JURNAL RAP UNP, VOL. 8 NO.2, NOVEMBER 2017, HAL

Download Abtract: Parent Management Training to reduce aggressive behavior in mental retardation child. This study aims to determine of Parent Manag...

0 downloads 497 Views 501KB Size
PARENT MANAGEMENT TRAINING (PMT) UNTUK MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF PADA ANAK RETARDASI MENTAL Rizky Amelia, Tuti Rahmi, Yosi Molina Universitas Negeri Padang E-mail: [email protected]

Abtract: Parent Management Training to reduce aggressive behavior in mental retardation child. This study aims to determine of Parent Management Training to reduce aggressive behavior in mental retardation child. This type of research is an experimental design with single subject design. Subjects are parents of mental retardation child with IQ = 66 Wechsler scale and aggressive behavior.

Data collected from a psychological

examination of the child, a weekly assignment sheet, observation and interviews. Measuring instruments is the Child Behavior Checklist (CBCL). Data analyzed using graph changes in behavior seen from the scores of pretest and posttest. This study proves that the Parent Management Training to reduce aggressive behavior in mental retardation child.

Keywords: Parent management training, aggressive behavior, mental retardation child.

Abstrak: Parent Management Training untuk mereduksi perilaku agresif pada anak retardasi mental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Parent Management Training mereduksi perilaku agresif pada anak retardasi mental. Jenis penelitian adalah eksperimen dengan desain penelitian single subject design. Subjek merupakan orangtua dari anak yang mengalami retardasi mental dengan IQ = 66 menurut skala Wechsler dan memiliki perilaku agresif. Pengumpulan data diperoleh dari hasil pemeriksaan psikologis anak, lembar penugasan mingguan, observasi dan wawancara. Alat ukur yang digunakan adalah Child Behavior Checklist (CBCL). Teknik analisis data menggunakan grafik perubahan perilaku dari skor yang didapatkan pada pretest dan posttest. Penelitian ini membuktikan bahwa Parent Management Training dapat mereduksi perilaku agresif pada anak retardasi mental.

Kata kunci: Parent management training, perilaku agresif, anak retardasi mental.

192

193

Jurnal RAP UNP, Vol. 8 No.2, November 2017, hal 192-203

PENDAHULUAN Menurut Berkowitz (1993), perilaku

menit 52 detik tersebut, terlihat bahwa

agresif mengacu pada penggunaan kekerasan

perilaku bullying dilakukan oleh beberapa

yang melanggar hak pribadi seseorang dan

orang siswa kelas 5 SD Trisula Perwari

tindakan yang menyakitkan hati. Sedangkan

Bukittinggi terhadap seorang siswi (R). Pada

menurut Scheneider (1955), perilaku agresif

video yang berdurasi 1 menit 52 detik

merupakan luapan emosi individu sebagai

tersebut, terlihat beberapa siswa laki-laki

reaksi terhadap kegagalannya dalam mencapai

memukuli R serta menendangnya di sudut

suatu tujuan yang ditampakkan dalam bentuk

kelas. Namun demikian, tidak ada satu teman

pengrusakkan terhadap orang atau benda

pun yang berusaha menolongnya (www.

dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan

metrotvnews.com, 2014).

dengan kata-kata dan perilaku. Banyak

Kemudian, tim psikolog dari UNP yang

melakukan pemeriksaan psikologi terhadap R

mempengaruhi munculnya perilaku agresif.

