JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN

Sinopsis Olahraga pendidikan sebagai salah satu lingkup kegiatan keolahragaan tak lepas dari upaya pengembangan dan peningkatan kualitas dalam...

27 downloads 992 Views 1MB Size
ISSN: 2355-7036

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN Volume 1, Nomor 1, Mei 2014

Diterbitkan oleh: ASISTEN DEPUTI OLAHRAGA PENDIDIKAN DEPUTI BIDANG PEMBUDAYAAN OLAHRAGA KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA

Gedung PPITKON Lantai 2, Jl. Gerbang Pemuda No. 3 Senayan, Jakarta Pusat – 10270 Telp./Fax: 021-5738153 Email: [email protected]

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN Volume 1, Nomor 1, Mei 2014 Terbit dua kali setahun pada bulan Mei dan November, berisi naskah hasil penelitian, gagasan konseptual, kajian teori atau aplikasi olahraga pendidikan Pembina Menteri Pemuda dan Olahraga R.I. KRMT. Roy Suryo Notodiprojo Penasihat Dr. Alfitra Salamm, APU (Sekretaris Kemenpora R.I.) Prof. Dr. Faisal Abdullah, S.H., M.Si, DFM. (Deputi Pembudayaan Olahraga) Penanggungjawab Asisten Deputi Olahraga Pendidikan Dr. H. Sukarno, M.M. Ketua Penyunting Drs. Jenal Aripin Wakil Ketua Penyunting Dr. H. Herman Chaniago Mitra Bestari Prof. Dr. Hari Amirullah Rachman, M.Pd. (Universitas Negeri Yogyakarta) Prof. Dr. Hari Setijono, M.Pd. (Universitas Negeri Surabaya) Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd. (Universitas Negeri Semarang) Prof. Dr. H. M. E. Winarno, M.Pd. (Universitas Negeri Malang) Prof. Dr. Adang Suherman, M.A. (Universitas Pendidikan Indonesia) Dr. Sapta Kunta Purnama, M.Pd. (Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta) Prof. Dr. H. Moch. Asmawi, M.Pd. (Universitas Negeri Jakarta) Dr. H. A. Sofyan Hanief, M.Pd. (Universitas Negeri Jakarta) Prof. Dr. Andi Ikhsan, M.Kes. (Universitas Negeri Makassar) Penyunting Pelaksana Drs. Tri Utomo Budi Ariyanto Muslim, S.Pd. Satria Yudi Gontara, M.Or. Khavisa, M.Pd. Sekretariat Supeni Pudyastuti, S.Pd. Jaya Sutrisna, S.Pd., M.M. Yulia Mahmuddin, S.AP. Bambang Pamungkas, S.Kom. Kasdi, S.E. Ony Herdianto, S.Pd.

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN (JURNAL ORDIK): Diterbitkan oleh Asisten Deputi Olahraga Pendidikan Deputi Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga RI. Bekerjasama dengan Indonesian Sports Scientist Association (ISSA) dan Asosiasi Guru Besar Keolahragaan Indonesia (AGB KORI). Publikasi Naskah: Penyunting menerima naskah yang belum pernah diterbitkan dalam jurnal lain (Petunjuk bagi Penulis: baca pada bagian dalam sampul belakang). Alamat Redaksi: Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga R.I., c.q Asisten Deputi Olahraga Pendidikan, Gedung Grha Pemuda dan Olahraga Lt. 4, Jl. Gerbang Pemuda No. 3 Senayan Jakarta Pusat (10270), Telp/Fax (021) 5731106.

Sinopsis Olahraga pendidikan sebagai salah satu lingkup kegiatan keolahragaan tak lepas dari upaya pengembangan dan peningkatan kualitas dalam pelaksanaannya. Hal ini terkait dengan amanat Undang-undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional pasal 25 ayat (1) yang menyatakan bahwa pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dan diarahkan sebagai satu kesatuan yang sistemis dan berkesinambungan dengan sistem pendidikan nasional. Lebih lanjut dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan pasal 25 ayat (1) menyatakan bahwa pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan dan kebugaran jasmani serta pengembangan minat dan bakat olahraga. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa olahraga pendidikan merupakan lingkup kegiatan keolahragaan nasional yang yang sangat penting dan terkait dengan penyiapan modal dasar pembangunan nasional yaitu sumber daya manusia. Mengingat peran pentingnya olahraga pendidikan sebagai dasar bagi pengembangan lingkup kegiatan olahraga lainnya, maka diperlukan suatu perencanaan pembangunan keolahragaan nasional, khususnya dalam lingkup olahraga pendidikan. Dalam pelaksanaannya, olahraga pendidikan perlu didukung beberapa hal sebagai berikut: 1) pemetaan pelaksanaan olahraga pendidikan nasional; 2) pemenuhan tenaga keolahragaan olahraga pendidikan di sekolah; 3) ilmu pengetahuan terapan dan ilmu pengetahuan dasar secara seimbang dan terintegrasi; 4) kelembagaan olahraga pendidikan yang dinamis dan efektif; 5) pengkajian olahraga pendidikan secara berkelanjutan; dan 6) komunikasi, informasi dan edukasi sebagai sarana pengembangan olahraga pendidikan. Pengembangan dan pemanfaatan olahraga pendidikan harus ditingkatkan dan diarahkan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup sumber daya manusia sebagai modal dasar pembangunan, yang selaras dengan nilai-nilai, norma serta karakter terpuji. Selanjutnya lebih luas lagi, dalam mengem-bangkan olahraga pendidikan harus didukung salah satunya adalah adanya Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) sebagai sarana publikasi terhadap perkembangan olahraga pendidikan. KIE tentang olahraga pendidikan dirasakan belum optimal. Hal ini juga diakibatkan karena keterbatasan kemampuan pemerintah dalam menyebarluaskan atau mengkomunikasikan perkembangan olahraga pendidikan. Untuk itu perlu kiranya disusun suatu sistem KIE yang efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan stakeholder olahraga pendidikan. Salah satu jenis dari KIE adalah terbitan berkala ilmiah yang lebih sering disebut sebagai jurnal ilmiah. Jurnal ilmiah saat ini merupakan media KIE yang efektif untuk menginformasikan dan mengkomunikasikan hasil penelitian, gagasan serta kreativitas seorang peneliti atau penulis. Saat ini pertumbuhan jurnal ilmiah sangat luar biasa, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat merupakan salah satu dorongan kuat tumbuhnya jurnal ilmiah yang sangat pesat. Namun demikian dari sekian banyak jurnal yang marak terbit saat ini, belum banyak jurnal dalam bidang olahraga khususnya olahraga pendidikan. Kenyataan yang ada saat ini, banyak pendidik yaitu dosen, guru, tutor dan pembina pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan baik pada pendidikan formal maupun non formal yang sebagian besar berupaya untuk menyusun publikasi ilmiah dalam bentuk artikel yang dimuat di jurnal ber-ISSN tetapi kesulitan karena langkanya jurnal olahraga pendidikan. Sebagai contoh bagi guru, berlakunya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya mengamanatkan bahwa bagi seorang guru untuk dapat menduduki jabatan fungsional lebih tinggi diwajibkan untuk menyusun artikel hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal ber-ISSN sedangkan bagi masyarakat luas penerbitan jurnal olahraga pendidikan dapat dijadikan sebagai media komunikasi, informasi dan edukasi dalam bidang olahraga pendidikan. Perkembangan kebijakan tersebut juga berimbas kepada kebutuhan guru atau dosen akan sumber referensi berupa jurnal sebagai dasar untuk menyusun teori dalam melakukan pengkajian maupun penelitian terhadap pembelajaran olahraga pendidikan. Kebutuhan akan referensi dalam bidang ilmu olahraga pendidikan inilah yang juga mendesak untuk segera diterbitkannya jurnal dalam bidang kajian olahraga pendidikan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerbitan jurnal olahraga pendidikan merupakan kebutuhan yang mendesak untuk merespon kebutuhan masyarakat luas akan informasi mengenai perkembangan olahraga pendidikan sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pembinaan olahraga nasional. Sejalan dengan itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga, dalam hal ini melalui Asisten Deputi Olahraga Pendidikan bermaksud menerbitkan terbitan berkala “Jurnal Olahraga Pendidikan” sebagai bagian dari tugas pokok dan fungsinya dalam mengembangkan dan membina olahraga pendidikan nasional.

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN TEKNIK DASAR SERVICE BAWAH BOLAVOLI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 MALANG Novi Dian Anggraini,

M. E. Winarno,

Sulistyorini,

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang Email : [email protected] Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang Email : [email protected] Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang Email : [email protected]

Abstrak: Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu menciptakan situasi belajar siswa aktif sepanjang waktu model pembelajaran yang ada di dalam pembelajaran service bawah bolavoli merupakan variasi pembelajaran yang digunakan untuk membantu mengatasi masalah yang muncul di lapangan pada saat materi service bawah bolavoli. Berbagai macam model pembelajaran service bawah tersebut terbukti dapat mengatasi kesulitan-kesulitan saat melakukan pembelajaran service bawah bolavoli dan dapat membangkitkan semangat siswa dengan cara yang menyenangkan, mudah, dan aman. Tetapi hal tersebut belum pernah dilakukan. Berdasarkan kenyataan itulah, maka dikembangkan model pembelajaran service bawah bolavoli dengan bentuk penyampaiannya menggunakan media buku panduan pembelajaran untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Malang. Kata kunci: pengembangan, pembelajaran, teknik dasar, service bawah, bolavoli.

Dalam proses kehidupan manusia, dibutuhkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai pendidikan atau ilmu pengetahuan yang telah ditempuh. “Pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan dan spesifik, proses dimana lingkungan seseorang dengan sengaja dikelola (managed) agar ia dapat belajar atau melibatkan diri dalam perilaku yang spesifik dengan kondisi tertentu ataupun agar ia dapat memberikan respons terhadap situasi yang spesifik” (Dwiyogo, 2010:3). Sedangkan menurut Setyosari (2001:14), menyatakan bahwa “pembelajaran adalah penyajian informasi dan aktivitas-aktivitas yang memudahkan si belajar untuk mencapai tujuan khusus belajar yang diharapkan. ” Penyajian informasi tersebut disajikan oleh guru secara langsung. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 159) “pembelajaran juga berarti meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan siswa. Kemampuankemampuan tersebut diperkembangkan bersama dengan pemerolehan pengalamanpengalaman belajar sesuatu.” Berdasarkan berbagai pendapat para ahli di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yaitu bagian dari pendidikan yang bertujuan untuk memfasilitasi belajar orang dalam meningkatkan kemampuan afektif, kognitif, dan keterampilan. Di dalam pembelajaran terdapat beberapa tujuan yang harus dicapai. Menurut Dwiyogo (2010:205) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah “untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran dilakukan dengan cara memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan”. Pembelajaran yang akan dilaksanakan harus dirancang dengan baik dan tidak boleh sembarangan. Menurut Setyosari (2001:10), bahwa tujuan pembelajaran yang dirancang adalah “ingin membantu setiap orang (si belajar) mengembangkan diri secara optimal mungkin, menurut perkembangan individualnya masing-masing.” Perancangan pembelajaran juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Dwiyogo (2010:205) usaha meningkatkan kualitas pembelajaran dilakukan

81

82

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 81 - 87

oleh perancang pembelajaran dengan pijakan asumsi tentang hakekat rancangan pembelajaran yaitu: 1) Perbaikan kualitas pembelajaran diawali dengan rancangan pembelajaran; 2) pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan sistem; 3) rancangan pembelajaran didasarkan pada pengetahuan tentang bagaimana seseorang belajar; 4) rancangan pembelajaran diacukan kepada belajar secara perseorangan; 5) hasil pembelajaran mencakup hasil langsung dan hasil pengiring; 6) sasaran akhir rancangan pembelajaran adalah memudahkan belajar; 7) rancangan pembelajaran mencakup semua variabel yang mempengaruhi belajar. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk mengembangkan diri secara optimal mungkin dengan cara memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui metode dan rancangan pembelajaran yang optimal sehingga dapat mencapai hasil yang diinginkan. Salah satu pendidikan yang terkait dengan olahraga adalah Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Penjasorkes). Pendidikan jasmani merupakan salah satu pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik. Bucher (1983:13) menyatakan bahwa “pendidikan jasmani merupakan bagian yang integral dari seluruh proses pendidikan, yang mempunyai tujuan pengembangan warga secara fisik (jasmani), mental, emosional, dan tujuan sosial melalui aktivitas jasmani yang telah dipilih untuk merealisasikan tujuantujuan tersebut. Sedangkan menurut BSNP (2006:648) menyatakan bahwa: Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan hidup bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga, dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Dari berbagai pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah proses pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani atau fisik yang mecakup semua kawasan baik psokomotor, kognitif, dan afektif.

Tujuan pendidikan jasmani sangat banyak bagi siswa. Menurut Winarno (2006:13) pendidikan jasmani bertujuan “untuk mengembangkan individu secara organis, neuromaskuler, intelektual dan emosional melalui aktivitas jasmani”. Tujuan tersebut menggambarkan keunggulan sumber daya manusia di Indonesia. Sedangkan menurut BSNP (2006:684), mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih; 2) meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik; 3) meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar; 4) meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan; 5) mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis; 6) mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan; 7) memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat, dan kebugaran, terampil. Serta memiliki sikap yang positif. Dalam penyampaian dan penyajian materi pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan berbeda dengan mata pelajaran lain. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan cenderung menggunakan aktivitas fisik. Winarno (2006:15) menyatakan bahwa “aktivitas fisik merupakan media utama yang digunakan untuk mencapai tujuan”. Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah untuk mengembangkan individu (seseorang) dalam kebugaran jasmani, petumbuhan fisik, mental serta moral yang berupa sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani. Dalam mengembangkan pembelajaran untuk aktivitas kebugaran jasmani dan kesehatan yang menarik dan menyenangkan untuk

Novi Dian A., M.E. Winarno, & Sulistyorini, Pengembangan Pembelajaran Teknik Dasar Service

siswa SMP, peneliti merujuk pada materi kebugaran jasmani yang diberikan kepada

83

siswa SMP sesuai dengan BSNP (2006:519521), yaitu sebagai berikut.

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas VIII Kelas VIII

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Semester 1

Mempraktikkan berbagai teknik dasar permainan dan olahraga dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Mempraktikkan teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar lanjutan dengan koordinasi yang baik serta nilai kerjasama, toleransi, percaya dini, keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan.

Semester 2

Mempraktikkan berbagai teknik dasar permainan dan olahraga dan mlai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Mempraktikkan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar lanjutan dengan koordinasi yang baik serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan.

Berdasarkan penjelasan di atas, materi permainan beregu bola besar diberikan kepada siswa SMP kelas VIII. Salah satu permainan beregu bola besar yaitu permainan bolavoli. Sehingga, keterampilan permainan bolavoli harus diterapkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMP dan harus dilaksanakan. Salah satu permainan bola besar yang diajarkan pada tingkat SMP yaitu bolavoli. Bolavoli adalah salah satu olahraga yang dilakukan melalui permainan. Bolavoli adalah “olahraga yang dimainkan oleh dua tim dalam satu lapangan yang dipisahkan oleh sebuah net” (PBVSI, 2005:1). Sedangkan menurut Permana (2008:7) menyatakan bahwa, bolavoli “adalah olahraga yang dimainkan oleh dua tim dan setiap tim terdiri dari enam pemain, tim tersebut misalnya tim A dan tim B. Untuk memulai permainan, tim pertama yang akan melakukan serve dipilih melalui “lempar koin”. Dari pendapat berbagai ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bolavoli adalah olahraga yang dimainkan oleh dua tim dalam satu lapangan yang dipisahkan oleh sebuah net dan setiap tim terdiri dari enam pemain. Setiap olahraga mempunyai berbagai teknik dasar. Teknik dasar setiap olahraga berbeda sesuai dengan jenis olahraga tersebut. Roesdiyanto (1989:23) mengemukakan bahwa teknik permainan bolavoli adalah “suatu proses dasar tubuh untuk melakukan keaktifan jasmani dan suatu penguasaan keterampilan dalam hal suatu praktek yang sebaik-baiknya untuk dapat melakukan ge-

rakan dalam permainan bolavoli dan menyelesaikan permainan bolavoli dengan baik”. Di dalam permainan bolavoli, terdapat berbagai teknik dasar. “Teknik-teknik dalam permainan bolavoli terdiri atas service, passing bawah, passing atas, block, dan smash“ (Ahmadi, 2007:20). Permainan bolavoli merupakan permainan yang tidak mudah dilakukan karena bolavoli merupakan permainan yang sifatnya beregu yang memerlukan kerjasama antar sesama pemain. Selain itu, “dalam permainan bolavoli dibutuhkan koordinasi gerak yang benarbenar bisa diandalkan untuk melakukan semua gerakan yang ada dalam permainan bolavoli” (Ahmadi, 2007:20). Oleh sebab itu, agar dapat melakukan permainan bolavoli dibutuhkan koordinasi gerakan yang baik dan kerjasama antar pemain. Dalam permainan bolavoli, untuk mengawali permainan diperlukan service. Service merupakan salah satu dari berbagai teknik dasar bolavoli. “Dalam latihan maupun dalam permainan, perlu sangat ditonjolkan pentingnya service yang tepat dan aman” (Durrwachter, 1982:43). Karena penetuan awal permainan berada pada tingkat ketajaman dan ketepatan service. Service adalah “pukulan bola yang dilakukan dari belakang garis akhir lapangan permainan melampaui net dari daerah lawan” (Ahmadi, 2007:20). Sedangkan menurut Roesdiyanto (1989:27) mengemukakan bahwa service dalam permainan bolavoli adalah “sarana pertama untuk mengadakan serangan terhadap regu lawan,dengan memiliki

84

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 81 - 87

teknik service yang baik akan membuat suatu regu bermain dengan sangat efisien, tetapi menghasilkan kemenangan yang besar”. Sedangkan menurut Durrwachter, (1982:43) mengemukakan bahwa “permainan diawali dengan pukulan service, yang dilakukan pada awal setiap set serta setiap kali setelah lawan melakukan kesalahan”. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa service adalah pukulan yang dilakukan pada awal permainan yang bertujuan sebagai awal dari serangan. Dalam permainan bolavoli, service tidak hanya dilakukan dengan satu jenis saja, melainkan ada beberapa cara dalam melakukan service. Menurut Roesdiyanto (1989: 27), bahwa “service dalam bolavoli dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu: a) service yang dilakukan dari atas; b) service yang dilakukan dari bawah. Kedua jenis service tersebut bisa digunakan pemain dalam melakukan service. Tetapi untuk pemula, lebih mudah untuk melakukan service bawah. Service bawah yaitu service yang dilakukan dari bawah dengan menggunakan lengan. “Posisi awal untuk melakukan service tangan bawah adalah berdiri dengan posisi melangkah, dengan kaki depanyang berlawanan dengan tangan yang akan memukul bola” (Ahmadi, 2007:20). Selain cara melakukan service bawah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan service bawah agar service bawah yang dilakukan benar, melampaui net, dan dapat mematikan lawan. Berdasarkan pendapat dari paha ahli, dapat disimpulkan bahwa yang harus diperhatikan dalam melakukan service bawah bolavoli adalah: a) posisi kaki; b) posisi lengan; c) posisi badan; d) lambungan bola; e) ayunan lengan; dan f) perkenaan bola. Dalam teknik dasar service bolavoli, terdapat beberapa jenis teknik dasar, diantaranya yaitu “top spin, back spin, inside spin, outside spin, dan floating” (Sugiyono, 1997: 43). Pembelajaran service bawah bolavoli merupakan pembelajaran yang di dalamnya terdapat pembelajaran yang berupa latihan serta permainan. Pembelajaran tersebut bertujuan untuk melatih keterampilan service bawah bolavoli. Pembelajaran tersebut terdiri dari enam model pembelajaran, antara

lain yaitu model timang bola service bawah, model service bawah berpasangan, model service segitiga, model service segi empat, model adu service, dan model service gawang. Berbagai model pembelajan service bawah bolavoli, ada beberapa unsur permainan yang terkandung di dalamnya. Permainan sangat berperan pada perkembangan gerak motorik manusia. Selain itu, permainan juga membantu seseorang untuk menghilangkan kejenuhan. Sarifudin (1976: 76) mengungkapkan bahwa “permainan sebagai penyaluran segala potensi yang ada pada diri masing-masing baik untuk kebugaran jasmani sebagai satu kesatuan makhluk hidup maupun kebutuhan pencapaian hasrat keinginan”. Permainan sangat digemari oleh semua kalangan terutama anak-anak. Menurut Sujanto (1982:31) menerangkan bahwa “bagi anak, permainan adalah merupakan makanan rohaninya. Ia tidak akan merasa lebih enak bila tidak ada kesempatan untuk bermainmain”. Dari berbagai pendapar para ahli, dapat disimpulkan bahwa permainan merupakan salah satu alat untuk mencapai keinginan dan kesenangan seseorang serta untuk menyalurkan potensi untuk memenuhi kebugaran jasmani. METODE Dalam pengembangan ini, peneliti mengacu model pengembangan (research and development) dari Borg dan Gall (1983:775) yang telah dimodifikasi oleh peneliti yakni: 1) melakukan analisis produk yang akan dikembangkan di antaranya, wawancara guru pendidikan jasmani dan penyebaran angket untuk siswa; 2) mengembangkan produk awal; 3) validasi ahli meliputi dua ahli isi (pembelajaran, permainan, dan bolavoli). Revisi produk awal berdasarkan evaluasi ahli; 4) uji coba lapangan meliputi uji kelompok kecil yang terdiri dari 12 subjek dan uji kelompok besar yang terdiri dari 30 subjek; 5) revisi produk meliputi revisi produk berdasarkan kegiatan uji coba kelompok kecil, revisi produk berdasarkan kegiatan uji kelompok besar, dan hasil akhir produk pengembangan dari hasil revisi produk akhir.

Novi Dian A., M.E. Winarno, & Sulistyorini, Pengembangan Pembelajaran Teknik Dasar Service

Jenis data yang digunakan dalam pengembangan pembelajaran ini adalah data kualitatif dan kuantitatif.Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara guru pendidikan jasmani dan hasil evaluasi para ahli yang berupa saran serta masukan. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari data angket analisis kebutuhan untuk siswa, uji coba awal kelompok kecil, dan uji lapangan kelompok besar. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah teknik analisis kualitatifdan kuantitatif. Teknik analisis kualitatif bersifat induktif yaitu suatu analisis yang diperoleh berdasarkan hasil data. Sedangkan teknik analisis kuantitatif bersifat deskriptif berupa persentase. Hasil analisis data ini akan menjadi dasar dalam penyempurnaan penelitian pengembangan ini.

HASIL Berdasarkan tujuan penelitian dan pengembangan, hasil penelitian ini terdiri dari tiga aspek yaitu: 1) analisis kebutuhan; 2) pengembangan produk; 3) uji coba kelompok. Analisis Kebutuhan (Wawancara dan Angket) Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru penjasorkes dapat disimpulkan bahwa materi service bawah bolavoli merupakan materi yang sulit dikuasai oleh siswa dan minat siswa cenderung kurang dalam pembelajaran service bawah bolavoli. selain itu, guru pendidikan jasmani setuju apabila dikembangkan pembelajaran service bawah bolavoli yang bervariasi dan menyenangkan. Berdasarkan data hasil analisis dari penyebaran angket untuk siswa diketahui bahwa 68,3% siswa senang dalam pembelajaran service bawah bolavoli, siswa mengSutarakan bahwa 54,2% materi service bawah bolavoli disajikan dalam bentuk permainan, 85% siswa ingin pembelajaran dari guru pendidikan jasmani ditingkatkan, dan 75% siswa setuju dikembangkannya pembelajaran service bawah bolavoli. selain itu untuk angket dengan pilihan jawaban centang diperoleh hasil 1 siswa menjawab passing bawah, 3 siswa menjawab passing atas, 26 siswa menjawab service bawah,

85

dan 0 siswa menjawab semua jawaban benar. Pengembangan Produk Pengembangan produk dilakukan dengan evaluasi dari ahli. Evaluasi ahli terhadap produk ini terdiri atas dua subjek yaitu ahli isi 1 dan 2. Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa dari keseluruhan hasil evaluasi oleh dua subjek yaitu memperoleh hasil “baik”sehingga pengembangan pembelajaran teknik dasar service bawah bolavoli dapat digunakan untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Malang. Uji Coba Lapangan Kegiatan uji lapangan dilakukan sebanyak dua kali yaitu uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar. Uji coba kelompok kecil dilakukan oleh 12 subjek penelitian. Hasil analisis data uji coba kelompok kecil diperoleh 85,28% dengan keterangan “baik sekali” sehingga dapat dilanjutkan ke uji coba kelompok besar. Uji coba kelompok besar tersebut dilakukan oleh 30 subjek. Uji coba kelompok besar dilakukan oleh 30 subjek penelitian. Hasil analisis data uji coba kelompok kecil diperoleh 86,25% dengan keterangan “baik sekali” sehingga pengembangan pembelajaran teknik dasar service bawah bolavoli dapat digunakan untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Malang. Hasil Revisi Produk Berdasarkan evaluasi ahli dan uji coba lapangan, maka terjadi perubahan pada produk pengembangan. Hasil dari perubahan produk tersebut berupa buku panduan pembelajaran teknik dasar service bawah bolavoli. Buku ini dicetak dikertas A5 seberat 80gr dan cover kertas glossy berwarna biru muda dengan total halaman 73 lembar. Di dalam buku panduan tersebut terdapat gambar-gambar yang menarik dari variasi pembelajaran tersebut. Secara garis besar perubahan pada produk pengembangan berdasarkan evaluasi ahli yaitu Gambar diperjelas dan diganti menjadi gambar siswa yang sedang melakukan teknik dasar service bawah bolavoli, layout gambar yang berada di sebelah kiri di pindah di sebelah kanan agar tidak mengganggu pembaca dan tulisan jelas. Gambar pembelajaran 1-4 lebih diperjelas, pembelajaran menimang bola dengan telapak tangan dihilangkan, Pada

86

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 81 - 87

pembelajaran 1 tambahkan frekuensi melakukan timang bola selain itu nilai afektif siswa akan muncul jika ada interaksi dengan siswa yang lain, pada pembelajaran 1-4, cek tujuan pembelajaran berapa lama atau berapa kali pertemuan untuk terampil, pada pembelajaran 6,lebih diperjelas berapa lama pertambahan waktu yang dilakukan, tambahkan lampiran yang berisi instrumen keterampilan service bawah bolavoli, dan ditambahkan form penilaian proses, kalimat pada langkah kegiatan terlalu singkat, jelaskan secara rinci di setiap poinnya.

dilakukan untuk siswa SMP. Selain itu, terdapat langkah-langkah serta gambar yang menunjang sehingga pembelajaran semakin mudah dipahami. Kelebihan lain produk yang dikembangkan yaitu produk berupa buku panduan yang dicetak dengan ukuran kertas A5, buku dilengkapi dengan uraian tujuan, sarana dan prasarana yang digunakan, serta langkah kegiatan, gambar yang disajikan menarik, keterangan gambar, serta desain buku dengan warna dan gambar layout yang menarik pula sehingga lebih mudah untuk dimengerti dan lebih menarik untuk dipelajari.

PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian awal (analisis kebutuhan berupa wawancara guru pendidikan jasmani dan angket siswa diperoleh bahwa dibutuhkan pengembangan pembelajaran teknik dasar service bawah bolavoli dapat digunakan untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Malang. Setelah itu peneliti mengembangkan produk tersebut. Pengembangan produk di evaluasi oleh dua ahli. Dari kedua ahli tersebut memperoleh hasil “baik” sehingga pengembangan pembelajaran teknik dasar service bawah bolavoli dapat di uji cobakan. Uji coba lapangan dilakukan dengan dua tahap yaitu uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar. Hasil uji coba lapangan diperoleh hasil “baik sekali” sehingga pengembangan pembelajaran teknik dasar service bawah bolavoli dapat digunakan untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Malang. Berdasarkan pengembangan produk yang dikembangkan melalui uji ahli dan uji lapangan maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa keseluruhan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dapat digunakan untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Malang. Produk pengembangan yang dihasilkan mempunyai beberapa kelebihan. Spesifikasi produk yang telah dikembangkan yaitu pembelajaranterdiri dari enam pembelajaran, antara lain yaitu pembelajaran timang bola service bawah, pembelajaran service bawah berpasangan, pembelajaran service segitiga, pembelajaran service segi empat, pembelajaran adu service, dan pembelajaran service gawang. Keenam pembelajaran tersebut mudah dan aman

Kesimpulan Berdasarkan pada pengembangan yang telah dilakukan, ditemukan bahwa pembelajaran service bawah bolavoli dibutuhkan oleh guru dan siswa. Produk yang telah dikembangkan bisa digunakan untuk guru maupun siswa berdasarkan uji produk terhadap evaluasi ahli. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran yaitu: 1) saran pemanfaatan yakni perlu dipertimbangkan situasi dan kondisi sarana dan prasarana yang ada, bagi siswa buku pembelajaran service bawah bolavoli ini sebaiknya dibaca dan dipelajari terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai, bagi guru penjasorkes seharusnya memberikan materi secara bertahap dan dengan pembelajaran yang menarik; 2) Saran diseminasi yakni sebelum buku ini disebarluaskan, produk di evaluasi oleh ahli yang berguna untuk penyempurnaan produk dan produk harus disosialisasikan kepada guru pendidikan jasmani agar guru pendidikan jasmani dapat menerapkan pembelajaran yang telah dikembangkan kepada siswa; 3) Saran pengembangan lebih lanjut yakni untuk subjek penelitian dilakukan pada subyek yang lebih luas lagi sebagai uji coba kelompok, kegiatan penelitian bisa dilakukan di sekolah-sekolah lain yang memiliki kesamaan dengan subyek penelitian, dan dalam menyebarluaskan pengembangan produk, sebelum disebarluaskan sebaiknya produk ini dievaluasi kembali dan diuji

Novi Dian A., M.E. Winarno, & Sulistyorini, Pengembangan Pembelajaran Teknik Dasar Service

keefektivitasnya agar produk lebih sempurna dan bermanfaat untuk masyarakat luas. DAFTAR RUJUKAN BSNP. 2006. Standar Isi Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Depdikbud. Borg, W.R. & Gall, M.D. 1983. Educational Research An Introduction. New York:Longman. Bucher, C.A. 1983. Foundations of Fhysical Education and Sport. London: Mosby Company. Durrwachter, G. 1967. Bola Volley Belajar dan Berlatih Sambil Bermain. Terjemahan Agus Setiadi. 1982. Jakarta: PT. Gramedia.

87

Dwiyogo, W.D. 2010. Dimensi Teknologi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Malang: Wineka Media. Sarifudin, A. 1976. Olahraga Pendidikan di Sekolah Dasar Jilid Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Setyosari, P. 2001. Rancangan Pembelajaran: Teori dan Praktek. Malang: Elang Emas. Sujanto, A. 1982. Psikologi Perkembangan. Aksara Baru: Jakarta. Winarno. M.E. 2006. Dimensi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Malang: Laboratorium Jurusan Ilmu Keolahragaan.

PROFIL TINGKAT KESEGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR JALUR UNDANGAN TAHUN 2012/2013 Mohamad Annas, Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Email: [email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana profil tingkat kesegaran jasmani mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) Jalur Undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) angkatan 2012/2013. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan tes Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI). Populasinya adalah seluruh mahasiswa baru jalur undangan SNMPTN tahun 2012/2013. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah 297 mahasiswa. Teknik analisis datanya menggunakan teknik deskriptif persentase. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 297 mahasiswa yang melakukan tes TKJI ada 36 (12%) mahasiswa masuk dalam kategori kurang sekali, 78 (26%) mahasiswa masuk kategori kurang, 93 (31%) masuk kategori sedang, 69 (23%) mahasiswa masuk kategori baik, dan 21 (7%) mahasiswa masuk kategori baik sekali. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kebugaran mahasiswa PJKR jalur undangan SNMPTN tahun 2012/2013 termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, maka disarankan kepada lembaga Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) dalam menyeleksi penerimaan mahasiswa baru hendaknya tetap menggunakan TKJI dan kepada prodi PJKR hendaknya melakukan pembelajaran khususnya matakuliah praktik memperhatikan kondisi mahasiswa, dan menggunakan metode pendekatan yang tepat, agar tidak menimbulkan hal-hal yang membahayakan mahasiswa. Kata kunci: profil, kesegaran jasmani, mahasiswa.

Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pola Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana pada Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pola penerimaan mahasiswa baru program sarjana pada perguruan tinggi melalui pola seleksi secara nasional dilakukan oleh seluruh perguruan tinggi secara bersama untuk diikuti oleh calon mahasiswa dari seluruh Indonesia. Berdasarkan hasil rapat Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia di Jakarta pada tanggal 4 November 2010, para Rektor Perguruan Tinggi Negeri di bawah koordinasi Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional menyelenggarakan seleksi calon mahasiswa baru secara nasional dalam bentuk Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

SNMPTN tahun 2012 merupakan satusatunya pola seleksi yang dilaksanakan secara bersama oleh seluruh Perguruan Tinggi Negeri dalam satu sistem yang terpadu dan diselenggaraan secara serentak. SNMPTN tahun 2012 dilaksanakan melalui: 1) jalur undangan berdasarkan penjaringan prestasi akademik; dan 2) jalur ujian tertulis dan/atau keterampilan. Jalur undangan merupakan termasuk saah satu pola seleksi mahasiswa baru yang dilakukan Universitas Negeri Semarang (Unnes). Sebagai universitas negeri, Unnes mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Ketetapan pemerintah ini memberikan perhatian khusus tersendiri bagi salah satu program studi yang ada di Unnes, yaitu Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR). Program studi PJKR pada FIK Unnes mendapat izin penyelenggaraan melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Re-

1

2

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 1 - 7

publik Indonesia Nomor: 244/DIKTI/Kep/1996, tanggal 11 Juli 1996. Pada tahun 1998 Program Studi Pendidikan Jas-mani Kesehatan dan Rekreasi diakreditasi oleh Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia melalui Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi memperoleh peringkat akreditasi B, dengan No. 001/BANPT/Ak-I/VIII/98 tanggal 1 Juni 1998. Pada tahun 2004 Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi diakreditasi kembali oleh Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia melalui Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi memperoleh peringkat akreditasi A (skor 368), dengan No. 024/BAN.PT/Ak/VIII /S1/VI/2004 tanggal 18 Juni 2004 dan berlaku sampai dengan 18 Juni 2009. Program studi PJKR FIK Unnes dikembangkan sejalan dengan visi melaksanakan pendidikan akademik dan pendidikan profesi di bidang pendidikan jasmani dalam berbagai jenjang dan jenis pendidikan, serta mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan jasmani, kesehatan dan rekreasi melalui penyelenggaraan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lulusan Program studi PJKR FIK Unnes diharapkan menguasai ilmu pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga di semua jenjang pendidikan, dan memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga, serta terampil menerapkan dalam pengabdian kepada ma-syarakat. Salah satu sasaran dan strategi pencapaian Program studi PJKR adalah menghasilkan lulusan dengan kemampuan sebagai pendidik yang berpengetahuan luas dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga dan mampu menjalankan tugas dan kewajibannya secara profesional serta menyebarluaskan pengetahuannya pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Sebelum menjadi seorang pendidik, seorang mahasiswa PJKR perlu mempunyai kebugaran minimal dengan katergori baik, agar dalam proses pembelajaran yang berlangsung terutama yang praktik dapat mereka lalui dengan sebagaimana mestinya,

akan tetapi apabila tingkat kesegaran jasmaninya tidak memadahi, maka perkuliahan praktik yang mereka ikuti akan menjadi beban yang berat yang harus mereka tanggung. Kesegaran/kebugaran jasmani (physical fitness) atau sering hanya disebut kebugaran, mengacu kepada kemampuan seseorang untuk melaksanakan aktivitas hariannya tanpa kelelahan yang berarti, dan masih memiliki energi cadangan untuk melakukan sesuatu dalam keadaan darurat (Direktorat Olahraga Pelajar dan Mahasiswa, Dirjen Olahraga Depdiknas, 2004). Oleh karena itu, diperlukan pembinaan dan pemeliharaan kebugaran jasmani. Untuk keberhasilan pelaksanaan tugas, perlu adanya kesesuaian antara syarat yang harus dipenuhi yaitu yang bersifat anatomis dan fisiologis terhadap semacam intensitas tugas fisik yang harus dilaksanakan. Misalnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 4 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya pontensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu, dalam Pasal 1 ayat 11 Undang-undang RI Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, dijelaskan bahwa Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang dilaksanakan sebagai bagian dari proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani. METODE Populasi menurut Arikunto (2002:108) adalah keseluruhan subjek pe-nelitian, sedang menurut Sukardi (2004:53) populasi pada prinsipnya adalah semua ang-gota kelompok manusia, binatang, peristiwa atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa PJKR semester 1 yang me-

Mohamad Annas, Profil Tingkat Kesegaran Jasmani Mahasiswa PJKR Jalur Undangan

rupakan hasil penerimaan dari sistem SNMPTN jalur undangan tahun 2012. Sampel menurut Arikunto (2000:109) adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Menurut Sukardi (2004:54) sampel adalah sebagian jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data. Lebih lanjut Sudjana (2005:6) mengartikan bahwa sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa PJKR semester 1 yang merupakan hasil penerimaan dari sistem SNMPTN jalur undangan sejumlah 297 mahasiswa. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan September tahun 2012 dengan lokasi atau tempat penelitian di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Variabel adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian (points to be notised) (Arikunto, 2006:10). Objek tersebut disebut gejala, sedang gejala-gejala yang menunjukkan variasi baik dalam jenis maupun tingkatnya disebut variabel (Hadi, 1987:224). Dalam

3

penelitian ini variabel yang diteliti adalah Tingkat kebugaran jasmani mahasiswa PJKR semester 1 tahun 2012. Instrumen yang digunakan dalam penelitian kebugaran mahasiswa menggunakan tes dan pengukuran yaitu: Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI 2003:3-30). Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes TKJI, terdiri dari beberapa item tes dan pengukuran yang meliputi: 1) Tes lari cepat (sprint/dash) 60 meter; 2) Tes gantung angkat tubuh untuk putra dan gantung siku tekuk untuk putri; 3) Tes baring duduk 60 detik; 4) Loncat tegak; dan 5) Tes lari 1200 meter untuk putra dan 1000 meter untuk putri. Untuk analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan deskriptif persentase dengan menggunakan hasil kriteria penentuan profil tingkat kesegaran jasmani mahasiswa PJKR jalur undangan SNMPTN sebagaimana termuat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Tes Kesegaran Jasmani Remaja Usia 16-19 Tahun (Putra) No. 1 2 3 4 5

Lari 60 m s.d. - 7,2” 7,3” - 8,3” 8,4” - 9,6” 9,7” - 11,0” 11,1 - dst

Gantung AngkatTubuh 19 ke atas 14 -18 9 -13 5-8 3-4

Baring Duduk 60 detik 41 ke atas 30 - 40 21 - 29 10 - 20 0-9

Loncat Tegak 73 ke atas 60 - 72 50 - 59 39 - 49 38 - dst.

Lari 1200 m s.d - 3,14’ 3,15” - 4,25” 3,15” - 4.25 ” 5,13”- 6,33” 6,34”- dst.

Nilai 5 4 3 2 1

Kategori Baik Sekali Baik Sedang Kurang Kurang Sekali

Sumber: TKJI. 2003. Departemen Pendidikan Nasional. Hal. 28

Tabel 2. Nilai Tes Kesegaran Jasmani Remaja Usia 16-19 Tahun (Putri) No. 1 2 3 4 5

Lari 60 m s.d. - 8,4” 8,5” - 9,8” 9,9”- 11,4” 11,5” - 13,4” 13,5 - dst

Gantung Tekuk

Siku Baring Duduk Loncat 60 detik Tegak

19 ke atas 14 - 18 9 - 13 5-8 3-4

41 ke atas 30 - 40 21 - 29 10 - 20 0-9

Sumber: TKJI. 2003. Departemen Pendidikan Nasional. Hal. 28.

