JURNAL ILMIAH

Download 1 Jul 2006 ... yang disebarkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypty. Salah satu pengendalian vektor penyakit demam berdarah dangue yang diseba...

0 downloads 428 Views 179KB Size
Suprapto

Pemanfaatan Limbah Rokok dalam Pengendalian Nyamuk …

PEMANFAATAN LIMBAH ROKOK DALAM PENGENDALIAN NYAMUK Aedes aegypty Suprapto

Abstrak Penyakit demam berdarah dangue adalah salah satu penyakit yang paling menonjol di Indonesia yang disebarkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypty. Salah satu pengendalian vektor penyakit demam berdarah dangue yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypty adalah dengan menggunakan insektisida. Salah satu insektisida yang berasal dari tumbuhan adalah tembakau dan cengkeh yang keduanya terdapat pada limbah rokok kretek gudang garam filter. Penelitian ini adalah bersifat quasi eksperimen yaitu penelitian yang mendekati percobaan sesungguhnya, bertujuan untuk mengetahui pengaruh limbah rokok gudang garam filter dalam membunuh nyamuk Aedes aegypty. Bahan yang digunakan adalah larutan ekstrak dari limbah rokok kretek gudang garam filter yang direndam dalam aquades selama 24 jam, dari setiap konsentrasi yang peneliti buat yakni 100 gr/l, 120 gr/l, dan 140 gr/l yang disemprotkan masing-masing sebanyak 100 ml dari setiap gr/l-nya kepada nyamuk Aedes aegypty sebanyak 20 ekor untuk setiap kotaknya. Pengulangan (replikasi) percobaan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dengan selang waktu pengamatan 2, 3, dan 4 jam setelah penyemprotan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ekstrak limbah rokok kretek gudang garam filter mengandung zat pestisidik dan dapat membunuh nyamuk Aedes aegypty, ada perbedaan yang signifikan jumlah kematian nyamuk Aedes aegypty pada berbagai konsentrasi. Pada selang waktu 2, 3, dan 4 jam setelah penyemprotan. Konsentrasi yang optimal dalam penelitian ini untuk membunuh nyamuk Aedes aegypty pada selang waktu 4 jam setelah penyemprotan 140 gr/l. Kata kunci: Limbah rokok – Aedes aegypty

Latar Belakang masalah Penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD) adalah penyakit yang sangat mudah menyebar di masyarakat dan dapat menimbulkan kematian. Di Kota Medan penyakit DBD ini puncaknya mulai berlangsung pada tahun 1988 sampai tahun 2003 dengan perincian tahun 1988 terdapat 616 kasus di antaranya 6 orang meninggal, tahun 2001 sebanyak 345 kasus dan 2 (dua) orang meninggal, tahun 2002 sebanyak 212 kasus dan 3 (tiga) orang meninggal dan tahun 2003 terdapat 115 kasus dan meninggal 3 (tiga) orang (Harian Waspada 14 Maret 2003). Untuk mengurangi jumlah angka kesakitan dan angka kematian karena penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD) adalah salah satunya dengan cara pengendalian vektor penyakit tersebut. Salah satu pengendalian vektor demam berdarah dangue yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypty adalah dengan menggunakan insektisida. Insektisida yang dapat digunakan ada dua jenis yaitu insektisida sintetis dan insektisida botani (hayati). Penggunaan insektisida sintetis masih banyak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, untuk itu perlu dikembangkan insektisida botani (hayati) yang pada umumnya memiliki daya racun yang kuat terhadap serangga dan tidak begitu -24-