dengan hasil yang diperoleh yaitu R memiliki

Menurut Berkowitz (1993), faktor yang dapat

kapasitas intelektual pada taraf dibawah rata-

mempengaruhi munculnya perilaku agresif

rata (intelectual deficiency, Full scale IQ = 66

yaitu harga diri, kemampuan mengendalikan

menurut skala Wechsler). Selanjutnya, untuk

emosi negatif, empati, keterampilan sosial,

mengetahui

jenis kelamin, marah, depresi, dan kondisi

ditampilkan oleh R, peneliti melakukan

lingkungan. Selain itu, Azimi, Vaziri dan

wawancara kepada ibu dan kakak kandung R

Kashani (2012), menemukan bahwa perilaku

dan observasi kepada R itu sendiri pada

agresif yang dimunculkan oleh anak dapat

tanggal 14 November 2014 di Laboratorium

diperoleh dari penerapan pola asuh yang

Psikologi

diberikan oleh orangtua, dimana orangtua

mereka diketahui bahwa ketika keinginan R

yang

otoriter,

tidak dipenuhi atau R diberikan nasehat oleh

memberikan kritikan dan mencela pada anak

orangtua maka R sering marah-marah dengan

maka anak memiliki kecenderungan untuk

mengeluarkan

memunculkan perilaku agresif.

terkadang R juga membanting atau melempar

menerapkan

faktor-faktor

pola

asuh

perilaku

UNP.

apa

Berdasarkan

kata-kata

saja

yang

keterangan

kasar

bahkan

Fenomena perilaku agresif, terjadi pada

barang-barang yang ada didekatnya. Ibu R

seorang siswi (R) yang berusia 11 tahun.

juga menuturkan bahwa R mulai berperilaku

Sebagaimana dalam video yang berdurasi 1

demikian sejak kelas empat sekolah dasar,

Amelia, Rahmi & Molina, Parent Management Training untuk…

dimana pada kelas empat ini awal mula R

keadan tersebut. Secara spesifik, anak yang

menjadi

teman-

mengalami kesulitan dalam mengekspresikan

temannya. Selain itu, R lebih senang bermain

rasa marah akan memiliki kesulitan atau

dengan anak-anak dibawah usianya. Pada hari

kegagalan dalam menjalin hubungan dengan

yang sama, peneliti juga melakukan observasi

orang lain serta tidak menutup kemungkinan

terhadap

dalam

munculnya tingkah laku kekerasan terhadap

Laboratorium Perkembangan Psikologi UNP

diri sendiri maupun orang lain (Faupel,

yang memiliki berbagai permainan, ketika itu

Herrick & Sharp, 2011).

korban

R

kekerasan

yang

dari

dilakukan

di

R bermain sepeda di dalam ruangan dan

Demi menghindari terjadinya dampak

ketika dia sudah mulai bosan dengan sepeda

negatif yang semakin memburuk bagi subjek,

itu ia tabrakan ke lemari yang ada di ruangan.

maka perlu dilakukan treatment tertentu.

Selain itu, ketika keluar dari laboratorium

Berbagai treatment yang dapat dilakukan

perkembangan Psikologi UNP, R bertemu

diantaranya

dengan teman sekolahnya dan R pun disapa

menggunakan

oleh teman laki–lakinya, kemudian R marah-

(modifikasi

marah dan mengeluarkan kata-kata “manga

menggunakan Parent Management Training

baju putiah anak anjiang tu” (ngapain baju

(PMT).

putih anak anjing itu).

adalah

treatment

Behavior perilaku)

dengan

Modification

ataupun

dengan

Menurut Miltenberger (2008), manusia

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat

memiki dua bentuk tingkah laku yaitu tingkah

diketahui bahwa R tergolong pada anak

laku yang terlihat (over behavior) dan tingkah

retardasi mental yang memiliki kapasitas

laku yang tidak terlihat (cover behavior).

intelektual

taraf dibawah rata-rata

Dalam behavior modification, intervensi yang

(intelectual deficiency, Full scale IQ = 66

dilakukan hanya berfokus pada tingkah laku

menurut skala Wechsler) dan cenderung

yang dapat dilihat (over behavior). Tujuan

menujukkan perilaku agresif seperti memukul,

dilakukannya teknik behavior modification

mengeluarkan kata-kata kasar dan terkadang

yaitu mengubah tingkah laku yang tidak

membanting atau melempar barang-barang

diharapkan dengan memodifikasi lingkungan

yang ada didekatnya. Menurut Golden (2003),

yang berhubungan dengan tingkah laku

marah

anak

tersebut. Selain itu, behavior modification

seringkali menimbulkan perasaan bingung

hanya mengubah tingkah laku yang terlihat

atau frustasi pada orangtua dalam menghadapi

tanpa mengubah karakteristik atau trait,

pada

yang

diekspresikan

oleh

194

195

Jurnal RAP UNP, Vol. 8 No.2, November 2017, hal 192-203

sehingga seringkali dianggap tidak tuntas

anak dengan perilaku agresif, ADHD dan

dalam

perilaku antisosial lainnya (Kazdin, 2005).