73 ke atas 60 - 72 50 – 59 39 - 49 38 - dst.

Lari 1000 m s.d - 3,14’ 3,15” - 4,25” 3,15” - 4.25 ” 5,13” - 6,33” 6,34” - dst.

Nilai 5 4 3 2 1

Kategori Baik Sekali Baik Sedang Kurang Kurang Sekali

4

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 1 - 7

HASIL Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang profil kesegaran jasmani mahasiswa PJKR jalur undangan SNMPTN tahun 2012/2013 dengan menggunakan petunjuk pelaksanaan dan berdasarkan tabel norma profil kesegaran jasmani, maka penelitian ini juga telah dilakukan dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Ketetapan aturan urutan pelaksanaan tes pengukuran profil kesegaran jasmani tersebut berupa urutan item tes yang diujikan yang merupakan suatu rangkaian tes yang dilaksanakan secara berurutan. Adapun urutan item tes tersebut adalah: 1) Lari 60 m; 2) Gantung (angkat tubuh/ siku tekuk); 3) Baring duduk 60 detik; 4) Loncat Tegak; 4) Lari 1200 m/1000 m. Kemudian dalam menganalisa data dan hasil pengumpulan data diolah dengan menggunakan analisis deskriptif persentase. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa untuk setiap item tingkat kesegaran jasmani yang diteskan pada mahasiswa PJKR jalur undangan SNMPTN tahun 2012/2013 dapat dilihat pada Tabel 3.

mahasiswa masuk dalam kategori kurang sekali, 78 (26%) mahasiswa masuk kategori kurang, 93 (31%) mahasiswa masuk kategori sedang, 69 (23%) mahasiswa masuk kategori baik, dan 21 (7%) mahasiswa masuk kategori baik sekali. Dari hasil di atas akan dijabarkan setiap item tes TKJI.

Grafik 2. Hasil Lari 60 meter

Berdasarkan hasil lari 60 meter sesuai dengan Grafik 2, dari 297 mahasiswa diperoleh hasil bahwa kategori kurang sekali ada 3 mahasiswa, kategori kurang 46 mahasiswa, kategori sedang 160 mahasiswa, kategori baik 85, dan kategori baik sekali 3 mahasiswa.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil TKJI Mahasiswa Jalur Undangan SNMPTN No 1

Kategori Kurang Sekali

Jumlah Persentase 36 12%

2

Kurang

78

26%

3

Sedang

93

31%

4

Baik

69

23%

Grafik 3. Gantung (Siku Tekuk/ Angkat Tubuh)

5

Baik Sekali

21

7%

Jumlah

297

100%

Berdasarkan hasil gantung (siku tekuk/ angkat tubuh) sesuai dengan Grafik 3, dari 297 mahasiswa yang masuk kategori kurang sekali ada 34 mahasiswa, kategori kurang 36 mahasiswa, kategori sedang 103 mahasiswa, kategori baik 90, dan kategori baik sekali 34 mahasiswa.

Grafik 1. Hasil TKJI Mahasiswa Jalur Undangan SNMPTN

Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 1, diperoleh data atas 297 mahasiswa yang melakukan tes TKJI ada 36 (12%)

Grafik 4. Baring Duduk

Mohamad Annas, Profil Tingkat Kesegaran Jasmani Mahasiswa PJKR Jalur Undangan

Hasil baring duduk sesuai dengan Grafik 4, dari 297 mahasiswa yang masuk kategori kurang sekali ada 8 mahasiswa, kategori kurang 21 mahasiswa, kategori sedang 46 mahasiswa, kategori baik 147, dan kategori baik sekali 75 mahasiswa.

Grafik 5. Loncat Tegak

Hasil loncat tegak sesuai dengan Grafik 5, dari 297 mahasiswa, yang masuk kategori kurang sekali 88 mahasiswa, kategori kurang 101 mahasiswa, kategori sedang 98 mahasiswa, dan kategori baik 10 mahasiswa.

Grafik 6. Lari 1000 meter/1200 meter

Hasil lari 1000 meter/1200 meter sesuai dengan Grafik 6, dari 297 mahasiswa yang masuk kategori kurang sekali ada 52 mahasiswa, kategori kurang 186 mahasiswa, kategori sedang 57 mahasiswa, dan kategori baik 2 mahasiswa.

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis deskriptif persentase di atas dapat diketahui bahwa keadaan kebugaran jasmani mahasiswa baru jalur undnagan SNMPTN PJKR FIK Unnes termasuk dalam klasifikasi sedang. Dari lima item tes tingkat kebugaran jasmani yang dilakukan terhadap mahasiswa baru jalur undangan

5

SNMPTN PJKR FIK Unnes yang terdiri dari: 1) Lari 60 meter; 2) Gantung angkat tubuh; 3) Baring duduk 60 detik; 4) Loncat tegak; 5) Lari 1200 meter/1000 meter. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari lima jenis tes yang dilakukan rata-rata mahasiswa jalur undangan tahun 2012 memiliki kondisi yang sedang. Hanya ada satu jenis tes yang rata-ratanya termasuk dalam kebugaran jasmani yang baik yaitu pada test baring duduk 60 detik, Sedangkan pada lari 1200/1000 termasuk kategori kurang. Kebugaran jasmani merupakan satu kesatuan yang utuh dari beberapa komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Pendapat ini dikemukakan oleh Sajoto (1988:58-59) bahwa ada sepuluh komponen yang mempengaruhi kebugaran jasmani yaitu kekuatan, daya tahan, daya ledak, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan dan reaksi. Di samping dari sepuluh komponen tersebut masih terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi fisik yaitu faktor latihan, prinsipprinsip beban lebih, faktor istirahat, faktor kebiasaan hidup sehat, faktor lingkungan, dan juga faktor makanan dan gizi. Menurut Giriwijoyo (2005:17) bahwa kebugaran jasmani adalah derajat sehat dinamis seseorang yang merupakan kemampuan jasmani yang menjadi dasar untuk keberhasilan pelaksanaan tugas yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu, diperlukan pembinaan dan pemeliharaan kebugaran jasmani seseorang. Untuk keberhasilan pelaksanaan tugas, perlu adanya kesesuaian antara syarat yang harus dipenuhi yaitu yang bersifat anatomis dan fisiologis terhadap semacam intensitas tugas fisik yang harus dilaksanakan. Dengan demikian kebugaran yang harusnya dimiliki seorang mahasiswa baru adalah dengan kategori baik, bahkan kalau mungkin baik sekali, karena banyak matakuliah praktik yang membutuhkan tingkat kebugaran yang sangat baik. Jika tidak, maka banyak mahasiswa yang akan masalah dalam kuliah, bahkan jatuh sakit ketika mereka dalam sehari harus mendapatkan 2 sampai 3 kali matakuliah praktik tanpa diimbangi dengan tingkat kebugaran yang baik.

6

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 1 - 7

Faktor latihan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani seseorang. Dengan latihan yang teratur akan dapat meningkatkan daya tahan kardiovaskuler dan dapat juga mengurangi lemak yang berada dalam tubuh, yang berarti seluruh organ yang dilatih secara teratur dapat beradaptasi terhadap pembebanan yang diberikan dalam kuliah. Di samping itu penyelenggaraan pola makan yang memenuhi persyaratan empat sehat lima sempurna merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kondisi tubuh yang baik sangat diperlukan oleh tubuh. Karena dengan menu empat sehat lima sempurna tersebut kebutuhan gizi tubuh akan dapat terpenuhi. Dengan terpenuhinya gizi tubuh makan kondisi tubuh akan selalu sehat, tidak mudah lelah, mudah mengantuk, atau mudah terserang penyakit. Selain faktor latihan yang rutin dan terjadwal dengan baik, pola makan mahasiwa juga dapat berpengaruh terhadap tingkat kebugaran jasmani. Makanan yang bergizi sangat diperlukan bagi tubuh untuk proses pertumbuhan, pergantian sel tubuh yang rusak dan untuk mempertahankan kondisi tubuh. Jadi dalam pembinaan kebugaran jasmani, tubuh haruslah cukup makan makanan yang bergizi dan mengandung unsur-unsur yang diperlukan oleh tubuh. Namun pada kenyataannya pemenuhan kebutuhan makanan dan gizi tidak semua mahasiswa dapat memenuhinya dengan sempurna atau lengkap dengan standar 4 sehat 5 sempurna, karena hal ini masingmasing masih dipengaruhi tingkat kehidupan ekonomi masing-masing mahasiswa tersebut. Jadi dengan kondisi seperti ini masih sangat berpengaruh pada kebugaran jasmani Mahasiswa baru jalur undangan SNMPTN PJKR FIK Unnes. Dengan kenyataan yang sudah dihadapi bahwa mahasiswa baru memiliki tingkat kebugaran yang kurang baik, maka perlu adanya pendekatan-pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan oleh dosen pengampu matakuliah khususnya matakuliah praktik, dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat sehinga akan membatu mahasiswa dalam meningkatkan kebugaranya secara bertahap, tetapi untuk tahun-tahun berikutnya perlu dipertimbangkan sekali khususnya PJKR FIK Unnes

dalam menerima mahasiswa baru harus menggunakan tes keterampilan khusus sesuai dengan kebutuhan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: “Tingkat kebugaran mahasiswa pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi (PJKR) jalur SNMPTN (jalur undangan) Tahun 2012/2013 termasuk dalam kategori sedang”. Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian, maka dapat diajukan saran sebagai berikut: (1) Disarankan kepada lembaga dalam me-nyeleksi penerimaan mahasiswa baru hendaknya tetap menggunakan tes keterampilan (TKJI); dan (2) Kepada prodi PJKR hendaknya melakukan pembelajaran khususnya matakuliah praktik memperhatikan kondisi mahasiswa, dan menggunakan metode pendekatan yang tepat, agar tidak menimbulkan hal-hal yang membahayakan mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta. Depdiknas. 2004. Standarisasi dan Profil Kebugaran Jasmani Atlet Pelajar. Jakarta, Direktorat Olahraga Pelajar dan Mahasiswa Ditjen Olahraga. Giriwijoyo, Y.S.S., dkk. 2005. Manusia dan olahraga. Bandung: Penerbit ITB. Sajoto, M. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: P2LPTK. Sudjana, N. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sukardi. 1987. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Ke-

Mohamad Annas, Profil Tingkat Kesegaran Jasmani Mahasiswa PJKR Jalur Undangan

olahragaan Nasional. 2007. Jakarta: Diperbanyak oleh Sinar Grafika. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 2007. Yogyakarta: Diperbanyak oleh Tim Cemerlang.

7

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2007. Yogyakarta: Diperbanyak oleh Tim Cemerlang.

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI MINI SISWA KELAS V SDN BABADAN 2 KECAMATAN WLINGI KABUPATEN BLITAR Tegar Bayu Kharisma, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang Email: [email protected] Abstrak: Teknik dasar yang diajarkan pertama kali adalah passing bawah dan service bawah. Pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Babadan 2 yaitu guru memberikan contoh, Siswa mempraktikkannya, sehingga perlu dikembangkan buku pembelajaran bolavoli mini kelas V Sekolah dasar (SD) sebagai buku pegangan guru. Tujuan pengembangan produk ini adalah menghasil-kan buku pembelajaran bolavoli mini di kelas V SDN Babadan 2 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar sebagai buku pegangan guru Pendidikan Jasmani dalam memberikan pembelajaran bolavoli mini. Metode penelitian yang digunakan adalah model pengembangan Borg dan Gall yang telah diadaptasi: 1) menentukan potensi dan masalah penelitian; 2) mengumpulkan informasi; 3) mendesain produk; 4) validasi desain; 5) revisi desain; 6) uji coba tahap I; 7) revisi II; 8) uji coba tahap II; 9) produk akhir. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, produk ini memiliki kelebihan ditinjau dari empat aspek yaitu: kegunaan, kemudahan, keme-narikan, dan keakuratan. Kata kunci: pengembangan, pembelajaran, bolavoli mini, sekolah dasar.

Pendidikan jasmani terdiri dari beberapa cabang olahraga yang diajarkan pada siswa, diantaranya adalah permainan bolavoli untuk siswa SD. Sugiyono (1997) mengungkapkan permainan bolavoli merupakan cabang olahraga beregu yang dimainkan oleh 6 orang dalam setiap regu. Permainan bolavoli yang dilakukan di SD, telah dimodifikasi menjadi permainan bolavoli mini. Permainan bolavoli mini adalah permainan yang dimainkan oleh 4 orang dalam setiap regu, permainan ini akan berjalan dengan baik apabila setiap pemain minimal telah menguasai teknik dasar bermain bolavoli. Begitu pula permainan bolavoli mini yang dilakukan di SD harus dikuasai secara baik oleh siswa-siswa. Permainan bolavoli mini akan dikuasai dengan baik oleh siswa apabila siswa mendapatkan pembelajaran yang baik dari guru. Pembelajaran bolavoli mini yang dilakukan di SD masih sama dengan pembelajaran bolavoli pada umumnya, sehingga siswa kurang dapat memahami pembelajaran permainan bolavoli mini yang sesungguhnya. Untuk pembelajaran olahraga yang lain, sudah sesuai dengan pembelajaran pendidikan jas-mani di SD.

Pembelajaran yang terdapat dalam bolavoli mini adalah pembelajaran service, passing, dan smash. Service dilakukan untuk mengawali permainan bolavoli mini, sedangkan passing dilakukan untuk dapat memainkan bola di udara dalam jangka waktu yang lama dalam permainan bolavoli. Smash dilakukan untuk memperoleh poin dan ditujukan agar lawan tidak bisa mengembalikan bola. Baik service, passing maupun smash merupakan modal yang utama untuk dapat menguasai permainan bolavoli. Salah satu jenis service adalah service atas dan service bawah, sedangkan passing dalam permainan bolavoli adalah passing bawah dan passing atas. Untuk menghasilkan seorang yang pemain profesional sedini mungkin, teknik latihan-latihan dasar harus diberikan sejak anak usia dini (Roesdiyanto, 1992). Berdasarkan pernyataan tersebut sangat jelas bahwa keterampilan bermain bolavoli harus dilatihkan sejak dini. Begitu juga dengan keterampilan bolavoli mini harus dilatihkan sejak dini, untuk itu perlu ditemukan alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi siswa yang kurang benar dalam melakukan permainan bolavoli mini. Roesdiyanto (1992)

8

Tegar Bayu Kharisma, Pengembangan Pembelajaran Permainan Bolavoli Mini

menyatakan bahwa service merupakan awalan untuk memulai suatu permainan bolavoli. Roesdiyanto (1992) mengemukakan bahwa keterampilan melakukan passing dengan baik merupakan modal utama dalam bermain bolavoli. Oleh karena itu teknik dasar yang harus diajarkan untuk pertama kali adalah passing bawah dan service bawah. Dapat disimpulkan bahwa teknik dasar yang harus dikuasai adalah passing bawah dan service bawah untuk dapat melakukan permainan bolavoli mini. Pembelajaran yang selama ini dilakukan di SDN Babadan 2 yaitu guru hanya memberikan contoh, kemudian siswa melakukan gerakan bolavoli mini. Pembelajaran dilaku-kan seperti itu tanpa adanya variasi latihan ataupun permainan, sehingga siswa memerlukan adanya variasi latihan yang menarik dan yang dapat meningkatkan keterampilan passing bawah dan service bawah dalam pembelajaran bolavoli mini. Untuk itu perlu dikembangkan buku pembelajaran bolavoli mini kelas V SD sebagai buku pegangan guru pendidikan jasmani dalam memberikan pembelajaran bolavoli mini. Penelitian Pengembangan Pengembangan atau yang sering disebut sebagai penelitian pengembangan dilakukan dengan maksud menjembatani jurang yang terbentang cukup lebar antara penelitian dan praktik pendidikan. Degeng (2002) menyimpulkan bahwa arti penelitian pengembangan yaitu penelitian ilmiah yang menelaah suatu teori, model, konsep, atau prinsip, dan menggunakan hasil telaah untuk mengembangkan suatu produk. Penelitian pengembangan tidak selalu mengembangkan produk baru, bisa dengan menyempurnakan produk yang telah ada dan dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian dan pengembangan selalu diawali dengan adanya kebutuhan, permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan suatu produk tertentu. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pendidikan melalui berbagai aktivitas jasmani yang bertujuan untuk mengembangkan individu atau siswa secara fisik. Pendidikan jasmani sangat mempengaruhi siswa karena dengan

9

kondisi fisik siswa yang sehat, tentunya akan sangat menunjang aktivitas belajar siswa. Pendidikan jasmani diartikan sebagai suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain secara sistematik untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik. Tujuan pendidikan jasmani juga mencakup tiga aspek yakni ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik (keterampilan). Ranah psikomotorik dalam pendidikan jasmani lebih ditekankan pada penggunaan syaraf-syaraf yang ada dalam tubuh sehingga menghasilkan suatu gerakan yang baik. Ada satu ranah lagi yang terdapat dalam tujuan pendidikan jasmani yaitu ranah jasmani yang merupakan tujuan berfungsinya dengan baik sistem tubuh siswa, sehingga siswa dapat menghadapai tuntutan lingkungan dengan baik. Karakteristik Anak SD Rosyid (2009) mengungkapkan ada tiga ciri utama yang menonjol pada masa SD yakni: 1) dorongan yang besar untuk berhubungan dengan kelompok sebaya; 2) dorongan ingin tahu tentang dunia sekitarnya; 3) pertumbuhan fisik mendorong anak untuk menyenangi permainan yang dapat mengarah ke dunia pekerjaan. Karakteristik anak SD lebih senang bermain dan dalam menerima pembelajaran harus dalam suasana yang menyenangkan agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pada masa ini, merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga perlu diperhatikan untuk membentuk karakteristik anak yang lebih baik. Permainan Bolavoli Mini Menurut Asim (1997) permainan bolavoli mini diciptakan untuk anak-anak SD, terutama kelas lima dan enam sebagai cara mengembangkan dan menghaluskan gerak dasar, serta meningkatkan kesegaran jasmani. Sedangkan menurut Puspitasari (2003:85) permainan bolavoli mini merupakan permainan yang dibuat dari modifikasi permainan bolavoli yang sebenarnya dengan menjadikannya lebih mudah memainkan dan lebih menarik untuk dilaksanakannya, hal ini dibuktikan dengan peraturan yang lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti karena permainan ini ditujukan untuk anak usia dini. Konsep permainan bolavoli mini suatu per-

10

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 8 - 14

mainan modifikasi bolavoli yang sebenarnya dengan menjadikannya lebih mudah memainkan dengan jalan melakukan perubahan pada peraturan-peraturan yang digunakan sehingga sesuai untuk usia SD (Novembri, 2008). Asim (1997) mengungkapkan peraturan permainan bolavoli mini adalah menggunakan lapangan berukuran 12 kali 6 meter, tinggi jaring (net) 1,9 meter, menggunakan bola rajut dengan berat 1,8-2 ons lingkaran bola 63-65 centimeter. Roesdiyanto (1992) mengungkapkan bahwa ukuran yang digunakan untuk bermain bolavoli mini adalah lebar 4,5 meter dan panjang 12 meter, menggunakan bolavoli yang beratnya 200 gram di samping itu juga perlu dimodifikasi bentuk net serta ketinggian disesuaikan dengan ketinggian rata-rata anak usia tersebut. Peraturan dari permainan bolavoli mini yaitu panjang lapangan adalah 12 meter, lebar lapangan 6 meter. Tinggi net yang digunakan untuk siswa putra adalah 2,1 meter dan untuk siswa putri adalah 2 meter. Bola yang digunakan adalah bola nomor 4 dengan berat 180-220 gram. Bolavoli mini dimainkan oleh 4 orang pemain dengan 2 pemain cadangan. Pengajaran Gerakan Bolavoli Mini Menurut Asim (1997) permainan bolavoli mini diciptakan untuk anak-anak SD, terutama kelas lima dan enam sebagai cara mengembangkan dan menghaluskan gerak dasar, serta meningkatkan kesegaran jasmani. Sedangkan menurut Puspitasari (2003: 85) permainan bolavoli mini merupakan permainan yang dibuat dari modifikasi permainan bolavoli yang sebenarnya dengan menjadikannya lebih mudah memainkan dan lebih menarik untuk dilaksanakannya, hal ini dibuktikan dengan peraturan yang lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti karena permainan ini ditujukan untuk anak usia dini. Konsep permainan bolavoli mini suatu permainan modifikasi bolavoli yang sebenarnya dengan menjadikannya lebih mudah memainkan dengan jalan melakukan perubahan pada peraturan-peraturan yang digunakan sehingga sesuai untuk usia SD (Novembri, 2008). Asim (1997) mengungkapkan peraturan permainan bolavoli mini adalah menggunakan lapangan berukuran 12 kali 6 meter,

tinggi jaring (net) 1,9 meter, menggunakan bola rajut dengan berat 1,8-2 ons lingkaran bola 63 centimeter sampai 65 centimeter. Roesdiyanto (1992:5) mengungkapkan bahwa ukuran yang digunakan untuk bermain bolavoli mini adalah lebar 4,5 meter dan panjang 12 meter, menggunakan bolavoli yang beratnya 200 gram di samping itu juga perlu dimodifikasi bentuk net serta ketinggian disesuaikan dengan ketinggian ratarata anak usia tersebut. Peraturan dari permainan bolavoli mini yaitu panjang lapangan adalah 12 meter, lebar lapangan 6 meter. Tinggi net yang digunakan untuk siswa putra adalah 2,1 meter dan untuk siswa putri adalah 2 meter. Bola yang digunakan adalah bola nomor 4 dengan berat 180-220 gram. Bolavoli mini dimainkan oleh 4 orang pemain dengan 2 pemain cadangan. Service adalah tanda saat dimulainya permainan dan juga merupakan serangan awal bagi regu yang melakukan service. passing dilakukan untuk dapat memainkan bola di udara dalam jangka waktu yang lama dalam permainan bolavoli. Passing merupakan gerakan yang paling sering digunakan dalam jalannya permainan bolavoli, sehingga passing ini harus benar-benar dikuasai oleh setiap pemaian bolavoli. Passing bawah adalah gerakan yang dilakukan pemain untuk mempertahankan bola ke arah yang dikehendaki pada temannya yang akan digunakan sebagai sarana serangan terhadap regu lawan. Pada passing terdapat beberapa sikap yang harus dikuasai dengan tepat agar bola dapat tepat sasaran. Menurut Sugiyono (1997) passing bawah akan dilakukan oleh pemain apabila bola yang datang jatuh berada di depan atau berada di samping badan setinggi perut ke bawah.

METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan model pengembangan Borg dan Gall yang diadaptasi menjadi model yang sederhana yaitu: 1) menentukan potensi dan masalah penelitian; 2) mengumpulkan informasi: (a) mengkaji bahan pustaka, (b) analisis kebutuhan; 3) men-

Tegar Bayu Kharisma, Pengembangan Pembelajaran Permainan Bolavoli Mini

desain produk; 4) validasi desain: (a) uji ahli bolavoli mini (b) uji ahli pembelajaran di SD; 5) perbaikan atau revisi desain; 6) uji coba tahap I (kelompok kecil); 7) revisi II; 8) uji coba tahap II (kelompok besar); 9) produk akhir pengembangan. Subjek penelitian dalam penelitian pengembangan ini adalah 1 ahli bolavoli mini, 1 ahli pembelajaran di SD, guru Pendidikan Jasmani dan siswa kelas V SDN Babadan 2 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis hasil data yang diperoleh dari subjek data. HASIL Data hasil analisis kebutuhan yakni kebutuhan pengembangan pembelajaran permainan bolavoli mini di SDN Babadan 2 sebagai buku pegangan diperoleh skor 3 (75%), kebutuhan buku pembelajaran permainan bolavoli mini diperoleh skor 4 (100%), media pembelajaran permainan bolavoli mini berupa buku pembelajaran diperoleh skor 4 (100%), kebutuhan gerakan passing bawah dan service bawah dalam pembelajaran permainan bolavoli mini diperoleh skor 4 (100%), kenginan buku pembelajaran yang terdapat variasi latihannya, mudah dipelajari, mudah dimengerti dan tampilannya menarik diperoleh skor 4 (100%). Kebutuhan pengembangan genggaman tangan pada passing bawah diperoleh skor 4 (100%), kebutuhan pengembangan ayunan lengan pada passing bawah diperoleh skor 3 (75%), kebutuhan pengembangan sikap badan pada passing bawah diperoleh skor 3 (75%), kebutuhan pengembangan posisi lutut pada passing bawah diperoleh skor 4 (100%), kebutuhan pengembangan perkenaan bola dengan lengan (memantulkan) pada passing bawah diperoleh skor 4 (100%). Kebutuhan pengembangan genggaman tangan pada service bawah diperoleh skor 4 (100%), kebutuhan pengembangan ayunan lengan pada service bawah diperoleh skor 4 (100%), kebutuhan pengembangan sikap badan pada service bawah diperoleh skor 3 (75%), kebutuhan pengembangan posisi lutut pada service bawah diperoleh skor 3 (75%), kebutuhan pengembangan perkenaan bola dengan le-

11

ngan (memukul) pada service bawah diperoleh skor 4 (100%). Pada bagian analisis kebutuhan diperoleh skor rata-rata 3,7 (92%) dengan kategori sangat baik. Data hasil uji ahli bolavoli mini yakni pada bagian pendahuluan diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik, pada bagian keseluruhan buku diperoleh skor rata-rata 3,3 (81,3%) dengan kategori sangat baik, pada bagian prosedur pelaksanaan passing bawah bolavoli mini diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik. Pada bagian variasi latihan 1 passing bawah diperoleh skor rata-rata 3,3 (81,3%) dengan kategori sangat baik, pada bagian variasi latihan 2 passing bawah diperoleh skor ratarata 3 (75%) dengan kategori baik, pada bagian variasi latihan 3 passing bawah, diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik, pada bagian variasi latihan 4 passing bawah baik diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori, pada bagian pelaksanaan permainan passing bawah diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik. Pada bagian prosedur pelaksanaan service bawah bolavoli mini diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik, pada bagian variasi latihan 1 service bawah diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik, pada bagian variasi latihan 2 service bawah diperoleh skor rata-rata 3,3 (81,3%) dengan kategori sangat baik, pada bagian variasi latihan 3 service bawah diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik, pada bagian variasi latihan 4 service bawah baik diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori. Pada bagian pelaksanaan evaluasi diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik, pada bagian pelaksanaan pendinginan diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik, pada bagian pelaksanaan permainan service bawah diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik. Dari hasil evaluasi ahli bolavoli mini diperoleh persentase 76,63% dengan kategori baik, sehingga produk ini dapat digunakan dalam pengembangan permainan bolavoli mini. Data hasil uji ahli pembelajaran di SD yakni pada bagian pendahuluan diperoleh skor rata-rata 3,5 (87,5%) dengan kategori sangat baik, pada bagian isi diperoleh skor rata-rata 3,3 (83,3%) dengan kategori sangat baik, pada bagian penutup diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik. Dari

12

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 8 - 14

hasil evaluasi ahli pembelajaran di SD diperoleh persentase 82,5% dengan kategori sangat baik, sehingga produk ini dapat digunakan dalam pengembangan permainan bolavoli mini. Data hasil uji tahap I (uji kelompok kecil) yakni pada bagian pendahuluan diperoleh skor rata-rata 4 (100%) dengan kategori sangat baik, pada bagian isi diperoleh skor rata-rata 3,5 (87,5%) dengan kategori sangat baik, pada bagian penutup diperoleh skor rata-rata 3,5 (87,5%) dengan kategori sangat baik. Hasil uji tahap I (uji kelompok kecil) diperoleh persentase 90% dengan kategori sangat baik dari guru Pendidikan Jasmani dengan kategori sangat baik. Data hasil uji tahap II (uji kelompok besar) yakni pada bagian variasi latihan 1 passing bawah diperoleh skor rata-rata 3,3 (81,3%) dengan kategori sangat baik, pada bagian variasi latihan 2 passing bawah diperoleh skor rata-rata 3,3 (81,3%) dengan kategori sangat baik, pada bagian variasi latihan 3 passing bawah diperoleh skor ratarata 3 (75%) dengan kategori baik, pada bagian variasi latihan 4 passing bawah diperoleh skor rata-rata 3,5 (87,5%) dengan kategori sangat baik. Pada bagian variasi latihan 1 service bawah diperoleh skor ratarata 3,75 (93,75%) dengan kategori sangat baik, pada bagian variasi latihan 2 service bawah diperoleh skor rata-rata 3,75 (93,75%) dengan kategori sangat baik, pada bagian variasi latihan 3 service bawah diperoleh skor rata-rata 3,5 (87,75%) dengan kategori sangat baik, pada bagian variasi latihan 4 service bawah diperoleh skor rata-rata 3,3 (81,3%) dengan kategori sangat baik. Dari hasil uji tahap II (uji kelompok besar) diperoleh persentase 86,41% dengan kategori sangat baik dari 25 siswa, sehingga produk ini dapat digunakan oleh guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan sebagai buku pegangan dalam memberikan pembelajaran permainan bolavoli mini di kelas V SDN Babadan 2 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar. Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan sebuah produk yaitu buku pembelajaran permainan bolavoli mini kelas V SD sebagai buku pegangan guru pendidikan jasmani dalam memberikan pembelajaran bolavoli mini.

PEMBAHASAN Data hasil analisis kebutuhan yakni kebutuhan pengembangan pembelajaran permainan bolavoli mini di SDN Babadan 2 sebagai buku pegangan diperoleh skor 3 (75%), kebutuhan buku pembelajaran permainan bolavoli mini diperoleh skor 4 (100%), media pembelajaran permainan bolavoli mini berupa buku pembelajaran diperoleh skor 4 (100%), kebutuhan gerakan passing bawah dan service bawah dalam pembelajaran permainan bolavoli mini diperoleh skor 4 (100%), kenginan buku pembelajaran yang terdapat variasi latihannya, mudah dipelajari, mudah dimengerti dan tampilannya menarik diperoleh skor 4 (100%). Kebutuhan pengembangan genggaman tangan pada passing bawah diperoleh skor 4 (100%), kebutuhan pengembangan ayunan lengan pada passing bawah diperoleh skor 3 (75%), ke-butuhan pengembangan sikap badan pada passing bawah diperoleh skor 3 (75%), kebutuhan pengembangan posisi lutut pada passing bawah diperoleh skor 4 (100%), kebutuhan pengembangan perkenaan bola dengan lengan (memantulkan) pada passing bawah diperoleh skor 4 (100%). Kebutuhan pengembangan genggaman tangan pada service bawah diperoleh skor 4 (100%), kebutuhan pengembangan ayunan lengan pada service bawah diperoleh skor 4 (100%), kebutuhan pengembangan sikap badan pada service bawah diperoleh skor 3 (75%), kebutuhan pengembangan posisi lutut pada service bawah diperoleh skor 3 (75%), kebutuhan pengembangan perkenaan bola dengan lengan (memukul) pada service bawah diperoleh skor 4 (100%). Pada bagian analisis kebutuhan diperoleh skor rata-rata 3,7 (92%) dengan kategori sangat baik. Data hasil uji ahli bolavoli mini yakni pada bagian pendahuluan diperoleh skor ratarata 3 (75%) dengan kategori baik, pada bagian keseluruhan buku diperoleh skor rata-rata 3,3 (81,3%) dengan kategori sangat baik, pada bagian prosedur pelaksanaan passing bawah bolavoli mini diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik. Pada bagian variasi latihan 1 passing bawah diperoleh skor rata-rata 3,3 (81,3%) dengan kategori sangat baik, pada bagian variasi latihan 2 passing bawah diperoleh skor ratarata 3 (75%) dengan kategori baik, pada

Tegar Bayu Kharisma, Pengembangan Pembelajaran Permainan Bolavoli Mini

bagian variasi latihan 3 passing bawah, diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik, pada bagian variasi latihan 4 passing bawah baik diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori, pada bagian pelaksanaan permainan passing bawah diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik. Pada bagian prosedur pelaksanaan service bawah bolavoli minidiperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik, pada bagian variasi latihan 1 service bawah diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik, pada bagian variasi latihan 2 service bawah diperoleh skor rata-rata 3,3 (81,3%) dengan kategori sangat baik, pada bagian variasi latihan 3 service bawah diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik, pada bagian variasi latihan 4 service bawah baik diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori. Pada bagian pelaksanaan evaluasi diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik, pada bagian pelaksanaan pendinginan diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik, pada bagian pelaksanaan permainan service bawah diper-oleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik. Dari hasil evaluasi ahli bolavoli mini diperoleh persentase 76,63% dengan kategori baik, sehingga produk ini dapat digunakan dalam pengembangan permainan bolavoli mini. Data hasil uji ahli pembelajaran di SD yakni pada bagian pendahuluan diperoleh skor rata-rata 3,5 (87,5%) dengan kategori sangat baik, pada bagian isi diperoleh skor rata-rata 3,3 (83,3%) dengan kategori sangat baik, pada bagian penutup diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik. Dari hasil evaluasi ahli pembelajaran di SD diperoleh persentase 82,5% dengan kategori sangat baik, sehingga produk ini dapat digunakan dalam pengembangan permainan bolavoli mini. Data hasil uji tahap I (uji kelompok kecil) yakni pada bagian pendahuluan diperoleh skor rata-rata 4 (100%) dengan kategori sangat baik, pada bagian isi diperoleh skor rata-rata 3,5 (87,5%) dengan kategori sangat baik, pada bagian penutup diperoleh skor rata-rata 3,5 (87,5%) dengan kategori sangat baik. Hasil uji tahap I (uji kelompok kecil) diperoleh persentase 90% dengan kategori sangat baik dari guru Pendidikan Jasmani dengan kategori sangat baik.

13

Data hasil uji tahap II (uji kelompok besar) yakni pada bagian variasi latihan 1 passing bawah diperoleh skor rata-rata 3,3 (81,3%) dengan kategori sangat baik, pada bagian variasi latihan 2 passing bawah diperoleh skor rata-rata 3,3 (81,3%) dengan kategori sangat baik, pada bagian variasi latihan 3 passing bawah diperoleh skor ratarata 3 (75%) dengan kategori baik, pada bagian variasi latihan 4 passing bawah diperoleh skor rata-rata 3,5 (87,5%) dengan kategori sangat baik. Pada bagian variasi latihan 1 service bawah diperoleh skor ratarata 3,75 (93,75%) dengan kategori sangat baik, pada bagian variasi latihan 2 service bawah di-peroleh skor rata-rata 3,75 (93,75) dengan kategori sangat baik, pada bagian variasi latihan 3 service bawah diperoleh skor rata-rata 3,5 (87,75%) dengan kategori sangat baik, pada bagian variasi latihan 4 service bawah diperoleh skor rata-rata 3,3 (81,3%) dengan kategori sangat baik. Dari hasil uji tahap II (uji kelompok besar) diperoleh persentase 86,41% dengan kategori sangat baik dari 25 siswa. Dari hasil analisis kebutuhan menunjukkan bahwa di SDN Babadan 2 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar sangat membutuhkan buku pembelajaran permainan bolavoli mini sebagai buku pegangan guru Pendidikan Jasmani. Sehingga pengembangan suatu produk ini sangat dibutuhkan SDN Babadan 2 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar. Dari hasil penelitian yang dimulai dari uji ahli bola voli mini, uji ahli pembelajaran di SD, uji kelompok besar dan uji kelompok kecil, menunjukkan bahwa produk hasil pengembangan ini dikategorikan sangat baik, sehingga produk ini dapat digunakan di SDN Babadan 2 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar sebagai buku pegangan guru Pendidikan Jasmani. Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk berupa buku pembelajaran bolavoli mini di kelas V SDN Babadan 2 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar sebagai buku pegangan guru Pendidikan Jasmani. Pengembangan buku ini disesuaikan dengan karakteristik siswa SD yang lebih senang bermain dan mendapatkan pelajaran secara menyenangkan. Buku ini telah melalui uji ahli dan uji pengguna produk, sehingga mengalami beberapa kali revisi. Berdasarkan hasil uji ahli dan uji pengguna produk, buku pembelajaran bolavoli mini di kelas V SDN Babadan 2 memiliki kelebihan ditinjau dari

14

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 8 - 14

empat kriteria yaitu kegunaan, kemudahan, kemenarikan, dan keakuratan. Buku pembelajaran bolavoli mini di kelas V SDN Babadan 2 ini memiliki beberapa kelebihan lain yakni produk ini sangat mudah digunakan oleh guru pendidikan jasmani di SD karena produk ini dilengkapi dengan petunjuk penggunaan serta bagian-bagian yang sudah tersusun dengan baik. Buku pembelajaran hasil pengembangan ini dibuat sesuai dengan kebutuhan siswa dan berisi berbagai variasi latihan yang menarik dan menyenangkan sehingga siswa lebih termotivasi untuk melakukan pembelajaran permainan bolavoli mini. Produk ini telah melalui uji ahli, sehingga banyak masukan untuk perbaikan produk untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Produk sangat menarik karena dilengkapi dengan warna dan gambar.

DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN DAN SARAN

Roesdiyanto. 1992. Strategi dan Taktik Permainan Bolavoli. Malang: Proyek IKIP Malang.

Kesimpulan Produk pengembangan ini berupa buku pembelajaran permainan bolavoli mini kelas V SD sebagai buku pegangan guru Pendidikan Jasmani dalam memberikan pembelajaran bolavoli mini. Buku pembelajaran bolavoli mini di kelas V SDN Babadan 2 ini memiliki beberapa kelebihan lain yakni produk ini sangat mudah digunakan oleh siswa karena produk ini dilengkapi dengan petunjuk penggunaan serta bagian-bagian yang sudah tersusun dengan baik. Variasi latihan passing bawah dan service bawah yang terdapat dalam buku pembelajaran ini disusun secara sistematis, dimulai dari variasi latihan mudah, ke variasi latihan yang sulit. Pemanfaatan buku pembelajaran dapat digunakan oleh guru agar saling melengkapi. Saran Produk ini masih memerlukan evaluasi dan uji coba pada subjek yang lebih luas. Masih perlunya penelitian lebih lanjut mengenai manfaat produk yang dikembangkan, sebelum disebarluaskan sebaiknya produk ini disusun kembali menjadi produk yang lebih baik, meliputi sampul depan maupun isi dari materi produk yang dikembangkan.

Asim. 1997. Pola Pengembangan Bolavoli Gandu untuk Kesegaran Jasmani: Eksperiment di Sekolah Dasar Negeri, Desa Karanggandu. Disertasi Tidak Diterbitkan. Jakarta: Pendidikan Olahraga IKIP Jakarta. Degeng, S. 2002. Metodologi Penelitian Pengembangan. Malang: Depdiknas Pusat Penelitian Pendidikan UM. Novembri, W. 2008. Modifikasi Lapangan dan Tinggi Net Bolavoli Mini untuk Siswa Kelas V dan VI SDN 01 Maguan Kecamatan Ngajum. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: FIP UM Puspitasari, E.S. 2003. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan: untuk SD Kelas 5 Semester 2. Malang: UM Press.

