PARENT MANAGEMENT TRAINING (PMT) UNTUK MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF PADA ANAK RETARDASI MENTAL Rizky Amelia, Tuti Rahmi, Yosi Molina Universitas Negeri Padang E-mail:
[email protected]
Abtract: Parent Management Training to reduce aggressive behavior in mental retardation child. This study aims to determine of Parent Management Training to reduce aggressive behavior in mental retardation child. This type of research is an experimental design with single subject design. Subjects are parents of mental retardation child with IQ = 66 Wechsler scale and aggressive behavior.
Data collected from a psychological
examination of the child, a weekly assignment sheet, observation and interviews. Measuring instruments is the Child Behavior Checklist (CBCL). Data analyzed using graph changes in behavior seen from the scores of pretest and posttest. This study proves that the Parent Management Training to reduce aggressive behavior in mental retardation child.
Keywords: Parent management training, aggressive behavior, mental retardation child.
Abstrak: Parent Management Training untuk mereduksi perilaku agresif pada anak retardasi mental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Parent Management Training mereduksi perilaku agresif pada anak retardasi mental. Jenis penelitian adalah eksperimen dengan desain penelitian single subject design. Subjek merupakan orangtua dari anak yang mengalami retardasi mental dengan IQ = 66 menurut skala Wechsler dan memiliki perilaku agresif. Pengumpulan data diperoleh dari hasil pemeriksaan psikologis anak, lembar penugasan mingguan, observasi dan wawancara. Alat ukur yang digunakan adalah Child Behavior Checklist (CBCL). Teknik analisis data menggunakan grafik perubahan perilaku dari skor yang didapatkan pada pretest dan posttest. Penelitian ini membuktikan bahwa Parent Management Training dapat mereduksi perilaku agresif pada anak retardasi mental.
Kata kunci: Parent management training, perilaku agresif, anak retardasi mental.
192
193
Jurnal RAP UNP, Vol. 8 No.2, November 2017, hal 192-203
PENDAHULUAN Menurut Berkowitz (1993), perilaku
menit 52 detik tersebut, terlihat bahwa
agresif mengacu pada penggunaan kekerasan
perilaku bullying dilakukan oleh beberapa
yang melanggar hak pribadi seseorang dan
orang siswa kelas 5 SD Trisula Perwari
tindakan yang menyakitkan hati. Sedangkan
Bukittinggi terhadap seorang siswi (R). Pada
menurut Scheneider (1955), perilaku agresif
video yang berdurasi 1 menit 52 detik
merupakan luapan emosi individu sebagai
tersebut, terlihat beberapa siswa laki-laki
reaksi terhadap kegagalannya dalam mencapai
memukuli R serta menendangnya di sudut
suatu tujuan yang ditampakkan dalam bentuk
kelas. Namun demikian, tidak ada satu teman
pengrusakkan terhadap orang atau benda
pun yang berusaha menolongnya (www.
dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan
metrotvnews.com, 2014).
dengan kata-kata dan perilaku. Banyak
Kemudian, tim psikolog dari UNP yang
melakukan pemeriksaan psikologi terhadap R
mempengaruhi munculnya perilaku agresif.
dengan hasil yang diperoleh yaitu R memiliki
Menurut Berkowitz (1993), faktor yang dapat
kapasitas intelektual pada taraf dibawah rata-
mempengaruhi munculnya perilaku agresif
rata (intelectual deficiency, Full scale IQ = 66
yaitu harga diri, kemampuan mengendalikan
menurut skala Wechsler). Selanjutnya, untuk
emosi negatif, empati, keterampilan sosial,
mengetahui
jenis kelamin, marah, depresi, dan kondisi
ditampilkan oleh R, peneliti melakukan
lingkungan. Selain itu, Azimi, Vaziri dan
wawancara kepada ibu dan kakak kandung R
Kashani (2012), menemukan bahwa perilaku
dan observasi kepada R itu sendiri pada
agresif yang dimunculkan oleh anak dapat
tanggal 14 November 2014 di Laboratorium
diperoleh dari penerapan pola asuh yang
Psikologi
diberikan oleh orangtua, dimana orangtua
mereka diketahui bahwa ketika keinginan R
yang
otoriter,
tidak dipenuhi atau R diberikan nasehat oleh
memberikan kritikan dan mencela pada anak
orangtua maka R sering marah-marah dengan
maka anak memiliki kecenderungan untuk
mengeluarkan
memunculkan perilaku agresif.