menyelesaikan

berhubungan

masalah

dengan

yang

keadaan

emosi

Berdasarkan penjelasan diatas, terlihat

(Miltenberger, 2008). Atas pertimbangan

bahwa treatment ini sesuai untuk membantu

diatas, maka behavior modification dianggap

masalah dalam mengatasi perilaku agresif

kurang tepat untuk diterapkan pada masalah

karena

R.

karakteristik yang di miliki R. Treatment Treatment lain yang dapat diberikan

yang

dapat

diterapkan

dilakukan

ini

sesuai

dengan

menarik

karena

dalam mengatasi masalah R adalah dengan

mengikutsertakan orangtua dalam melakukan

menggunakan Parent Management Training

treatment terhadap anak-anaknya. Anak yang

(PMT). Menurut Kazdin (2005), Parent

mengalami masalah dengan perilakunya atau

Management Training

yang disebut memiliki gangguan perilaku

program

yang

terapeutik,

menggambarkan

di

mana

menggunakan memanejemen

merupakan sebuah

orangtua

strategi

tentunya tidak boleh dipahami secara terpisah

dilatih

dari orangtuanya, karena anak dan orangtua

keterampilan atau

merupakan

suatu

kesatuan.

Berdasarkan

anak-anak

asumsi, interaksi yang pertama dan paling

mereka khususnya perilaku yang bermasalah

lama terjadi adalah interaksi anak dengan

dengan menggunakan prinsip-prinsip teori

orangtua, maka perlu dicermati kembali

belajar

bagaimana

perilaku

mengatur

untuk

dan

teknik

modifikasi

perilaku

sehingga

dapat

meningkatkan

perilaku

prososial

dan

menghilangkan

perilaku antisosial pada anak.

orangtua

selama

menciptakan iklim psikologis dalam keluarga. Berdasarkan

pertimbangan

diatas,

pada

mana Parent Management Training (PMT)

studi jangka pendeknya terhadap anak-anak

yang

pre adolescent, ia menemukan bahwa Parent

mengatasi perilaku agresif

Management

retardasi mental.

dapat

telah

penelitian ini peneliti ingin melihat sejauh

Menurut Kazdin (1997) dalam sebuah

Training

ini

digunakan

diberikan

mengurangi

atau

pada anak

Oleh sebab itu, peneliti “Parent

diberbagai permasalahan diagnostik yang

mengambil

mencakup

autism,

retardasi

Training (PMT) untuk Mereduksi Perilaku

kesulitan

belajar.

Parent

mental

dan

Management

Training juga dapat digunakan pada anak–

judul

dapat

Management

Agresif pada Anak Retardasi Mental”.

Amelia, Rahmi & Molina, Parent Management Training untuk…

METODE Metode yang digunakan dalam penelitian

perilaku

sehingga

dapat

meningkatkan

perilaku

prososial

dan

menghilangkan

ini adalah metode penelitian eksperimen. Menurut

perilaku antisosial pada anak (Kazdin, 2005).

Zimney (Seniati, Yulianto & Setiadi, 2005)

Perilaku agresif merupakan luapan emosi

menyatakan penelitian eksperimen merupakan suatu bentuk penelitian secara objektif terhadap suatu fenomena yang dibuat agar terjadi dalam suatu kondisi yang dikontrol ketat, dimana satu atau lebih variabel divariasikan dan variabel lain

individu sebagai reaksi terhadap kegagalannya dalam

mencapai

suatu

tujuan

yang

ditampakkan dalam bentuk pengrusakkan terhadap orang atau benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-

dibuat konstan.