Rosyid, M. 2009. Karakteristik Anak Usia SD. (Online), (http://www.rosyid.info/2009/10/ karakteristik-anak-usia-sd.html, diakses 24 Februari 2010). Sugiyono, I. 1997. Sejarah, Teknik, Strategi dan Metode Permainan Bolavoli. Malang: Proyek IKIP.Sukmadinata, N. S. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

ANALISIS KELAYAKAN ISI DAN PENYAJIAN BUKU TEKS PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN KELAS X SMK

Gunawan,

Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Wahid Hasyim Semarang Email: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini untuk mengetahui: (1) kelayakan isi buku teks Pendididikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Penjasorkes) kelas X Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kota Semarang,ditinjau dari Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) kurikulum ditinjau dari keakuratan, kemutakhiran, dan keseuaian materi kehidupan anak, kepekaan terhadap nilai Penjasorkes, (2) kelayakan penyajian buku teks ditinjau dari teknik penyajian, penyajian materi pembelajaran, dan kelengkapan penyajian. Objek penelitian ini adalah 1 buah buku teks mata pelajaran Penjasorkes kelas X SMK. Digunakan teknik analisis isi untuk menganalisis kelayakan isi dan penyajian yang ada di dalam buku teks. Data yang diperoleh berupa angka untuk memahami, dan menafsirkan data digunakan analisis persentase dengan sistem kategori. Hasil penelitian berupa penilaian terhadap isi dan kelayakan secara umum, berada di rentang 70% hingga 100%, atau berada di kategori baik hingga baik sekali. Simpulan kedua buku tersebut layak untuk digunakan. Saran kepada guru Penjasorkes SMK dalam pembelajaran dapat menggunakan ini karena secara umum mempunyai kategori tingkat kelayakan baik sekali. Saran untuk penulis buku yaitu agar kelengkapan penyajian disempurnakan lagi. Kata kunci: analisis, kelayakan, penyajian, buku teks, Penjasorkes.

Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan media pembekalan keterampilan dan penguasaan teknologi bagi siswa untuk berkarya secara inovatif, kreatif dan tepat guna. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah bagian dari proses pendidikan untuk memperoleh pengetahuan kepribadian, keterampilan, kesehatan dan kebugaran jasmani (Undangundang RI Nomor 3 tahun 2005). Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) di SMK, khususnya melalui penyediaan buku teks pelajaran yang bermutu serta dalam rangka meningkatkan mutu penerbitan buku teks pelajaran Penjasorkes untuk SMK di tanah air, pemerintah mempunyai kewenangan untuk melaksanakan pengendalian mutu buku teks yang ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 2008 tentang buku. Pengendalian mutu buku teks pelajaran Penjasorkes di SMK dapat

dilaksanakan melalui kegiatan penilaian buku teks pelajaran baik oleh pemerintah, pengguna (guru Penjasorkes) maupun tim independen. Guna menunjang kegiatan penilaian buku teks pelajaran, yang dilaksanakan pemerintah melalui Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementeriaan Pendidikan dan Kebudayaan (Puskurbuk Kemendikbud). Namun kenyataan di lapangan sampai sekarang ini analisis dan evaluasi materi/isi buku teks pelajaran Penjasorkes untuk SMK belum dilakukan oleh masyarakat pengguna ataupun pihak non pemerintah. Mereka selama ini hanya sekedar sebagai pengguna dan belum pernah memberikan umpan balik kepada pemerintah, penulis dan penerbit buku teks Penjasorkes. Hasil survei yang dilakukan di 12 SMK menghasilkan simpulkan bahwa guru Penjasorkes selama ini hanya sebagai pengguna, mereka belum proaktif menganalis dan mengevaluasi buku teks yang digunakan, kalaupun mereka tahu ada yang kurang atau salah mereka hanya membiarkan dan mengabaikannya belum proaktif mem-

15

16

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 15 - 31

berikan umpan balik kepada pemerintah, penulis buku atau penerbit. Untuk diperlukan penelitian independen yang hasilnya dapat digunakan sebagai umpan balik agar kualitas isi buku Penjasorkes kelas X SMK yang akan datang lebih baik. Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisis kelayakan isi dan kelayakan penyajian buku teks Penjasorkes kelas X SMK, untuk mengetahui apakah materi yang disajikan memiliki kesesuaian dengan kurikulum, keilmuan dan memiliki kecocokan dengan kompetensi siswa. Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh memberikan informasi bagi guru Penjasorkes SMK dalam memilih dan menentukan buku teks sebagai bahan ajar yang layak digunakan dalam pembelajaran Penjasorkes. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pelaksanaan pendidikan di sekolah. Dengan adanya bahan ajar yang berkualitas diharapkan kualitas pendidikan juga akan tinggi. Melalui bahan ajar akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi yang akan diajarkan. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Buku teks juga akan memudahkan dan membantu para siswa dalam mencapai tujuan pembelajarannya (Mendiknas, 2008:2). Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan tugas kegiatan belajar mengajar di kelas (Mendiknas, 2008:6). Penyusunan bahan ajar menurut Mendiknas (2008:9), harus memiliki tujuan antara lain: 1) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik; 2) Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh; 3) Memudahkan guru dalam melaksanakan

proses belajar mengajar (Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2008 Pasal 1 Ayat 3) yang berbunyi sebagai berikut: “buku teks pelajaran pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi yang selanjutnya disebut buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.” Kedudukan bahan ajar berupa buku teks pelajaran sangatlah penting baik bagi siswa maupun bagi guru. Berikut ini beberapa manfaat buku teks pelajaran menurut Nasution (2005:11) adalah salah satu alat teknologi pendidikan yang memberi manfaat antara lain: 1) membantu guru dalam melaksanakan kurikulum; 2) sebagai pegangan dalam menentukan metode pengajaran; 3) memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru; 4) dapat digunakan untuk tahuntahun berikutnya dan bila direviasi dapat bertahan untuk waktu yang lama; 5) buku yang uniform memberikan kesamaan mengenai bahan dan standar pengajaran; 6) memberikan kontinuitas pelajaran di kelas yang berurutan, sekalipun guru diganti; dan 7) memberi pengetahuan dan metode mengajar yang lebih mantap bila guru menggunakannya dari tahun ke tahun. Menurut Tarigan dan Tarigan dalam Wardani (2010:21), suatu buku teks dikatakan berkualitas baik apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Sudut pandang: buku teks harus mempunyai landasan, prinsip atau sudut pandang tertentu yang menjiwai atau melandasi buku teks secara keseluruhan. Sudut pandangan ini dapat berupa teori dari ilmu jiwa, bahasa dan sebagainya; 2) Kejelasan konsep: konsep-konsep yang digunakan dalam sesuatu buku teks harus jelas, tandas. Keremang-remangan dan kesamaran perlu dihindari agar siswa atau pembaca juga jelas pengertian, pemahaman dan penangkapannya; 3) Menarik minat: buku teks ditulis untuk pembaca, karena itu penulis buku teks harus mempertimbangkan minatminat siswa pemakai buku teks tersebut; 4)

Gunawan, Analisis Kelayakan Isi dan Penyajian Buku Teks

Menumbuhkan motivasi: buku teks yang baik adalah buku teks yang dapat membuat siswa ingin, mau, senang, mengerjakan apa yang diilustrasikan dalam buku tersebut; 5) Menstimulasi aktivitas siswa: buku teks yang baik adalah buku teks yang merangsang, menantang dan menggiatkan aktivitas siswa; 6) Ilustratif: buku teks harus disertai ilustrasi yang mengena dan menarik. Ilustrasi yang cocok pastilah memberikan daya penarik tersendiri serta memperjelas hal yang dibicarakan; 7) Komunikatif: buku teks harus dimengerti oleh pemakainya yakni peserta didik. Pemahaman harus didahului oleh komunikasi yang tepat dan faktor utama yang berperan dalam hal ini yaitu bahasa. Bahasa dalam buku teks haruslah sesuai dengan bahasa peserta didik, berisi kalimat-kalimat efektif, sederhana menarik serta terhindar dari makna ganda. Menurut Ari (2011:2), pendidikan sebagai faktor utama yang memegang peran penting bagi kemajuan bangsa saat ini masih terus dalam tahap perbaikan dan peningkatan kualitas. Usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada pelajaran Penjasorkes secara sistematis telah dilakukan oleh pemerintah. Perbaikan-perbaikan tersebut dilakukan dalam berbagai hal seperti tenaga pendidik, fasilitas sekolah, dan juga penataan perangkat pendukung pembelajaran Penjasorkes. Usaha perbaikan mutu pengajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) selain dengan adanya kurikulum yang terus berkembang harus juga ditopang oleh buku pelajaran yang baik yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks sebagai buku penopang atau penunjang dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peranan yang penting yaitu menentukan baik buruknya hasil pembelajaran yang dilakukan karena guru menggunakan buku teks tersebut sebagai acuan dalam menyampaikan materi. Jika kualitas buku teks yang digunakan oleh sekolah baik maka besar kemungkinan kualitas pengajaran pendidikan jasmani yang dilakukan akan baik, akan tetapi jika buku teks yang digunakan kurang baik, atau bahkan buruk maka pengajaran yang terjadi akan sangat sulit mencapai hasil yang diharapkan. Buku teks adalah rekaman pikiran rasional yang disusun untuk maksud dan tujuan instruksional. Buku teks adalah buku stan-

17

dar, buku setiap cabang khusus dan studi dan dapat terdiri dari dua tipe yaitu buku pokok/utama dan suplemen/tambahan. Buku teks adalah buku yang dirancang untuk penggunaan di kelas, yang disusun dengan cermat dan disiapkan oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu dan diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi (Depdiknas, 2005:4). Menurut Suharjo (2006:111-116), buku pelajaran atau buku teks adalah media pembelajaran dua dimensi yang disajikan dalam bentuk bahan cetakan secara logis dan sistematis tentang suatu cabang ilmu pengetahuan atau bidang studi tertentu. Buku teks didefinisikan sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku standar yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu, untuk maksud dan tujuan instruksional yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang struktur program pengajaran. Menurut Ari (2010:2), fungsi dan peranan buku teks adalah: 1) mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang disajikan; 2) menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa, sebagai dasar bagi program-program kegiatan yang disarankan dimana keterampilan-keterampilan ekspresional diperoleh di bawah kondisi-kondisi yang menyerupai kehidupan yang sebenarnya; 3) menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai keterampilanketerampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok dalam komunikasi; 4) metode dan sarana penyajian bahan dalam buku teks harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Misalnya harus menarik, menantang, merangsang, bervariasi sehingga siswa benar-benar termotivasi untuk mempelajari buku teks tersebut; 5) menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis; 6) di samping sebagai sumber bahan buku teks juga berperan sebagai sumber atau alat evaluasi dan pengajaran remidial yang serasi dan tepat guna. Fungsi buku teks bagi guru adalah sebagai pedoman untuk mengidentifikasi apa yang harus

18

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 15 - 31

diajarkan atau dipelajari oleh siswa, mengetahui urutan penyajian bahan ajar, mengetahui teknik dan metode pengajaranya, memperoleh bahan ajar secara mudah, dan menggunakanya sebagai alat pembelajaran siswa di dalam atau di luar sekolah. Ada sebelas aspek untuk menentukan kualitas buku teks (Ari, 2011:2-3), yaitu: 1) memiliki landasan prinsip dan sudut pandang yang berdasarkan teori linguistik, ilmu jiwa perkembangan, dan teori bahan pembelajaran; 2) kejelasan konsep; 3) relevan dengan kurikulum yang berlaku; 4) sesuai dengan minat siswa; 5) menumbuhkan motivasi belajar; 6) merangsang, menantang, dan menggairahkan aktivitas siswa; 7) ilustrasi tepat dan menarik; 8) mudah dipahami siswa, yaitu bahasa yang digunakan memiliki karakter yang sesuai enam tingkat perkembangan bahasa siswa, kalimat-kalimatnya efektif, terhindar dari makna ganda, sederhana, sopan dan menarik; 9) dapat menunjang matapelajaran lain; 10) menghargai perbedaan individu, kemampuan, bakat, minat, ekonomi, sosial dan budaya; 11) memantapkan nilai-nilai budi pekerti yang berlaku di masyarakat. Sementara hal-hal yang berhubungan dengan kualitas buku pelajaran menurut tim penilai buku ajar dapat dikelompokkan ke dalam empat aspek, yakni: 1) isi atau materi pelajaran; 2) penyajian materi; 3) bahasa dan keterbacaan; dan 4) format buku atau grafika. Keempat aspek ini saling berkait satu sama lain. Dengan demikian, secara garis besar standar buku pelajaran diukur melalui aspek isi atau materi, penyajian materi, bahasa, dan keterbacaan, serta grafik. Untuk memudahkan siswa memperoleh pemahaman yang utuh dan berkesinambungan, penulis buku pelengkap perlu menata urutan penyajiannya berdasarkan prinsip-prinsip spiralisasi yang baik. Pendidikan jasmani adalah usaha atau kegiatan yang mengarah pada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building), kesegaran jasmani (phsysical fitness), kegiatan fisik (physical activities), dan pengembangan keterampilan (skill development). Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesega-

ran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila (Mutohir, 2002:12). Menurut Haag (1994:56-57) pendidikan jasmani mempunyai tujuan adalah: 1) Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani; 2) Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama; 3) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran pendidikan jasmani; 4) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani; 5) Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi sebagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air), dan pendidikan luar kelas (outdoor education); 6) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya untuk mengembangkan dasar pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani; 7) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dari orang lain; 8) Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat; 9) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif. SK merupakan kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang terstruktur. SK juga merupakan fokus dari penilaian, sehingga proses pengembangan kurikulum adalah fokus dari penilaian, meskipun kurikulum lebih banyak berisi tentang dokumen pengetahuan, keterampilan dan sikap dari pada bukti-bukti untuk menunjukkan bahwa peserta didik yang akan belajar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan awal. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan

Gunawan, Analisis Kelayakan Isi dan Penyajian Buku Teks

19

psikomotorik dengan sebaik-baiknya. ------ ---- --- ----------Tabel 1. SK dan KD Penjasorkes untuk Kelas X SMK (Semester 1) Standar Kompetensi 1.

Mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

2.

Mempraktikkan latihan kebugaran jasmani dan cara mengukurnya sesuai dengan kebutuhan dan nilai nilai yang terkandung di dalamnya Mempraktikkan keterampilan rangkaian senam lantai dan nilai nilai yang terkandung di dalamnya Mempraktikkan aktivitas ritmik tanpa alat dengan koordinasi yang baik dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

3.

4.

5.

6.

7.

Mempraktikkan salah satu gaya renang dan loncat indah sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya*) Mempraktikkan perencanaan penjelajahan dan penyelamatan aktivitas di alam bebas dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya***) Menerapkan hidup sehat

budaya

Kompetensi Dasar 1.1 Mempraktikkan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, dan percaya diri**) 1.2 Mempraktikkan keterampilan salah satu permainan olahraga beregu bola kecil dengan menggunakan alat dan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat dan percaya diri**) 1.3 Mempraktikkan keterampilan atletik dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, dan percaya diri**) 1.4 Mempraktikkan keterampilan salah satu cabang olahraga bela diri serta nilai kejujuran, menghargai orang lain, kerja keras dan percaya diri**) 2.1 Mempraktikkan latihan kekuatan, kecepatan, daya tahan dan kelentukan untuk kebugaran jasmani dalam bentuk sederhana serta nilai tanggung jawab, disiplin, dan percaya diri 2.2 Mempraktikkan tes kebugaran jasmani serta nilai tanggung jawab, disiplin, dan percaya diri. 2.3 Mempraktikkan perawatan tubuh agar tetap segar 3.1 Mempraktikkan rangkaian senam lantai dengan menggunakan bantuan serta nilai percaya diri, kerjasama, tanggungjawab, menghargai teman 3.2 Mempraktikkan rangkaian senam lantai tanpa alat serta nilai percaya diri, kerjasama dan tanggung jawab 4.1 Mempraktikkan keterampilan gerak dasar langkah dan lompat pada aktivitas ritmik tanpa alat serta nilai kedisiplinan, konsentrasi dan keluwesan 4.2 Mempraktikkan keterampilan dasar ayunan lengan pada aktivitas ritmik tanpa alat dengan koordinasi gerak yang benar serta nilai disiplin, toleransi dan estetika 5.1 Mempraktikkan keterampilan dasar salah satu gaya renang serta nilai disiplin, keberanian, tanggung jawab, dan kerja keras 5.2 Mempraktikkan keterampilan teknik dasar loncat indah dari samping kolam dengan teknik serta nilai disiplin, keberanian, tanggung jawab, dan kerja keras 6.1 Mempraktikkan keterampilan dasar-dasar kegiatan menjelajah pantai serta nilai tanggung jawab, kerjasama, toleransi, tolong menolong, melaksanakan keputusan kelompok 6.2 Mempraktikkan keterampilan dasar penyelamatan kegiatan penjelajahan di pantai serta nilai tanggung jawab, kerjasama, toleransi, tolong menolong, keputusan dalam kelompok 6.3 Mempraktikkan keterampilan memilih makanan dan minuman yang sehat 7.1 Menganalisis bahaya penggunaan narkoba 7.2 Memahami berbagai peraturan perundangan tentang narkoba

20

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 15 - 31

Tabel 2. SK dan KD Penjasorkes untuk Kelas X SMK (Semester 2) Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

8.

8.1 Mempraktikkan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu bola dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerja sama, kejujuran, menghargai, semangat, percaya diri **) 8.2 Mempraktikkan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga bola kecil dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, percaya diri**) 8.3 Mempraktikkan keterampilan atletik dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, percaya diri **) 8.4 Mempraktikkan keterampilan olahraga bela diri serta nilai kejujuran, toleransi, kerja keras dan percaya diri**) 9.1 Mempraktikkan berbagai bentuk kebugaran jasmani sesuai dengan kebutuhan serta nilai kejujuran, tanggung jawab, disiplin, dan percaya diri 9.2 Mempraktikkan tes kebugaran dan interpretasi hasil tes dalam menentukan derajat kebugaran serta nilai kejujuran, semangat, tanggung jawab, disiplin, dan percaya diri 10.1 Mempraktikkan keterampilan rangkaian senam lantai dengan menggunakan alat serta nilai percaya diri, kerjasama, tanggungjawab dan menghargai teman 10.2 Mempraktikkan keterampilan rangkaian senam lantai tanpa alat serta nilai percaya diri, kerjasama, tanggungjawab dan menghargai teman 11.1 Mempraktikkan kombinasi keterampilan langkah kaki dan ayunan lengan pada aktivitas ritmik berirama tanpa alat serta nilai disiplin, toleransi, keluwesan dan estetika 11.2 Mempraktikkan rangkaian senam irama tanpa alat dengan koordinasi gerak serta nilai disiplin, toleransi, keluesan dan estetika 12.1 Mempraktikkan kombinasi teknik renang gaya dada, gaya bebas dan salah satu gaya lain serta nilai disiplin, kerja keras keberanian dan tanggung jawab 12.2 Mempraktikkan keterampilan dasar pertolongan kecelakaan di air dengan sistim Resusitasi Jantung dan Paru (RJP) serta nilai disiplin, kerja keras keberanian dan tanggung jawab 13.1 Mempraktikkan keterampilan dasar-dasar kegiatan menjelajah gunung serta nilai tanggung jawab, kerjasama, toleransi, tolongmenolong, dan melaksanakan keputusan dalam kelompok 13.2 Mempraktikkan keterampilan dasar penyelamatan penjelajahan di pegunungan serta nilai tanggung jawab, kerjasama, toleransi, tolong menolong, dan melaksanakan keputusan kelompok 13.3 Mempraktikkan keterampilan penjagaan lingkungan yang sehat 14.1 Menganalisis dampak seks bebas 14.2 Memahami cara menghindari seks bebas

Mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

9.

Mempraktikkan latihan kebugaran jasmani dan cara mengukurnya sesuai dengan kebutuhan dan nilai nilai yang terkandung di dalamnya 10. Mempraktikkan keterampilan rangkaian senam lantai dan nilai nilai yang terkandung di dalamnya

11. Mempraktikkan aktivitas ritmik tanpa alat dengan koordinasi yang baik dan nilai nilai yang terkandung di dalamnya

12. Mempraktikkan keterampilan beberapa gaya renang dan pertolongan kecelakaan di air dan nilai nilai yang terkandung di dalamnya*) 13. Mempraktikkan perencanaan penjelajahan dan penyelamatan aktivitas di alam bebas dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya***) 14. Menerapkan budaya hidup sehat

Sebagai bahan kajian pustaka yang dijadikan sebagai bahan rujukan dalam penelitian ini ada beberapa penelitian analisis isi buku yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti lain diantaranya, yaitu tentang: (1) Analisis isi buku teks ilmu pengetahuan sosial (IPS) kelas X SMK Negeri se-kota

Malang (Rahayuningtyas, 2011); (2) Analisis Teks Buku Sekolah Elektronik (BSE) IPS Terpadu Kelas XI Tingkat SMK Terbitan Depdiknas Pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan Gejala Atmosfer dan Hidrosfer Serta Pengaruhnya Bagi Kehidupan (Wardani, 2010); (3) Analisis isi

Gunawan, Analisis Kelayakan Isi dan Penyajian Buku Teks

buku dan Implikasinya dalam memberdayakan keterampilan berfikir siswa SMK (Abdulkarim, 2007); (4) Hasil penelitian yang telah dilakukan di USA, buku sekolah, khususnya buku teks, merupakan media instruksioanal yang dominan peranannya di kelas (Patrick, 1988) dan sebagai sentral dalam suatu sistem pendidikan (Altbach et al., 1991). Karena buku merupakan alat penting untuk menyampaikan materi kurikulum, maka buku sekolah menduduki peranan sentral. Penelitian Supriadi (1997:37) terhadap 867 SMK dan MI di Indonesia, mencatat bahwa tingkat kepemilikan siswa akan buku pelajaran di SMK berkorelasi positif dan signifikan dengan hasil belajarnya sebagaimana di ukur dengan Nilai Ebtanas Murni (NEM). Lima korelasi yang dihitung menunjukkan hasil yang signifikan yaitu untuk mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan Matematika. Hal ini berarti ini bahwa semakin tinggi akses siswa terhadap mata pelajaran, semakin tinggi pula hasil belajaranya. Oleh sebab itu, setiap usaha untuk meningkatkan akses siswa terhadap buku akan meningkatkan hasil belajar siswa; (5) De Irala et al. (2008) melaporkan bahwa isi buku teks mengenai penyakit menular seksual dan kesehatan reproduksi di Spanyol kadang-kadang memberikan infor-masi yang tidak akurat. Studi lebih lanjut menyarankan untuk menilai akurasi konten yang berkaitan dengan buku pelajaran sekolah. Buku teks berkualitas tinggi dan bahan pembelajaran sangat penting bagi anak-anak sekolah, tapi buku pelajaran sekolah mungkin berisi informasi kesehatan yang salah. Tujuan dari penelitian ini untuk meninjau temuan dari studi analitis ten-tang isi buku teks yang digunakan di SD, SMP, atau SMU. Dari 450 penelitian yang diperiksa, 14 yang memenuhi kriteria inklusi, dan diringkas informasi mengenai: i) penulis dan tahun publikasi; ii) negara tujuan; iii) topik yang dipilih; iv) tingkat sekolah; v) subjek buku (s); vi) metode analisis; dan vii) temuan. Dari 14 studi yang dipilih, 9 dilakukan di Amerika Serikat dan Spanyol. Topik kesehatan difokuskan terutama pada seksualitas, HIV/AIDS, dan gizi. Studi ditinjau diklasifi-kasikan menurut jumlah informasi topik yang terkandung, keakuratan dari informasi kesehatan yang

21

diberikan, dan prioritas informasi kesehatan yang disampaikan. Temuan studi ditinjau dapat diringkas sebagai berikut: beberapa buku pelajaran sekolah saat ini menyediakan konten cukup dan berisi tidak akurat atau out-of-date informasi kesehatan. Penelitian ini ditemukan melalui analisis isi yang berhubungan dengan kesehatan dari buku teks sekolah bahwa buku teks di Amerika Serikat dan Spanyol seksualitas penutup, penyakit menular seksual, dan gizi lebih sering daripada buku di negara lain. Kualitas konten kadang-kadang tidak pantas dan membutuhkan perbaikan (Nomoto et al, 2011).

METODE Penelitian ini merupakan penelitian analisis kuantitatif dan dokumen (buku teks) sebagai objeknya, dengan menggunakan teknik analisis isi (content analysis). Metode tersebut dipilih karena penulis akan melakukan proses analisis berupa isi dan penyajian yang ada di dalam buku teks pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan kelas X SMK. Prosedur analisis isi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Analisis isi dimulai dengan rumusan ma-salah penelitian yang spesifik, yaitu bagai-mana kelayakan isi dan penyajian buku teks Penjasorkes kelas X SMK di Kota Semarang; (2) Pemilihan sumber data: peneliti menentukan sumber data yang relevan dengan masalah penelitian. Melalui observasi yang mendalam terhadap perpustakaan dan berbagai media masa yang membantu penentuan sumber data yang relevan. Penentuan periode waktu dan jumlah buku teks Penjasorkes kelas X SMK yang akan diteliti (sample); (3) Definisi operasional: definisi operasional ini berkaitan dengan unit analisis. Penentuan unit analisis dilakukan berdasarkan topik atau masalah riset yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu analisis isi dan penyajian buku teks Penjasorkes; (4) Penyusunan kode dan mengecek validitas, Reliabilitas: kode dilakukan untuk mengenali ciri-ciri utama kategori. Idealnya, dua atau lebih coder sebaiknya meneliti secara terpisah. Reliabilitas menggunakan

22

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 15 - 31

2 orang peneliti pembanding dari ahli Penjasorkes dan berpengalaman menilai buku teks Penjasorkes di BSNP; (5) Analisis data dan penyusunan laporan: data kuantitatif yang diperoleh dari anali-sis isi dan penyajian buku teks Penjasorkes dianalisis dengan teknik statistik persentase. Penilitian ini menggunakan metode kajian isi dokumen secara kuantitatif (quantitative content analysis document) dengan teknik kode (coding) terhadap kualitas yang ada dalam buku teks mata pelajaran Penjasorkes kelas X SMK, yang merujuk pada konsep kurikulum standar yang ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini BSNP. Penelitian analisis isi dan penyajian buku teks Penjasorkes kelas X SMK ini dilaksanakan di Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan sampel buku teks Penjasorkes kelas X SMK yang digunakan sekolah-sekolah yang ada di Kota Semarang dengan menggunakan

teknik purposive sampling yaitu dengan pertimbangan bahwa buku teks tersebut banyak dipakai di SMK di Kota Semarang. Pengambilan sampel diambil dari bukubuku yang beredar dan digunakan dari sepuluh SMK di kota Sematang. Jangka waktu penelitian mulai dari observasi, penentuan sampel sampai dengan pengumpulan data adalah 3 bulan yang dimulai pada bulan Maret sampai dengan Mei 2013. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pengamatan atau menganalisis secara langsung terhadap buku-buku teks Penjasorkes kelas X SMK berdasarkan kelayakan isi dan penyajian dengan menggunakan instrumen yang telah ditentukan terlebih dahulu. Komponen penilaian analisis kelayakan isi dan penyajian buku teks Penjasorkes adalah seperti yang tercantum tabelTabel 3.

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Analisis Kelayakan Isi Aspek

Sub Komponen Kesesuaian dengan SK & KD

Keakuratan Materi

Kemutakhiran Materi Kelayakan Isi Kesesuaian dengan Kehidupan Anak Kepekaan terhadap Nilai Penjasorkes Materi Pendukung

Indikator (jumlah butir) Kelengkapan materi (5) Keluasan materi (5) Kedalaman materi (5) Keakuratan konsep, Definisi dan Kata (5) Keakuratan contoh, kasus, gambar, diagram (5) Keakuratan dan konsistensi istilah &simbol (5) Keakuratan acuan pustaka (5) Kesesuaian materi dengan perkembangan IPTEK Penjasorkes (5) Kemutakhiran contoh, gambar, ilustrasi, peraturan dan kasus aktual (5) Kemutakhiran pustaka (1) Perkembangan dan kemampuan anak (1) Kondisi & situasi lingkungan sosial budaya (1) Menggunakan contoh, gambar, dan kasus di Indonesia (1) Kepekaan terhadap nilai-nilai Penjas dan olahraga (1) Kepekaan terhadap nilai-nilai kesehatan (1) Mendorong rasa ingin tahu (1) Menumbuhkan kreativitas (1) Mengembangkan kecakapan hidup (life skill)(1)

Gunawan, Analisis Kelayakan Isi dan Penyajian Buku Teks

23

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Analisis Kelayakan Penyajian Aspek

Sub Komponen

Indikator (jumlah butir)

Teknik Penyajian Materi

Penyajian Materi Pembelajaran Kelayakan Penyajian

Kelengkapan Penyajian

Konsistensi sistematika sajian dalam bab dan sub bab (1) Keruntutan konsep (5) Kontektual (5) Keseimbangan antar bab dan sub bab (1) Ketertautan antar bab/sub-bab/alenia (1) Berpusat pada peserta didik (1) Umpan balik untuk evaluasi diri (1) Penyajian bervariasi (1) Menghindari SARA dan bias gender (1) Mengembangkan ketrampilan proses (5) Memperhatikan aspek keselamatan (5) Menciptakan komunikasi interaktif (5) Pengantar (1) Kata-kata kunci baru pada setiap awal bab (1) Advance organizer (pembangkit motivasi) pada awal bab (1) Rujukan/sumber acuan termasa (up to date) (1) Rangkuman (1) Contoh-contoh soal/tugas dalam setiap bab (1) Daftar pustaka (1) Glosarium (takarir)(1) Daftar indeks (subjek) (1) Lampiran (1)

(Pusbuk, 2012:58) Tabel 5. Rubrik Penilaian Buku Penjasorkes kelas X SMK No.

1 2 3 4 5

Standar Kompetensi (SK) Permainan dan Olahraga Pengembangan Diri Aktivitas Senam Aktivitas Ritmik/Irama Budaya Hidup Sehat Jumlah

Teks

Jumlah Kompetensi Dasar (KD)

8 4 5 4 4 25

Mengingat begitu pentingnya masalah keabsahan data dalam penelitian kualitatif. Penilaian keabsahan data dalam penelitian ini terjadi pada waktu proses pengumpulan data, dan untuk menentukan tingkat keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan keabsahan data. 2 orang peneliti pembanding yang berasal dari ahli Penjasorkes dari Jurusan PJKR FIK Unnes yang telah memiliki pengalaman menilai buku teks Penjasorkes digunakan sebagai pembanding. Data dinyatakan sah bila penilaian antara peneliti dan peneliti pembanding selisih skor tidak lebih dari 2 untuk setiap

butir penilaian. Jika terjadi skor penilian lebih dari 2 maka dilakukan moderasi untuk mendapatkan kesepakatan skor penilaian sehingga skor penilaian dinyatakan syah. Pedoman untuk menentukan kategori hasil penilaian merujuk pada kategori yang digunakan oleh Pusat Perbukuan Depdiknas RI, sebagai berikut: Tabel 6. Kategori Penilaian Interval Persentase

No 1

81,25% - 100%

2 3 4

62,50% - 81,24% 43,75% - 62,49% 25,00% - 43,74%

Keterangan (Skor) 4 3 2 1

Kategori Baik Sekali Baik Kurang Sangat Kurang

(Pusbuk, 2012 Hal: 58)

HASIL Hasil penelitian dan pembahasan analisis buku teks Penjasorkes Kelas X SMK di Semarang, yang terdiri atas 1 buku teks Penjasorkes karangan Muhajir, yaitu buku

24

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 15 - 31

Kelayakan isi buku Hasil analisis data tentang kelayakan isi buku teks Penjasorkes Kelas X SMK dapat dilihat pada Tabel 7.

yang paling banyak digunakan oleh guru penjas SMK di kota Semarang, yang untuk selanjutnya akan disebut dengan buku 1 atau buku Penjasorkes. Tabel 7. Hasil Analisis Kelayakan Isi No. 1 2 3 4 5 6

Skor maksimal 216

Komponen

Skor

Kesesuaian materi dengan SK dan KD Keakuratan materi Kemutakhiran materi Kesesuian dengan kehidupan anak Kepekaan terhadap nilai-nilai penjasorkes Materi pendukung Total Skor Persentase

59 75 42 11 8 12 207 95,83%

Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan kelayakan isi buku teks termasuk kategori baik sekali, sehingga layak dijadikan sebagai referensi atau pedoman dalam pembelajaran Penjasorkes di tingkat

Persen 98.33% 93.75% 95,45% 91,67% 100% 100%

Kategori Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali

satuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelas X, karena sudah sesuai dengan standar acuan penulisan buku teks dan standar kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah.

Tabel 8. Analisis Data Tingkat Kesesuaian Uraian Materi dengan SK dan KD Skor (maksimal 60) No. 1 2 3

Peneliti

Sub Komponen Kelengkapan Materi Keluasan Materi Kedalaman Materi Jumlah

 33,33% 31,67% 33,33% 98.33%

∑ 20 19 20 59

Deskripsi data hasil penelitian pada Tabel 8 tentang tingkat kesesuaian isi materi dengan SK dan KD pada buku teks Penjasorkes Kelas X SMK sudah sesuai dengan SK dan KD yang ditetapkan dalam Standar Isi, dan kualitasnya masuk dalam kategori Baik Sekali. Hasil analisis data

Pembanding  33,33% 25,00% 28,33% 86.66%

∑ 20 15 17 52

tingkat keakuratan materi yang ditinjau dari segi 1) tingkat keakuratan konsep definisi dan fakta; 2) Keakuratan contoh kasus, gambar dan diagram; 3) Keakuratan dan konsistensi istilah; dan 4) keakuratan acuan pustaka, dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Analisis Data Tingkat Keakuratan Materi No. 1 2 3 4

Skor (maksimal 80) Peneliti Pembanding

Sub Komponen Keakuratan Konsep, Definisi dan Fakta Keakuratan contoh, kasus, gambar, diagram Keakuratan dan konsistensi istilah Keakuratan acuan pustaka Jumlah

Hasil penelitian sesuai dengan isi Tabel 9 tentang tingkat keakuratan materi

∑ 20 20 20 15 75

 25,00% 25,00% 25.00% 18,75% 93.75%

∑ 19 18 20 10 67

 23,75% 22,50% 25.00% 12,50% 83,75%

pada buku teks Penjasorkes Kelas X SMK buku 1 sudah sesuai. Maka dapat disim-

Gunawan, Analisis Kelayakan Isi dan Penyajian Buku Teks

pulkan bahwa tingkat keakuratan materi yang disajikan pada buku teks ini dalam kategori baik sekali. Sementara hasil

25

analisis data tingkat kemutakhiran materi buku teks dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Analisis Data Tingkat Kemutakhiran Materi Skor (maksimal 44) No 1 2 3

Peneliti

Sub Komponen Kesesuaian materi dengan perkembangan IPTEK Penjasorkes Kemutakhiran contoh, gambar, ilustrasi, peraturan dan kasus actual Kemutakhiran pustaka Jumlah

Deskripsi data hasil penelitian sesuai dengan tentang tingkat kemutakhiran materi pada buku teks ini sudah sesuai. Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat keakuratan materi yang disajikan pada buku teks

Pembanding









20

44,45%

19

43,18%

19

43,18%

19

43.18%

3 42

6,81% 95,45%

2 40

4,55% 90,91%

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan kelas X SMK dalam kategori Baik Sekali. Hasil analisis data tingkat kesesuaian materi dengan kehidupan anak pada buku ini dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Analisis Data Tingkat Kesesuaian Materi dengan Kehidupan Anak Skor (maksimal 12) No

Peneliti

Sub Komponen



∑ 1 2 3

Perkembangan dan kemampuan anak Kondisi serta situasi lingkungan sosial budaya Menggunakan contoh, gambar, dan kasus di Indonesia Jumlah

Tingkat kesesuaian materi dengan kehidupan anak pada buku teks Penjasorkes Kelas X SMK Buku 1 sudah sesuai dan masuk dalam kategori Baik Sekali. Selan-

Pembanding 



4 4

33.33% 33,33%

4 3

33.33% 25,00%

3

25.00%

2

16,67%

11

91,67%

9

75,00%

jutnya tentang kepekaan terhadap nilai-nilai penjasorkes, hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Tabel Hasil Analisis Data Tingkat Kepekaan terhadap nilai-nilai Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Skor (maksimal 8) No

Peneliti

Sub Komponen ∑

1. 2.

Kepekaan terhadap nilai-nilai Penjasor Kepekaan terhadap nilai-nilai kesehatan Jumlah

Deskripsi data hasil penelitian sudah menunjukkan tingkat kepekaan terhadap nilai-nilai Penjasorkes. Tingkat kepekaan tersebut dapat dilihat pada setiap materi yang disajikan sudah sesuai dengan nilainilai Penjasorkes seperti nilai-nilai kerjasama, sportivitas, dan disiplin. Maka hal ini

4 4 8

Pembanding 

50.00% 50,00% 100%

∑ 3 3 6

 37,50% 37,50% 75,00%

dapat disimpulkan bahwa tingkat kesesuaian materi dengan kehidupan anak yang disajikan pada buku dalam kategori baik sekali. Deskripsi atau penyajian data hasil penelitian mengenai materi pendukung pada buku teks Penjasorkes ini menunjukkan tingkat dukungan materi yang sesuai

26

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 15 - 31

dengan aspek-aspek kreativitas dan dapat

keingintahuan, menumbuhkan

kecakapan hidup.

Tabel 13. Tabel Hasil Analisis Data Materi Pendukung Skor (maksimal 12) No 1 2 3

Peneliti

Sub Komponen Mendorong rasa ingin tahu Menumbuhkan kreativitas Mengembangkan kecakapan hidup (life skill) Jumlah

Tingkat materi pendukung tersebut dapat dilihat pada setiap materi yang disajikan sudah sesuai tetapi perlu ditambahkan materi yang mendukung tingkat kreativitas anak khususnya pada materi pokok permainan dan olahraga. Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat materi pendukung yang disajikan pada buku teks Pendidikan

Pembanding









4 4 4 12

33.33% 33,33% 33.33% 100%

3 3 3 9

25,00% 25,00% 25,00% 75,00%

Jasmani Olahraga dan Kesehatan kelas X SMK dalam kategori Baik Sekali. Kelayakan Penyajian Hasil analisis terhadap kelayakan penyajian Buku Teks Penjasorkes Kelas X SMK adalah seperti yang dapat dilihat di Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Analisis Kelayakan Penyajian Buku Teks Penjasorkes Kelas X SMK NO

Komponen

1 2 3

Teknik Penyajian Materi Penyajian Materi Pembelajaran Kelengkapan Penyajian Total Skor Persentase

Berdasarkan hasil analisis seperti tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas kelayakan penyajian buku teks Penjasorkes kelas X SMK pada kategori baik sekali sehingga layak dijadikan sebagai referensi atau pedoman dalam pembel-

Skor Maksimal 172 Skor

Prosen

Kategori

53 69 28 150 87,20%

94,64% 90,79% 70%

Baik sekali Baik sekali Baik

Baik sekali

ajaran Penjasorkes di tingkat satuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelas X, karena sudah sesuai dengan standar acuan penulisan buku teks dan standar kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah.

Tabel 15. Hasil Analisis Data Teknik Penyajian Skor (maksimal 56) No. 1 2 3 4 5 6

Peneliti

Sub Komponen Konsistensi sistematika sajian dalam bab dan sub bab Keruntutan konsep Kontekstual Keseimbangan antar bab dan sub bab Keterkaitan antar bab/sub-bab/alinea Keutuhan makna dalam bab/sub bab/alinea Jumlah

Analisis data teknik penyajian materi diperoleh skor total 53 dari skor maksimal

Pembanding









3 19 19 4 4 4 53

5,36% 33.93% 33,93% 7.14% 7.14% 7.14% 94.64%

3 15 14 3 3 3 41

5,36% 26,78% 25,00% 5,36% 5,36% 5,36% 73,22%

56, berarti teknik penyajian materi buku teks Penjasorkes Kelas X SMK memiliki

Gunawan, Analisis Kelayakan Isi dan Penyajian Buku Teks

tingkat kelayakan sebesar 94, 64%. Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat teknik penyajian materi yang disajikan pada buku

27

ini dalam kategori baik sekali, sudah sesuai dengan tuntutan penyajian materi yang baik dan benar.