terkadang R juga membanting atau melempar
menerapkan
faktor-faktor
pola
asuh
perilaku
UNP.
apa
Berdasarkan
kata-kata
saja
yang
keterangan
kasar
bahkan
Fenomena perilaku agresif, terjadi pada
barang-barang yang ada didekatnya. Ibu R
seorang siswi (R) yang berusia 11 tahun.
juga menuturkan bahwa R mulai berperilaku
Sebagaimana dalam video yang berdurasi 1
demikian sejak kelas empat sekolah dasar,
Amelia, Rahmi & Molina, Parent Management Training untuk…
dimana pada kelas empat ini awal mula R
keadan tersebut. Secara spesifik, anak yang
menjadi
teman-
mengalami kesulitan dalam mengekspresikan
temannya. Selain itu, R lebih senang bermain
rasa marah akan memiliki kesulitan atau
dengan anak-anak dibawah usianya. Pada hari
kegagalan dalam menjalin hubungan dengan
yang sama, peneliti juga melakukan observasi
orang lain serta tidak menutup kemungkinan
terhadap
dalam
munculnya tingkah laku kekerasan terhadap
Laboratorium Perkembangan Psikologi UNP
diri sendiri maupun orang lain (Faupel,
yang memiliki berbagai permainan, ketika itu
Herrick & Sharp, 2011).
korban
R
kekerasan
yang
dari
dilakukan
di
R bermain sepeda di dalam ruangan dan
Demi menghindari terjadinya dampak
ketika dia sudah mulai bosan dengan sepeda
negatif yang semakin memburuk bagi subjek,
itu ia tabrakan ke lemari yang ada di ruangan.
maka perlu dilakukan treatment tertentu.
Selain itu, ketika keluar dari laboratorium
Berbagai treatment yang dapat dilakukan
perkembangan Psikologi UNP, R bertemu
diantaranya
dengan teman sekolahnya dan R pun disapa
menggunakan
oleh teman laki–lakinya, kemudian R marah-
(modifikasi
marah dan mengeluarkan kata-kata “manga
menggunakan Parent Management Training
baju putiah anak anjiang tu” (ngapain baju
(PMT).
putih anak anjing itu).
adalah
treatment
Behavior perilaku)
dengan
Modification
ataupun
dengan
Menurut Miltenberger (2008), manusia
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat
memiki dua bentuk tingkah laku yaitu tingkah
diketahui bahwa R tergolong pada anak
laku yang terlihat (over behavior) dan tingkah
retardasi mental yang memiliki kapasitas
laku yang tidak terlihat (cover behavior).
intelektual
taraf dibawah rata-rata
Dalam behavior modification, intervensi yang
(intelectual deficiency, Full scale IQ = 66
dilakukan hanya berfokus pada tingkah laku
menurut skala Wechsler) dan cenderung
yang dapat dilihat (over behavior). Tujuan
menujukkan perilaku agresif seperti memukul,
dilakukannya teknik behavior modification
mengeluarkan kata-kata kasar dan terkadang
yaitu mengubah tingkah laku yang tidak
membanting atau melempar barang-barang
diharapkan dengan memodifikasi lingkungan
yang ada didekatnya. Menurut Golden (2003),
yang berhubungan dengan tingkah laku
marah
anak
tersebut. Selain itu, behavior modification
seringkali menimbulkan perasaan bingung
hanya mengubah tingkah laku yang terlihat
atau frustasi pada orangtua dalam menghadapi
tanpa mengubah karakteristik atau trait,
pada
yang
diekspresikan
oleh
194
195
Jurnal RAP UNP, Vol. 8 No.2, November 2017, hal 192-203
sehingga seringkali dianggap tidak tuntas
anak dengan perilaku agresif, ADHD dan
dalam
perilaku antisosial lainnya (Kazdin, 2005).