Desain penelitian yang digunakan dalam

kata dan perilaku (Scheneider, 1955). Pengumpulan

penelitian ini adalah single subject design,

data

awal

dalam

karena penelitian ini hanya menggunakan satu

penelitian ini adalah dengan menggunakan

orang subjek. Desain ini bertujuan untuk

observasi dan wawancara. Alat ukur yang

mengetahui efektifitas dari suatu program

digunakan dalam penelitian ini adalah CBCL

yang diterapkan pada subjek. Peneliti akan

(Child Behavior Checklist) merupakan alat

membandingkan hasil dari dua kondisi, yaitu

yang diciptakan oleh Thomas M. Achenbach

kondisi sebelum diberikan program dan

untuk

kondisi setelah diberikan program (Furlong,

kompetensi

Lovelace dan Lovelace, 2000).

berkaitan

Variabel bebas dalam penelitian ini

mengukur

dan

mengindentifikasi

(competence dengan

scales)

masalah

emosi

yang serta

perilaku anak (problem scales) dari sudut

adalah Parent Management Training dan

pandang

variabel

agresif.

menggunakan analisis data secara kuantitatif

Parent

yang akan dilakukan dengan grafik perubahan

Management Training merupakan sebuah

perilaku. Penggunaan grafik sebagai teknik

program

strategi

analisis dan interpretasi data, merujuk pada

dilatih

penjelasan Cartwright & Cartwright (1974),

untuk

bahwa informasi yang diperoleh dari skor

anak-anak

perilaku yang pada umumnya akan lebih

mereka khususnya perilaku yang bermasalah

mudah dalam penggunaan dan interpretasi

dengan menggunakan prinsip-prinsip teori

jika data ditransfer ke dalam bentuk grafik

belajar

atau chart sehingga untuk menganalisis data

terikat

Berikut

adalah

definisi

yang

terapeutik,

operasional,

menggambarkan

di

mana

menggunakan memanejemen

perilaku

orangtua

keterampilan atau

perilaku

dan

mengatur

teknik

modifikasi

orangtua.

Penelitian

ini

196

197

Jurnal RAP UNP, Vol. 8 No.2, November 2017, hal 192-203

dilakukan dengan analisis skor perilaku

antara data yang di dapat saat pretest dan data

subjek penelitian.

yang di dapat saat tahap posttest dengan menggunakan alat ukur Child Behavior

HASIL DAN PEMBAHASAN

Checklist (CBCL) yang terlihat pada gambar

Hasil

berikut: Berdasarkan

program

yang

telah

dijalankan, dapat dilakukan perbandingan 35 30 25 20 15 10 5 0

Tahap Pretest Tahap Posttest

Gambar 1. Diagram Perbandingan Skor tahap Pretest dan Tahap Posttest Diagram diatas menunjukkan bahwa

behavior (perilaku nakal) memiliki skor 8 dan

secara umum perbandingan skor pada tahap

aggressive

pretest lebih tinggi dibandingkan dengan skor

memiliki skor 31. Sedangkan pada tahap

pada tahap posttest. Pada tahap pretest

posttest masalah perilaku dan emosional

masalah perilaku dan emosional memiliki

memiliki

skor

(kecenderungan

(kecenderungan menyendiri atau menarik diri)

menyendiri atau menarik diri) memiliki skor

memiliki skor 3, somatic complaints (keluhan

6,

somatik) memiliki skor 0, anxious/ depressed

yaitu

withdrawn

somatic complaints (keluhan somatik)

memiliki

2,

yaitu

agresif)

withdrawn

(kecemasan/ tertekan) memiliki skor 4, social

(kecemasan/ tertekan) memiliki skor 13,

problem (masalah sosial) memiliki skor 3,

social problem (masalah sosial) memiliki skor

thought problem (masalah berpikir) memiliki

8,

skor 1, attention problem (masalah perhatian)

problem

anxious/

skor

(perilaku

depressed

thought

skor

behavior

(masalah

berpikir)

memiliki skor 2, attention problems (masalah

memiliki

skor

perhatian) memiliki skor 10, delinquent

(perilaku

nakal)

5,

delinquent

memiliki

skor

behavior 1

dan

Amelia, Rahmi & Molina, Parent Management Training untuk…

aggressive

behavior

(perilaku

agresif)

memiliki skor 8. Demi memastikan perubahan

perilaku agresif pada anak retardasi mental, dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

