KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PADA PENGELOLAAN PROYEK PERUMAHAN Muhammad Suryo Nugroho, Muhammad Bisri, M. Ruslin Anwar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang Jl. MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi manajemen mutu pada pengelolaan proyek perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu (SMM) ISO dan yang tidak menggunakan SMM ISO. Penelitian ini dilakukan melalui metode survey dengan pihak manajemen dari beberapa perusahaan pengembang perumahan di kota surabaya. Dari 65 kuesioner yang disebar, yang berhasil dikumpulkan adalah sebanyak 60 kuesioner. Penelitian ini menggunakan metode analisa kriteria interpretasi skor dan uji – t. Variabel yang digunakan adalah sistem manajemen mutu, tanggung jawab manajemen, pengelolaan sumber daya, realisasi produk, pengukuran, analisis dan perbaikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa implementasi manajemen mutu pada pengelolaan proyek perumahan adalah, perusahaan pengembang perumahan yang menggunakan SMM ISO prosentase pilihan responden terhadap semua sub variabel yang paling banyak dipilih adalah klasifikasi “baik”. Sedangkan yang tidak menggunakan SMM ISO, prosentase pilihan responden terhadap semua sub variabel yang paling banyak dipilih adalah klasifikasi “cukup baik”. Untuk perbedaan implementasi manajemen mutu pada pengelolaan proyek perumahan yang menggunakan SMM ISO dan yang tidak menggunakan SMM ISO adalah secara signifikan ada perbedaan implementasi visi, misi, sistem manajemen mutu, tanggung jawab manajemen, pengelolaan sumber daya, realisasi produk, pengukuran, analisis dan perbaikan. Kata kunci : sistem manajemen mutu, implementasi manajemen mutu
PENDAHULUAN Saat ini dunia Jasa Konstruksi perumahan di Indonesia harus berhadapan dengan beberapa tantangan besar. Tantangan pertama, yaitu adanya perkembangan teknologi yang terjadi dengan sangat cepat, tantangan kedua adalah era globalisasi, dan yang ketiga adalah harapan pelanggan. Akibat dari tiga tantangan di atas, perusahaan - perusahaan jasa konstruksi di Indonesia memasuki kondisi usaha yang semakin komplek dan terus berubah, suatu kondisi yang harus dihadapi untuk tetap bertahan dan terus berkembang dalam dunia usahanya. Agar usaha jasa konstruksi terus tetap bertahan dan mampu berkembang, maka salah satu usaha yang harus dilakukan adalah dengan menerapkan sistem manajemen mutu.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi Manajemen Mutu Pada Pengelolaan Proyek Perumahan. Selanjutnya tujuan penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Mengetahui implementasi manajemen mutu pada pengelolaan proyek perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan sistem manajemen mutu ISO. 2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan implementasi manajemen mutu pada pengelolaan proyek perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan sistem manajemen mutu ISO . Menurut (Suharto, 2001) mutu adalah sifat dan karakteristik produk atau jasa yang membuatnya memenuhi
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658
134
kebutuhan pelanggan atau pemakai (customer). Sedangkan menurut (Barie dan Paulson, 1990) unsur dasar dari mutu mencakup dimensi (l) karakteristik mutu, (2) mutu dalam desain, dan (3) mutu kesesuaian. Dengan demikian secara umum pengertian mutu dapat dilihat secara konvensional maupun secara strategik. Menurut (Tjiptono dan Diana, 2000) bahwa mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Secara konvensional pengertian mutu adalah menggambarkan karaktersitik langsung dari suatu produk, seperti performance, reliability (keandalan), mudah dalam penggunaaan dan estetika. Sedangkan secara strategis pengertian mutu adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen Landasan Landasan Sistem Manajemen Mutu ISO Sistem Manajemen Mutu merupakan sebuah sistem yang berevolusi dari sistem pemeriksaan mutu, kendali mutu, kemudian berkembang menjadi sistem penjaminan mutu sampai kemudian menjadi sistem manajemen mutu terpadu. Pemeriksaan mutu (quality inspection) dan pengendali. mutu (quality control) merupakan sebuah upaya untuk menghasilkan mutu yang bekerja hanya pada pengendalian produk saja. Setelah sebuah proses dilakukan kemudian akan menghasil sebuah produk. Dari produk tersebut kemudian dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan dapat meliputi dua hal yaitu; 1) pemeriksaan terhadap, kesesuaian produk dengan baku mutu produk atau, 2) pemeriksaan kesesuaian produk dengan persyarat pelanggan. Dari pemeriksaan tersebut kemudian diketahui apakah suatu produk sudah dapat dipasarkan atau diserahkan kepada pelanggan, ataukah