menyelesaikan
berhubungan
masalah
dengan
yang
keadaan
emosi
Berdasarkan penjelasan diatas, terlihat
(Miltenberger, 2008). Atas pertimbangan
bahwa treatment ini sesuai untuk membantu
diatas, maka behavior modification dianggap
masalah dalam mengatasi perilaku agresif
kurang tepat untuk diterapkan pada masalah
karena
R.
karakteristik yang di miliki R. Treatment Treatment lain yang dapat diberikan
yang
dapat
diterapkan
dilakukan
ini
sesuai
dengan
menarik
karena
dalam mengatasi masalah R adalah dengan
mengikutsertakan orangtua dalam melakukan
menggunakan Parent Management Training
treatment terhadap anak-anaknya. Anak yang
(PMT). Menurut Kazdin (2005), Parent
mengalami masalah dengan perilakunya atau
Management Training
yang disebut memiliki gangguan perilaku
program
yang
terapeutik,
menggambarkan
di
mana
menggunakan memanejemen
merupakan sebuah
orangtua
strategi
tentunya tidak boleh dipahami secara terpisah
dilatih
dari orangtuanya, karena anak dan orangtua
keterampilan atau
merupakan
suatu
kesatuan.
Berdasarkan
anak-anak
asumsi, interaksi yang pertama dan paling
mereka khususnya perilaku yang bermasalah
lama terjadi adalah interaksi anak dengan
dengan menggunakan prinsip-prinsip teori
orangtua, maka perlu dicermati kembali
belajar
bagaimana
perilaku
mengatur
untuk
dan
teknik
modifikasi
perilaku
sehingga
dapat
meningkatkan
perilaku
prososial
dan
menghilangkan
perilaku antisosial pada anak.
orangtua
selama
menciptakan iklim psikologis dalam keluarga. Berdasarkan
pertimbangan
diatas,
pada
mana Parent Management Training (PMT)
studi jangka pendeknya terhadap anak-anak
yang
pre adolescent, ia menemukan bahwa Parent
mengatasi perilaku agresif
Management
retardasi mental.
dapat
telah
penelitian ini peneliti ingin melihat sejauh
Menurut Kazdin (1997) dalam sebuah
Training
ini
digunakan
diberikan
mengurangi
atau
pada anak
Oleh sebab itu, peneliti “Parent
diberbagai permasalahan diagnostik yang
mengambil
mencakup
autism,
retardasi
Training (PMT) untuk Mereduksi Perilaku
kesulitan
belajar.
Parent
mental
dan
Management
Training juga dapat digunakan pada anak–
judul
dapat
Management
Agresif pada Anak Retardasi Mental”.
Amelia, Rahmi & Molina, Parent Management Training untuk…
METODE Metode yang digunakan dalam penelitian
perilaku
sehingga
dapat
meningkatkan
perilaku
prososial
dan
menghilangkan
ini adalah metode penelitian eksperimen. Menurut
perilaku antisosial pada anak (Kazdin, 2005).
Zimney (Seniati, Yulianto & Setiadi, 2005)
Perilaku agresif merupakan luapan emosi
menyatakan penelitian eksperimen merupakan suatu bentuk penelitian secara objektif terhadap suatu fenomena yang dibuat agar terjadi dalam suatu kondisi yang dikontrol ketat, dimana satu atau lebih variabel divariasikan dan variabel lain
individu sebagai reaksi terhadap kegagalannya dalam
mencapai
suatu
tujuan
yang
ditampakkan dalam bentuk pengrusakkan terhadap orang atau benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-
dibuat konstan.