40 30 20 10 0

Tahap Pretest

Tahap Posttest

Gambar 2. Grafik Perilaku Agresif Sebelum dan Sesudah Treatment Selama 1 Minggu Grafik diatas menunjukkan terjadinya penurunan

perilaku

agresif

pada

perilaku agresif yang didapatkan pada tahap

anak

pretest dengan tahap posttest. Item perilaku

retardasi mental yang dapat dilihat dari skor

agresif pada alat ukur CBCL berjumlah 20

yang didapatkan pada tahap pretest adalah 31

item. Pada tahap pretest, perilaku agresif yang

dan pada tahap posttest adalah 8. Secara

terdapat pada anak berjumlah 17 item dengan

deskriptif perbedaan skor pada tahap pretest

masalah perilaku dan emosional yaitu (1)

dengan tahap posttest adalah 23.

sering bertengkar; (2) sombong, membual; (3) menuntut untuk selalu diperhatikan; (4) menghancurkan barang-barangnya sendiri; (5)

Pembahasan Berdasarkan

telah

menghancurkan benda-benda milik anggota

Parent

keluarga atau orang lain; (6) tidak patuh di

dapat mereduksi

rumah; (7) tidak patuh di sekolah; (8) mudah

perilaku agresif pada anak retardasi mental.

cemburu; (9) sering terlibat perkelahian; (10)

Hasil

dengan

menyerang orang lain secara fisik; (11)

menggunakan alat ukur Child Behavior

berusaha menonjolkan diri atau menarik

Checklist

dilakukan,

penelitian

ditemukan

Management Training

analisis

yang

bahwa

didapatkan

menunjukkan

bahwa

perhatian;

perbedaan antara tahap

pretest

tersinggung; (13) suasana hati atau perasaan

dengan tahap posttest yang terlihat dari

mudah berubah; (14) terlalu banyak bicara;

penurunan jumlah item perilaku agresif yang

(15) sangat jahil; (16) tempertantrums atau

ditunjukkan anak pada tahap posttest.

mudah marah dan (17) sering berteriak-teriak.

terdapat

(CBCL)

yang

(12)

keras

kepala,

mudah

Penurunan jumlah item perilaku agresif

Sedangkan pada tahap posttest, perilaku

dari hasil analisis data menggunakan CBCL

agresif yang terdapat pada anak mengalami

dapat dilihat dengan membandingkan item

penurunan menjadi 8 item dengan masalah

198

199

Jurnal RAP UNP, Vol. 8 No.2, November 2017, hal 192-203

perilaku dan emosional yaitu (1) sering

Management Training dapat digunakan pada

bertengkar;

anak dengan perilaku agresif, ADHD dan

(2)

menuntut

untuk

selalu

diperhatikan; (3) tidak patuh di rumah; (4)

perilaku antisosial lainnya (Kazdin, 2005).

mudah cemburu; (5) berusaha menonjolkan

Pada penelitian ini didapatkan perilaku

diri atau menarik perhatian; (6) keras kepala,

bermasalah yang ditemukan pada anak yaitu

mudah tersinggung; (7) suasana hati atau

(1)

perasaan

(8)

mengatakan mama bodoh; (3) berkata tidak

marah.

santun pada orangtua; (4) memberi sebutan

dapat

jelek pada orang lain; (4) menggigit kuku dan

diketahui bahwa pada tahap posttest terdapat 9

(6) cara makan yang buruk. Setelah treatment,

perilaku

ditemukan

mudah

tempertantrums Berdasarkan

berubah atau

mudah

penjelasan

agresif

yang

dan

diatas,

direduksi

Parent

mengoceh/

mengomel/

hasil

bahwa

maupek;

anak

(2)

tidak

Management Training yaitu (1) sombong,

menunjukkan perilaku bermasalah kecuali

membual;

barang-

perilaku mengiggit kuku yang terkadang

barangnya sendiri; (3) menghancurkan benda-

dilakukan oleh anak. Perilaku prososial yang

benda milik anggota keluarga atau orang lain;

ingin ditingkatkan dari anak yaitu (1)