harus diproses ulang karena tidak sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Berdasarkan pada asumsi inilah. kemudian lahirlah sistem manajemen mutu (quality management). Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008 merupakan bagian dari Manajemen Mutu Terpadu (total quality management). Untuk dapat mengimplementasikan SMM dibutuhkan berbagai landasan. Jika landasan tersebut sesebuah organisasi juga semakin kokoh. Landasan-landasan tersebut meliputi; 1) kepedulian, 2) nilai, 3) integritas, 4) pelatihan, dan 5) pengendalian. Prinsip Sistem Manajemen Mutu ISO Dalam ISO 9001:2008 terdapat delapan prinsip sistem manajemen mutu yang dijadikan sebagai acuan kerangka kerja yang membimbing organisasi menuju peningkatan kerja. Kedelapan prinsip sistem manajemen mutu yang terdapat dalam ISO 9001:2000, adalah: (l) Fokus Pelanggan, (2) Kepemimpinan, (3) Keterlibatan Personel, (4) Pendekatan Proses, (5) Pendekatan Sistem, (6) Peningkatan Berkesinambungan, (7) Pendekatan factual dalam pengambilan keputusan, dan (8) Hubungan pemasok yang saling menguntungkan. Visi dan Misi Visi didefinisikan sebagai : what we want to be”. Dengan demikian pemyataan visi didefinsikan sebagai : what we want to be (Green, 1998). Pemyataan misi yang ditulis secara baik dapat memberi arah yang mantap pada perusahaan dalam menghadapi berbagai perubahan. Pemyataan visi seharusnya bersifat (l) brief/singkat, (2) inspiring, (3) challenging, (4) descriptive of an ideal condituion, (5) appealing to employees and stocholders, (6) provide a direction of the future business. Visi adalah suatu gambaran ideal yang ingin dicapai oleh perusahaan di masa yang akan datang. Visi organisasi
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658
135
pada dasamya bertujuan memberi kerangka kerja yang menuntun suatu nilai dan kepercayaan perusahaan. Pemyataan visi dari suatu organisasi memainkan peranan penting dalam strategi pengembangan kualitas. Visi memberikan identitas organisasi dan pemahaman terhadap arah bisnis yang ingin dituju. Misi organisasi atau misi perusahaan adalah alasan mengapa organisasi atau perusahaan itu ada. Secara umum misi perusahaan meliputi tentang macam produk (barang dan jasa) yang diproduksi, sasaran konsumen dan nilai-nilai yang dianggap penting oleh pemilik perusahaan yang harus tetap dipertahankan. Terdapat lima alasan mengapa perumusan misi perusahaan penting adalah (l) misi dapat memusatkan usaha manusia ke arah satu tujuan, (2) memantau menjamin organisasi tidak menuju ke arah penyimpangan tujuan, (3) misi dapat mengalokasikan secara rasional sumber daya yang ada dalam organisasi, (4) menetapkan lingkup tanggung jawab yang jelas dalam organisasi, dan (5) misi bertindak sebagai dasar bagi pengembangan organisasi. Kualitas Sumber Daya Manusia Keberadaan sumber daya manusia dalam suatu kegiatan proyek sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu proyek. Seperti diungkapkan Soeharto (2001) bahwa kuantitas dan kualitas sumber daya manusia yang memenuhi syarat akan menjadi faktor penentu keberhasilan suatu proyek. Faktor sumber daya manusia yang sangat menentukan kinerja pelaksanaan proyek adalah faktor kualitas pribadi SDM yang ada dan efektifitas SDM dalam kerja tim. Kualitas pribadi SDM mencakup (1) latar belakang pendidikan formal dan non formal, (2) pengalaman proyek dengan ukuran setara (man-hours), (3) pengalaman di lokasi/geografis serupa (musim, adat
istiadat, terpencil atau lain-lain), (4) cara orientasi kepemimpinan. METODE PENELITIAN Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian explanatory dengan pendekatan survey (Singarimbun dan Effendi, 1989). Datanya dikumpulkan dengan teknik cross sectional survey, artinya data dikumpulkan untuk menggambarkan fenomena saat penelitian dilakukan. Jenis penelitian explanatory merupakan penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa. Penelitian dilakukan pada populasi perusahaan pengembang kelas sedang sampai besar yang ada di kota Surabaya. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dengan unit sampel adalah pihak pihak yang terlibat dalam manajemen perusahaan pengembang, yaitu : (1) Jajaran Komisaris, (2) Dirut, (3) Wakil Direktur (4) Manajer Teknik, (5) Manajer pemasaran, (6) Manajer keuangan, (7) Staf kantor, (8) Manajer lapangan, (9) Pelaksana lapangan. Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut jumlah sampel penelitian digambarkan sebagai Tabel 1 berikut: Tabel 1. Jumlah Sampel Dilihat Dari Jenis Perusahaan No.