Tabel 16. Tabel Hasil Analisis Data Penyajian Materi Pembelajaran Skor (maksimal 76) No.

∑ 1 2 3 4 5 6 7.

Berpusat pada peserta didik Memunculkan umpan balik untuk evaluasi diri Penyajian bervariasi Menghindari SARA dan bias gender Mengembangkan ketrampilan proses Memperhatikan aspek keselamatan Menciptakan komunikasi interaktif Jumlah

Hasil analisis tentang penyajian materi pembelajaran pada buku teks dapat dilihat pada skor keberpusatan pada peserta didik, umpan balik untuk evaluasi diri, penyajian yang bervariasi, menghindari unsur SARA dan bias gender, mengembangkan keterampilan proses, memperhatikan aspek keselamatan, penyajian materi pembelajaran yang menciptakan komun-

Pembanding

Peneliti

Sub Komponen

4 3 3 4 19 16 20 69

 5.26% 3,94% 3.94% 5.26% 25,00% 21.05% 26.31% 90,79%



∑ 4

5.26%

3 3 4 16 16 20 66

3,94% 3.94% 5.26% 21.05% 21.05% 26.31% 86,85%

ikasi interaktif. Total skor untuk penyajian materi pembelajaran sebesar 69 dari skor maksimal 76, berarti tingkat kelayakan penyajian materi pembelajaran sebesar 90,79 %. Maka dapat disimpulkan bahwa penyajian materi pembelajaran yang disajikan pada buku teks Penjasorkes kelas X SMK dalam kategori baik sekali.

Tabel 17. Hasil Analisis Data Kelengkapan Penyajian Skor (maksimal 40) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Peneliti

Sub Komponen Pengantar Kata-kata kunci baru pada setiap awal bab Advance organizer (pembangkit motivasi) pada awal bab Rujukan/sumber acuan termasa (up to date) Rangkuman Contoh-contoh soal/tugas dalam setiap bab Daftar pustaka Glosarium (takarir) Daftar indeks (subjek) Lampiran Jumlah

Analisis data kelengkapan penyajian buku teks Penjasorkes Kelas X SMK sampel 1 karangan Muhajir sudah sesuai dengan tuntutan kelengkapan penyajian yang baik dan benar tetapi ada beberapa kelengkapan penyajian seperti pada lampiran yang belum mencantumkan unsur yang sesuai dengan anjuran lampiran yang

Pembanding









4 2 2 2 1 4 4 4 4 1 28

10% 5% 5% 5% 2.5% 10% 10% 10% 10% 2.50% 70%

4 1 1 3 1 4 3 4 4 1 26

10% 2.50% 2.5% 7.50% 2.5% 10% 7.5% 10% 10% 2.5% 65,00%

ditentukan dan rujukan atau sumber acuan yang up to date masih kurang. Maka hal ini dapat disimpulkan bahwa penyajian materi pembelajaran yang disajikan pada buku teks Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan kelas X SMK dalam kategori baik

28

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 15 - 31

PEMBAHASAN Buku Teks Penjasorkes yang dibahas dalam konteks ini adalah buku Penjasorkes Kelas X SMK karangan Muhajir yang diterbitkan pada tahun 2011 oleh penerbit Yudhistira. Ukuran buku 17,6 X 25 cm dengan 238 halaman. Pada buku ini terdapat 20 Bab yang terbagi dalam 2 semester, tiap semester terdapat 10 Bab dan 28 Sub Bab. Untuk semester I terdiri atas 7 Standar Kompetensi dan 18 Kompetesi Dasar dan pada semester II terdapat 10 bab dan 22 sub bab yang terdiri atas 7 Standar Kompetensi dan 17 Kompetensi Dasar. Kualitas kelayakan isi pada buku Teks Penjasorkes kelas X SMK karangan Muhajir diperoleh skor total 207 dari skor maksimal 216, berarti isi buku teks Penjasorkes kelas X SMK karangan Muhajir memiliki tingkat kelayakan sebesar 96,53 %. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan kelayakan isi buku teks termasuk kategori baik sekali, karena sudah sesuai dengan standar acuan penulisan buku teks dan standar kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Kesesuaian materi dengan SK dan KD sebagaimana yang terdapat di dalam kurikulum, akan sangat membantu siswa dan guru dalam mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Demikian pula halnya dengan penyajian materi pembelajaran pada buku teks Penjasorkes Kelas X SMK karangan Muhajir ini juga sudah sesuai dengan tuntutan penyajian materi pembelajaran yang baik dan benar. Namun demikian memang masih terdapat beberapa materi pembelajaran yang belum terdeskripsi dengan baik, terutama diakibatkan karena kesalahan-kesalahan ketik yang cukup mengganggu makna kata dan kalimat. Di samping itu penyajian materi yang belum cukup bervariasi. Gambar-gambar contoh gerakan yang digunakan untuk memperjelas makna masih bias gender karena didominasi oleh salah satu jenis kelamin, gambargambar yang tercantum mayoritas meng-

gunakan contoh anak laki-laki, dan belum menciptakan komunikasi interaktif pada proses pelaksanaan pembelajaran dan pengembangan pembelajaran. Dengan demikian, buku ini belum cukup memacu dan memberi ruang pada siswa untuk dapat secara aktif dan kreatif menyerap materi pelajaran. Saran Berdasarkan hasil simpulan maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : 1. Kepada penulis buku teks a. Buku teks pelajaran penjasorkes yang orientasinya lebih kepada orientasi pembelajaran gerak seharusnya selain kalimat perlu disertai dengan gambar ilutstrasi yang lebih bervariasi dengan pewarnaan yang lebih baik supaya materi lebih jelas dan menarik sehingga dapat merangsang minat peserta didik dalam belajar; b. Penyajian pembelajaran materi kegiatan yang disajikan untuk mengembangkan keterampilan proses perlu ditambahkan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang aspek keselamatan dalam setiap materi yang mengandung resiko, misalnya pada materi senam, aktivitas air dan juga perlu di tambahkan adanya lampiran; c. Pada setiap awal bab perlu ditambahkan pembangkit motivasi (advance orginizer) yang lebih bervariasi sesuai dengan fakta, dengan memberikan contoh kongkrit, missalnya dengan menambahkan keberhasilan atau prestasi atlet-atlet nasional pada masing-masing materi yang akan dibahas. Ada beberapa kompetensi yang dijabarkan melalui satu bacaan saja misalnya pada materi etika dalam kolam renang, idealnya satu kompetensi dijabarkan dalam beberapa teks disertai dengan contoh dan gambar yang memadai; d. Kepada penyusun buku teks sebaiknya mencantumkan latar belakang penulis atau pengarang buku dan memilih gambar atau contoh yang sesuai dengan latar belakang peserta didik yang sesuai dengan tingkatan pembelajarannya, dengan kata kunci, rangkuman, pada setiap bab.

Gunawan, Analisis Kelayakan Isi dan Penyajian Buku Teks

2. Kepada guru dan atau pengguna buku teks (peserta didik) a. Untuk pembelajaran penjasorkes disarankan menggunakan buku teks penjasorkes kelas X SMK karangan Muhajir sebagai salah satu acuan/ pustaka, karena dari hasil penelitian terbukti mempunyai tingkat kelayakan isi dan penyajian dengan kategori baik sekali. b. Siswa perlu mengenal buku yang akan dipelajarinya, hendaknya disediakan waktu bagi para siswa untuk menelaah bagian-bagian yang ada dalam buku teks, baik dari segi kurikuler maupun dari segi kebenaran konsepnya. c. Guru apabila menemukan kekurangan atau kesalahan pada buku teks hendaknya diperbaiki terlebih dahulu sebelum disampaikan saat pembelajaran. Ada kemungkinan strategi pembelajaran yang tertuang dalam buku teks sangat monoton sehingga berpotensi menimbulkan kejenuhan siswa. Guru sebaiknya dapat membuat variasi dengan cara menambah atau memodivikasi kegiatan sehingga siswa lebih bergairah belajar. 3. Bagi sekolah atau lembaga pendidikan khususnya SMK, agar lebih teliti dalam menggunakan buku teks yang menjadi pegangan guru maupun siswa. DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, A. 2007. Analisis Buku Teks dan Implikasinya Dalam Memberdayakan Keterampilan Berfikir Siswa. Jurnal Forum Kependidikan, Vol. 26. Nomor 2. Universitas Pendidikan Indonesia Press. Abdussamad. 2002. Buku Teks dan Peranannya. Online at http://www.situs bahasa.info/2011/10/html (diunduh 14 Agustus 2013). Altbach, M.I. 1991. Disability in Physical Education Text-books: An Analysis Of Image Content. Journal Adapt Phys Activ Q. 2012 Oct;29(4):31028. Department of Physical Activity and Sport Sciences, San Antonio

Catholic University, Murcia, Spain.

29

Guadalupe,

Ari, R. 2011. Buku Teks Pelajaran dan Peranannya. (Online). (http:// ramlannarie.wordpress.com/2011/1 0/22/buku-teks-pelajaran-danperanannya/) diunduh tanggal 1509-2012 Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kuri-kulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. __. 2006. Standar Isi. Jakarta: Depdiknas. Badan

Standar Nasional Pendidikan. (2007). Standar Penilaian Buku Teks. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Mutohir, T.C. 2002. Gagasan-gagasan tentang Pendidikan Jasmani dan Olahra-ga. Surabaya: Unesa University Press. de Irala J, Urdiain IG, López Del Burgo C (2008) Analysis Of Content About Sexuality and Human Reproduction in School Textbooks in Spain. Journal of Public Health 122: 1093– 1103. Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. http://depdiknas.go.id/ inlink.php?to+uusisdiknas (diunduh 15 Januari 2013). ______. 2005. Buku Teks Pelajaran. Jakarta: Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2005. Dorner, Daniel G. (2001). Knowledge creation from Australasioan LIS jurnals: a content analysis. Hal. 126. Tersedia di: http://www.eric.ed. gov/ERICDocs/data/ricdocs2sql/con tent_storage_01/0000019b/80/19/9 0/96.pdf (diunduh pada tanggal 21 Maret 2013). Haag, H. 1994. Theoretical Foun-dation of sport scientific disipline. Germany: Verlag Karl Hofmann: pp 56-57 María Inés Táboas-Pais, Ana Rey-Cao. 2012. Gender Differences in Phy-

30

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 15 - 31

sical Education Textbooks in Spain: A Content Analysis of Photographs. Sex Roles Journal ;Oct2012, Vol. 67 Issue 7/8, p389 McDonald, B. 2012. The Reproduction Of Biological „Race‟ Through Physical Education Textbooks And Curriculum Sociology Of Sport And Physical Activity, School Of Sport And Exercise Science, Victoria University, Footscray Park, PO Box 14428, Melbourne, VIC 8001, Australia. Email: brent.mcdonald@ vu. edu.au Muslich, M. 2004. Hakekat Fungsi Buku Ajar. Malang: (Online) http//masnurmuslich.blogspot.com/2008_10_04archi ve.html (diunduh 25-11-2012). ___________. 2010. Text Book Writing: Dasar-Dasar Pemahaman, Penulisan, dan Pemakaian Buku Teks. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. MENDIKNAS. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Salinan tidak diterbitkan. Jakarta: DEPDIKNAS MENDIKNAS. 2008. Peraturan Pemerintah 2008. Salinan tidak diterbitkan. Jakarta: DIKNAS. Nasution. 2005. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, Jakarta Neuman, L.W. 2006. Social Re-search Methods, Qualitative and Quantitative Approaches-6th Ed. Boston: Allyn and Bacon. Nomoto M., et al. 2011. Content analysis of school textbooks on health topics: a systematic review. Journal Biosci Trends 5: 61–68. Department of Community and Global Health, Graduate School of Medicine, The University of Tokyo, Japan. [email protected] Nonaka, MD., Jimba, M., Mizoue, T., et al. 2012. Content Analysis of Primary and Secondary School Textbooks Regarding Malaria Control: A MultiCountry Study. Journal Biosci Trends. Ministry of Health, Labour, and Welfare of Japan (research grant number: H21-chikyukibo-

wakate-011; http://www.mhlw.go.jp/ bunya/kenkyuujigyou/hojokinkoubo16/02-01.html) Nugroho, I.A. 2004. Analisis dan Studi Komparatif Buku Teks Seko-lah Menengah Atas Ditinjau dari Textbook Evaluation Menggunakan Science Textbook Rating System. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Patrick, H.J,. 1988. Toward A Philo-sophy of Sport. Massachusetts: AddisonWesley Publishing Company. Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan-Pengembangan dan Pemanfaatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Buku Teks Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran. Rahayuningtyas, N. 2011. Analisis isi buku teks ilmu pengetahuan sosial (IPS) kelas X SMK Negeri se-kota Malang. Malang: Subyantoro. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: CV. Widya Karya. Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar-Teori dan Praktek. Jakarta: Depdiknas.

Gunawan, Analisis Kelayakan Isi dan Penyajian Buku Teks

Supriadi. 1997. Isu dan Agenda Pendidikan Tinggi di Indonesia. Bandung: Rosda Karya. Wardani, W. 2010. Analisis Teks Buku Sekolah Elektronik (BSE) IPS Terpadu Kelas XI Tingkat SMK

31

Terbitan Depdiknas Pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan Gejala Atmosfer san Hidrosfer serta Pengaruhnya Bagi Kehidupan. Malang: Universitas Negeri Malang.

KONSTRUKSI TES KETERAMPILAN BOLABASKET UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR Apta Mylsidayu,

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Email: [email protected]

Abstrak: Konstruksi tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar (SD) yang valid dan reliabel merupakan hal yang penting untuk dikembangkan mengingat makin berkembangannya bolabasket di sekolah dasar sebagai salah satu materi dalam pembelajaran. Jenis penelitian adalah penelitian pengembangan dengan pendekatan survei melalui tes pengukuran. Subyek adalah siswa sekolah dasar yang berusia 10-12 tahun (siswa Kelas V dan VI sekolah dasar yang memiliki ekstrakurikuler bolabasket). Bentuk tes adalah tes psikomotorik atau suatu blue print butir-butir dari tes keterampilan bolabasket. Validitas menggunakan face validity dan reliabilitas menggunakan test retest dengan hasil reliabilitas shooting 0.435, passing 0.807, dribble satu 0.652, dan dribble dua 0.518. Hasil penelitian dan pengembangan berupa tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar yang disusun dinyatakan layak karena data normal dan homogen. Hasil konstruksi tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar dapat digunakan untuk pedoman guru Penjaskes dalam memberi nilai pelajaran bolabasket, serta dapat menjadi pedoman dalam pembibitan atlet bolabasket. Kata Kunci: konstruksi, tes keterampilan, bolabasket.

Kurikulum merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat dalam bidang ilmu dan teknologi sehingga diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia, terutama dalam memasuki era globalisasi. Perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan hak asasi manusia begitu pesat sehingga menuntut kesiapan semua pihak untuk dapat menyesuaikan dengan segala kondisi yang ada. Memajukan sektor pendidikan mutlak harus dilakukan agar meningkat pula kualitas sumber daya manusia sehingga siap untuk berkompetensi dengan bangsa-bangsa negara maju. Salah satu pelajaran mata pelajaran yang ikut andil dalam menciptakan kualitas manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani adalah mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Menurut Depdiknas (2003:5) pendidikan jasmani (penjas) merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang memfokuskan pengembangan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, penalaran, dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani.

Menurut Muktiani (2008:2) pendekatan pembelajaaran kurikulum diarahkan dengan tujuan mengembangkan kemampuan siswa dalam mengelola perolehan bel-ajar (kompetensi) yang paling sesuai dengan kondisi masing-masing. Siswa ditempatkan sebagai subjek didik, yakni lebih banyak mengikutsertakan aktivitas siswa dalam setiap proses pembelajaran. Kenyataan di lapangan pendekatan pembelajaran belum terlaksana sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani. Salah satu materi yang tercantum dalam kurikulum di sekolah dasar adalah permainan bolabasket yang diberikan di kelas V dan kelas VI (Depdiknas, 2003:10). Berdasarkan hasil wawancara dengan 20 orang guru Penjas di Kota Yogyakarta, rata-rata materi permainan bolabasket belum sepenuhnya diterapkan oleh guru Penjas sekolah dasar karena keterbatasan fasilitas seperti ring dan bolabasket. Cara penilaian dalam melaksanakan kurikulum salah satunya adalah kemampuan gerak, sedangkan alat evaluasi (standar tes keterampilan) yang dipergunakan untuk penilaian kemampuan gerak olahraga bolabasket tersebut tidak dijelaskan secara tegas bagaimana pelaksanaannya dan cara pemberian nilai. Penilaian masih didasarkan

32

33

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 32 - 46

pada pengamatan guru sehingga unsur subjektivitas masih sangat dominan, sedangkan untuk melihat kemajuan hasil belajar penjas diperlukan pengukuran yang baik didukung instrumen yang baik pula. Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Zaifbio, 2009). Kebutuhan aktivitas jasmani pada masa anak menjadi tuntutan utama, mengingat bahwa jasmani menjadi dasar untuk kesehatan tubuh, sehingga memungkinkan aspek lain tumbuh dan berkembang secara sempurna baik fisik, psikis, maupun intelektual. Pembudayaan aktivitas jasmani yang dikemas dalam bentuk cabang olahraga merupakan salah satu unsur penting dalam rangka pemasalan cabang olahraga tersebut. Hal ini menjadi obsesi para pembina olahraga bahwa pemasalan merupakan awal dari proses pembinaan. Pembinaan sejak dini yang benar dan berkesinambungan akan memperluas kemungkinan memperoleh olahragawan di masa mendatang. Proses ini tentu saja merupakan proses jangka panjang dan mungkin membosankan (Lumintuarso, 2004:2). Pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung satu kali dalam kehidupan yang berjalan secara alami, artinya anak akan tetap tumbuh dan berkembang walaupun tidak ada upaya yang terprogram dan berkelanjutan. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat diperoleh apabila memperhatikan anak sejak usia dini dan merancang dengan baik suatu latihan yang bersifat pemasalan. Clark (2008:54) menyatakan bahwa di Kanada pada tahun 2005, 51% dari anak usia 5 sampai 14 tahun (2 juta anak) secara berkala ambil bagian dalam olahraga. Sekitar 51% dari anak-anak aktif berpartisipasi dalam olahraga lebih dari satu jenis olahraga. Hasil penelitian tersebut dapat mengambarkan bahwa karakteristik anak di usia

sekolah dasar antara lain senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Kenyataan yang ada di Indonesia masih banyak orang tua yang menekankan anak untuk belajar melalui bimbingan belajar atau les pelajaran setelah selesai sekolah sehingga anak tidak mempunyai waktu untuk bermain. Salah satu olahraga permainan beregu yang diajarkan pada matapelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di SD adalah bolabasket. Bolabasket adalah salah satu olahraga popular di dunia dan digemari oleh semua kalangan baik pria maupun wanita, usia tua ataupun muda. Adanya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) menjadikan teknik permainan bolabasket mengalami perkembangan. Dewasa ini banyak sekali cabangcabang olahraga yang dipelajari di setiap sekolah dengan menggunakan teknik dan gerakan yang bervariasi, baik sekolah dasar hingga sekolah menengah umum, termasuk olahraga bolabasket yang juga selalu mengalami perkembangan. Semakin hari minat siswa SD terhadap olahraga bolabasket semakin bertambah. Menurut Bompa (1994:11) perkembangan keterampilan dan kemampuan berolahraga dibagi menjadi tiga kelompok yaitu; 1) kelompok praktis dimulai olahraga; 2) kelompok umur pengkhususan; dan 3) kelompok untuk jangka penampilan tertinggi. Usia umum untuk memulai latihan bolabasket adalah usia 7-8 tahun, pengkhususan atau spesialisasi pada rentang usia 10-12 tahun, dan prestasi tertinggi dicapai pada usia 2025 tahun. Sukadiyanto (2005:14-15) menambahkan bahwa latihan bagi olahragawan yunior lebih ditekankan pada pengembangan keterampilan untuk pengayaan gerak dan bersifat menyenangkan, terutama untuk mengembangkan kemampuan fisiologis anak dalam menerima beban latihan. Berikut tujuan latihan yang disesuaikan dengan usia dan kesiapan anak tersaji pada Tabel 1.

Apta Mylsidayu, Konstruksi Tes Keterampilan Bolabasket

34

Tabel 1. Tujuan Latihan yang Disesuaikan Dengan Usia dan Kesiapan Anak Usia 6-10 tahun 1. Membangun KemauUsia 11-13 tahun an (interes) 1. Pengayaan keterampilan gerak 1. 2. Menyenangkan 2. Penyempurnaan 2. teknik 3. Belajar berbagai ke- 3. Persiapan untuk 3. terampilan gerak meningkatkan latidasar han

Prestasi olahraga merupakan akumulasi dari kualitas fisik, teknik, taktik, dan kematangan psikis yang sengaja disiapkan melalui proses latihan. Sekolah dasar merupakan media yang tepat untuk pengenalan olahraga sejak dini yang bertujuan untuk mengenalkan olahraga secara spesifik dengan tidak meninggalkan gerak-gerak dasar. Sports Coach UK (2003:3) memperkuat hal tersebut dengan menyatakan bahwa keberhasilan performa pada level tinggi merupakan hasil dari proses latihan sejak masa kanak-kanak dan latihan selama 10 tahun. Berdasarkan hasil referensi, ada 4 penelitian tentang tes keterampilan bermain bolabasket yakni adaptasi tes keterampilan AAHPRED 1984 bagi pemain kelas 1 SMTP putra di Kotamadya Yogyakarta, penyusunan tes keterampilan bermain bolabasket usia yunior, penyusunan alat evaluasi keterampilan bermain bolabasket bagi siswa putra dan putri Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Daerah Istimewa Yogyakarta, pengembangan tes keterampilan bermain bolabasket bagi siswa SMA di Kota Yogyakarta. Penelitian-penelitian tersebut mengacu pada tes keterampilan bolabasket menurut STO, Lehten, AAHPER, dan Johnson. Tes keterampilan bolabasket yang telah diteliti di atas merupakan tes keterampilan untuk anak usia yunior, siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Pelajaran bolabasket sudah ada dalam kurikulum SD, tetapi belum ada alat evaluasi keterampilan bolabasket ataupun cara penilaian gerak bolabasket. Dengan melihat kondisi yang ada maka perlu dicip-takan suatu alat ukur

Usia 14-18 tahun Peningkatan latihan Latihan khusus

Usia dewasa Puncak penampilan atau masa prestasi

Frekuensi kompetisi diperbanyak

untuk mengevaluasi tingkat keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar. Belum adanya konstruksi tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar sehingga tidak adanya alat ukur baku yang dapat mengakibatkan kurang optimalnya pemanduan bakat dan pemilihan bibit unggul atlet berbakat sejak usia dini. Berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan dan melihat kondisi yang ada, akhirnya dirasa perlu menciptakan suatu alat ukur untuk mengevaluasi tingkat keterampilan bolabasket melalui konstruksi tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar agar guru olahraga lebih mudah untuk mengukur kemampuan siswa dalam olahraga bolabasket sehingga secara tidak langsung guru ataupun pelatih bolabasket SD dapat menyaring atlet berbakat melalui alat ukur tes baku yang dibuat dalam penelitian ini, sekaligus sebagai jawaban secara ilmiah terhadap penguasaan teknik dasar yang benar sejak permulaan latihan. Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah konstruksi tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar?” Tes, Pengukuran, dan Evaluasi Tes adalah instrumen yang membutuhkan unjuk kerja dari individu selama dites, sedangkan penilaian merupakan suatu proses untuk menentukan status seseorang sehubungan dengan patokan yang dipakai sebagai referensi. Penilaian harus selalu dilakukan oleh pelatih dan bukan atlet, walaupun atlet dapat juga merupakan pembantu yang penting. Demikian dalam pembelajaran penjas di se-

35

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 32 - 46

kolah, guru penjas yang harus melakukan penilaian. Menurut Mackenzie (2005) tes evaluasi penampilan terdiri atas daya tahan, kelincahan, mobilitas dan keseimbangan, komposisi tubuh, kekuatan, kecepatan dan power, psikologi olahraga, dan kesehatan umum. Azwar (2007) memperjelas tes yang digunakan dengan memiliki prosedur yang sistematik, yakni a) Item-item dalam tes disusun menurut cara dan aturan tertentu; b) Prosedur administrasi tes dan pem-berian angka terhadap hasilnya harus jelas dan dispesifikasikan secara terperinci; dan c) Setiap orang yang mengambil tes tersebut harus mendapat item-item yang sama dalam kondisi yang sebanding. Rachman (2007:278) menyatakan bahwa proses evaluasi merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, yang memungkinkan pengajar mampu membuat keputusan yang benar mengenai pencapain belajar. Penilaian dapat dilakukan dengan tujuan menetapkan nilai atau menetapkan umpan balik untuk mendiagnosa kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung (sumatif), serta melihat kemajuan belajar (formatif). Dalam proses penilaian terdapat kegiatan tes dan pengukuran, hubungan timbal balik di antara tes, pengukuran, dan evaluasi sangat erat karena proses penilaian hampir selalu menggunakan tes dan pengukuran untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan pada saat pemberian nilai. Nurrochmah (2009) menyatakan “to determine the level of skill acquisition and development or improvement of skills possessed by each athlete, it is necessary to do the evaluation measures. Evaluation should be based on test result from a variety of skills possessed.” Sebelum membuat tes, harus mempertimbangkan: 1) acuan kriteria norma dan pengukuran harus digunakan; dan 2) harus memiliki kriteria tes yang baik (Miller,2002). Tes yang dimaksud adalah tes yang memenuhi syarat validitas, reliabilitas, objektivitas, diskriminitas, dan praktibilitas. Validitas Validitas adalah kriteria yang paling penting untuk dipertimbangkan ketika mengevaluasi tes karena validitas mengacu pada sejauh mana tes benar-benar mengukur masalah

dalam pengukuran (Miller, 2002). Nitko (1983) menambahkan validitas mengacu pada tingkat ketepatan nilai tes yang diinterpretasikan dengan cara tertentu atau manfaat nilai tes untuk tujuan tertentu. Jenis-jenis validitas (kesahihan) antara lain: 1) Validitas muka (face validity): Menurut Miller (2002) uji memiliki validitas muka atau validitas logis, ketika mengukur skill dan kemampuan yang diinginkan. Validitas muka yang terbaik adalah menentukan validitas dari tes satu dengan lainnya dengan menerangkan prosedur; 2) Validitas isi (content validity). Miller (2002) menyatakan bahwa validitas isi berhubungan dengan seberapa baik tes mengukur semua keterampilan dan materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh peneliti. Nitko (1983) menambahkan bahwa item tes pada validitas isi merupakan perwakilan dari keseluruhan atau seluruh bidang yang dianggap mewakili. Diperkuat Azwar (2008) bahwa validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat professional judgment; 3) Validitas konstruk (construct validity). Miller (2002) menyatakan validitas konstruk mengacu pada derajat individu yang memiliki sifat cemas, cerdas, dan motivasi yang membangun, yang diasumsikan akan tercermin dalam hasil tes; 4) Validitas konkuren (concurrent validity). Ismaryati (2006) menyatakan validitas konkruen adalah validitas yang ditinjau dari segi hubungan antara alat ukur dengan suatu kriteria. Azwar (2008) menambahkan apabila skor tes dan skor kri-teria dapat diperoleh dalam waktu yang sama, maka korelasi antara kedua skor ter-sebut merupakan koefisien validitas kon-kruen; 5) Validitas prediktif atau validitas ramalan (predictive validity). Miller (2002) menyatakan validitas prediktif diukur dengan memberikan ramalan tes dan tes berhubungan dengan ukuran standar yang diperoleh di kemudian hari. Saifuddin Azwar (2008) menambahkan bahwa validasi prediktif pada setiap tahap harus diikuti oleh usaha peningkatan kualitas item tes dalam bentuk revisi, modifikasi, dan penyusunan item-item baru agar prosedur yang dilakukan mempunyai arti yang lebih signifikan dan bukan sekedar pengujian secara deskriptif saja. Reliabilitas Reliabilitas adalah tingkat konsistensi antara 2 ukuran dari hal yang sama (Mehrens & Lehmann, 1973). Diperkuat oleh Miller

Apta Mylsidayu, Konstruksi Tes Keterampilan Bolabasket

(2002) reliabilitas adalah konsistensi tes, artinya sebuah tes yang dapat diandalkan harus mempunyai hasil kurang lebih sama tanpa mempedulikan jumlah waktu yang diberikan. Nitko menambahkan (1983) penilaian tes yang tidak konsisten dikarenakan perilaku testi/anak coba tidak stabil. Pendekatan konsistensi internal dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) dengan tujuan melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam tes itu sendiri, ke-mudian tes dibagi menjadi beberapa beahan (Azwar, 2008:41-42). Objektivitas Menurut Miller (2002) suatu tes memiliki objektivitas tinggi jika dua atau lebih orang bisa mengelola tes dan kelompok yang sama, serta memperoleh hasil kira-kira sama. Tes yang memiliki nilai objektivitas yang tinggi berupa soal pilihan ganda, benar-salah, dan te pencocokan karena sudah ada penilaian yang tersedia, sedangkan tes yang memiliki objektivitas rendah adalah tes esai. Diskriminitas Menurut Ismaryati (2006) tes yang baik harus dapat membedakan kemampuan siswa sesuai dengan tingkat keterampilan dan kepandaian siswa sehingga dapat membedakan siswa yang berkemampuan jelek, cukup, baik, dan baik sekali. Praktibilitas Menurut Ismaryati (2006) praktibilitas adalah pertimbangan yang bersifat praktis dan dapat mempengaruhi tes meliputi; waktu dan biaya, kemudahan pengadministrasian, dan kemudahan dalam penafsiran. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa tes yang baik apabila mencakup kriteria yang ada, yaitu valid, reliabel, objektif, diskriminitas, dan praktibilitas. Dalam praktek di lapangan belum tentu bisa terlaksana secara keseluruhan tetapi tes dapat dikatakan cukup memadai apabila memenuhi tiga syarat utama yang telah ditentukan yaitu valid, reliabel, dan objektif. Bolabasket Bolabasket adalah olahraga bola kelompok yang terdiri atas dua tim beranggotakan

36

masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak point dengan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan. Bolabasket sangat cocok ditonton karena biasa dimainkan di ruang olahraga tertutup dan hanya memerlukan lapangan yang relatif kecil. Selain itu, bolabasket mudah dipelajari karena bentuk bolanya yang besar, sehingga tidak menyulitkan pemain ketika memantulkan atau melempar bola. Menurut Mylsidayu (2009) bolabasket adalah suatu olahraga beregu yang bertujuan untuk mendapatkan point dengan menggunakan teknik yang benar. Diperkuat oleh Hoy and Carter (1980) yang menyatakan bahwa basketball is a fast-moving. High-scoring indoor game that requires of the individual player extreme qualities of skill, precision, control and agility, as well as the physical prerequisites vital for athletic excellence. Menurut FIBA (2008) basket-ball is played by two (2) teams of five (5) players each. The aim of each team is to score in the opponents basket and to prevent the other team from scoring. Suatu regu yang telah mencetak angka terbanyak pada akhir waktu permainan menjadi pemenang. Mini bolabasket adalah permainan sederhana dan permainan keterampilan bukan kekuatan, serta anak laki-laki dan perempuan bermain bersama. Mini bolabasket adalah cara yang ideal untuk memperkenalkan permainan bolabasket untuk anak-anak (FIBA Oceania, 2010). Permainan bolabasket dapat diajarkan sejak anak masih kecil. Mini bolabasket khusus diciptakan untuk anak-anak berusia delapan tahun sampai tiga belas tahun agar mengenal olahraga, juga membantu menyiapkan fisik yang ikut terli-bat dalam olahraga ini. Menurut Ahmadi (2007) perlengkapan dan peralatan permainan bolabasket terdiri atas: (1) Bola yang digunakan dalam permainan bolabasket harus memiliki syarat: a) bola terbuat dari kulit, karet, atau bahan sintetis lainnya; b) putra mengguna-kan bola ukuran 7 dengan keliling lingkaran 749-780 mm dan berat 567-650 gram, dan putri menggunakan bola ukuran 6 dengan keliling lingkaran 724-737 mm dan berat 510-567 gram; (2) Lapangan, permainan bolabasket sebenarnya/pertandingan resmi, dilakukan disebuah lapangan empat persegi panjang dengan ukuran panjang dan lebar garis

37

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 32 - 46

lapangan 28 m x 15 m, garis tengah lingkaran ditengah lapangan 3,6 m, tinggi ring basket 2,75 m, diameter ring basket 0,45 m, ukuran papan pantul panjang x lebar: 1,8 m x 1,2 m; (3) Pakaian, pemain di Indonesia menggunakan seragam kostum bolabasket yakni celana pendek dan baju tidak berlengan dengan nomor punggung 415. Saat latihan menggunakan pakaian yang aman (tidak terlalu longgar/sempit), tidak mengganggu gerakan, tidak mendatangkan gangguan, serta nyaman dan enak dipakai, celana tidak terlalu pendek, dan bahan pakaian sebaiknya terbuat dari katun sehingga dapat memperlancar penguapan keringat; (4) Sepatu yang dikenakan adalah sepatu yang sesuai dan cocok untuk permukaan lapangan yang digunakan. Sepatu yang digunakan memiliki lapisan bagian dalam yang elastis dan lembut sehingga terasa nyaman di kaki. Berdasarkan penjelasan tentang peralatan dan perlengkapan permainan bolabasket di atas, dalam penelitian ini hanya akan memodifikasi peralatan bolabasket saja yaitu ukuran bola dan ring basket. Karakteristik Anak SD Masa kanak-kanak dimulai pada akhir masa bayi sampai saat anak matang secara sekual, yakni sekitar umur 2 tahun sampai umur 12 tahun. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode, yaitu awal masa kanak-kanak, sekitar umur 2 tahun sampai 6 tahun, dan akhir masa kanak-kanak sekitar umur 6-12 tahun (Rumini & Sundari, 2004). Pendidik memberi sebutan anak masa akhir kanak-kanak dengan masa sekolah karena sudah saatnya anak-anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan. Menurut Samples (2002) tujuan belajar harus lebih dari sekedar membuat siswa mampu memahami halhal mendasar karena siswa dari segala usia harus diizinkan untuk memanfaatkan seluruh daya dan kemampuan dari rancangan otak pikiran. Menurut Rumini & Sundari (2004) perkembangan keterampilan anak tidak dapat terlepas dari perkembangan koordinasi senso motorik, yaitu perkembangan kerjasama antara kemampuan indera dengan perkembangan motorik. Keterampilan anak pada akhir masa kanak-kanak berkembang menjadi lebih halus dan terkoordinir daripada masa sebelumnya. Menjelang umur 7 tahun,

anak dapat menggambar lebih rapih, pada umur 8-10 tahun anak dapat menulis lebih kecil dan sempurna daripada sebelumnya. Sekitar umur 10-12 tahun, anak dapat menguasai keterampilan yang kompleks, setara orang dewasa, misalnya olahraga. Pada umumnya anak-anak pada akhir masa kanak-kanak adalah siswa sekolah dasar, yaitu anak-anak yang lebih senang melakukan berbagai kegiatan fisik seperti bergerak, berlari, lompat-lompat, memanjat kemudian melompat dan berlari lagi. Oleh sebab itu, guru/pendidik harus memberikan kesempatan kepada siswa sekolah dasar untuk melakukan kegiatan fisik sehingga dapat menggerakkan semua bagian tubuh. Semua anak tumbuh, dan dengan pertumbuhan datang berbagai tingkat perkembangan fisik. Menurut Lwin, dkk (2008) seorang anak dengan kemampuan fisik sampai potensi maksimal dapat menikmati berbagai bentuk aktivitas fisik, dan cepat menyerap keterampilan baru. Sebaliknya, seorang anak dengan kecerdasan fisik yang rendah mungkin takut dan tidak menyukai tugas yang dihadapi. Anak-anak senang bermain karena melalui bermain dapat belajar sosial dan keterampilan fisik, toleransi, disiplin dan menghormati orang lain (UNICEF, 2010:1). Selain itu, Jago et al. (2010) menyatakan bahwa anak-anak dapat melakukan kegiatan yang bermacam-macam dalam sehari. Sejalan dengan pendapat di atas, Brockman et al. (2011) menyatakan aktivitas fisik dalam bermain memiliki potensi untuk meningkatkan aktivitas fisik anak-anak serta mendukung perkembangan anak secara optimal. Aktivitas fisik anak-anak pada dasarnya kompleks, yang melibatkan berbagai macam kegiatan sekolah, olahraga tim yang terorganisasi, dan permainan yang tidak terstruktur (Jago et al., 2010). Sekolah dapat berfungsi sebagai tempat yang sangat baik untuk siswa melakukan kegiatan fisik seharihari, sekaligus untuk mengajarkan pentingnya aktivitas fisik secara teratur untuk kesehatan, dan untuk membangun keterampilan yang mendukung gaya hidup sehat. Aktivitas fisik secara teratur pada anak dihubungkan dengan massa tubuh yang rendah, tekanan darah, tingkat insulin, dan mental meningkat. Kebanyakan anak mendapatkan aktivitas fisik lebih dari satu konteks sehingga memberikan manfaat sosial

Apta Mylsidayu, Konstruksi Tes Keterampilan Bolabasket

dan kesehatan yang berbeda (Brockman, 2011). Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (penjaskes) di sekolah merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara menyeluruh, yang memfokuskan pada aspek pengembangan kebugaran jasmani, keterampilan motorik, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan fisik (Supriyadi, 2009). Karakteristik jasmani siswa sekolah dasar umur 10-12 tahun (kelas V dan VI) yang dimiliki antara lain: 1) pertumbuhan otot lengan, dan tungkai makin bertambah; 2) ada kesadaran mengenai badannya; 3) anak laki-laki menguasai permainan kasar; 4) pertumbuhan tinggi dan berat badan tidak beda baik; 5) kekuatan otot tidak menunjang pertumbuhannya; 6) waktu reaksi makin baik; 7) perbedaan akibat jenis kelamin makin nyata; 8) koordinasi makin baik; 9) badan lebih sehat dan kuat; 10) tungkai mengalami masa pertumbuhan yang lebih kuat bila dibandingkan dengan bagian anggota atas; 11) perlu diketahui bahwa ada perbedaan kekuatan otot dan keterampilan antara anak laki-laki dan putri. Anak umur 11-12 tahun, berada pada tahap kemampuan motorik siswa sekolah dasar yang dimiliki antara lain: 1) mengembangkan dasar bermain dan keterampilangerak (movement skill); 2) mengembangkan endurance seperti perkembangan otot dan memperbaiki koordinasi; 3) memperbaiki kecepatan dan ketepatan; 4) mengembangkan perlawanan terhadap kelelahan, menambah aktivitas yang intensif; 5) mengetahui bagaimana rileks dan menggunakan masa istirahat (Yudanto, 2005; Sukintaka, 1997). Pada fase spesifikasi usia 10-13 tahun ini, anak sudah dapat menentukan pilihannya akan cabang olahraga yang disukainya, secara umum sudah memiliki kemampuan dalam koordinasi dan kelincahan yang jauh lebih baik. Pada fase ini anak-anak memilih untuk mengkhususkan pada salah satu cabang olahraga yang dianggap mampu untuk dilakukan. Anak-anak juga sudah mulai bisa menilai kelebihan dan kekurangan yang dimiliknya. Anak mulai mencari atau menghindari aktivitas yang tidak disukainya (Yudanto, 2005). Pada umumnya, alasan anak-anak berpartisipasi dalam olahraga karena ingin

38

belajar keterampilan baru, olahraga itu menyenangkan, adanya kerjasama, latihan dan kebugaran, dan adanya tantangan untuk menang (Weinberg & Gould, 2003). Salah satu kebutuhan aktivitas jasmani pada anak-anak melalui pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Menurut Lily Djokosetio (2007) pendidikan jasmani bertujuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani, disiplin, tata aturan, dan sebagainya. Selain itu, pendidikan jasmani mempunyai peranan penting untuk meningkatkan proses belajar dan daya ingat (learning and memory). Oleh sebab itu, pendidikan jasmani yang melibatkan komponen-komponen di atas akan merangsang bagian-bagian otak tertentu sehingga dapat meningkatkan kondisi fisik dan kondisi pembelajaran akademis. Keterampilan motorik yang telah disebutkan di atas dapat diperoleh melalui perencanaan gerakan (motor planning) dan belajar gerakan (motor learning) dimana keterampilan motorik dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keseimbangan (balance), kecepatan, kekuatan, koordinasi, dan ketangkasan. Selanjutnya, Santrock (2002) menyatakan: “During middle and late childhood children’ motor development becomes much smoother and more coordinate than it was in early childhood. As children move through the elementary school years, they gain greater control over their bodies and can sit and attend for longer period of time. An important principle of practice for elementary school children, therefore, is that they should be engaged in active, rather than passive, activities”. Aktivitas bermain pada anak-anak akan lebih banyak dilakukan dengan aktivitas jasmani, dan aktivitas jasmani yang dikelola secara cermat merupakan salah satu usaha yang disengaja untuk mengubah keadaan anak. Salah atu tugas guru penjas ialah mengembangkan kemampuan motorik anak, untuk kemudian memberikan bimbingan untuk penguasaan dasar keterampilan gerak atau teknik-teknik cabang-cabang olahraga (Sukintaka, 1997). Salah satu aktivitas jasmani pada pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan berupa keterampilan motorik adalah pelajaran bolabasket yang diberikan pada kelas V dan VI. Pelajaran bolabasket pada Sekolah Dasar merupakan salah satu olah-

39

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 32 - 46

raga yang menyenangkan yang membangun koordinasi tangan-mata-kaki, meningkatkan pengenalan akan bola, keterampilan umum seperti menembak, membuat permainan bolabasket menjadi suatu kegiatan yang edukasional, dan dapat dinikmati anak-anak. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research and development) melalui survei dengan tes pengukuran. Penelitian ini merupakan model penelitian yang bertujuan mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan dan pembelajaran untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pendidikan dan pembelajaran secara efektif. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa alat evaluasi tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar (yang disesuaikan bagi anak usia 10-12 tahun). Konstruksi tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar menggunakan model deksriptif prosedural di mana dalam konstruksi tes keterampilan bolabasket menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan sebuah produk. Tahap dasar yang harus dilakukan untuk konstruksi yaitu konseptualisasi masalah, pembuatan produk, dan uji coba produk. Jika keputusan dapat diterima maka pembuatan produk dapat dimulai dan apabila belum dapat diterima maka proses harus diulangi. Teknik ini digunakan untuk membangun atau mengembangkan tes psikomotorik, digunakan dengan harapan dapat memperoleh instrumen yang valid dan reliabel dengan melibatkan para ahli dalam bidang olahraga khususnya ahli mengenai olahraga bolabasket.