(4) tidak patuh di sekolah; (5) sering terlibat

membereskan dan membersihkan kamar; (2)

perkelahian; (6) menyerang orang lain secara

menyapu rumah setelah makan malam; (3)

fisik; (7) terlalu banyak bicara; (8) sangat jahil

mencuci piring; (4) mencuci kaos kaki; (5)

dan (9) sering berteriak-teriak.

menyiram

(2)

mengahancurkan

bunga;

(6)

menjemur

dan

Analisis data yang telah dilakukan

mengangkat pakaian; (7) memasak satu kali

menggunakan CBCL dengan membandingkan

seminggu; (8) menggosok baju satu kali

tahap

posttest

seminggu dan (9) mencuci baju satu kali

Management

seminggu. Hasilnya, anak tidak konsisten

pretest

menjelaskan

dengan

bahwa

tahap

Parent

Training dapat mereduksi perilaku agresif pada anak retardasi mental. Hal ini diperkuat

dalam melakukan perilaku prososial. Menurut

(1997) yang menunjukkan bahwa Parent

retardasi mental dengan orangtuanya sangat

Management Training dapat digunakan untuk

penting dibandingkan hubungan anak yang

berbagai

intelegensinya normal dengan orangtuanya

mencakup

autism,

retardasi

kesulitan

belajar.

Selain

yang

mental itu,

dan

Parent

karena

kepribadian,

hubungan

&

Faridah,

diagnostik

bahwa

(Muwardah

dengan penelitian yang dilakukan oleh Kazdin

permasalahan

2012),

Shehan

kestabilan

anak

dan

ketidakstabilan emosi pada anak retardasi

Amelia, Rahmi & Molina, Parent Management Training untuk…

mental sampai batas tertentu mencerminkan

memakai baju seragam SD meskipun sudah

kepribadian, kestabilan dan ketidakstabilan

tinggal kelas selama tiga tahun.

emosional orangtuanya. Menurut Guralnick,

Efektifnya

Parent

Management

dkk (2008) menjelaskan bahwa penyesuaian

Training untuk mereduksi perilaku agresif

diri ibu dalam berkomunikasi dengan anak

pada anak retardasi mental tidak terlepas dari

retardasi mental dapat meningkatkan interaksi

keikutsertaan orangtua

ibu

treatment terhadap anaknya, karena anak yang

dan

anak

retardasi

mental

serta

mendukung perkembangan anak.

dalam

melakukan

mengalami masalah atau gangguan perilaku

Pada tahap pretest, diketahui bahwa

tidak bisa

dipisahkan dari

orangtuanya.

segala sesuatu yang diminta oleh anak harus

Menurut Fidler & Nadel (2007), rendahnya

segera diikuti dan apabila tidak dilakukan

fungsi kognitif, emosi dan sosial yang diderita

dengan segera maka anak akan marah-marah.

oleh anak retardasi mental menyebabkan anak

Sedangkan selama perjalanan program Parent

mengalami

Management

mampu

informasi. Berdasarkan informasi yang kami

menjalin komunikasi yang baik dengan anak

dapatkan bahwa anak memiliki pemahaman

terlihat

memberikan

yang rendah terlihat dari perilaku anak yang

pemahaman kepada anak bahwa saat ini tidak

mengeluarkan dan membuang baju orangtua

bisa jalan-jalan ke kota Padang Panjang

dari lemari karena anak dinasehati untuk

dikarenakan uang yang diperlukan untuk pergi

memakai baju yang sudah kering dilemari

pulang ke

Panjang tidak

sedangkan anak hanya ingin memakai baju

mencukupi dengan menjelaskan biaya yang

yang masih dijemuran dan belum kering.

dibutuhkan secara rinci. Selain itu, orangtua

Selain

juga melakukan kompromi berkaitan dengan

mengalami hambatan berbicara dan berbahasa

permintaan

(Abbeduto,

Training,

saat

kota

anak

orangtua

orangtua

Padang

agar

membelikan

rok

kesulitan

itu,

anak

dalam

retardasi

Warren

&

memproses

mental

Conners,

juga

2007).