Desain penelitian yang digunakan dalam
kata dan perilaku (Scheneider, 1955). Pengumpulan
penelitian ini adalah single subject design,
data
awal
dalam
karena penelitian ini hanya menggunakan satu
penelitian ini adalah dengan menggunakan
orang subjek. Desain ini bertujuan untuk
observasi dan wawancara. Alat ukur yang
mengetahui efektifitas dari suatu program
digunakan dalam penelitian ini adalah CBCL
yang diterapkan pada subjek. Peneliti akan
(Child Behavior Checklist) merupakan alat
membandingkan hasil dari dua kondisi, yaitu
yang diciptakan oleh Thomas M. Achenbach
kondisi sebelum diberikan program dan
untuk
kondisi setelah diberikan program (Furlong,
kompetensi
Lovelace dan Lovelace, 2000).
berkaitan
Variabel bebas dalam penelitian ini
mengukur
dan
mengindentifikasi
(competence dengan
scales)
masalah
emosi
yang serta
perilaku anak (problem scales) dari sudut
adalah Parent Management Training dan
pandang
variabel
agresif.
menggunakan analisis data secara kuantitatif
Parent
yang akan dilakukan dengan grafik perubahan
Management Training merupakan sebuah
perilaku. Penggunaan grafik sebagai teknik
program
strategi
analisis dan interpretasi data, merujuk pada
dilatih
penjelasan Cartwright & Cartwright (1974),
untuk
bahwa informasi yang diperoleh dari skor
anak-anak
perilaku yang pada umumnya akan lebih
mereka khususnya perilaku yang bermasalah
mudah dalam penggunaan dan interpretasi
dengan menggunakan prinsip-prinsip teori
jika data ditransfer ke dalam bentuk grafik
belajar
atau chart sehingga untuk menganalisis data
terikat
Berikut
adalah
definisi
yang
terapeutik,
operasional,
menggambarkan
di
mana
menggunakan memanejemen
perilaku
orangtua
keterampilan atau
perilaku
dan
mengatur
teknik
modifikasi
orangtua.
Penelitian
ini
196
197
Jurnal RAP UNP, Vol. 8 No.2, November 2017, hal 192-203
dilakukan dengan analisis skor perilaku
antara data yang di dapat saat pretest dan data
subjek penelitian.
yang di dapat saat tahap posttest dengan menggunakan alat ukur Child Behavior
HASIL DAN PEMBAHASAN
Checklist (CBCL) yang terlihat pada gambar
Hasil
berikut: Berdasarkan
program
yang
telah
dijalankan, dapat dilakukan perbandingan 35 30 25 20 15 10 5 0
Tahap Pretest Tahap Posttest
Gambar 1. Diagram Perbandingan Skor tahap Pretest dan Tahap Posttest Diagram diatas menunjukkan bahwa
behavior (perilaku nakal) memiliki skor 8 dan
secara umum perbandingan skor pada tahap
aggressive
pretest lebih tinggi dibandingkan dengan skor
memiliki skor 31. Sedangkan pada tahap
pada tahap posttest. Pada tahap pretest
posttest masalah perilaku dan emosional
masalah perilaku dan emosional memiliki
memiliki
skor
(kecenderungan
(kecenderungan menyendiri atau menarik diri)
menyendiri atau menarik diri) memiliki skor
memiliki skor 3, somatic complaints (keluhan
6,
somatik) memiliki skor 0, anxious/ depressed
yaitu
withdrawn
somatic complaints (keluhan somatik)
memiliki
2,
yaitu
agresif)
withdrawn
(kecemasan/ tertekan) memiliki skor 4, social
(kecemasan/ tertekan) memiliki skor 13,
problem (masalah sosial) memiliki skor 3,
social problem (masalah sosial) memiliki skor
thought problem (masalah berpikir) memiliki
8,
skor 1, attention problem (masalah perhatian)
problem
anxious/
skor
(perilaku
depressed
thought
skor
behavior
(masalah
berpikir)
memiliki skor 2, attention problems (masalah
memiliki
skor
perhatian) memiliki skor 10, delinquent
(perilaku
nakal)
5,
delinquent
memiliki
skor
behavior 1
dan
Amelia, Rahmi & Molina, Parent Management Training untuk…
aggressive
behavior
(perilaku
agresif)
memiliki skor 8. Demi memastikan perubahan
perilaku agresif pada anak retardasi mental, dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
40 30 20 10 0
Tahap Pretest
Tahap Posttest
Gambar 2. Grafik Perilaku Agresif Sebelum dan Sesudah Treatment Selama 1 Minggu Grafik diatas menunjukkan terjadinya penurunan
perilaku
agresif
pada
perilaku agresif yang didapatkan pada tahap
anak
pretest dengan tahap posttest. Item perilaku
retardasi mental yang dapat dilihat dari skor
agresif pada alat ukur CBCL berjumlah 20
yang didapatkan pada tahap pretest adalah 31
item. Pada tahap pretest, perilaku agresif yang
dan pada tahap posttest adalah 8. Secara
terdapat pada anak berjumlah 17 item dengan
deskriptif perbedaan skor pada tahap pretest
masalah perilaku dan emosional yaitu (1)
dengan tahap posttest adalah 23.