1 2 3 4
Nama perusahaan Citra land Istana Mentari Safira Blue Resort Spring of Tomorrow JUMLAH
Jenis Manajem en ISO Non ISO Non ISO Non ISO
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658
Jumlah Respode n 30 10 10 10 60
136
responden dengan prosentase skor dari rumus di atas dapat diketahui implementasi pengelolaan sistem mutu. b. Guna menguji hipotesis uji beda digunakan teknik uji t-tes untuk sampel terpisah dengan taraf siginifikansi 0,05. Rumus Uji t: X1 – X2 t = √ S12/n1 + S22/n2 Dimana: X1 = rerata sampel pertama (yang memiliki nilai besar) = rerata sampel kedua X2 (yang memiliki nilai kecil) S1 = varian sampel pertama S2 = varian sampel kedua n1 dan n2 = jumlah kasus pada sampel pertama dan kedua Dalam memudahkan kegiatan analisis tersebut di atas dilakukan dengan bantuan software komputer yaitu program SPSS version 16.
Instrumen Pengumpul Data dan Pengukurannya Guna mengumpulkan data penelitian dilakukan dengan teknik angket/ kuesioner. Untuk keperluan tersebut dikembangkan instrumen yang mengacu pada variabel-variabel penelitian yang telah ditetapkan. Variabel penelitian diukur melalui kuesioner yang berisi pertanyaan/pernyataan yang akan mengungkap sikap/persepsi responden terhadap manajemen mutu yang dilakukan. Adapun variabel yang digunakan adalah sistem manajemen mutu, tanggung jawab manajemen, pengelolaan sumber daya, realisasi produk, pengukuran, analisis dan perbaikan. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala semantic deferential dari 5 tingkat, dimana nilai 5 untuk jawaban positif dan nilai 1 negatif (Sugiyono, 2004). Pernyataan yang ada disesuaikan dengan pertanyaan pada setiap item. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan teknik: 1. Guna mengetahui implementasi pengelolaan sistem manajemen mutu dilakukan dengan cara mengkonversi skor mentah (dari kuesioner) menjadi skor standar dengan norma relatif skala lima. a. Mencari nilai rerata (mean) masingmasing skor sub variabel/indikator yang diperoleh dari responden melalui jawaban pada kuesioner. Dimana: Mean skor ideal jawaban resonden = 5 Mean skor terendah jawaban responden = 1 Mengacu pada mean skor ideal dan mean skor tertendah tersebut, dibuat pedoman kriteria interpretasi skor pada Tabel 3. Dengan membandingkan skor mean yang diperoleh melalui kuesioner
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Hasil deskripsi variabel implementasi manajemen mutu pada perusahaan pengembang perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO ditunjukkan pada Tabel 4.berikut : Tabel 4. Ringkasan deskripsi variabel ISO No. 1 2 3 4 5 6 7
Variabel Visi Misi Sistem manajemen mutu Tanggung jawab Manajemen Pengelolaan Sumber Daya Realisasi produk Pengukuran , analisis dan perbaikan
F % Kualifikasi 15 50 Baik 14 47 Baik 17
57
Baik
16
53
Baik
16 16
53 53
Baik Baik
16
53
Baik
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658
137
Hasil deskripsi variabel implementasi manajemen mutu pada perusahaan pengembang perumahan yang
tidak menggunakan sistem manajemen mutu ISO ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 3. Kriteria Interpretasi Skor
Rentangan Prosentase Skor 1 Angka 81% - 100% 2 Angka 61% - 80 % 3 Angka 41 % - 60 % 4 Angka 21 % - 40 % 5 Angka 0% - 20 % Sumber : Ridwan (2002:15) No
Tabel 5. Ringkasan deskripsi variabel Non ISO No 1 2 3 4 5 6 7
Variabel
F
%
Visi 13 43 Misi 12 40 Sistem manajemen mutu 12 40 Tanggung jawab Manajemen 11 37 Pengelolaan sumber daya 12 40 Realisasi produk 14 47 Pengukuran , analisis dan perbaikan 10 33
Kualifikasi Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik
Cukup baik
Analisis Hasil Uji- t Tabel 6. Nilai Rerata Variabel No 1 2 3
4
5 6 7
Variabel Visi Misi Sistem Manajemen Mutu Tanggung jawab manajemen Pengelolaan sumber daya Realisasi produk Pengukuran , analisis dan perbaikan
ISO
Mean Non ISO
3.9733 3.9417
2.76 2.8417
4.1311
2.6244
4.1786
2.6187
4.1000 3.9053
2.5600 2.4737
4.0800
2.46033
Rentangan Skor Mean 4.05 - 5.00 3.05 - 4.04 2.05 - 3.04 1.05 - 2.04 0.00 - 1.04
Kualifikasi Sangat baik Baik Cukup Kurang sangat kurang