dongker untuk pergi sekolah dan dalam hal ini

Hambatan berbahasa yang ditemukan pada

orangtua memberikan penjelasan mengenai

anak dalam hal ini yaitu anak berkata kotor.

konsekuensi yang didapatkan apabila orangtua

Hambatan berbicara dan berbahasa yang

membelikan

diderita

anak

rok

dongker

serta

oleh

anak

retardasi

kemampuan

anak

mental

mengaitkannya dengan salah seorang teman

memengaruhi

dalam

dari anak yang tetap ke sekolah dengan

berinteraksi dengan lingkungan (Hodapp & Dykens, 2005). Hal ini, apabila dikaitkan

200

201

Jurnal RAP UNP, Vol. 8 No.2, November 2017, hal 192-203

dengan masalah perilaku yang terdapat pada

SIMPULAN DAN SARAN

anak yaitu anak memberikan sebutan jelek

Simpulan

untuk orang lain seperti pasukan gajah.

Berdasarkan dari treatment yang telah

Ahli lain, Sallows & Graupner (2005),

diberikan, dapat disimpulkan bahwa treatment

treatment perilaku yang dapat meningkatkan

menggunakan Parent Management Training

interaksi orangtua dengan anak berkebutuhan

dapat mereduksi perilaku agresif pada anak

khusus dilakukan dengan imitasi, komunikasi

retardasi mental. Hal ini terlihat pada tahap

dan

dengan

posttest ditemukan 9 perilaku agresif yang

Training,

direduksi Parent Management Training yaitu

imitasi yang telah diberikan oleh orangtua

sombong atau membual, menghancurkan

terhadap anak yaitu orangtua memberikan

barang-barangnya

pujian setiap kali anak melakukan perilaku

benda-benda milik anggota keluarga atau

prososial dan anak menunjukkan perilaku

orang lain, tidak patuh di sekolah, sering

memuji dengan memuji masakan. Treatment

terlibat perkelahian, menyerang orang lain

perilaku dengan komunikasi diperlihatkan

secara fisik, terlalu banyak bicara, sangat jahil

dengan perilaku ayah yang menahan diri

dan sering berteriak-teriak.

responsif

program

sosial.

Parent

Berkaitan

Management

sendiri,

menghancurkan

dalam menjaga emosinya dan tidak berkata

Hasil treatment juga memperlihatkan

dengan keras ketika anak melakukan perilaku

adanya perubahan yang terjadi pada anak

yang tidak diinginkan misalnya ayah berusaha

mengenai

diam

dimilikinya. Pada awalnya anak menunjukkan

ketika

anak

melakukan

perilaku

perilaku

mengoceh/

bermasalah

mengomel, padahal sebelumnya ayah marah

perilaku

ketika anak mengomel. Sedangkan responsif

mengatakan mama bodoh, berkata tidak

sosial berupa pujian dan reward yang

santun pada orangtua, memberi sebutan jelek

diberikan setiap kali anak berhasil memenuhi

pada orang lain, menggigit kuku dan cara

target bintang yang harus didapatkan dan hal

makan yang buruk. Namun, setelah diberikan

ini terlihat ketika anak berhasil mendapatkan

treatment, subjek mengatakan bahwa anak

30 bintang maka anak mendapatkan reward

tidak

dengan jalan-jalan ke kota Padang Panjang.

mengoceh/ mengomel/ maupek, mengatakan

ada

lagi

mengomel/

yang

menunjukkan

maupek,

perilaku

mama bodoh, berkata tidak santun pada orangtua, memberi sebutan jelek pada orang lain dan cara makan yang buruk, akan tetapi

Amelia, Rahmi & Molina, Parent Management Training untuk…

untuk perilaku menggigit kuku kadang-

Management

Training.