sering bertengkar; (2) sombong, membual; (3) menuntut untuk selalu diperhatikan; (4) menghancurkan barang-barangnya sendiri; (5)
Pembahasan Berdasarkan
telah
menghancurkan benda-benda milik anggota
Parent
keluarga atau orang lain; (6) tidak patuh di
dapat mereduksi
rumah; (7) tidak patuh di sekolah; (8) mudah
perilaku agresif pada anak retardasi mental.
cemburu; (9) sering terlibat perkelahian; (10)
Hasil
dengan
menyerang orang lain secara fisik; (11)
menggunakan alat ukur Child Behavior
berusaha menonjolkan diri atau menarik
Checklist
dilakukan,
penelitian
ditemukan
Management Training
analisis
yang
bahwa
didapatkan
menunjukkan
bahwa
perhatian;
perbedaan antara tahap
pretest
tersinggung; (13) suasana hati atau perasaan
dengan tahap posttest yang terlihat dari
mudah berubah; (14) terlalu banyak bicara;
penurunan jumlah item perilaku agresif yang
(15) sangat jahil; (16) tempertantrums atau
ditunjukkan anak pada tahap posttest.
mudah marah dan (17) sering berteriak-teriak.
terdapat
(CBCL)
yang
(12)
keras
kepala,
mudah
Penurunan jumlah item perilaku agresif
Sedangkan pada tahap posttest, perilaku
dari hasil analisis data menggunakan CBCL
agresif yang terdapat pada anak mengalami
dapat dilihat dengan membandingkan item
penurunan menjadi 8 item dengan masalah
198
199
Jurnal RAP UNP, Vol. 8 No.2, November 2017, hal 192-203
perilaku dan emosional yaitu (1) sering
Management Training dapat digunakan pada
bertengkar;
anak dengan perilaku agresif, ADHD dan
(2)
menuntut
untuk
selalu
diperhatikan; (3) tidak patuh di rumah; (4)
perilaku antisosial lainnya (Kazdin, 2005).
mudah cemburu; (5) berusaha menonjolkan
Pada penelitian ini didapatkan perilaku
diri atau menarik perhatian; (6) keras kepala,
bermasalah yang ditemukan pada anak yaitu
mudah tersinggung; (7) suasana hati atau
(1)
perasaan
(8)
mengatakan mama bodoh; (3) berkata tidak
marah.
santun pada orangtua; (4) memberi sebutan
dapat
jelek pada orang lain; (4) menggigit kuku dan
diketahui bahwa pada tahap posttest terdapat 9
(6) cara makan yang buruk. Setelah treatment,
perilaku
ditemukan
mudah
tempertantrums Berdasarkan
berubah atau
mudah
penjelasan
agresif
yang
dan
diatas,
direduksi
Parent
mengoceh/
mengomel/
hasil
bahwa
maupek;
anak
(2)
tidak
Management Training yaitu (1) sombong,
menunjukkan perilaku bermasalah kecuali
membual;
barang-
perilaku mengiggit kuku yang terkadang
barangnya sendiri; (3) menghancurkan benda-
dilakukan oleh anak. Perilaku prososial yang
benda milik anggota keluarga atau orang lain;
ingin ditingkatkan dari anak yaitu (1)
(4) tidak patuh di sekolah; (5) sering terlibat
membereskan dan membersihkan kamar; (2)
perkelahian; (6) menyerang orang lain secara
menyapu rumah setelah makan malam; (3)
fisik; (7) terlalu banyak bicara; (8) sangat jahil
mencuci piring; (4) mencuci kaos kaki; (5)
dan (9) sering berteriak-teriak.