Prosedur Pengembangan Indikator Keterampilan Bolabasket a. Studi pendahuluan Studi pendahuluan dilakukan dalam dua bentuk, yaitu studi pustaka dan survei terhadap kondisi empirik penelitian. Setelah melakukan kajian teori kemudian melakukan survei lapangan untuk mengetahui kondisi nyata di lapangan sebagai tempat berlangsungnya

aktivitas yang menjadi pusat perhatian peneliti. Hasil studi pustaka menunjukkan bahwa Tes keterampilan bolabasket yang sudah ada mengacu pada tes keterampilan bolabasket menurut Lehten, STO, AAHPER, dan Johnson. Selain itu, menganalisis masalah yang disusun dan potensi dari penelitian ini adalah salah satu model tes yang disusun belum pernah ada yang meneliti. Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa tes keterampilan bolabasket siswa sekolah dasar ini terdiri atas teknik dasar bolabasket secara umum yakni tes dribble, passing, dan shooting. Kekuatan dari tes keterampilan bolabasket yang sudah ada adalah alat ukur sudah memenuhi syarat dan sahih. Kelemahan dari tes-tes tersebut adalah tidak dapat digunakan oleh siswa sekolah dasar karena ring yang terlalu tinggi dan bola yang terlalu besar. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini, peneliti merancang dan membuat tinggi ring basket yang sedikit diperpendek sesuai ukuran tubuh anak-anak Indonesia yang memiliki postur tubuh tidak terlalu tinggi seperti di negara-negara Barat. Ukuran bola yang digunakan adalah bola ukuran 5 dengan tujuan agar anak-anak tidak mengalami kesulitan dalam hal melempar bola, menangkap bola, menggiring bola, maupun menembak ke ring basket. b. Pengembangan prototipe Setelah model pengembangan berdasarkan studi pendahuluan ditetapkan, kemudian dilanjutkan kegiatan menganalisis teknikteknik keterampilan cabang olahraga yang dijadikan butir tes eksperimen, membandingkannya dengan pengetahuan yang ada diliteratur. Indikator tes keterampilan bolabasket terdiri atas dribble, passing, shooting, pivot, dan footwork. Adapun indikator tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar yang digunakan adalah dribble, passing, dan shooting karena ketiga teknik tersebut lebih dominan dan lebih besar sumbangannya dibandingkan dua teknik lainnya dalam permainan bolabasket. Selanjutnya, menyusun butir-butir instrumen berdasarkan indikator yang telah ditentukan untuk pengembangan masing-masing variabel. Penyusunan butir-butir tersebut disertai dengan penyusunan pelaksanaan atau prosedur pelaksanaan tes yang baku beserta

Apta Mylsidayu, Konstruksi Tes Keterampilan Bolabasket

cara penilaian. Setelah penyusunan butir tes selesai, dilanjutkan dengan penilaian expert judgment terhadap indikator, susunan butirbutir tes per variabel, dan prosedur pelaksanaan tes yang baku. Penilaian atau validasi dengan expert judgment adalah untuk memeriksa isi instrumen secara sistematis serta mengevaluasi relevansi dengan variabel yang ditentukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana instrumen yang digunakan dalam penelitian telah mencerminkan keseluruhan aspek yang diukur. Expert judgment menggunakan tiga orang ahli yakni: 1) ahli dalam permainan bolabasket; 2) ahli tes, pengukuran, dan evaluasi; 3) ahli metodologi penelitian. Kemudian merevisi kembali hasil telaah dari expert judgment, teknik, dan literatur di awal langkah pengembangan tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar. c. Uji lapangan Ada tiga tahap uji lapangan yang dilakukan secara berurutan dalam penelitian ini. Pertama, preliminary field test (uji lapangan awal), peneliti mencoba produk awal pada satu sekolah dengan mencatat proses dan hasil selama uji produk yang akan digunakan untuk bahan perbaikan prototipe model. Kedua, main field test (uji lapangan utama). Uji tahapan ini dilakukan secara berulangulang sesuai kebutuhan penelitian. Hasil uji lapangan ini akan menjadi bahan untuk merevisi prototipe model sebelum menuju pada tahap uji lapangan berikutnya. Ketiga, operational field test (uji lapangan operasional), menggunakan desain eksperimen yang me-nggunakan tes awal dan tes akhir. Hasil uji eksperimen kemudian dianalisis nilai efektivitas instrumen. Tabel 2. Indikator Tes Keterampilan Bolabasket Siswa Sekolah Dasar Aspek yang diukur Keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar

Indikator

No. Metode/ butir sumber data

1. Dribble

1

2. Passing

2

3. Shooting

3

Analisis teknik, review literatur, dan expert judgment

40

d. Diseminasi produk Setelah melalui berbagai langkah tersebut maka dihasilkan tes keterampilan bermain bolabasket untuk siswa sekolah dasar. Adapun indikator tes keterampilan bolabasket siswa sekolah dasar tersaji pada tabel 5. Diseminasi produk hasil pengembangan adalah tersusunnya sebuah norma penilaian keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar.

HASIL Pelajaran bolabasket sudah diajarkan di kelas V dan VI sekolah dasar, hal ini tertuang dalam kurikulum 2004 yang dapat dilihat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tetapi secara keseluruhan belum diajarkan oleh guru Penjas sekolah dasar karena keterbatasan alat seperti ring dan bolabasket, selain itu tes keterampilan bolabasket di sekolah dasar juga belum pernah dibuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar yang valid dan reliabel berdasarkan indikator-indikator keterampilan bolabasket. Penelitian ini bersifat penelitian dan pengembangan karena mengembangkan tes keterampilan bolabasket yang sudah ada. Peneliti mengambil beberapa model tes yang sudah ada yang juga telah digunakan pada peneliti-peneliti sebelumnya, yaitu tes keterampilan bolabasket menurut Lehten, STO, AAHPER, dan Johnson, selain penggabungan model tes yang sudah ada, peneliti juga menggunakan modifikasi tes yang lain sesuai dengan kebutuhan komponen keterampilan bolabasket. Konstruksi tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar yang telah dibuat mengacu pada tes-tes sebelumnya, sedangkan untuk norma penilaian belum ada. Oleh sebab itu, peneliti membuat norma tes sendiri dengan cara mengklasifikasi data yang sudah ada yakni berdasarkan klasifikasi/ pembagian kelas dengan cara hasil nilai terbesar dikrangi nilai terkecil kemudian dibagi jumlah klasifikasi yaitu lima, tetapi penelitian ini sifatnya belum final karena masih menggunakan pedoman sendiri yang dalam penelitian dan pengembangan ini masih dapat dikembangkan atau disempurnakan

41

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 32 - 46

kembali. Tabel nilai skala besar untuk siswa putra dan putri tersaji pada Tabel 3 dan 4. Tabel 3. Nilai Skala Besar Tes Keterampilan Bolabasket Untuk Siswa Putra Sekolah Dasar. Nilai 5 4 3 2 1

Shoo- Pasting sing 9 – 10 < 20 7 – 8 15 – 19 5 – 6 10 – 14 3–4 5–9 0–2 0–4

Dribble 1 > 6,62 6,63 – 8,82 8,83 – 11,02 11,03 – 13,22 < 13,23

Dribble 2 9 – 10 7–8 5–6 3–4 0–2

Tabel 4. Nilai Skala Besar Tes Keterampilan Bolabasket Untuk Siswa Putri Sekolah Dasar Nilai

Shooting

Passing

Dribble 1

Dribble 2

5 4 3 2 1

9 – 10 7–8 5–6 3–4 0–2

< 15 12 – 14 8 – 11 4–7 0–3

> 10,22 10,23 – 14,17 14,18 – 18,12 18,13 – 22,07 < 22,08

9 – 10 7–8 5–6 3–4 0–2

Untuk dapat mengetahui hasil data yang didapat pada setiap komponen tes maka dibuat tabel klasifikasi per item tes. Berikut data hasil tes shoot putra yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Tes Shoot Putra Interval 9 – 10 7–8 5–6 3–4 0–2 Total

Frekuensi 32 50 46 28 5 161

% 19,88 31,06 28,57 17,39 3,10 100

Keterangan dari data hasil shoot pada uji besar adalah sebagai berikut: a) kategori baik sekali (jumlah poin 9-10) berjumlah 32 siswa; b) kategori baik (jumlah poin 7-8) berjumlah 50 siswa; c) kategori sedang (jumlah poin 5-6) berjumlah 46 siswa; d) kategori kurang (jumlah poin 3-4) berjumlah 28 siswa; e) kategori kurang sekali (jumlah poin 0-2) berjumlah 5 siswa. Data hasil tes passing putra disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Tes Passing Putra

[

Interval 20 - 24 15 – 19 10 – 14 5–9 0–4 total

Frekuensi 6 45 56 41 13 161

% 3,73 27,95 34,78 25,47 8,07 100

Keterangan dari data hasil dribble 1 pada uji besar adalah sebagai berikut: a) kategori baik sekali (waktu tempuh antara 4,43-6,62 detik) berjumlah 22 siswa; b) kategori baik (waktu tempuh antara 6,638,82 detik) berjumlah 80 siswa; c) kategori sedang (waktu tempuh antara 8,83-11,02 detik) berjumlah 41 siswa; d) kategori kurang (waktu tempuh antara 11,03-13,22 detik) berjumlah14 siswa; e) kategori kurang sekali (waktu tempuh antara 13,23-15,42 detik) berjumlah 4 siswa. Data hasil tes dribble 2 putra tersaji pada Tabel 8. Tabel 8. Tes Dribble 2 Putra Interval 9 – 10 7–8 5–6 3–4 0–2 Total

Frekuensi 68 50 33 9 1 161

% 42,24 31,05 20,50 5,59 0,62 100

Keterangan dari data hasil dribble 2 pada uji besar adalah sebagai berikut: (a) kategori baik sekali (jumlah point 9-10) berjumlah 68 siswa; (b) kategori baik (jumlah point 7-8) berjumlah 50 siswa; (c) kategori sedang (jumlah point 5-6) berjumlah 33 siswa; (d) kategori kurang (jumlah point 3-4) berjumlah 9 siswa; (e) kategori kurang sekali (jumlah point 0-2) berjumlah 1 siswa. Data hasil tes shoot putri tersaji pada Tabel 9. Tabel 9. Tes Shoot Putri Interval 15 – 17 12 – 14 8 – 11 4–7 0–3 Total

Frekuensi 15 23 46 48 28 160

% 9,37 14,38 28,75 30,00 17,50 100

Apta Mylsidayu, Konstruksi Tes Keterampilan Bolabasket

Keterangan dari data hasil shoot pada uji besar adalah sebagai berikut: a) kategori baik sekali (jumlah poin 9-10) berjumlah 15 siswa; b) kategori baik (jumlah poin 7-8) berjumlah 35 siswa; c) kategori sedang (jumlah poin 5-6) berjumlah 62 siswa; d) kategori kurang (jumlah poin 3-4) berjumlah 39 siswa; e) kategori kurang sekali (jumlah poin 0-2) berjumlah 9 siswa. Data hasil tes passing putri tersaji pada Tabel 10. Tabel 10. Tes Passing Putri Interval 9 – 10 7–8 5–6 3–4 0–2 total

Frekuensi 15 35 62 39 9 160

% 9,37 21,88 38,75 24,37 5,63 100

Keterangan dari data hasil passing pada uji besar adalah sebagai berikut: a) kategori baik sekali (jumlah poin 15-17) berjumlah 15 siswa; (b) kategori baik (jumlah poin 12-14) berjumlah 23 siswa; c) kategori sedang (jumlah poin 8-11) berjumlah 46 siswa; d) kategori kurang (jumlah poin 4-7) berjumlah 48 siswa; e) kategori kurang sekali (jumlah poin 0-3) berjumlah 28 siswa. Data hasil tes dribble 1 putri tersaji pada Tabel 11. Tabel 11. Tes Dribble 1 Putri Interval 6,28 – 10,22 10,23 – 14,17 14,18 – 18,12 18,13 – 22,07 22,08 – 26,02 Total

Frekuensi 79 62 17 1 1 160

% 49,37 38,75 10,62 0,63 0,63 100

Keterangan dari data hasil dribble 1 pada uji besar adalah sebagai berikut: a) kategori baik sekali (waktu tempuh antara 6,28-10,22 detik) berjumlah 79 siswa; b) kategori baik (waktu tempuh antara 10,2314,17 detik) berjumlah 62 siswa; c) kategori sedang (waktu tempuh antara 14,18-18,12 detik) berjumlah 17 siswa; d) kategori kurang (waktu tempuh antara 18,13-22,07 detik) berjumlah 1 siswa; e) kategori kurang sekali (waktu tempuh antara 22,08-26,02 detik) berjumlah 1 siswa. Data hasil tes dribble 2 putri tersaji pada Tabel 12.

42

Tabel 12. Tes Dribble 2 Putri Interval 9 – 10 7–8 5–6 3–4 0–2 Total

Frekuensi 63 52 27 18 0 160

% 39,37 32,50 16,88 11,25 0 100

Keterangan dari data hasil dribble 2 pada uji besar adalah sebagai berikut: a) kategori baik sekali (jumlah poin 9-10) berjumlah 63 siswa; b) kategori baik (jumlah poin 78) berjumlah 52 siswa; c) kategori sedang (jumlah poin 5-6) berjumlah 27 siswa; d) kategori kurang (jumlah poin 3-4) berjumlah 18 siswa; e) tidak ada siswa yang masuk dalam kate-gori kurang sekali (jumlah poin 02). Selanjutnya dibuat norma tes untuk anak sekolah dasar putra dan putri (usia 10-12 tahun) untuk mengetahui hasil tes yang telah dites. Satuan tes disamakan dengan menggunakan z score. Berikut hasil tes skala besar tes keterampilan bolabasket untuk siswa putra dan putri sekolah dasar berdasarkan z score tersaji pada Tabel 13 dan 14. Tabel 13. Hasil Skala Besar Tes Keterampilan Bolabasket untuk Siswa Putra Sekolah Dasar No.

Jumlah Nilai

1 2 3 4 5

> 18 15 – 17 12 – 14 9 – 11 7–8

Jumlah siswa 13 63 58 23 4

Klasifikasi Sangat Baik (SB) Baik (B) Sedang (S) Kurang (K) Sangat Kurang (SK)

Tabel 14. Hasil Skala Besar Tes Keterampilan Bolabasket untuk Siswa Putri Sekolah Dasar No. Jumlah Jumlah Klasifikasi Nilai Siswa 1 > 18 7 Sangat Baik (SB) 2 15 – 17 66 Baik (B) 3 12 – 14 67 Sedang (S) 4 9 – 11 18 Kurang (K) 5 7–8 2 Sangat Kurang (SK)

Dari hasil norma tes uji besar yang dibuat maka dapat diketahui pula hasil tes keseluruhan yang dilakukan siswa dan siswi

43

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 32 - 46

dari 6 sekolah dasar dengan rincian sebagai berikut ini. Dari hasil norma tes uji besar yang dibuat maka dapat diketahui pula hasil tes keseluruhan yang dilakukan siswa dan siswi dari 6 sekolah dasar dengan rincian sebagai berikut: (1) Kategori putra: (a) kategori sangat baik berjumlah 13 siswa; (b) kategori baik berjumlah 63 siswa; (c) kategori sedang berjumlah 58 siswa; (d) kategori kurang berjumlah 23 siswa; (e) sangat kurang berjumlah 4 siswa; dan (2) Kategori putri: (a) kategori sangat baik berjumlah 7 siswa; (b) kategori baik berjumlah 66 siswa; (c) kategori sedang berjumlah 67 siswa; (d) kategori kurang berjumlah 18 siswa; (e) kategori sangat kurang berjumlah 2 siswa. Berdasarkan hasil data penelitian yang dilakukan siswa putra maupun putri pada ujicoba skala besar yang telah di z score ditemukan tidak ada perbedaan jumlah nilai skala. Berikut norma skala besar tes keterampilan bolabasket untuk siswa putra dan putri sekolah dasar disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Norma Skala Besar Tes Keterampilan Bolabasket untuk Siswa Putra dan Putri Sekolah Dasar Jumlah No Klasifikasi nilai 1. 2. 3. 4. 5. 1.

> 18 15 – 17 12 – 14 9 – 11 7–8 > 18

Sangat Baik (SB) Baik (B) Sedang (S) Kurang (K) Sangat Kurang (SK) Sangat Baik (SB)

PEMBAHASAN Konstruksi tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar dimulai dengan melihat permasalahan-permasalahan faktual yang terjadi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (penjaskes), selanjutnya mencari penyebab dan kendala dalam pembelajaran penjas dan latihan bolabasket, serta mencari cara sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Sebuah kegiataan pengembangan dapat dilakukan apabila terdapat data hasil analisis kebutuhan berdasarkan kondisi lapangan.

Pengembangan tes keterampilan bolabasket menggunakan model deskriptif prosedural di mana tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar menggariskan langkahlangkah pelaksanaan penelitian dan pengembangan yang harus diikuti untuk menghasilkan sebuah produk. Teknik dasar bolabasket terdiri atas dribble, passing, shoot, pivot, dan footwork. Adapun teknik dasar yang paling banyak digunakan dalam permainan bolabasket adalah shoot, passing, dan dribble Tahap dasar yang harus dilakukukan untuk konstruksi yaitu konseptualisasi masalah, pembuatan produk, dan uji coba produk. Selanjutnya, apabila keputusan dapat diterima maka pembuatan produk dapat dimulai dan apabila belum dapat diterima maka proses harus diulangi. Teknik ini digunakan untuk membangun dan mengembangkan tes psikomotorik, dengan harapan memperoleh instrumen yang valid dan reliabel dengan melibatkan ahli dalam bidang olahraga khususnya ahli mengenai permainan bolabasket, ahli dalam bidang evaluasi, tes, dan pengukuran olahraga, serta ahli dalam bidang metodologi penelitian. Alat tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar mengacu pada alat-alat tes yang sudah ada dan pernah digunakan oleh peneliti lain. Adapun alat-alat yang digunakan adalah tinggi ring basket 2,5 meter yang dibuat berdasarkan tinggi ratarata anak, bola ukuran 5, dan tinggi target passing ke tanah 40 cm dengan jarak testi 1,5 m. Berdasarkan deskripsi data dan hasil data maka diperoleh suatu pembahasan sebagai berikut. Hasil data yang diolah oleh peneliti pada akhirnya menghasilkan suatu konstruksi tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar. Dalam konstruksi tes, peneliti mengacu pada model-model tes yang sudah ada dan pernah digunakan oleh peneliti lain. Tetapi, untuk tes keterampilan bolabasket siswa sekolah dasar belum ditemukan norma nilai, sehingga peneliti membuat norma nilai tes sendiri dengan cara mengklasifikasikan data yang sudah ada agar dapat dijadikan pedoman. Klasifikasi putra dan putri masingmasing dibuat terpisah. Pemisahan norma tes dikarenakan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain: 1) kemampuan fisik putra dan putri berbeda; 2) karakteristik putra dan putri berbeda; 3) gerak anak putri

Apta Mylsidayu, Konstruksi Tes Keterampilan Bolabasket

lebih terbatas dibandingkan putra. Setelah hasil data diperoleh dan diolah, tidak ada per-bedaan antara norma tes keterampilan untuk siswa putra maupun putri karena siswa kelas V dan VI sekolah dasar rata-rata berumur 10-12 tahun, di mana pada umur tersebut per-tumbuhan fisiologis anak masih relatif sama, tes yang dibuat tidak membutuhkan power sehingga kemampuan fisik antara putra dan putri tidak mempunyai peranan yang besar dalam tes karena tes ini hanyalah tes keterampilan bukan tes fisik. Model tes dan norma tes yang dihasilkan berfungsi untuk mempermudah penilaian keterampilan siswa sekolah dasar. Tetapi ada beberapa kelemahan dalam penelitian ini antara lain penelitian ini hanya menggunakan beberapa komponen keterampilan saja sehingga belum menggambarkan suatu penelitian yang lengkap dalam permainan bola-basket, tetapi sudah dapat menjadi syarat minimal dalam bermain bolabasket karena disesuaikan dengan kebutuhan keterampilan bermain bolabasket dengan mengambil teknik dominan yang digunakan saat bermain yaitu shoot, passing, dan dribble. Tes keterampilan hanya menggunakan tiga teknik tersebut karena memiliki sumbangan yang lebih besar dibandingkan dengan dua teknik lainnya (pivot dan footwork). Berdasarkan hasil penelitian, tes passing memiliki tingkat kesulitan yang paling rendah karena anak hanya melakukan gerakan satu arah dan teknik yang digunakan tidak membutuhkan koordinasi yang kompleks, anak hanya memantul-mantulkan bola ke dinding dengan posisi diam. Tes dribble memiliki tingkat kesulitan sedang karena membutuhkan koordinasi tangan-mata-kaki saat melakukan dribble memasukkan bola ke dalam lingkaran sambil berlari, anak harus menyeimbangkan antara kecepatan dan koordinasi, dan tenaga yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Selanjutnya, tes shoot memiliki tingkat kesulitan paling tinggi karena anak membutuhkan koordinasi antara tanganmata-kaki dan ball feeling yang baik untuk memasukkan bola ke dalam ring basket, serta anak harus dapat mengatur tenaga saat melakukan tembakan karena ring basket tanpa dilengkapi papan pantul. Adapun keunggulan produk ini adalah untuk mempermudah para guru sekolah dasar dalam pemberian nilai keterampilan

44

bolabasket pada umumnya, dan untuk mempermudah dalam penelusuran/pemilihan calon bibit atlet pada khususnya. Selain itu, dari segi pembuatan alat tidak terlalu sulit dan alat bolabasket yang dibuat juga dapat digunakan oleh anak-anak kelas I-IV Sekolah Dasar (10 tahun ke bawah). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab pembahasan, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa telah disusun suatu konstruksi keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar dengan hasil valid dan reliabel pada kontruksi tes yang telah disusun sehingga konstruksi tes tersebut dapat digunakan sebagai alat tes. Tes layak di gunakan di Indonesia karena telah memenuhi syarat valid, reliabel, dan objektif. Kontruksi tes terdiri atas 3 bentuk tes keterampilan dan didukung oleh pengukuran tinggi badan, dan berat badan. Adapun konstruksi tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar antara lain: 1) tes shoot; 2) tes passing; 3) tes dribble (1 dan 2). Data dinyatakan homogen karena variansi pada tiap kelompok data memiliki signifikasi > 0,05. Desiminasi penelitian adalah membuat norma nilai yang berbentuk klasifikasi dan norma tes yang digunakan sebagai tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar. Tidak ada perbedaan antara norma tes keterampilan untuk siswa putra maupun putri sekolah dasar karena pertumbuhan fisiologis antara siswa putra dan putri masih relatif sama dan kekuatan yang dibutuhkan dalam tes keterampilan ini tidak memerlukan power yang besar sebab tinggi ring basket dan ukuran bola sudah dimodifikasi sesuai anatomi anak. Adapun norma yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 16.

45

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 32 - 46

Tabel 16. Norma Skala Besar Tes Keterampilan Bolabasket Untuk Siswa Putra dan Putri Sekolah Dasar No 1. 2. 3. 4. 5. 1.

Jumlah nilai > 18 15 – 17 12 – 14 9 – 11 7–8 > 18

Klasifikasi Sangat Baik (SB) Baik (B) Sedang (S) Kurang (K) Sangat Kurang (SK) Sangat Baik (SB)

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, N. 2007. Permainan Bolabasket. Solo: Era Intermedia. Aryanto, B. 1995. Adaptasi Tes Keterampilan Bolabasket AAHPERD 1984 Bagi Pemain Kelas 1 SMTP Putra di Kotamadya Yogyakarta. (Skripsi). Yogyakarta: FIK UNY. Azwar, S. 2008. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Bompa, T.O. 1994. Theory and Methodologi of Training (terjemahan). Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Borg, W.R. & Gall, M.D. 1983. Educational Research: An Introduction. Fourth edition. New York: Longman. Brockman, R. et al. 2011. What Is The Meaning And Nature Of Active Play for Today’s Children In The UK? International journal of behavioral nutrition and phyical activity. Diambil pada tanggal 17 Maret 2011, dari http://www.ijbnpa.org/ content/8/1/15. Clark, W. 2008. Kid’s Sport. Canadian Social Trends, Article No.11-008-X, diambil pada tanggal 10 Maret 2011, dari www.ststcan.gc.ca/pub/11-008x/2008001/article/10573-eng.pdf. Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004; Standar Kompetensi Matapelajaran Pendidikan Jasmani SD dan MI. Jakarta: Balitbang Depdiknas. Faruq, M.M. 2009. Meningkatkan Kebugaran Jasmani Melalui Permainan Dan Olahraga Bolabasket. Jakarta: Grasindo.

FIBA Oceania. 2010. Mini-basketball Coach-ing Manual. Australia: FIBA Oceania. FIBA. 2008. Official basketball rules 2008. Beijing: FIBA Central Board. Gufron, A. dkk. 2007. Panduan penelitian dan pengembangan; bidang pendidikan dan pembelajaran. Yogyakarta: Lemlit UNY. Hoy, L. & Carter, C.A. 1980. Tackle Bas-ketball. London: Stanley Paul & Co.Ltd. Ismaryati. 2006. Tes Pengukuran Olahraga. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Jago, R. et al. 2010. Physical Activity and Sedentary Behaviour Typologies of 1011 Year Olds. International journal of behavioral nutrition and physical activity. Diambil pada tanggal 17 Maret 2011, dari http://www.ijbnpa.org/content/7/1/59. Jeremiah, M. 1943. Coaching Basket-ball: Ten Winning Concepts. USA: John Wiley & Sons, Inc. Kosasih, D. 2008. Fundamental basket-ball: first step to win. Semarang: CV. Elwas Offset. Kosasih, E. 1985. Olahraga (teknik dan program latihan). Jakarta: Akademika Pressindo. Lily Djokosetio S. 2007. Perkembangan Otak dan Kesulitan Belajar pada Anak. Jakarta: UI-Press. Lumintuarso, R. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Festival Olahraga Anak. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga dan Depdiknas. Lwin, May, Adam Khoo, Kenneth Lyen, Caroline Sim. (2008). How to multiplay your child’s intelligence: a practical guide for parents of seven years olds and below. (Christine Sujana. Terjemahan). Indonesia: PT Macanan Jaya Cemerlang. Buku asli diterbitkan tahun 2003. Mackenzie, B. 2005. 101 Performance Evaluation Tests. London: Electric Word plc. Mehrens, W.A. & Lehmann, I.J. 1973. Measurement and Evaluation in Education and Psychology. USA: Holt, Rinehart and Wiston, Inc. Miller, D.K. 2002. Measurement by the Physical Educator. USA: McGraw-Hill Companies.

Apta Mylsidayu, Konstruksi Tes Keterampilan Bolabasket

Muktiani, N.R. 2008. Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan SMA. (Tesis). Yogyakarta: PPs UNY. Mylsidayu, A. 2009. Efektivitas Implementasi Teknik Pivot Dalam Pertandingan Bolabasket Putri LIBAMA Nasional 2008. (Skripsi). Yogyakarta: FIK UNY. Nitko, A.J. 1983. Educational tests and measurement an introduction. USA: Harcourt Brace Jovanovich, Inc. Nurrochmah, S. 2009. Standart test skills development for athletes basketball beginners, International conference on sport, hal. 277-283. Rachman, H.A. 2007. Pengembangan Alat Evaluasi Keterampilan Bermain Softball Berbasis Authentic Assessment. Majalah Ilmiah Olahraga, volume 13, Nomor 3, hal. 275-296. Rumini, S., & Sundari, S. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta. Samples, Bob. 2002. Revolusi belajar untuk anak: Panduan belajar sambil bermain untuk anak membuka pikiran anak-anak anda. (Terjemahan Rahmani Astuti). TT. (Buku Asli diterbitkan TT). Santrock, J.W. 2002. Life-span Develop-ment. New York: The McGraw-Hill Companies. Sleap, M. 1984. Mini sport (Second ed.). England: Heinemann Educational Books. Sports Coach UK. 2003. How to coach children in sport. UK: Sports Coach UK. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sukamti, E.R.. 2004. Diktat Perkem-bangan Motorik. Yogyakarta: PKO FIK UNY. Sulistiono, A.A. 2003. Penyusunan Tes Keterampilan Bermain Bolabasket Usia Yunior. (Tesis). Yogyakarta: PPs UNY. Sumiyarsono, D. 2002. Keterampilan Bolabasket. Yogyakarta: FIK UNY. Syafei, S. 2002. Bagaimana Anda Men-didik Anak. Jakarta: Ghalia Indonesia. Zainul, A. & Nasution, N. 2005. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: PAU-PPAI-UT.

46

Sukadiyanto. 2005. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: PKO FIK UNY. Sukintaka. 1997. Teori bermain. Yogyakarta: FPOK-IKIP. Sukintaka, Rijadi, T., dan Suprijo, B. 1979. Permainan dan Metodik; Buku II. Jakarta: Tarate Bandung. Supriyadi. 2009. Development of social skills based mini basketball game model to improve social skills motor and physical fitness in elementary schools age, International conference on sport, hal. 112-120. Suyanto. 2000. Keluarga, kunci sukses anak dalam pentingnya komunikasi Kultural Anak Indonesia (12-13). Yogyakarta: PT Kompas Media Nusantara. UNICEF. 2010. Protecting Children From Violence In Sport. Italy: ABC Tipografia srl. Weinberg, R.S. & Gould, D. 2003. Foundation of Sport and Exercise Psychology. USA: Human Kinetics. Wissel, H. 1996. Basketball Steps to Succes (Bagus Pribadi. Terjemahan). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Buku asli diterbitkan Tahun 1994. Yudanto. 2005. Pengembangan gerak dasar lari dan lompat melalui pendekatan bermain di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, Nomor 1, hal. 70. Zaifbio. 2009. Ranah penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik (online). Diambil pada tanggal 8 Juni 2010, dari http:// zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah -penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/. .

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MENGAJAR BOLA LUNAK TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA KELAS I SMP Agus Harsoyo,

Sapta Kunta Purnama,

SMA Negeri 2 Sukoharjo Email: [email protected] Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta Email: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh penggunaan media mengajar bola lunak dengan bola standar terhadap hasil belajar keterampilan passing bolavoli pada siswa putra kelas I Sekolah Menengah Pertama (SMP). Penelitian ini mengunakan metode eksperimen dengan rancangan “matched by subject design’’. Teknik sampling yang digunakan adalah proporsional random sampling, dimana proporsi sampel penelitian adalah 20% dari jumlah populasi tiap-tiap kelas. Teknik pengumpulan data dengan tes passing atas dan tes passing bawah bolavoli.Teknik analisis menggunakan uji “t” dengan taraf signifikansi 5%. Penelitian menyimpulkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan pengaruh penggunaan media mengajar bola lunak dengan bola standar terhadap hasil belajar keterampilan passing bolavoli. Hasil uji perbedaan antara kedua kelompok tersebut diperoleh t hitung sebesar 5,209 > t tabel =1,76; 2) Penggunaan bola lunak lebih baik dibanding dengan bola standar terhadap hasil belajar keterampilan passing bolavoli. Persentase peningkatan pada kelompok menggunakan bola lunak memiliki peningkatan sebesar 27,76%, sedangkan dengan bola standar peningkatan sebesar 16,87%. Kata kunci: media mengajar, bola lunak, passing, bolavoli.

Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar, kemampuan ini membekali guru dalam melaksanakan proses tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai proses, belajar dan mengajar memerlukan perencanaan yang seksama, yaitu “mengkoordinasikan unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar mengajar, metode dan alat bantu mengajar serta penilaian/evaluasi” (Sudjana, 1991:1). Pada tahap berikutnya adalah melaksanakan rencana tersebut dalam bentuk tindakan atau praktik mengajar. Untuk melaksanakan rencana kegiatan belajar mengajar harus memilih metode yang baik dan tepat. Metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Bolavoli merupakan salah satu cabang olahraga yang berkembang baik di Indonesia,

juga termasuk cabang olahraga yang populer dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Untuk mencapai prestasi bolavoli perlu adanya latihan yang dilakukan sejak usia dini. Menurut Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia (PBVSI, 1995:25) “pretasi prima akan tercapai apabila pemain sejak usia dini dibina secara ilmiah, kontinyu, bertahap, meningkat dan berkesinambungan se-lama kurang lebih 10 tahun. Pembinaan sebaiknya dilaksanakan terutama di perkumpulanperkumpulan dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sasaran yang ditekankan oleh PBVSI pada pembinaan di Sekolah Menengah adalah: 1) pembinaan fisik umum dan fisik khusus; 2) teknik dasar benar; 3) pembinaan mental terutama disiplin, sportivetas, dan minat atau perhatian terhadap bolavoli. Penguasaan teknik dasar yang benar merupakan salah satu sasaran pembinaan pada tahap anak Sekolah Menengah. Menurut PBVSI (1995:66-77) “teknik-teknik dasar permainan bolavoli meliputi: 1) servis; 2) passing bawah; 3) passing atas; 4) umpan;

47

48

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 47 - 55

5) semes; dan 6) bendungan (blok).” Dari keenam teknik dasar tersebut teknik passing yang terdiri dari passing atas dan passing bawah merupakan keterampilan yang dasar dan penting dalam permainan bolavoli (PBVSI, 1995:75). Passing merupakan keterampilan minimal agar permainan bolavoli dapat dilakukan, selain itu teknik ini merupakan dasar bagi pelaksanaan suatu serangan. Serangan dalam permainan bolavoli selalu diawali dengan passing. Kualitas serangan tergantung pada penguasaan para pemain. Passing merupakan gerakan yang sederhana namun sulit untuk dipelajari, lebih-lebih untuk siswa yang baru mulai latihan, karenanya perlu ditelusuri faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar passing. Usaha untuk menguasai suatu ketrampilan motorik, pada umumnya harus mempelajari dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan ketrampilan tersebut. Lutan (1988) menjelaskan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar motorik adalah: 1) kondisi internal; dan 2) kondisi eksternal. Kondisi internal mencakup faktorfaktor yang terdapat pada individu, atau atribut lain yang membedakan seseorang dengan lainya. Kondisi eksternal mencakup faktor-faktor yang terdapat di luar individu yang memberikan pengaruh terhadap penampilan gerak. Salah satu faktor kondisi eksternal ini adalah peralatan. Kondisi eksternal seperti peralatan memberikan pengaruh yang dominan terhadap proses belajar (Lutan, 1988). Peralatan yang dibutuhkan dalam permainan bolavoli adalah bola dan jaring (net). Beberapa alasan kegagalan pelaksanaan dalam proses belajar antara lain: 1) perasaan takut mengalami sakit atau cidera; 2) defisiensi dalam kondisi atau kesiapan seperti kekuatan belum cukup. Perasaan takut mengalami sakit atau cedera merupakan penghambat dalam proses penguasan teknik, oleh sebab itu menurut Lutan (1988) perlu upaya pemecahan sebagai berikut: 1) mengubah atau mebola lunak peralatan yang dipakai; 2) melakukan latihan dalam kondisi yang lebih mudah. Untuk mengajarkan bolavoli di SMP misalnya, jaring dapat diturunkan dari ukuran standar, bola dapat dibola lunak (diturunkan) beratnya dari ukuran standar dan agak lebih besar ukurannya sehingga para siswa dapat

menguasai teknik dasar bolavoli dengan mudah. Dengan mempergunakan tinggi jaring yang lebih rendah dan berat bola yang lebih ringan, kemungkinan besar permainan lebih menarik karena siswa lebih berhasil melakukan teknik-teknik dasar permaian bolavoli. Pembinaan bolavoli di SMP seperti diharapkan PBVSI akan lebih efektif bila dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Mengandalkan intrakurikuler saja sangat sulit untuk memperoleh penguasaan keterampilan mengingat jam pelajaran yang terbatas. SMP Negeri 2 Kartasura telah mendukung program pembinaan PBVSI dengan menggalakkan kegiatan ekstrakurikuler bolavoli. Pemilihan cabang ini oleh guru pendidikan jasmani sekolah tersebut didasarkan pada beberapa alasan: 1) bolavoli merupakan olahraga yang populer di masyarakat dan mengundang minat banyak siswa; 2) kelengkapannya murah hanya membutuhkan fasilitas dan sarana yang sederhana, 3) untuk nama baik sekolah dimana cabang bolavoli merupakan cabang olahraga prioritas dalam peraihan medali pada Pekan Olahraga dan Seni dan Pekan Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia yang diselenggarakan setiap tahun. Jenis Permainan Bolavoli Jenis permainan bolavoli yang sekarang dikembangkan di Indonesia, menurut Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia (2009:2) adalah: 1) Bolavoli internasional, yang disebut juga bolavoli gedung/indoor, 2) Bolavoli sistem Timur Jauh (nine man system); 3) Bolavoli mini; 4) Bolavoli pantai, yang disebut juga bolavoli pasir (beach volleyball/sand volleyball); 5) Bolavoli lunak (soft volleyball) Bola lunak Sarana Belajar Mengajar Olahraga Bola lunak sarana belajar mengajar olahraga adalah usaha atau cara yang dilakukan dalam rangka aktivitas pengajaran guna mencapai tujuan pengajaran olahraga. Suatu pengajaraan dapat dikatakan efektif apabila proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pengajaran dan tujuan pendidikan. Pengajaran yang efektif membutuhkan terjadinya instruksi yang harmonis semua faktor yang terlibat dalam kegiatan belajar baik secara langsung maupun tidak

Agus Harsoyo & Sapta Kunta P., Pengaruh Penggunaan Media Mengajar Bola Lunak

langsung. Untuk itu guru harus memilih metode mengajar yang tepat dan dapat memberikan peluang untuk terjadinya proses belajar mengajar secara efektif dalam kegiatan instruksional. Metode mengajar yang tepat ditentukan berdasarkan suatu analisis terhadap hal-hal tertentu.jadi kegiatan pengajaran dengan sendirinya harus memperhatikan faktor-faktor internal yang merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan metode mengajar. Untuk menyajikan seperangkat kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk tercapainya tujuan yang diinginkan, salah satunya adalah mebola lunak sarana mengajar yang mengacu kepada penemuan yang terarah dan pemecahan masalah. Dalam penelitian ini dilaksanakan bola lunak sarana belajar mengajar passing bolavoli, yaitu usaha atau cara yang dilakukan dalam rangka aktivitas pengajaran guna mencapai tujuan pengajaran passing bolavoli. Media Bola Lunak Dengan menggunakan bola lunak pada prinsipnya siswa merasa lebih nyaman dan mudah untuk melakukan passing bawah maupun passing atas. Dengan demikian diharapkan teknik dasar yang paling penting dalam bolavoli yaitu passing lebih mudah dikuasai siswa SMP. Untuk memenuhi harapan tersebut bola dibuat sedemikian rupa, antara lain: bola lebih ringan sehingga tidak menimbulkan rasa sakit saat di-passing, bola ukuran lebih besar sehingga pantulan yang dihasilkan mudah diarahkan, harga bola lebih murah daripada bola standar sehingga dapat memenuhi rasio kebutuhan bola dengan jumlah siswa. Belajar Keterampilan Passing Bolavoli Belajar adalah suatu perubahan penampilan atau perilaku potensial yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan dan pengalaman masa lalu terhadap situasi tugas tertentu (Singer, 1980). Sedangkan belajar motorik adalah proses perubahan atau bola lunak individu sebagai hasil timbal balik antara latihan kondisi lingkungan (Drowatzky, 1975). Hampir sama dengan itu Schmidt (1988) menjelaskan bahwa belajar motorik adalah suatu proses perubahan merespon yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman. Yang dimaksud dengan keterampilan menurut Singer (1980)

49

adalah gerak otot atau gerakan tubuh untuk mensukseskan pelaksanaan aktivitas yang diinginkan. Dal Monte seperti yang dikutip Subroto (1975:3) mendefinisikan ketrampilan sebagai kemampuan melakukan gerak secara tepat, cepat dan harmonis yang tak mungkin untuk disederhanakan lagi seperti pada gerakan yang bertujuan praktis karena meliputi kegiatan yang sangat berbedabeda. Proses dan hasil belajar keterampilan gerak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses belajar ketrampilan gerak dijelaskan oleh Singer (1980) sebagai berikut: 1) faktor proses belajar; 2) faktor personal meliputi persepsi, ketajaman berfikir, ukuran fisik, latar belakang pengalaman, emosi, kapabilitas, motivasi, sikap jenis kelamin, usia; dan 3) faktor situasi meliputi situasi alami dan situasi sosial. Belajar keterampilan gerak olahraga tidak terlepas dari proses pengajaran gerak atau keterampilan motorik. Di dalam pendidikan jasmani dan olahraga gerak manusia dimanipulasi dalam belajar gerak. Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1991:232) dikemukakan bahwa “belajar gerak merupakan salah satu bentuk belajar yang mempunyai penekanan pada sesuatu yang spesifik, yaitu untuk tujuan peningkatan kualitas gerak tubuh.” Menurut Singer (1980:9) “belajar gerak adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dalam penampilan atau potensi tingkah laku yang merupakan hasil balajar atau pengalaman dalam situasi ke arah yang lebih baik.” Salah satu teori yang termasuk ke dalam kelompok teori asosiasi stimulus respon dan paling populer dalam belajar gerak adalah “teori Koneksionisme Thorndike”. Asumsi dasar Thorndike adalah asosiasi antara kesan yang diperoleh alat indera dan impuls untuk berbuat (respon). Asosiasi kedua elemen tersebut dikenal sebagai “koneksi”. Thorndike dalam Oxendine (1984) memandang bahwa penguasaan ketrampilan memerlukan pertautan antara stimulus dan respon yang serasi. Beberapa hukum yang berpengaruh dalam belajar telah dirumuskan oleh Thorndike, yaitu ; “1) law of readiness; 2) law of exercise; 3) law of effect” (Oxendine, 1984). Law of readiness atau hukum kesiapan menyatakan bahwa belajar akan berlangsung paling efektif bila siswa yang bersangkutan telah siap untuk menyesusaikan diri dengan

50

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 47 - 55

stimulus dan telah siap untuk memberikan respon. Hukum tersebut dapat diartikan bahwa individu akan belajar dengan cepat dan efektif apabila ia telah siaga atau siap, yakni telah matang dan telah ada kebutuhan untuk itu. Belajar akan lancar jika materi yang disajikan cocok dengan kebutuhan individu. Sebaliknya individu akan terganggu dan tidak tertarik bila belum siap. Semakin individu matang mendekati kesiagaan semakin memuaskan pula aktivitas yang dilakukan. Law exercise atau hukum latihan menyatakan bahwa mengulang-ulang respon tertentu sampai beberapa kali akan memperkuat koneksi antara stimulus dan respons. Pertautan yang erat ini akan dikembangkan dan diperkuat melalui pengulangan yang memadai jumlahnya. Koneksi akan menjadi lemah bila latihan tidak diteruskan. Karena itu istilah penguatan disini berarti respon tertentu akan diberikan jika, situasi yang sama akan terjadi kembali. Inti dari hukum latihan adalah penguatan-penguatan yang dilakukan melalui latihan akan membuat belajar semakin dikuasai. Semakin banyak frekuensi pengulangan semakin mendekati penguasaan gerak. Menurut Ateng (1992:42), tentang hukum latihan menyatakan bahwa latihan akan memperbaiki koordinasi, irama gerak, mengurangi pemakaian energi, lebih terampil dan membuat kinerja lebih baik. Sebagai akibat latihan, jalur antara situasi dan tindakan akan lebih baik dan lebih permanen. Ditambah bahwa, belajar akan berhasil dengan berbuat, berlatih. Namun latihan tersebut harus bermakna dan mempunyai konsep yang jelas tentang apa yang harus dilakukan, agar penguasaan keterampilan dapat dicapai. Kunci utama untuk penguasaan keterampilan terletak pada kegiatan yang terus menerus dengan penuh ketekunan. Untuk itu beberapa faktor kendala bagi siswa harus diantisipasi seperti kebosanan, rasa sakit, cedera, dan lain-lain, agar kemauan siswa untuk terus berjuang melaksanakan tugas tidak terhalangi. Implikasi dari hukum latihan ini adalah “pelaksanan driil atau latihan berulang-ulang akan menjamin tercapainya tujuan proses belajar” (Lutan, 1988). Law of effect atau hukum pengaruh menyatakan bahwa penguatan atau melemahnya suatu koneksi merupakan hasil kon-

sekuensi. Koneksi antara stimulus respon akan diperkuat jika dialami penguatan yang menyenangkan. Jika suatu respon diikuti oleh pengalaman yang tidak menyenangkan, koneksi antara stimulus-respon menjadi lemah. Implikasi dari hukum pengaruh ini menurut Lutan (1988) antara lain: guru menyiapkan rangkaian urutan materi yang tepat agar pelaksanaan latihan dapat dilakukan siswa dengan puas. Sependapat dengan Lutan, Ateng (1992) menambahkan bahwa setiap usaha dalam belajar pendidikan jasmani harus dibuat agar setiap orang merasa berhasil dan mengalami kesenangan dan kepuasan. Agar kepuasan siswa tercapai urutan materi hendaknya disajikan secara sistematis, dimulai dari tugas yan mudah hingga tugas yang sulit, atau mulai tugas yang sederhana hingga tugas yang kompleks (lutan, 1988). Salah satu prinsip belajar mengajar motorik yang berkaitan dengan penguatan koneksi antara stimulus respon adalah “umpan balik”. Tujuan kegiatan belajar pada dasarnya adalah perubahan perilaku pada diri siswa. Perubahan perilaku itu disebabkan karena siswa aktif dan memberikan respon terhadap seperangkat tugas sebagai stimulus. Salah satu yang mempengaruhi perubahan tingkah laku adalah karena adanya umpan balik. Menurut Oxendine (1984), umpan balik adalah pengetahuan yang diterima tentang sesuatu perbuatan atau respons. Sedang Bourne (1966) mendefinisikan umpan balik sebagai sebuah sinyal yang terjadi setelah atau pada saat respon berlangsung. Sinyal yang terjadi setelah atau pada saat respon berlangsung. Sinyal tersebut menyampaikan tanda-tanda tentang benar salahnya, tepat tidaknya, cukup tidaknya respon tersebut. Diantara bentuk-bentuk umpan balik, dua diantaranya perlu mendapat perhatian dalam belajar motorik yaitu: 1) Knowlegde of Result (KR) atau pengetahuan tentang hasil; dan 2) Knowlegde of Performance (KP) atau pe-ngetahuan penampilan (Schmidt,1992). . Pengetahuan tentang hasil (KR) ialah informasi yang berkenaan dengan hasil dari suatu gerakan dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai. Umpan balik tentang hasil sering dianggap sebagai komponen hadiah atau faktor penguat (reinforcer). Faktor

Agus Harsoyo & Sapta Kunta P., Pengaruh Penggunaan Media Mengajar Bola Lunak

penguat (reinforcer) merupakan komponen yang penting dalam memahami perilaku seseorang. Thoha (l990) menjelaskan beberapa konsep penguatan pada perilaku manusia. Beberapa konsep yang layak diaprisiasikan ke dalam teori belajar gerak antara lain: 1) penguatan positif; 2) penguatan negatif; 3) extcintion atau pemadaman. Penguatan positif adalah suatu hasil dari respon yang menyenangkan dan dapat menguatkan asosiasi antara respon dan stimulus. Karena adanya hubungan yang kuat antara respon dan stimulus ini, penguat positif akan terjadi dan berlangsung lain kelak dikemudian hari atau ingin diulangi kembali. Pengalaman yang menyenangkan tersebut dinamakan penguatan positif. Sebagai contoh dalam bola bolavoli, siswa yang berhasil melakukan passing tepat ke arah sasaran akan merasa puas. ini merupakan pengetahuan tentang hasil dan dianggap sebagai penguat positif. Penguatan negatif adalah suatu hasil yang dapat merubah kekuatan-kekuatan perhubungan antara respon dan stimulus yang menghasilkannya. Jika atas stimulus tertentu seseorang mengalami respon yang kurang manyenangkan maka kelak pengalaman tersebut tidak akan dilanjutkan. Pengalaman yang tidak menyenangkan itu dinamakan penguatan negatif. Contoh: siswa yang kekuatannya masih lemah, kesulitan memainkan bola yang dirasakannya terlalu berat sehingga susah dikontrol, hasilnya seringkali gagal dan menyebabkan rasa tidak puas pada diri siswa. ini merupakan pengetahuan tentang hasil yang diangggap sebagai negatif. Exctintion atau pemadaman adalah suatu gejala melemahnya hubungan antara stimulus dan respon. Gejala ini timbul karena respon tidak mendorong. Suatu respon pada mulanya ada kelangsungan, akan tetapi tidak menghasilkan sesuatu hasil yang tidak bermanfaat, respon tersebut akan mulai memudar, frekuensinya berkurang dan tidak efektif. Respon yang tidak mendorong dan berhenti untuk keseluruhannya, akan mudah dilupakan oleh seseorang dari ingatan tingkah lakunya. Dengan demikian maka padamlah hubungan antara stimulus respon. Dari contoh diatas kegagalan-kegagalan teknik passing yang dilakukan siswa pada akhirnya akan membuat respon siswa menjadi tidak mendorong, stimulus-respon yang

51

ada lama-lama menjadi pudar akhirnya padam. Pengetahuan tentang penampilan (KR) ialah informasi yang berkenaan dengan pola gerak yang telah dilakukan seseorang. Tujuan dari umpan balik ini terutama untuk memperbaiki kesalahan pola gerak untuk mencapai hasil yang lebih baik. Pemberitahuan mengenai kesalahan akan pola gerak sering dilakukan oleh guru, sebab siswa tidak akan menyadari penampilannya sendiri. Efektif pengajaran di samping membutuhkan teori tentang belajar gerak juga harus dilandasi oleh prinsip-prinsip belajar motorik. Salah satu prinsip belajar motorik yang perlu dikaji sehubungan dengan penelitian ini adalah “pemrosesan informasi dan sistem memori”. Prinsip ini memberikan dukungan terhadap pemahaman proses penguasaan keterampilan. Penguasaan informasi yang diterima seseorang akan mempengaruhi proses penguasaan keterampilan. Memori sebagai tempat pemyimpanan infomasi memiliki kerangka yang disebut sebagai “kerangka memori”. Kerangka memori bisa dianalogkan sebagai kotak penyimpanan memori. Ada tiga kotak pemyimpanan memori, yakni: 1) Short Term Sensory Store (STSS); 2) Short Term Memory (STM); 3) Long Term Memori (LTM), (Schmidt, 1992). Proses penyimpanan informasi ke dalam kotak-kotak memori digambarkan Schmidt seperti Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan Antara Memori dan Proses yang Terdapat di Dalamnya Sumber : Schmidt, R.A. (1992: 42)

Berbagai stimulus (misalnya penglihatan, pendengaran, dan sebagainya) diterima oleh komparteman STSS. Dalam waktu singkat (kurang dari satu detik) kemudian akan lenyap karena penambahan informasi baru. Hanya yang relevan dengan suatu situasi yang akan diproses ke dalam tahap berikutnya, memori jangka pendek (STM).

52

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 47 - 55

Informasi di STM yang berasal dari STSS ini akan tersimpan dan bertahan 1 sampai 60 detik. Informasi yang tersimpan di STM disamping berasal dari STSS juga berasal dari memori jangka panjang (LTM). Kompartemen STM inilah yang dijadikan sebagai ruang kerja untuk menghasilkan output gerak. Melalui latihan berulang-ulang, informasi dari STM akan dipindahkan ke LTM dimana infomasi ini akan tersimpan secara permanen. Perhatikan gambar, diantara kompertemen STM dan LTM ada istilah “rehearsal” artinya proses yang menghasilkan intensitas untuk mentransfer informasi dari STM ke LTM. Kaitan antara penyimpan informasi di LTM dengan perwujudan output gerak dapat dijelaskan melalui konsep “retrieval” yaitu proses yang mencangkup pencarian informasi melalui LTM guna dipakai untuk melaksanakan tugas yang sedang dihadapi. Rehearsal merupakan proses pemindahan informasi dari STM ke LTM sedangkan retrieval merupakan proses pemanggilan informasi dari STM ke LTM. STM merupakan ruang kerja untuk bergerak, yang informasinya berasal dari STSS dan LTM. Dalam keterampilan gerak output gerak yang dihasilkan di STM, informasinya diharapkan berasal dari LTM. Dengan demikian jelaslah bahwa, dalam kaitannya dengan prinsip kerangka memori tujuan akhir dari proses belajar keterampilan motorik adalah pengembangan memori jangka panjang (LTM). Prinsip-prinsip dan teori tentang belajar motorik seperti telah diuraikan di atas merupakan kerangka landasan untuk memahami proses belajar keterampilan khususnya keterampilan passing bolavoli. Berkaitan dengan pengajaran teknik dasar passing bolavoli, Lutan (1988) menjelaskan bahwa, alasan pokok kegagalan pelaksanaan teknik yang baik antara lain: 1) perasaan takut mengalami sakit atau cedera; dan 2) defisiensi dalam kondisi atau kesiapan siswa, seperti kekuatan belum cukup. Untuk mengatasi hal itu Lutan menganjurkan untuk: 1) mengubah kondisi ekternal seperti peralatan yang dipakai dan lapangan yang dipergunakan; dan 2) melakukan latihan dalam kondisi yang lebih mudah.

Selanjutnya Lutan (1988) memberikan contoh. Untuk mengajarkan bolavoli di SD atau SMP, jaring dapat diturunkan dari ukuran standar, berat bola lebih ringan dari berat standar, serta panjang/lebar lapangan lebih sempit dari ukuran standar. Dengan demikian siswa atau pemula dapat menguasai teknik dengan baik dan kemungkinan besar permainan lebih menarik karena para siswa akan lebih berhasil melakukan teknikteknik dasar permainan bolavoli, dengan bola lunak sarana bolavoli, kiranya merupakan salah satu alternatif yang tepat sebagai perwujudan konsep tersebut. Bola lunak sarana permainan bolavoli merupakan jembatan untuk menuju bolavoli yang sesungguhnya. Mengajarkan model bolavoli yang sederhana terlebih dahulu sebelum mengajarkan bolavoli yang sebenarnya merupakan tindakan yang tepat apabila kemampuan dan karakteristik siswa belum memadai. Teknik passing, yaitu passing bawah dan passing atas merupakan teknik dasar yang paling penting dalam bolavoli (PBVSI, 1995). Oleh sebab itu, dalam belajar keterampilan bolavoli, yang pertama kali harus dikuasai oleh pemula adalah teknik passing bawah dan teknik passing atas. METODE Metode penelitian adalah dengan metode eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan “matched by subject design” (Sugiyanto, 1994:28 ).

Gambar 2. Rancangan Eksperimen Keterangan: Treatment A : Menggunakan bola standart. Treatment B : Menggunakan bola lunak.

Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 200 siswa. Sampel sebanyak 30 siswa, adapun teknik sampling dengan proporsional random sampling, yaitu mengambil 20% dari jumlah tiap kelas.

Agus Harsoyo & Sapta Kunta P., Pengaruh Penggunaan Media Mengajar Bola Lunak

HASIL Rangkuman hasil analisis secara keseluruhan disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Kelompok Bola Lunak Standart

Deskripsi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Passing Bolavoli . Tes Awal Akhir Awal Akhir

N 15 15 15 15

X 245 313 243 284

X 16.3333 20.8667 16.2 18.9333

53

dangkan kelompok standar memiliki peningkatan nilai passing bolavoli sebasar 16.87%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok bola lunak memiliki persentase peningkatan nilai passing bolavoli yang lebih besar dari pada kelompok bola standar.

SD 2.6247 3.0521 2.5612 2.5682

PEMBAHASAN

Perbedaan Pengaruh Hasil Belajar Passing Bolavoli dengan Media Bola Lunak Uji Perbedaan Antara Kelompok Bola Pada umumya siswa SMP kelas 1 masih Lunak dan Bola Standar memiliki kekuatan otot lengan yang belum Hasil uji perbedaan antara kedua kememadai untuk memainkan bola standart. lompok disajikan pada Tabel 2. Dengan menggunakan bola yang lebih ringan memungkinkan siswa lebih berhasil memainTabel 2. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan kan bola. Siswa mampu mengendalikan bola Kelompok N M t hitung t tabel 5% agar tidak jatuh ke lantai, reli-reli passing daBola Lunak 15 20.8667 pat bertahan lebih lama sehingga frekuensi 5.209 1.76 Standart 15 18.9333 sentuhan banyak. Atas kemampuan dan keberhasilannya timbul rasa puas pada diri sisDari uji yang dilakukan dapat disimpulwa dan motivasinya. kan bahwa nilai t hitung yang diperoleh seSelain itu bola lunak bola lebih murah besar 5.209, dengan db = 14 dan taraf sigsehingga tersedia bola lebih banyak hal ini nifikansi 0.05, nilai t tabel 1.76 Ternyata nilai memungkinkan siswa untuk lebih banyak t yang diperoleh lebih besar dari t tabel. melakukan partisipasi dalam belajar, sehingDengan demikian hipotesa nol ditolak, yang ga frekuensi sentuhan setiap siswa tinggi. berarti bahwa hasil tes akhir kelompok bola Hal ini juga menimbulkan kegembiraan bagi lunak berbeda dengan hasil tes akhir kelomsiswa karena mereka dapat menikmati perpok standar. mainan bolavoli dengan mudah. Dengan bolavoli lebih lunak dan lebih besar berdamPerbedaan Persentase Peningkatan pak pada siswa dapat belajar mengerjakan Untuk mengetahui kelompok mana yang pola gerak passing yang benar. Ini sangat nemiliki persentase peningkatan yang lebih penting bagi mereka menjelang pembelbaik, diadakan perhitungan perbedaan proajaran passing bolavoli dengan ukuran sentase peningkatan tiap-tiap kelompok. bolavoli yang sebenarnya. Adapun nilai perbedaan disajikan pada Menurut hukum kesiapan (law of readiTabel 3. nees), belajar akan efektif bila siswa telah siap untuk memberikan respon, dimana resTabel 3. Rangkuman Hasil Penghitungan pon atau tugas-tugas tersebut memang suPerbedaan Peningkatan Passing Bolavoli dah pantas dan dikuasai oleh siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar ProsenMean Mean Mean tase passing bolavoli, diantaranya tingkat kekuatKelompok N DiffePeningTes Awal Tes Akhir an otot lengan dan pengalaman sebelumrent katan nya. Untuk anak-anak SMP masih memiliki kekuatan otot lengan yang belum memadai. Bola 15 16.3333 20.8667 4.5334 27.76 % Disamping itu mereka belum punya pengaLunak laman belajar bolavoli sebelumnya. Dengan Standart 15 16.2000 18.9333 2.7333 16.87 % demikian penggunaan bola standart dapat diartikan siswa masih belum siap, sehingga penugasaan keterampilan menjadi lama kaDari hasil di atas dapat diketahui bahwa rena pengajaran tidak berjalan efektif. Ketikelompok bola lunak memiliki peningkatan dak siapan siswa menyebabkan pelaksanilai passing bolavoli sebesar 27.76 %, se-

54

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 47 - 55

naan passing banyak mengalami kegagalan, ini merupakan penguat negatif sehingga siswa merasa tidak puas. Di samping itu akibat benturan dengan bola standart, kebanyakan siswa mengalami rasa sakit pada kedua lengannya. Demikian halnya dengan passing atas, kebanyakan siswa merasa takut mengalami terkilir pada ruas-ruas jari tangannya. Pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut menurut hukum pengaruh (law of effect) akan membuat siswa cenderung tidak berani mengulanginya lagi, akibatnya koneksi stimulus respon menjadi lemah. Kecenderungan siswa untuk tidak mengulangi pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut menyebabkan frekuensi pengulangan menjadi sedikit, padahal menurut hukum latihan (law of exercise) pengulanganpengulangan merupakan syarat terjadinya penguasaan keterampilan. Akibatnya sedikit frekuensi pengulangan, akan timbul axctintion atau pemadaman, yaitu gejala melemahnya hubungan antara stimulus-respon. Respon tidak mendorong dan mulai memudar, frekuensinya semakin berkurang dan tidak efektif, akhirnya akan mudah dilupakan siswa dari ingatan tingkah lakunya. Dengan demikian maka padamlah hubungan antara stimulus-respon. Akibat berikutnya dari sedikit frekuensi pengulangan adalah bahwa belajar melalui prinsip “trial and error” sulit dicapai. Menurut konsep belajar “trial and error” pada awal belajar sedikit sekali keberhasilan dicapai, lambat laun respon yang salah berkurang, koneksi yang tepat semakin disadari, akhirnya gerak menjadi efisisen. Tanpa pengulangan-pengulangan, proses mencoba dan mencoba lagi tidak terjadi sehingga untuk mencapai gerak yang efisien sulit dijangkau. Selain itu menurut konsep kerangka memori, frekuensi pengulangan berpengaruh terhadap transfer infomasi dari kotak Short Term Memory (STM) ke kotak Long Term Memory (LTM). Tujuan akhir dari proses belajar keterampilan pada hakikatnya adalah pengembangan memori jangka panjang (LTM). Agar LTM berkembang maka harus diupayakan terjadinya rehearsal, yaitu proses pemindahan informasi dari STM ke LTM. Rehearsal hanya akan terjadi melalui latihan yang berulang-ulang. Akhirnya proses pemindahan informasi dari STM ke LTM berjalan lambat.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil belajar keterampilan passing bolavoli yang diajar dengan menggunakan media bola lunak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Pengaruh penggunaan media bola lunak lebih baik dibanding dengan bola standar terhadap hasil belajar ketrampilan passing bolavoli pada siswa kelas 1 SMP Negeri 2 Sukoharjo. Dari hasil perhitungan persentase peningkatan diketahui bahwa kelompok dengan bola lunak memiliki peningkatan sebesar 27,76%, sedangkan kelompok dengan bola standar memiliki peningkatan sebesar 16,87%. Saran 1. Dari hasil penelitian dan kesimpulan penelitian ini dapat diketahui bahwa penggunaan media tertentu memiliki peningkatan hasil belajar passing. Penggunaan media Bola lunak memiliki persentase peningkatan yang lebih baik dibanding penggunaan dengan bola standar, hal ini mengisaratkan bahwa teori belajar yang menyatakan bahwa mengubah peralatan yang dipakai serta melakukan latihan dalam kondisi yang lebih mudah sesuai dengan kondisi anak didik harus dipakai dalam menentukan suatu metode pembelajaran. Disarankan bahwa penggunaan media pengajaran ini dapat dipakai sebagai dasar mengajarkan passing pada siswa sekolah menengah pertama. 2. Bagi pengajar olahraga khususnya di SMP, dalam upaya meningkatkan hasil belajar bolavoli hendaknya menggunakan media tertentu yang menguntungkan (bola lunak). 3. Dalam proses pembelajaran olahraga hendaknya harus disesuaikan dengan teoriteori belajar yang telah dibuktikan manfaatnya.

DAFTAR PUSTAKA Ateng,

A. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral

Agus Harsoyo & Sapta Kunta P., Pengaruh Penggunaan Media Mengajar Bola Lunak

Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Bourne. 1966. Practical Measurements for Evaluation in Physical Education. Meneapolis: Burgerss Publishing Company. Drowatzky, J.D. 1975. Motor Learning: Principles and Practice. Minneapolis: Burgess Publishers Company. Hadi, S. 1994. Statistika 2. Yogyakarta: ANDI OFFSET. Lutan, R. 1988. Belajar Keterampilan Motorik: Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud. Oxendine, J.B. 1984. Psychologi of Motor Learning. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. PBVSI. 1995. Panduan Pembinaan Bolavoli di Indonesia. Jakarta: Sekretariat Umum PBVSI. _____. 2005. Pelatihan Bolavoli di Indonesia. Jakarta: Sekretariat Umum PBVSI. _____.

2009. Jenis-jenis Permainan Bolavoli. Jakarta: Sekretariat Umum PBVSI.

Rahantoknam, B.E., 1988. Belajar Motorik: Teori dan Aplikasinya dalam Pendidikan Jasmani dan olahraga, Jakarta: P2LPTK,

55

Schmidt, R.A. 1988. Motor Control and Learning. Champaign, IL: Human Kinetics. Singer, R.N., 1980. Motor Learning and Huiman Performance. New York, London: Macmillan Publishing co, Inc Collier Macmillan Publishers. Subroto, 1975. Masalah-masalah Kedokteran Olahraga, Latihan Olahraga dan Coaching. Olympic Solidarity of the International Olympic Commeettee. Sudjana, N. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit SINAR BARU. Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyanto. 1994. Metodologi Penelitian. Surakarta: UNS Press. Sugiyanto & Sudjarwo. 1991. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta: Depdikbud. Surakhmad, W. 1996. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito. Thoha,

M. 1990. Kepemimpinan dan Manajemen (Suatu Pendekatan Perilaku). Bandung: Sinar Baru.

MEMPREDIKSI TINGGI BADAN MAKSIMAL ANAK M. Furqon Hidayatullah,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta Email: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Ukuran rata-rata tinggi badan anak usia 0 sampai 18 tahun putri dan 0 sampai 19 tahun putra; dan 2) Rambu-rambu dalam memprediksi tinggi badan maksimal anak putra dan putri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian perkembangan dengan teknik cross-sectional. Penelitian dilaksanakan pada pada tahun 2013, di Surakarta Jawa Tengah. Objek penelitian adalah tinggi badan anak usia 0 tahun hingga anak usia 18 tahun putri dan anak usia 0 tahun hingga anak usia 19 tahun putra. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik observasi dan analisis dokumen. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan teknik statistik deskriptif sederhana, yaitu dengan menggunakan teknik persentase. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) Setiap tahun anak memiliki rata-rata tinggi badan yang makin meningkat sesuai dengan bertambahnya usia; dan 2) Dengan diketahuinya ratarata tinggi badan tiap tahun pertumbuhan dan perkembangan anak, maka dapat diprediksi rata-rata tinggi badan anak. Selanjutnya rata-rata tinggi badan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tersebut dapat dijadikan pedoman sebagai ramburambu untuk memprediksi tinggi badan maksimal anak. Kata kunci: prediksi, tinggi badan, maksimal.

Anak diharapkan dapat tumbuh dan berkem-bang dengan normal sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development) anak. Jika dapat tumbuh dan berkembang dengan baik maka anak dapat belajar dan memperoleh pengalaman dalam kehidupan dengan baik pula. Pertumbuhan dan perkembangan anak diharapkan dapat berjalan secara simultan, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotornya serta baik secara fisiologis, psikologis maupun sosialnya. Salah satu ciri pertumbuhan dan perkembangan anak adalah ditandai dengan bertambahnya tinggi badan anak. Tinggi badan juga diharapkan dapat berkembang secara normal. Artinya tumbuh dan berkembang sesuai dengan bertambahnya usia. Thomas, Lee & Thomas (1988:184) menyatakan bahwa tinggi badan, berat badan, maupun kebugaran disarankan dilakukan pengukuran untuk mengetahui pertumbuhan anak. Sebaiknya pengukuran dilakukan secara periodik dua kali setahun. Dalam dunia olahraga, terutama yang berkaitan dengan pencapaian prestasi olahraga yang setinggi-tingginya tidak dapat lepas juga dengan aspek biometrik. Aspek

biometrik ini meliputi tinggi badan, berat badan, tinggi duduk, panjang anggota badan bagian atas dan bawah, tipe tubuh, dan lainlain. Tiap cabang olahraga memiliki tuntutan karakteristik antropometrik yang berbedabeda, antara lain proporsi tinggi badan atlet. Johnson & Nelson (1986:174) mengemukakan bahwa tinggi badan, berat badan, dan ukuran-ukuran antropometrik tertentu, digunakan bersama dengan data penting yang lain, memberikan informasi berharga dan penting. Tinggi badan merupakan bagian dari antropometrik. Pencapaian prestasi olahraga dipengaruhi oleh kondisi antropometrik. Hoffman (2006:81) menyatakan bahwa antropometrik menunjukkan pengukuran tubuh manusia. Pengukuran antropometrik biasanya meliputi tinggi badan, berat badan, dan berbagai ukuran tubuh dan anggota tubuh. Pembinaan olahraga harus dimulai sedini mungkin dan memerlukan proses latihan yang memerlukan waktu jangka panjang. Jika tinggi badan merupakan salah satu aspek penting da-lam olahraga yang dibina maka tinggi badan yang dibutuhkan harus dirumuskan. Walaupun pada waktu usia dini tinggi badan anak belum tumbuh dan berkembang secara maksimal maka

56

57

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 56 - 60

harus dapat diprediksi tinggi badan maksimalnya sejak awal atau sedini mungkin sebagaimana yang dibutuhkan dalam usia tertentu. Oleh karena itu, dibutuhkan alat atau instrumen untuk mengetahui atau memprediksi tinggi badan maksimal anak. Selama ini belum dimiliki cara atau metode sebagai rambu-rambu yang memudahkan pelatih mengetahui atau memprediksi tinggi badan maksimal anak yang dilatih. Untuk itu, penelitian ini dimaksudkan untuk merumuskan cara atau metode sebagai rambu-rambu untuk memprediksi tinggi badan maksimal anak pada usia tertentu. Untuk itu, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1) Bagaimana ukuran rata-rata tinggi badan anak usia 0 sampai 18 tahun putri dan 0 sampai 19 tahun putra?; dan 2) Bagaimana rambu-rambu dalam memprediksi tinggi badan maksimal anak putra dan putri?. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian perkembangan dengan teknik cross-sectional. Penelitian ini mengamati perkembangan pertumbuhan tinggi badan anak mulai lahir hingga 20-an tahun. Usia 20 tahun dipandang sebagai usia pencapaian puncak tinggi badan atau tinggi badan maksimal. Pemilihan teknik crosssectional didasarkan pada pertimbangan efisien waktu yang perlukan dalam melaksanakan penelitian, karena jika dilakukan dengan teknik longitudinal akan memerlukan waktu yang lama dan kompleks, karena harus mengikuti perkembangan pertumbuhan anak selama 20-an tahun. Penelitian ini dilaksanakan di Surakarta, dilaksanakan pada tahun 2013. Tempat penelitian dilakukan di sekolah, Posyandu, Puskesmas, rumah bersalin, klinik, dan tempat lain yang dipandang memiliki data yang diperlukan dalam penelitian ini. Objek penelitian adalah anak usia 0 tahun hingga anak usia 19 tahun putra dan anak usia 0 tahun hingga anak usia 18 tahun putri, yang berkaitan dengan tinggi badan. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik observasi dengan cara melakukan pengukuran langsung terhadap tinggi badan anak usia 0

sampai 19 tahun. Di samping itu, teknik pengambilan data juga dilakukan dengan pencatatan pada dokumen-dokumen yang memuat data usia dan tinggi badan. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan teknik statistik deskripftif sederhana, yaitu dengan menggunakan teknik persentase. HASIL Data penelitian ini berupa satuan ukuran dalam centimeter (cm), yaitu tinggi badan anak usia 0-18 tahun putri dan 0-19 tahun putra. Deskripsi data yang dimaksud dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Deskripsi Data Tinggi Badan Anak Usia 0-18 Tahun Putri

No

Usia

N

Skor Skor Mean Teren- Terdah tinggi

SD

1

0

195

47,95

40

55

1,59

2

1

169

71,25

61

76

3,67

3

2

212

87,25

67

91

5,32

4

3

27

95,18

75

98

4,01

5

4

36

99,17

85

108

5,66

6

5

20 104,30

90

108

5,19

7

6

80 113,09

90

150

7,93

8

7

83 117,09

90

132

8,09

9

8

89 123,64

100

162

9,69

10

9

54 127,28

92

11

10

117 137,89

120

160

8,20

12

11

347 142,21

120

160

7,23

13

12

539 150,43

123

174

7,09

14

13

534 152,38

136

172

6,44

15

14

356 154,04

137

172

5,64

16

15

171 154,66

132

170

6,35

17

16

199 155,52

143

169

5,19

18

17

218 155,61

145

173

5,05

19

18

87 156,04

143

171

4,97

156 10,95

Adapun deskripsi data tinggi badan anak putra dapat dilihat sebagaimana tampak dalam Tabel 2.

M. Furqon Hidayatullah, Memprediksi Tinggi Badan Maksimal Anak

Tabel 2. Deskripsi Data Tinggi Badan Anak usia 0-19 Tahun Putra

No. Usia

N

Mean

Skor Skor Teren- Terdah tinggi

SD

Tabel 3. Tabel Usia, Rata-Rata dan Persentasi Anak Putri Usia 0-18 Tahun.

No.

Usia Kronologis (Tahun)

Rata-rata Persentase (%) (cm)

1

0

208

48,22

37

54 2,06

1

0

47,95

30,73

2

1

239

72,33

62

78 4,27

2

1

71,25

45,66

3

2

118

88,73

69

93 5,31

3

2

87,25

55,91

4

3

24

96,46

77

104 4,49

4

3

95,18

60,99

5

4

29

101,85

90

115 6,38

5

4

99,17

63,55

6

5

24

106,86

95

112 4,67

6

5

104,30

66,20

7

6

77

113,44

100

130 6,49

7

6

113,09

66,54

8

7

143

117,19

90

135 10,04

8

7

117,09

75,04

9

8

111

123,74

90

142 9,39

9

8

123,64

79,24

10

9

71

129,21

95

152 8,71

10

9

127,28

81,57

11

10

109

136,64

115

153 7,03

11

10

137,89

88,36

12

11

361

140,72

120

169 8,23

12

11

142,21

91,14

13

12

716

148,00

123

178 9,99

13

12

150,43

96,40

14

13

790

155,39

110

176 9,34

14

13

152,38

97,65

15

14

643

160,00

132

181 7,52

15

14

154,04

98,78

16

15

137

163,41

145

182 6,71

16

15

154,66

99,11

17

16

133

165,64

143

180 6,64

17

16

155,52

99,66

18

17

343

166,21

147

185 6,03

18

17

155,61

99,72

19

18

98

166,71

154

176 5,43

19

18

156,04

100,00

20

19

21

167,02

156

176 4,01

Berdasarkan deskripsi data tersebut, maka dapat dianalisis bahwa skor tertinggi, yaitu skor usia 18 tahun untuk putri dan skor usia 19 tahun untuk putra dianggap 100%. Selanjutnya, dihitung untuk skor-skor di bawahnya, sebagaimana tampak dalam Tabel 3. Hasil Penelitian Anak Putri Hasil penelitian ini dianalisis berdasarkan nilai rata-rata anak tiap tahun mulai anak usia 0-18 tahun.

58

Hasil Penelitian Anak Putra Hasil penelitian ini dianalisis berdasarkan nilai rata-rata anak tiap tahun mulai anak usia 0-19 tahun.

59

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 56 - 60

Tabel 4. Tabel Usia, Rata-Rata dan Persentasi Anak Putra Usia 0-19 Tahun

No.

Usia Kronologis (Tahun)

1

0

48,22

28,87

2

1

72,33

43,30

3

2

88,73

53,13

4

3

96,46

57,75

5

4

101,85

60,98

6

5

106,86

7

6

8

Rata-rata (cm)

Persentase (%)

rinci dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut. Rata-rata tinggi badan anak usia 0 sampai 18 tahun putri dan 0 sampai 19 tahun putra adalah sebagaimana tampak dalam Tabel 5 berikut. Tabel 5. Tabel Usia dan Rata-Rata Tinggi Badan Anak Putri Usia 0-18 Tahun dan 0-19 Tahun untuk Putra

No.

Usia Kronologis (Tahun)

Putri

Putra

63,98

1

0

47,95

48,22

113,44

67,92

2

1

71,25

72,33

7

117,19

70,16

3

2

87,25

88,73

9

8

123,74

74,09

4

3

95,18

96,46

10

9

129,21

77,36

5

4

99,17

101,85

11

10

136,64

81,81

6

5

104,30

106,86

12

11

140,72

84,25

7

6

113,09

113,44

13

12

148,00

88,61

8

7

117,09

117,19

14

13

155,39

93,04

9

8

123,64

123,74

15

14

160,00

95,80

10

9

127,28

129,21

16

15

163,41

97,64

11

10

137,89

136,64

17

16

165,64

99,17

12

11

142,21

140,72

18

17

166,21

99,41

13

12

150,43

148,00

19

18

166,71

99,81

14

13

152,38

155,39

20

19

167,02

100,00

15

14

154,04

160,00

16

15

154,66

163,41

17

16

155,52

165,64

18

17

155,61

166,21

19

18

156,04

166,71

20

19

Untuk memprediksi atau memperkirakan tinggi badan maksimal anak, maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut: 100 % dibagi persentasi usia dikalikan dengan tinggi badan yang telah dicapai pada usia tersebut. Misalnya, anak laki-laki yang bernama Rafid Cahyadi dengan usia 5 tahun, tinggi badan yang dicapai pada usia tersebut 114 cm, maka tinggi badan maksimal yang diperkirakan adalah: 100 dibagi 63,98 kali 114 = 178,68 cm.