Dari Tabel 6 di atas nampak bahwa rerata skor (mean) implementasi manajemen mutu tiap variabel perusahaan pengembang yang menggunakan sistem manajemen ISO dan perusahaan pengembang yang tidak menggunakan sistem manajemen ISO nampak ada perbedaan rerata skor. Guna menentukan apakah perbedaan tersebut tidak dapat diabaikan atau terjadi secara kebetulan, perlu dilakukan uji lebih lanjut. 1. Visi Perusahaan Pengembang Berdasarkan t hitung dengan equal variance assumed adalah 17.197 > t tabel 1.994 dengan tingkat probabilitas 0,000. Oleh karena t hitung > t tabel dan probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya secara signifikan ada perbedaan implementasi visi antara perusahaan pengembang perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan sistem manajemen mutu ISO 2. Misi Perusahaan Pengembang Berdasarkan t hitung dengan equal variance assumed adalah 10.380 > t tabel dengan tingkat probabilitas 0,000. Oleh karena t hitung > t tabel dan probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya secara signifikan ada perbedaan implementasi pengelolaan mutu antara perusahaan pengembang perumahan yang
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658
138
menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan sistem manajemen mutu ISO 3. Sistem Manajemen Mutu Berdasarkan t hitung dengan equal variance assumed adalah 32.00 > t tabel dengan tingkat probabilitas 0,000. Oleh karena t hitung > t tabel dan probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya secara signifikan ada perbedaan implementasi sistem manajemen mutu antara perusahaan pengembang perumahan perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan sistem manajemen mutu ISO 4. Tanggung jawab manajemen Berdasarkan t hitung dengan equal variance assumed adalah 27.453 > t dengan tingkat probabilitas 0,000. tabel Oleh karena t hitung > t tabel dan probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya secara signifikan ada perbedaan implementasi tanggung jawab manajemen antara perusahaan pengembang perumahan perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan sistem manajemen mutu ISO. 5. Pengelolaan Sumber Daya Berdasarkan t hitung dengan equal variance assumed adalah 27.453 > t dengan tingkat probabilitas 0,000. tabel Oleh karena t hitung > t tabel dan probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya secara signifikan ada perbedaan implementasi pengelolaan sumber daya antara perusahaan pengembang perumahan perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan manajemen mutu ISO. 6. Realisasi produk Berdasarkan t hitung dengan equal variance assumed adalah 27.033 > t tabel
dengan tingkat probabilitas 0,000. Oleh karena t hitung > t tabel dan probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya secara signifikan ada perbedaan implementasi realisasi produk antara perusahaan pengembang perumahan perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan sistem manajemen mutu ISO 7. Pengukuran, analisis, perbaikan Berdasarkan t hitung dengan equal variance assumed adalah 27.033 > t tabel dengan tingkat probabilitas 0,000. Oleh karena t hitung > t tabel dan probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya secara signifikan ada perbedaan implementasi pengukuran, analisis dan perbaikan antara perusahaan pengembang perumahan perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan sistem manajemen mutu ISO PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pengelolaan mutu perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan manajemen mutu ISO berbeda secara signifikan. Dimana secara umum implementasi manajemen mutu perusahaan pengembang perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO termasuk kualifikasi baik, sedangkan perusahaan pengembang yang tidak menggunakan manajemen mutu ISO, termasuk kualifiasi cukup baik. Hal ini mengindikasikan implementasi manajemen mutu perusahaan pengembang yang tidak menggunakan manajemen mutu ISO masih belum dilakukan secara maksimal oleh pengembang perumahan. Kondisi pengelolaan mutu yang demikian, tentu tidak dapat mengurangi munculnya klaim dari pihak konsumen. Seperti diungkapkan
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658
139