menyiram
(2)
mengahancurkan
bunga;
(6)
menjemur
dan
Analisis data yang telah dilakukan
mengangkat pakaian; (7) memasak satu kali
menggunakan CBCL dengan membandingkan
seminggu; (8) menggosok baju satu kali
tahap
posttest
seminggu dan (9) mencuci baju satu kali
Management
seminggu. Hasilnya, anak tidak konsisten
pretest
menjelaskan
dengan
bahwa
tahap
Parent
Training dapat mereduksi perilaku agresif pada anak retardasi mental. Hal ini diperkuat
dalam melakukan perilaku prososial. Menurut
(1997) yang menunjukkan bahwa Parent
retardasi mental dengan orangtuanya sangat
Management Training dapat digunakan untuk
penting dibandingkan hubungan anak yang
berbagai
intelegensinya normal dengan orangtuanya
mencakup
autism,
retardasi
kesulitan
belajar.
Selain
yang
mental itu,
dan
Parent
karena
kepribadian,
hubungan
&
Faridah,
diagnostik
bahwa
(Muwardah
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kazdin
permasalahan
2012),
Shehan
kestabilan
anak
dan
ketidakstabilan emosi pada anak retardasi
Amelia, Rahmi & Molina, Parent Management Training untuk…
mental sampai batas tertentu mencerminkan
memakai baju seragam SD meskipun sudah
kepribadian, kestabilan dan ketidakstabilan
tinggal kelas selama tiga tahun.
emosional orangtuanya. Menurut Guralnick,
Efektifnya
Parent
Management
dkk (2008) menjelaskan bahwa penyesuaian
Training untuk mereduksi perilaku agresif
diri ibu dalam berkomunikasi dengan anak
pada anak retardasi mental tidak terlepas dari
retardasi mental dapat meningkatkan interaksi
keikutsertaan orangtua
ibu
treatment terhadap anaknya, karena anak yang
dan
anak
retardasi
mental
serta
mendukung perkembangan anak.
dalam
melakukan
mengalami masalah atau gangguan perilaku
Pada tahap pretest, diketahui bahwa
tidak bisa
dipisahkan dari
orangtuanya.
segala sesuatu yang diminta oleh anak harus
Menurut Fidler & Nadel (2007), rendahnya
segera diikuti dan apabila tidak dilakukan
fungsi kognitif, emosi dan sosial yang diderita
dengan segera maka anak akan marah-marah.
oleh anak retardasi mental menyebabkan anak
Sedangkan selama perjalanan program Parent
mengalami
Management
mampu
informasi. Berdasarkan informasi yang kami
menjalin komunikasi yang baik dengan anak
dapatkan bahwa anak memiliki pemahaman
terlihat
memberikan
yang rendah terlihat dari perilaku anak yang
pemahaman kepada anak bahwa saat ini tidak
mengeluarkan dan membuang baju orangtua
bisa jalan-jalan ke kota Padang Panjang
dari lemari karena anak dinasehati untuk
dikarenakan uang yang diperlukan untuk pergi
memakai baju yang sudah kering dilemari
pulang ke
Panjang tidak
sedangkan anak hanya ingin memakai baju
mencukupi dengan menjelaskan biaya yang
yang masih dijemuran dan belum kering.
dibutuhkan secara rinci. Selain itu, orangtua
Selain
juga melakukan kompromi berkaitan dengan
mengalami hambatan berbicara dan berbahasa
permintaan
(Abbeduto,
Training,
saat
kota
anak
orangtua
orangtua
Padang
agar
membelikan
rok
kesulitan
itu,
anak
dalam
retardasi
Warren
&
memproses
mental
Conners,
juga
2007).
