi berapapun besar jumlah dana yang disediakan, lengkapnya aset, canggihnya tekonologi yang tersedia, maka akan tidak ada artinya sama sekali, tidak bernilai, bahkan tidak berfungsi apabila yang mendayagunakannya terdiri dari sumber daya manusia (SDM) yang rendah kualitasnya. Oleh karena itu, kemungkinan adanya kendala kesiapan dan kesediaan sumber daya manusia harus diatasi, yaitu dengan cara memberikan informasi secara terus menerus dari kepala sekolah mengenai pentingnya implementasi Total Quality Manajement di sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Adapun untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka memberdayakannya dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan untuk setiap jenjang jabatan dan fungsi organisasi secara berkelanjutan. Pelatihan selain difokuskan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia sesuai kebutuhan organisasi masa sekarang, juga diarahkan pada pengembangan kemampuan potensial untuk mengantisipasi perubahan dan perkembangan lingkungan di masa depan. Berdasarklan uraian tersebut di atas, bahwa implementasi Total Quality Manajement kemungkinan menghadapi hambatan atau kendala. Hambatan yang muncul akan tidak ada artinya jika dapat terbentuk komitmen bersama terhadap kualitas. Dengan sikap tersebut akan menumbuhkan kekuatan yang besar untuk mengimplementasikan Total Quality Manajement di sekolah yang dipercayai dapat memberikan harapan adanya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Sedangkan untuk mengadakan perubahan dengan mengimplementasikan Total Quality Manajement bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, oleh karena itu sangat diperlukan komitmen jangka panjang dari semua personal yang terlibat. Simpulan Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa tujuan utama dari pengimplementasian Total Quality Manajement di sekolah adalah untuk memberikan kepuasan terhadap pelanggan jasa pendidikan baik internal maupun eksternal dengan hasil produk yang bermutu. Untuk mengimplementasikan Total Quality Manajement di sekolah dibutuhkan sedikitnya tiga tahapan pelaksanaan, yaitu: 1) Tahap persiapan; 2) Tahap perencanaan; dan 3) Tahap pelaksanaan.
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 107 Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Surahyo
Hambatan yang mungkin muncul dengan adanya implementasi Total Quality Manajement di sekolah, antara lain adanya penolakan terhadap perubahan, belum adanya komitmen terhadap mutu, serta kurangnya kesiapan, kesediaan dan kompetensi sumbar daya manusia. Mengatasi hal tersebut perlu adanya informasi terus menerus tentang pentingnya perubahan untuk mencapai kualitas mutu, mempertahankan dan mengembangkannya, sehingga tumbuh komitmen bersama terhadap mutu. Di samping itu perlu diadakan pelatihan bagi semua guru dan tenaga kependidikan yang ada dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Daftar Pustaka Creech, Bill. 2000. Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995. Kamus Besar bahasa Indonesia, Cetakan 7, Jakarta. Mulyasa, Endong, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003. ……………, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Cetakan 8, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006. Nawawi, Hadari, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Tjiptono, Fandy, dan Anastasia Diana. 2003. Toatal Quality Manajement. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Offset. Ukas, Maman. Kualitas Jasa Pendidikan Pada Perguruan Tinggi Manajerial, Vol. 1 Nomor 2 Januari 2003.
108 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015