oleh PT. Pembangunan Perumahan (2003) bahwa munculnya klaim konsumen, lebih banyak diakibatkan oleh penerapan manajemen/pengelolaan mutu yang masih belum optimal. Menurut menurut Olomolaiye dkk, (1998) banyak faktor yang menghambat pelaksanaan manajemen mutu dalam suatu perusahaan jasa konstruksi antara lain sumber daya manusia yang tidak terampil, peralatan yang tidak memadai dan masalah keuangan. Perusahaan pengembang besar yang memiliki modal besar, kualitas sumber daya manusia yang memadai, dan peralatan yang lengkap baik dari segi kuantitas maupun kualitas akan mampu mengoptimalkan sistem manajemen secara optimal, sehingga pengelolaan mutu pada perusahaan yang bersangkutan akan sangat baik. Sebaliknya perusahaan pengembang kelas menengah dengan struktur modal yang kurang begitu besar, SDM yang kurang berkualitas dan kurang berpengalaman serta peralatan kurang memadai tentu tidak mampu menggerakan sistem manajemen perusahaan secara optimal, sehingga proses pengelolaan mutu juga tidak dapat dilakukan secara maksimal. Adanya perbedaan ketiga faktor (permodalan, kualitas SDM dan kualitas /kuantitas peralatan) tersebut merupakan penyebab adanya perbedaan kualitas pengelolaan mutu antara perusahaan pengembang perumahan kelas besar dan pengembang perumahan kelas menengah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan atas hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Implementasi manajemen mutu pada pengelolaan proyek perumahan: a. Perusahaan pengembang perumahan yang menggunakan sistem
manajemen mutu ISO prosentase pilihan responden terhadap semua sub variabel manajemen mutu yang paling banyak dipilih adalah klasifikasi “baik”, b. Perusahaan pengembang perumahan yang tidak menggunakan sistem manajemen mutu ISO, prosentase pilihan responden terhadap semua sub variabel yang paling banyak dipilih adalah klasifikasi “cukup baik”. 2. Perbedaan implementasi manajemen mutu pada pengelolaan proyek perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan manajemen mutu ISO. a. Visi Perusahaan Secara signifikan ada perbedaan implementasi visi antara perusahaan pengembang perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan manajemen mutu ISO, hal ini diperkuat dengan nilai thitung sebesar 17.197 > ttabel dengan tingkat probabilitas 0,000. Disamping itu dapat diilihat dari nilai.skor mean kedua perusahaan pengembang tersebut, dimana skor mean visi untuk perusahaan pengembang dengan sistem ISO adalah 3.4358 termasuk kualifikasi “baik”, sedangkan skor mean untuk perusahaan pengembang yang tidak menggunakan ISO adalah 2.4498 termasuk kualifikasi “cukup”. b. Misi Perusahaan Secara signifikan ada perbedaan implementasi misi antara perusahaan pengembang perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan manajemen mutu ISO, hal ini diperkuat dengan nilai thitung sebesar 10.380 > ttabel dengan tingkat probabilitas 0,000. Disamping itu dapat diilihat dari
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658
140
nilai.skor mean kedua perusahaan pengembang tersebut, dimana skor mean misi untuk perusahaan pengembang dengan sistem ISO adalah 3.876 termasuk kualifikasi “baik”, sedangkan skor mean untuk perusahaan pengembang yang tidak menggunakan ISO adalah 2.467 termasuk kualifikasi “cukup”. c. Sistem Manajemen Mutu Terdapat perbedaan yang signifikan implementasi variabel sistem manajemen mutu antara perusahaan pengembang perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan manajemen mutu ISO, hal ini diperkuat dengan nilai 32.000 > ttabel thitung sebesar dengan tingkat probabilitas 0,000. Disamping itu dapat diilihat dari nilai skor mean kedua perusahaan pengembang tersebut, dimana skor mean program penjaminan mutu untuk perusahaan pengembang dengan sistem ISO adalah 3.987 termasuk kualifikasi “baik”, sedangkan skor mean untuk perusahaan pengembang yang tidak menggunakan ISO adalah 2.321 termasuk kualifikasi “cukup”. d. Tanggung Jawab Manajemen Terdapat perbedaan yang signifikan implementasi variabel tanggung jawab manajemen antara perusahaan pengembang perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan manajemen mutu ISO, hal ini diperkuat dengan nilai sebesar 27.453 > ttabel thitung dengan tingkat probabilitas 0,000. Disamping itu dapat diilihat dari nilai skor mean kedua perusahaan pengembang tersebut, dimana skor mean implementasi variable tanggung jawab manajemen untuk perusahaan pengembang dengan