berbahaya terhadap manusia dan lingkungan (Iskandar, Adang, 1985). Dari sekian banyak insektisida botani (hayati) ini salah satunya adalah nikotin yang terkandung pada tembakau dan juga eugenol yang terdapat pada cengkeh. Adapun alasan mengapa limbah rokok kretek gudang garan filter dipilih sebagai bahan insektisida untuk pengendalian nyamuk Aedes aegypty, karena: 1. Limbah rokok gudang garam filter terbuat dari tembakau dan cengkeh, dapat dijumpai dengan mudah di lingkungan sekitar kita. 2. Sangat beracun bagi serangga. 3. Pemanfaatan kembali limbah rokok yang sudah dibuang. 4. Kurang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengetahui pengaruh dari bahan-bahan limbah rokok gudang garam filter dalam membunuh nyamuk Aedes aegypty sebagai salah satu vektor penyakit demam berdarah dangue. Dengan harapan dapat diketahui konsentrasi yang tepat dari bahan limbah rokok yang akan diteliti. Dan sebelumnya peneliti telah melakukan uji pendahuluan untuk mengetahui konsentrasi awal untuk dijadikan dasar pencarian konsentrasi yang tepat dalam pengendalian vektor

Jurnal Ilmiah PANNMED

DBD; di mana pada uji pendahuluan awal peneliti telah mencoba dengan konsentrasi 50 gr/l, 75 gr/l, dan 100 gr/l. Diperolehlah konsentrasi awal 100 gr/l dijadikan untuk mencari optimal untuk membunuh 50% nyamuk Aedes aegypty. Sehingga diharapkan berdampak positif baik dari segi ekonomi, kesehatan, dan program kesehatan masyarakat khususnya dalam pengendalian vektor penyakit demam berdarah dangue.

METODOLOGI DAN BAHAN Pembuatan Kotak Perlakuan Pembuatan kotak perlakuan dibuat sebanyak 12 buah dengan ukuran 10x10x20 cm, kemudian dilapisi dengan kawat kasa dan di bawah kotak dilapisi dengan triplek.

Vol. 1 No. 1 Juli 2006

e.

Hipotesa Tidak ada perbedaan kematian nyamuk Aedes aegypty dari berbagai konsentrasi ekstrak limbah rokok gudang garam filter setelah penyemprotan selang waktu 2, 3, dan 4 jam.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1). Temperatur Udara Hasil pengukuran temperatur udara sebelum dan sesudah penyemprotan ekstrak limbah rokok gudang garam filter dapat dilihat pada tabel berikut:

a.

b. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Alat dan Bahan Kotak pembiakan, sekaligus kotak perlakuan Alat semprot (sprayer) Aqua gelas Termometer Anemometer Higrometer Penunjuk waktu Aquades Bahan-bahan limbah rokok gudang garam filter Pelet ikan Timbangan.

c.

Uji Perlakuan Langkah-langkah pada uji penelian: Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Menimbang bahan limbah rokok sebanyak 100 gr, 120 gr, dan 140 gr kemudian direndam dengan 1 liter akuades pada setiap konsentrasi dengan suhu 60 °C selama 24 jam. Setelah bahan direndam selama 24 jam, ambil 100 ml dari setiap konsentrasi yang telah dibuat yakni dari 100 gr/l, 120 gr/ l, dan 140 gr/l. Lalu siapkan nyamuk Aedes aegypty yang sudah ada di kotak perlakuan begitu juga dengan kotak kontrol. Mengukur suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin di tempat uji penelitian sebelum dan sesudah penelitian. Kemudian semprotkan setiap konsentrasi pada setiap kotak perlakuan yang berisi 20 ekor nyamuk tadi dengan mengecualikan kotak kontrol. Lalu amati jumlah nyamuk yang mati setiap 2 jam, 3 jam, dan 4 jam setelah penyemprotan.

1. 2.

3. 4. 5. 6.

7.

d. Analisa Data Setelah pengumpulan data dilakukan maka untuk melihat ada tidaknya perbedaan kematian nyamuk aedes agypti terhadap berbagai konsentrasi ekstrak limbah rokok gudang garam filter maka dilakukan analisa secara statistik dengan analisa Anova.

a.