PEMBAHASAN Dari hasil penelitian di atas, rata-rata tinggi badan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan dapat dijadikan pedoman sebagai rambu-rambu untuk memprediksi tinggi badan maksimal anak. Secara

Rata-rata (cm)

167,02

Rambu-rambu dalam memprediksi tinggi badan maksimal anak putra dan putri sebagaimana tampak dalam Tabel 6.

M. Furqon Hidayatullah, Memprediksi Tinggi Badan Maksimal Anak

Tabel 6. Tabel Usia dan Persentasi Anak Putri Usia 0-18 Tahun dan Putra Usia 0-19 Tahun

rena kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak pada kurun waktu tertentu berbeda dan generasi yang berbeda.

Persentase (%)

Usia Kronologis (Tahun)

Putri

Putra

1

0

30,73

28,87

2

1

45,66

43,30

3

2

55,91

53,13

4

3

60,99

57,75

5

4

63,55

60,98

6

5

66,84

63,98

7

6

72,47

67,92

8

7

75,04

70,16

9

8

79,24

74,09

10

9

81,57

77,36

11

10

88,36

81,81

12

11

91,14

84,25

13

12

96,40

88,61

14

13

97,65

93,04

15

14

98,78

95,80

16

15

99,11

97,64

17

16

99,66

99,17

18

17

99,72

99,41

19

18

100,00

99,81

20

19

No.

60

100,00

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) Setiap tahun anak memiliki rata-rata tinggi badan yang makin meningkat sesuai dengan bertambahnya usia; dan 2) Dengan diketahuinya rata-rata tinggi badan tiap tahun pertumbuhan dan perkembangan anak, maka dapat diprediksi rata-rata tinggi badan anak Saran Untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini, maka direkomendasikan 1) Perlu pengujian di lapangan dalam kurun waktu tertentu untuk melihat keefektifan rambu-rambu untuk memprediksi tinggi badan maksimal ini; dan 2) Perlu selalu di-update dengan data-data pertumbuhan anak yang baru ka-

DAFTAR PUSTAKA Thomas, J.R., Lee, A.M., & Thomas, K.T. 1988. Physical Educa-tion for Children: Concepts into Prac-tice Champaign, Illinois: Human Kinetics Books. Baumgartner, T.A., Jackson, A.S., Mahar, M.T., & Rowe, D.A. 2007. Measurement for Evaluation in Physical Education and Exercise Science. Toronto: McGraw Hill. Hoare, D. “Talent Development”, Makalah disajikan dalam Talent Identification Phase 2. Di Surakarta tanggal 4-5 Pebruari 1999. Hoffman, J. 2006. Norms for Fitness, Performance, and Health. New Jersey: Human Kinetics. Hurlock, E.B. 1990. Perkembangan Anak. Terjemahan Tjandrosa dan Muslichah Zarkasih. Jakarta: pener-bit Erlangga. Johnson, B.L. & Nelson, J.K. 1986. Practical Measurements for Evaluation in Physical Education. New York: Macmillan Publishing Company. Morrow, J.R., Jackson, A.W., Disch, J.G., & M., Dale, P. 2011. Measurement and Evaluation in Human Performance. New Zealand: Human Kinetics.

PENGEMBANGAN VARIASI LATIHAN DRIBBLING DAN PASSING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA USIA 12-14 TAHUN DI SSB AMS KEPANJEN MALANG Dameika Suryantoro,

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang email: [email protected]

Abstrak: Kemampuan dribbling dan passing sangat penting bagi pemain sepakbola, karena dribbling dan passing merupakan teknik dasar dalam bermain sepakbola dengan cara melindungi bola dari jangkauan lawan dan memberi ruang untuk bisa melakukan operan kepada teman satu tim. Untuk itu peneliti akan mengembangkan variasi latihan, dribbling dan passing dalam permainan sepakbola yang nantinya dapat dijadikan sebagai acuan oleh pelatih dalam menerapkan model-model latihan yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan variasi latihan dribbling dan passing dalam permainan sepakbola usia 12-14 tahun di Sekolah Sepakbola (SSB) AMS Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang yang dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam melaksanakan latihan dribbling dan passing. Model pengembangan dalam penelitian ini menggunakan research and development dari Borg dan Gall. Hasil pengembangan variasi latihan, dribbling dan passing ini terdiri dari 12 model variasi latihan, dribbling dan passing dalam permainan sepakbola yang menarik dilakukan siswa SSB. Kata kunci: variasi latihan, dribbling, passing, sepakbola.

…Untuk membuktikan bahwa dribbling dan passing merupakan hal yang penting dalam permainan sepakbola, maka peneliti mengadakan kegiatan penelitian dan pengembangan (research and development) dengan menggunakan subjek penelitian yakni pemain sepakbola usia 12-14 tahun di SSB AMS Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Berdasarkan hasil observasi, pemain sepakbola usia 12-14 tahun di SSB AMS Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang kurang mempunyai kemampuan melakukan dribbling dan passing yang benar, hal ini muncul setelah peneliti melakukan observasi lapangan saat klub SSB AMS melakukan latihan rutin, dari beberapa teknik dasar sepakbola, keterampilan dribbling dan passing pemain sepakbola SSB AMS masih kurang hal ini dikarenakan saat latihan dribbling dan passing pemain sepakbola SSB AMS kurang memperhatikan teknik dan prinsip dribbling dan passing yang harus dimiliki oleh pemain sepakbola, masih banyak pemain yang mempunyai keterampilan dribbling dan passing yang kurang memadai, ini menyebabkan hasil dribbling dan passing pemain sepakbola SSB AMS kurang sempurna. Bentuk latihan yang dilakukan terutama saat melatih kemampuan dribbling dan passing jarang sekali di-

Sebuah tim sepakbola harus memiliki kemampuan penguasan bola yang baik saat bermain atau disebut juga “ball possession” tetapi tidak hanya itu, pemain-pemain yang lainnya setidaknya mempunyai kemampuan untuk menciptakan peluang bagi temannya atau untuk membuat proses terjadinya gol. Untuk bisa menciptakan peluang dan membuat proses terjadinya gol dalam sebuah permainan sepakbola yang dibutuhkan adalah kemampuan menggiring (dribbling) dan mengumpan (passing) yang akurat untuk semua pemain. Seorang pemain harus mempunyai keterampilan dribbling dan passing dengan teman satu tim yang mengkombinasikan unsur teknik-teknik dribbling dan passing yang digunakan dan beberapa prinsip dasar dribbling dan passing. Mielke (2007) Dalam melakukan dribbling ada beberapa perkenaan kaki pada bola, perkenaan tersebut mempunyai fungsi masing-masing: a) Dribbling menggunakan sisi kaki bagian dalam; b) Dribbling mengunakan sisi kaki bagian luar; c) Dribbling menggunakan kura-kura kaki. Luxbacher (1998) membagi teknik dasar passing menjadi tiga, yaitu: inside-of-the-foot (dengan bagian samping dalam kaki), outside-of-the-foot (dengan bagian samping luar kaki) dan instep (dengan kura-kura kaki).. 61

Dameika Suryantoro, Pengembangan Variasi Latihan Dribbling dan Passing

berikan oleh pelatih kalaupun diberikan itu hanya model latihan dribbling dan passing yang sederhana dengan sedikit variasi dan juga jarang sekali menggunakan alat-alat seperti cone, rompi, gawang kecil dll, kemudian pelaksanaan metode latihan dribbling dan passing tidak dilakukan secara efektif dan kompleks, jarang sekali pemain baik secara individu atau tim diberi latihan khusus dari bentuk-bentuk latihan dribbling dan passing dan variasinya, sehingga ketika dalam permainan atau pertandingan resmi penguasaan bola dalam tim yang peroleh sangat minim, sering kehilangan bola saat bermain, dan kemampuan individu serta tim tidak pernah mengalami peningkatan, hal tersebut menunjukkan bahwa tujuan dari permainan sepakbola belum dicapai secara maksimal. Penelitian Pengembangan Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan (Sukmadinata, 2005). Penelitian dan pengembangan dilakukan dengan kaidah ilmiah, setiap tahap penelitian harus dilakukan secara cermat, dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan suatu produk yang baik dan benar-benar dibutuhkan dalam bidang olahraga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses untuk mengkaji suatu hal yang dapat menghasilkan sesuatu hal yang baru (produk) yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan tetap mengacu pada konsep ilmiah. Permainan Sepakbola Permainan sepakbola adalah permainan yang sederhana, dan rahasia permainan sepakbola yang baik ialah melakukan hal-hal sederhana dengan sebaik-baiknya, Batty (2003). Sepakbola adalah permainan tim yang terdiri dari sebelas pemain termasuk seorang penjaga gawang, yang dalam permainannya menggabungkan unsur dari kemampuan teknik individu, pemahaman permainan dan kerja sama menjadi satu unit kombinasi untuk menciptakan permainan sepakbola yang banyak menghasilkan gol dan menarik untuk ditonton.

62

Latihan Fisik Harsono (1998), berpendapat bahwa latihan adalah suatu proses berlatih sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang, dan kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah serta intensitas latihannya. Dengan demikian, sistematis adalah berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu, metodis, dari yang mudah ke lebih sukar, latihan teratur dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. Berulang-ulang yaitu, setiap elemen teknik haruslah diulang sesering mungkin agar gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi lebih mudah, dan otomatis pelaksanaannya akan semakin menghemat energi. Sedangkan beban berlebih maksudnya adalah setiap kali secara periodik segera setelah tiba saatnya, beban latihan harus ditambah dan diperberat, beban latihan harus ditingkatkan manakala sudah tiba saatnya untuk ditingkatkan. Dalam bidang olahraga tujuan akhir latihan adalah untuk meningkatkan penampilan olahraga Pate, dkk. (1993). Pelatih Pelatih adalah seorang profesional yang tugasnya membantu olahragawan dan tim dalam memperbaiki penampilan olahraga. Menurut Suharno (1993) hal-hal yang harus dimiliki oleh seorang pelatih yaitu: 1) penguasaan bahan teori dan ketrampilan dalam cabang olahraga yang disenangi; 2) cakap melatih di lapangan dengan efektif dan efisien; 3) berkepribadian baik, memiliki sikap dan budi pekerti yang baik; 4) pandai bergaul atau memiliki sikap bermasyarakat yang supel dan simpatik; 5) memiliki fisik yang sehat dan segar dan profil sesuai dengan ca-bang olahraga yang digeluti atau disenangi; dan 6) memiliki jiwa pemimpin dan jiwa seni serta ahli dalam memberikan informasi dan nilainilai hidup kepada atletnya. Sedangkan menurut Harsono (1988) ciriciri pelatih yang ideal dan sukses adalah sebagai berikut: 1) mempunyai ambisi tinggi untuk sukses dan selalu ingin berada di puncak; 2) sangat tertib dan terorganisasi dengan baik: mementingkan perencanaan ke depan (plan ahead); 3) individu yang hangat, terbuka, dan senang bergaul dengan orang lain; 4) mampu mengendalikan emosi saat stres; 5) dapat dipercaya, dan orang dapat menggantungkan diri padanya; 6) condong

63

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 61 - 67

untuk pertama-tama menyalahkan dirinya sendiri dan bukan orang lain kalau terjadi hal yang tidak baik, atau menemui kegagalan; 7) memiliki daya tahan psikologis yang tinggi; 8) mempunyai maturitas yang mengagumkan. Prinsip Latihan Dribbling dan Passing dalam Sepakbola Prinsip-prinsip latihan dribbling dan passing sangat diperlukan dalam permainan sepakbola karena merupakan dasar yang perlu diketahui serta diterapkan dalam setiap latihan. Seorang pelatih maupun atlet di dalam melaksanakan latihan harus selalu berpegang pada prinsip-prinsip latihan. Dengan mengetahui prinsip-prinsip latihan tersebut diharapkan prestasi seorang atlet akan cepat meningkat. Suharno (1993) menjelaskan bahwa, seorang pelatih maupun atlet di dalam melakukan latihan harus selalu berpegang teguh kepada prinsip-prinsip latihan sebagai berikut: 1) Kenaikan beban latihan teratur dari sedikit demi sedikit; hal ini penting untuk menjaga agar tidak terjadi overtraining dan proses adaptasi atlet terhadap beban latihan akan terjamin keteraturannya; 2) prinsip stres (tekanan); latihan harus mengakibatkan stres fisik dan mental atlet. Beban latihan yang dikerjakan oleh atlet sebiknya atlet betul-betul merasakan berat, kemudian timbul kelelahan fisik dan mental secara menyeluruh; 3) prinsip interval (selang); kegunaan prinsip interval diterapkan dalam latihan adalah untuk menghindari terjadinya overtraining, memberikan kesempatan atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan dan pemulihan tenaga kembali bagi atlet dalam latihan, 4) prinsip ulangan (repetisi); untuk mengoptimalkan penguasaan unsur gerak fisik, teknik, taktik, dan keterampilan yang benar, atlet harus melakukan latihan berulang ulang dengan frekuensi sebanyak banyaknya secara kontinyu. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip latihan dribbling dan passing perlu diperhatikan dan diterapkan dalam penyusunan suatu program latihan yang melalui pentahapan, teratur, dan berkesinambungan. Seorang pelatih untuk meningkatkan prestasi atletnya dalam latihan yang diberikan harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan.

Dribbling Kemampuan dribbling sangat diperlukan dalam permainan sepakbola. Kemampuan dribbling ini merupakan komponen penting bagi seorang pemain agar bisa memberi ruang kepada teman satu tim dalam setiap situasi atau momentum pada saat permainan dan pertandingan dimana terdapat kesempatan atau peluang di dalamnya. Selain itu dukungan saat melakukan dribbling juga sedikit banyak mempengaruhi suatu proses terjadinya serangan untuk menghasilkan gol. Untuk bisa melakukan dribbling dengan baik sehingga bola dapat melewati lawan dan bisa memberi ruang kepada teman untuk menciptakan peluang, seorang pemain harus mengkobinasikan antara teknik-teknik dasar dribbling yang digunakan dengan prinsipprinsip dribbling itu sendiri. Menurut Mielke (2007) dribbling adalah ketrampilan dalam sepakbola karena semu pemain harus mampu menguasai saat sedang bergerak, berdiri, atau bersiap melakukan operan atau tembakan. Ketika pemain menguasai kemampuan dribbling secara efektif, sumbangan mereka di dalam pertandingan akan sangat besar. Dalam melakukan dribbling ada beberapa perkenaan kaki pada bola, perkenaan tersebut mempunyai fungsi masing-masing: a) Dribbling menggunakan sisi kaki bagian dalam; b) Dribbling menggunakan sisi kaki bagian luar; c) Dribbling menggunakan kura-kura kaki. Dribbling Menggunakan Sisi Kaki Bagian Dalam Secara umum, teknik pelaksanaanya adalah sebagai berikut: sentuhan bola dengan sisi kaki bagian dalam dan posisikan kaki secara tegak lurus terhadap bola, tendanglah dengan pelan untuk mempertahankan kontrol bola, pusatkan kekuatan pada bagian tengah sehingga memudahkan mengontrol arahnya, usahakan bola berdekatan dengan kaki, kepala tetap tegak dan mata terpusat kelapangan di depan dan jangan terpaku pada kaki juga berusahalah untuk melayangkan pandangan ke daerah sekeliling dan rasakan bola itu sehingga bisa mengetahui keberadaannya sambil melihat ke sekelilingnya.

Dameika Suryantoro, Pengembangan Variasi Latihan Dribbling dan Passing

Dribbling Mengunakan Sisi Kaki Bagian Luar Secara umum, teknik pelaksanaanya adalah sebagai berikut: perkenaan bola tepat pada sisi kaki bagian luar, doronglah bola dengan pelan dan perkirakan antara bola dengan kaki jangan terlalu jauh sehingga mudah mempertahankan kontrol bola, posisi badan tegak lurus dengan lutut agak ditekuk, serta kepala tetap tegak dan mata terpusat kelapangan di depan, jangan terpaku pada kaki. Dribbling Menggunakan Kura-Kura Kaki Secara umum, teknik pelaksanaanya adalah sebagai berikut: perkenaan bola ada pada bagian sepatu tempat tali sepatu berada, posisi kaki lurus kebawah kuatkan saat bersentuhan dengan bola, jangan menendang hanya mendoroang bola saja dengan lutut agak ditekuk agar bola tetap bisa terkontrol pada penguasaannya, badan sedikit membungkuk serta pandangan terfokus di depan jangan terlalu sering melihat bola. Passing Passing merupakan teknik dasar dalam bermain sepakbola. Dibandingkan dengan teknik dasar yang lain passing lebih banyak dilakukan dalam bermain sepabola. Sehingga hal tersebut menjadi alasan mengapa dalam latihan di sekolah sepakbola passing lebih banyak diajarkan. Menurut Mielke (2007) passing adalah seni memindahkan momentum bola dari satu pemain ke pemain lain. Passing paling baik dalakukan dengan menggunakan kaki, tetapi bagian tubuh lain juga bisa di gunakan. Passing membutuhkan banyak teknik yang sangat penting agar tetap menguasai bola. Dalam melakukan passing ada beberapa perkenaan kaki pada bola diantaranya: a) Passing menggunakan kaki bagian dalam; b) Passing menggunakan kaki bagian luar; c) Passing menggunakan punggung sepatu. Teknik menendang dalam sepakbola, menurut fungsinya di bedakan menjadi dua, Passing (mengumpan/mengoper bola ke teman), shooting (menendang bola keras kearah gawang). Seluruh bagian kaki dapat digunakan untuk menendang boladengan hasil yang berlainan pula. Berdasarkan hal itu, menendang bola dapat dibedakan menjadi menendang bola dengan menggunakan

64

sisi dalam kaki (inside), sisi luar kaki (outside), dan punggung kaki penuh (instep). Passing Mengunakan Kaki Bagian Dalam Secara umum, teknik pelaksanaanya adalah sebagai berikut: berdiri dengan bahu menghadap sasaran, letakkan kaki yang menahan keseimbangan di samping bola, bahu dan punggung lurus dengan sasaran, tekuk sedikit lutut kaki, ayunkan kaki yang akan menendang kebelakang, tangan direntangkan untuk menjaga keseimbangan bola, kepala tidak bergerak dan fokus perhatikan pada bola, ayunkan kaki yang akan menendang ke depan, tendang bagian tengah bola dengan bagian samping dalam kaki, pindahkan berat badan kedepan lalu lanjutkan gerakan searah dengan bola. Passing Mengunakan Kaki Bagian Luar Secara umum, teknik pelaksanaanya adalah sebagai berikut: letakan kaki yang menahan keseimbangan sedikit disamping belakang bola,tekukkan lutut kaki, ayun kaki yang akan menendang ke belakang di belakang kaki yang menahan keseimbangan, rentangkan tangan untuk menjaga keseimbangan, kepala tidak bergerak dan fokus terhadaqp bola, tendang bola dengan bagian samping sisi kaki luar, tendang pada pertengahan bola ke bawah, lalu pindahkan berat badan kedepan dan sempurnakan gerakan akhir dari kaki yang menendang bola. Passing Mengunakan Punggung Kaki Secara umum teknik pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Dekati bola dari belakang pada sudut yang kecil, letakkan kaki yang menahan keseimbangan di samping bola, tekuk lutut kaki serta posisi bahu dan pinggul lurus dengan bola, tarik kaki yang akan menendang kebelakang dengan bagian punggung kaki di luruskan dan dikuatkan (kaku), rentangkan tangan untuk menjaga keseimbangan, fokus terhadap bola, pindahkan berat badan bola ke depan, tendang bagian tengah bola dengan punggung kaki dan kuatkan saat melakuan tendangan supaya bola lurus ke depan dengan sempurna dan lakukan gerakan lanjutan serta berakhir kaki sejajar dengan dada.

65

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 61 - 67

METODE Metode dalam penelitian pengembangan ini menggunakan model pengembangan Borg dan Gall (1983:775), dengan modifikasi langkah sebagai berikut: 1) Melakukan penelitian dan pengumpulan data informasi awal termasuk observasi lapangan sampai kajian teoritik; 2) Mengembangkan bentuk produk awal (berupa variasi latihan dribbling dan passing sepakbola dalam bentuk teks dilengkapi gambar); 3) Kegiatan evaluasi para ahli yaitu, 2 ahli kepelatihan sepakbola, 1 ahli sepakbola; 4) Uji coba kelompok kecil, dengan mengujicobakan hasil revisi produk awal. Uji coba dilakukan pada pemain sepak-bola di SSB AMS Usia 12-14 Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang dengan menggunakan 15 subjek yang akan diteliti dengan menggunakan teknik kuesioner yang kemudian dianalisis; 5) Revisi produk dari hasil uji coba kelompok kecil; 6) Uji lapangan dengan menggunakan 30 subjek. Uji coba dilakukan pada pemain sepakbola di SSB AMS Kepanjen Usia 12-14 Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang yang diteliti dengan menggunakan teknik kuesioner yang kemudian dianalisis; 7) Hasil produk pengembangan variasil latihan dribbling dan passing yang dihasilkan setelah melalui revisi uji lapangan. Sumber data dalam penelitian ini adalah dua orang ahli kepelatihan sepakbola dan satu orang ahli sepakbola, dan pemain SSB AMS Kepanjen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif diperoleh dari hasil evaluasi berupa data masukan dan saran dari para ahli. Teknik analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil pengumpulan data dari para ahli menggunakan pendekatan kualitatif dan teknik analisis data deskriptif dengan persentase, digunakan untuk menganalisis hasil pengumpulan data penelitian awal (analisis kebutuhan) dan data kuantitatif diperoleh dari hasil uji kelompok kecil dan uji lapangan berupa persentase dari hasil pengumpulan kuesioner. Data-data tersebut dikelompokkan, dianalisis dan kemudian disimpulkan (Sugiyono, 2007).

HASIL Dari hasil evaluasi ahli kepelatihan sepakbola diperoleh persentase 88,54%, sehingga

model variasi latihan dribbling dan passing dapat digunakan, Dari hasil evaluasi ahli sepakbola diperoleh persentase 83,33%, sehingga model variasi latihan dribbling dan passing dapat digunakan di SSB AMS Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang, Dari hasil evaluasi tahap I diperoleh persentase 88,54%, sehingga model variasi latihan dribbling dan passing dapat digunakan di SSB AMS Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang, Dari hasil evaluasi tahap II diperoleh persentase 83,33%, sehingga model variasi latihan dribbling dan passing dapat digunakan di SSB AMS Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan sebuah produk pengembangan variasi latihan dribbling dan passing dalam permainan sepakbola usia 12-14 tahun di SSB AMS Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang yang terdiri dari 12 model variasi latihan dribbling dan passing. Produk yang nantinya dihasilkan adalah berupa modelmodel variasi latihan dribbling dan passing yang mengacu pada teknik dan pelaksanaan serta prinsip dribbling dan passing dengan memuat bentuk latihan dribbling dan passing dan alat-alat yang digunakan dalam mendukung latihan dribbling dan passing yang dikemas dalam bentuk buku dan VCD. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka produk pengembangan variasi latihan dribbling dan passing dalam permainan sepakbola usia 12-14 tahun sesuai dengan kebutuhan pemain SSB AMS Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Produk yang dikembangkan ternyata perlu untuk dikaji ulang keberadaannya, karena setelah proses penelitian terdapat beberapa hal yang perlu untuk diperbaiki. Dribbling dan passing merupakan teknik dasar dalam bermain sepakbola dengan cara melindungi bola dari jangkauan lawan dan memberi ruang untuk bisa melakukan operan kepada teman satu tim dan dibutuhkan akurasi, ketepatan waktu serta kepercayaan diri dari pemain saat melakukannya. Selain dribbling dan passing masih banyak lagi teknik dasar lain yang menjadi komponen penting dalam permainan sepakbola. Setelah mengalami beberapa revisi oleh ahli akhirnya mengha-

Dameika Suryantoro, Pengembangan Variasi Latihan Dribbling dan Passing

silkan produk pengembangan variasi latihan dribbling dan passing dalam permainan sepakbola usia 12-14 tahun yang terdiri dari 12 model variasi latihan dribbling dan passing. Dari hasil evaluasi ahli kepelatihan sepakbola diperoleh persentase 88,54%, sehingga model variasi latihan dribbling dan passing dapat digunakan di SSB AMS Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang, dari hasil evaluasi ahli sepakbola diperoleh persentase 83,33%, sehingga model variasi latihan dribbling dan passing dapat digunakan di SSB AMS Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang, namun ada saran tertulis dari para ahli (tiga orang ahli), masukan tersebut telah dianalisis dengan metode triangulasi, sehingga ditemukan display data sebagai berikut: 1) Perlu dikembangkan lebih banyak lagi variasi latihan dribbling dan passing; 2) Perhatikan jarak dribbling dan passing untuk model 4 jarak pemain X1 dan X2 10 meter disempurnakan menjadi 5 meter, jarak C dan D 5 meter sempurnakan menjadi 3 meter, jarak A dan C 2 meter disempurnakan menjadi 1 meter; 3) Saat latihan dribbling dan passing sesuaikan dengan keadaan di lapangan/sebenarnya; 4) Latihan yang sulit dilakukan oleh pemain jangan diberikan. Sesuai dengan masukan para ahli tersebut, sehingga produk yang ada masih harus direvisi sebelum diuji cobakan. Hasil revisi produk I menunjukan bahwa model hasil revisi sudah mendekati kepada model latihan yang relevan/ sesuai dengan kondisi saat bertanding. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Produk pengembangan ini adalah variasi latihan dribbling dan passing dalam permainan sepakbola usia 12-14 tahun sesuai dengan kebutuhan pemain SSB AMS Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Dalam pemanfaatannya perlu dipertimbangkan situasi dan kondisi. Sebelum melakukan latihan dribbling dan passing sebaiknya pemain melihat dan mempelajari model variasi latihan dribbling dan passing ini, sehingga pemain sepakbola dapat mengetahui dan menguasai latihan dribbling dan passing yang akan dilakukan dengan baik. Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan variasi latihan dribbling dan passing dalam permain-

66

an sepakbola usia 12-14 tahun sebanyak 12 model variasi latihan dribbling dan passing yang sesuai dengan kondisi saat bertanding. Saran Masih memerlukan evaluasi dan uji coba pada subjek yang lebih besar atau lebih luas. Masih perlunya penelitian lebih lanjut mengenai keefektifan produk yang dikembangkan, Sebelum disebarluaskan sebaiknya produk ini disusun kembali menjadi lebih baik, baik itu tentang kemasan tampilan maupun isi dari materi produk yang dikembangkan, agar model variasi latihan dribbling dan passing dalam permainan sepakbola ini dapat digunakan oleh pemain sepakbola, maka sebaiknya dicetak lebih banyak lagi, sehingga nantinya pemain sepakbola dapat mengetahui dan mampu menguasai teknik latihan dribbling dan passing dengan baik, Untuk subjek penelitian sebaiknya dilakukan pada subjek yang lebih luas, baik itu pemain sepakbola maupun klub sepakbola yang mempunyai kesamaan dengan kelompok uji coba, hasil pengembangan ini hanya sampai tersusun sebuah produk, belum sampai pada tingkat efektivitas produk yang dikembangkan, jadi sebaiknya dilanjutkan pada penelitian mengenai efektivitas produk yang dikembangkan. DAFTAR PUSTAKA Batty, E.C. 2003. Latihan Sepakbola: Metode Baru Serangan. Bandung: Pioner. Borg, W.R. & Gall, M.D. 1983. Educational Research An Introduction. New York: Longman. Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Haryono & Yunus, M. 1991. Sepakbola. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang. Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas. Luxbacher, J.A. 1998. Sepakbola. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

67

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 61 - 67

Mielke, D. 2007. Dasar-Dasar Sepakbola. Pakar Raya Pakarnya Pustaka Pate, R.R., McClenaghan, B., & Rotella, R. 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. Terjemahan Kasiyo Dwijowinoto. Semarang: IKIP Semarang Press. Scheunemann, T. 2005. Dasar Sepakbola Modern. Malang: Dioma.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suharno. 1993. Metodologi Pelatihan. Jakarta: KONI Pusat Sukmadinata. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

PENGEMBANGAN BUKU AJAR PENDIDIKAN JASMANI UNTUK SISWA KELAS XI SEMESTER 1 SMA Ika Ahmad Arif Rohmawan

STKIP Taman Siswa Bima email: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku ajar pendidikan jasmani pada kelas XI semester 1 di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 7 Malang. Penelitian dilakukan dua tahap, yaitu penelitian awal (analisis kebutuhan) dan pengembangan yang menggunakan rancangan Borg & Garl (1989). Instrumen dalam pengambailan data berupa lembar observasi, kuesioner, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil analisis dua guru pendidik-an jasmani SMA Negeri 7 Malang, 87,2% menyatakan baik dan klasifikasi persentase antara 80-100% tergolong dalam klasifikasi valid (digunakan). Hasil analisis uji kelompok besar (uji lapangan) terhadap 30 siswa kelas XI SMA Negeri 7 Malang, 79,8% menya-takan menarik dan klasifikasi persentase antara 80-100% tergolong dalam valid (digunakan). Produk pengembangan berupa buku ajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan: 1) produk pertama yang menggunakan gambar subyek penelitian; 2) produk ini telah melalui tinjauan ahli; 3) produk ini dapat digunakan siswa dan guru pendidikan jasmani sebagai sumber belajar. Kata kunci: buku ajar, pendidikan jasmani, kelas XI.

Indonesia adalah negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Untuk mengolah Sumber Daya Alam (SDA) yang berlimpah itu tentu saja diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang berkualitas dari generasi penerus bangsa diharapkan dapat semakin memajukan bangsa dan negara, meninggalkan keterpurukan, dan menyusul ketertinggalan dari negara lain dalam semua bidang kehidupan. Cara yang strategis untuk mencetak SDM yang berkualitas adalah dengan memajukan sektor pendidikan. Pendidikan jasmani merupakan salah satu bentuk pendidikan yang ada di Indonesia. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses keseluruhan yang mempunyai tujuan dalam pembentukan kognitif, afektif, psikomotor dan fisik seseorang. Guru bukan merupakan sumber belajar tunggal. Hal ini kembali dipertegas oleh pernyataan Dwiyogo (2007:1) bahwa: dalam pembelajaran konvensional, pelaksanaan pembelajaran melibatkan tiga komponen utama, yaitu: guru, siswa, dan buku. Isi yang dipelajari siswa semuanya telah termuat di dalam buku. Tugas guru adalah memasukkan isi atau buku dari buku ke kepala siswa. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa buku ajar juga merupakan sumber belajar yang penting dalam pembelajaran dan materi yang diberikan harus mampu diterima oleh siswa.

Buku ajar merupakan salah satu bentuk sumber belajar. Buku ajar merupakan salah satu media yang memiliki kelebihan, merupakan buku tertulis, ringan dan dapat dibaca dimana saja, terdapat materi pembelajaran sehingga diharapkan dapat memudahkan guru untuk menunjukkan kepada siswa bagian mana yang harus dipelajari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan buku ajar pendidikan jasmani pada kelas XI semester 1 di SMA Negeri 7 Malang. Sehingga dengan adanya pengembangan pembelajaran dapat membantu dan mempermudah dalam mempercepat proses pembelajaran. Produk yang dikembangkan berisi materi mengenai pendidikan jasmani pada kelas XI semester 1 dalam bentuk buku ajar. Beberapa spesifikasi dalam produk ini meliputi: 1) Buku ajar ini berisi materi pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dalam bentuk sejarah, konsep, dan gambar (siswa SMA Negeri 7 Malang) pada setiap bab sehingga diharapkan mudah dan menarik untuk dipelajari; 2) Terdapat program semester (promes), standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pengajaran sehingga diharapkan siswa mampu mempelajari dengan mudah; 3) Penyajian materi dimulai dari yang mudah menuju sulit; 4) Terdapat alat evaluasi pada setiap materi lengkap

68

Ika Ahmad Arif Rohmawan, Pengembangan Buku Ajar Pendidikan Jasmani

dengan tiga komponen penilaian yaitu kognitif, psikomotor, dan afektif; 5) Ter-dapat variasi pembelajaran yang disertai gambar gerakan pada setiap materi yang disajikan; 6) Terdapat variasi warna gambar, tulisan, halaman sehingga diharapkan siswa mudah tertarik untuk mempelajari buku ajar; dan 7) Terdiri dari halaman judul (judul, pengarang, gambar), tujuan pembelajaran (standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator, promes,), uraian isi/materi, alat evaluasi yang terdiri dari ranah (kognitif, psikomotor, afektif). Merupakan buku tertulis, ringan dan dapat dibaca dimana saja, terdapat materi pembelajaran sehingga diharapkan dapat memudahkan guru untuk menunjukkan kepada siswa bagian mana yang harus dipelajari. Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang berupaya mengembangkan produk tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini (Winarno, 2007:47). Pengembangan adalah suatu kegiatan yang menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalahmasalah aktual (Universitas Negeri Malang, 2000:2). Research and Development consists of a cycle in which a version of the product is developed, field tested, and revised on the basis of field test-data (Borg dan Gall, 1983:771). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada yang didasarkan pada langkah-langkah pengembangan yaitu: analisis kebutuhan, pengembangan produk, uji coba produk untuk memecahkan masalah dan hasilnya dapat digunakan pada pembelajaran pendidikan jasmani disekolah. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematis, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, tindakan moral dan penalaran. Tujuan dari pendidikan jasmani adalah memiliki jangka pandek dan jangka panjang untuk mengembangkan keterampilan gerak dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.