dongker untuk pergi sekolah dan dalam hal ini
Hambatan berbahasa yang ditemukan pada
orangtua memberikan penjelasan mengenai
anak dalam hal ini yaitu anak berkata kotor.
konsekuensi yang didapatkan apabila orangtua
Hambatan berbicara dan berbahasa yang
membelikan
diderita
anak
rok
dongker
serta
oleh
anak
retardasi
kemampuan
anak
mental
mengaitkannya dengan salah seorang teman
memengaruhi
dalam
dari anak yang tetap ke sekolah dengan
berinteraksi dengan lingkungan (Hodapp & Dykens, 2005). Hal ini, apabila dikaitkan
200
201
Jurnal RAP UNP, Vol. 8 No.2, November 2017, hal 192-203
dengan masalah perilaku yang terdapat pada
SIMPULAN DAN SARAN
anak yaitu anak memberikan sebutan jelek
Simpulan
untuk orang lain seperti pasukan gajah.
Berdasarkan dari treatment yang telah
Ahli lain, Sallows & Graupner (2005),
diberikan, dapat disimpulkan bahwa treatment
treatment perilaku yang dapat meningkatkan
menggunakan Parent Management Training
interaksi orangtua dengan anak berkebutuhan
dapat mereduksi perilaku agresif pada anak
khusus dilakukan dengan imitasi, komunikasi
retardasi mental. Hal ini terlihat pada tahap
dan
dengan
posttest ditemukan 9 perilaku agresif yang
Training,
direduksi Parent Management Training yaitu
imitasi yang telah diberikan oleh orangtua
sombong atau membual, menghancurkan
terhadap anak yaitu orangtua memberikan
barang-barangnya
pujian setiap kali anak melakukan perilaku
benda-benda milik anggota keluarga atau
prososial dan anak menunjukkan perilaku
orang lain, tidak patuh di sekolah, sering
memuji dengan memuji masakan. Treatment
terlibat perkelahian, menyerang orang lain
perilaku dengan komunikasi diperlihatkan
secara fisik, terlalu banyak bicara, sangat jahil
dengan perilaku ayah yang menahan diri
dan sering berteriak-teriak.
responsif
program
sosial.
Parent
Berkaitan
Management
sendiri,
menghancurkan
dalam menjaga emosinya dan tidak berkata
Hasil treatment juga memperlihatkan
dengan keras ketika anak melakukan perilaku
adanya perubahan yang terjadi pada anak
yang tidak diinginkan misalnya ayah berusaha
mengenai
diam
dimilikinya. Pada awalnya anak menunjukkan
ketika
anak
melakukan
perilaku
perilaku
mengoceh/
bermasalah
mengomel, padahal sebelumnya ayah marah
perilaku
ketika anak mengomel. Sedangkan responsif
mengatakan mama bodoh, berkata tidak
sosial berupa pujian dan reward yang
santun pada orangtua, memberi sebutan jelek
diberikan setiap kali anak berhasil memenuhi
pada orang lain, menggigit kuku dan cara
target bintang yang harus didapatkan dan hal
makan yang buruk. Namun, setelah diberikan
ini terlihat ketika anak berhasil mendapatkan
treatment, subjek mengatakan bahwa anak
30 bintang maka anak mendapatkan reward
tidak
dengan jalan-jalan ke kota Padang Panjang.
mengoceh/ mengomel/ maupek, mengatakan
ada
lagi
mengomel/
yang
menunjukkan
maupek,
perilaku
mama bodoh, berkata tidak santun pada orangtua, memberi sebutan jelek pada orang lain dan cara makan yang buruk, akan tetapi
Amelia, Rahmi & Molina, Parent Management Training untuk…
untuk perilaku menggigit kuku kadang-
Management
Training.