Temperatur Awal

Tabel 1. Temperatur udara sebelum penyemprotan ekstrak limbah rokok gudang garam filter pada masing-masing perlakuan dan kontrol seluruh replikasi No. 1 2 3 4

Konsentrasi (Gr /l) 0 100 120 140

T. Awal (°C) Rep. Rep. Rep I II III 25 26 26 25 26 26 25 26 26 25 26 26

RataRata 25,4 25,4 25,4 25,4

b. Temperatur Akhir Tabel 2. Temperatur udara setelah penyemprotan ekstrak limbah rokok gudang garam filter pada masing-masing perlakuan dan kontrol seluruh replikasi No. 1 2 3 4

Konsentrasi (Gr /l)

T. Awal (°C) Rep Rep Rep I II III 25 26 26 25 26 26 25 26 26 25 26 26

0 100 120 140

RataRata 25,4 25,4 25,4 25,4

2). Kelembaban Udara Tabel 3. Kelembaban udara selama selang waktu 2, 3 dan 4 jam setelah penyemprotan ekstrak limbah rokok gudang garam filter pada masing-masing perlakuan dan kontrol seluruh replikasi No.

Konsentrasi (gr/l)

1. 0 2. 100 3. 120 4. 140 3). Kecepatan Angin

Kelembaban ( % ) Rep Rep Rep I II III 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70

RataRata 70 70 70 70

-25-

Suprapto

Pemanfaatan Limbah Rokok dalam Pengendalian Nyamuk …

Tabel 3. Kecepatan angin sebelum dan selama selang waktu 2, 3, dan 4 jam setelah penyemprotan ekstrak limbah gudang garam filter pada masing-masing perlakuan dan kontrol seluruh replikasi No

Konsentrasi (gr/l)

1. 2. 3. 4.

0 100 120 140

Kecepatan angin (m/det) Sebelum Sesudah penyemprotan penyemprotan 0,10 0,15 0,10 0,15 0,10 0,15 0,10 0,15

4). Kematian Nyamuk Aedes aegypty Setelah dilakukan penyemprotan dari berbagai konsentrasi ekstrak limbah rokok pada nyamuk Aedes aegypty, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4. Jumlah kematian nyamuk Aedes agypti pada berbagai konsentrasi eksrak limbah rokok setelah 2, 3, dan 4 jam Pengulangan 1 2 3 Jumlah Rata-rata (%)

Jlh Kematian Nyamuk Setelah 2 Jam Perlakuan Kontrol 100 120 140 gr/l gr/l gr/l 0 5 6 8 0 5 8 10 0 4 7 10 0 14 21 28 0 4,7 7 9,3 0 23,35 35 46,5

Jlh Kematian Nyamuk Setelah 3 Jam Perlakuan Kontrol 100 gr/l 120 gr/l 140 gr/l 0 5 6 8 0 5 8 10 0 4 7 10 0 14 21 28 0 4,7 7 9,3 0 23,35 35 46,5 Jlh Kematian Nyamuk Setelah 4 Jam Perlakuan Kontrol 100 gr/l 120 gr/l 140 gr/l 0 5 6 10 0 5 8 13 0 4 7 10 0 14 21 33 0 4,7 7 11 0 23,35 35 55

-26-

Pembahasan 1. Temperatur Udara Berdasarkan hasil pengukuran udara sebelum dan sesudah penyemprotan eksrak limbah rokok gudang garam filter selang waktu 2, 3, dan 4 jam perlakuan dan replikasi rata-rata 25,3 °C. Melihat dari suhu udara yang ada di lokasi penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa nyamuk Aedes aegypty yang ada di kotak perlakuan tidak akan mati atau terpengaruh kehidupannya, dan masih dalam suhu udara yang disenanginya. 2.

Kelembaban Udara Rata-rata kelembaban udara selama selang waktu 2, 3, dan 4 jam penyemprotan ekstrak limbah rokok gudang garam filter dan replikasi adalah 70%. Berdasarkan pengukuran kelembaban udara pada kontrol dan perlakuan ini tidak terdapat perbedaan dan dengan kelembaban udara 70% tersebut berarti masih sesuai dengan kelangsungan hidup Aedes aegypty. 3.

Kecepatan Angin Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan angin dengan anemometer sebelum penyemprotan ekstrak limbah rokok gudang garam filter rata-rata 0,10 m/detik, dan setelah dilakukan penyemprotan kecepatan angin naik menjadi rata-ratanya 0,15 m/detik. Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan angin sebelum dilakukan penyemprotan ekstrak limbah rokok gudang garam filter rata-rata 0,10 m/detik hasilnya pada saat penyemprotan cairan ekstrak masih dapat mengenai tubuh nyamuk Aedes aegypty dan tidak terpengaruh oleh kecepatan angin yang ada. Sehingga cairan yang disemprotkan ke kotak perlakuan yang berisi nyamuk Aedes aegypty kecil sekali yang terbuang keluar. 4.