69

Ruang lingkup pendidikan jasmani meliputi permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktifits ritmik, aktifitas air, pendidikan luar kelas. Media pembelajaran adalah perantara, pengantar yang digunakan sebagai komunikasi atau untuk menyampaikan pesan, informasi/bahan pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Buku ajar adalah buku pelajaran pada bidang studi tertentu, yang disusun dan dilengkapi sehingga memudahkan belajar siswa dan bisa menjadi acuan belajar bagi siswa. Buku ajar merupakan isi dari pembelajaran atau bisa disebut bahan-bahan pembelajaran yang tertuang dalam buku untuk kepentingan pengajaran. Dengan buku ajar ini, siswa diharapkan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti memilih beberapa komponen yang tentunya disesuaikan dengan karakteristik produk: 1) Bagian Awal (Halaman Judul, Kata Pengantar Pengarang, Standar Isi, Kalender Akademik, Rincian Pekan Efektif, Jabaran Alokasi Waktu, Daftar Isi, Daftar, Tabel (jika ada), Daftar Gambar (jika ada), Daftar Lampiran (jika ada)); (2) Bagian Inti (Judul Bab, Kompetensi Dasar, Sejarah Materi, Sub-Bab, Uraian isi, Gambar atau illustrasi, Tabel jika ada, Alat Evaluasi, Kunci Jawaban); dan (3) Bagian Akhir (Daftar rujukan, Riwayat hidup penulis buku ajar). METODE Peneliti menggunakan model pengembangan (research and development) Borg dan Gall (1983:775) yang terdiri dari sepuluh langkah pada penelitian pengembangan bahwa melakukan analisis kebutuhan, melakukan perencanaan dan uji skala kecil, membuat produk awal, uji lapangan pada 13 sekolah menggunakan 6-12 subyek, revisi produk utama, uji coba lapangan pada 5-15 sekolah menggunakan 30-100 subyek, revisi produk, uji lapangan pada 10-30 sekolah menggunakan 40-200 subyek, revisi produk akhir, menyusun laporan. Pengembangan yang dikemukan di atas tentunya bukan merupakan langkah yang diikuti secara mutlak. Dalam penelitian ini mengingat jumlah sekolah yang diteliti hanya

70

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 68 - 72

satu sekolah dan terdiri dari delapan kelas, maka peneliti meyederhanakan langkah penelitian yang akan dilakukan. Menurut Ardhana (2002:9) bahwa: setiap pengembang tentu saja dapat memilih dan menentukan langkah-langkah yang paling tepat bagi dirinya berdasarkan kondisi khusus yang dihadapinya dalam proses pengembangan. Ia juga dapat melakukan modifikasi dari langkah-langkah yang dikenalnya berdasarkan pertimbangan-pertimbangannya yang terbaik. Dari uraian di tersebut jelas bahwa pengembang dapat menentukan langkah penelitian berdasarkan kondisi khusus yang dihadapi. Rancangan pengembangan buku ajar pendidikan jasmani pada kelas XI semester 1 di SMA Negeri 7 Malang, menggunakan 7 tahap, yaitu: Melakukan penelitian awal (need assasment), pengumpulan data informasi termasuk kajian pustaka dan observasi lapangan, menyusun produk awal (penyiapan materi pengajaran, buku petunjuk yang akan digunakan dan perlengkapan evaluasi), tinjauan para ahli dengan menggunakan 1 ahli pembelajaran, 1 ahli media, uji coba kelompok kecil, menggunakan 1 sekolah dengan 6 subjek). Serta menggunakan teknik kuesioner, lalu dikumpulkan dan dianalisis), revisi produk pertama (sesuai dengan saran-saran dari tinjauan para ahli pada uji lapangan (kelompok kecil) permulaan, uji coba lapangan utama (dilakukan pada 1 sekolah, dengan 30 subjek, menggunakan teknik kuesioner lalu dianalisis hasilnya), revisi produk akhir (sesuai dengan saransaran dari hasil uji lapangan utama), hasil akhir produk pengembangan yang dihasilkan oleh uji coba lapangan. Pada desain uji coba produk ini, dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: evaluasi ahli, uji coba tahap pertama dan uji coba tahap kedua. Tujuan dilakukannya tiga tahapan ini adalah untuk memperoleh tingkat keefektifan produk dari segi pemanfaatan. Subyek uji coba menggunakan tinjauan ahli, dua guru pendidikan jasmani, uji coba kelompok kecil menggunakan 6 siswa, dan kelompok besar menggunakan 30 siswa. Jenis data yang didapat ada dua macam, yaitu data kualitatif, dan data kuantitatif. Disebut data kualitatif karena data yang diperoleh dari kuesioner bukan berupa angka namun berupa pernyataan atau kalimat dari berbagai tinjauan ahli. Sedangkan dise-

but data kuantitatif karena data yang diperoleh dari penelitian awal, uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar untuk mengetahui keberhasilan produk yang dikembangkan. Instrumen yang digunakan dalam pengembangan buku ajar pedidikan jasmani kelas XI semester 1 di SMA Negeri 7 Malang ini digunakan angket yang disebarkan pada para ahli dan siswa kelas XI SMA Negeri 7 Malang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif dengan persentase. Teknik ini digunakan pada data hasil kuesioner uji coba utama. HASIL Berdasarkan pengumpulan data dari kegiatan uji coba pengembangan bahan ajar pendidikan jasmani pada kelas XI semester 1, dibawah ini akan disajikan data tentang tanggapan 1) ahli pembelajaran pendidikan jasmani; 2) ahli media pendidikan jasmani; 3) guru penjas kelas XI; 4) siswa kelas XI SMA Negeri 7 Malang. Perolehan data uji coba buku ajar pendidikan jasmani, peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa instrumen dalam bentuk angket. Data evaluasi menggunakan instrumen dalan bentuk angket ditujukan kepada 2 ahli, yaitu: 1) ahli media pembelajaran, (2) ahli pembelajaran pendidikan jasmani. Untuk uji coba, angket ditujukan pada 2 guru penjas, uji coba kelompok kecil sebanyak 6 siswa, uji coba kelompok besar sebanyak 30 siswa. Pada pengembangan buku ajar pendidikan jasmani kelas XI ini, teknik yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian dari ahli media, ahli pembelajaran pendidikan jasmani, dan data uji coba adalah teknik persentase. Saran dan masukan dari ahli pembelajaran pendidikan jasmani adalah sebagai berikut: 1) Sebaiknya komponen isi harus mempertimbangkan kompetensi dasar dan indikator pada setiap materi; 2) Pada tiap sejarah materi seharusnya terkait dengan materi; 3) Seharusnya setiap gambar diberikan identitas; 4) Teknik pada gambar lebih baik diberikan penjelasan pada setiap gerakan; 5)

Ika Ahmad Arif Rohmawan, Pengembangan Buku Ajar Pendidikan Jasmani

Teknik harus jelas sehingga dapat dibedakan antara gerakan benar dan salah; 6) Alat evaluasi harus jelas dan sesuai dengan materi; 7) Pada latihan soal seharusnya diberikan variasi soal sebagai pengantar; 8) Pada penilaian afektif seharusnya dilakukan penilaian terhadap nilai kerjasama, toleransi, saling menghargai, kedisiplinan, tanggung jawab; dan 9) Kunci jawaban harus sesuai dengan latihan soal. Saran dan masukan dari ahli media pendidikan jasmani adalah sebagai berikut: 1) Cover buku: warna, tulisan, dan gambar tidak proporsional, sebaiknya gambar yang digunakan pada waktu siswa melakukan aktivitas fisik. Komposisi warna harus serasi dan jelas; 2) Kata pengantar harus menjelaskan isi buku, selain ucapan terima kasih; 3) Ukuran buku tidak konsisten, sebaiknya semua harus sesuai ukuran buku; 4) Daftar isi harus sesuai dengan isi buku; 5) Tampilan kurang menarik, seharusnya jarak antara judul dengan tiap materi tidak terlalu dekat; 6) Alat evaluasi harus menggunakan bahasa yang konsisten bagi siswa maupun guru; dan 7) Banyaknya tulisan yang masih salah ketik, seharusnya periksa sebelum penyusunan akhir. PEMBAHASAN Berdasarkan análisis data yang diperoleh dari ahli pembelajaran pendidikan jasmani, ahli media pendidikan jasmani, guru pendidikan jasmani, siswa (uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar). Berdasarkan hasil análisis yang telah dilakukan terhadap tanggapan atau penilaian dari ahli pembelajaran pendidikan jasmani, hasilnya adalah 64,5%, ahli media pendidikan jasmani, hasilnya adalah 76,3% dari kriteria yang ditentukan dan dapat dikatakan bahwa buku ajar pendidikan jasmani kelas XI semester 1 ini memenuhi kriteria cukup valid (60%-79%) sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran untuk siswa kelas XI semester 1 SMA Negeri 7 Malang. Berdasarkan hasil análisis yang telah dilakukan terhadap tanggapan atau penilaian dari guru pendidikan jasmani, hasilnya adalah 87,2%, uji kelompok besar 84,5%, dari kriteria yang ditentukan dan dapat dikatakan bahwa buku ajar pendidikan jasmani kelas XI semester 1 ini

71

memenuhi kriteria valid (80%-100%) sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran untuk siswa kelas XI semester 1 SMA Negeri 7 Malang. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dari hasil analisis para ahli, ada beberapa bagian produk yang perlu direvisi. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan dari buku ajar pendidikan jasmani kelas XI semester 1 di SMA Negeri 7 Malang.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Setelah mengalami tinjauan ahli dan uji coba lapangan, produk pengembangan ini mengalami beberapa revisi seperti yang telah dikemukakan. Produk akhir dari pengembangan ini adalah berupa buku ajar pendidikan jasmani pada siswa kelas XI semester 1. Sistematika penulisan produk yang dikembangkan adalah sebagai berikut: 1) Cover: Peneliti menulis judul “ Pendidikan Jasmani” ini didasarkan untuk kesesuaian isi dari produk yang dihasilkan dengan judul yang dipilih. Dari judul ini mencerminkan inti dari isi produk yang dikembangkan; 2) Bagian awal: Pada bagian ini berisi kata pengantar, standar isi, kalender pendidikan, rincian pekan efektif, jabaran alokasi waktu, kerangka isi buku daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel; 3) Bagian inti: Pada bagian inti berisi materi pembelajaran pendidikan jasmani yang terdiri dari 11 materi. Materi terdiri dari permainan sepakbola, permainan bola basket, permainan bolavoli, lari jarak menengah, lompat tinggi, tolak peluru, beladiri, aktivitas pengembangan, senam lantai, senam aerobik dan aktivitas penjelajahan; dan 4) Bagian akhir: Pada bagian akhir ini berisi tentang alat evaluasi ranah kognitif, psikomotor dan afektif, kunci jawaban, dan daftar rujukan. Setelah melakukan revisi sesuai de-gan ketentuan di atas, masih terdapat beberapa kelemahan pada produk yang dikembangkan antara lain: 1) Memerlukan adanya evaluasi dan uji coba pada subyek yang lebih besar atau luas; dan 2) Memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai keefektifan produk yang dikembangkan. Produk ini selain memiliki kelemahan seperti tersebut di atas, akan tetapi produk

72

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 68 - 72

ini juga memiliki beberapa kelebihan: 1) Produk ini adalah produk yang pertama menggunakan gambar subyek penelitian; dan 2) Produk ini telah melalui tinjauan ahli, sehingga banyak masukan untuk perbaikan produk untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Produk ini dapat digunakan oleh siswa dan guru pendidikan jasmani. Untuk siswa dapat dijadikan sebagai sumber belajar tambahan untuk mempermudah dalam pemahaman materi pendidikan jasmani. Untuk guru pendidikan jasmani, dapat digunakan sebagai acuan atau pedoman dalam mengajar materi pendidikan jasmani. Saran Dalam pemanfaatannya diperlukan pertimbangan tentang situasi dan kondisi yang mendukung. Produk yang dihasilkan merupakan produk yang ditujukan untuk siswa SMA Negeri 7 Malang, namun produk ini bisa digunakan untuk sekolah lain maupun instansi lain, bila sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan dan memiliki karakteristik sarana dan prasarana yang sama dengan SMA Negeri 7 Malang. Dalam penyebarluasan produk pengembangan ini ke sasaran yang lebih luas, peneliti memberi saran sebagai berikut: 1) Sebelum disebarluaskan ke ruang lingkup yang lebih luas sebaiknya produk ini dievaluasi kembali, disesuaikan dengan sasaran yang ingin dituju dan disesuaikan dengan kirikulum yang ada pada setiap sekolah; dan 2) Agar pengembangan buku ajar pendidikan jasmani ini dapat digunakan oleh para guru pendidikan jasmani, maka pengembangan ini sebaiknya disosialisasikan kepada setiap sekolah atau melalui MGMP, sehingga nantinya guru pendidikan jasmani dapat mengetahui, memahami dan melaksanakan pengembangan ini di sekolah. Dalam pengembangan lebih lanjut, peneliti memberi saran sebagai berikut: 1) Agar seorang guru pendidikan jasmani memiliki kreatifitas dalam memanfaatkan sumber belajar dalam bentuk buku ajar untuk memberikan materi pembelajaran sebagai variasi dalam kegiatan pembelajaran; 2) Sebagai fasilitator sebaiknya guru pendidikan jasmani bertindak sebagai sumber belajar, agar proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan harapan yang diinginkan; 3) Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

tingkat efektivitas dari produk yang dikembangkan ini, karena hasil dari pengembangan ini hanya sampai tersusun sebuah produk saja; dan 4) Peneliti hanya sebatas mengembangkan produk buku ajar, diharapkan adanya pengembangan pembelajaran Pendidikan jasmani yang lain. DAFTAR RUJUKAN Ardhana, W. 2002. Konsep Penelitian Pengembangan Dalam Bidang Pendidikan dan Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang. Borg W.R., & Gall, M.D.1983. Educational Research: An Introduction. Fourth Ed. New York: Longman. Dwiyogo, W.D. 2007. Sistem Penyusu-nan Bahan Ajar. Malang: Wineka Media. Dwiyogo, W.D. 2007. Pengembangan Kurikulum Penjas & Olahraga. Malang: Wineka Media. Winarno, M.E. 2007. Metodologi Penelitian Dalam Pendidikan Jasmani. Malang: Laboratorium Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang Universitas Negeri Malang, 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. SkripsiTesis-Desertasi-Artikel-MakalahLaporan-Penelitian, edisi keempat. Malang. Universitas Negeri Malang

PENGGUNAAN MEDIA PELATIHAN BOLA MODIFIKASI TERHADAP HASIL PRESTASI SEPAK SILA PADA EKSTRAKURIKULER SEPAK TAKRAW Ari Susana,

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya Email: [email protected]

Sapto Wibowo,

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya Email: [email protected]

Abstrak: Suatu pemberian media pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan yang diharapkan bisa menangani kesulitan melakukan teknik sepak sila pada ekstrakurikuler sepak takraw, salah satunya dengan menggunakan media pelatihan bola modifikasi seperti, media balon, media bola gantung, media bola plastik, dan media bola yang tidak standart. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, seberapa besar peningkatan penggunaan media pelatihan bola modifikasi terhadap hasil prestasi sepak sila pada sepak takraw. Populasi dari penelitian ini adalah peserta ekstrakurikuler sepak takraw yang berjumlah 30 orang, sampel yang diambil seluruh siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak takraw SMP Negeri 3 Srengat - Blitar yang berjumlah 30 orang. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji-t sampel sejenis.Dari hasil uji t didapatkan nilai t hitung 9,14 > ttabel 2,045 dan penggunaan media pelatihan bola modifikasi ini ternyata dapat memberikan peningkatan hasil prestasi sepak sila pada sepak takraw pada peserta ekstrakurikuler SMP Negeri 3 Srengat Blitar sebesar 28,77%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media bola modifikasi dapat meningkatkan prestasi sepak sila dan sepak takraw. Berdasarkan hasil simpulan maka dalam proses pelatihan sepak sila dan sepak takraw disarankan untuk menggunakan media pelatihan bola modifikasi. Kata kunci: media pelatihan, bola modifikasi, hasil prestasi, sepak sila.

Dalam proses pelatihan berbagai model dapat dilakukan untuk mencapai tujuan dengan hasil meningkatnya kualitas atlet. Model pelatihan tersebut dapat dilakukan dengan mengawali bentuk peralatan, model permainan ataupun sarana prasarana yang digunakan agar calon atlet tersebut dapat merasakan dan menjiwai permainan yang akan dilakukan. Permainan sepak takraw itu merupakan olahraga beregu, yang dimainkan oleh 3 orang dan merupakan perpaduan antara dua bentuk permainan yaitu sepakbola dan bolavoli. Dikatakan sama dengan sepakbola karena permainan itu dimainkan menggunakan kaki, bola dimainkan dengan menggunakan anggota badan kecuali tangan. Sepak takraw merupakan salah satu materi pilihan yang dikembangkan di lingkungan sekolah seperti SD, SMP/MTs, SMA atau SMK. Walaupun tidak setiap sekolah mengembangkan permainan sepak takraw. Hal ini

disebabkan beberapa alasan, diantaranya keterbatasan sarana prasarana seperti tidak memiliki area untuk membuat lapangan permainan sepak takraw, sehingga lebih mengutamakan area untuk olahraga yang wajib diajarkan dalam pendidikan jasmani seperti bolavoli, sepakbola dan bola basket dan olahraga ini biasanya dikembangkan pada kegiatan pengembangan diri atau biasanya disebut kegiatan ekstrakurikuler. Untuk dapat bermain sepak takraw dengan baik, seseorang dituntut untuk mempunyai kemampuan atau keterampilan gerak dasar yang baik. tanpa kemampuan dasar seseorang tidak akan bisa bermain dan juga mengembangkan permainan sepak takraw (Darwis dan Basa, 1992:15). Penguasaan keterampilan sepak takraw tidak dapat lepas dari penguasaan teknik dasar permainan sepak takraw, salah satunya adalah teknik sepakan. Namun dari beberapa

73

74

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 73 - 80

teknik sepakan, dalam penelitian ini tertuju pada teknik sepak sila karena sepak sila merupakan teknik dasar yang dominan dilakukan dalam permainan sepak takraw, sehingga banyak orang menyebutkan sebagai ibu dari permainan sepak takraw dengan hal itu diharapkan siswa akan mampu menguasai teknik sepak sila yang diharapkan mampu melakukan dengan baik dan tepat sehingga siswa dapat bermain sepak takraw dengan baik. Dalam hal ini pembina harus mempunyai keterampilan dan inovasi dalam memberikan materi dalam melatih ekstrakurikuler sehingga siswa senang dalam melakukan latihan, hal itu dapat diwujudkan dengan salah satu cara yaitu memodifikasi kondisi lingkungan pembelajaran (peralatan, penataan ruang gerak dalam berlatih, jumlah siswa yang terlibat). Dalam proses pelatihan, seorang pelatih dapat mengurangi tingkat kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk melakukan skill tersebut. Misalnya berat ringannya, besar kecilnya, tinggi rendahnya, panjang pendeknya peralatan yang digunakan. Memodifikasi peralatan diharapkan untuk bisa membantu pelatih pada saat menghadapi kesulitan dalam proses pelatihan karena seorang atlet sepak takraw yang masih baru akan merasa sulit beradaptasi dengan peralatan yang baru digunakannya. Dengan beberapa modifikasi media pelatihan dalam bentuk peralatan maupun bentuk permainan yang digunakan nantinya diharapkan akan mudah dalam mengontrol atau menyepak dalam teknik sepak sila, yang akhirnya diarahkan pada permainan sepak takraw. Berdasarkan pengamatan dalam penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 3 Srengat Blitar, olahraga sepak takraw diajarkan pada pengembangan diri atau ekstrakurikuler dengan salah satu sub materi sepak sila. Sepak sila merupakan materi yang dirasa sulit untuk siswa. Mereka mengatakan bahwa kesulitan yang dialami saat perkenaan bola ketika menyepak. Terkadang bola tidak tersepak, bola tidak beraturan saat disepak, pada saat menerima bola pertama bola tidak bisa terkontrol dengan baik dan benar. Dan mereka takut untuk menerima bola karena sifat bola yang keras, sehingga kesulitan tersebut terjadi karena kegiatan ekstrakurikuler berlangsung secara monoton dimana

guru langsung memberikan bola takraw yang sesungguhnya, kemudian,siswa disuruh untuk melakukan passing. Sehingga akibat yang ditimbulkan siswa pada saat bermain, bola pertama mereka pada saat menyepak tidak beraturan. Dengan demikian diharapkan dalam pemberian media pelatihan bola modifikasi ini siswa dapat mengembangkan teknik sepak sila. Upaya untuk meningkatkan keterampilan bermain sepak takraw harus dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu, salah satunya yaitu menguasai teknik dasar sepak sila. Karena dalam pelaksanaan sepak sila ada beberapa teknik yang harus dilakukan. Hal tersebut dapat menjadi acuan bagi pembina menerapkan media pelatihan yang tepat, sehingga siswa dapat memahami dan melaksanakan sepak sila dengan baik, maka hasil prestasi siswa akan lebih baik. Dari penelitian ini diharapkan akan terungkap bahwa dengan menggunakan modifikasi peralatan dan menggunakan model latihan sepak sila akan dapat meningkatkan permainan sepak takraw. Adapun pelaksanaan penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Srengat Blitar dengan menggunakan siswa yang mengikuti pelatihan ektrakurikuler pada cabang olahraga sepak takraw. Pada dasarnya latihan adalah merupakan aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama ditingkatkan secara progresif dan bersifat individual, yang mengarah pada ciri-ciri fungsi fisiologis, serta fungsi psikhologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bompa (1994), Untuk memberikan berbagai bentuk dan model latihan dalam kecabangan olahraga seorang atlet dituntut tidak hanya tahu bagaimana harus melakukan dan mengikuti perintah pelatih. Atlet harus mampu melakukan dua hal dalam pelatihan yaitu: a) mampu bergerak; dan b) memahami tujuan dari gerakan-gerakan harus dilakukan. Dua kemampuan ini akan dapat mempercepat peningkatan keterampilan yang akan dilakukan. Oleh karena itu, seorang atlet juga harus memahami gerakan-gerakan baru yang akan dialihkan, seperti yang disebutkan oleh Magil (1980) bahwa penguasaan keterampilan olahraga terjadi melalui proses belajar. Cepat lambatnya proses penguasaan keterampilan merupakan tema pokok dalam keberbakatan olahraga.

Ari Susana & Sapto Wibowo, Penggunaan Media Pelatihan Bola Modifikasi

Karena itu keberbakatan identik dengan karekteristik belajar dan kemampuan belajar. Anak yang berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan belajar tinggi. Aspek belajar dalam olahraga sebagai unsur penyangga keberbakatan olahraga dapat diuraikan dengan cara memodifikasi aspek belajar secara umum unsur keberbakatan, dalam hal ini dapat berbentuk kemampuan menangkap pelajaran olahraga, disamping juga mampu memanfaatkan ingatan dan fungsi memori untuk kepentingan belajar. Disamping itu juga harus memiliki kemampuan memahami hubungan sebab-akibat serta memilki kesegaran dan sering banyak bergerak lebih aktif, dan memiliki penguasaan terhadap banyak variasi gerak. Menurut Bompa (1994) ada dua cara untuk mengidentifikasi atlet berbakat, yaitu: (1) Seleksi menggunakan pendekatan natural atau alamiah. Seleksi pendekatan natural atau alamiah, anak usia dini berkembang dan menekuni salah satu cabang olahraga tanpa melalui pengidentifikasian bakat. Anak usia dini menekuni olahraga sebagai akibat dari pengaruh lingkungan, seperti pengaruh teman sebaya, keinginan orang tua, kebiasaan olahraga di sekolah. Perkembangan dan kemajuan atlet sangat lambat, karena tidak adanya pengidentifikasiaan bakat untuk menentukan cabang olahraga yang paling tepat untuk atlet; dan (2) Seleksi menggunakan pendekatan ilmiah. Seleksi menggunakan pendekatan ilmiah mengandung pengertian bahwa dalam pro-ses pengidentifikasian bakat anak usia dini telah menggunakan langkah-langkah yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui pendekatan dengan metode ilmiah anak-anak usia dini di tes kemudian diidentifikasi untuk dapat diarahkan ke cabang olahraga yang sesuai dengan potensi dan bakatnya. Menurut Bompa (1994:328) ada beberapa keuntungan yang diperoleh apabila menggunakan metode ilmiah dalam proses pengidentifikasian bakat, yaitu: 1) Mempersingkat waktu yang diperlukan untuk mencapai prestasi optimal; 2) Efisiensi program latihan dapat dicapai bagi atlet yang memiliki potensi dan kemampuan tinggi; 3) Meningkatkan kompetisi, daya saing dan menambah banyaknya jumlah atlet yang berpotensi dan mampu mencapai prestasi tinggi; 4) Meningkatkan rasa percaya diri atlet; 5) Se-

75

cara tidak langsung tersedia fasilitas untuk penerapan latihan ilmiah. Beban latihan yang sama tidak akan direaksi dengan sama oleh atlet yang berbeda, oleh karena itu pelatih perlu memahami setiap atlet secara individual. Individu ini juga dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti; faktor keturunan, umur latihan dan umur perkembangan. Prinsip ini juga berkatiran dengan hukum kekhususan yang berimplementasi pada latihan yang khusus bagi setiap atlet. Hukum dan prinsip inilah yang memunculkan adanya beban luar dan beban dalam. Beban luar adalah beban yang diberikan dari luar atlet, misalnya oleh pelatih seperti lari 4 x 400 meter dengan waktu 90 detik. Sedangkan beban dalam adalah beban fisiologis dan psikologis atlet setelah mendapatkan beban luar sebagai reaksi dan adaptasi internalnya, seperti; denyut nadi, perubahan warna kulit, dan sebagainya. Dengan demikian kita dapat memahami bahwa dua orang yang berbeda diberikan beban luar yang sama akan mereaksi secara berbeda yang ditunjukkan dengan denyut jantungnya, kadar laktat dalam darahnya, sehingga wajar bila atlet yang satu mengalami kelelahan lebih dahulu daripada atlet yang lain. Sebaliknya bila atlet diminta untuk berlari dengan beban dalam yang sama (denyut nadi 160/menit) maka waktu yang dicapai (beban luar) untuk berlari 1200 meter akan berbeda. Salah satu tugas pelatih dalam proses latihan adalah memperlakukan atlet dengan kesempatan yang sama, oleh karena itu pelatih perlu merancang manajemen latihannya agar setiap atlet dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal. Keterlibatan yang aktif pada setiap atlet akan menghasilkan hasil yang optimal. Keterlibatan ini berkaitan dengan hai-hal sebagai berikut: (1) Kegiatan fisik (motor density), yaitu bagaimana atlet dapat melaksanakan aktifitas fisik dengan kesempatan yang sama pada setiap sesi latihan; dan (2) Kegiatan mental dan intelektual, yaitu bagaimana atlet dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penyusunan program latihan, pelaksanaan latihan dan kompetisi dan berbagai hal yang berkaitan dengan pengembangan kepribadian dan kedewasaan atlet. Latihan merupakan proses jangka panjang, oleh karena itu diperlukan kegembiraan

76

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 73 - 80

dan kesenangan dalam berlatih agar tidak terjadi kebosanan dan atlet meninggalkan latihan. Pemberian variasi dalam latihan merupakan cara yang baik untuk memberikan kesempatan bagi atlet untuk menikmati latihan dengan rasa senang dan gembira. Variasi yang dapat diberikan oleh pelatih dalam latihan ini dapat berupa: (1) Tempat latihan yang berganti-ganti, misalnya di stadion, di ruang latihan beban, di alam bebas, di pantai, bukit, ternpat rekreasi dan sebagainya yang dapat memberikan suasana baru bagi atlet; (2) Metode latihan yang bervariasi, Untuk tujuan latihan yang sama pelatih dapat menggunakan metode berbeda, misalnya latihan kecepatan dapat diberikan dengan metode repetisi, namun dapat juga dengan metode permainan. Latihan kekuatan dapat diberi-kan dengan metode pembebanan (besi) dan dapat pula dengan medicine ball, part-nerwork, dan sebagainya; dan (3) Suasana latihan, yaitu dengan memberikan berbagai situasi lapangan yang berbeda dengan mendatangkan club lain untuk berlatih bersama, atau berlatih dalam kondisi keramaian yang ada di lapangan, dan sebaliknya. Pada hakekatnya pelatihan adalah suatu proses pemberian pola, aturan yang merupakan salah satu kunci tercapainya prestasi individu (Syarifuddin dan Yusuf: 1996:23). Dan Media pelatihan merupakan alat yang bisa merangsang siswa untuk terjadinya proses belajar dan meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan. Rancangan penggunaan peralatan modifikasi merupakan media pembelajaran yang memperhatikan perubahan dan kemampuan anak sehingga dapat membantu mendorong perubahan yang didasarkan pada konsep pertumbuhan dan perkembangan anak yang seringkali anak merasa kesulitan dan takut dengan bola sepak takraw yang sesungguhnya yang disebabkan bola sepak takraw yang keras, sehingga dengan adanya modifikasi tersebut siswa akan merasa terbantu dalam pengusaan teknik sepak sila yang baik dan benar sehingga siswa merasa senang dan gembira. Kemampuan ketangkasan fisik adalah pencerminan dari berbagai aspek keterampilan yang dilakukan dan dapat diidentifikasi

dan berhubungan dengan motor ability serta dapat diamati dan diukur yaitu: kekuatan statis, kekuatan dinamis, kekuatan eksplosif, kekuatan togok, kelenturan tubuh, koordinasi tubuh secara keseluruhan, keseimbangan tubuh secara keseluruhan dan stamina (Magill, 1985). Perhatian berhubungan dengan keterbatasan dengan kemampuan pikiran untuk memproses informasi. Keberhasilan menampilkan suatu keterampilan gerak menuntut kemampuan memilih dan mengatur informasi yang penting dari sejumlah informasi yang ada. Wiecrozek (1975) mengemukakan bahwa waktu reaksi adalah kualitas yang sangat spesifik yang terlihat melalui berbagai jalan. Keanekaragaman manifestasi tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga tingkat yaitu: 1) pada tingkat rangsang yaitu dalam suatu persepsi tanda/sinyal yang bersifat penglihatan, pendengaran, perabaan dan sebagainya; 2) pada tingkat pengambilan keputusan yakni agar hanya memberi reaksi terhadap rangsangan yang tepat; 3) pada tingkat pengorganisasian realis kinetis. Dari sisi fisiologis, membagi waktu reaksi ke dalam empat tahap yaitu: 1) permulaan stimulus; 2) periode latensi pertama, selama proses reseptor berlangsung; 3) periode latensi kedua, yang melibatkan pengiriman impuls-impuls sensori pusat ke serabutserabut otot (waktu perhatian satu pemikiran); 4) penundaan (delay) yang melibatkan proses motorik yang mendahului kontraksi otot. Walau reaksi secara umum dikenal sebagai latensi respon (response latency) yaitu walau yang berlalu diantara pemberian stimulus dan munculnya suatu respon. Dengan kata lain walau reaksi menggambarkan kecepatan seseorang dapat merasakan dan memberikan respon terhadap lingkungannya. Istilah latensi respon menunjukkan proses pemberian respon tetap yang tersembunyi atau terpendam sampai menyentuh otot-otot pada saat respon yang dapat diamati diproduksi (Drowatszky, 198 ). Latensi adalah suatu kondisi ketidak aktifan antara penepatan suatu stimulus dan awal dari suatu reaksi. Latensi disebabkan oleh beberapa faktor dan waktu reaksi melibatkan proses sistem saraf pusat di dalam pengembangan respon yang bersifat kemauan (violition), yaitu proses me-

Ari Susana & Sapto Wibowo, Penggunaan Media Pelatihan Bola Modifikasi

nentukan langkah perbuatan. Pertama, organ perasa/pengindra dibangkitkan oleh beberapa stimulus (perubahan fisiologi dalam suatu reseptor atau dalam neoron-neoron yang disebabkan oleh rangsangan) dari organ pengindra. Kemudian diubah ke dalam impuls saraf dan dibawa ke otak diinterpretasikan pada dasar pengalaman yang lalu. Impuls yang lain kemudian dikirim dari otak melalui sistim saraf ke otot-otot yang tepat, akhirnya otot-otot akan berkontraksi untuk memproduksi respon. Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk terjadinya proses, terjadinya di dalam organ perasa/pengindra, otak, saraf, dan otot. Waktu reaksi terbagi menjadi dua jenis yaitu: 1) waktu reaksi sederhana (simple reactions) dan 2) waktu reaksi kompleks (complex reaction). Waktu reaksi sederhana ditentukan sebelumnya (predeterminined), respon yang sadar terhadap sinyal yang diketahui sebelumnya yang dilakukan secara mendadak, misalnya bunyi pistol dalam start lari cepat (Bompa, 1983). Reaksi sederhana diterapkan di dalam gerakan-gerakan yang akan dilakukan terlebih dahulu. Sedangkan walau reaksi kompleks atau pilihan menunjukkan pada kasus dimana individu dihadapkan pada beberapa stimulus dan harus memilih dan ditentukan diantara beberapa stimulus tersebut (Bompa, 1983). Reaksi kompleks biasanya dilakukan dalam permainan-permainan dan olahragaolahraga pertandingan. Di dalam situasi kompetitif dapat menentukan reaksi motorik selanjutnya bagi seorang atlet. Waktu reaksi pada tenis lapangan termasuk salah satu jenis waktu reaksi kompleks, yaitu dalam permainan reaksinya tergantung kepada bola yang bergerak dan sulit diterka kemana arah yang pasti. Disamping itu pula ditentukan oleh lawan dalam bermain, untuk itu perlu suatu latihan reaksi yang kompleks agar dapat meningkatkan permainan tenis lapangan. Usaha meningkatkan kecepatan reaksi menurut Wiecrozek (1975) dapat dicapai dengan: 1) meningkatkan penalaran terhadap persepsi khusus tersebut; dan 2) mengotomatisasikan semaksimal mungkin, jawaban motorik yang perlu dibuat atau perilaku kinetis yang perlu dipilih dalam situasi nyata. Dari uraian di atas dapat diperoleh pengertian bahwa kerja yang dilakukan di dalam otak yang menghasilkan waktu yang

77

terbanyak. Kompleksitas stimulus dan pemberian respon secara dramatis mempengaruhi walau reaksi. Manusia sejak lahir sudah mempunyai kemampuan-kemampuan antara lain kemampuan untuk bergerak (motorik). Kemampuan ini akan berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia itu sendiri dan juga tergantung dan keadaan lingkungan. Kemampuan yang ada, kemauan untuk berprestasi, lingkungan yang mendukung dan cara penyampaian tujuan yang baik akan memungkinkan olahraga dapat berkembang. Disamping itu prestasi yang tinggi juga dapat dicapai harus melalui perjuangan. Perjuangan dalam arti melawan waktu, jarak dan ketinggian. Seperti lari semakin cepat, lempar semakin jauh dan lompat semakin tinggi. Demikian perjuangan untuk dapat mencapai tujuan kemenangan dalam pertandingan dengan memperhatikan dan mentaati peraturan-peraturan yang ada maka kemampuan motoriklah yang menentukan. Dikatakan pula oleh Singer bahwa kemampuan motorik adalah kemampuan awal seseorang untuk mempelajari keterampilan gerak yang baru (Singer, 1980). Kemampuan motorik juga merupakan kapasitas dari seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peregangan suatu keterampilan yang relatif melekat. kemampuan motorik merupakan kemampuan umum seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. kemampuan motorik merupakan kesanggupan seseorang melakukan gerakgerak dasar yang bersifat umum. Kemampuan motorik ini berfungsi untuk mempertinggi daya kerja seseorang. Dengan arti makin tinggi kemampuan motorik seseorang, maka kemungkinan daya kerjanya akan semakin tinggi pula. Fungsi utama dari kemampuan motorik adalah untuk mengembangkan dan kesanggupan dan kemampuan fisik setiap individu yang berguna untuk mempertinggi daya kerja. Selanjutya kemampuan motorik itu terdiri dari beberapa faktor yaitu: kecepatan reaksi (speed), daya eksplosif (power), kelincahan (agility), kekuatan (strength), daya tahan (endurance) dan kelentukan (flexibility). Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan yang sejenis dan tidak sejenis dalam waku yang sesingkatsingkatnya. Daya eksplosif adalah kemampuan dari otot/sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik secara eksplosif (mendadak).

78

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 73 - 80

Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk mengubah arah dalam keadaan berbergerak dengan cepat, kekuatan adalah kemampuan seseorang untuk mengembangkan ketegangan otot dalam kontraksi maksimal. Daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan suatu kerja otot secara terus menerus dalam waktu yang lama. Dan kelentukan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan seluasluasnya pada persendian. Oleh sebab itu semakin tinggi kemampuan motorik seseorang semakin tinggi pula kemampuan dalam melakukan sesuatu tugas gerak dalam olahraga termasuk olahraga tenis lapangan. Sehubungan dengan hal ini kemampuan motorik dapat diukur menggunakan Barrow Motor Ability Test yang terdiri dari: a) lari zigzag/shuttle run; b) medicine ball put; dan c) standing broad jump. Tes ini adalah menerapkan modifikasi dari Nelson. Sepak sila merupakan langkah yang digunakan untuk memulai latihan sepak takraw, karena teknik-teknik dasar dari permainan sepak sila akan mendukung dan mempermudah bagi calon pemain sepak takraw melaksanakan gerakan inti dari permainan tersebut. Pelaksanaan latihan sepak takraw diawali dengan menggunakan modifikasi peralatan dan permainan sepak sila yang dilaksanakan pada jam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan diluar jam pelajaran pendidikan jasmani, dan pelaksanaannya dilakukan pada sore hari. Pelaksanaan ekstrakurikuler diharapkan akan membentuk minat dan bakat anak dalam tujuan menuju prestasi olahraga. Bakat dan minat anak dalam suatu sekolah tidak bisa ditingkatkan hanya dengan mengikuti pendidikan jasmani (penjas), tapi harus ditambah dengan kegiatan ekstrakurikuler. “Tujuan keseluruhan dari olahraga sekolah adalah membangkitkan minat dan meletakkan dasar bagi prestasi anak dalam olahraga di masyarakat, di luar sekolah baik langsung maupun untuk masa yang akan datang” Pada dasarnya permainan sepak takraw dimainkan secara beregu oleh dua regu. Setiap regu dimainkan oleh 3 orang yang dipisahkan oleh net terbentang membelah lapangan menjadi dua bagian. Setiap ragu terdiri dari tiga orang pemain yang masingmasing sebagai tekong yang berdiri paling

belakang yang bertugas menservis bola, menerima bola, menerima, dan menahan serangan dari regu lawan di bagian belakang lapangan. Dua orang lainya menjadi pemain depan yang berada disebelah kiri dan kanan yang disebut apit kiri dan apit kanan yang tugasnya melempar bola ke tekong, penerima dan pemblok bola dari pihak lawan. Dalam penelitian ini ingin diketahui tentang adanya perubahan keberhasilan dari latihan sepak takraw yang didahului dengan menggunakan sepak sila dengan menggunakan media modifikasi. Adapun pelaksanaannya dilakukan di SMP Negeri 3 Srengat Blitar. METODE Populasi dari penelitian ini adalah peserta ekstrakurikuler sepak takraw SMP Negeri 3 Srengat-Blitar yang berjumalah 30 orang. Berdasarkan penguraian populasi yang berjumlah 30 orang dan sampel di atas maka penelitian ini menggunakan penelitian populasi, apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada di wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto 2010:173). Karena dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak takraw di SMP Negeri 3 Srengat Blitar yang berjumlah 30 siswa. Untuk mengetahui adanya perubahan dari hasil pelatihan dilakukan pengukuran keterampilan sepak sila dengan membuat satu lapangan berbentuk lingkaran. Dalam pelaksanaannya orang coba harus melaksanakan sepak sila selama satu menit, dan hasilnya dihitung. Adapun norma yang telah disusun adalah sebagai berikut. >40 kali Nilai = 30-39 kali Nilai = 20-29 kali Nilai = 10-19 kali Nilai = <10 kali Nilai = (Sulaiman, 2008:1993)

90 80 70 60 50SD

Pelaksanaan pengukuran dilakukan sebelum diberikan perlakuan dan diukur kembali setelah pemberian perlakuan setelah enam minggu.

Ari Susana & Sapto Wibowo, Penggunaan Media Pelatihan Bola Modifikasi

Adapun perlakuan yang diberikan kepada orang coba adalah memberikan latihan sepak sila dengan melakukan pasing setinggi kepala. Pemberian perlakuan tersebut menggunakan bola modifikasi. Setelah pemberian perlakuan tersebut berlangsung selama enam minggu maka dilakukan pengukuran ulang seperti yang pernah dilaksanakan pada awal pelaksanaan pelatihan. Deskriptif Pre-Test – Post-Test

thitung 9,14

ttabel 2,045

HASIL Dari hasil penelitian dan perhitungan dihasilkan diketahui untuk pre-test rata-ratanya sebesar 23,53 dengan nilai varians adalah 184,74 sedangkan nilai standar deviasinya 13,59 serta nilai terendah 9 dan nilai tertinggi sebesar 71. Jadi rentangnya adalah 62. Untuk nilai median atau nilai tengah adalah sebesar 19. Sedangkan hasil post-test rataratanya sebesar 30,30 dengan nilai varians 213,11. Sedangkan nilai standar deviasinya 14,59 serta nilai terendah 16 dan nilai tertinggi sebesar 87. Jadi rentangnya adalah 71 Untuk nilai median atau nilai tengah adalah sebesar 26. PEMBAHASAN Berdasarkan perhitungan uji asumsi normalitas pada taraf signifikansi 5%, data pada variabel pre-test dinyatakan berdistribusi normal. Karena nilai signifikansi lebih besar dari signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0,193 > 0,05. Demikian pula data dari posttest juga dinyatakan berdistribusi normal. Karena nilai signifikansi lebih besar dari signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0,072 > 0.05. Untuk mengetahui apakah deskripsi data yang ada bersifat homogen atau tidak, dapat dilihat dengan membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel. Dengan kriteria pengujian adalah sebagai berikut: jika nilai Fhitung < Ftabel maka, kedua data tersebut mempunyai varian yang sama (homogen), dalam hal lainnya dikatakan tidak homogen (hete-

79

rogen). Dari pre test dan Post Fhitung 1,156 < Ftabel 1,765 ternyata mempunyai harga Fhitung < Ftabel, berdasarkan kriteria pengujian, maka dapat dikatakan bahwa semua data bersifat Homogen. Untuk mengetahui keberartian nilai uji T independent data pre-test dilakukan dengan uji t. Dengan mengkonsultasikan nilai thitung dan nilai ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho di tolak karena nilai thitung 9,14 > nilai ttabel 2,045. Dengan kata lain bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes sepak sila sepak takraw sebelum dan sesudah diberikan penggunaan media pelatihan bola modifikasi pada siswa ekstrakurikuler sepak takraw SMP Negeri 3 Srengat Blitar dengan menggunakan taraf signifikansi 5%. Menurut hasil perhitungan dapat dikatakan bahwa penggunaan media pelatihan bola modifikasi dapat meningkatkan hasil tes sebesar 28,77% hasil prestasi sepak sila sepak takraw pada siswa ekstrakurikuler sepak takraw SMP Negeri 3 Srengat-Blitar.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa: Penggunaan media pelatihan bola modifikasi terhadap terhadap hasil prestasi sepak sila pada ekstrakurikuler sepak takraw pada peserta ekstrakurikuler sepak takraw SMP Negeri 3 Srengat-Blitar pada hasil pretest dengan post test sepak sila sepak takraw didapatkan thitung sebesar 9,14 dan nilai ttabel2,045 maka dapat dikatakan bahwa (t hitung9,14 > t tabel2,045) nilai t hitung lebih besar dari t tabel dengan taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan (dk = n-1) 29. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes sepak sila sepak takraw sebelum dan sesudah diberikan penggunaan media pelatihan bola modifikasi terhadap hasil prestasi sepak sila pada ekstrakurikuler sepak takraw pada peserta ekstrakurikuler sepak takraw SMP Negeri 3 Srengat Blitar. Saran Berdasarkan hasil penelitian disarankan, bagi para pelatih, pembina dan guru pendidikan jasmani, untuk meningkatkan keterampilan sepak sila dalam permainan sepak

80

JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 73 - 80

takraw disarankan menggunakan media bola modifikasi dalam melakukan latihan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Raneka Cipta. Bompa T.O. 1994. Theory and Methodology of Training, Ontario Canada, Kendall/ Hunt Publishing Company

Singer, R.N. 1980. Motor Learning and Human Performance. New York Mac Milland. Singer,

R.N. 1984. Teaching Physical Education: A System Approch, Boston: Hougton Mifflin Company.

Sulaiman. 2008. Sepak Takraw Pedoman Bagi Guru Olahraga, Pembina, Pelatih, dan Atlet. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Drowatzky, J.N. 1981. Motor Learning Principle and Practice. Minneapolis: Burgess Publising Co.

Syarifuddin dan Yusuf. 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Akademik.

Darwis, R. dan Basa. 1992. Olahraga Pilihan Sepak Takraw. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Wiecrozek. 1975. Masalah Masalah Dalam Kedokteran Olahraga, Latihan Olahraga dan Coaching.Terjemahan M. Soebroto, Jakarta: Ditjen PLSPO, Dep. P dan K.