Subjek
kadang juga dilakukan oleh anak.
menjadikan program tersebut sebagai acuan di masa yang akan datang dalam
Saran
memanajemen
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang dapat dikemukakan
mengelola
masalah perilaku pada anak. b. Bagi orangtua dan pendidik
peneliti, antara lain:
Adapun saran dari penelitian
1. Bagi peneliti selanjutnya (teoritis)
ini bagi orangtua dan pendidik yaitu
Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama, sebaiknya mengikutsertakan keterlibatan kedua orangtua dan pihak-pihak yang dibutuhkan selama program Parent Management Training agar pelatihan yang diberikan dapat bekerja dengan lebih efektif.
diharapkan orangtua dan pendidik peka
terhadap
ditampilkan
perilaku
oleh
anak,
yang apabila
orangtua dan pendidik membutuhkan penanganan atau langkah interventif dalam memanajemen atau mengelola masalah perilaku pada anak maka
2. Bagi pihak terkait (praktis)
dapat
a. Bagi subjek penelitian
bagi
subjek
diharapkan tetap
penelitian
yaitu
konsisten
dalam
menerapkan keterampilan yang sudah dilatih
dalam
program
menggunakan
Parent
Management Training. Selain itu, juga
Adapun saran dari penelitian ini
atau
Parent
dibutuhkan kerja sama antara orangtua dan pendidik dalam melakukan Parent Management
Training
karena
keefektifan program ini dibutuhkan kerja
sama
dari
semua
pihak.
DAFTAR RUJUKAN Abbeduto, L., Warren, S. F., & Conners, F. A. (2007). Language development in down syndrome: From the prelinguistic period to the acquisition of literacy. Mental Retardation and Developmental Disabilities: Research Reviews, 13(3), 247-261. Azimi,L., Vaziri & Kashani, L. (2012). Relationship between maternal parenting style and child’s aggressive
behavior. Journal Social and Behavioral Sciences, (69), 1276–1281. Berkowitz, L. (1993). Aggression it’s causes, consequences and control. New York: McGraw Hill. Cartwright, C. A., & Cartwright, G. P. (1974). Developing observational skill. Pensylvania: Hill Book Company.
202
203
Jurnal RAP UNP, Vol. 8 No.2, November 2017, hal 192-203
Faupel, A., Herrick, E & Sharp, P. (2011). Anger Management: a practical guide. Oxon: Routledge. Fidler, D. J., & Nadel, L. (2007). Education and children with down syndrome: Neuroscience, development, and intervention. Mental retardation and developmental disabilities, (13), 262271. Furlong, N. E., Lovelace, E. A & Lovelace, K. L. (2000). Research methods and statistics: An integrated approach. USA: Harcourt College. Golden, B. (2003). Healty anger: How to help children and teens manage their anger. New York: Oxford University Press. Guralnick, M. J., dkk. (2008). Mothers’ social communicative adjustments to young children with mild developmental delays. American Journal On Mental Retardation, 113(1), 1–18. Hodapp, R. M., & Dykens, E. M. (2005). Measuring behavior in genetic disorder of mental retardation. Mental Retardation and Developmental Disabi-lities Research Reviews, (11), 340-346. Kazdin, A. (2005). Parent management training: treatmesnt for oppositional, aggressive, and antisocial behavior in children and adolescents. New York: Oxford University Press.
Kazdin, A. (1997). Practitioner review: psychosocial treatments for conduct disorder in children. Journal Child Psychology and Psychiatry, 38 (2), 161-178. Metro TV News. (2014). Pelaku bullying SD Trisula Perwari beraksi tiap hari. Http: //news.metrotvnews.com/read/2014/10 /13/304394/pelaku bullying-sd-trisulaperwari-beraksi-tiap-hari. Miltenberger, R. G. (2008). Behavior Modification: principle and procedure. (4th e.d). USA: Thomson Muwardah, U.S & Faridah, H. (2012). Relationship between active coping with parenting stress in mother of mentally retarded child. Jurnal Psikologi, 1(1), 1-14. Sallows, G.O & Graupner, T.D. (2005). Intensive behavioral treatment for children with autism: Four year outcome and predictors. American Journal on Mental Retardation, (110), 417-438. Scheneider, A.A. (1955). Personal adjustment and mental health. New York: Holt, Rineheart and Winston, Inc. Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. N. (2005). Psikologi eksperimen. Jakarta: Indeks.