Kematian Nyamuk Aedes aegypty Berdasarkan pengamatan dan perhitungan jumlah nyamuk Aedes aegypty yang pada kotak perlakuan dan kontrol setelah selang waktu 2, 3, dan 4 jam penyemprotan ekstrak limbah rokok gudang garam filter dan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah kematian nyamuk Aedes aegypty tertinggi dari seluruh replikasi terjadi pada konsentrasi 140 gr/l yaitu sebanyak 33 ekor dengan rata-rata 11 ekor dari setiap replikasi. Jumlah kematian nyamuk Aedes aegypty terendah dari seluruh replikasi terjadi pada konsentrasi 100 gr/l yaitu sebanyak 14 ekor dengan rata-rata 4,7 ekor. Sedangkan pada kelompok kontrol jumlah nyamuk Aedes aegypty yang mati dari seluruh replikasi tidak ada (nihil). Secara persentase rata-rata nyamuk Aedes aegypty yang mati dari tiga replikasi pada perlakuan dan kontrol terdapat perbedaan yang nyata. Pada konsentrasi 140 gr/l persentase kematian nyamuk Aedes aegypty setelah 4 jam penyemprotan adalah 55%. Pada konsentrasi 120 gr/l prosentase kematian nyamuk Aedes aegypty adalah 35% dan pada konsentrasi 100 gr/l persentase kematian

Jurnal Ilmiah PANNMED

Vol. 1 No. 1 Juli 2006

nyamuk Aedes aegypty adalah 23,35%, sedangkan pada kontrol tidak terjadi kematian nyamuk Aedes aegypty atau 0%. Melihat dari persentase kematian nyamuk Aedes aegypty di atas, bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak limbah rokok gudang garam filter yang disemprotkan semakin tinggi persentase jumlah kematian nyamuk Aedes aegypty yang mati. Hal ini berarti kandungan nikotin dan eugenol yang diterima oleh nyamuk Aedes aegypty akan semakin banyak. Menurut Agus Kardiman (1999) pada tembakau mengandung nikotin dapat berfungsi sebagai repelen, racun perut, racun kontak, dan racun pernapasan bagi serangga (nyamuk Aedes aegypty). Sedangkan menurut Agus Kardiman (2003) pada cengkeh terdapat minyak eugenol terbukti sebagai anti jamur, anti septik, dan anti serangga. Nyamuk Aedes aegypty yang telah disemprot ekstrak limbah rokok gudang garam filter selama waktu kontak 4 jam akan mengalami perubahan-perubahan tingkah laku di mana gerakan sebelumnya aktif menjadi lamban dan lemas, kejang-kejang, dan akhirnya mati. Melihat gejala kematian nyamuk Aedes aegypty yang terjadi, ekstrak limbah rokok gudang garam filter memiliki bahan aktif nikotin alkaloid dan eugenol yang lebih sering penyerapannya masuk ke dalam tubuh melalui kulit menyebabkan depresi (penekanan) terhadap syaraf pusat susunan ferifer ganglia dan sistem syaraf otonom perifer ganglia (Adiswara, 1992: 112). Untuk membuktikan hipotesa pada penelitian ini, dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat dicari perbedaan melalui data yang diperoleh setelah perlakuan dengan rumus Anova. Dan untuk melihat adanya perbedaan kematian nyamuk Aedes aegypty dari berbagai konsentrasi ekstrak limbah rokok gudang garam filter dapat dilihat dari F tabel dengan derajat kepercayaan 1% dan 5%. Tabel 5. Hasil yang diperoleh setelah melihat F tabel selang waktu 2 dan 3 jam setelah perlakuan Sumber Ragam