sistem ISO adalah 4.175 termasuk kualifikasi “ sangat baik”, sedangkan skor mean untuk perusahaan pengembang yang tidak menggunakan ISO adalah 2.784 termasuk kualifikasi “cukup”. e. Pengelolaan Sumber Daya Ditinjau dari variabel pengelolaan sumber daya secara signifikan ada perbedaan implementasi pengelolaan sumber daya antara perusahaan pengembang perumahan perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan manajemen mutu ISO. Hal ini dapat diilihat dari nilai equal variance t hitung dengan assumed adalah 27.453 > t tabel dengan tingkat probabilitas 0,000. Demikian pula dilihat dari nilai skor mean kedua perusahaan pengembang tersebut, dimana skor mean untuk perusahaan pengembang yang menggunakan ISO adalah 4.1000 termasuk kualifikasi “sangat baik”, sedangkan skor mean untuk perusahaan pengembang yamg tidak menggunakan ISO adalah 2.5600 termasuk kualifikasi “cukup”. f. Realisasi Produk Tedapat perbedaan implementasi variabel realisasi produk antara perusahaan pengembang perumahan perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan manajemen mutu ISO. Hal ini dapat diilihat dari nilai skor mean kedua perusahaan pengembang tersebut, dimana skor mean untuk perusahaan pengembang yang menggunakan ISO adalah 3.9053 termasuk kualifikasi “sangat baik”, sedangkan skor mean untuk perusahaan pengembang yamg tidak menggunakan ISO adalah 2.4737 termasuk kualifikasi “cukup”.
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658
141
Demikian pula terlihat t hitung dengan equal variance assumed adalah 27.033 > t tabel dengan tingkat probabilitas 0,000, jadi perbedaan implementasi realisasi produk perusahaan pengembang perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan manajemen mutu ISO tidak terjadi secara kebetulan. g. Pengukuran, Analisis dan Perbaikan Sedangkan ditinjau dari variabel pengukuran, analisis dan perbaikan, nampak t hitung dengan equal variance assumed adalah dengan tingkat 27.033 > t tabel probabilitas 0,000., artinya secara signifikan ada perbedaan implementasi pengukuran, analisis dan perbaikan antara perusahaan pengembang perumahan perumahan yang menggunakan sistem manajemen mutu ISO dan yang tidak menggunakan manajemen mutu ISO. Hal ini dapat diilihat dari nilai skor mean kedua perusahaan pengembang tersebut, dimana skor mean untuk perusahaan pengembang yang menggunakan ISO adalah 4.0800 termasuk kualifikasi “sangat baik”, sedangkan skor mean untuk perusahaan pengembang yamg tidak menggunakan ISO adalah 2.6033 termasuk kualifikasi “cukup”. SARAN Dengan mempertimbangkan hasilhasil yang diperoleh serta mempertimbangkan beberapa keterbatasan penelitian, maka berikut ini disampaikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Keilmuan Mengingat keterbatasan penelitian ini, dimana data implementasi manajemen mutu pada pengelolaan proyek perumahan hanya didasarkan kuesioner yang diberikan kepada responden, maka bagi peneliti
berikutnya disarankan untuk meneliti implementasi manajemen mutu perusahaan pengembang dengan menggunakan alat ukur teknik observasi. Dengan teknik observasi maka kualitas pengelolaan mutu dalam pelaksanaan pembangunan perumahan dapat diketahui secara nyata. Disamping itu penelitian ini terbatas hanya pada manajemen perusahaan saja, tidak sampai kepada pengukuran kepuasan pelanggan, padahal salah satu syarat ISO 9001 :2008 adalah fokus kepada kepuasan pelanggan, maka peneliti berikutnya juga disarankan juga untuk mengukur kepuasan pelanggan. Karena dengan mengetahui tingkat kepuasan pelanggan maka kita bisa menilai kinerja manajemen apakah benar benar baik atau tidak. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan pijakan dasar dalam usaha mengembangkan ilmu manajemen konstruksi, khususnya yang terkait dengan masalah manajemen mutu dalam pelaksanaan pembangunan perumahan. 2. Bagi Dunia Praktisi Bagi praktisi yang berminat pada usaha peningkatan kualitas implementasi mutu dalam pelaksanaan pembangunan perumahan dapat dimulai dengan peningkatan kinerja SDM perusahaan pengembang, karena variabel tersebut mempunyai pengaruh terbesar dalam peningkatan kualitas pengelolaan mutu. Dalam perspektif jangka panjang untuk meningkatan kualitas pengelolaan mutu perusahaan pengembang, tidak cukup hanya bertumpu pada kehandalan kinerja SDM saja, tetapi harus mampu mengembangkan visi dan misi perusahaan secara komprehensif. DAFTAR PUSTAKA Barrie,
R.S., & Paulson, B.C. 1995. ManajemenKonstruksi Profesional. Jakarta: Penerbit Erlangga.