Subjek

kadang juga dilakukan oleh anak.

menjadikan program tersebut sebagai acuan di masa yang akan datang dalam

Saran

memanajemen

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang dapat dikemukakan

mengelola

masalah perilaku pada anak. b. Bagi orangtua dan pendidik

peneliti, antara lain:

Adapun saran dari penelitian

1. Bagi peneliti selanjutnya (teoritis)

ini bagi orangtua dan pendidik yaitu

Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama, sebaiknya mengikutsertakan keterlibatan kedua orangtua dan pihak-pihak yang dibutuhkan selama program Parent Management Training agar pelatihan yang diberikan dapat bekerja dengan lebih efektif.

diharapkan orangtua dan pendidik peka

terhadap

ditampilkan

perilaku

oleh

anak,

yang apabila

orangtua dan pendidik membutuhkan penanganan atau langkah interventif dalam memanajemen atau mengelola masalah perilaku pada anak maka

2. Bagi pihak terkait (praktis)

dapat

a. Bagi subjek penelitian

bagi

subjek

diharapkan tetap

penelitian

yaitu

konsisten

dalam

menerapkan keterampilan yang sudah dilatih

dalam

program

menggunakan

Parent

Management Training. Selain itu, juga

Adapun saran dari penelitian ini

atau

Parent

dibutuhkan kerja sama antara orangtua dan pendidik dalam melakukan Parent Management

Training

karena

keefektifan program ini dibutuhkan kerja

sama

dari

semua

pihak.

DAFTAR RUJUKAN Abbeduto, L., Warren, S. F., & Conners, F. A. (2007). Language development in down syndrome: From the prelinguistic period to the acquisition of literacy. Mental Retardation and Developmental Disabilities: Research Reviews, 13(3), 247-261. Azimi,L., Vaziri & Kashani, L. (2012). Relationship between maternal parenting style and child’s aggressive

behavior. Journal Social and Behavioral Sciences, (69), 1276–1281. Berkowitz, L. (1993). Aggression it’s causes, consequences and control. New York: McGraw Hill. Cartwright, C. A., & Cartwright, G. P. (1974). Developing observational skill. Pensylvania: Hill Book Company.

202

203

Jurnal RAP UNP, Vol. 8 No.2, November 2017, hal 192-203

Faupel, A., Herrick, E & Sharp, P. (2011). Anger Management: a practical guide. Oxon: Routledge. Fidler, D. J., & Nadel, L. (2007). Education and children with down syndrome: Neuroscience, development, and intervention. Mental retardation and developmental disabilities, (13), 262271. Furlong, N. E., Lovelace, E. A & Lovelace, K. L. (2000). Research methods and statistics: An integrated approach. USA: Harcourt College. Golden, B. (2003). Healty anger: How to help children and teens manage their anger. New York: Oxford University Press. Guralnick, M. J., dkk. (2008). Mothers’ social communicative adjustments to young children with mild developmental delays. American Journal On Mental Retardation, 113(1), 1–18. Hodapp, R. M., & Dykens, E. M. (2005). Measuring behavior in genetic disorder of mental retardation. Mental Retardation and Developmental Disabi-lities Research Reviews, (11), 340-346. Kazdin, A. (2005). Parent management training: treatmesnt for oppositional, aggressive, and antisocial behavior in children and adolescents. New York: Oxford University Press.

Kazdin, A. (1997). Practitioner review: psychosocial treatments for conduct disorder in children. Journal Child Psychology and Psychiatry, 38 (2), 161-178. Metro TV News. (2014). Pelaku bullying SD Trisula Perwari beraksi tiap hari. Http: //news.metrotvnews.com/read/2014/10 /13/304394/pelaku bullying-sd-trisulaperwari-beraksi-tiap-hari. Miltenberger, R. G. (2008). Behavior Modification: principle and procedure. (4th e.d). USA: Thomson Muwardah, U.S & Faridah, H. (2012). Relationship between active coping with parenting stress in mother of mentally retarded child. Jurnal Psikologi, 1(1), 1-14. Sallows, G.O & Graupner, T.D. (2005). Intensive behavioral treatment for children with autism: Four year outcome and predictors. American Journal on Mental Retardation, (110), 417-438. Scheneider, A.A. (1955). Personal adjustment and mental health. New York: Holt, Rineheart and Winston, Inc. Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. N. (2005). Psikologi eksperimen. Jakarta: Indeks.