DB

JK

KT

Perlakuan

2

32,66

16,33

Galat

7

5,34

0,89

Total

9

38

F Hitung 18,34

F. Tabel 1%

5%

4,74

9,55

Untuk membuktikan apakah hipotesa 0 diterima atau ditolak dapat dilihat pada tabel di atas. Jika F hitung lebih besar dari F tabel dengan derajat kepercayaan (α) 1% dan 5% maka hipotesa 0 ditolak dan sebaliknya jika F hitung ∠ dari F tabel maka hipotesa 0 diterima. Karena F hitung dari selang waktu 2 dan 3 jam setelah perlakuan (18,34) > dari F tabel 1% dan 5% (4,74 dan 9,55) maka hipotesa 0 ditolak. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan yang signifikan jumlah kematian nyamuk Aedes aegypty dari berbagai konsentrasi limbah rokok gudang garam filter selang waktu 2 dan 3 jam setelah perlakuan. Dan untuk melihat adanya perbedaan kematian nyamuk Aedes aegypty dari berbagai konsentrasi limbah rokok gudang garam filter selang waktu 4 jam setelah perlakuan dapat dilihat pada F tabel berikut: Tabel 6. Hasil yang diperoleh setelah melihat F tbel selang waktu 4 jam setelah perlakuan Sumber

DB

JK

KT

F Hit.

Ragam Perlakuan

2

61,56

30,78

Galat

7

8,67

1,455

Total

9

70,23

21,3

F. Tabel 1%

5%

4,74

9,55

Melihat tabel di atas, bahwa F hitung (21,30) > dari F tabel dengan derajat kepercayaan 1% dan 5% (4,74 dan 9,55); maka hipotesa 0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan jumlah kematian nyamuk Aedes aegypty dari berbagai konsentrasi ekstrak limbah rokok gudang garam filter pada selang waktu 4 jam setelah perlakuan.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Ekstrak Limbah rokok gudang garam filter mengandung zat pestisidik dan dapat membunuh nyamuk Aedes aegypty. 2. Ada perbedaan yang signifikan jumlah kematian nyamuk Aedes aegypty dari berbagai konsentrasi ekstrak limbah rokok gudang garam filter selang waktu 2, 3, dan 4 jam setelah perlakuan. 3. Persentase tertinggi rata-rata jumlah nyamuk Aedes aegypty yang mati setelah penyemprotan ekstrak limbah rokok gudang garam filter selang waktu 4 jam setelah perlakuan pada konsentrasi 140 gram/liter (55%). B. Saran 1. Ekstrak limbah rokok gudang garam filter dapat digunakan untuk pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypty untuk LC-55 pada konsentrasi 140 gr/l. 2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui zat pestisidik yang terkandung dalam limbah rokok gudang garam filter yang dapat membunuh nyamuk Aedes aegypty.

-27-

Suprapto

DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. Dit.Jen PPM dan PLP, 1987, Ekologi Vektor dan Beberapa aspek Perilaku, Jakarta. Depkes RI. Dit.Jen PPM dan PLP, 1987. Pemberantasan Vektor dan Cara-Cara Evaluasinya, Jakarta. Depkes R.I. Dit.Jen PPM dan PLP, 1990, Survey Entomologi Demam Berdarah Dengue, Jakarta. Depkes RI. Dit.Jen PPM dan PLP, 1992. Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue, Jakarta. Harian Waspada, Penyakit Demam Berdarah, 14 Maret 2003.

-28-

Pemanfaatan Limbah Rokok dalam Pengendalian Nyamuk …

Hisbah Ridwan, Didik Eka, Hermain, 1997/1998. Laporan Akhir Penelitian Risbinakes. Iskandar, Adang, et al., 1985. Pedoman Bidang Studi Pemberantasan Serangga dan Binatang Pengganggu, Depkes RI, Jakarta. Kardiman Agus, Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk, 2003. Agromedia Pustaka, Jakarta. Novizan, Pestisida Ramah Lingkungan, 2003. Sumber Swadaya. Republik Indonesia, Undang-undang RI. No.23 Tahun 1992 tentang UU Kesehatan, Sinar Grafika, Jakarta. Sugandi E. Sugiarto, 1994. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi, Yogyakarta.