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658
142
Chung,
H.W.1999. Understanding Quality Assurance in Construction. London: E & FN Spon Collins, J.C & Porras, J.I. (1996) Building your company`s vision. Harvard Kerzner, H. 1995. Project Management: A Sistem Aproach to Planning, Scheduling, and Controlling. New York: Van Nostrand Reinhold Business Review. SeptemberOktober. Pp.65-77 Handoko, T.H dan Tjiptono, F. 2000. Visi dan Misi Perusahaan: Suatu Fokus Strategik Untuk Masa Depan Kinerja. Vol.4(2). Pp:113123. Maylor, H. 2003. Project Management. New York: Prentice Hall. Olomolaiye, P.O., Jayawardane, A.K.W., & Harris, F.C. 1998. Construction Productivity Management. England: Longman Ritz, G.J. 1994. Total Contruction Project Management. New York: McGraw-Hill Riduwan. 2003. Skala PengukuranVariabelVariabel Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta Suharto, I. 2001 a. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. Suharto, I. 2001 b. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga Singarimbun, M. & Efendi, S. 1989. Metode Penelitian Survei. Jogyakarta: UGM Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Tjiptono, F & Diana, A. 2000. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi Dissanayaka, S.M., Kumaraswamy, M.M., Karim,K., Marosszeky, 2001. Evaluating Outcomesfrom ISO 9000-Certified Quality Sistems of Hongkong Constructors, Total Quality Management
Article, Routledge, Part of the Taylor & Francis Group, Vol.12, No.1, January 2001, Hal. 29– 40 Jaafari, Ali, 2000. Construction Business Competitiveness and Global Benchmarking, Journal of Management in Engineering, Vol.16, No.6, November/Desember 2000, Hal. 43 – 53 Green, S. D., 1998. The Technocratic Totalitarianism of Construction Process Improvement : A Critical Perspective in Engineering. Construction and Architectural Management, New York. Gasperz, V., 1997. Manajemen Kualitas : Penerapan Konsep – konsep Kualitas Dalam Manajemen Total. Jakarta : P.T Gramedia Pheng, Low Sui., Teo, dan Jasmin Ann., 2003. Implementing Total Quality Management in Construction through ISO 9000:2000, Architecture Science Review, Vol. 46, No. 2, Pg. 159+, University of Sydney, Faculty of Architecture M. Fanshurullah Asa , Ismeth S. Abidin dan Yusuf Latief. 2009. Dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 9, Nomor 2, Juli 2009 : 197 -202) Mahasiswa Program Doktoral Bidang Ilmu Teknik, Program Studi Teknik Sipil, Dosen Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Indonesia Nee, P.A. 1996. ISO 9000 in Constraction. New York: John Wiley & Sons, Inc. Prabowo, S.S. 2009. Implementasi Sistem Manajemen Mutu: ISO 9001:2008. Malang: UIN Malang PT. Pembangunan Perumahan. 1997. ISO 9000 Untuk Kontraktor. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Tjiptono, F & Diana, A. 2003. Total Quality Management. Yogyakarta: Penerbit Andi.
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658
143